Anda di halaman 1dari 9

Prosedur Implementasi Dalam Penilaian Properti Berdasarkan SPI

Oleh: Ir. Hamid Yusuf, M.M., MAPPI (cert), FRICS

Latarbelakang
Berdasarkan hasil pemeriksaan Penilai Publik tahun 2020 yang dilakukan PPPK terdapat isu
yang menjadi perhatian bagi profesi Penilai atas perlunya penguatan terhadap prosedur
pelaksanaan penilaian secara konsisten berdasarkan SPI. Penguatan dimaksud setidaknya
mengandung tiga hal yang mendasari suatu penugasan penilaian, terdiri dari penerapan
Lingkup Penugasan, Implementasi dan Pelaporan Penilaian.
Dalam rangka penguatan tersebut maka dibutuhkan materi yang mendukung proses
kesinambungan pengembangan profesi dengan agenda pembahasan:
1. Peningkatan pemahaman Implementasi dalam Proses Penilaian
2. Potensi kesalahan Penilai yang sering ditemukan dalam Praktek Penilaian
3. Prosedur Investigasi, Pendekatan Penilaian, Dokumentasi Kertas Kerja dan Kaji Ulang
Materi ini disusun setidaknya bertujuan untuk:
1. secara mendasar memahami pentingnya implementasi dalam Proses Penilaian,
2. menyadari bila ada ketidak-konsitenan praktek penilaian yang telah dilakukan,
3. membangun praktek melalui Proses Penilaian yang lengkap agar menghasilkan kualitas
penilaian yang kredibel.

Pendahuluan
Implementasi dalam pengertian lain dapat diartikan pelaksanaan atau penerapan dalam suatu
penugasan penilaian. Pelaksanaan penugasan dalam penilaian merupakan bagian dari
proses atau prosedur penilaian yang secara garis besar dapat meliputi tiga tahapan, meliputi
Lingkup Penugasan, Implementasi dan Pelaporan Penilaian.
Menjalankan secara lengkap proses penilaian merupakan keharusan bagi Penilai. Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 101 tahun 2014 menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan
penilaian, Penilai harus melakukan proses Penilaian sesuai Standar Penilaian Indonesia (SPI)
meliputi (PMK 101/2014 pasal 4):
a. mengidentifikasi dan memahami lingkup penugasan;
b. melakukan pengumpulan, pemilihan dan analisis data;
c. menerapkan pendekatan Penilaian; dan
d. menyusun Laporan Penilaian.
Pada bagan berikut ini dapat dilihat secara lengkap tahap demi tahap apa saja kegiatan yang
harus dilalui seorang Penilai dalam menjalankan tugas Penilaian (KEPI dan SPI Edisi VII
tahun 2018 yang selanjutnya disebut SPI).
Kosentrasi pembahasan dalam meteri ini adalah prosedur implementasi yang setidaknya
merupakan bagian yang terpenting dari Proses Penilaian. Mengapa hali ni menjadi penting?
Karena setidaknya terdapat sejumlah kritik dan potensi kesalahan yang sering dijumpai dalam
penugasan Penilaian. Bersumber dari beberapa pendapat dan referensi, kritik dan potensi
kesalahan yang sering dijumpai dalam suatu penugasan Penilaian, antara lain:
1. Duplikasi laporan penilaian
2. Kesalahan pengetikan dan penulisan yang tidak sistematis
3. Salah perhitungan
4. Keterbatasan kompetensi dan kurang pengalaman
5. Lingkup penugasan yang lemah/tidak jelas
6. Penyusunan laporan penilaian tidak sesuai standar
7. Investigasi dan inspeksi yang lemah
8. Ketidaksesuaian data pembanding
9. Asumsi yang mengambang dan tidak didukung referensi
10. Analisis pasar yang dangkal
11. Analisis HBU & estimasi nilai tanah yang kurang relevan
12. Ketidaksesuaian pendekatan dab metode penilaian
13. Kesimpulan & alasan atas opini nilai yang kurang mendukung

