Anda di halaman 1dari 65

1

EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN SUHU


TUBUH PADA An. A DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANGAN IGD
PUSKESMAS WOHA KABUPATEN BIMA

KARYA ILMIAH AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Derajat Ners Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Kesehatan Mataram

DI SUSUN OLEH:

HERI JULIANTO, S.KEP


021.02.1205

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN 2022
LEMBAR
PENGESAHAN

Telah di setujui
hari :
tanggal :

Disusun oleh :

HERI JULIANTO,S.KEP

021.02.1205

Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama pembimbing Lahan

Ns.Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kep Ns. Winda,S.Kep

Penguji

Ns. Endah Sulistiyani,M.kep.,Sp.kep.Anak

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir yang berjudul ”

EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN SUHU


TUBUH PADA An. A DENGAN KEJANG DEMAM DI PUSKESMAS WOHA
KABUPATEN BIMA

dapat terselesaikan. Karya ilmiah akhir ini disusun untuk memenuhi

sebagian syarat memperoleh derajat ners keperawatan pada SekolahTinggi

Kesehatan Mataram. Dalam penyusunan Karya ilmiah akhirini, penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. DR. Chairun Nasirin, S.S., M.Pd., MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Mataram.

2. Ns.Endah Sulistiyani, M.Kep.,Sp.Kep.An.,Wakil Ketua I Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

3. I Made EkaSantosa, S.Kp.,M.Kesselaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES)Mataram.

4. Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kepselaku wakil ketua IIISekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES)Mataram.

5. Ns. Robiatul Adawiyah , M.Kep Ketua Program Studi ners Ilmu Keperawatan

Sekolah tinggi ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram

iii
6. Ns.Antoni Eka Fajar Maulana , M.Kepselaku Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyususnan Karya tulis ilmiah ini.

7. Ns. Winda , S.Kep selaku Pembimbing lahan yang telah banyak meluangkan

waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyususnan

Karya tulis ilmiah ini.

8. SemuaDosendan Staf STIKES Mataram, terima kasih atas pembelajarannya

dan dukungannya selama ini.

9. Orang tua tercinta yang tidak hentinya berusaha dan berdoa untuk kesuksesan

anaknya ini serta keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi

yang tiada henti.

10. Semuapihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiahini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Karya tulis ilmiah ini masih sangat

jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun, demi penyempurnaan Karya tulis ilmiah ini. Semoga

Karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu Keperawatan.

Bima,April 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................ii

KATA PENGANTAR .....................................................................................iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG ....................................................................................1


RUMUSAN MASALAH.................................................................................4
A. TUJUAN PENELITIAN
TUJUAN UMUM.....................................................................4
TUJUAN KHUSUS.........................................................................................4
MANFAAT PENELITIAN.......................................................5
KEASLIAN PENELITIAN......................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN EBP

KONSEP KEJANG DEMAM


1. Definisi kejang demam.........................................................7
2.Etilogi kejang demam...........................................................7
3.Gejala kejang demam...........................................................8
4. Pecegahan kejang demam...................................................10
5. Pengobatan kejang demam..................................................12
6. Penatalaksaan kejang demam..............................................13
KONSEP KOMPRES HANGAT....................................................................
Definisi kompres angat ....................................................................................15
Jenis jenis kompres hangat............................................................................... 17
Cara pemberian kompres hangat...................................................................... 19
KONSEP SUHU TUBUH
Definisi suhu tubuh...............................................................................20

v
Cara mengukur suhu tubuh...................................................................22
Suhu tubuh normal,tinggi dan rendah...................................................23

BAB III PRESENTASI KASUS DAN EBP


A. Asuhan keperawatan.................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ....................................................... 40

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP ....................................................50

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................55

LAMPIRAN.....................................................................................................56

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permintaan menjadi responden

Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5 Lembar Observasi

vii
EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN SUHU
TUBUH PADA An. A DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IGD
PUSKESMAS WOHA KABUPATEN BIMA

HERI JULIANTO, S.KEP


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram
Heryjulianto60@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang: Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan masa
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-1,5
tahun), dan pra-sekolah (2.5-5 tahun). Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak biasanya rentang sakit (Aziz, 2018). World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa hasil studi yang dilakukan pada 400
anak usia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang, paling banyak anak
menderita kejang demam 77%. Di Indonesia dilaporkan pada tahun 2019 – 2020
angka kejadian kejang demam 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun
(Wibisono,2020).
Tujuan Analisa: penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan untuk
mengetahui efektifitas kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh Pada An. A
dengan kejang demam di ruang IGD di Puskesmas Woha Kabupaten Bima.
Metode yang digunakan: dalam penelitian ini menggunakan desain eksperimen
pre post test. Dimana akan dilakukan pegukuran suhu pada An. A sebelum
diberikan kompres hangat dan perubahan suhu tubuh sesudah dilakukan kompres
hangat.
Hasil analisi: sebelum lakukan pretest ditemukan suhu tubuh An. A masih tinggi,
dan setelah di lakukan tindakan kompres hangat, terjadi penurunan suhu tubuh.
Kesimpulan ada hubungan antara pemberian kompres hangat untuk menurunkan
suhu tubuh pada pasien kejang demam di puskesmas woha kabupaten bima
Saran : di harapkan utuk peneliti selanjutnya bisa melanjutkan penelitan ini
dengan harapan terapi kompres tetap diaplikasikan untuk menurunkan tanda
gejala kejang demam.

Kata Kunci: : kejang demam, Kompres Hangat

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan masa perkembangan

yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-1,5 tahun), dan

pra-sekolah (2.5-5 tahun). Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

anak biasanya rentang sakit (Aziz, 2018). Para ahli menggolongkan usia

balita pada usia pra-sekolah 3 - 4 tahun sebagai tahapan perkembangan anak

yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan penyakit yang

sering dijumpai adalah penyakit infeksi (Wong, 2020).

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa hasil studi yang

dilakukan pada 400 anak usia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang,

paling banyak anak menderita kejang demam 77%.

Di Indonesia dilaporkan pada tahun 2019 – 2020 angka kejadian kejang

demam 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun (Wibisono,2020). Di

RSUD Dr. Tjitrowardojo di laporkan angka kejadian kejang demam pada usia

1 – 5 tahun di tahun 2019-2020 dari 162 menjadi 172. Kejang demam sangat

dipengaruhi oleh faktor usia, hampir tidak pernah ditemukan sebelum usia 6

bulan dan setelah 6 tahun (Hull, 2020). Kejang demam merupakan bangkitan

kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38ºC, yang disebabkan oleh suatu

proses ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun (Sujono &

Suharsono, 2019).

1
2

Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering

dijumpai pada anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.

Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita

kejang demam (Ngastiyah, 2019). Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu

kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Menurut Riyadi,

(2019) kondisi yang menyebabkan kejang demam antara lain: infeksi yang

mengenai jaringan ektrakranial seperti tonsilitis, ototis media akut, bronkitis.

Adapun menurut IDAI, (2019) penyebab terjadinya kejang demam, antara

lain: obatobatan, ketidakseimbangan kimiawi seperti hiperkalemia,

hipoglikemia dan asidosis, demam, patologis otak, eklampsia (ibu yang

mengalami hipertensi prenatal, toksimea gravidarum). Sejalan menurut

Airlangga Universty Press (AUP), (2018) dimana kejang demam (febris

convulsion/stuip/step) yaitu kejang yang timbul pada waktu demam yang

tidak disebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti meningitis atau

radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala misalnya

karena ada nya infeksi di saluran pernapasan, telinga atau infeksi di saluran

pencernaan. Biasanya dialami anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang

demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam

kompleks. Anak-anak yang mengalami kejang demam sederhana tidak

memiliki peningkatan resiko kematian. Pada kejang demam kompleks yang

terjadi sebelum usia 1 tahun, atau dipicu oleh kenaikan suhu < 39ºC dikaitkan

dengan angka kematian 2 kali lipat selama 2 tahun pertama setelah terjadinya

kejang (Wulandari & Erawati, 2019). Okti S, dkk (2020) menyatakan bahwa
3

pada keadaan demam kenaikan suhu 1ºC akan 31 mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10- 15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%.

