Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KASUS

KEPERAWATAN DASAR

OLEH :

ABRAHAM HEUMASSE
R011191094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
STRATEGI PELAKSANAAN

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum..!!! Selamat pagi ibu…… perkenalkan nama saya Abraham,
biasa dipanggil Ampy. Saya mahasiswa ilmu Keperawatan Universitas
Hasanuddin yang akan dinas di ruangan Jerapah ini selama 1 minggu. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 08:00 sampai jam 14:00. Saya akan merawat ibu selama
di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?
b. Validasi
Bagaimana perasaan ibu…… hari ini?
Bagaimana tidurnya semalam ?
c. Kontrak
Topik : Baiklah ibu, hari ini saya akan melakukan pemasangan transfusi darah
karena ibu Hb ibu sangat rendah, apakah ibu bersedia?
Waktu : Saya akan melakukan pemasangan transfusi darah selama ± 3-5 menit
Tempat : Ruangan Jerapah
2. Fase kerja
a. Tujuan tindakan
 Memenuhi kebutuhan dasar dan mencegah terjadinya anemia
b. Prinsip tindakan
 Pastikan produk darah aman dan sesuai dengan golongan darah klien
 Anjurkan klien untuk melapor segera bila terdapat alergi terhadap produk
darah yang diberikan (reaksi transfusi)
 Berikan transfusi segera untuk mencegah kondisi klien menjadi semakin
buruk
a. Prosedur kerja
SOP Pemasangan Transfuse Darah
Definsi
Memberikan transfusi darah sesuai instruksi atau program pengobatan.
Alat
 Standar infuse
 Cairan steril sesuai instruksi
 Tranfusi set steril (Blood set)
 IV kateter sesuai ukuran (18)
 Bidai atau ( k/p pada anak )
 Perlak dan pengalas
 Tourniquet
 Instrumens steril ( pinset, gunting dan com )
 Kapas alcohol
 Bengkok
 Tempat sampah
 Kasa steril
 Sarung tangan
 Salf antibiotic
 Plester
 Darah atau plasma
 Obat antihistamin
 Tensimeter dan thermometer
 Formulir observasikhusus dan alat tulis
Prosedur
Tindakan Rasional
a. Fase pra interaksi:
1) Periksa catatan perawatan dan 1) Untuk mencegah risiko kesalahan
catatan medis klien tindakan maupun klien
2) Kaji kebutuhan klien akan perawatan 2) Untuk mengetahui kebutuhan klien
rambut terhadap perawatan yang akan
3) Siapkan peralatan dan susun diatas dilakukan
troli 3) untuk memastikan apakah alat dan
bahan yang akan digunakan sudah
sesuai dengan prosedur
4) Kaji inspirasi dan validasi perasaan 4) Memastikan ketepatan klien, dengan
klien mengecek nama,tanggal lahir atau dapat
mengecek gelang status klien, serta
untuk mengetahui keadaan atau kondisi
klien sebelum diberikan tindakan
b. Fase orientasi:
1) Salam terapeutik & 1) Perkenalan atau komunikasi antara
memperkenalkan diri perawat dan klien, agar membangun
kepercayaan antara klien kepada
perawat dalam melakukan Tindakan
2) Menjelaskan tujuan & prosedur 2) Agar klien mengetahui tentang
pelaksanaan Tindakan yang akan kita lakukan
3) Berikan kesempatan kepada klien 3) Untuk mevalidasi apakah klien dan
atau keluarga untuk bertanya keluarga memahami apa yang dijelaskan
sebelum tindakan dimulai oleh perawat
4) Kontrak: topik/waktu/tempat 4) Memudahkan perawat saat ingin
melakukan rencana Tindakan

c. Fase kerja:
1) Dekatkan peralatan ke samping 1) Agar peralatan dapat di ambil dengan
tempat tidur mudah
2) Memasang sketsel atau sampiran. 2) Untuk menjaga privasi klien dan
memberikan rasa nyaman pada klien.
3) Mencegah kontaminasi mikroorganisme
3) Mencuci tangan dan menggunakan terhadap produk darah
sarung tangan
4) Untuk mengetahui keadaan umum klien
4) Mengukur tanda vital
5) Agar pengukuran TTV dapat dilakukan
dengan mudah dan memperoleh hasil
5) Membebaskan lengan pasien dari yang akurat
baju 6) Untuk mencegah cairan jatuh ke tempat
tidur
6) Meletakan perlak/pengalas di bawah
lengan pasien 7) Dilakukan sebelum transfusi darah