Gambar 1. Proses Penilaian


LINGKUP PENUGASAN
DEFINISI PENUGASAN/IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi Identifikasi
Penentuan Asumsi &
Pemberi Tugas Penentuan Objek Penilaian Tanggal
Tujuan Kondisi
& Pengguna Dasar Nilai & Hak Penilaian
Penilaian Kepemilikan Pembatas
Laporan

IMPLEMENTASI
PENGUMPULAN/PEMILIHAN DATA
DATA UMUM DATA KHUSUS DATA PERMINTAAN &
PENAWARAN
Wilayah, Kota & Lingkungan Data Properti yang DInilai Data Perbandingan
(Neighborhood) (Transaksi, Penawaran, Sewa,
Tingkat Hunian, Pendapatan)

ANALISIS DATA

ANALISIS PASAR ANALISIS HBU


Permintaan dan Penawaran (Penggunaan Tertinggi dan Terbaik)
Studi Pasar Tanah dalam keadaan Kosong
Properti dikembangkan

ESTIMASI NILAI TANAH

PENDEKATAN PENILAIAN
Pendakatan Pasar Pendekatan Pendapatan Pendekatan Biaya

REKONSILIASI INDIKASI NILAI DAN OPINI NILAI AKHIR

PELAPORAN PENILAIAN

Definisi dan Pengertian


Beberapa definisi yang dapat dipahami dan dirujuk dari PMK, SPI dan rujukan lainnya terkait
dalam menjalankan tugas dan prosedur Penilaian meliputi antara lain:
1. Penilaian berdasarkan PMK 101/2014 adalah proses pekerjaan untuk memberikan opini
tertulis atas nilai ekonomi suatu objek penilaian sesuai dengan SPI
2. Penilai berdasarkan PMK 101/2014 adalah seseorang yang memiliki kompetensi dalam
melakukan kegiatan Penilaian, yang sekurang-kurangnya telah lulus pendidikan awal
Penilaian;
3. Penilai berdasarkan pengertian Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) tahun 2018 adalah
seseorang yang memiliki kualifikasi, kemampuan dan pengalaman dalam melakukan
kegiatan praktek penilaian untuk mendapatkan nilai ekonomis sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki. Penilai terdiri dari:
a. Tenaga Penilai adalah seseorang yang telah lulus pendidikan di bidang penilaian yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai, lembaga pendidikan lain yang
diakreditasi oleh Asosiasi Profesi Penilai, atau lembaga pendidikan formal.
b. Penilai Bersertifikat adalah seseorang yang telah lulus ujian sertifikasi di bidang
penilaian yang diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai.
c. Penilai Publik adalah Penilai yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan.
4. Implementasi sebagai bagian dari tugas penilaian, merupakan prosedur yang harus
dilaksanakan oleh Penilai meliputi tahapan Investigasi, penerapan pendekatan penilaian
dan penyusunan kertas kerja penilaian (SPI 104-3.1).
5. Investigasi dalam konteks penilaian adalah proses pengumpulan data yang cukup
dengan cara melakukan inspeksi, penelaahan, penghitungan dan analisis sesuai tujuan
penilaian (SPI 104 – 3.2).
6. Lingkup Penugasan, merupakan dasar dalam pengaturan kesepakatan penugasan
penilaian, tingkat kedalaman Investigasi, penentuan asumsi dan batasan penilaian.
7. Inspeksi berdasarkan PMK 101/2014 pasal 1 butir 16 adalah kunjungan atau penelitian
atas suatu objek Penilaian dengan tujuan mendapatkan informasi sebelum
dikeluarkannya pendapat atas nilai ekonomi suatu objek Penilaian, sebagaimana
dimaksud dalam SPI.
8. Inspeksi menurut PPI 12 tahun 2018 adalah kunjungan yang dilakukan terhadap suatu
aset (objek penilaian) untuk memeriksa fisik dan memperoleh informasi yang relevan
dalam rangka pemberian opini nilai yang kredibel (credible).