Kenaikan suhu tubuh tertentu dapat mempengaruhi keseimbangan dari

membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion

kalium dan natrium dari membrane tadi, akibat lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini demikan besar sehingga dapat meluas keseluruh

sel maupun membrane sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan

terjadilah kejang. Pada anak yang panas perawat sering melakukan kegiatan

untuk penurunan panas tersebut salah satunya dengan kompres (Sri P, dkk,

2020). Sri dan Winarsih (2020) yang melaporkan penelitian Swardana, dkk

(2019) menyatakan bahwa menggunakan air dapat memelihara suhu tubuh

sesuai dengan fluktuasi suhu tubuh pasien. Kompres hangat dapat

menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Hasil penelitiaannya

Swardana, dkk (2019) yang berjudul pengaruh kompres hangat terhadap

perubahan suhu tubuh menunjukkan adanya perbedaan efektifitas kompres

dingin dan kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh. Kompres hangat

telah diketahui mempunyai manfaat yang baik dalam menurunkan suhu tubuh

anak yang mengalami panas tinggi di rumah sakit karena menderita berbagai

penyakit infeksi.

Sri dan Winarsih (2018) yang melaporkan penelitian tahun (2020) oleh

Tri Redjeki menyatakan bahwa kompres hangat lebih banyak menurunkan

suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air dingin, karena akan terjadi

vasokontriksi pembuluh darah, pasien menjadi menggigil. Dengan kompres


4

hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh

akan menginterpretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh

akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan

suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh

darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori

kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan

terjadi perubahan

Adapun tingkat kejadian kejang demam di puskesmas Woha selama 1

tahun terakhir ini sebanyak 35 kasus di tahun 2021, jadi dapat dikatakan

kurang lebih ada 4 – 5 kejadian tiap bulannya. Kasus kejang demam yang

terjadi pada anak-anak perlu diwaspadai dan ditangani dengan cepat karena

apabila penanganannya lama maka akan menyebabkan kematian pada anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian tentang “efektifitas kompres hangat untuk percepatan
penurunan suhu tubuh pada an. A dengan kejang demam di ruangan IGD
puskesmas woha kabupaten bima”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum:

Untuk mengetahui efektifitas kompres hangat untuk percepatan

penurunan suhu tubuh pada an. A dengan kejang demam di ruangan IGD

puskesmas woha kabupaten bima


5

2. Tujuan Khusus:

a. Mengidentifikasi perubahan sebelum pemberian kompres hangat

terhadap penurunan suhu tubuh pada An. A dengan kejang demam di

puskesmas woha kabupaten bima

b. Mengidentifikasi perubahan sesudah pemberian kompres hangat

terhadap penurunan suhu tubuh pada An. A dengan kejang demam di

puskesmas woha kabupaten bima

c. Menganalisis perubahan sebelum dan sesudah pemberian kompres

hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien kejang demam di

puskesmas woha kabupaten bima

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan

sebagai masukan ilmu pengetahuan dan acuan pengembangan penelitian

dalam praktik keperawatan khususnya “efektifitas pemberian kompres

hangat untuk pasien kejang demam

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini di harapkan untuk menambah ilmu wawasan

penelitian selanjutnya tentang pemberian kompres hangat pada kasus

kejang demam

3. Bagi Perawat Puskesmas

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi pelajaran pentingnya

pemberian kompres hangat pada kasus kejang demam


6

Bagi Masyarakat Umum Penelitian ini di harapkan memberi

informasi mengenai bagaimana pemberian kompres hangat pada kasus

kejang demam
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN EBP

a. Konsep kejang

1. Definisi kejang

Kejang demam atau penyakit step adalah kejang pada

anak yang dipicu oleh demam, bukan kelainan di otak. Kejang demam

biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun.

Ketika mengalami kejang demam, tubuh anak akan berguncang

hebat diiringi gerakan menyentak di lengan dan tungkai, serta kehilangan

kesadaran.

Kejang demam akan terlihat menyeramkan, terutama bagi orang tua.

Padahal, kejang pada anak-anak yang terjadi saat demam umumnya tidak

berbahaya dan bukan merupakan gejala penyakit serius.

Kejang demam berbeda dengan epilepsi atau ayan. Epilepsi ditandai

dengan kejang berulang tanpa perlu menyertai demam.

Meskipun umumnya tidak berbahaya dan hanya terjadi sebentar,

segera hubungi dokter jika anak mengalami kejang demam untuk pertama

kalinya. Orang tua juga perlu waspada jika kejang demam terjadi selama

lebih dari 5 menit dan diiringi muntah, leher kaku, dan sesak napas.

2. Penyebab Kejang Demam

Penyebab terjadinya kejang demam belum diketahui dengan pasti.

Akan tetapi, demam yang menimbulkan kejang pada anak-anak dapat

dipicu oleh beberapa hal, yaitu:


8

a. Setelah imunisasi

Pada beberapa anak, pemberian imunisasi dapat menimbulkan demam

yang bisa memicu kejang demam.

b. Infeksi

Anak dapat mengalami kejang pada saat mengalami demam

akibat infeksi virus atau infeksi bakteri.

Anak yang berusia 12-18 bulan memiliki risiko lebih tinggi untuk

mengalami kejang demam dibandingkan anak yang lebih tua. Selain itu,

anak yang lahir dari keluarga dengan riwayat kejang demam juga lebih

berisiko mengalami kejang demam.

3. Gejala Kejang Demam

Kejang demam ditandai oleh terjadinya kejang saat demam. Gejala

kejang demam adalah hentakan pada tungkai dan lengan yang berulang,

mata mendelik ke atas, dan anak kehilangan kesadaran.

Kejang demam biasanya terjadi kurang dari 2 menit. Namun pada

beberapa kasus, kejang demam dapat terjadi hingga 15 menit.

Anak yang mengalami kejang demam akan langsung sadar setelah

kejang reda, walaupun tampak bingung, menangis, atau lelah. Biasanya

kejang juga tidak berulang dalam kurun waktu 24 jam. Kejang demam

seperti ini disebut kejang demam sederhana.

Jika kejang terjadi lebih dari 15 menit, atau terjadi lebih dari sekali

selama kurun 24 jam, kejang demam tersebut dapat digolongkan sebagai

kejang demam kompleks. Kejang yang muncul pada kejang demam

kompleks juga bisa terjadi hanya pada salah satu bagian tubuh.
9

Anak yang pernah mengalami kejang demam berisiko untuk

mengalaminya lagi ketika demam, terutama bila usia anak masih di bawah

15 bulan.

4. Diagnosis Kejang Demam

Bila anak masih dalam keadaan kejang, dokter akan melakukan

pemeriksaan secara cepat dan penanganan terlebih dahulu. Setelah kejang

berhenti, dokter akan menanyakan beberapa hal kepada orang tua, antara

lain:

1. Berapa lama anak mengalami kejang

2. Ciri-ciri kejang yang dialami, misalnya sentakan di seluruh tubuh,

hanya kaku, atau sentakan hanya di beberapa bagian tubuh

3. Apakah sebelumnya anak pernah mengalami kejang atau tidak

Setelah menanyakan hal tersebut, dokter juga akan menanyakan

riwayat kesehatan anak dan keluarga. Beberapa pertanyaan yang dapat

ditanyakan dokter kepada orang tua adalah:

1. Apakah anak baru saja mendapatkan vaksinasi atau tidak

2. Apakah anak mengalami gejala infeksi

3. Apakah ada anggota keluarga dengan riwayat kejang demam atau step

Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan

tidak ada penyebab khusus dari kejang maupun komplikasi yang timbul.

Jika dicurigai ada penyebab lain yang menimbulkan kejang, Setelah

pemeriksaan fisik, dokter akan menanyakan kondisi anak kepada orang

tuanya.
10

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang,

seperti tes darah, tes urine, dan elektroensefalografi (EEG). Pemeriksaan

tersebut dilakukan jika dokter menduga ada kondisi lain yang

menyebabkan anak kejang.

5. Pengobatan Kejang Demam

Pada banyak kasus, kejang demam akan berhenti dengan sendirinya

setelah beberapa menit. Namun, untuk melindungi anak dari cedera selama

mengalami kejang, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut di

rumah:

a. Baringkan anak di lantai. Pada bayi, rebahkan di pangkuan dengan

posisi wajah bayi menghadap ke bawah. Jangan menahan tubuh anak.

b. Miringkan posisi tubuh anak agar muntah atau air liur dapat keluar

dari rongga mulut, serta mencegah lidah menyumbat saluran

pernapasan.

c. Longgarkan pakaian anak dan jangan menaruh apa pun pada mulut

anak untuk mencegah tergigitnya lidah.

d. Hitung durasi terjadinya kejang demam dan perhatikan tingkah laku

anak saat kejang. Beritahukan hal tersebut saat berkonsultasi ke

dokter.

