PENDAHULUAN
1
Pada penelitian berikutnya, telah dibuat “Rancang Bangun Simulator Kontrol
Lampu Rambu Lalu Lintas Berbasis PLC Omron CPM1A” dimana pada perancangan
ini dengan menggunakan sensor kepadatan atau sering disebut Traffic Actuated Signal.
Proses simulasi rambu lampu lalu lintas yang berbasis PLC Omron CPM1A ini
menggunakan dua sistem kerja yaitu : sistem manual dan sistem otomatis, Dimana
sistem manual bekerja dengan menggunakan waktu (timer) yang sudah ditentukan,
sedangkan sistem otomatis bekerja dengan menggunakan sensor, sensor bekerja bila
suatu kendaraan melintasi sensor tersebut dengan selang waktu 40 detik [ CITATION
Ari12 \l 1057 ].
Dilihat dari permasalahan diatas dan penelitian sebelumya, belum adanya
perancangan untuk jalur yang diprioritaskan. Oleh karena itu, pada perancangan sistem
ini, penulis menggunakan sistem SCADA. Disini sistem SCADA bekerja untuk
mengatur jika ada perarakan yang melalui jalur traffic light tersebut, maka seorang
operator dapat mengatifkan lampu hijau menggunakan tombol yang telah dibuatpada
HMI SCADA untuk jalur yang diprioritaskan melewati traffic light tersebut dan pada
jalur yang lainnya lampu merah yang akan menyala.
Sistem SCADA merupakan sistem kendali industri berbasis komputer yang
dipakai untuk pengontrolan suatu proses, seperti Proses industri : manufaktur, pabrik,
produksi dan generator tenaga listrik. Proses infrastruktur : penjernihan air minum dan
distribusinya, pengolahan limbah, pipa gas dan minyak, distribusi tenaga listrik, sistem
komunikasi yang kompleks, sistem peringatan dini dan sirine. Proses fasilitas : gedung,
bandara, pelabuhan dan stasiun ruang angkasa. SCADA merupakan alat otomatis
pemulih gangguan serta dapat dilakukan seketika atau menangani gangguan secara
langsung (real time) dari jarak jauh menggunakan HMI (Human Machine Interface).
SCADA mengumpulkan data yang diperoleh dari RTU (Remote Terminal Unit) pada
MTU (Master Terminal Unit) dan mengeksekusi perintah terhadap sistem yang sedang
berjalan tersebut.
Dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir
mengenai “Perancangan Sistem Pengendalian Kemacetan Lalu lintas Pada Traffic
Light Simpang Empat Dengan Sistem Prioritas Menggunakan SCADA (Supervisory
Control And Data Acquisition)”.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, maka dalam penelitian Tugas Akhir ini, penulis
membahas rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara membuat program diagram tangga/ladder diagram dengan
menggunakan Cx-Programmer untuk pengendalian Traffic Light dengan sistem
prioritas.
2. Bagaimana merancang sistem pengendalian Traffic Light simpang empat dengan
sistem prioritas menggunakan SCADA?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari peneitian Tugas Akhir ini adalah untuk merancang sistem
kendali jalur prioritas untuk menanggulangi kemacetan lalulintas pada Traffic light
simpang empat menggunakan sistem SCADA, apabila terdapat sebuah arak-arakan
yangmelalui jalur traffic light tersebut.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini dalam pengembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni, yaitu :
1. Bagi Penulis :
a. Dapat mengetahui penerapan sistem SCADA pada Traffic Light.
b. Sebagai aplikasi dari teori-teori yang didapat dibangku kuliah.
2. Bagi Pembaca dan masyarakat :
a. Sebagai salah satu bahan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
b. Sebagai bahan untuk dapat menerapkan secara langsung pengontrolan Traffic
Light menggunakan sistem SCADA.
3
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
4
BAB II
DASAR TEORI
5
2.1.1 Sistem Kontrol Konvensional
Sistem kontrol proses dalam dunia industri senantiasa berkembang seiring dengan
semakin meningkatnya jumlah produksi barang yang harus dihasilkan. Mesin-mesin
yang digunakan untuk melakukan proses produksi, pada umumnya digerakan oleh
motor listrik. Pada awalnya pengendalian mesin-mesin industri yang digerakan oleh
motor listrik masih menggunakan saklar-saklar biasa yang dioperasikan secara langsung
oleh tangan manusia, atau yang lebih dikenal dengan sistem manual. Kenyataannya
sistem manual kurang handal dan tidak fleksibel untuk itulah para ahli dan praktisi
didunia industri secara berkesinambungan melakukan percobaan dan riset dalam rangka
menciptakan suatu sistem kendali yang dapat melaksanakan proses produksi dengan
lebih efisien, praktis, dan otomatis. Seiring dengan berjalannya waktu, sistem manual
mulai ditinggalkan dan selanjutnya diganti dengan sistem relay. Pengoperasian
peralatan yang membutuhkan daya listrik yang relatif lebih besar, dapat dilakukan
dengan mencatu daya listrik yang relatif rendah pada sebuah relay.
Selanjutnya dengan kombinasi berbagai jenis relay, dapat dibentuk dengan suatu
sistem kendali yang melaksanakan suatu proses yang spesifik. Sistem inilah yang
dikenal dengan sistem kontrol konvensional.
Beberapa contoh lain dari sistem SCADA ini banyak dijumpai di lapangan
produksi minyak dan gas (Upstream), Jaringan Listrik Tegangan Tinggi dan Tegangan
Menengah (Power Transmission and Distribution) dan beberapa aplikasi yang dipakai
untuk memonitor dan mengontrol areal produksi yang cukup luas.
