CVA Infark Trombosis
CVA Infark Trombosis
BAB 1
CEREBRO VASCULAR DISEASE
DAN GANGGUAN KESADARAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular
Disease (CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi
kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan
suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth, 2000: 94) atau merupakan
suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang
disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh
sistem pembuluh darah otak (Doengoes, 2000: 290).
Penyebab dari stroke adalah 1) trombosis, 2) embolisme serebral (3/4
kasus stroke), dan 3) perdarahan baik intra serebral maupunn subarachnoid
(1/4 kasus stroke) (Hudak & Gallo, 1996: 254).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak.
Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder
terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam
tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall
Carpenito, 1995).
Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro
Susilo, 2000)
2. Anatomi Fisiologi
a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
2
Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem: kelompok vena
interna yang mengumpulkan darah ke vena galen dan sinus rektus, dan
kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak yang
mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis
lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke
jantung. (Harsono, 2000)
Sirkulasi Willisi adalah area dimana percabangan arteri basilar
dan karotis internal bersatu. Sirkulus Willisi terdiri atas dua arteri
serebral, arteri komunikans anterior, kedua arteri serebral posterior dan
kedua arteri komunikans anterior. Jaringan sirkulasi ini memungkinkan
darah bersirkulasi dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain dan dari
bagain anterior ke posterior otak. Ini merupakan sistem yang
memungkinkan sirkulasi kolateral jika satu pembuluh mengalami
penyumbatan. (Hudak & Gallo, 1996: 254)
q. Asam urat
(Brunner & Suddarth, 2000: 94-95, Harsono, 1996:60-65)
4. Klasifikasi
a. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
a) Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut
dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi
secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh
karena pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja
et. al, 1994)
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
(a) Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan
otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,
dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hypertensi sering
dijumpai di daerah putamen, talamus, pons dan serebelum.
(Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah
Syaraf Indonesia, Siti Rohani, 2000, Juwono, 1993: 19).
Tabel 2. Perbedaan antara CVA infark dan CVA Bleeding sebagai berikut:
5. Manifestasi Klinis
9
b. Defisit Sensori
Defisit visual (umum karena jaras visual terpotong sebagian besar
pada hemisfer serebri)
Hemianopsia homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah
bidang pandang pada sisi yang sama)
Diplopia (penglihatan ganda)
Penurunan ketajaman penglihatan
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superfisial
(sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin)
Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap proprioresepsi
(pengetahuan tentang posisi bagian tubuh)
d. Defisit Bahasa/Komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola
bicara yang dapat difahami) - dapat berbicara dengan menggunakan
respons satu kata
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan - mampu
untuk berbicara, tetapi menggunakan kata-kata dengan tidak tepat dan
tidak sadar tentang kesalahan ini)
Afasia global (kombinasi afasia ekspresif dan reseptif) – tidak mampu
berkomunikasi pada setiap tingkat
Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam
tulisan)
e. Defisit Intelektual
Kehilangan memori
Rentang perhatian singkat
Peningkatan distraktibilitas (mudah buyar)
Penilaian buruk
Ketidakmampuan untuk mentransfer pembelajaran dari satu situasi ke
situasi yang lain
Ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alasan atau berpikir
secara abstrak
Depresi
h. Gangguan Kesadaran
11
6. Patofisiologi Infark Otak (Proses yang terjadi sesudah obstruksi vena dan arteri)
Aliran darah
Vasoparalisis
Stagnasi darah
Aliran kolateral
Edema Diapedesis Adesi & penimbunan Iskemia
interstitial trombosit
Otak
Endotelium
Edema
Infark hemoragik Gel fibrin interstitial
Edema Edema
Edema Pelepasan neuronal astrositik
seluler prostasiklin
Jendalan darah
Akumulasi lipid, aktivitas lisosomal
autofagik, inclusion nuclear & sitoplasmik, Mati
Diapedesis &
penurunan resistensi vakuolasi, modifikasi dalam mikrotubuli,
sawar darah otak inhibisi divisi mikotik
12
Hypoxia
Oksipital Temporalis kiri Parietalis Frontal
Ssefalgia mata Nyeri telinga Nyeri homolateral, Hemiparese
Metabolisme Aktifitas elektrolit Nekrotik jaringan otak ipsilateral, homolateral, disfasia, defisit sensorik kontralateral,
anaerob terganggu (mikrositik neuron) hemianopia hemianopia, kontralateral, sefalgia bifrontal
kuadranopia hemipares ringan
Na & K influk Gg.kesadaran, Gg. rasa nyaman (nyeri), Gg. Istirahat, intoleransi aktivitas,
kejang fokal, defisit perawatan diri (sindroma), Gg. Komunikasi/bicara,
hemiplegia, defek ketergantungan, Gg.persepsi sensori, Gg. Perfusi jaringan, Gg.
Retensi cairan medan penglihatan, Mobilitas fisik, Gg. Konsep diri, Gg. Menelan, integritas kulit,
afasia Gg. Nutrisi, resiko injury, dll
ODEMA
SEREBRAL
13
Perdarahan
GANGGUAN KESADARAN
A. PENGERTIAN KESADARAN
Kesadaran merupakan kemampuan individu mengadakan hubungan
dengan lingkungan serta dirinya sendiri (melalui panca inderanya) dan
mengadakan pembatasan (limitasi) terhadap lingkungan dan dirinya sendiri
(melalui perhatian). Bila kesadaran baik, maka akan terjadi orientasi (waktu,
tempat dan orang), pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang masuk
secara efektif (melalui ingatan dan pertimbangan). (Maramis, 1994: 101).
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter paling mendasar dan
paling penting yang harus ditentukan dan dikaji untuk menentukan status
kerusakan pada sistem persyarafan khususnya pada kasus stroke. Tingkat
keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif
untuk disfungsi sistem persyarafan (Hudak & Gallo, 1996: 160)
B. JENIS KESADARAN
a. Isi Kesadaran
a) Kognitif
b) Afektif
b. Derajat/tingkat kesadaran (Aurosal) (Juwono, 1993: 1)
C. BENTUK KESADARAN
a. Kesadaran Menurun
Kesadaran menurun adalah keadaan dengan kemampuan persepsi,
perhatian dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan (secara
kuantitatif), kemudian muncullah amnesia sebagian atau total.
Beberapa tingkat dalam menurunnya kesadaran yaitu:
a) Apati
Mulai mengantuk, acuh-tak acuh terhadap stimulus, untuk menarik
perhatiannya diperlukan stimulus yang sedikit lebih keras
b) Somnolen
Sudah mengantuk, untuk menarik perhatiannya dibutuhkan stimulus yang
lebih keras
16
c) Sopor
Ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah hilang. Hanya berespon
dengan rangsangan yang keras
d) Subkoma dan koma
Tidak ada respon terhadap stimulus yang kuat/keras, pupil melebar, reflek
muntah hilang. (Maramis, 1996: 101)
b. Kesadaran Meninggi
Kesadaran meninggi adalah keadaan dengan respon yang meninggi
terhadap stimulus, biasanya disebabkan pengaruh berbagai zat yang
menstimulus otak (psikosimultan) atau oleh faktor psikologi. (Maramis,
1996: 102)
Selain kesadaran menurun, terdapat beberapa sistem yang digunakan
untuk membuat peringkat perubahan dalam keawasan dan keterjagaan,
istilah-istilah tersebut antara lain: (Hudak & Gallo, 1996: 160)
a) Terjaga: normal
b) Sadar
Dapat tidur lebih dari biasanya atau sedikit bingung saat pertama kali
terjaga, tetapi berorientasi sempurna ketika bangun.