Hubungan antar Standar


Penilai sudah seharusnya mengenal dan memahami SPI tidak hanya dalam bahasa
pengertian semata, namun perlu memahami dalam konteks prakteknya. Setidaknya terdapat
dua pemahaman yang mendasar perlu diketahui, pertama, hubungan antar standar secara
horizontal berdasarkan kategorinya, dan kedua hubungan antar standar secara vertikal
berdasarkan hirarkinya.
1. Hubungan antar standar secara horizontal berdasarkan kategorinya
Standar secara horizontal berdasarkan kategorinya meliputi standar umum yang termasuk
kelompok seri 100 diantaranya adalah SPI 103 – Lingkup Penugasan dan, SPI 104 –
Implementasi dan SPI 105 – Pelaporan Penilaian. Adalah menjadi tanggung jawab Penilai
untuk mensinkronkan penerapan Implementasi dari buah hasil yang telah ditentukan dalam
Lingkup Penugasan. Hubungan Lingkup Penugasan terhadap Implementasi dalam Penilaian
properti menjadi dasar untuk menghasilkan penugasan sebagaimana yang dimaksud
Pemberi Tugas. Proses Implementasi mengandung tiga unsur utama dalam penugasan
Penilaian meliputi Investigasi, Pendekatan Penilaian dan dokumentasi kertas kerja. Apabila
dalam pelaksanaannya proses Implementasi dilaksanakan secara konsisten maka
penugasan penilaian akan dapat memberikan hasil yang dapat diyakini dan dipercaya.
Terdapat beberapa pengaturan dalam Lingkup Penugasan yang memiliki hubungan dengan
proses Implementasi maupun Pelaporan Penilaian. Bagian-bagian pengaturan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1. Hubungan Horizontal SPI 103, SPI 104 dan SPI 106. Pada Lingkup
Penugasan diatur adanya status Penilai dengan prosedur pengaturan terhadap Identitas,
objektif dan ketidak berpihakan Penilai. Selain itu, status Penilai mengatur keharusan untuk
tidak memiliki benturan kepentingan dengan subjek dan/atau objek penilaian serta Penilai
harus memiliki kompetensi yang cukup. Bagaimana melihat hubungan status Penilai tersebut
dengan kegiatan Implementasi dan Pelaporan Penilaian? Proses Implementasi disadari
dilakukan oleh seseorang yang harus memiliki legitimasi dan kemampuan dalam melakukan
Penilaian. Dengan demikian, kepastian terhadap pemenuhan persyaratan Penilai yang
dimaksud dalam Status Penilai menjadi sesuatu yang diperjanjikan kepada Pemberi Tugas
yang harus diterapkan dalam penugasan Penilaian.
Objek penilaian dan kepemilikan sebagaimana yang ditentukan dalam Lingkup Penugasan
harus dipastikan dalam pelaksanaan Investigasi konsisten satu sama lainnya. Artinya objek
penilaian yang dinyatakan dalam Lingkup Penugasan adalah sama dengan apa yang
diverifikasi dan dianalisis melalui Pendekatan Penilaian dalam proses Implementasi, dan
selanjutnya dinyatakan dalam Laporan Penilaian.
Tabel 1. Hubungan Horizontal SPI 103, SPI 104 dan SPI 105
No Lingkup Penugasan Implementasi Pelaporan Penilaian

Kepastian Pelaksana Penilaian dilakukan pihak yang Pengungkapan Pernyataan dan Kualifikasi Penilai sebagai
1 Status Penilai
kompeten penanggung jawab

2 Objek Penilaian dan Kepemilikan Asumsi dalam Pendekatan Penilaian Pengungkapan instruksi penugasan

Pengungkapan instruksi penugasan dan kepastian


3 Maksud dan Tujuan Penilaian Kebutuhan data dalam Investigasi
terhadap kesimpulan penilaian
Inspeksi - kebutuhan data dan asumsi dalam Pendekatan Pengungkapan instruksi penugasan dan pernyataan
4 Tanggal Penilaian
Penilaian tanggal penilaian
Pengungkapan Instruksi Penugasan dan kondisi data yang
5 Tingkat Kedalaman Investigasi Tingkat Kedalaman Inspeksi dan keterbatasan data berhubungan penerapan Pendekatan Penilaian dan
kepastian terhadap kehandalan opini nilai
Pengungkapan Instruksi Penugasan adanya asumsi dan
Penggunaan Asumsi dn Asumsi Khusus dalam
6 Asumsi dan Asumsi Khusus asumsi khusus yang berhubungan penerapan Pendekatan
Pendekatan Penilaian – Kesimpulan Penilaian
Penilaian dan kepastian terhadap kehandalan opini nilai