6
2.2.1 Prinsip Kerja SCADA
Merupakan alat otomatis pemulih gangguan serta dapat dilakukan seketika atau
menangani gangguan secara langsung (real time) dari jarak jauh. SCADA
mengumpulkan data yang diperoleh dari RTU (Remote Terminal Unit) pada MTU
(Master Terminal Unit) dan mengeksekusi perintah terhadap sistem yang sedang
berjalan tersebut. sesuai dengan prinsip kerja tersebut, maka terdapat dua elemen
penting yang berperan dalam SCADA, yaitu :
1. Terdapat proses sistem atau mesin yang dipantau.
2. Adanya jaringan peralatan HMI ke sistem melalui sensor ataupun luaran kontrol.
Dilihat dari karakteristik sistem kontrolnya, sistem SCADA terbagi menjadi dua,
yaitu open loop (komunikasi jarak jauh) dan closed loop (komunikasi jarak dekat).
Perbedaan diantara keduanya hanyalah alat komunikasi yang digunakan, dimana pada
sistem kontrol open loop, sistem SCADA menggunakan jaringan WAN (Wireless Area
Network) dengan dilengkapi sistem radio (pengirim dan penerima sinyal) untuk ribuan
I/O dan pengontrolan bisa dilakukan dengan jarak ribuan kilometer. Untuk closed loop,
sistemnya mirip dengan DCS (Distributed Control System), dimana sistem ini
merupakan sistem atau unit pengumpul dan kontrol data yang biasanya ditempatkan
pada area terbatas dan sistem komunikasi yang digunakan oleh DCS berupa LAN
(Local Area Network).
Sistem SCADA sangat bergantung dari jumlah RTU dalam hal mengumpulkan
data dan mengirimkan data tersebut kembali ke pusat menggunakan sistem komunikasi
pada pusat utama. Ketepatan dan efisiensi waktu dapat memungkinkan proses dan
pengoperasian di industri menjadi optimal. hal lainnya yang dapat diperoleh adalah
efisiensi pekerjaan data yang realible dan yang paling penting adalah pengoperasiannya
dapat dilakukan dengan aman.
RTU menyediakan informasi secara otomatis dengan menggunakan sensor analog
atau digital pada setiap jaringan pengontrolan. Sistem komuniksi menyediakan jalur
data untuk komunikasi antara pegumpul utama dengan jaringan pengontrolan. Sistem
komunikasi ini dapat berupa kabel, fiber optik, radio, saluran telepon, microwave, dan
bahkan sampai satelit. Unit pegumpul data mengumpulkan data dari berbagai macam
RTU dan selanjutnya menghasilkan hubungan secara otomasi dengan operator. Proses
pengolahan data yang terjadi pada sistem SCADA dilihat dari 3 hal, yaitu komunikasi,
penyajian, dan pengontrolan data.
7
1. Komunikasi Data
Pada awalnya SCADA melakukan komunikasi data melalui radio modem atau
jalur kebel serial khusus (saat ini data-data SCADA dapat disalurkan melalui
jaringan internet atau TCP/IP). Untuk alasan keamanan, jaringan komputer untuk
SCADA adalah jaringan komputer lokal (LAN) tanpa harus mengekspose data-
data penting di internet.Komunikasi data diatur melalui suatu protokol, dan karena
kebanyakan sensor dan kontrol hanyalah peralatan listrik yang sederhana (alat-alat
tersebut tidak dapat menghasilkan/menerjemahkan protokol komunikasi) dengan
demikian dibutuhkan RTU yang menjebatani antara sensor dan jaringan SCADA.
RTU mengubah masukan-masukan sensor ke format protokol yang bersangkutan
dan mengirimkan ke master SCADA. Selain itu RTU juga menerima perintah
dalam format protokol dan memberikan sinyal listrik yang sesuai ke relay kontrol
yang bersangkutan.
2. Penyajian Data
Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor (baik
analog maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah di buatkan
HMI-nya atau HCI-nya (Human Computer Interface). Akses ke kontrol ini bisa
dilakukan secara lokal maupun melalui website bahkan saat ini sudah tersedia
panel-panel kontrol yang touch screen.
3. Pengontrolan Data
Pada pengontrolan data dilakukan pada satu tempat utama. semua pengontrolan
yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat ditambahkan pada satu sistem SCADA
terpusat. Artinya kita dapat melakukan semuapengontrolan pada perusahan
dengan sistem HMI yang ada pada sebuah sistem komputer secara penuh. Bahkan
dengan sistem SCADA yang canggih (hampir semua produk perangkat
lunak/software SCADA saat ini sudah canggih) bisa dilakukan otomasi proses
tanpa harus melibatkan campur tangan manusia, tapi tentu saja kita masih bisa
secara manual mengontrolnya dari master stasiun. Tentunya dengan bantuan
sistem SCADA, proses yang terjadi pada sebuah perusahaan industri bisa lebih
efektif, efisien, dan meningkatkan profit perusahaan.
8
2.2.2 Software SCADA Genesis32
GENESIS32 adalah rangkaian aplikasi OPC, BACnet, SNMP, dan HMI dan
SCADA yang sepenuhnya skalabel. GENESIS32 Automation Suite dirancang dari
bawah ke atas untuk memanfaatkan seluruh rentang sistem operasi Microsoft Windows,
menyediakan integrasi yang andal dengan antarmuka komunikasi paling populer. Ini
memberikan kemudahan penggunaan yang tak tertandingi, kinerja dan penghematan
biaya karena desain berbasis standar terbuka.
9
Gambar 2.2 Posisi OPC Server Dalam Sistem SCADA.
Dari gambar tampak bahwa HMI yang bisa berupa software SCADA melakukan
komunikasi data ke OPC Server, dalam hal ini “Modbus MatrikonOPC Server” buatan
perusahaan Matrikon. Dalam sistem SCADA yang memakai OPC Server, software
SCADA tidak pernah langsung berhubungan dengan PLC atau MODUL SCADA.OPC
Server lah yang bertanggung jawab untuk berkomunikasi dengan PLC atau MODUL
SCADA dan kemudian menyampaikan data dari PLC atau MODUL SCADA tersebut
ke software SCADA.