Dapat berorientasi dan berkomunikasi
c) Letargi/somnolen
Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana ketika dirangsang
d) Stupor
Sangat sulit dibangunkan, tidak konsisten dapat mengikuti perintah
sederhana atau berbicara satu kata atau frase pendek. Menjawab secara
refleks terhadap rangsangan nyeri. Pendengaran dengan suara keras dan
penglihatan kuat. Non verbal dengan menganggukkan kepala.
e) Semikomatosa
Gerak bertujuan ketika dirangsang; tidak mengikuti perintah atau
berbicara koheren
f) Koma
Dapat berespon dengan postur secara refleks ketiak distimulasi atau dpat
tidak berespon pada setiap stimulus.
17
D. GANGGUAN KESADARAN
a. Gangguan Isi Kesadaran
a) Gangguan Kognitif
Afasia
Gangguan persepsi
Gangguan berfikir
Gangguan daya ingat
b) Gangguan Afektif
Apatis
Agitasi
f) Locked-in syndrome:
Tidak ada penurunan kesadaran
Kelumpuhan keempat ekstremitas dan syaraf otak bawah
Pergerakan bola mata ke atas dan berkedip masih ada
g) Mati otak
Fungsi korteks, subkortikal dan batang otak secara permanen sudah tidak
ada. (Juwono, 1993: 1-4)
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan
untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan
data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan. (Lismidar,
1990)
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya,
spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi
dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998)
(a) Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register, diagnose medis.
(b) Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
(c) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala
kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti
Rochani, 2000) Sedangkan stroke infark tidak terlalu mendadak, saat
istirahat atau bangun pagi, kadang nyeri copula, tidak kejang dan tidak
muntah, kesadaran masih baik.
(d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
22
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan
nervus cranialis VII dan XII central. Penglihatan menurun,
diplopia, gangguan rasa pengecapan dan penciuman, paralisis atau
parese wajah.
Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/
kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan,
kebas, genggaman tidak sama, refleks tendon melemah secara
kontralateral, apraksia
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya
rangsang sensorik kontralteral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul
kembali didahuli dengan refleks patologis.
Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status mental/tingkat
kesadaran, gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori,
pemecahan masalah, afasia, kekakuan nukhal, kejang, dll (Jusuf
Misbach, 1999, Doengoes, 2000: 291)
2) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
(1) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja,
1993), edema, hematoma, iskemia dan infark (Doengoes,
2000: 292)
(2) MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
(Marilynn E. Doenges, 2000: 292)
(3) Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998) atau
membantu menenukan penyebab stroke yang lebih spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi
atau ruptur (Doengoes, 2000: 292)
26
b. Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi dan ketidakmampuan yang bersifat
permanen
3. Membantu pasien untuk menemukan kemandiriannya dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
27
c. Tujuan Pemulangan
1. Fungsi serebral membaik/meningkat, penurunan fungsi neurologis dapat
diminimalkan/dapat didtabilkan
2. Komplikasi dapat dicegah dan diminimalkan
3. Kebutuhan pasien sehari-hari dapat dipenuhi oleh pasien sendiri atau dengan
bantuan yang minimal dari orang lain
4. Mampu melakukan koping dengan cara yang positif, perencanaan untuk masa
depan
5. Proses dan prognosis penyakit dan pengobatannya dapat dipahami
d. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan
perdarahan intracerebral, edema serebral, gangguan oklusi (Marilynn E.
Doenges, 2000: 293)
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parastesia,
hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995, doengoes, 2000: 295)
3) Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan
penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges,
2000)
4) Gangguan/kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah otak, kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus
otot fasial, kelemahan umum (Donna D. Ignativicius, 1995, Doengoes, 2000:
298)
5) Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi,
intake cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
6) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan ( Barbara Engram, 1998)
28
e. Perencanaan
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah:
Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan perdarahan
intracerebral, edema serebral, gangguan oklusi dibuktikan oleh perubahan
tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon motorik/sensori,
gelisah, defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi, perubahan VS
Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil:
Klien tidak gelisah, mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik,
fungsi kognitif dan motorik/sensori
Tidak ada tanda TIK meningkat
Menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit
Tanda-tanda vital stabil (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,
pernafasan 16-20 kali permenit)
Rencana tindakan
29
Rencana tindakan
a) Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
b) Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah
makan
c) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
d) Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
e) Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
f) Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak
ketika klien dapat menelan air
g) Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
h) Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
i) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau
makanan melalui selang
Rasional
a) Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
b) Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
c) Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol
muskuler
d) Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat
mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
e) Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar
f) Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam
mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
34
g) Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko
terjadinya tersedak
h) Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan
nafsu makan
i) Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga
makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui
mulut
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Diknakes, Jakarta.
Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hudak C.M., Gallo B.M., 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI,
Volume II, EGC, Jakarta.
Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company,
Philadelphia.
36
Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A., 1995, Medical Surgical Nursing,
A Nursing Process Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company,
Philadelphia.
Juwono, T., 1993, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta.
Mardjono M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat, Jakarta.
Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.
Satyanegara, 1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
A. DATA DASAR
a. Informasi Umum
Tanggal Pengkajian11 November 2002
Jam Pengkajian Pukul 10.00 WIB
Ruang Perawatan Rawat Inap Syaraf A
Kelas/Kamar/Bed III/15/1
Tanggal MRS 7 November 2002
Jam MRS 13.25 WIB
Kedatangan Diantar istri dan anaknya
Sumber Data Subyektif: Istri klien
Obyektif: status klien di ruangan dan hasil pemeriksaan
Diagnosa Medis CVA Infark trombosis
Nomor Rekam Medik 10155023
b. Identitas Klien
Nama Tn. S
Umur 62 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pendidikan SMA
Pekerjaan Pensiunan PNS
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia
Bahasa Jawa dan Indonesia
Alamat Winongan Pasuruan
Istri Ny. M
Penanggung Biaya ASKES
c. Keluhan Utama
Data Subyektif
“Kaki suami saya kok sekarang tidak bisa bergerak, padahal kemarin masih bisa”
“Badannya panas terus mulai kemarin”
“Suami saya kan diabet dan dapat diabetasol susu, kata perawatnya harus
diminumkan jam 23.00 WIB, lalu kapan lagi?”
“Saya rasanya bingung suster”
d. Alasan Masuk
“Sejak Rabu malam Bapak sudah gelisah dan tidak mau bicara,
kemudian saya sarankan untuk istirahat dan Bapak tidur tanpa saya
temani agar bisa beristirahat dengan nyaman. Pada waktu shubuh
saya mendengar suara ‘gedebug’, saya kira Bapak jatuh dari
tempat tidur, ternyata tidak, akhirnya saya tahu kalau Bapak jatuh
Data di tempat sholat sambil membewa kopyah seperti mau
Subyektif sembahyang, bapak pingsan, lalu sadar tapi tidak bisa bicara dan
pelo, tidak pusing, tidak muntah, tidak kejang, akhirnya saya bawa
ke sini”
“Saat kejadian, tidak saya lakukan apa-apa, langsung dibawa ke
rumah sakit saja, wong bingung dan takut terjadi apa-apa”
Data “Saya tidak tahu apakah ada keturunan darah tinggi dan kencing
Subyektif manis dari mertua, sedangkan saya dan anak-anak tidak
mempunyai sakit seperti Bapak dan penyakit lain, paling cuma flu
biasa”
h. Genogram
X X X X
Perempuan klien
i. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Data obyektif (melalui observasi):
Klien gemuk, BB 70 Kg, berbaring diatas tempat tidur, kesadaran menurun,
ngorok, mulut terbuka, lubang hidung sebelah kiri dipasang NG tube dengan
cairan jernih, rambut ikal acak-acakan, keringat di tubuh, kulit teraba panas,
tangan dan kaki kanan plegi (hemiplegi), tangan kiri sering digerakkan untuk
mengusap kepalanya, kaki kiri terpasang infus RL sesa 50 cc tidak bisa
digerakkan, terpasang dower cateter dengan PU 400 cc warna merah kehitaman.
Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot-otot bantu nafas,
nafas melalui mulut dan hidung, frekuensi cepat, terdengar
ngorok, ekspansi paru kanan kiri simetris, tidak terlihat nafas
tertinggal pada salah satu sisi dada, RR 40 x/menit, tidak
menggunakan alat bantu nafas
Palpasi
Tidak apa krepitasi, tidak ada benjolan
Perkusi
Pada seluruh lapang paru suara sonor
Auskultasi
Stridor pada kedua paru; paling keras pada bronchial, tidak ada
wheezing pada seluruh lapang paru, tidak ada ronchi pada
Data seluruh lapang paru, nafas vesikuler terdengar pada kedua
Obyektif paru, suara nafas bronchial +, suara nafas bronchovesikuler +.
Hasil pemeriksaan laboratorium dan foto thoraks
Hasil pemeriksaan analisa gas darah belum ada
Foto thorax AP (kurang inspirasi):
Cor: kesan tak tampak prominent
Pulmo: tak tampak infiltrat, tak tampak kelainan
Kedua sinus phrenicocostalis tajam
Kesimpulan tidak ada kelainan pada paru
Lain-lain:
Program dokter
7-11-2002: thoraks foto
8-11-2002: thoraks foto
11-11-002: thoraks foto, beri O2 masker 6 lpm
b) B2 (Blood)
Riwayat
“Bapak mempunyai tekanan darah tinggi sejak bekerja, dan
berobat terus”
“Tiga bulan yang lalu saya tidak memperhatikan tekanan darah
tingginya, tidak kontrol”
“sebelum sakit tidak ada nyeri dada”
Data
Copula
Subyektif
“Saat masuk tidak ada pusing”
Batuk/hemoptisis
“kalau batuk ada, bersin juga ada, tapi tidak berdarah”
Saat di RS: “Bapak tekanan darahnya masih tinggi”
Kulit/sirkulasi “tidak pucat
c) B3 (Brain)
Riwayat
“Tidak sadar di tempat sholat, tidak mau bicara, pelo, tidak ada
pusing dan nyeri, tidak ada mual, tidak ada kesemutan”
di ruangan
Data “saat masuk masih sadar, mulai hari Sabtu tidak sadar sampai
Subyektif sekarang”
“tidak bisa bicara sama sekali”
“sering geleng-geleng kepala”
“sepertinya bisa mendengar”
e) B5 (Bowel)
f) B6 (Bone)
Data Riwayat
Subyektif “jatuh pingsan di tempat sholat, tidak mau bicara, pelo”
“punya darah tinggi sejak bekerja, berobat terus, 3 bulan
terakhir tidak kontrol”
Saat di RS
Ekstrimitas
“Tangan dan kaki kanan suami saya tidak bisa digerakkan
sejak masuk, kaki kiri kok sekarang tidak bergerak juga?”
“Tangan kiri masih bisa digerakkan”
Kulit
“ada luka pada pantat, kulitnya lecet, ada yang besar dan ada
yang kecil”
Pekerjaan/Aktivitas
“Bapak sebagai pegawai negeri, tapi sudah pensiun”
Keterbatasan karena kondisi
“Kamis-Jumat masih bisa bergerak, molak-malik, tapi sejak
Sabtu dan tidak sadar, Bapak tidak bisa apa-apa”
“Berbaring saja sejak Sabtu dengan bantal satu”
Aktivitas
Klien bedrest tanpa bantal
Bahu sisi kanan dan kaki ditopang bantal
Kesadaran menurun
Ekstrimitas
Hemiplegia (lateralisasi dekstra)
Kaki kiri tidak bergerak, tahanan terhadap rangsang
gerak tidak ada
Tangan kiri bergerak aktif
Kulit
Data Turgor baik (<2“)
Obyektif
Sawo matang
Petekia
Keringat
Teraba panas
Dibedaki
Dekubitus grade I pada pantat, terdapat 2 luka yaitu
luka I dengan panjang 7 cm lebar 5 cm, dan luka II
panjang dan lebar 1 cm. Warna kulit yang terkelupas
kehitaman, basah, warna lapisan selanjutnya merah
Tidak pucat, tidak cyanosis, perfusi jaringan bagus
j. Status Psikologi: pada pasien tak terkaji, pada keluarga (istri) terkaji istri sudah
menerima apa adanya yang terjadi pada klien, mampu berinteraksi dengan klien
dan keluarga lain dalam ruangan (kamar 15), kooperatif terhadap tindakan dan
instruksi dari dokter dan perawat.
k. Pemeriksaan vital sign:
8-11-2002: Tensi 190/120 mmHg, Nadi 100 x/menit, Suhu 38,1oC
9-11-2002: Tensi 200/130 mmHg, Nadi 120x/menit, Suhu 39oC
10-11-2002: Tensi 195/100 mmHg, Nadi 120 x/menit, Suhu 39,1oC
11-11-02 jam 05.00 WIB: T=210/150 mmHg, N=120 x/menit, Suhu 38,5oC
11-11-02 jam 10.00 WIB: T=190/100 mmHg, N=120 x/menit, Suhu 40,1oC
B. ANALISA DATA
Analisa data ini dilakukan untuk persistem
B1. Breathing
Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah
11- Data Subyektif CVA Infark trombosis Resiko
11- “Suami saya nafasnya terhadap
2002 ngongsro, seperti sesak” oklusi perubah
“Tidak batuk, tidak an
mempunyai asma dan sakit paru perfusi jar. cerebral fungsi
lain” pernafas
“Riwayat merokok sejak iskemia an
muda” Resiko
“di rumah suka ngorok hypoksia Orto-
saat tidur” statik
“Kelihatannya masih bisa nekrotik jar. Otak pneumo
menelan” nia
infark
Data Obyektif
RR=40 x/menit kesadaran
Tidak menggunakan alat
bantu nafas tirah baring lama
Frekuensi cepat (imobilisasi)
Klien bedrest (tidur
terlentang) mulai Kamis (saat komplian paru
masuk) sampai pengkajian
Seluruh lapang paru mikroatelektasis paru
terdengan suara sonor
Stridor kedua paru; paling retensi sputum
keras pada bronchial
Tidak ada wheezing pada ketidakefektifan bersihan
seluruh lapang paru jalan nafas (resiko)
Kesadaran menurun ortostatik pneumonia
(semi-komatosa) dengan GCS (resiko/aktual)
115
Program dokter beri O2
masker 6 lpm
Tidak ada sputum yang
terakumulasi
Ekspansi dada simetris
dan terlihat nafas tidak
tertinggal pada salah satu dada
Lab 11-11-2002
- WBC=16,75+10^g/l
- HGB=13,8 g/l
- HCT=39,81%
B2. Blood
Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah
11- Data Subyektif CVA Infark trombosis Perubah
11- “Badannya panas terus mulai an suhu
2002 kemarin” oklusi tubuh:
“kulit tidak pucat” hyperter
perfusi jar. cerebral mia
Data Obyektif
Suhu: 40,1o C aksiler iskemia
RR 40 x/menit, frekuensi cepat
Nafas melalui mulut dan hidung hypoksia
Suhu akral hangat
Tensi=190/100 mmHg nekrotik jar. Otak
Nadi=120 x/mmHg
Intake cairan: infark
RL 2 fl/hari
kesadaran
Minum susu (PS) jam 08.00
WIB 200 cc
Minum jus buah pepaya jam ketidakefektifan
09.30 WIB 150 cc termoregulasi
dan infeksi
Minum air putih untuk
membilas susu dan jus
sejumlah 100 cc perubahan suhu tubuh:
hypertermia
Output cairan:
Urine bag mulai pagi (jam
05.00 WIB) sampai jam 10.00
WIB sejumlah 400 cc
Keringat dan nafas (IWL)
tidak terukur