Jika anak mengalami kejang demam sederhana, Anda boleh tidak

membawa anak ke dokter setelah kejang berhenti. Meski begitu, akan lebih

baik jika Anda tetap memeriksakannya ke dokter untuk mengetahui

penyebab demam yang dialami anak.


11

Bila tidak ada penyebab khusus dari kejang demam, dokter bisa tidak

memberikan pengobatan apa pun. Dokter juga bisa meresepkan obat

penurun panas, seperti paracetamol, atau obat antikejang, seperti

diazepam. Umumnya, anak tidak perlu dirawat inap di rumah sakit, namun

hal ini tergantung pada penyakit yang menyebabkan demam.

Kejang demam atau penyakit step merupakan kondisi yang tidak

berbahaya, dan bisa terjadi pada anak yang menderita demam tanpa

menimbulkan komplikasi. Setelah mengalami kejang demam, umumnya

anak dapat beraktivitas kembali seperti biasa.

6. Komplikasi Kejang Demam

Kejang demam sederhana tidak mengakibatkan kerusakan otak

maupun kecacatan mental. Salah satu komplikasi dari kejang demam

adalah kemungkinan mengalami kejang demam kembali di kemudian hari.

Risiko tersebut akan lebih besar jika:

a. Jeda waktu antara awal demam dengan munculnya kejang cukup

singkat

b. Kejang demam pertama kali terjadi ketika suhu tubuh tidak terlalu

tinggi

c. Usia anak di bawah 18 bulan ketika mengalami kejang demam

pertama

d. Memiliki anggota keluarga lain yang juga pernah mengalami kejang

demam

Anak yang menderita kejang demam memiliki risiko menderita

epilepsi di kemudian hari, tetapi risiko ini ada pada anak yang mengalami
12

kejang demam kompleks. Selain epilepsi, anak penderita kejang demam

berisiko menderita kelainan otak atau ensefalopati. Namun, kasus ini

sangat jarang terjadi.

7. Pencegahan Kejang Demam

Kejang demam umumnya tidak dapat dicegah, termasuk dengan

pemberian obat-obatan penurun panas atau obat antikejang. Namun, jika

anak mengalami demam, dokter tetap dapat memberikan obat penurun

panas. Pemberian obat antikejang lewat dubur biasanya hanya diberikan

bila kejang terjadi lebih dari 5 menit.

b. KONSEP HIPERTEMI
1. Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun
mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi
produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis,
penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu
yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal
individu tersebut (Potter & Perry,2010).
2. Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat
menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga
menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa
protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh
bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
13

Faktor penyebabnya:
1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma

3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat

4. Pakaian yang tidak layak

5. Kecepatan metaolisme meningkat

6. Pengobatan/ anesthesia

7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)

8. Aktivitas yang berlebihan

3. Proses Terjadinya

Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal


baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang
dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen
memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi
di hipotalamus.

Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada


meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan
elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Apabila seseorang
kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang
ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di
hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga
kekurangan caiaran elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior
dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya
menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

4. Klasifikasi
14

Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas:

1. Hipertermia maligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.


Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan
secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan
kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot
dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga
pemberian antipiretik tidak bemanfaat.

 Exercise-Induced hyperthermia (EIH

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak


besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama
pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan
pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada
suhu 300°C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%,
pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30
menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu
lapis, dan berbahan menyerap keringat.

 Endocrine Hyperthermia (EH)

Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia


lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada
dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan
hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus,
phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone
suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam
(merangsang pembentukan pirogen leukosit)

Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.


15

1. Hipertermia Neonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
kehidupan bisa disebabkan oleh:

2. Dehidrasi

Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau
paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan
penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya
dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada
demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan
pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.

3. Overheating

Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar


sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.

4. Trauma lahir

Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada


24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3
hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa
kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk
menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi
dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu
tubuh bayi lebih dari 39°C dilakukan tepid sponged 35°C sampai
dengan suhu tubuh mencapai 37°C.

5. Heat stroke
16

Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau sedikit lebih
rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,
takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada
saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa
terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia,
gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan
heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh
segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai
dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak segera dipindahkan ke atas
tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi,
dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.

6. Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)

Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat
penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang
tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi
atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada
anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian
besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE
didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak
tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul
syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu
> 41°C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga
terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan
fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal
diikuti gagal ginjal. Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi
pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia
maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80%
dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil
CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ
dan edema serebri.
17

7. Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak,
tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului
sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak
fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka
kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang
dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi
terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda
sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan
pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko
dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi
yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi
tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS
karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan
sehingga berakhir dengan apnea.

5. Manifestasi Klinis

a. Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)

b. Takikardia

c. Hangat pada sentuhan

d. Mengigil

e. Dehidrasi

f. Kehilangan nafsu makan

g. Pernafasan cepat

h. Mulut kering

6. Komplikasi

1. Kerusakan sel-sel dan jaringan


18

2. Kematian

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

 Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya


resiko infeksi
 Pemeriksan urine

 Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk
pasien hypoid

 Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl

 Iji torniquet

c. KOMPRES HANGAT
1. Definisi
Kompres adalah salah satu tindakan terapi nonfarmakologi yang
biasanya digunakan dalam kondisi tertentu sehingga bisa memulihkan
tanpa bantuan obat-obatan. Terdapat dua macam kompres, yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Akan tetapi, masih banyak orang yang salah
dalam memilih jenis kompres. Hal ini tentunya dapat memperburuk
keadaan, terutama ketika demam maupun cedera. Oleh sebab itu, kita perlu
memahami bagaimana penggunaan kompres hangat dan dingin yang tepat.
2. Cara Kerja Kompres Hangat
Kompres hangat dilakukan dengan menempelkan handuk atau kain
hangat pada permukaan kulit. Suhu hangat merangsang termoreseptor
pada kulit untuk mengirimkan sinyal ke otak. Hipotalamus di otak akan
bereaksi dan menghasilkan respon yang disebut vasodilatasi. Ketika
vasodilatasi, pembuluh darah akan melebar sehingga darah akan mengalir
lancar dan peningkatan suhu terjadi lebih cepat. Akibatnya, panas dapat
19

membuat otot lebih rileks dan otak juga akan menurunkan suhu tubuh
menjadi normal.
3. Fungsi Kompres Hangat
Kompres hangat dapat digunakan pada kondisi-kondisi berikut:
1. Demam
Kompres hangat dapat meningkatkan suhu tubuh lebih cepat sehingga
demam dapat menurun. Lakukan kompres hangat pada lipatan-lipatan
tubuh seperti lipatan lutut, siku, ketiak, selangkangan, ataupun pada
leher belakang.
2. Kaku sendi dan otot
Kompres hangat menghasilkan suhu hangat yang akan melebarkan
pembuluh darah sehingga tidak terjadi penumpukan asam laktat.
Selain itu, juga dapat membuat otot lebih rileks.
3. Kram saat menstruasi.
Kompres hangat akan mengakibatkan relaksasi yang dapat
menurunkan nyeri ketika kram, terutama saat menstruasi.
4. Cedera setelah fase akut.
Kompres hangat hanya dapat digunakan pada cedera yang sudah
melewati fase akut, yaitu lebih dari 0 – 48 jam pasca cedera. Hal ini
dilakukan karena pada fase akut terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan adanya darah lebih banyak pada lokasi cedera. Apabila
digunakan pada fase akut, maka akan memperburuk inflamasi dan
meningkatkan nyeri.