Gambar 2.3 Komunikasi OPC Server dengan PLC, Modul SCADA dan Software
SCADA
10
2.2.4 Modul SCADA
Modul SCADA adalah suatu modul input/output (IO) yang memakai protokol
Modbus RTU untuk berkomunikasi dengannya. Modul SCADA dapat dikomunikasikan
dengan berbagai software otomasi industri seperti softwareSupervisory Control And
Data Acquisition (SCADA) dan PC Based Automation. Software SCADA yang
dimaksud misalnya Wonderware, Iconics, Cimplicity, IGSS, xArrow,LabView dsb.
Sementara software PC based Automation adalah CoDeSys.
1. Konfigurasi PIN Modul SCADA
MODUL SCADA memiliki port A,port B,port C dan port D dengan konfigurasi
setiap port adalah sebagai berikut :
Pada modul SCADA, Pin 1 untuk Ground Pin 2 untuk Vcc 5 volt. jika bekerja
dengan pin modul SCADA, jangan sampai tersambung antara terminal (1‐GND) dan
terminal (2‐POSITIP), sebab bisa korslet dan menyebabkan modul terbakar. Modul
SCADA memiliki beberapa kanal antara lain : Analog Input 8 kanal 10 bit, Digital Input
14 kanal, Digital Output 8 kanal.
MODUL SCADA memiliki Port A, Port B,Port C dan Port D yang sudah
dikonfigurasi dengan OPC server nya seperti dibawah ini :
Port A sebagai masukan Analog Input (di OPC server A0‐A7).
Port B sebagai masukan Digital Input (di OPC server B0‐B7).
Port D sebagai masukan Digital Input (di OPC server D0‐D8).
11
Port C sebagai keluaran Digital Output (di OPC server C0‐C7).
12
2.3.1 Sistem Komponen PLC
Pada umumnya PLC dapat dibayangkan sebagai sebuah personal komputer
konvensional karena konfigurasi internalyang ada pada PLC mirip dengan konfigurasi
yang dimiliki oleh sebuah personal komputer. Pada gambar 2.7menunjukan struktur
dasar penyusunan sebuah PLC, yang terdiri dari :
1. Central Processing Unit (CPU)
Otak dari PLC yaitu Central Processing Unit (CPU) yang terdiri lebih dari satu
mikroprosesor. CPU mengandung tipe mikroprosesor sama yang dapat ditemukan
dalam sebuah mikrokomputer, perbedaannya bahwa program yang digunakan
dengan tipe prosesor hanya ditulis untuk mengakomodasi logika tangga dan
bukannya bahasa pemrogaman yang lain. CPU menjalankan sistem operasi,
mengelola memori, memantau input, mengevaluasi logika pengguna (diagram
tangga) dan mengaktifkan output yang tepat.
2. Unit Input
Modul input mengubah tingkat logika sesungguhnya pada tingkat logika yang
dibutuhkan oleh CPU. Piranti input seperti saklar, sensor dan lain-lain. Modul ini
terpasang pada rak PLC yang menjalankan beberapa fungsi secara fisik menahan
CPU, power supply dan modul I/O.
3. Unit Output
Piranti output dalam PLC berupa motor, lampu, kumparan, katup dan lain-lain.
Modul-modul output dapat berjalan pada tegangan DC maupun AC. Sebuah
modul digital dapat berfungsi sebagai saklar. Output image table bagian dari
memori CPU. Logika pengguna yang menentukan apakah sebuah output
seharusnya ON atau OFF.
4. Unit Memori
Random Acces Memory (RAM) dirancang agar pengguna dapat membaca atau
menulis memory. ROM digunakan PLC untuk sistem operasi. Kontrol-kontrol
sistem operasi berfungsi sebagai software. EEPROM berfungsi seperti RAM
tetapi ini dapat dihapus secara elektrik.
13
5. Fasilitas Komunikasi
Yaitu fasilitas yang membantu CPU dalam melakukan pertukaran data dengan
perangkat lain, termasuk juga komunikasi dengan komputer untuk melakukan
pemrograman dan pemantauan.
6. Catu Daya
Merupakan penyuplay daya kepada semua komponen dalam PLC. Biasanya
catudaya PLC adalah 220 V AC dan 24 V DC.
14
dilakukan oleh PLC. Pada gambar 2.8 memperlihatkan diagram input, proses, dan
output pada PLC.
Sistem kerja dari PLC adalah berdasarkan program yang dimasukan kedalamnya
dan secara umum fungsi dari PLC sangatlah kompleks dan teliti diantarnya dapat
mengingat, mendata, mengolah/memproses data, berkomunikasi/berdialog, memutus
dan menghubungkan rangkaian secara otomatis. Selain itu program yang akan
dimasukan kedalam memori PLC dapat dibuat kapan saja sesuai dengan keperluan dan
pada peralatan atau mesin yang akan dikendalikan oleh PLC, dapat dikontrol, diatur,
ditambah, dapat dikurangi, dan diganti dengan mudah.
PLC beroperasi secara kontinu dalam tiga langkah (disebut satu scan) seperti
terlihat pada gambar 2.9.
1. Input Scan: PLC membaca nilai/kondisi dari terminal input dan menyimpannya
dalam memori input. Pengolahan nilai input selanjutnya didasarkan pada nilai
pada memori input. Hal ini dimaksaudkan agar nilai input tetap konsisten selama
15
satu scan. Apabila terjadi perubahan nilai input maka baru akan berpengaruh
pada scan berikutnya. Namun terdapat instruksi khusus apabila hendak
mengambil nilai langsung dari terminal input.
2. Solve Logic: Selanjutnya PLC mengeksekusi program satu demi satu
menggunakan nilai pada memori input dan memperbaharui nilai pada memori
output. Pemrogramam PLC difokuskan pada bagian ini.
3. Output Scan: Terakhir PLC mengeluarkan nilai dari memori output ke terminal
output dan selanjutnya ke perangkat luar output.
Setiap scan memerlukan waktu yang berbeda bergantung panjangnya program yang
diterapkan, namun secara umum berlangsung sangat cepat.
