DISUSUN OLEH
NOVA AGUSTINA
NIP 198408282009042001
1
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis berjudul “Efektifitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu pada Anak
dengan Hiperpirexia di Irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban Provinsi
Kepulauan Riau ”
Mengesahkan
Mengetahui
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Efektifitas Kompres
Hangat untuk Menurunkan Suhu pada Anak dengan Hyperpirexia di Irna Anak RSUD
Engku Haji Daud Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau” ini dapat penulis selesaikan
Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi kenaikan golongan ruang PNS.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengalami banyak hambatan dan
kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan, dan motivasi dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. KurniakinW.S. Girsang, Sp.PD selaku Direktur RSUD Engku Haji Daud
Tanjung Uban;
2. Bapak dr. H. Iswandi Ismael, MPH selaku kepala bidang Keperawatan RSUD Engku
3. Ibu Ns. Yulia Yasman, S.Kep.,M.Kep selaku komite Keperawatan RSUD Engku Haji
Daud Tanjung Uban sekaligus pembimbing pembuatan karya tulis ilmiah ini;
5. Seluruh rekan-rekan perawat yang sudah mendukung proses penyusunan Karya Tulis
3
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik di masa yang
akan datang. Penulis berharap semoga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................... 1
5
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ......................................................... 31
B. Pembahasan ................................................................................................... 32
A. Kesimpulan ................................................................................................... 35
B. Saran ............................................................................................................. 35
Lampiran
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sejahtera badan, jiwa, dan sosial dan memastikan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Pernyataan tersebut cukup luas dan ternilai dinamis jika
merupakan keadaan dan situasi yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan
tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Untuk batasan yang terdahulu, kesehatan
itu hanya mencakup tiga aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial tetapi menurut
Undang-undang No. 23/1992, kesehatan itu mencakup 4 aspek yakni fisik (badan),
selama periode tertentu. Indonesia disebut suatu negara dengan tingkat yang jumlah
yang cukup pelik, salah satunya yaitu masalah kesehatan pada anak. Pada masa
kanak-kanak, anak harus melalui periode penting, yaitu periode pertumbuhan atau
perkembangan yang disebut juga “Golden Age”. Pada masa (tumbang) tumbuh
kembang, di usia balita merupakan golongan usia yang paling rentan terhadap
penyakit, hal ini berkaitan dengan fungsi protektif atau immunitas anak. Anak
merupakan generasi yang nantinya akan jadi sebagai penerus perjuangan bangsa.
7
Oleh karena itu pentingnya menjaga kesehatan anak agar dapat tumbuh menjadi
Merujuk pada masalah kesehatan yang terjadi pada balita, perawat berperan
attraumatic care yaitu menggunakan pendekatan yang adekuat pada anak untuk
mengurangi resiko trauma pada anak. Dengan demikian, attraumatic care yaitu suatu
perawatan terapeutik bisa diberikan kepada anak serta keluarga dilakukan dengan
mengurangi adanya dampak psikologis dari setiap proses tindakan keperawatan yang
diberikan seperti memperhatikan dampak dari setiap tindakan yang diberikan dengan
elihta prosedur tiap tindakan atau kemungkinan aspek lain yang memungkinkan
Children’s Health yaitu ialah sebagai filosofi sebagai pemberi perawatan kepentingan
yang melibatkan peran penting keluarga, dukungan motivasi keluarga akan dapat
membangun kekuatan, dapat membantu membuat suatu pilihan terbaik, dan dapat
peningkatan suhu tubuh drastis sampai di atas 40°C (Nurrofiq, 2012). Demam
berhubungan dengan proses saat sistem kontrol suhu normal pada tubuh tidak dapat
dengan efektif mengatur suhu internal. Selalu terjadi pada saat suhu tubuh tinggi dan
8
tertentu (pada suhu udara lebih 95°F atau 35°C dan dengan kelembaban cukup
tinggi), proses pendinginan ini jadi kurang efektif. Saat kelembaban udara cukup
tinggi, tidak terjadi penguapan dengan cepat,sehingga tubuh tidak dapat melepaskan
panas dengan cepat. Lalu, tanpa adanya asupan cairan yang cukup, hilangnya cairan
yang berlebihan dan tidak seimbangnya elektrolit juga bisa terjadi dehidrasi. Pada
kasus tersebut, meningkatnya suhu tubuh seseorang secara cepat. Dapat merusak otak
dan bagian vital lainnya akibat suhu tubuh yang sangat tinggi (Librianty, 2014).