Keringat banyak (dehidrasi)
Kulit teraba/terasa panas
Kesadaran menurun
Kesimpulan CT scan:
Old ischemic cerebral
infarction di capsula interna
dan corona radiata kiri
Moderate internal cerebral
atrophy
Hasil laboratorium
7-11-2002 (darah)
- Hb = 13,7 g/dl (N=13,4-
17,7)
- Leuko = 20,1 x 109/L
(N=4,3-10,3)
- GDA = 64 mg/dl
(N=<200)
- BUN = 13 mg/dl (N=10-
20)
- Serum creatinin = 1,75
mg/dl (N=<1,5)
- Elektrolit (Kalium) =
3,96 meq/L (N=3,8-5,0)
- Elektrolit (Natrium) =
142 meq/L (N=136-144)
8-11-2002 (darah)
- GDA = 138 mg/dl, jam
18.35 WIB = 124 mg/dl
9-11-2002 (darah)
- GDP = 208 mg/dl
(N=70-110)
- GD 2 jPP = 216 mg/dl
(N=<200)
- BUN = 39,3 mg/dl
(N=10-20)
- Serum creatinin = 2,2
mg/dl (N=<1,5)
- Protein total = 6,6 G/dl
(N=6,3-8,8)
- Albumin = 3,4 G/dl
(N=3,2-4,5)
- Globulin = 3,2 mg/dl
(N=2,6-3,6)
10-11-2002 (darah)
- GDA jam 08.30 WIB =
173 mg/dl
- Bj plasma jam 08.30
WIB = 1,029
11-11-2002
- HGB = 13,8 g/l (11,4-
17,7)
- HCT = 39,81% (38,0-
47,0)
- PCT = 0,18%
B3. Brain
Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah
11- Data Subyektif CVA Infark trombosis Resiko
11- “Tidak sadar di tempat sholat, tinggi
2002 tidak mau bicara, pelo, tidak ada oklusi pening-
pusing dan nyeri, tidak ada mual, katan
tidak ada kesemutan” perfusi jar. cerebral tekanan
“saat masuk masih sadar, mulai intra
hari Sabtu tidak sadar sampai iskemia kranial
sekarang”
“tidak bisa bicara sama sekali” hypoksia
bapak mempunyai tekanan darah
tinggi sejak bekerja, tetapi nekrotik jar. Otak
berobat terus”
“sejak 3 bulan yang lalu lupa
infark
kontrol”
“sering geleng-geleng kepala”
odema serebral
“Bapak tekanan darahnya masih
tinggi”
“tidak pucat” resiko TIK
“sepertinya masih bisa menelan”
“nafas ngorok”
Data Obyektif
Tingkat kesadaran semikomatosa
dengan GCS 115
Skala tingkat reaksi stimuli=4
Tensi 190/100 mmHg
Nadi 120 x/menit
RR 40 x/menit, frekuensi cepat
Tidak ada wheezing
Wajah dan lengan merah sehat,
mukosa bibir merah muda,
konjungtiva merah muda, sklera
putih, tidak ada kemerahan/
petekia pada kulit
Suhu akral hangat
Pengisian kapiler (capiler refile)
cepat (<2”)
TIK tidak terukur
GDA 10-11-2002 jam 08.30 WI
173 mg/dl
Kesimpulan CT scan:
Old ischemic cerebral
infarction di capsula interna
dan corona radiata kiri
Moderate internal cerebral
atrophy
Trombosit (7-11-2002) 339 x
109/L
Gra (11-11-2002)=14,18 + 10^
g/l (2,50-7,50)
GR% (11-11-2002) = 84,6 + %
(50,0-75,0)
Pupil Bulat isokor, diameter 3
mm, tidak ada perbedaan lebar,
reaksi cahaya langsung +
(konstriksi pupil yang cepat).
N IX (Glosofaringeus) dan N X
(Vagus): Saat disentuh bagian
tenggorokan belakang, terdapat
reflek tersedak dan batuk
Muntah tidak ada
B4. Bladder
Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah
11- Data Subyektif CVA Infark trombosis Resiko
11- “Badannya panas terus mulai infeksi
2002 kemarin” oklusi saluran
“Dulu pernah sakit kencing batu, kencing
tapi sudah dinyatakan sembuh perfusi jar. cerebral
oleh dokter”
“Saat masuk dipasang kateter iskemia
kondom hari kamis, lalu karena
perutnya penuh (tempat hypoksia
kencingnya) maka diganti
kateter selang hari jum’at” nekrotik jar. Otak
“Warna kencingnya sekarang
kok jadi merah ya, padahal saat infark
dipasang kateter selang belum
berdarah, tapi selang beberapa kesadaran
waktu (lupa berapa jam) keluar
kencingnya merah” tirah baring lama
(imobilisasi)
Data Obyektif dan terpasangnya dower
Warna merah, jumlah tanggal kateter sebagai benda
11-11-2002 mulai jam 05.00 asing
WIB sampai 10.00 WIB
sebanyak 400 cc resiko ISK
Keadaan genitalian eksterna:
Tidak ada kemerahan, tidak
kotor
Sistem drainage dan fiksasi
kateter: Drainage tidak ada
sumbatan, tidak ada kristal di
selang, fiksasi kateter di inguinal
11- Data Subyektif CVA Infark trombosis Resiko
11- “saat masuk masih sadar, mulai stagnasi
2002 hari Sabtu tidak sadar sampai oklusi urine
sekarang”
“berbaring terus mulai Kamis” perfusi jar. Cerebral
Data Obyektif iskemia
Tingkat kesadaran semikomatosa
dengan GCS 115 hypoksia
Skala tingkat reaksi stimuli=4
Tirah baring lama nekrotik jar. Otak
PU tgl 11-11-2002 mulai jam
05.00 WIB-10.00 WIB = 400 cc infark
Sistem drainage dan fiksasi
kateter: Drainage tidak ada
kesadaran
sumbatan, tidak ada kristal di
selang, fiksasi kateter di inguinal
tirah baring lama
Kejernihan hematuria, tidak ada
(imobilisasi)
stagnasi urine
B5. Bowel
Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah
11- Data Subyektif CVA Resiko
11- “badannya panas terus sejak terhadap
2002 kemarin” proses infeksi perubah
“mendapat susu 6x200 cc, an nutrisi
dan diabetasol” peningkatan metabolisme
Data Obyektif dan kesadaran menurun
RR 40 x/menit
BB 70 Kg perubahan nutrisi
Suhu 40,1oC
Kesadaran \semikomatosa
dengan GCS 115
Hasil laboratorium
7-11-2002 (darah)
- Hb = 13,7 g/dl (N=13,4-
17,7)
- Leuko = 20,1 x 109/L
(N=4,3-10,3)
- GDA = 64 mg/dl
(N=<200)
- BUN = 13 mg/dl (N=10-
20)
- Serum creatinin = 1,75
mg/dl (N=<1,5)
- Elektrolit (Kalium) =
3,96 meq/L (N=3,8-5,0)
- Elektrolit (Natrium) =
142 meq/L (N=136-144)
8-11-2002 (darah)
- GDA = 138 mg/dl, jam
18.35 WIB = 124 mg/dl
9-11-2002 (darah)
- GDP = 208 mg/dl
(N=70-110)
- GD 2 jPP = 216 mg/dl
(N=<200)
- BUN = 39,3 mg/dl
(N=10-20)
- Serum creatinin = 2,2
mg/dl (N=<1,5)
- Protein total = 6,6 G/dl
(N=6,3-8,8)
- Albumin = 3,4 G/dl
(N=3,2-4,5)
- Globulin = 3,2 mg/dl
(N=2,6-3,6)
10-11-2002 (darah)
- GDA jam 08.30 WIB =
173 mg/dl
- Bj plasma jam 08.30
WIB = 1,029
11-11-2002
- HGB = 13,8 g/l (11,4-
17,7)
- HCT = 39,81% (38,0-
47,0)
- PCT = 0,18%
B6. Bone
Tgl Data Faktor yang berhubungan Masalah
11- Data Subyektif CVA Infark trombosis Mobili-
11- “saat masuk masih sadar, tas fisik
2002 mulai hari Sabtu tidak sadar oklusi
sampai sekarang”
Tangan dan kaki kanan perfusi jar. cerebral
suami saya tidak bisa digerakkan
sejak masuk, kaki kiri kok iskemia
sekarang tidak bergerak juga?”