7) Menyiapkan larutan NaCl 0,9 % 8) Agar pada saat pemasangan transfusi


dengan tranfusi set dan memasang darah dapat berjalan dengan lancer dan
infus NaCl 0,9 % mencegah emboli yang dapat
menyebabkan gangguan pada kondisi
8) Memastikan tetesan tetap lancer dan klien
memastikan tidak ada udara didalam 9) Untuk mencegah kesalahan dalam
selang infus pemberian produk darah

9) Mengontrol kembali darah yang


akan diberikan kembali kepada
pasien
 Pria/Wanita
 Identitas 10) Agar produk darah dapat digunakan
 Jenis dan golongan darah untuk mengatasi anemia klien
 Nomor kantong darah
 Tanggal kadaliarsa 11) Agar tidak menyebabkan klien shok
 Hasil cross test dan jumlah darah karena tetesan yang cepat
10) Mengganti cairan NaCl 0,9 % 12) Agar peralatan dapat digunakan
dengan darah setelah 15 menit Kembali setelah dibersihkan
13) Mencegah menularan infeksi dari klien
ke perawat dan sebaliknya
11) Mengatur tetesan darah

12) Mengembalikan peralatan pada


tempatnya
1) Untuk mengetahui respon klien terhadap
13) Melepaskan sarung tangan dan cuci
tindakan yang dilakukan
tangan
2) Untuk mengetahui perasaan klien
terhadap tindakan yang dilakukan
3) Agar klien mengetahui jadwal
d. Fase terminasi perawatan rambut berikutnya
1) Observasi keadaan klien 4) Tetap pertahankan komunikasi
teraupeutik setelah tindakan selesai
2) Melakukan evaluasi tindakan dilakukan

3) Menyampaikan rencana tindak lanjut 1) Agar setiap tindakan dapat diketahui


kapan dilakukan
4) Berpamitan pada klien

e. Dokumentasi:
1) Catat tindakan yang telah dilakukan
tanggal dan jam pelaksanaan
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Klien mengatakan tidak merasa gatal dan deman
 Tetesan transfusi darah berjalan lancar
 Klien masih tampak anemia dan lemas
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah ibu, saya berada di ners station. ibu dan keluarga dapat hubungi saya bila
ibu membutuhkan sesuatu tentang perawatan ibu.
c. Kontrak yang akan datang :
1) Topik : Baiklah ibu, saya akan kembali setelah 15 menit untuk menganti
transfusi ibu dengan cairan infus setelah selesai tranfusi darah.
2) Waktu : Baiklah ibu, besok saya akan ke kamar ibu untuk mengecek kondisi
ibu setelah dilakukan transfusi darah pada jam 08.00.
3) Tempat : Ruangan Jerapah kamar 2. Baiklah ibu sampai jumpa besok. saya
permisi Assalamualaikum Wr,Wb.
Kasus nomor 1
Seorang perempuan berusia 50 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan lemas,
cepat lelah dan mual. Hasil pengkajian : klien mengalami penurunan nafsu makan, yang
disertai muntah, intake oral terbatas, konjungtiva anemis, klien tampak pucat, CRT > 3 detik,
Hemoglobin : 5,7 gr/dl.
Apakah tindakan keperawatan dasar yang tepat pada kasus diatas?