Salah satu kebutuhan biologis ialah Menjaga suhu tubuh agar tetap dalam
batas normal yang menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Salah satu sistem tubuh bekerja dalam menjaga suhu tubuh tetap batas normal adalah
termoregulasi dengan melakukan kompres hangat agar dapat menurunkan suhu tubuh
pada anak. Termoregulasi sendiri itu adalah terjadinya proses homeostatik sebagai
fungsi suhu tubuh agar bertahan tetap dalam keadaan normal,untuk mencapai
seimbangnya panas di tubuh dan keluarnya panas yang di keluarkan melalui keringat
(Librianty, 2014).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Purwanti dan Winarsih Nur
Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hyperpirexia Di Ruang Rawat Inap RSUD
Dr. Moewardi Surakarta bahwa kompres hangat dapat sebabkan suhu tubuh bagian
luar dapat terjadi hangat dan tubuh akan mendapatkan bahwa suhu diluar kulit cukup
panas, lalu tubuh menurunkan kontrol otak agar menurunkan suhu supaya
meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu hangat di luar kulit maka akan
pembuluh darah tepi dikulit akan melebar lalu mengalami vasodilatasi sehingga pori
9
– pori kulit akan terbuka dan memudahkan panas untuk keluar. Sehingga terjadilah
suatu perubahan dari suhu tubuh. Rata-rata suhu tubuh saat sebelum tindakan
0,447°C.
Berdasarkan data yang peneliti dapat dari IRNA Anak RSUD Engku Haji
Daud Tanjung Uban, didapatkan data dalam 2 bulan terakhir sebanyak 21 orang anak
dengan kasus Hyperpirexia. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis termotivasi dan
tertarik untuk menulis karya ilmiah tentang “Efektifitas kompres hangat untuk
menurunkan suhu pada anak dengan Hyperpirexia di Irna Anak RSUD Engku Haji
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka
untuk menurunkan suhu pada anak dengan hyperpirexia di Irna Anak RSUD Engku
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas kompres hangat untuk menurunkan suhu pada anak dengan
hyperpirexia di irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban tahun 2021.
10
2. Tujuan Khusus
kelamin di Irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban tahun 2021.
hyperpirexia di Irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban tahun 2021
anak dengan hyperpirexia di Irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung
D. Manfaat Penulisan
keperawatan anak.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Anak
1. Definisi
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan yang terdapat dalam undang-undang No.23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siap asaja yang belum
berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih dalam kandungan, yang berarti segala
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi
pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat
diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan
adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
12
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru yang berbeda-beda
disetiap kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda.Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0-1
tahun, dan masa pubertas. Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ
yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan
namun setiap anak akan melewati suatu pola tertentu. Masa prenatal adalah masa
kehidupan janin di dalam kandungan. Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu masa
embrio dan masa fetus.Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan
8 minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran
(Chamidah, N. A. 2009).
Masa prenatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode. Periode pertama
adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0-28 hari dilanjutkan masa bayi yaitu sampai
usia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2-6 tahun.Sampai dengan masa
13
ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan, namun ketika masuk dalam
masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6-10 tahun,
sedangkan laki-laki berusia 8-12 tahun. Anak perempuan memasuki masa adolensensi
atau masa remaja lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan
berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertas pada usia
sebagai berikut:
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan
kata-kata.Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak menggunakan jenis
komunikasi non verbal.Pada saat lapar, haus, basah (buang air besar atau buang air kecil),
dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaanya dengan
menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah
sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuan
sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya, pada
saat akan diukur suhu tubuh, anak akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke
tubuhnya. Oleh karena itu, jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan
padanya untuk memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak
berbahaya untuknya.