“Tangan kiri masih bisa hypoksia
digerakkan”
Keterbatasan karena kondisi: nekrotik jar. Otak
“Kamis-Jumat masih bisa
bergerak, molak-malik, tapi sejak
infark
Sabtu dan tidak sadar, Bapak
tidak bisa apa-apa”
hemiplegia, paraplegia,
“Berbaring saja sejak Sabtu
kelemahan, penurunan
dengan bantal satu”
kesadaran
Data Obyektif
Aktivitas kerusakan mobilitas fisik
Klien bedrest tanpa bantal
Bahu sisi kanan dan kaki
ditopang bantal
Kesadaran menurun semi-
komatosa dengan GCS 115
Ekstrimitas
Hemiplegia (lateralisasi
dekstra)
Kaki kiri tidak bergerak,
tahanan terhadap rangsang gerak
tidak ada
Tangan kiri bergerak aktif
belum dimobilisasi
Respon fisiologis: BPR
+3/+3, TPR +2/+2
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal
No Pernyataan Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Diatasi Terulang
1. Resiko tinggi peningkatan tekanan intra 11-11-2002
kranial b.d. oklusi dan edema serebri
(meningkatnya volume intra kranial)
2. Perubahan suhu tubuh: hypertermia b.d. 11-11-2002
ketidak efektifan termoregulasi sekunder
terhadap penurunan kesadaran dan proses
infeksi
3. Resiko tinggi terhadap perubahan fungsi 11-11-2002
pernafasan b.d. imobilisasi
4. Resiko tinggi ortostatik pneumonia b.d. 11-11-2002
mikroatelektasis paru sekunder terhadap
imobilisasi
5. Syndroma defisit perawatan diri b.d. 11-11-2002
kesadaran menurun (semikomatosa)
6. Resiko tinggi kekurangan cairan b.d. 11-11-2002
peningkatan evaporasi dan peningkatan
kebutuhan metabolisme, disfungsi
neurohormonal dan restriksi cairan
7. Kerusakan mobilitas fisik b.d. hemiplegia 11-11-2002
dan penurunan kesadaran
8. Kerusakan integritas kulit b.d. tirah baring 11-11-2002
lama (imobilisasi) sekunder terhadap
penurunan kesadaran
9. Konstipasi b.d. penurunan refleks 11-11-2002
mengejan dan penurunan motilitas usus
sekunder terhadap imobilisasi
10. Resiko tinggi infeksi saluran kencing b.d. 11-11-2002
imobilisasi
11. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang 11-11-2002
dari kebutuhan b.d. peningkatan
kebutuhan metabolisme dan penurunan
kesadaran
12. Resiko tinggi stagnasi urine b.d. 11-11-2002
imobilisasi
13. Kurangnya pengetahuan tentang 11-11-2002
pengaturan jadual diet DM b.d. informasi
yang tidak jelas dan kurang
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi peningkatan tekanan intra kranial b.d. oklusi dan edema serebri
(meningkatnya volume intra kranial)
Tujuan
Tidak terjadi peningkatan tekanan intra ranial selama 2x24 jam
Klien akan mempertahankan TIK dalam batas normal
Segera diketahui apabila terdapat tanda TIK meningkat mendadak
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil
Klien tidak gelisah
Tidak ditemukan chusing syndroma
TIK 15-18 mmHg (60-180 mmH2O)
Mempertahankan GCS pada kondisi yang sama atau lebih baik
Tidak terdapat pupil edema
Rencana Tindakan Rasional
a. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang Meningkatkan keikutsertaan
sebab dan akibat TIK meningkat dengan keluarga dalam upaya
bahasa yang sederhana dan jelas pada tanggal menghindari TIK meningkat
11-11-2002 pukul 11.30 WIB dan saat klien
bertanya di lain waktu.
b. Kaji tingkat kesadaran, tanda TIK meningkat Adanya penurunan kesadaran
dan tanda-tanda vital tiap 3 jam yaitu pada ketingkat yang lebih buruk,
jam 09.00 WIB, 12.00 WIB, 15.00 WIB, chusing syndroma dan
18.00 WIB, 21.00 WIB, 24.00 WIB, 03.00 perubahan VS menunjukkan
WIB, 06.00 WIB TIK meningkat
c. Tetapkan klien pada posisi bedrest total Aktivitas dan stimulasi yang
kontinyu meningkatkan TIK
d. Pertahankan posisi head up 30o dan kurangi Mengurangi tekanan arteri dan
manipulasi yang berlebihan selama meningkatkan drainage vena
perawatan serta memperbaiki sirkulasi
serebral
e. Berikan lingkungan yang nyaman dengan Stimulasi yang kontinyu
mengurangi stimulus, yaitu membatasi meningkatkan TIK
pengunjung, hawa panas
f. Bantu ADL klien Minimalisasi stimulus
g. Penuhi kebutuhan oksigennya (beri oksigen Mencegah hypoxia yang
sesuai advis) menyebakan vasodilatasi
serebral dan TIK meningkat
Diagnosa Keperawatan
Perubahan suhu tubuh: hypertermia b.d. ketidak efektifan termoregulasi sekunder
terhadap penurunan kesadaran dan proses infeksi
Tujuan
Suhu tubuh kembali normal 2x24 jam
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil
Mempertahankan suhu tubuh dan pemeriksaan laboratorium yang ada
Tidak dijumpai karakteristik mayor dan minor hypertermia
Rencana Tindakan Rasional
a. Kaji faktor yang memperberat resiko, Suhu ruangan yang panas akan
seperti dehidrasi dan hawa lingkungan meningkatkan evaporasi
b. Pantau intake dan output cairan tiap 6 Ketidakseimbangan antara input
jam, yaitu pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB dan output cairan menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit dan kekurangan cairan
tubuh
c. Longgarkan baju, rapikan seprei dan beri Penekanan oleh laken dan baju
pakaian tipis tebal meningkatkan suhu
permukaaan tubuh dan
menghalangi sirkulasi
d. Beri kompres pada belakang kepala dan Hypotalamus sebagai pusat
arteri besar termoregulasi dan kompres pada
arteri yang besar mempercepat
penurunan panas (penguapan)
e. Berikan antipiretik dan antibiotik sesuai Menstimulasi hypotalamus untuk
advis,yaitu paracetamol 3x1 jam 10.00 menurunkan panas dan
WIB, 18.00 WIB, 24.00 WIB tablet dan mencegah/mematikan bakteri
ceftriaxone 3x2gr jam 08.00 WIB, 16.00 penyebab infeksi
WIB dan 23.00 WIB
c. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 3
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap perubahan fungsi pernafasan b.d. imobilisasi
Tujuan
Tidak terjadi perubahan fungsi pernafasan dalam 2x24 jam
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil
Bersihan jalan nafas efektif (tidak ada wheezing; akumulasi sekret)
Pertukaran gas tidak rusak/terganggu (PaO2, PCO2, saturasi O2 normal)
Pola nafas efektif (ventilasi normal)
Rencana Tindakan Rasional
a. Kaji faktor penyebab yaitu penurunan Koma memberikan dampak pada
kesadaran beratnya penurunan fungsi