4. Cara Melakukan Kompres Hangat


Siapkan alat dan bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu:
 Air hangat dengan suhu 40 derajat celcius.
 Handuk/kain/washlap.
 Basahi handuk/kain/washlap dengan air hangat.
 Peras kain agar tidak terlalu basah.
 Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres
20

 Lakukan kembali ketika kain sudah kering atau suhu kain mulai dingin
 Kompres selama 20 menit

d. KONSEP SUHU TUBUH

1. Definisi

Suhu tubuh adalah ukuran dari kemampuan tubuh dalam


menghasilkan dan menyingkirkan hawa panas. Suhu tubuh bisa
dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya suhu lingkungan. Tinggi atau
rendahnya suhu tubuh seseorang juga bisa menjadi indikator kondisi
kesehatannya. Suhu tubuh normal seseorang bisa berubah-ubah
tergantung aktivitas yang dilakukan atau kondisi tubuh orang tersebut.
Meski demikian, suhu tubuh normal umumnya berada di rentang antara
36,5–37,2o Celsius. Selain karena aktivitas fisik, perubahan suhu tubuh
normal juga bisa terjadi karena beberapa hal lain, seperti saat wanita
sedang memasuki masa subur (ovulasi) atau saat menstruasi
2. Berbahayakah Suhu Tubuh Rendah atau Tinggi?
Suhu tubuh yang berada di atas atau di bawah batas normal tentu perlu
diperhatikan, karena hal ini bisa saja menjadi pertanda seseorang
menderita penyakit tertentu. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Suhu tubuh terlalu rendah
Suhu tubuh yang terlalu rendah disebut hipotermia. Kondisi
ini berbahaya karena dapat mengganggu kelancaran aliran darah,
pernapasan, dan kinerja organ vital tubuh, seperti otak dan jantung.
Hipotermia yang tidak segera ditangani bahkan bisa menyebabkan
kematian. Seseorang dikatakan mengalami hipotermia jika suhu
tubuhnya berada di bawah 35o Celsius. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan kondisi ini adalah saat seseorang terpapar suhu
atau cuaca dingin, termasuk mandi malam tidak dengan air hangat
untuk bayi. Pada orang dewasa, hipotermia dapat menimbulkan
gejala berupa menggigil, bicara tidak jelas, napas sesak dan pelan,
21

serta pusing. Lama kelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan


penderitanya hilang kesadaran atau koma. Pada bayi, hipotermia
bisa menimbulkan gejala berupa lemas, rewel, kulit teraba dingin
dan tampak kemerahan, serta kurang mau menyusu.
Untuk meningkatkan suhu tubuh saat kedinginan karena
hipotermia, kenakan pakaian yang lebih tebal dan hangat serta
usahakan tubuh agar selalu kering. Jika memungkinkan, jauhi
tempat dingin dan cari sumber panas, misalnya perapian. Jika Anda
atau orang di sekitar Anda mengalami penurunan suhu tubuh
ekstrem atau hipotermia, segera ke dokter atau rumah sakit terdekat
untuk mendapatkan penanganan.
3. Suhu tubuh tinggi

Kebalikan dari hipotermia, hipertermia adalah kondisi ketika suhu

tubuh lebih dari 40o Celsius. Hipertermia terjadi ketika tubuh gagal

mengatur suhu, sehingga suhu tubuh pun terus meningkat. Jika suhu

tubuh melebihi angka 41,1o Celsius, kondisi ini disebut hiperpireksia.

Hipertermia berbeda dengan demam. Demam adalah peningkatan

suhu yang sepenuhnya terkendali oleh sistem pengaturan suhu tubuh,

sedangkan hipertermia adalah meningkatnya suhu tubuh di luar kendali

sistem tersebut. Demam bisa disebabkan oleh infeksi, seperti infeksi

bakteri dan virus. Sementara itu, hipertermia umumnya disebabkan oleh

sengatan panas (heatstroke), yaitu kondisi ketika seseorang tidak dapat

mendinginkan tubuhnya secara efektif saat berada di lingkungan yang

panas.

Suhu tubuh yang tinggi dan berkelanjutan dapat

menyebabkan dehidrasi parah dan kerusakan permanen pada organ

tubuh, seperti otak. Oleh karena itu, kondisi ini memerlukan


22

penanganan medis secepatnya. Orang dewasa dengan suhu tubuh

39,4o Celsius dan anak-anak dengan suhu tubuh 38o Celsius disarankan

untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

4. Cara Mengukur Suhu Tubuh

Suhu tubuh tidak bisa diketahui hanya dengan meraba. Anda perlu

menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh secara akurat.

Ada beberapa jenis termometer yang dapat digunakan untuk menilai

suhu tubuh, antara lain:

1. Termometer telinga

Sesuai namanya, termometer berbentuk kerucut kecil ini digunakan

di telinga. Suhu tubuh umumnya bisa terlihat di layar digital hanya

dalam hitungan detik.

2. Termometer raksa

Jenis termometer konvensional yang terbuat dari kaca dan air raksa.

Termometer ini paling murah dan mudah ditemukan, tetapi tidak

aman digunakan karena bisa pecah dan mengeluarkan air raksa yang

beracun.

3. Termometer elektronik

Termometer elektronik terbuat dari plastik dan ujungnya

menyerupai pensil. Selain dapat digunakan di berbagai area tubuh,

seperti ketiak, mulut, atau rektum (anus), jenis termometer ini juga

mudah digunakan dan dibaca.

4. Termometer dahi
23

Termometer dahi menggunakan suhu kulit untuk menentukan suhu

tubuh. Termometer ini memiliki bentuk yang tipis dan

penggunaannya hanya dengan ditempel di dahi.

5. Termometer arteri temporal

Termometer ini hampir serupa dengan termometer dahi yang

digunakan di bagian dahi untuk mengukur suhu tubuh.

6. Termometer sekali pakai

Jenis termometer ini hanya bisa digunakan sekali di mulut atau

rektum. Termometer sekali pakai juga bisa dipakai untuk

mengukur suhu bayi secara terus-menerus selama 48 jam.

Termometer ini aman, tetapi tidak seakurat termometer elektronik

dan telinga.

7. Termometer dot

Sesuai namanya, termometer ini berbentuk seperti dot bayi dan

digunakan dengan cara diletakkan di mulut bayi. Termometer dot

terbilang kurang efektif dan efisien, karena butuh waktu lama

hingga hasilnya muncul dan tidak seakurat jenis termometer lain.

5. Penyebab Tidak Akuratnya Termometer

Terkadang hasil pengukuran suhu tubuh oleh termometer bisa tidak

akurat karena beberapa hal, seperti:

a. Termometer tidak digunakan pada bagian tubuh yang tepat.

b. Termometer terlalu cepat diangkat dari tubuh.

c. Baterai termometer lemah atau mati.


24

d. Cara menggunakan termometer salah atau tidak sesuai petunjuk

penggunaannya.

e. Mulut terbuka saat pengukuran suhu tubuh secara oral (melalui

mulut).

f. Penilaian suhu tubuh dilakukan setelah olahraga berat atau mandi

air panas.

Suhu tubuh merupakan salah satu pemeriksaan fungsi vital, selain

tekanan darah dan denyut nadi. Oleh karena itu, sediakan selalu

termometer di rumah sebagai langkah awal untuk menilai kondisi

tubuh, terutama ketika Anda merasa kurang enak badan atau meriang.

Apabila suhu tubuh tidak normal, baik terlalu rendah atau tinggi, dan

mengalami gejala tertentu, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri

ke dokter untuk menentukan penyebabnya dan mendapatkan

penanganan yang tepat.


25

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA AN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM

DI RUANGAN IGD PUSKESMAS WOHA KABUPATEN BIMA

I. Pengkajian

a. IDENTITAS
Nama/Initial : An. A
UmurAlamat : 5 Tahun/Samili Woha
Pekerjaan : Petani
Tanggal MRS : 26 April 2022
Tgl pengkajian : 26April 2022
Penanggung Jawab : Tn. A/Alamat: Samili Woha
Nomor Register : 13467540
Dx.Medis : KEJANG DEMAM

b. KELUHAN UTAMA
Saat MRS : ibu pasien mengatakan selama di rumah anaknya sudah 1 kali
mengalami kejang dan demam

Saat Pengkajian :
Pasien datang ke Puskemas di bawa oleh keluarganya karena mengalami
kejang dan demam pada pagi hari sekitar jam 08.45 wita. Ibunya
mengatakan Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 2 hari yang lalu.

c. RIWAYAT PENYAKIT / MEKANISME TRAUMA


26

Ibu pasien mangatakan bahwa anaknya pernah mengalami penyakit yang


sama yaitu kejang demam pada umur 2 tahun.

d. RIWAYAT LINGKUNGAN (TKP)


Ibunya mengatakan Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 2 hari
yang lalu tapi demamnya naik turun setelah diberikan obat paracetamol
sirup demamnya sedikit menurun

PEMERIKSAAN FISIK
History & Head to toe assessment :

a. Kepala :Bentuk bulat simetris, tidak ada luka , rambut hitam,


lurus,tebal, agak kotor.

b. Leher dan Tenggorokan: Posisi trakea simetris, tidak ada benjolan pada
leher, tidak ada alat yang terpasang, tidak ada nyeri waktu menelan,
tidak ada pembesaran tonsil, vena jugularis tidak menonjol, tidak ada
obstruksi jalan nafas

c. Dada danThorak : Bentuk simetris, pergerakan simetris dan sama kanan-


kiri, tidak ada luka, dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan

Paru-Paru
1) Inspeksi: Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka, tidak ada
jejas,
2) Palpasi : Ada nyeri tekan,tidak ada benjolan, kanan dan kiri
simetris
3) Perkusi: Bunyi sonor
4) Auskultasi: Tidak terdengar suara tambahan