14
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena
anak belum mapu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu, saat menjelaskan gunakan
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan berinteraksi
sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola fikir dan tingkah laku anak merupakan
peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa.Anak harus diberi kesempatan untuk
belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stres,
jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia
percaya.
a. Faktor Internal
Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak, yaitu :
15
1) Ras/etnik. Anak yang dilahirkan dari ras/etnik atau bangsa Amerika tidak memiliki
2) Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
3) Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
4) Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
5) Genetik. Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
b. Faktor Eksternal
Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1) Faktor prenatal
a) Gizi. Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.
b) Mekanis, posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
club foot.
16
d) Endokrin, Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, dan
hyperplasia adrenal.
e) Paparan radiasi dan sinar rontgent dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan
f) Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Citomegali Virus, Herpes Simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti
katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
g) Kelainan imunologi; Eriblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga membentuk antibody terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan
h) Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
i) Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan yang salah atau
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan
a) Gizi, untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat dan bergizi.
17
b) Penyakit kronis atau kelainan congenital
B. Konsep Hiperpirexia
1. Definisi Hiperpirexia
Demam adalah gejala berupa peningkatan suhu tubuh sebagai respon normal
tubuh terhadap rusaknya termoregulasi. Suhu tubuh ketika demam biasanya lebih dari
38,3 ̊C, ketika suhu tubuh melebihi 40 ̊C, maka sudah dikatakan sebagai hiperpireksia
Hiperpirexia adalah kondisi suhu tubuh yang tinggi abnormal yang disebabkan
oleh kegagalan mekanisme pengatur panas tubuh untuk mengatasi panas yang berasal
dari lingkungan. Sementara itu, hipertermia yang parah (malignant hyperthermia) adalah
peningkatan suhu tubuh yang akan mengancam jiwa dan biasanya dihasilkan oleh respon
anestesi umum hirup yang kuat serta mudah untuh menguap (Tanen,2017).
kombinasi dari suhu luar, kesehatan umum, daya gaya hidup pada masin-masing
individu. Seseorang bisa dikatan terkena hiperpirexia jika suhu tubuhnya diatas 40
derajat. Dan sebagai perbandingan suhu tubuh diatas 35 derajat atau lebih rendah
2. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat,
18
juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada
dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara
penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015). Demam sering disebabkan karena;
(Suriadi, 2006).
penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada
demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala
19
3. Patofisiologi
menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang memproduksi
perifer, menggigil), dan perilaku ingn berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti
dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan dengan adanya penggunaan pada
“set-point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor (Suriadi, 2006).
4. Klasifikasi
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
20
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
21
5. Penatalaksanaan
maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
a. Tindakan farmakologis
1) Paracetamol
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan
demamdalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam
dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali
dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4
o
C, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna,
sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu,
peningkatan suhu pada bayi baru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa
urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit),
22
bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu
2) Ibuprofen
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap
parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1 jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek
penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu
mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh,
dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal
ginjal.
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti
(Nurarif, 2015):
4) Memberikan kompres.
23
C. Penerapan Kompres Hangat
1. Pengertian
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang
telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga
dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah
2016). Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini
2. Pelaksanaan Tindakan
air 30-320C, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori
kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih
efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga
percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak
(Ayu, 2015).