Garis vertikal pada diagram elektromekanis yang ditandai dengan L1 dan L2,
pada dasarnya adalah sumber atau line tegangan yang dapat berupa sumber AC atau
sumber DC. Jika line tersebut merepresentasikan sumber tegangan AC maka L1 sering
diartikan sebagai line fase dan L2 sebagai line netral, sedangkan jika line tersebut
mempresentasikan tegangan DC maka L1 merupakan terminal positif dan L2 adalah
terminal negatif atau ground.
16
Untuk kasus pada gambar 2.10, lampu PL akan menyala jika dua kondisi ini
terpenuhi : push button (PB) ditekan dan limit switch 1 (LS1) tertutup, atau kedua limit
switch LS1 dan LS2 tertutup (dalam kedua kondisi tersebut akan terjadi aliran daya dari
L1 ke L2 melalu lampu PL). Perlu diperhatikan bawah dalam diagram elektromekanis
ini, perangkat input/output sistem kontrol digambarkan dengan simbol-simbol perangkat
standar secara langsung.
Pada awalnya, diagram elektromekanis ini digunakan untuk mempresentasikan
rangkaian logika kontrol secara hardwired untuk mesin-mesin atau peralatan. Karena
luasnya pemakaian maka diagram tersebut menjadi standar pemrograman sekuensial
yang banyak ditemui di industri. Rangkaian diagram elektromekanis yang bersifat
hardwired ini pada dasarnya dapat langsung diimplementasikan dengan menggunakan
diagram tangga. Rangkaian logika kontrol diimplementasikan dengan softwired dengan
menggunakan software.
Pada Gambar 2.11, jika koil A tidak di-energize (Off) maka kontak Al akan
tetap terbuka dan kontak A2 akan tetap tertutup. Sebaliknya, jika koil A di-energize
maka kontak A1 akan tertutup sedangkan kontak A2 akan terbuka.
Di dalam PLC, setiap koil internal beserta kontak-kontaknya ini akan memiliki
alamat yang unik. Sebagai contoh, koil QXO.O.O akan memiliki kontak normally open
(NO) atau normally close (NC) dengan alamat yang sama (yaitu QXO.O.O). Perlu
ditekankan bahwa untuk sebuah koiI internal PLC, jumlah kontak yang dimilikinya
17
dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Gambar 2.12). Hal ini tentunya berbeda
dibandingkan dengan relay elektromekanis yang mempunyai jumlah kontak tertentu
saja.
PLC juga mendukung pemakaian beragam dari sebuah perangkat input. Gambar
2.12 memperlihatkan contoh limit switch (LS) dihubungkan dengan modul input PLC
dengan alamat memori IXO.O.1. Dari gambar terlihat bahwa untuk sebuah perangkat
masukan tertentu (dalam hal ini LS: NO) yang dihubungkan pada terminal input PLC,
akan diprogram di dalam memori PLC, baik sebagai saklar NO maupun sebagai saklar
NC dengan jumlah sesuai kebutuhan program. Dengan kata lain, secara fungsional,
modul input PLC ini dapat dianggap sebagai koil relay dengan sejumlah kontaknya
yang dapat diprogram secara fleksibel.
Dari gambar 2.13, terlihat pada anak tangga pertama, input LS1 diprogram
sebagai saklar NO, sedangkan pada anak tangga kedua, LS diprogram sebagai anak
tangga NC, dan seterusnya. Jika input LS menjadi tertutup (ter-energize) maka keadaan
kontak-kontaknya otomatis akan berubah; kontak yang diprogram NO akan tertutup
(On), sedangkan kontak yang diprogram sebagai NC akan terbuka (Off).
18
Untuk lebih jelasnya, gambar 2.14 memperihatkan diagram elektromekanis di
mana terlihat bahwa lampu PL akan menyala jika dan hanya jika PB1 ditekan dan PB2
tidak ditekan (normal).
(a) (b)
Gambar 2.15 Transformasi Diagram Tangga, (a) PB1 Ditekan, PB2 Tidak Ditekan
(b) PB1 Tidak Ditekan, PB2 Ditekan
19
Gambar 2.16 Instruksi LOAD
2. LOAD NOT
Instruksi Load Not pada PLC mempunyai singkatan kode LD NOT. Intruksi
ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol hanya
membutuhkan satu kondisi logic saja dan sudah dituntut untuk mengeluarkan satu
output. Diagram tangga simbol LOAD NOT ditunjukan pada gambar 2.17.
3. AND
Instruksi And pada PLC mempunyai singkatan kode AND. Instruksi ini
dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol membutuhkan
lebih dari satu kondisi logic yang harus terpenuhi semuanya untuk mengeluarkan
satu output. Diagram tangga simbo AND ditunjukan pada gambar 2.18.
4. AND NOT
Intruksi And Not pada PLC mempunyai singkatan kode AND NOT.
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol
membutuhkan lebih dari satu kondisi logic yang harus terpenuhi semuanya untuk
mengeluarkan satu output. Diagram tangga simbol AND NOT ditinjukan pada
gambar 2.19.
20
Gambar 2.19 Instruksi AND NOT
5. OR
Instruksi OR pada PLC mempunyai singkatan kode OR. Instruksi ini
dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol hanya
membuthukan salah satu saja dari beberapa kondisi logic untuk mengeluarkan
satu output. Diagram tangga simbol OR ditunjukan pada gambar 2.20.
6. OR NOT
Instruksi Or Not pada PLC mempunyai sinkata kode OR NOT. Instruksi ini
dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol hanya
membutuhkan salah satu saja dari beberapa kondisi logic untuk mengeluarkan
satu output. Diagram tangga simbol OR NOT ditunjukan pada gambar 2.21.
21
7. OUT
Instrukasi Out pada PLC mempunyai singkatan kode OUT. Instruksi ini
berfungsi untuk mengeluarkan outputjika semua kondisi logicdiagram tangga
sudah terpenuhi. Diagram tangga simbol OUT ditunjukan pada gambar 2.22.