Jantung

1. Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada memar


2. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, ictus cordis
teraba
3. Perkusi: Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
4. Auskultasi:Suara irama jantung teratur, terdengar S1 & S2 normal,
tidak ada bunyi jantung tambahan.

d. Abdomen
1) Inspeksi: Bentuksimetris, tidak ada asites
27

2) Auskultasi: Terdengar bunyi peristaltic usus 10x/menit


3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak teraba
massa
4) Perkusi: Terdengar bunyi timpani

e. Genital:Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, dan tidak ada
hemoroid

f .Ekstremitas

a. Inspeksi Kuku : Warnamerahmudapucat, panjang dan utuh


b. Capillary Refill : Cepat (<3detik)
c. Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua
ekstremitas

Kanan (Tangan) Kiri (Tangan)


5 5

Kanan (Kaki) Kiri (Kaki)


5 5

1) Pada tangan kanan dan kiri, kekuatan otot klien baik


2) Kekuatanototpada kaki kanan dan kiri pasien baik

f. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :


Ibu pasien mengatakan anaknya pernah mengalami penyakit yang sama
28

g. Riwayat keluarga :

Genogram

Keterangan:
:Laki-laki
:Perempuan
:Laki-laki Meninggal
:Perempuan meninggal
: Garis Pernikahan
: Garis Keterunan
: Tinggal Serumah
: Pasien
29

Pola pemenuhan ADL :

NO POLA AKTIVITAS DIRUMAH DI RUMAH SAKIT


1 Pola Nutrisi
 Makan 1.Makan 3x/hari, lauk pauk, 1.Selama dirawat di IGD
porsi 1 piring dan kadang pasien baru makan 1 x .
nambah
 Minum 2.Minum ± 800 cc (3-4
2.Minum ±1500 ml/hari gelas/hari)

2 Eliminasi 1. 1-2x sehari, warna


 BAB kuning, dan bau khas feses 1.Selama di rawat di IGD,
klien tidak pernah BAB
2. 4-5x/hari, warna kuning, 2.Warna kuning
bau khas urine kecoklatan,bau khas urine
 BAK

3 Aktivitas 1.Pasien bermain 1.Klien hanya duduk di atas


tempat tidur

4 Istirahat/Tidur 1.Pasien di rumah biasanya 1.Klien tidak bisa tidur


istirahat saat siang dan karena sesak napas.
malam hari.
5 Personal 1.Klien mandi 1-2x/hari, 1.Klien hanya di lap dengan
Hygine pagi dan sore hari dengan air hangat pada pagi hari
sabun saja
2.Menggunakan shampo
2x/minggu
6 Ketergantungan 1.Kebutuhan pasien 1.Aktivitas semua di bantu.
dilakukan oleh ibunya
2.ADL nya pasien belum
bisa melakukan
30

kebutuhannya sendiri karna


umur masih 5 tahun
PEMERIKSAAN

h. pemeriksaan

□ LABORATORIUM :

□ Rontgen : -

□ EKG : -

□ Terapi medis : PCT infuse


PCT supp

Tgl: 26 April 2022

No Nama obat Jenis Sediaan Dosis


1. Paracetamol Analgesik dan Botol 250ml/12jam/iv
antipiretik
2. Cairan RL infuse BOTOL 20 Tpm
3. Paracetamol supp Analgesik dan jelly 125 mg
antipiretik
31

ANALISA DATA
NO DATA Penyebab Masalah
1 Data subjektif: dehidrasi Hipertermia

1. Ibu klien mengatakan klien demam


sudah 2 hari

2) Ibu klien mengatakan klien kejang


1 kali

3) Ibu klien mengatakan klien


diberikan paracetamol

Data objektif:

1) Suhu tubuh 38,5° C

2) Kulit teraba hangat

3) Klien terlihat lemas

4) Kulit klien memerah

5) takipneue

2 Data subjektif: Kejang Resiko

1) Ibu klien mengatakan klien demam cedera


sudah 2 hari

2) Ibu klien mengatakan klien kejang


1 kali

Data objektif:

1) Klien terlihat rewel


32

2) Suhu tubuh 38,5° C

3) Kulit teraba hangat

Kemampuan menelan
3 makanan Resiko defisit
Data subjektif :
nutrisi
1) Ibu klien mengatakan selera makan
klien menurun

2) Ibu mengatakan anaknya


mengalami gangguan untuk
menelan makanan.

3) Ibu klien mengatakan porsi yang


dihabiskan klien 4-5 sendok

Data objektif :

1) Klien terlihat sulit makan

2) Porsi makan tidak dihabiskan

3) Bibir pecah-pecah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipetermia berhubungan dengan dehidrasi

2. Resiko cedera berhubungan dengan kejang

3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan menelan


33

RENCANA TINDAKAN

Hari/
DX.Kepera
Tang Tujuan Intervensi Rasional
watan
gal

Selasa Hipertermi setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. untuk mengetahui


26- berhubungn tindakan penyebab penyebab naiknya
04- keperawatan hipertermia suhu badan
dengan
2022 selama 1×24 jam 2. mengetahui berapa
dehidrasi 2. Monitor suhu suhu tubuh pada
, di harapkan tubuh klien
masalah hipetermia 3. untuk mengetahui
tidak efektif dapat 3. Monitor kadar
eletrolit naik turunnya
teratasi kadar eltrolit
dengan kriteria 4. Sediakan dalam tubuh
hasil: lingkungan yang 4. memberikan rasa
dingin aman dan nyaman
(1) Suhu tubuh pada klien
dalam batas normal 5. Longgarkan atau 5. mempercepat
36,5° C -37,5° C lepaskan pakaian
turunnya suhu
tubuh yang tinggi
(2) Klien terlihat 6. Kolaborasi
pemberian cairan pada klien
rileks
dan elektrolit. 6. mengganti cairan
tubuh yang hilang
akibat dehidrasi.
26-04- Risiko setelah dilakukan 1. manajemen 1. Untuk
2022 cedera tindakan terjadinya kejang mencegah masalah
berhubunga keperawatan berulang yang lebih serius
n dengan selama 1×24 jam, 2. monitor lagi
kejang di harapkan karakteristik 2. Menge
masalah resiko kejang tahui jenis kejang
cedera dapat 3. monitor ttv yang klien alami
teratasi dengan 4. longgarkan 3. Menge
kriteria hasil: pakaian, terutama tahui tindakan apa
dibagian leher yang selanjutnya
(1) Klien terbebas 5. anjurkan klien dilakukan.
dari cedera menghindari 4. Memb
(2) Mampu memasukkan erikan rasa nyaman
menjelaskan apapun kedalam pada pasien
cara/metode untuk mulut pasien saat 5. Untuk
mencegah cedera periode kejang. mencegah
34

(3) Mampu 6. Kolaborasi terjadinya masalah


memodifikasi gaya pemberian yang lebih serius
hidup untuk antikonvuisan, jika pada klien
mencegah cedera perlu 6. Meme
percepat
(4)Menggunakan penyembuhan
fasilitas kesehatan kejang pada
yang ada pasien.

3 Resiko setelah dilakukan 1. Identifi 1. mengetah


defisit tindakan kasi status nutrisi nutrisi klien
nutrisi keperawatan 2. mengetah
2. Identifi
berhubunga selama 1×24 jam di makanan yang
n dengan harapkan masalah kasi alergi dan membuat alergi
gangguan resiko defisit intoleransi pada klien
menelan nutrisi dapat 3. membant
makanan
teratasi dengan memenuhi nutrisi
kriteria hasil: 3. Identifi klien.
kasi makanan yang 4. Mengetah
(1) Selera makan turunnya BB klien
klien meningkat disukai
5. Memban
4. Monito memenuhi
(2) Porsi makan
dihabiskan r BB kebutuhan kalori
5. Berika dan protein klien
(3) Berat badan 6. Mengetah
tidak mengalami n makanan tinggi makanan yang
penurunan kalori dan tinggi tepat yang harus
protein diberikan kepada
(4) Ibu memahami
klien.
anjuran yang 6. Kolabo
1.
diberikan rasi dengan ahli
(5) gangguan gizi untuk
menelan teratasi menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan.
35

IPLEMENTASI

No. Dx 1 Tanggal/JAM Implementasi Paraf


Hipetermia Selasa 1. Identifikasi penyebab hipertermia
berhubungan dengan 26-04- 2022 2. Monitor suhu tubuh Heri
dehidrasi Jam 08.00 julianto
3. Monitor kadar eletrolit

4. Sediakan lingkungan yang dingin

5. Longgarkan atau lepaskan pakaian

6. Kolaborasi pemberian cairan dan


elektrolit.