(seperti lipatan ketiak (aksila), lipatan selangkanga, dll), karena di lipatan-lipatan tubuh
24
biasanya terdapat pembuluh darah yang cukup besar sehingga mempercepat vasodilatasi
dibasahi air hangat (30ºC) kemudian dikompres atau diletakkan pada lipatan-lipatan
tubuh. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena
itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air
karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin
a. Pengertian
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
b. Tujuan
25
6) Merangsang peristaltik usus
c. Indikasi
4) Sepasme otot
3) Handuk pengering
4) Sarung tangan
5) Termometer
e. Prosedur tindakan
2) Cuci tangan
4) Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu basah
5) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi, ketiak, perut, leher, bagian
belakang)
26
7) Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali
kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres,
9) Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan
alat
f. Evaluasi
1) Respon klien
g. Dokumentasi
1) Waktu pelaksanaan
2) Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi dan catat
27
D. Kerangka Konsep
Skema 2.1
Kerangka konsep
Hyperpirexia
Penatalaksanaan Hiperpirexia
Farmakologi
Non-Farmakologi
Kompres Hangat
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara
objektif (Notoatmodjo, 2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran
mengenai efektifitas kompres hangat terhadap penurunan suhu pada anak dengan
Penelitian ini dilaksanakan di Irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh pasien hiperpirexia yang menjalani rawat inap
di Irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban selama periode April 2021.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hiperpirexia yang menjalani rawat inap
di Irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban selama periode April 2021.
Pada penelitian ini tekhnik sampel yang digunakan adalah total sampling,
29
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari suatu
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena,
kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain (Nursalam, 2008). Definsi operasional
2. Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan washlap yang telah dibasahi
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer yaitu data yang didapatkan dari responden melalui wawancara
dan pengamatan langsung kepada responden. Data primer dalam penelitian ini
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber sekunder seperti rekam
medis, laporan tahunan dan bentuk dokumentasi lainnya. Data sekunder dalam
30
2. Cara pengumpulan data
akumulasi hasil observasi tersebut merupakan sumber data primer yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Data sekunder dikumpulkan melalui studi rekam
medis.
F. Pengolahan Hasil
Data hasil penelitian berupa data primer dikumpulkan oleh peneliti melalui
hasil pengamatan pada lembar observasi oleh peneliti. Setelah dilakukan pengukuran
sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat, data yang di dapat disajikan dalam
bentuk tabel.
31
BAB IV
A. Hasil Penelitian
penurunan suhu pada anak dengan hyperpirexia di ruang rawat inap Anak RSUD
Engku Haji Daud Tanjung Uban disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
berikut.
1. Data Demografi
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia
No Karakteristik Responden f %
1. Usia
< 1 Tahun 7 53.85
1-5 Tahun 4 30.77
5-10 Tahun 1 7.69
> 10 Tahun 1 7.69
Total 13 100
2. Jenis Kelamin
Perermpuan 7 53.85
Laki-laki 6 46.15
Total 13 100
pada rentang usia <1 tahun tahun (53.85%), dan lebih dari setengah responden
32
2. Suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan kompres hangat
Tabel 4.2
Suhu tubuh sebelum dilakukan kompres hangat
No. Suhu awal (oC) Suhu akhir (oC) Selisih (oC)
1. 40.1 37.9 2.2
2. 40.0 38.1 1.9
3. 40.6 38.4 2.2
4. 40.8 38.8 2.0
5. 40.7 38.2 2.2
6. 40.3 38.6 1.7
7. 41.1 38.7 2.4
8. 40.7 38.8 1.9
9. 41.2 38.9 2.3
10. 41.1 38.7 2.4
11. 40.7 38.1 2.6
12. 40.7 38.5 2.2
13. 40.9 38.0 2,9
B. Pembahasan
mengurangi produksi panas tubuh dengan meningkatkan radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi. Hal yang dapat dilakukan antara lain membuka pakaian atau selimut tebal
yang diganti dengan pakaian tipis agar terjadi evaporasi dan konveksi. Intervensi
selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi demam adalah melakukan kompres
hangat. Kompres hangat sendiri adalah sepotong balutan kassa yang dilembabkan dengan
cairan hangat sesuai program. Dengan memberikan kompres hangat pengeluaran panas
secara konduksi akan menyebabkan terjadinya perpindahan panas dari satu objek ke
33
objek lain dengan kontak langsung. Tindakan kompres hangat juga melebarkan pembuluh
darah perifer (vasodilatasi) dengan cara menyeka kulit dengan air hangat pada titik-titik
kompres hangat akan lebih efektif apabila diletakkan pada daerah axilla, lipatan paha dan
bagian leher, karena pada bagian tersebut terdapat reseptor suhu yang lebih baik dan tepat
disana vena-vena besar seperti axillaris, femoralis, dan jugularis yang mendapatkan
Sedangkan pemberian kompres hangat pada daerah dahi dirasakan kurang efektif
dalam menurunkan suhu tubuh karena tidak terdapat reseptor suhu sehingga lebih lambat
dalam menurunkan suhu. Pemberian kompres hangat yang dimaksud adalah pemberian
kompres hangat dengan suhu 34-37oC yang dilakukan dengan mengkompres bagian
tubuh dimana terdapat vena besar tersebut selama 15-20 menit dilakukan berulang kali
hingga didapatkan suhu tubuh dalam set-point atau suhu 37 oC. Mendinginkan dengan air
es atau alcohol kurang bermanfaat justru akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah
sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi.