pernafasan
b. Lakukan mobilisasi pasif (mika/miki) tiap Meningkatkan komplian paru
2 jam jika tak ada kontraindikasi (mulai sehingga pengembangan paru
jam 12.00 WIB tgl 11-11-2002) optimal dan mencegah atelektsis
paru
c. Posisikan klien ke sebelah kanan setelah Mencegah regurgitasi dan aspirasi
makan (sonde)
d. Posisikan head up 30o Meningkatkan ekspansi paru,
menghindari aspirasi dan adanya
gaya grafitasi
e. Monitor pernafasan; frekuensi, irama, Perubahan pernafasan
kecepatan, isi paru menunjukkan adanya gangguan
pada paru
f. Berikan nebulezer tiap 6 jam mulai jam Sekret yang encer mudah
12.00 WIB tanggal 11-11-2002 teraspirasi sehingga menurunkan
kemungkinan akumulasi sekret an
perubahan pola nafas
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi ortostatik pneumonia b.d. mikroatelektasis paru sekunder terhadap
imobilisasi
Tujuan
Tidak terjadi ortostatik pneumonia dalam 2x24 jam
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil
Komplian paru normal
Tidak terjadi atelektasis paru
Ekspansi paru maksimal
Tidak ada akumulasi sekret
RR dalam batas normal (respon pernafasan normal)
Rencana Tindakan Rasional
a. Berikan posisi head up 30o Meningkatkan ekspansi paru,
menghindari aspirasi dan adanya
gaya grafitasi
b. Berikan penjelasan kepada keluarga Meningkatkan kerjasama keluarga
tentang akibat tirah baring lama dalam melakukan tindakan
c. Mobilisasi pasif pada klien posisi miring Meningkatkan komplian paru
kanan dan kiri tiap jam jika tanpa ada sehingga pengembangan paru
kontra indikasi mulai jam 12.00 WIB optimal dan mencegah atelektsis
tanggal 11-11-2002 paru
d. Berikan chest terapy dengan fibrasi dan Fibrasi ringan memudahkan sekret
nebulezer tiap 6 jam atau jika ada lepas dari perlengketan dan
akumulasi sekret mulai jam 12.00 WIB nebulezer mengencerkan sekret
tanggal 11-11-2002 sehingga mudah untuk diaspirasi
e. Monitor pernafasan, tanda aspirasi dan Perubahan pernafasan
obstruksi khususnya auskultasi paru tiap 6 menunjukkan adanya gangguan
jam mulai jam 12.00 WIB tanggal 11-11- pada paru
2002
Diagnosa Keperawatan
Syndroma defisit perawatan diri b.d. kesadaran menurun (semikomatosa)
Tujuan
Klien terawat sesuai dengan kemampuan dan kemandirian pasien selama perawatan
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil
Kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi mulai dari eating, bathing, toileting,
dressing, dan instrumenting
Rencana Tindakan Rasional
a. Berikan diet KV 2100 kal personde dari Kebutuhan makanan harus
RS (3X200 cc) tiap 4 jam, yaitu jam 08.00 terpenuhi untuk metabolisme
WIB, 12.00 WIB, 16.00 WIB, dan tubuh. Ketidakmampuan klien
diabetasol (3x200 cc) jam 20.00 WIB, memenuhi konsumsi tubuh dengan
24.00 WIB dan 04.00 WIB serta jus buah mandiri memudahkan menurunnya
pepaya 150 cc tiap jam 10.00 WIB kondisi tubuh
b. Mandikan klien 2 kali sehari jam 05.00 Membersihkan kotoran sehingga
WIB dan 15.00 WIB meningkatan kenyamanan
c. Lakukan oral higiene dengan betadin Mengurangi koloni kuman,
kumur 2 kali seari jam 08.15 WIB dan menghindari infeksi sekunder dan
15.00 WIB meningkatkan kenyamanan klien
d. Bantu jika BAB dan buang urine dari Mengurangi infeksi dan
urobag memperhatikan kebutuhan klien
e. Ganti baju klien 1 haari sekali atau jika Baju yang basah dan melipat-lipat
sudah basah membuat klien tidak nyaman
f. Diagnosa Keperawatan Nomor urut 6
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi kekurangan cairan b.d. peningkatan evaporasi dan peningkatan
kebutuhan metabolisme, disfungsi neurohormonal dan restriksi cairan
Tujuan
Klien akan mempertahankan hidrasi yang kuat 2x24 jam
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil
Tensi stabil
Perfusi perifer normal, akral hangat, warna merah muda
Urine normal 1 cc/kg BB/jam
Klien tidak sesak, tidak ada ronchi
Rencana Tindakan Rasional
a. Berikan penjelasan kepada keluarga sebab Meningkatkan kerjasama keluarga
dan akibat kekurangan cairan dalam melakukan tindakan
b. Catat intake dan output cairan, tanda vital Output cairan yang berlebih dari
tiap 6 jam mulai jam 12.00 WIB tanggal pemasukan, hypotensi, bradikardia
11-11-2002 menunjukkan defisit cairan
c. Laporkan tanda defisit cairan (hypotensi, Antisipasi dini terjadinya defisit
oliguria, membran mukosa kering, turgor cairan
kulit buruk)
d. Hitung keseimbangan cairan selama 24 Ketidak seimbangan cairan akan
jam meningkatkan odema otak
e. Laporkan tanda TIK meningkat dan Hypernatremia menyebabkan
pantau nilai serum elektrolit dan Bj akumulasi cairan sehingga odema
Plasma akan semakin meningkat dan
penurunan Bj Palsma menunjukkan
defisit cairan sudah terjadi
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik b.d. hemiplegia dan penurunan kesadaran
Tujuan
Mobilitas fisik dapat dipertahankan dalam kondisi yang optimal 2x24 jam
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil, klien mampu:
Mempertahankan posisi optimal dari fungsi dengan tidak adanya kontraktur dan
footdrop
Mempertahankan.meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena
atau kompensasi
Integritas kulit dipertahankan
Rencana Tindakan Rasional
a. Ubah posisi minimal tiap 2 jam mulai jam Menurunkan terjadi resiko
112.00 WIB (11-11-2002) trauma/iskemia jaringan daerah
yang terkena kerusakan sirkulasi
b. Mulailah melakukan latihan rentang gerak Meminimalkan atrofi otot,
pasif pada semua ekstrimitas. Libatkan meningkatkan sirkulasi, membantu
keluarga mencegah kontraktur
c. Sokong dan posisikan ekstrimitas dalam Mencegah kontraktur atau footdrop
posisi fungsionalnya
d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi secara Program yang khusus dapat
aktif dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit b.d. tirah baring lama (imobilisasi) sekunder terhadap
penurunan kesadaran
Tujuan
Kerusakan integrasi kulit dapat diminamilisasi 2x24 jam
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil, klien mampu:
Luka tidak meningkat pad grade yang lebih tinggi