8. OUT NOT
Instruksi Out Not pada PLC mempunyai singkatan kode OUT NOT.
Instruksi ini berfungsi untuk mengeluarkan output jika semua kondisi logic
diagram tangga tidak terpenuhi. Diagram tangga simbol OUT NOT ditunjukan
pada gambar 2.23.
22
Gambar 2.24 PLC Omron CPM-1A
Sumber : [ CITATION Lov13 \l 1057 ]
23
Keterangan :
1) Power supply input terminals
Hubungkan power supply ( 100 – 240 V AC atau 24 V DC ) pada terminal ini.
2) Analog controls
CPM-1A mempunyai 2 buah tombol pengaturan variabel resistor yang digunakan
untuk seting manual dari kontrol analog timer dan counter.
3) Peripheral port
Port ini digunakan untuk menghubungkan alat transfer data seperti programming
console, RS-232C atau RS-422 kepada PC CPM-1A.
4) Input terminals
Hubungkan terminal ini kepada peralatan input luar.
5) Input indicators
Indikator ini menyala apabila hubungan terminal input dalam kondisi ON dan akan
berubah ataupun berganti sesuai sinyal dari terminal input maupun console.
6) PC status indicators
Tabel di bawah ini menunjukkan kerja indikator PC sesuai dengan status PC saat
CPM-1A beroperasi.
24
(Merah) BERKEDIP Terjadi error (Kerja PC tetap
berlangsung)
25
1. Toolbar
Pilihan untuk memilih fungsi dengan menekan tombol. Select [view] Toolbar,
Kemudian dapat memilh toolbar yang ingin ditampilkan.
2. Menus
Pilihan Untuk memilih Menu.
3. Title Bar
Menunjukan nama file atau data tersimpan dan dibuat pada CX- Programmer
4. Section
Dapat membagi program kedalam beberapa blok. Masing masing blok dapat
dibuat atau ditampilkan.
6. Ladder Window
Layar sebagai tampilan atau membuat diagram ladder.
7. Output Window
Menunjukan informasi error saat melakukan compile ( error check ).
Menunjukan hasil dari pencarian kontak/coil didalam list form.
Menunjukan detail dari error yang ada pada saat loading suatu proyek.
8. Status Bar
Menunjukan suatu informasi seperti nama PLC, status on line/offline, lokasi dari
cell yang sedang aktif.
9. Information window
Memapilkan window uang menunjukan shortcut key yang digunakan pada CX-
Programmer.
10. Symbol Bar
26
Menampilkan nama, alamat atau nilai dan comment dari symbol yang sedang
dipilih cursor.
27
Gambar 2.27 Lampu Lalu Lintas
Sumber : https://sejarah-lampu-lalu-lintas. 2015
Lampu lalu lintas dapat memberi keuntungan bagi peningkatan keamanan lalu
lintas, mengurangi kemacetan dan memberikan keamanan bagi pengguna
penyeberangan jalan. Setiap lampu lalu lintas terdiri dari 3 warna yaitu merah, kuning
dan hijau dengan perincian sebagai berikut :
28
2.5 Sensor
Secara umum sensor didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap suatu
besaran fisik kemudian mengubahnya menjadi sinyal elektrik baik arus listrik ataupun
tegangan. Secara garis besar sensor terbagi atas dua jenis yaitu :
1. Sensor fisika, adalah sensor yang mendeteksi suatu besaran berdasarkan hukum-
hukum fisika misalnya : sensor cahaya, sensor suhu, sensor gerak dan lain
sebagainya.
2. Sensor kimia, adalah jenis sensor yang mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan
cara mengubah besaran kimia kedalam bentuk listrik. Biasanya melibatkan
beberapa reaksi kimia. Contoh sensor kimia adalah sensor PH, sensor gas, sensor
oksigen, sensor ledakan dan lain sebagainya.
29
c. IR-C: 3000 nm-1 mm
Sub-division yang digunakan adalah:
a. Inframerah dekat(NIR, IR-A DIN): 0.75-1.4 µm,
b. Inframerah gelombang pendek (SWIR, IR-B DIN): 1.4-3 µ m,
c. Inframerah gelombang menengah (MWIR, IR-C DIN) juga disebut
d. Inframerah intermediate (IIR): 3-8 µ m,
e. Inframerah gelombang panjang (LWIR, IR-C DIN): 8-15 µ m,
f. Inframerah Jauh (FIR): 15-1,000 µ m.
30
Gambar 2.29 LED (Light Emiting Dioda)
Sumber : https://rasapas.wordpress.com. 2011
2.7 Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan
oleh arus listrik. Secara umum relay terdiri dari 2 bagian besar yaitu koil dan kontak.
Koil adaIah gulungan kawat yang mendapat arus listrik, sedangkan kontak adalah
sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada tidaknya arus listrik pada koil.
Padagambar 2.30 dapat dilihat bentuk fisik dari sebuah relay. Kontak pada relay terdiri
atas 2 macam yaitu :
31
(a) Relay 24VDC (b) Relay 12VDC
32
Gambar 2.31 Kabel Serial RS-232
Sumber : https://beberapa-konfigurasi-kabel-serial-rs232-dari-pc-ke-pc-dan-dari-pc-ke-
PLC. 2011
Standar RS-232 mendefinisikan kecepatan 256 kbps atau lebih rendah dengan
jarak kurang dari 15 meter, namun belakangan ini sering ditemukan jalur kecepatan
tinggi pada komputer pribadi dan dengan kabel berkualitas tinggi, jarak maksimum juga
di tingkatkan secara signifikan.Dengan susunan pin khusus yang disebut null modem
cable, standar RS-232 dapat juga digunakan untuk komunikasi data antara dua
komputer secara langsung.