7 Surat Representasi Kepastian Data Objek Penilaian - Kertas Kerja Pernyataan yang mengikat Kondisi dan Syarat Pembatas

Hal yang ketiga yang diatur secara horizontal adalah Maksud dan Tujuan Penilaian.
Sebagaimana diketahui, Maksud dan Tujuan Penilaian dalam penugasan Penilaian memiliki
peran sentral dalam pembentukan opini nilai. Hal ini mengartikan bahwa dasar nilai apa yang
hendak diopinikan. Sedangkan Tujuan Penilaian berfungsi untuk mengetahui untuk apa
penilaian dan nilai itu dibutuhkan. Penilai harus berusaha mengetahui dan merumuskan
tujuan penilaian dari Pemberi Tugas sehingga Penilai dapat mengetahui dan
selanjutnya dapat menentukan Dasar Nilai yang dianggap sesuai (SPI 103-5.1).
Tanggal penilaian kenapa menjadi penting untuk diungkapkan? Karena nilai ekonomi
memegang prinsip perubahan (change). Secara ekonomi nilai selalu berubah karena faktor
eksternal, sehingga persyaratan nilai harus diukur dalam satuan waktu. Persyaratan ini yang
berhubungan dengan proses inspeksi, investigasi dan analisis. Ada hal yang perlu dingat oleh
Penilai, bahwa tanggal penilaian adalah tanggal dimana asumsi dan kondisi dari objek
penilaian dinyatakan dalam penetapan opini nilai.
Istilah Investigasi mulai dikenal bersamaan dengan terbitnya SPI tahun 2013. Investigasi
sesuai definisi yang dijelaskan di atas memiliki makna atas dua hal, pertama investigasi
merupakan tindakan yang dilakukan Penilai dalam pengumpulan data yang cukup.
Pengumpulan data yang cukup berbeda dengan pengumpulan data yang lengkap atau benar.
Kedua, kecukupan data yang dimaksud dikembalikan kepada pendapat profesional Penilai
sesuai dengan penugasan melalui pengumpulan data yang dijalankan dengan menggunakan
mekanisme inspeksi, penelahaan, perhitungan dan analisis.
Pengaturan tingkat kedalaman Investigasi dalam Lingkup Penugasan menjadi dasar dalam
proses pelaksanaannya. Hampir setiap standar apakah standar penerapan maupun standar
teknis selalu menjelaskan pentingnya Penilai menyepakati hubungan kerja atas pengaturan
tingkat kedalaman Investigasi bila dijumpai potensi pembatasan dalam melakukan Penilaian.
Contohnya dapat dilihat pada kondisi saat terjadi bencana Pandemik seperti Covid-19 saat ini
yang telah berdampak kepada terbatasnya akses data dan informasi ke objek penilaian,
selain berdampak sama terhadap ketidak-pastian terhadap kualitas data yang akan dipakai
Penilai. Penilai harus mengatur seluruh hal yang berhubungan dengan terbatasnya data
diperoleh atau diakses pada Lingkup Penugasan untuk diketahui oleh Pemberi Tugas dan
selanjutnya dicatatkan dalam Pelaporan Penilaian.
Semua keterbatasan yang timbul dari proses pencarian data melalui inspeksi dan turunannya
akan melahirkan perlakuan asumsi, apakah asumsi umum atau asumsi khusus. Penggunaan
asumsi dan/atau asumsi khusus dalam penilaian adalah sesuatu yang wajar bila diatur dan
diungkapkan secara konsisten agar hasil Penilaian tetap menghasilkan kesimpulan yang
kredibel.
Data dan informasi yang diperoleh dari pemberi tugas merupakan satu hal dari bagian tertentu
selain data dan informasi yang diperoleh dari pasar. Kepastian atas keberadaan data dan
informasi yang diberikan Pemberi Tugas atau pihak terkait lainnya harus dapat diyakini
kebenaran dan kewajarannya. Oleh karena itu, pernyataan dalam bentuk surat representasi
yang mengikat Pemberi Tugas atau pihak terkait lainnya memiliki hubungan terhadap
kepastian informasi terkait objek penilaian dalam menghasilkan kesimpulan penilaian yang
dapat dipercaya.
2. Hubungan antar standar secara vertikal berdasarkan hirarkinya
Bila penjelasan sebelumnya diuraikan hubungan antar standar secara horizontal, maka
berikut ini kita lihat apa dan bagaimana standar memiliki hubungan yang berhirarki secara
vertikal untuk suatu pengaturan yang sejenis. Pengaturan itu dimulai dari item yang terdapat
dalam Lingkup Penugasan (SPI 101) lalu selanjutnya ditafsirkan kembali dalam standar
penerapan pada seri 200 dan dapat diturunkan kembali ke standar teknis pada seri 300. Salah
satu contoh yang ditampilkan dalam bentuk ilustrasi pada Gambar 2. Hirarki Antar Standar
(properti untuk tujuan penilaian penjaminan utang) dengan mengambil topik terkait objek
penilaian sebagaimana yang diatur dalam SPI 103.
Gambar 2. Hirarki Antar Standar (Penjaminan Utang dan Real Properti)

