Namun, saat tumbuh dewasa, adik sepupu si Malelang berwajah cantik sehingga
ada seorang pemuda di sana yang amat sangat suka padanya.
Saat itu, anak muda yang amat sangat suka pada dia, melihat kejadian itu, lalu si
pemuda berlarian ke kampung dan menyampaikan fitnah kepada hulu balang
kampung dan rakyat, bahwa si Malelang telah memperkosa si gadis, dengan
bukti ada darah di pahanya.
Si Malelang minta ibunya membuat sambal daun encek gondok yang dalam
bahasa di sana disebut bungong crot atau bungong yoh.
Ibu si Malelang ini meratap seraya menari-nari, para ibu lain yang melihatnya
pun ikut hanyut dalam maha duka temannya, mereka ikut meratap dengan syair
tersebut dan ikut menari bersama ibu si Malelang. Lama kelamaan gerakan
mereka teratur mirip sebuah tarian.
Setelah si Malelang dan sepupunya menikah dan mengadakan pesta 7 hari tujuh
malam, mereka dihukum. Setelahnya, ratapan dan gerakan ibu si Malelang
bersama para ibu-ibu yang lain diulangi ketika mereka ingat kemalangan yang
menimpa si Malelang dan kekasihnya. Lambat laun, syair dan gerakan itu
menjadi tarian.