Resiko cedera Selasa 1. Manajemen terjadinya kejang Heri


berhubungan dengan 26-04-2022 berulang julianto
2. Monitor karakteristik kejang
kejang Jam 09.00
3. Monitor ttv
4. Longgarkan pakaian, terutama
dibagian leher
5. Anjurkan klien menghindari
memasukkan apapun kedalam
mulut pasien saat periode kejang.
6. Kolaborasi pemberian
antikonvuisan, jika perlu
Resiko defisit nutrisi Selasa 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan 26-04- 2022 2. Identifikasi alergi dan intoleransi Heri
gangguan menelan Jam 10.00 makanan julianto
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Monitor BB
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
36

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan.
No. Dx 1 Tanggal/JAM Implementasi Paraf
Hipetermia Rabu 1. Identifikasi penyebab hipertermia
berhubungan dengan 27-04- 2022 2. Monitor suhu tubuh Heri
dehidrasi Jam 08.00 julianto
3. Monitor kadar eletrolit

4. Sediakan lingkungan yang dingin

5. Longgarkan atau lepaskan pakaian

6. Kolaborasi pemberian cairan dan


elektrolit.

Risiko cedera 1. Manajemen terjadinya kejang Heri


berhubungan dengan Rabu berulang julianto
2. Monitor karakteristik kejang
kejang 27-04-2022
3. Monitor ttv
Jam 09.00 4. Longgarkan pakaian, terutama
dibagian leher
5. Anjurkan klien menghindari
memasukkan apapun kedalam
mulut pasien saat periode kejang.
6. Kolaborasi pemberian
antikonvuisan, jika perlu
Risiko defisit nutrisi Rabu 1. Identifikasi status nutrisi Heri
berhubungan dengan 27-04-2022 2. Identifikasi alergi dan intoleransi julianto
gangguan menelan Jam 10.00 makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Monitor BB
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan.
37

No. Dx 1 Tanggal/JAM Implementasi Paraf


Hipetermi Kamis 1. Identifikasi penyebab hipertermia Heri
berhubungan dengan 28-04- 2022 2. Monitor suhu tubuh julianto
dehidrasi 08.00
3. Monitor kadar eletrolit

4. Sediakan lingkungan yang dingin

5. Longgarkan atau lepaskan pakaian

6. Kolaborasi pemberian cairan dan


elektrolit.

Risiko cedera Kamis 1. Manajemen terjadinya kejang Heri


berhubungan dengan 28-04- 2022 berulang julianto
2. Monitor karakteristik kejang
kejang Jam 09.00
3. Monitor ttv
4. Longgarkan pakaian, terutama
dibagian leher
5. Anjurkan klien menghindari
memasukkan apapun kedalam
mulut pasien saat periode kejang.
6. Kolaborasi pemberian
antikonvuisan, jika perlu

Risiko defisit nutrisi Kamis 1. Identifikasi status nutrisi Heri


berhubungan 28-04- 2022 2. Identifikasi alergi dan intoleransi julianto
gangguan menelan Jam 10.00 makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Monitor BB
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan.
38

EVALUASI

Tgl/JAM No. Dx Evaluasi TTD


Kamis, Hipetermia S: Heri
28-04-2022 berhubungan julianto
 Ibu klien mengatakan anaknya
Jam 10.00 dengan dehidrasi masih demam

O:

 suhu tubuh klien 38,5°C

 nadi 60 kali /menit

 respirasi 24 kali/menit

 klien tampak rewel

A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Kamis 28 Risiko cidera S: Heri


April 2022 berhubungan julianto
dengan kejang  ibu klien mengatakan anaknya masih
jam 11.00 suka kejang kejang

 ibu klien mengatakan anaknya


menangis terus.

O:

 Suhu 38,50C

 N: 80 x/menit

 Klien tampak menangis

A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan dihentikan

Kamis 28 Risiko defisit S: Heri


39

April 2022 nutrisi julianto


jam 12.00 berhubungan
dengan  ibu klien mengatakan selera makan
gangguan klien masih sama
menelan.  ibu mengatakan porsi makan tidak
dihabiskan

O:

 BB selama sakit turun dari 10 Kg ke


8 Kg

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Jum’at Hipetermia S:
29 April berhubungan
dengan dehidrasi  Ibu klien mengatakan suhu tubuh
2022 anaknya sudah turun
Jam 10.00
O:

 suhu tubuh klien 37°C

 nadi 80 kali /menit

 respirasi 22 kali/menit

 klien lebih tenang

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

Jum’at Risiko cidera S:


29 April berhubungan
dengan kejang  ibu klien mengatakan kejang pada
2022 anaknya banyk berkurang
Jam 11.00
O:

 Suhu 370C

 N: 80 x/menit
40

 Klien tampak tenang

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan dihentikan

Jum’at Risiko defisit S:


29 April nutrisi
berhubungan  ibu klien mengatakan sudah mau
2022 makan
dengan
Jam 12.00 gangguan  ibu mengatakan sudah bisa menelan
menelan. makanan dengan baik

O:

 BB naik

 Anak tampak lebih tenang

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi
41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Data Karakteristik Klien

An. A usia 5 tahun tinggal bersama kedua orang tuannya di desa Samili, klien masuk
puskesmas dengan kejang dan demam pada pagi hari pukul 08.45. klien sebelumnya
pernah mengalami masalah yang sama sejak beberapa hari yang lalu. Orang tua sangat
khaatir dengan kondisi yang anak mereka alami.

2. Lembar Observasi Tekanan Darah

Hari/tanggal : Selasa, 26 April 2022

NO NAMA USIA SUHU TUBUH

PRE TEST POST TEST

1 An. A 5 Tahun 390C 38,50C

Hari/tanggal : Rabu, 27 April 2022

NO NAMA USIA SUHU TUBUH

PRE TEST POST TEST

1 An. A 5 Tahun 38,70C 37,80C

Hari/tanggal : Kamis, 28 April 2022

NO NAMA USIA SUHU TUBUH

PRE TEST POST TEST

1 An. A 5 Tahun 380C 370C


42

Implementasi keperawatan pada An. A dilakukan selama 2 hari dan


dilaksanakan sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul, begitu juga
implementasi penerapan kompres hangat dilakukan selama 3 hari dengan
harapan masalah yang dialami An. A bisa teratasi.

Evaluasi pada An. A dari tindakan yang penulis lakukan dapat


disimpulkan pada hari pertama, kedua, ketiga, suhu tubuh teratasi karena ibu
klien mengatakan suhu tubuh terus menurun setelah dilakukan kompres
hangat, ibu klien mengatakan kondisi anaknya semakin membaik.

3. Analisis Intervensi Kompres Hangat

Pelaksanaan tindakan keperawatan kompres hangat pada An. A yang


dilakukan mulai tanggal 25 April 2022 sampai 28 April 2022 di puskesmas
woha dengan keluhan kejang dan demam. Tujuan dilakukan tindakan kompres
hangat pada An. A untuk membantu m en ur un ka n s uh u tu bu h p ad a
k li en . Berikut ini adalah hasil dari tindakan keperawatan SSBM pada Ny. F:

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Kompres Hangat Pada An. A


No Hari Tgl Sebelum Sesudah
1 Selasa/ Subyektif: Subyektif:
26/04/2022  Ibu klien mengatakan anaknya  Ibu klien mengatakan
mengalami kejang demam anaknya masih kejang
 Ibu klien mengatakan suhu
 Ibu klien mengatakan suhu
sudah mulai turun
tubuh anaknya tinggi sekali
 Ibu klien mengatakan
 Ibu klien mengatakan anaknya anaknya rewel dan terus
menangis terus menangis

 Ibu klien mengatakan anaknyaObjektif:


rewel  Klien rewel
 Suhu 38,5 0C
Objektif:
 Kulit merah
43

 Klien tampak rewel  Kulit teraba hangat


 Takikardia
 Suhu 390C

 Kulit merah

 Kejang

 Takikardia

 Kulit terasa hangat

2 Rabu/ Subyektif: Subyektif:


26/04/2022  Ibu klien mengatakan anaknya  Ibu klien mengatakan anaknya
masih kejang sudah tidak kejang lagi