• Objek penilaian meliputi aset atau liabilitas antara lain, real properti, personal
SPI 103 properti, bisnis, dan hak kepemilikan finansial.
Lingkup Penugasan • Klarifikasi untuk membedakan objek penilaian dan hak menggunakan objek
SPI 103 – 5.3.a) 4 • Klarifikasi objek penilaian hubungannya dengan aset lainnya,
• Pengungkapan bentuk kepemilikan atas objek penilaian

SPI 202 • Objek dan hak atas properti yang akan digunakan sebagai jaminan suatu
Penjaminan Utang pinjaman atau pembiayaan lainnya harus diidentifikasi secara jelas, termasuk
SPI 202 – 5.1.d) pihak yang memiliki hak istimewa.

SPI 300 • Deskripsi atas Real Properti yang dinilai,


Real Properti • Identifikasi dari adanya hak yang bersifat superior atau subordinasi dan yang
SPI 300 – 5.6 berpengaruh terhadap hak yang dinilai.

Pengungkapan objek penilaian yang diatur dalam Lingkup Penugasan dapat terdiri dari salah
satu atau lebih dari dari empat jenis properti yang diatur dalam Konsep Prinsip Umum
Penilaian (KPUP), diantaranya seperti Real Properti dan Personal Properti yang termasuk
kepada kelompok aset berwujud (selanjutnya disebut Properti). Bila dijumpai objek penilaian
adalah Properti maka SPI 103 menekankan agar objek penilaian tersebut dipastikan dari jenis,
hak kepemilikan dan keberadaannya dengan aset lain. Informasi atas objek penilaian tentu
diperoleh dari Pemberi Tugas, maka pengaturan turunan lanjutannya diatur kembali pada SPI
penerapan dalam hal ini dicontohkan untuk tujuan Penjaminan Utang. Pada SPI 202
ditegaskan kembali agar dalam penyusunan perikatan dengan Pemberi Tugas, objek
penilaian dan haknya harus diidentifikasi dengan jelas termasuk bila ada hubungan istimewa
dengan pihak lain. Tidak berhenti sampai disini, pada standar lebih teknis seperti yang diatur
dalam SPI 300, Objek Penilaian tersebut harus dipastikan untuk diungkapkan dalam Lingkup
Penugasan dari dua hal yaitu, pertama deskripsi properti yang dinilai (jenis, jumlah/spesifikasi
dan lokasi) dan kedua identifikasi atas hak yang melekat kepada objek penilaian seperti hak
superior atau subordinasi dan yang berpengaruh terhadap hak yang dinilai.
Dapat dicontohkan kepada suatu properti yang terdiri dari tanah dan bangunan gudang
dimana hak atas properti adalah HGB atas HPL. Penilai dapat mengidentifikasi objek
penilaian tersebut dari beberapa kemungkinan antara lain:
a) siapa pemilik fisik bangunan tersebut?
b) bagaimana kondisi dan persyaratan waktu yang melekat dengan HGB dan HPL? dan
c) bagaimana pengaturan dalam penggunaan properti tersebut bila hak-hak yang dimiliki
pengguna berpindah tangan?.
Contoh properti dengan hak HGB atas HPL yang disebutkan di atas lazim dijumpai saat ini di
lapangan, dan penugasan ini sering dikenal dengan Penilaian Hak Kepemilikan Parsial.
Terkait hal ini, apabila Penilai menjalankan tugasnya secara konsisten mengikuti prosedur
yang diatur SPI pada tingkat Lingkup Penugasan maka dalam penerapan proses
Implementasi kedudukan objek penilaian akan lebih jelas dan dapat diyakini bagaimana
penilaiannya dapat dilakukan secara benar.
Gambar 3 Proses Investigasi dan Pendekatan Penilaian dalam Implementasi