A. Tindakan Keperawatan yang dilakukan : Pemasangan Transfusi Darah


Nama Klien : Ny. L
Umur : 50 tahun
Diagnosa Medis :-
Tanggal dilakukan : 04 Agustus 2021
B. Asuhan Keperawatan yang dilakukan
1. Pengkajian
Analisis Data
Data Subjektif :
 Lemas, cepat lelah dan mual
 Penurunan nafsu makan di sertai muntah
Data Objektif :
 Intake oral terbatas
 Konjungtiva anemis
 Klien tampak pucat
 CRT > 3 detik
 Hemoglobin 5.7 gr/dl
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi : (Tujuan Tindakan , Indikator & Intervensi)
Tujuan Tindakan Indikator Intervensi
Setelah di lakukan tindakan  Intake kalori Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 2x24 jam pertahankan pada (1) (1100)
ketidakseimbangan nutrisi tidak adekuat di 1. Tentukan status gizi
kurang dari kebutuhan tubuh tingkatkan menjadi (5) dan kemampuan pasien
teratasi dengan kriteria : total adekuat untuk memenuhi
 KU baik  Intake karbohidrat kebutuhan nutrisi
 Klien mual muntah dipertahankan pada (1) 2. Identifikasi alergi atau
hilang tidak adekuat di intoleransi makanan
 Nafsu makan tingkatkan menjadi (5) pasien
meningkat total adekuat 3. Tentukan preferensi
 CRT 1-2 detik  Zat besi makanan pasien
 Hemaglobin normal dipertahakan pada (1) 4. Membantu pasien
(12-15 gr/dl) tidak adekuat di dalam menentukan
tingkatkan menjadi (5) pedoman atau piramida
total adekuat makanan paling cocok
 Protein untuk kebutuhan
dipertahankan pada (1) dengan rujukan
tidak adekuat di preferensi gizi
tinggkatkan menjadi (5) 5. Tentukan jumlah kalori
total adekuat dan jenis nutrisi yang
diperlukan untuk
memenuhi persyaratan
nutrisi
6. Menyediakan pilihan
makanan sambil
menawarkan panduan
menu pilihan, jika perlu
7. Sesuaikan diet,
seperlunya (yaitu,
menyediakan makanan
tinggi protein,
meningkatkan kalori;
tambahkan vitamin,
mineral, atau
suplemen)
8. Melakukan atau
membantu pasien
dengan perawatan oral
sebelum makan

C. Prinsip Caring yang dilakukan


Melakukan pemasangan dengan pelan dan hati-hati agar tidak menyebabkan klien merasa
nyeri pada saat melakukan tindakan.
D. Prinsip Universal Precaution yang dilakukan
Menghindari penusukan berulang dengan memilih vena yang tepat saat pemasangan
transfusi darah.
E. Prinsip Etik yang harus diperhatikan
1. Autonomi yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak klien pada saat melakukan
tindakan, terutama hak autonomi klien (the rights to self determination) karena setiap
klien mempunyai hak untuk menolak atau menerima tindakan yang akan kita berikan.
2. Beneficience (berbuat baik)  prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan
baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.
3. Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien
F. Refleksi tindakan yang dilakukan
Perawat dapat melakukan tindakan pemasangantrnsfusi dengan baik sesuai prosedur.
Analisis video
Link video : VIDEO PRAKTEK KEPERAWATAN (EPISODE 9 I TRANSFUSI DARAH) -
YouTube
 Petugas tidak memperkenalkan diri kepada klien sebelum melakukan tindakan
 Dari video tersebut memperlihatkan bahwa petugas tidak melakukan cuci tangan sebelum
melakukan tindakan. Sebaiknya cuci tangan dilakukan terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan agar terhindar dari kontaminasi terhadap mikroorganisme
 Petugas tidak merapikan klien setelah selesai melakukan tindakan