 Ibu klien mengatakan suhu  Ibu klien mengatakan suhu


tubuh anaknya sudah mulai tubuh banyak turun
turun
 Ibu klien mengatakan anaknya
 Ibu klien mengatakan anaknya lebih tenang
rewel Objektif:
Objektif:
 Klien tampak rewel
 Klien tampak rewel
 Suhu 37,50C
 Suhu 380C
 Kulit terasa hangat
 Kulit merah

 Takikardia

 Kulit terasa hangat

3 Kamis/ Subyektif: Subyektif:


44

28/04/2022  Ibu klien mengatakan anaknya  Ibu klien mengatakan anaknya


sudah tidak kejang lagi sudah tidak kejang lagi

 Ibu klien mengatakan suhu  Ibu klien mengatakan suhu


tubuh sudah turun tubuh anaknya sudah turun

 Ibu klien mengatakan anaknya  Ibu klien mengatakan anaknya


lebih tenang lebih tenang

Objektif: Objektif:

 Klien tampak lebih tenang  Klien tampak lebih tenang

 Suhu 37,50C  Suhu 36,50C

 Kulit terasa hangat

Berdasarkan hasil intervensi tindakan kompres hangat menunjukkan perubahan


suhu tubuh pada klien banyak berkurang. Hal tersebut menjadi indikator dengan
pelaksanaan tindakan kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh pada pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Windawati dengan judul
penelitian penurunan hipertermia pasien kejang demamm menggunakan kompres
hangat, dimana peneliti melakukan penelitian menggunakan 10 responden, dimana 10
responden dibagi dalam 2 kelompok, satu kelompok diberikan terapi kompres hangat 3
kali sehari sedangkan kelompok yang satunya diberikan terapi kompres hangat 1 kali
sehari. Terdapat perubahan yang signifikan terhadap penurunan suhu tubuh pada kedua
kelompok, dimana kelompok yang diberikan terapi kompres hangat 3kali sehari,
suhunya lebih cepat turun dibandingkan dengan keolompok yang diberikan mkompres
hangat 1kali sehari. Dapat ditarik keseeimpulan ada pengaruh pembeiran kompres
hangat dengan penurunan suhu tubuh pada pasien hipertermia dengan kejang demam.

BAB V
45

A. KESIMPULAN

1. Didapatkan bahwa sebelum dilakukan tindakan kompres hangat,suhu tubuh

klien sangat tinggi, dimana ditandai dengan: kulit klien teraba panas, klien

tampak meringis, klien amak lemas

2. Setelah dilakukan tindakan pemberian kompres hangat An.A didapatkan

perubahan yang luar biasa signifikan, dimana yang awalnya suhu tubuh klien

naik mencapai 38,9 oC, tapi setelah dilakukan pemberian kompres hangat,suhu

tubuh klien sudah kembali normal dengan hasil 36,5 Oc, dan klien sudah bisa

beraktifitas seperti biasa misalnya bermain sama temannya dan orang

tuanya,dan klien sudah tidak meringis dan kejang demam lagi.

3. Pemberian kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh pada pasien kejang

demam memiliki dampak yang luar biasa. Pemberian kompres hangat sangat

cocok diterapkan pada pasien memberikan rasa nyaman, tenang dan aman

untuk pasiennya.

B. SARAN

Saran dan rekomendasi pada penelitian ini adalah diharapkan pihak puskesmas

atau pelayanan kesehatan setempat dapat menjadikan terapi kompres hangat

sebagai terapi dalam mengatasi masalah kejang demam selain obat medis yang di

anjurkan oleh dokter. Dan perubahannya yang terjadi juga sangat besar, sehingga

dengan suhu tubuh yang awalnya naik mencapai 38,9 Oc. Setelah di lakukan

pemberian kompres hangat,suhu tubuh klien kembali normal dan bisa kembali

aktif dan sudah bisa bermain sama orang tua dan teman temannya.
46

Bagi keluarga juga tindakan inipun bisa mereka terapkan pada anggota keluarga

mereka yang sakit baik perawatan di fasilitas kesehatan maupun di rumah.

Sehingga kejang demam ini bisa di atasi secara cepat.


47

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. (2018). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Jakarta: Salemba
Medika.

Arief, Z. R., & Weni K. S. (2019). Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak,Yogyakarta:

Nuha Offset. Guyton, A. C., & John E. Hall. (2019) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Jakarta. Jaypee,(2018) Basic Concepts On Nursing Procedures, I Clement, India.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2018). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses,
dan praktik (4 thed.Vol. 1), Jakarta.

Sodikin, (2018). Prinsip Perawatan Demam PadaAnak, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Djuwarijah, dkk. 2019. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh MenggunakanKompres Air


Hangat Dan Kompres Plester Pada Anak Dengan Demam Di Ruang Kanthil Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas.Diakses pada tanggal 12 April 2019, dari
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/16 /jhptump-a-djuwariyah-758-1-efektivi-.pdf

Guyton & Hall. 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hartini, S. 2015. Efektifitas KompresAir Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS Telogorejo Semarang. Diakses pada tanggal
121April2018,darihttp://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan /articl
e/download/288/312

Hidayat, A. A. 2019. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba medika

Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Jakarta:
Gramedia Press.

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN TENTANG PENELITIAN


48

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini:

Nama : Heri julianto, S.Kep

NPM : 021.02.1205

Adalah mahasiswa program studi profesi ners sekolah tinggi ilmu kesehatan
Mataram akan melakukan penelitian tentang“Efektifitas kompres hangat untuk
percepatan penurunan suhu tubuh pada pasien kejang demam di puskesmas woa
kabupaten

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian kompres


hangat pada pasien kejang demam. Penelitian ini tidak akan merugikan responden,
datahanya akan di gunakan untuk kepentingan peneliti. Dengan surat ini saya
lampirkan surat persetujuan bila saudara bersedia menjadi responden penelitian.

Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian.Atas
ketersediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Bima, 26 April 2022

( )
49

Lampiran2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Infomed Consent)

Inisial: An.A
Umur: 5 tahun

Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti, oleh karena itu saya bersedia
menjadi respon dalam judul Efektifitas kompres hangat untuk percepatan
penurunan suhu tubuh pada pasien kejang demam di puskesmas woha kabupaten
bima Yang akan dilakukan oleh mahasiswa program studi ners sekolah tinggi
ilmu kesehatan Mataram.

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negative bagi saya.
Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar
manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan gawat darurat

Demikian hal ini saya lakukan, dengan ini saya menyatakan kesediaan secara suka
rela dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini tanpa ada unsur paksaan
dari pihak manapun.

Saksi Bima, 26 April


2022

Responden

(perawat) ( )
50

Lampiran3

INSTRUMEN A

Lembar Observasi Efektifitas kompres hangat untuk percepatan


penurunan suhu tubuh pada pasien kejang demam di puskesmas woha
kabupaten bima

Petunjuk pengisian:

Pilih salah satu dari pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda(x) dalam kotak
tersedia

A.Data Demografi:
1. inisial: Tn. IS
2. usia : 34 Tahun
1. laki-laki
2. perempuan
3. Pendidikan terakhir klien
1. SD
2. SLTP
3. SMA
4. PeguruanTinggi
5. Perkerjaan terakhir:
1. Bekerja
0. Tidak bekerja
6. Status perkawinan:
1. menikah
0.belum menikah
7. Frekuensi di rawat:
1. 1x
0. >
51

Lampiran 4

INSTRUMEN B

EvaluasiEfektifitas kompres hangat untuk percepatan penurunan suhu


tubuh pasien dengan kejang demam di puskesmas woha kabupaten bima

Ini sial responden: An.A (di isi oleh peneliti) Ruangan: -

LEMBAR OBSERVASI SUHU TUBUH

Hari/Tanggal NAMA USIA SUHU TUBUH

PRE TEST 1 PRE TEST 2

An.a 5 tahun Suhu tubuh Suhu tubuh

selasa 26 An.a 5 than 38,7 oC 38 oC


April 2022

rabu27 April An.a 5 tahun 38 oC 37,4 oC


2022

Kamis 28 An.a 5 tahun 37 oC 36,5 oC


April 2022
52

Lampiran5

INSTRUMEN C

EvaluasiEfektifitas kompres hangat untuk percepatan


penurunan suhu tubuh pada pasien kejang demam di
puskesmas woha kabupaten bima

Inisial responden: An.A (di isi oleh peneliti) Ruangan: -

No Aspek Penilaian Nilai Skor

Kemampuan klien dalam kompres hangat Ya Tidak

=1 =0

Klien mengikuti arahan dari perawat 1

1
Klien meresapi terapi kompres hangat yang dI berikan
1

3 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir


1

TOTAL 4
4. Klien merasa nyaman dan rileks

Totaljumlah Terapi Musikal


53

Lampiran 5
C. EVIDANCE BASED NURSING
JURNAL

EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN SUHU


TUBUH
PADA AN.D DENGAN HIPERTERMIA
The Effectiveness of Warm Compress to Reduce Body Temperature in AN.D with
Hipertermia