Pra Investigasi
Penilaian Perhitungan

Inspeksi

Lingkup
Investigasi
Penugasan

Penelaahan

Penilai Data Publik

Data
Klien Masukan

Pendekatan Pemerosesan & Proses &


Perbandingan Data Pasar Pendekatan Kalkulasi
DCF Pendapatan
Biaya Penggantian -
Kualifikasi
Biaya Reproduksi - Analisis
Biaya & Verifikasi
Penjumlahan -

Proses Investigasi Hubungannya Terhadap Pendekatan Penilaian


Kata kunci terhadap pengertian Investigasi adalah “Data” atau menurut KPUP dikenal dengan
sebagai “Data Masukan Penilaian (Valuation Input)”. Penilai harus memaksimalkan
penggunaan informasi pasar yang dapat diobservasi dalam penggunaan ketiga pendekatan
penilaian. Terlepas dari sumber input dan asumsi yang digunakan dalam penilaian, Penilai
harus melakukan analisis secara tepat atas data inputan dan asumsi yang digunakan sesuai
dengan tujuan penilaian. Investigasi menjadi penting karena menghasilkan data inputan yang
diperoleh dari pelaksanaan inspeksi (lihat Gambar 3). Pentingnya Investigasi ini menjadi
sesuatu yang selalu diatur dalam setiap standar apakah dalam hubungan horizontal maupun
vertikal. Kepastian terhadap data dilihat dari perolehan dan kehandalannya menjadi penting
untuk didokumentasikan.
Urgensi Dokumentasi dan Kaji Ulang
Proses dalam pelaksanaan Penilaian secara formal harus mengandalkan perlakuan
dokumentasi terhadap kehandalan data dan proses perolehannya. Pada Tabel 2. Matriks
Penerapan Lingkup Penugasan dan Implementasi, menginformasikan sejumlah dokumen
yang berhubungan dengan Lingkup Penugasan dan Investigasi menjadi perlu untuk dirujuk
dalam Penilaian. Bila pada Gambar 3. Proses Investigasi dan Pendekatan Penilaian dalam
Implementasi menunjukan hubungan sistematis yang harus dibarengi dengan proses
dokumentasi sehingga penugasan Penilaian telah memenuhi unsur pelaksanaan yang cukup
dan wajar.
Tabel 2. Matriks Penerapan Lingkup Penugasan dan Implementasi
Jenis Dokumen Uraian Penjelsan SPI 103 SPI 104 Keterangan

Kontrak atau Lingkup Penugasan berisi kesepakatan Penilai dan


1 Kontrak/LP/TOR !"#$"%&'( Mandatori sesuai SPI
Pemberi Tugas
Hal penting agar disebutkan dalam kontrak dan keharusan Diperoleh dari Pemberi Tugas
2 Data2 & Informasi ✓ ✓
permintaan data dan/atau Pemilik
Surat Persetujuan Sebagai kelengkapan inspeksi dipersyaratkan dalam kontrak dan Diperoleh dari Pemberi Tugas
3 !"#$"%&'( !"#$"%&'(
Inspeksi pelaksanaan Investigasi dan/atau Pemilik
Dinyatakan dalam Kontrak/Lingkup
Sebagai kelengkapan inspeksi dipersyaratkan dalam kontrak dan
4 Berita acara Inspeksi !"#$"%&'( !"#$"%&'( Penugasan dan terapkan pada
pelaksanaan Investigasi
Implementasi