Evidence based practice


Kebutuhan darah semakin meningkat di dunia ini dimana 1 pasien dari 7 pasien yang
masuk rumah sakit memerlukan transfusi darah. Ketidakseimbangan antara penyediaan darah
dan kebutuhan darah semakin meningkat di dunia. Saat ini hanya di 62 negara, persediaan
darah 100% berasal donor darah sukarela dan 40 negara lagi masih tergantung padadonor dari
keluarga dan donor darah yang dibayar(1). Jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia
telah mencapai sekitar 5,1 juta kantong per tahun atau 2% jumlah penduduk, sedangkan
penyediaan darah dan komponennya saat ini hanya sebanyak 4,6 juta kantong dari 3,05juta
donasi. Sebanyak 86,20% dari 3,05 juta donasi itu berasal dari donor darah sukarela.
Indonesia masih kekurangan jumlah penyediaan darah secara nasional sekitar 500 ribu
kantong(2). Data dari PMI Bireuen tercatat untuk Kabupaten Bireuen membutuhkan 700
kantong darah per bulan untuk kebutuhan pasien yang perlu transfusi darah atau kategori
pasien gawat darurat. Namun dari jumlah tersebut, PMI Bireuen hanya punya persediaan
darah sekitar 300 hingga 400 kantong darah per bulan (Apriliani, et all, (2021).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Unit Transfusi Darah (UTD) Rumah Sakit dr.
Fauziah Bireuen dengan wawancara terhadap 10 orang yang datang ke Rumah Sakit dr.
Fauziah Bireuen, diketahui 3 orang laki-laki mengatakan tidak mengetahui manfaat donor
darah bagi dirinya, 3 orang perempuan mengatakan mendonorkan darah akan merugikan
dirinya, mereka khawatir setelah mendonorkan darah akan membuat tubuh menjadi lemas, 2
orang laki-laki mengatakan tidak mendonorkan darahnya karena dilarang oleh keluarganya
dan 2 orang perempuan mengatakan donor darah akan membuat rugi karena tidak diberi
suplemen tambahan untuk mengganti darah yang telah didonorkan. Aktivitas donor darah
merupakan kewajiban setiap masyarakat sebagai wujud kepedulian terhadap orang lain.
Banyak orang yang tidak tahu tentang manfaat donor darah bagi kesehatan. Bahkan ada juga
orang enggan mendonorkan darah karena khawatir terhadap efek samping yang
ditimbulkannya (Apriliani et al., 2021).
= 0,006 < 0,05. Hasil pengukuran pengetahuan diketahui mayoritas responden memiliki
pengetahuan baik mendonor secara sukarela sebesar 58,8% dan yang mendonor tidak
sukarela hanya 8,2%. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini sudah baik. Tingkat pengetahuan masyarakat memberikan dampak yang
positif terhadap perilaku mereka dalam mendonorkan darahnya. Penelitian yang dilakukan
oleh Shenga N, et al. (2009) mengemukakan bahwa 46% populasi memiliki pengetahuan
yang baik mengenai donor darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendonor memiliki pengetahuan baik tentang donor
darah. Ini mengindikasikan bahwa pendonor darah sudah mengetahui berbagai persyaratan
dan ketentuan untuk mendonorkan darah secara sukarela (78,8%). Namun demikian masih
ditemukan sebagian yang belum memahami arti dan pentingnya doroh darah untuk
meningkatkan kesehatan sesama manusia (21,2%). Jika dikaitkan dengan hasil uji statistik
bahwa faktor pengetahuan berpengaruh terhadap perilaku donor darah sukarela. Ini
disebabkan pendonor darah memiliki kepedulian yang tinggi untuk berbagi dalam
meningkatkan derajat kesehatan umat manusia. Sabu et al. (2011) menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai donor darah cenderung akan
menyumbangkan darahnya. Sehingga pengetahuan dan informasi mengenai donor darah
harus dipromosikan kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah donor
darah
Daftar Pustaka
Sabu KM, Remya A, Binu VS, Vivek R. Knowledge, attitude and practice on blood donation
among health science students in a university campus, South India. Online J Heal Allied
Sci. 2011;10(2).
Shenga N, Pal R, Sengupta S, Pal S. Correlates of voluntary blood donation among people in
a hillcapital in India. Int J Green Pharm. 2009;3(2).
Apriliani, I. M., Purba, N. P., Dewanti, L. P., Herawati, H., & Faizal, I. (2021). Faktor Yang
Memengaruhi Perilaku Donor Darah di Unit Transfusi Darah Rs Dr. Fauziah Bireuen.
Citizen-Based Marine Debris Collection Training: Study Case in Pangandaran, 2(1),
56–61.
Bullechek, Gloria; Butcher Howard; Dechteerman, joanne; wagner, C. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC).
Herdman, TH & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). Diagnosis Keperawatan Internasional NANDA:
Definisi & Klasifikasi, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.X
Marion, J. (2013). Nursing Outcomes Classification. In St Louis Mosby.
Saputra. 2013. Panduan praktik keperawatan klinis. Tangerang : Binapura Aksara

Anda mungkin juga menyukai