Vaskularisasi dan oksigenasi jaringan adekuat
Rencana Tindakan Rasional
a. Ubah posisi minimal tiap 2 jam mulai jam Menurunkan terjadi resiko iskemia
112.00 WIB (11-11-2002) jaringan daerah yang terkena
kerusakan sirkulasi dan
meningkatkan vaskularisasi
b. Lakukan rawat luka tiap pagi hari pukul Mencegah kuman bersrang,
09.00 WIB dan monitor keadaan luka meningkatkan oksigenasi
c. Identifikasi derajat perkembangan luka Monitoring luka
tekan
d. Kolaborasi dengan dokter untuk Interdependent task
penanggulangan luka tekan
Diagnosa Keperawatan
Konstipasi b.d. penurunan refleks mengejan dan penurunan motilitas usus sekunder
terhadap imobilisasi
Tujuan
BAB klien lancar dan tidak ada konstipasi
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil, klien mampu:
Klien dapat BAB
Tidak ada kesulitan defekasi
Konsistensi lunak
Rencana Tindakan Rasional
a. Berikan diet seimbang dan jus buah Meningkatkan peristaltik usus dan
pepaya tiap jam 10.00 WIB memperlancar defekasi
b. Monitor dan berikan cairan yang adekuat Mempermudah absorbsi,
sesuai program terapi cairan memperlembek feses dan
menstimulasi pengosongan usus
c. Lakukan mobilisasi mika miki tiap 2 jam Menghindari penurunan peristaltik
usus
d. Berikan laksan sesuai terapi Meningkatkan peristaltik usus
untuk mempermudah defekasi
e. Kalau perlu berikan gliserin spruit Melembekkan feses yang
terakumulasi dan mengeras
Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. peningkatan kebutuhan
metabolisme dan penurunan kesadaran
Tujuan
Klien dapat mempertahankan berat badan adekuat selama 2x24 jam
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil, klien mampu:
Berat badan optimal
Konjungtiva merah
Tidak ada edema akral
Diet terpenuhi
Rencana Tindakan Rasional
a. Berikan penjelasan pada keluarga tentang Meningkatkan kerjasama
sebab dan akibat kurang nutrisi
b. Kontrol fungsi peristaltik bila akan Peristaltik menurun menunjukkan
memberikan sonde, beri sonde sesuai diet kemungkinan dilatasi lambung,
yang dianjurkan ulkus peptikum sehingga
meningkatkan asam lambung dan
memungkinkan perdarahan
c. Monitor tanda kurang nutrisi (kadar HB, Mencegah penurunan kebutuhan
albumin, BB) nutrisi
Diagnosa Keperawatan
Kurangnya pengetahuan tentang pengaturan jadual diet DM b.d. informasi yang
tidak jelas dan kurang
Tujuan
Keluarga mengerti pengaturan jadual diet DM setelah diberi penjelasan
Perencanaan dibuat pada tanggal 11 November 2002 pukul 11.30 WIB
Kriteria hasil, keluarga mampu:
Mematuhi jadual det DM
Mandiri menentukan diet DM
Rencana Tindakan Rasional
a. Berikan penjelasan pada keluarga tentang Meningkatkan kerjasama
diet DM dan pemenuhan jadual
b. Buatkan jadual terstruktur untuk Memberikan pegangan pada
pemberian sonde feeding yaitu diet KV keluarga untuk memenuhi diet
2100 kal personde dari RS (3X200 cc) klien dan meningkatkan
tiap 4 jam, yaitu jam 08.00 WIB, 12.00 pengetahuan keluarga
WIB, 16.00 WIB, dan diabetasol (3x200
cc) jam 20.00 WIB, 24.00 WIB dan 04.00
WIB serta jus buah pepaya 150 cc tiap
jam 10.00 WIB
c. Pantau pemenuhan jadual diet DM (KV) Monitor peningkatan pengetahuan
keluarga
b. Tanggal 12-11-2002
No
Tindakan Respon Klien
Jam Dx
08. 1 Mengkaji tingkat kesadaran, tanda Jam 08.00 WIB
00 TIK meningkat dan tanda-tanda vital Tensi 170/100 mmHg, Nadi
WIB 120 x/menit, RR 44 X/menit,
& suhu 39oC, GCS 115, tidak ada
12. pupil edema, tidak ada muntah
00 proyektil, klien tidak gelisah
WIB Jam 09.50 WIB suhu 40,1oC,
pamol diberikan
Jam 12.00 WIB
Tensi 180/100 mmHg, Nadi
120 x/menit, Suhu 40,3oC, RR
44 x/menit, GCS 111 tidak ada
pupil edema, tidak ada muntah
proyektil, klien tidak gelisah
08. 1 Mempertahankan klien pada posisi Klien bedrest dengan diberi
00 bedrest total bantal
WIB
08. 1,3 Memposisikan klien head up 30o Klien memakai bantal 1 buah
00 ,4 dengan memberi bantal 1 buah dan
WIB menngurangi manipulasi yang
berlebihan
08. 1 membatasi pengunjung dan penjaga, Penjaga istri dan anaknya,
00 mengompres ketiak dan kepala ketiak dan kepala bagian
WIB bagian belakang belakang terkompres air biasa
08. 1 Mempuasakan pasien karena ada Pasien dipuasakan
00 hematemesis
WIB
08. 1 Memberikan oksigen masker 5 lpm, Oksigen terberikan 5 lpm, RR
00 mengecek tabung dan saluran udara 44 x/mnt
WIB
9. 30 1,9 Memberikan laxadin CII dan Laxadin dn inpepsa diberikan
WIB inpepsa
08. 2 Mengkaji faktor yang memperberat
Klien berkeringat banyak, kulit
00 resiko, seperti dehidrasi dan hawa
teraba panas, suhu lingkungan
WIB lingkungan panas
13. 2,6 Memantau dan mencatat intake dan
Intake:
00 ,9 output cairan Infus RL 300 cc
WIB Puasa
Output:
400 cc
IWL tak terukur
11. 2 Memberi kompres pada belakang Klien terkompres
30 kepala dan arteri besar
WIB
08. 2 Memberikan paracetamol 1 tablet Pamol dan ceftriaxone
00 personde jam 08.00 WIB, terberikan. Suhu jam 12.00
WIB ceftriaxone 3x2gr IV jam 08.00 WIB WIB 40,3oC
12. 3,4 Mengkaji faktor penyebab yaitu GCS 111
00 penurunan kesadaran
WIB
11. 3,4 Memiringkan pasien kearah kanan Pasien miring kanan dengan
30 ,7, disangga bantal di punggung
WIB 8,9
08. 3,4 Memonitor pernafasan; frekuensi,
08.00 WIB
00 irama, kecepatan, isi paru RR 44 x/mnt, frekuensi cepat,
WIB irama teratur, wheezing tidak
& ada
12. 12.00 WIB
00 RR 40 x/mnt, frekuensi cepat,
WIB irama teratur, wheezing tidak
ada
08. 3,4 Memberikan nebulezer selama 15 Nebulezer diberikan, suara
00 menit nafas bersih, stridor ada,
WIB wheezing tidak ada, sekret
tidak ada, refleks menelan ada
08. 5,9 Oral higiene dengan betadin kumur Rongga mulut bersih, bau
00 betadin
WIB
13. 5 membuang urine dari urobag Jam 13.00 WIB sebanyak 400
00 cc, warna merah, tidak ada
WIB kristal
12. 5 Mengganti baju klien karena basah Terpasang baju dengan kancing
15 depan warna kuning garis-garis
WIB dari kain nylon
12. 6 Memonitor tanda defisit cairan T=180/100 mmHg, PU=400cc
10 (hypotensi, oliguria, membran jam 13.00 WIB, mukosa
WIB mukosa kering, turgor kulit buruk) lembab, turgor baik
13. 7 Kolaborasi untuk pemeriksaan BJ Terkolaborasikan, tetapi bellum
00 Plasma diperiksakan
WIB
08. 7 Menggerakkan tangan dan kaki klien Termobilisasi pasif, tidak ada
30 dan melibatkan keluarga foot drop, tidak ada atropi,
WIB keluarga ikut serta dan
mengerti
09. 8 rawat luka dan memonitor keadaan Jaringan nekrotik ada, lebar
00 luka luka tetap seperti kemarin,
WIB vaskularisasi lancar, tidak ada
tanda infeksi pada jaringan
09. 8 Mengidentifikasi derajat perkem- Grade I
00 bangan luka tekan
10. 11 Memonitor tanda kurang nutrisi dan Kadar Hb sesuai pemeriksaan
00 mengkolaborasikan dengan dokter lab diatas, terkolaborasikan
WIB (kadar HB, albumin) untuk pemeriksaan Hb ulang
tetapi belum diperiksa
12. 13 Memantau pemenuhan jadual diet Pasien puasa
00 DM (KV)
WIB
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl No
Perkembangan
Jam Dx
11- 1 S -
11- Istri “tekanan darahnya masih tinggi, tapi tidak gelisah”
2002 O Tensi: 175/110 mmHg, nadi 120 x/menit, RR 44 x/menit, suhu 39,9oC
jam Akral hangat, capiler refile baik, turgor baik, ada hematemesis, tidak
13. ada pupil edema (diameter 3 mm), refleks cahaya langsung positif,
30 GCS 115
WIB A Tidak ada chusing syndroma
Nafas cepat
P Lanjutkan rencana b - i
11- 2 S -
11- Istri “badannya panas terus”
2002 O RR 44 x/menit, frekuensi cepat, irama teratur, stridor, evaporasi
jam meningkat, keringat banyak, PU 450 cc, IWL tak terukur, sonde 450
13. cc, infus 300 cc, terkompres
30 A Klien terkompres, terobservasi TTV, tanda dehidrasi
WIB P Lanjutkan rencana a-e
11- 3,4 S -
11- O Istri “tetap sesak, tidak ada riyak”
2002 Posisi head up 30o, miring kiri, wheezing tidak ada, RR 44 x/menit,
jam tidak ada retraksi otot nafas, O2 5 lpm, tidak ada sputum terakumulasi,
13. nebulezer diberikan, reflek telan ada
30 A Pasien bedrest, head up 30o, O2 diberikan terpasang masker, tidak ada
WIB ortostatik pneumonia dan gangguan bersihan jalan nafas
P Lanjutkan rencana
11- 5 S -
11- Istri “semuanya perlu bantuan, terima kasih telah dibantu”
2002 O Oral higiene dilaksanakan, seka sudah, baju sudah diganti, sonde susu
jam diberikan 400 cc dan jus buah 150 cc, air 100 cc
13. A Semua keperluan dibantu
30 P Lanjutkan rencana keseluruhan
WIB
11- 6 S -
11- O mukosa merah muda, kulit panas, suhu 39,9 C, diaporesis, infus dan
2002 sonde diberikan
jam A kebutuhan cairan terpenuhi, terobservasi
13. P lanjutkan rencana
30
WIB
11- 7 S -
11- O tidak ada kontraktur, tidak ada drop fet, klien miring kiri, posisi head
2002 up 30o
jam A dilakukan mobilisasi pasif dengan posisi klien miring kiri, posisi head
13. up 30o
30 P lanjutkan rencana
WIB
11- 8 S -
11- O luka terawat, grade I, vaskularisasi lancar, diameter sama seperti
2002 pengkajian (luka I panjang 7 cm lebar 5 cm dan luka II panjang dan
jam lebar 1 cm)
13. A integritas kulit tetap terjaga dan terawat
30 P lanjutkan rencana
WIB
11- 9 S - Istri “bapak belum berak”
11- O massa feses di abdomen tak terasa, belum BAB, laksan diberikan
2002 A kondisi bowel terkaji
jam P lanjutkan rencana
13.
30
WIB
G. EVALUASI
Tgl No
Perkembangan
Jam Dx
12- 1 S -
11- Istri “tekanan darahnya masih tinggi”
2002 O Tensi: 180/100 mmHg, nadi 108 x/menit, RR 44 x/menit, suhu 40,3oC
jam Akral hangat, capiler refile baik, turgor baik, ada hematemesis, tidak
13. ada pupil edema (diameter 3 mm), refleks cahaya langsung positif,
30 GCS 115
WIB A Tidak ada chusing syndroma
Nafas cepat. Masalah teratasi, tidak ada TIK meningkat
P Stop rencana, tetapi tetap waspadai peningkatan TIK mendadak dengan
membuat atau melanjutkan rencana untuk selanjutnya selama klien
masih dalam perawatan
12- 2 S -
11- Istri “badannya panas terus”
2002 O RR 44 x/menit, frekuensi cepat, irama teratur, stridor, evaporasi
jam meningkat, keringat banyak, PU 400 cc, IWL tak terukur, sonde tidak
13. ada karena puasa, terkompres
30 A Masalah belum tertasi
WIB P Lanjutkan rencana a-e, dan kolaborasikan ke dokter tentang
peningkatan suhu tubuh, kemungkinan karena proses infeksi dan
kemungkinan karena proses di sentral
12- 3,4 S -
11- O Istri “sesak, tapi sepertinya masih bisa menelan, karena tidak ada
2002 riyaknya”
jam Posisi head up 30o, miring kiri, wheezing tidak ada, RR 44 x/menit,
13. tidak ada retraksi otot nafas, O2 5 lpm, tidak ada sputum terakumulasi,
30 nebulezer diberikan, reflek telan ada
WIB A Masalah teratasi
P Stop rencana. Tetapi lakukan auskultasi rutin terhadap isi paru, monitor
pernafasan dan cegah ortostatik pneumonia
12- 5 S -
11-
2002 O Oral higiene dilaksanakan, seka sudah, baju sudah diganti, sonde susu
jam tidak diberikan karena puasa karena ada hematemesis 17 cc
13. A Semua keperluan dibantu, masalah belum selesai
30 P Lanjutkan rencana keseluruhan
WIB
12- 6 S -
11- O mukosa merah muda, kulit panas, suhu 39,9 C, diaporesis, infus dan
2002 sonde tidak diberikan, cairan lambung 17 cc merah kehitaman
jam A kebutuhan cairan terpenuhi, terobservasi dan masalah tidak teratasi
13. P lanjutkan rencana
30
WIB
12- 7 S -
11- O tidak ada kontraktur, tidak ada drop fet, klien miring kiri, posisi head
2002 up 30o
jam A dilakukan mobilisasi pasif dengan posisi klien miring kiri, posisi head
13. up 30o. masalah teratasi
30 P stop rencana
WIB
12- 8 S -
11- O luka terawat, grade I, vaskularisasi lancar, diameter sama seperti
2002 pengkajian (luka I panjang 7 cm lebar 5 cm dan luka II panjang dan
jam lebar 1 cm)
13. A integritas kulit tetap terjaga dan terawat. Masalah belum teratasi
30 P lanjutkan rencana
WIB
12- 9 S - Istri “bapak belum berak”
11- O massa feses di abdomen tak terasa, belum BAB, laksan diberikan
2002 A kondisi bowel terkaji. Masalah belum teratasi
jam P lanjutkan rencana
13.
30
WIB
12- 13 S Istri saya sudah mengerti dan jadual ini akan saya pakai, begini kan
11- enak jadi saya tidak bingung lagi”
2002 O Istri memenuhi jadual yang diberikan, tetapi sonde tidak diberikan
jam sebab klien mengalami hematemesis 17 cc sehingga dipuasakan
13. A Masalah teratasi
30 P Stop rencana
WIB
LAPORAN
Klien meninggal tanggal 13 November 2002 pukul 06.00 WIB