tentang manfaat dan tujuan dari dianjurkannya meminum air putih yang banyak untuk
mengurangi resiko dehidrasi. Oleh karenanya subjek akan diberikan terapi cairan melalui
parenteral dan non-parenteral. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa 2/3 dari tubuh kita
terdiri atas air, oleh karena itu jika tubuh mengalami dehidrasi kinerja tubuh lainnya bisa
terganggu dan mudah mengalami kelelahan. Kekurangan air atau cairan tubuh akan
menyebabkan gangguan pada proses metabolisme sel-sel dalam tubuh, terlepas dari itu
34
semua, minum banyak air putih akan dapat menstabilkan suhu tubuh pada saat sedang
demam. Pemenuhan cairan selanjutnya dapat melalui parenteral, pemberian cairan KaEN
1B misalnya dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang karena
peningkatan laju panas tubuh yang cepat, cukupi kebutuhan cairan tubuh agar kadar
guna mengetahui perkembangan kondisi subjek, apakan terjadi penurunan suhu ataupun
peningkatan tekanan darah, nadi serta pernapasan. Tindakan lain dari fever management
antibiotik.
tersedianya di ruang rawat alat pengukur suhu untuk menentukan air yang digunakan
untuk melakukan kompres yang mencapai suhu 30oC. Solusi yang dilakukan adalah
dengan menyiapkan termos air panas untuk mengganti air yang telah dingin dengan yang
baru. Hambatan lain dalam pelaksanaan ialah alat yang digunakan untuk mengompres
hangat seperti washlap atau kain tidak dimiliki oleh keluarga, dan menggunakan kassa
atau baju/kaus. Solusi yang dilakukan penulis ialah dengan memfasilitasi keluarga
dengan memberikan washlap dari ruang rawat inap sehingga dapat memaksimalkan
35
BAB V
A. Kesimpulan
a. Lebih dari setengah responden berada pada rentang usia >1 tahun (53.84%)
pemberian kompres hangat sangat efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada
bagian vena besar seperti kedua axilla, leher, dan lipatan paha.
B. Saran
1. Agar pihak rumah sakit tetap terus meningkatkan fasilitas dan pelayanan
peningkatan sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit sebagai upaya
2. Agar perawat khususnya di Irna Anak RSUD Engku Haji Daud Tanjung Uban
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Cipta; 2012.
Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Jurnal Ners dan Kebidanan vol 3 No.1, 10-14. Diakses dari www.researchgate.net
Dewi, A.K. (2016). Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat Dengan
Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. (2015). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan
2021
Jannah, A.R. (2015). Pengelolaan Hiperetmi Pada An. F Dengan Kejang Demam Di
Purwanti, Sri. (2017). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Anak Hipertermia Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Jurnal Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1. No. 2., 81-86
Susilo, A.S.A. (2016). Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat pada
38
Lampiran I
Lembar Observasi
39