BAB III
33
METODOLOGI PENELITIAN
34
Bahan dan alat yang digunakan untuk membuat dan mensimulasikan diagram
tangga, menggunakan perangkat keras Laptop Toshiba Intel Inside dan perangkat lunak
Cx-Programmer versi 9.3 sedangkan bahan dan alat yang digunakan untuk melakukan
desain dan uji laboratorium adalah :
Tabel 3.2 Alat dan Bahan
No Alat Dan Bahan Kegunaan Jumlah
1 PLC OMRON CPM-1A Sebagai pemroses data 1 unit
2 Modul SCADA Sebagai pengontrol 1 unit
3 Lampu Led Sebagai lampu traffic light 12 buah
4 Sensor Inframerah Sebagai Pendeteksi Kepadatan 8 buah
Kendaraan
5 Papan PCB Sebagai jalur rangkaian 3 buah
6 Terminal Konektor Sebagai soket penghubung 24 buah
miniatur dengan PLC
7 Kabel Jumper Sebagai kabel penghubung antara Secukupnya
terminal PLC dengan miniatur
8 Kabel Pelangi Sebagai penghubung komponen Secukupnya
9 Resistor 220Ω Sebagai tahanan LED dan Sensor 8 buah
10 Relay Sebagai saklar 8 buah
11 Kayu, Triplek, Karpet, Sebagai bahan dasar pembuatan Secukupnya
dan Cat miniatur
12 Aluminium Sebagai tiang traffic light 4 buah
13 Power Supply 220 V AC sebagai catu daya ke PLC dan 1 unit
dan 24 V DC rangkaian elektronika
35
Gambar 3.1Flowchart Penelitian
36
1. Blok Diagram Sistem Kontrol Traffic Light
Perancangan sistem kontrol Traffic Light dimulai dengan pembuatan blok
diagram sistem yang bertujuan untuk memberikan gambaran hubungan antara PLC,
Traffic Light danHMI. Gambar 3.2 adalah blok diagram sistem yang memberikan
gambaran hubungan antara PLC, Traffic Lightdan HMI.
37
Gambar 3.3 Sketsa Simpang Empat Jalan
Keterangan Gambar :
1. (Sensor Inframerah)
2. (Lampu traffic light yang ada pada jalur 1, 2, 3, dan 4)
3. J1, J2, J3, dan J4 (Jalur 1, 2, 3 dan 4)
Gambar 3.3 adalah miniatur simpang empat jalan dengan lebar dan panjang 80
cm x 130 cm, dan masing-masing jalur memiliki panjang 30 cm x 30 cm. Pada
miniatur simpang empat jalan ini, tiap jalur terdapat satu buah lampu Traffic Light
yang terdiri dari tiga buah lampu, yakni merah, kuning dan hijau, serta pada setiap
jalur memiliki 2 buah sensor inframerah yang terpasang pada bagian depan dan
belakang pada setiap sisi jalur.
38
maka dibuat driver lampu untuk menurunkan tegangan dari 8.6 volt ke 3 volt yang
merupakan tegangan maksimum untuk lampu menyala.
Dari gambar 3.4 dapat diketahui tahanan pada resistor yang digunakan untuk
tiap-tiap lampu. Untuk mengetahui tahanan yang digunakan pada penelitian Tugas
Akhir ini maka dapat menggunakan rumus dari hukum Ohm.
Berdasarkan hukum Ohm V = I . R ......................................................................(1)
Keterangan : V = Tegangan, I = Arus, R = Tahanan Resistor.
Untuk mencari nilai resistor maka : R = V/I ........................................................ (2)
R = (Vs – Vd) / I
Vs = Tegangan Sumber (Power Supply)
Vd = Jatuh Tegangan
Pada penelitian Tugas Akhir ini lampu LED yang akan digunakan yaitu warna
merah, hijau dan kuning. Dimana masing-masing LED mempunyai jatuh tegangan
1,8 Volt untuk LED merah, 2,4 Volt untuk LED kuning, 2,6 Volt untuk LED hijau
yang akan dinyalakan menggunakan sumber tegangan 8,6 Volt maka harus mencari
nilai resistor yang dihubungkan secara seri dengan LED, arus yang dipakai yaitu 0-2
Ampere.
39
3. Pembuatan Sensor Kepadatan
Sensor kepadatan digunakan sebagai pendeteksi padatnya suatu jalur. Sensor
kepadatan yang dimaksud yaitu menggunakan sensor inframerah yang merupakan
perangkat pendukung agar dapat berkomunikasi dengan PLC. Sensor kepadatan
terdiri atas beberapa komponen yang dipakai seperti terlihat pada tabel 3.3
Komponen Jumlah
Dapat diketahui bahwa jumlah sensor yang digunakan yaitu 8 buah sensor
inframerah yang masing-masing jalur terpasang 2 buah sensor, dimana pada sensor
inframerah memiliki 2 buah rangkaian yang terpisah yaitu, rangkaian pengirim dan
penerima seperti terlihat pada gambar 3.5 dan 3.6 berikut ini.
40
Gambar 3.6 Rangkaian Sensor Inframerah Penerima
41
Gambar 3.7Software CX-Programmer v9.3
42
NO FUNGSI OUTPUT INISIALISASI ALAMAT
1. Lampu Hijau 1 LH1 10.00
2. Lampu Hijau 2 LH2 10.01
3. Lampu Hijau 3 LH3 10.02
4. Lampu Hijau 4 LH4 10.03
5. Lampu Kuning 1 LK1 10.04
6. Lampu Kuning 2 LK2 10.05
7. Lampu Kuning 3 LK3 10.06
8. Lampu Kuning 4 LK4 10.07
9. Lampu Merah 1 LM1 11.00
10. Lampu Merah 2 LM2 11.01
11. Lampu Merah 3 LM3 11.02
12. Lampu Merah 4 LM4 11.03
43
Gambar 3.8Flowchart Pembuatan Diagram Tangga
44
Gambar 3.9Flowchart Subrutin Jalur 1
Berdasarkan diagram alir pada gambar 3.9, maka dapat dibuat diagram
tangga subrutin jalur 1 pada gambar 3.10dan gambar 3.11yang terdiri dari :
45
Gambar 3.10 Diagram Tangga Subrutin Jalur 1
46
2. Pembuatan Diagram Tangga Subrutin Jalur 2
Subrutin jalur 2 merupakan subrutin yang berfungsi untuk mengetahui proses
pergantian lampu traffic lightyang terjadi dijalur 2.
Berdasarkan diagram alir subrutin jalur 2 pada gambar 3.12, maka dapat dibuat
diagram tangga subrutin proses pergantian nyala lampu pada jalur 2 seperti pada
gambar 3.13 dan gambar 3.14 yang terdiri dari :
47
3. Timer lampu hijau 2 off, Kontak bantu NO (T0002) menjadi NC untuk
mengaktifkan TMLK2 (T0003), sehingga lampu kuning menyala.
4. TMLK2 (T0003) off, kontak NO (T0003) menjadi NC dan mengaktifkan
lampu merah.
48
3. Pembuatan Diagram Tangga Subrutin Jalur 3
Subrutin jalur 3 merupakan subrutin yang berfungsi untuk mengetahui proses
pergantian lampu traffic light yang terjadi dijalur 3.
Berdasarkan diagram alir subrutin jalur 3 pada gambar 3.15, maka dapat dibuat
subrutin proses pergantian nyala lampu pada jalur 3 pada gambar 3.16 dan 3.17 yang
terdiri dari :
49
4. TMLK3 (T0005) off, kontak NO (T0005) menjadi NC dan mengaktifkan lampu
merah.
50
4. Pembuatan Diagram Tangga Subrutin Jalur 4
Subrutin jalur 4 merupakan subrutin yang berfungsi untuk mengetahui proses
pergantian lampu traffic light yang terjadi dijalur 4.
Berdasarkan diagram alir subrutin jalur 4 pada gambar 3.18, maka dapat dibuat
subrutin proses pergantian nyala lampu pada jalur 4 pada gambar 3.19 dan 3.20 yang
terdiri dari :
51
4. TMLK4 (T0007) off, kontak NO (T0007) menjadi NC dan mengaktifkan
lampu merah.
52
5. Pembuatan Diagram Tangga Subrutin Jalur Prioritas (SCADA)
Subrutin jalur prioritas (SCADA) merupakan subrutin yang akan berfungsi
untuk mengaktifkan salah satu lampu traffic light hijau pada satu jalur dari ke empat
jalur tersebut apabila ada aktifitas arak-arakan yang melalu jalur lampu lalu lintas.
Diagram tangga ini akan di buat pada CX-Programmer dan akan diaktifkan melalui
HMI SCADA yang telah dibuat. Gambar 3.21 merupakan diagram alir pada jalur
prioritas.
Mulai
PB. LH1 ON
Selesai
53
c. Pembuatan Diagram Tangga Subrutin Sensor
Subrutin sensor merupakan subrutin yang berfungsi untuk mengetahui proses saat
terjadinya kepadatan disalah satu jalur. Diagram alir subrutin sensor dapat dilihat pada
gambar 3.22.
Mulai
Sensor ON
Tidak S1 Padat?
Ya
TM S.Padat J1 Aktif
TM S.Padat J1 aktif?
Ya
Selesai
54
2. PembuatanHMI SCADA
Pada pembuatan Software HMI SCADA, digunakan software Genesis32.
Tampilan dari software tersebut, dapat dilihat pada gambar 3.23 berikut.
Gambar 3.23SoftwareGenesis32
55
a. Penentuan Nama dan Alamat Pada HMI SCADA
Pada penentuan nama dan alamat HMI SCADA, pada pengalamatan output lampu
trfaffic light seperti yang telah dibuat pada ladder diagram PLC. Sedangkan pada
pengalamtan input dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut :
3.4 Implementasi
Pada tahap ini, penulis melakukan pengujian sistem secara keseluruhan terhadap
sistem kontrol penanggulangan kemacetan lalu lintas pada traffic light yang telah
dirancang dengan pengujiannya sebagai berikut :
a. Pengujian perangkat lunak/Software
b. Pengujian perangkat keras/Hardware
56
3.5 Analisa
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian yang dilakukan. Dari
analisa ini, akan diketahui tentang kekurangan dan kelebihan sistem kontrol lalu lintas
yang telah dibuat.
BAB IV
57
HMI, maka seorang operator dapat mengatifkan lampu hijau menggunakan push button
yang telah dibuat pada HMI SCADA untuk jalur yang diprioritaskan melewati traffic
light tersebutdan pada jalur yang lainnya lampu merah yang akan menyala. Selain itu
juga, sistem ini bekerja berdasarkan tingkat kepadapatan pada tiap jalur. Untuk
mendeteksi adanya kepadatan disetiap jalur digunakan sensor inframerah/infrared
sensor. Pada sistem ini digunakan 1 unit PLC (Programmable Logic Controller) dan 1
unit modul SCADA, yang berfungsi sebagai kontroller pemroses program. Input pada
PLC adalah sensor pada miniatur dan push button yang ada pada HMI SCADA,
sedangkan outputnya adalah lampu traffic light. Lampu yang digunakan adalah lampu
led merah, led kuning, dan led hijau.
Penyalaan lampu traffic light akan sesuai dengan urutan yang sudah dibuat pada
ladder diagram dan pengontrolan lampu traffic light hijau untuk jalur prioritas akan
dikendalikan melalui push button yang ada pada HMI SCADA. Sedangkan infrared
sensor ketika mendeteksi adanya kepadatan kendaraan maka sensor akan mengirim
sinyal ke PLC dan kemudian akan diproses untuk memberi tambahan waktu pada lampu
hijau.
Untuk mengetahui hasil dari sistem yang dibangun maka dilakukan pengujian
sistem pada miniatur traffic light. Miniatur traffic light dibuat terdiri dari 4 jalur, tiap
jalur terdapat tiga buah lampu led merah, kuning, hijau dan tiap jalur juga terdapat 2
buah infrared sensor yang dipasang pada bagian depan dan belakang sisi jalan.
1) Pengujian ProgramPLC
a. Pengujian Subrutin Jalur 1
58
1. Kondisi Saat Lampu Hijau Menyala
Pada pengujian ini, saat kontak No (Star) mulai aktif dan mengalirkan arus
ke koil, sehingga koil tersebut menjadi aktif. Bersamaan dengan itu, Kontak NO
koil menjadi aktif dan mengalirkan arus ke Timer Lampu Hijau 1 (TMLH1)
sehingga TMLH1 menjadi aktif dan mulai menghitung untuk nyala lampu hijau 1.
59
Gambar 4.3 Pengujian Diagram Tangga TMLK1
61
Gambar 4.9 Pengujian Diagram Tangga TMLK2
62
Gambar 4.12 Pengujian Diagram Tangga Lampu Merah 2
63
Gambar 4.15 Pengujian Diagram Tangga TMLK3
64
d. Pengujian Subrutin Jalur 4
1. Kondisi Saat Lampu Hijau Menyala
Pada pengujian ini, diawali dengan kondisi dimana Timer Break 3 telah
selesai menghitung dan kontak NO timer break3 menjadi aktif untuk mengalirikan
arus ke Timer Lampu Hijau 4 (TMLH4) sehingga TMLH4 aktif dan mulai
menghitung selama 25 detik untuk nyala lampu hijau 4.
65
Gambar 4.21 Pengujian Diagram Tangga TMLK4
66
Gambar 4.24 Pengujian Diagram Tangga Lampu Merah 4
67
Gambar 4.27 Pengujian Diagram Tangga Jalur Prioritas Hijau 2
68
Gambar 4.31 Pengujian Diagram Tangga Jalur Prioritas Hijau 4
69
Gambar 4.33 Diagram Tangga Sensor Jalur 2
70
4.2.2 Pengujian Perangkat Keras
Pengujian perangkat keras meliputi pengujian terhadap sensor kepadatan pada
miniatur dan pengujian lampu traffic light. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah sensor aktif atau tidak ketika terhalang oleh kendaraan dan tidak tehalang oleh
kendaraan. Untuk pengujian lampu traffic light, dilakukan ditiap jalur yang masing-
masing jalur terdapat 1 buat traffic light, yang masing-masing traffic light terdiri dari
lampu merah, kuning, dan hijau. Pengujian ini dilakukan agar dapat diketahui variasi
nyala lampu tiap jalur yang sudah dibuat dalam program.
Gambar 4.36
Seperti yang terlihat pada gambar 4.36, jarak antara kedua buah sensor adalah 20
cm. Penempatan sensor ini bertujuan untuk mengetahui saat kondisi padat dan kondisi
normal di salah satu jalur. Prinsip kerja dari sensor kepadatan ini yaitu, apabila salah
satu sensor pada jalur tersebut terhalang oleh kendaraan maka pada kondisi ini tidak
dikatakan padat. Sedangkan apabila kedua buah sensor terhalang oleh kendaraan,
maka pada jalur tesebut dikatakan padat. Berikut ini merupakan tabel kebenaran
sensor kepadatan.
71
Pada pengujian ini, tiap jalur memiliki 1 buah traffic light yang terdiri dari 3 buah
lampu led merah, kuning, dan hijau. Variasi nyala lampu lalu lintas dengan kondisi
sebagai berikut :
a) Jalur 1
Saat Kondisi Lampu Hijau
Traffic light 2, 3, 4 merah
Saat Kondisi Lampu Kuning
Traffic light 2, 3, 4 tetap merah
Saat Kondisi Lampu Merah
Traffic light 1, 2, 3, 4 merah dimana (traffic light 1 nyala merah selama 10
detik) dan setelah 10 detik, traffic light hijau pada jalur 2 akan menyala.
b) Jalur 2
Saat Kondisi Lampu Hijau
Traffic light 1, 3, 4 merah
Saat Kondisi Lampu Kuning
Traffic light 1, 3, 4 tetap merah
Saat Kondisi Lampu Merah
Traffic light 1, 2, 3, 4 merah dimana (traffic light2 nyala merah selama 10
detik) dan setelah 10 detik, traffic light hijau pada jalur 3 akan menyala.
c) Jalur 3
Saat Kondisi Lampu Hijau
Traffic light 1, 2, 4 merah
Saat Kondisi Lampu Kuning
Traffic light 1, 2, 4 tetap merah
Saat Kondisi Lampu Merah
Traffic light 1, 2, 3, 4 merah (traffic light3 nyala merah selama 10 detik) dan
setelah 10 detik, traffic light hijau pada jalur 4 akan menyala.
d) Jalur 4
Saat Kondisi Lampu Hijau
Traffic light 1,2,3 merah
Saat Kondisi Lampu Kuning
Traffic light 1,2,3 tetap merah
72
Saat Kondisi Lampu Merah
73
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
74
DAFTAR PUSTAKA
Zulfikar, Dkk.(2015). Desain Sistem Kontrol Trffic Light Adaptif Pada Simpang Empat
Berbasis PLC Siemens, Teknik Elektro, Banda Aceh, Vol : 4, No. 1.
Efendi Ansal. (2013). Perancangan pengontrolan Pemanas Air Menggunakan PLC S7-
1200 dan Sensor Arus ACS712. Teknik Elektro, Institut Teknologi Padang.
Wiliam Bolton.(2003). Program Logic Control (PLC), Sebuah Pengantar, Edisi Ketiga.
Jakarta, Erlangga.
Leoningsih Esy. (2009). Simulasi Lapangan Parkir Otomatis Berbasis PLC, Teknik
Elektro, Politeknik Batam.
https://jadisejarahwan.wordpress.com/2015/08/17/sejarah-lampu-lalu-lintas/
https://pccontrol.wordpress.com/2011/08/26/beberapa-konfigurasi-kabel-serial-rs232-
dari-pc-ke-pc-dan-dari-pc-ke-plc/
iconics.com/Site/Products/Viewer/GENESIS32.aspx
75