Berita acara adanya Dalam hal objek penilaian tidak dapat diperiksa atau dimasuki Hasil pelakanaan Investigasi dan
5 keterbatasan data & sehingga dibutuhkan data dan persetujuan penggunaannya !"#$"%&'( !"#$"%&'( harus dinyatakan dalam Kontrak/
informasi untuk asumsi khusus dari Pemberi Tugas Lingkup Penugasan

Penilai harus mensyaratkan adanya pernyataan tertulis berupa Hasil pelakanaan Investigasi dan
6 Surat Representasi surat representasi dari pemberi tugas mengenai kebenaran dan !"#$"%&'( !"#$"%&'( harus dinyatakan dalam Kontrak/
sifat informasi yang diberikan oleh pemberi tugas/pemilik Lingkup Penugasan

Adendum/Amandemen/ Dalam hal terdapat perubahan apa yang telah disebutkan dalam
7 !"#$"%&'( !"#$"%&'( Hasil pelakanaan Investigasi
Berita Acara LP dan dijumpai sewaktu Investigasi

Dalam kondisi Covid-19, Penilai harus melengkapi Lingkup


Penugasan tentang perlunya kesepakatan dengan Pemberi
Hal-hal yang dicantumkan dalam
Tugas atas adanya pembatasan penugasan dan/atau hal-hal
8 Kelengkapan Dokumen !"#$"%&'( ✓ Lingkup Penugasan akan menjadi
yang berhubungan dengan administrasi sebagaimana yang
acuan dalam proses Implementasi
diatur dalam Petunjuk Teknis Khusus SPI (PTKS) Penilaian Dalam
Kondisi Bencana Covid - 19

Catatan: Pada Penilaian Real Properti serta Mesin & Peralatan, Penilai harus merujuk juga kepada SPI 300-5.7 dan SPI 310-5.1.a)

Kegiatan yang melengkapi proses Implementasi lainnya adalah kegiatan Review atau Kaji
Ulang. Menurut SPI 107 – 3.1, Kaji Ulang Penilaian adalah suatu kaji ulang yang dilakukan
oleh Penilai terhadap pekerjaan penilaian yang sedang atau telah dikerjakan oleh Penilai lain,
dimana penugasannya bisa sebagian atau keseluruhan dari proses penilaian yang
dilaksanakan. Oleh karena adanya kebutuhan untuk memastikan ketelitian, kepatutan, dan
kualitas dari laporan penilaian, maka Kaji Ulang Penilaian menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari praktek profesi. Penilai harus melakukan Kaji Ulang Penilaian dengan lebih
konsisten dan bermutu dalam rangka menghasilkan penilaian yang berkualitas dan dapat
dipercaya (kredibel).
Kaji Ulang Penilaian menghasilkan suatu pemeriksaan yang dapat dipercaya terhadap
penilaian yang dikaji, sehingga konsistensi, kesesuian, keakuratan dan kelengkapan data
perlu dipertimbangkan. Cakupan pemeriksaan yang diatur SPI 107 – 5.5.a), antara lain:
1. Kesesuaian penilaian yang dilakukan dengan lingkup penugasan;
2. Kecukupan dan relevansi dari data yang digunakan, serta verifikasi yang dilakukan;
3. Kesesuaian dan kewajaran asumsi yang dibuat;
4. Kesesuaian pendekatan, metode, dan teknik penilaian yang diaplikasikan;
5. Keakuratan perhitungan yang dilakukan;
6. Kesesuaian serta kewajaran dari analisis dan opini yang dilaksanakan serta kesimpulan
yang dihasilkan; atau
7. Kesesuaian hasil penilaian yang disajikan dengan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI),
Standar Penilaian Indonesia (SPI), dan regulasi lain yang terkait.

Jakarta, Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai