Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Hipopigmentasi pasca inflamasi adalah hipopigmentasi yang terjadi setelah atau


berhubungan dengan dermatosis yang disertai inflamasi. Keadaan ini biasanya terjadi pada
dermatitis atopik, dermatitis eksematosa, dan psoriasis. Selain itu dapat juga terjadi pada
parapsoriasis, pitiriasis likenoides kronik, alopesia musinosa, mikosis fungoides, lupus
eritematosus diskoid, liken planus, liken striatus, dan dermatitis seboroik. 1
Hipopigmentasi pasca inflamasi terjadi karena hambatan penyebaran melanosom. 1,2
Gambaran klinis berupa makula berwarna keputihan dengan batas yang difus pada tempat
terjadinya kelainan kulit primer. 1
Penatalaksanaan hipopigmentasi pasca inflamasi biasanya sesuai dengan kelainan kulit
yang mendasarinya. Keadaan hipopigmentasi ini tidak akan membaik jika proses inflamasi masih
terus berlangsung. 1
Skin health restoration adalah konsep yang dikemukakan oleh Obagi, yang bertujuan
untuk mengembalikan dan menjaga setiap sel di kulit dapat melaksanakan fungsi fisiologis
dengan baik sehingga menghasilkan kulit yang sehat. Konsep ini menggunakan dua prinsip,
yaitu koreksi kulit dengan bahan bleaching dan stimulasi kulit dengan bahan blending. Koreksi
kulit terjadi di epidermis, sedangkan stimulasi kulit terjadi di papila dermis dan stratum basal
epidermis. 3
Proses koreksi kulit menghasilkan keadaan sebagai berikut: stratum korneum lebih
kompak dan gambaran basket weave berkurang, stratum granulosum lebih tebal, stratum
spinosum mempunyai keratinosit yang lebih seragam dan tidak atipik, dan pada stratum basal
terjadi peningkatan proses mitosis. Fungsi melanosit menjadi lebih baik dengan penyebaran
melanosom yang merata. Secara klinis epidermis tampak lebih lembut, lembab, warna kulit
merata, kurang sensitif terhadap berbagai faktor dari luar, dan bebas dari masalah medis. 3
Stimulasi kulit yang terjadi di papila dermis menyebabkan perbaikan sirkulasi. Hal ini
memperbaiki semua fungsi kulit dan menghambat kerja enzim kolagenase. Terhambatnya kerja
enzim ini menyebabkan berkurangnya degradasi kolagen di papila dermis. Fibroblas pada papila
dermis juga terstimulasi. Hal ini menyebabkan pembentukan anchoring fibril baru dan
memperkuat membran basal sehingga kerapuhan kulit berkurang. Pada stratum basal terjadi
peningkatan mitosis sehingga jumlah keratinosit bertambah dan epidermis lebih tebal. Fungsi
pertahanan kulit meningkat dan toleransi kulit lebih besar. Secara klinis kulit tampak lebih
kencang, elastis, dan jumlah kerutan berkurang.3
Bahan yang digunakan pada skin health restoration adalah tretinoin (0,05% atau 0,1%),
asam alfa hidroksi (6-10%), phytic acid (2-10%), dan hidrokuinon (2-4%). Semua bahan
digunakan dalam bentuk krim dengan konsentrasi yang bervariasi, sesuai dengan tipe kulit, usia,
dan faktor lain yang mempengaruhi pada tiap kasus. 3
Berikut ini dilaporkan pengalaman penatalaksanaan hipopigmentasi pasca inflamasi
dengan konsep skin health restoration.

LAPORAN KASUS

Seorang wanita, 20 tahun, mahasiswi, datang ke RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)


dengan keluhan bercak putih pada kedua lengan atas dan bawah sejak 3 bulan yang lalu. Dari
anamnesis didapatkan bahwa 3 bulan yang lalu timbul bintik merah pada lengan kiri bawah yang
kemudian berubah menjadi bercak putih kecil. Tidak ada keluhan gatal atau baal. Tidak terdapat
riwayat pemakaian obat topikal sebelumya. Pasien segera berobat ke dokter spesialis kulit dan
kelamin, dan diberi krim malam yang terdiri atas campuran hidrokortison-17-butirat 0,1%,
hidrokuinon 4%, dan tretinoin 0,05%. Selain itu pasien diberi krim pagi berisi asam -hidroksi 8%.
Selama 3 bulan pengobatan, bercak putih bertambah banyak dan menyebar ke lengan kanan.
Pasien tidak pernah menderita seperti ini sebelumnya. Pasien mempunyai riwayat asma.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum baik, kompos mentis, dan status gizi
baik. Tidak terdapat gejala penyakit tiroid maupun rambut putih. Pada lengan kiri dan kanan
didapatkan makula hipopigmentasi multipel, tersebar diskret dengan batas sebagian tegas dan
sebagian lagi difus, asimetris, berukuran numular sampai plakat, bentuk tidak teratur, tidak
terdapat skuama.
Hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH tidak menemukan elemen jamur, sehingga
penyebab oleh karena infeksi jamur dapat disingkirkan. Diagnosis yang ditegakkan adalah
hipopigmentasi pasca inflamasi.

Pengobatan diberikan mengikuti prinsip skin health restoration berupa: (1) krim malam,
yaitu campuran krim tretinoin 0,1% dan hidrokuinon 4% dengan perbandingan 1:1. Cara aplikasi
obat adalah pada seluruh lengan,secara tipis, lalu dipijat sampai krim meresap. (2) peeling
dengan asam glikolat 35% selama 3 menit. (3) pencegahan terhadap efek sinar ultraviolet
diberikan pelembab dan tabir surya SPF 40. (4) obat sistemik, yaitu vitamin C bentuk ester 1x500
mg, dan vitamin E 2x200 UI setiap hari.
Pada kunjungan pasien 2 minggu kemudian, krim malam diganti menjadi campuran krim
tretinoin 0,1% dan krim hidrokuinon 4% dengan perbandingan 2:1, pengobatan lainnya masih
tetap. Kunjungan pasien berikutnya, sekitar 3 minggu kemudian, tampak makula hipopigmentasi
mulai memudar, pengobatan tetap diteruskan. Pada 3 minggu berikutnya, makula hipopigmentasi
tampak lebih pudar. Krim malam kemudian diganti dengan campuran tretinoin 0,1% dan
hidrokuinon 4% dengan perbandingan 4:1. Kunjungan pasien 1 bulan kemudian, makula
hipopigmentasi hampir tidak terlihat lagi, pengobatan masih tetap sama, kecuali konsentrasi
asam glikolat untuk peeling ditingkatkan menjadi 50%.

DISKUSI

Hipopigmentasi pasca inflamasi adalah hipopigmentasi yang terjadi setelah atau


berhubungan dengan dermatosis yang disertai inflamasi dengan gambaran klinis berupa makula
keputihan pada tempat terjadinya kelainan primer. 1 Hal ini sesuai dengan gambaran klinis pada
kasus yang dilaporkan, yaitu bercak putih pada lengan kiri bawah sejak 3 bulan yang lalu dan
adanya riwayat bintik merah sebelumya.
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan KOH. Berdasarkan semua pemeriksaan tersebut, ditegakkan diagnosis
hipopigmentasi pasca inflamasi pada kedua lengan pasien.
Penatalaksanaan hipopigmentasi pasca inflamasi biasanya sesuai dengan kelainan kulit
yang mendasarinya. Hipopigmentasi tidak akan membaik jika proses inflamasi masih terus
berlangsung.1 Pada kasus ini pasien pertama kali diobati dengan krim malam yang terdiri atas
krim campuran hidrokortison-17-butirat 0,1%, hidrokuinon 4%, dan tretinoin 0,05%. Selain itu
pasien diberi krim pagi berisi asam alfa hidroksi 8%. Tetapi lesi bertambah banyak dan menyebar
ke lengan kanan.
Pemilihan konsep skin health restoration untuk penatalaksanaan hipopigmentasi pasca
inflamasi pada kasus ini karena berdasarkan pengalaman Obagi diketahui bahwa pengobatan
kelainan kulit lebih efektif dengan konsep yang bertujuan menjaga kesehatan kulit secara
keseluruhan dibandingkan hanya bertujuan menghilangkan kelainannya saja. Konsep ini
menggunakan bahan-bahan yang dapat memperbaiki regulasi fungsi sel, memperbaiki sirkulasi
dan memberikan kesempatan pada sel untuk memperbaharui diri, memperbaiki kerusakan yang
ada, serta meningkatkan fungsi sawar sehingga toleransi kulit lebih baik. Konsep ini
menggunakan dua prinsip, yaitu koreksi kulit dan stimulasi kulit. Koreksi kulit terjadi di epidermis,
sedangkan stimulasi kulit terjadi di papila dermis dan stratum basal. 3
Pada kunjungan pertama ke RSCM pasien diberi pengobatan topikal, yaitu krim malam
berupa campuran tretinoin 0,1% dan hidrokuinon 4% dengan perbandingan 1:1. Selain itu pada
pagi hari diberikan pelembab Avene Trixera ® dan tabir surya SPF 40. Pada pasien juga dilakukan
peeling kimiawi dengan asam glikolat 35% (NeoStrata ®) selama 3 menit. Pengobatan sistemik
yang diberikan berupa vitamin C dalam bentuk ester 1x500 mg (Max-C ) dan vitamin E 2x200 UI
(Dalfarol) sehari. Pengobatan topikal yang diberikan sesuai dengan bahan yang digunakan
dalam konsep skin health restoration, yaitu tretinoin (0,05% atau 0,1%), asam -hidroksi (6-10%),
phytic acid (2-10%), dan hidrokuinon (2-4%). Pemberian krim malam berupa campuran tretinoin
dan hidrokuinon untuk menimbulkan efek blending, yang merupakan proses stimulasi kulit.

1
Proses ini akan menyebabkan penyebaran melanosom lebih merata, sehingga warna kulit lebih
merata. Pada kasus ini tidak diperlukan proses bleaching, yang termasuk proses koreksi kulit,
karena kelainan berupa hipopigmentasi, bukan hiperpigmentasi. Cara aplikasi obat adalah
dioleskan pada seluruh lengan secara tipis, lalu dipijat sampai krim meresap.Tujuan dilakukan
peeling adalah untuk mempermudah penyerapan zat aktif dalam krim malam. Pemberian
pelembab pada kasus ini untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat efek iritasi selama
pemakaian tretinoin.3 Penggunaan tabir surya pada kasus ini untuk melindungi kulit karena bahan
aktif yang digunakan pada konsep ini, yaitu tretinoin, hidrokuinon dan asam alfa hidroksi,
menyebakan kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari sehingga dapat terjadi sun damage.3
Pemberian vitamin C dan E adalah sebagai antioksidan.
Setelah 4 bulan pengobatan, makula hipopigmentasi pada lengan pasien memudar,
hampir tidak terlihat lagi. Selain itu kulit pasien tampak lebih lembut dan lembab sehingga tidak
hanya kelainannya saja yang diobati, tetapi secara keseluruhan fungsi kulit juga diperbaiki. Hal ini
sesuai dengan prinsip skin health restoration, yaitu koreksi dan stimulasi kulit.

KESIMPULAN

Hipopigmentasi pasca inflamasi adalah hipopigmentasi yang terjadi setelah atau


berhubungan dengan dermatosis yang disertai inflamasi dengan gambaran klinis berupa makula
keputihan pada tempat terjadinya kelainan primer. 1 Penatalaksanaan hipopigmentasi pasca
inflamasi biasanya sesuai dengan kelainan kulit yang mendasarinya. Pemilihan konsep skin
health restoration untuk penatalaksanaan hipopigmentasi pasca inflamasi pada kasus ini karena
berdasarkan pengalaman Obagi diketahui bahwa kelainan kulit pengobatannya lebih efektif
dengan konsep yang bertujuan menjaga kesehatan kulit secara keseluruhan dibandingkan hanya
bertujuan menghilangkan kelainannya saja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ortonne J-P, Bahadoran P, Fitzpatrick TB et al. Hypomelanoses and hypermelanoses. Dalam: Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF et al., editor. Dermatology in General Medicine. Edisi ke-6. New York: McGraw
Hill, 2003: 836-80.
2. Ortonne J-P, Bose SK. Pigmentation: dyschromia. Dalam: Baran R, Maibach HI, editor. Textbook of Cosmetic
Dermatology. Edisi ke-3. London: Taylor & Francis, 2005: 393-409.
3. Obagi ZE. Obagi Skin Health Restoration and Rejuvenation. New York: Springer-Verlag, 2000: 87-109.

Gambar 1. Tampak lesi hipopigmentasi pada lengan kiri atas

Untuk gambar selanjutnya dapat manghubungi sekretariat MDVI

Anda mungkin juga menyukai