Kurnia Dewi Anisa*

*Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang


e-mail: kurniadedew@gmail.com

ABSTRAK

untuk mengetahui efektifitas kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh pada
demam anak. Tinjauan kasus ini dilakukan dengan metode studi kasus
Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi
karena infeksi. Hipertermia juga
dapat di definisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi
(>37,5°C). Peningkatan suhu mengakibatkan demam dan merupakan salah satu
manifestasi paling umum penyakit pada anak. Kompres adalah salah satu metode
fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Tujuan dari
perawatan ini perawatan secara bertahap dan teratur. Berdasarkan perawatan
yang telah dilakukan terhadap anak demam dengan cara dikompres air hangat di
dapatkan rata-rata penurunan suhu sebesar 0.4C per hari dan dilakukan selama 3
hari.
Hasil perawatan menunjukkan bahwa terjadi penurunan
setelah dilakukan kompres air hangat sesuai target yang ingin di capai. Dapat di
simpulkan bahwa kompres air
hangat efektif menurunkan demam pada klien di RSUD Temanggung.

Kata Kunci: : Hipertermia, Kompres Hangat

ABSTRACT
54

Hyperthermia is an increase in the core temperature of the human body which


usually occurs due to infection.
Hyperthermia can also be defined as a body temperature that is too hot or
high (>37.5°C). Increased
temperature results in fever and is one of the most common manifestations of
childhood disease. Compress is
one physical method to reduce the body temperature of a child who has a fever.
The purpose of this treatment is
to find out the effectiveness of warm compresses to reduce body temperature in
childhood fever. This case review
was carried out with a gradual and regular case study treatment method. Based on
the care that has been done
on children with fever by compressing warm water, the average temperature
drop is 0.40C per day and is
carried out for 3 days. Treatment results show that there is a decrease after
warm water compresses are
according to the target to be achieved. It can be concluded that warm water
compresses effectively reduce fever
in clients at Temanggung Hospital.

Keywords: Hipertermia, Warm Compress

JURNAL

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP SUHU


TUBUH PADA ANAK DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH DI
RUANG EDELWEIS RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU Esti Sorena,
Samwilson Slamet, Benny Sihombing Program Studi D3 Keperawatan FMIPA,
Universitas Bengkulu,Bengkulu Indonesia Email; estisorena@gmail.com Abstrak
Demam merupakan salah satu sebab yang sering membuat orang tua segera
membawa anaknya berobat. Panas atau demam kondisi dimana otak mematok
suhu di atas setting normal yaitu di atas 38oC. Namun demikian, panas yang
sesungguhnya adalah bila suhu>38.5oC. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang
dapat dilakukan untuk penurunan panas adalah dengan kompres. Kompres adalah
salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami
demam. Tujuan penelitian in adalah untuk mempelajari efektifitas pemberian
kompres hangat terhadap suhu tubuh pada anak dengan peningkatan suhu tubuh di
ruang edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Quasi Eksperimental menggunakan The One Group Pretest
Postest Design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien anak yang
55

mengalami peningkatan suhu tubuh di Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus


Bengkulu pada bulan Mei 2018. Pengambilan sampel dalam penelitan ini
menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 19 responden Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil
penelitian didapatkan : kecenderungan penurunan suhu tubuh setelah dilakukan
kompres hangat pada anak dengan peningkatan suhu tubuh di ruang Edelweis
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan rata-rata penurunan (0,75260C) .
Diharapkan perawat anak dapat mengimplementasikan intervensi kompres hangat
pada peningkatan suhu tubuh yang di rawat di rumah sakit atau yang di rawat di
rumah. Kata Kunci: Kompres Hangat, Suhu Tubuh

Abstract

[The Relationship of Recurrent Febrile Seizure in Children with A Family


History of Seizures] Febrile seizures are seizures that occur in children aged 6
months to 5 years, caused by a sudden spike in body temperature (>38ºC), with no
other underlying seizure-provoking causes or diseases such as the central nervous
system infections, electrolyte abnormalities, trauma, or epilepsy. Recurrent febrile
seizures are influenced by various risk factors and almost one-third of all patients
with febrile seizures have a family history of seizures. The purpose of this study
was to determine the risk factors for recurrence of febrile seizures and how strong
the relationship between family history of seizures and recurrence of febrile
seizures was. This study was a descriptive-analytic study with a cross sectional
approach that have passed the ethical clearance process, using data from medical
records of all pediatric patients with recurrent febrile seizures in RSUD Tabanan
in 2018-2021. There were 69 samples who had febrile seizures and 37 samples
(53.6%) had recurrent febrile seizures. In this study, using independent t test, it
was found that there was a significant influence between the types of febrile
seizures (simple febrile seizures) (P=0.00) and family history of seizures (P=0.00)
on the recurrence of febrile seizures. Multivariate analysis using regression
logistic test showed that family history of seizures had a very strong influence on
the recurrence of febrile seizures (P=0.00; OR=6.09). Children with a family
history of seizures had a 6.09 times greater risk of experiencing recurrent febrile
seizures compared to children who didn’t have seizures in their families.
Keywords: Recurrence of Febrile Seizure, Risk Factors, Family History of
Seizures
56

JURNAL

Pengelolaan Hipertermi Pada Anak Dengan Riwayat Kejang Demam Sederhana


Di Desa Krajan Banyu biru

Management of hyperthermia in children with a history of simple febrile seizures


in the village of Krajan Banyubiru
Siti Nur AzizaUniversitas Ngudi WaluyoEka AdimayantiUniversitas Ngudi
Waluyo
DOI: https://doi.org/10.35473/jhhs.v3i2.82
Keywords: Hipertermi, Anak, Kejang Demam

Abstract

Febrile seizures is seizures that occur due to an increase in body temperature that
exceeds normal limits due to extracranial processes. A simple febrile seizure is a
febrile seizure that lasts no more than 15 minutes and does not recur for 24 hours.
Patients with febrile seizures have symptoms of high fever or hyperthermia.
Hyperthermia is an increase in body temperature beyond the normal threshold.
The purpose of this paper is to describe the management of hyperthermia in
children with simple febrile seizures in the village of Krajan Banyubiru. The
method used is descriptive with a case study approach through nursing care
which consists of assessment, nursing intervention, nursing implementation and
nursing evaluation. Management of hyperthermia is carried out by monitoring
vital signs, monitoring fluid intake, performing external cooling, loosening
clothing, collaborating with pharmacological therapy and conducting laboratory
tests.The results of the management obtained with the intervention that has been
designed are that the patient experiences a decrease in body temperature until it
returns to normal. This proves that the actions taken based on the intervention are
successful so that the hyperthermia problem can be resolved. Suggestions for
families to know more about how to handle fever in children.
57

Abstrak

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu
tubuh melebihi batas normal akibat proses ekstrakranial. Kejang demam
sederhana yaitu kejang demam yang terjadi tidak lebih dari 15 menit dan tidak
berulang selama 24 jam. Pasien dengan kejang demam mempunyai gejala demam
tinggi atau hipertermi. Hipertermi adalah meningkatnya suhu tubuh melebihi batas
ambang normal. Tujuan penulisan ini untuk menggambarkan Pengelolaan
Hipertermi Pada Anak Dengan Riwayat Kejang Demam Sederhana Di Desa
Krajan Banyubiru. Metode yang digunakan deskriptif  dengan pendekatan studi
kasus melalui  asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pengelolaan
hipertermi dilakukan dengan memonitor tanda-tanda vital, monitor asupan cairan,
melakukan pendinginan eksternal, melonggarkan pakaian, mengkolaborasikan
pemberian terapi farmakologi serta melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil
pengelolaan yang didapatkan dengan intervensi yang telah dirancang adalah
pasien mengalami penurunan suhu tubuh hingga kembali ke normal. Hal ini
membuktikan bahwa tindakan yang dilakukan berdasarkan intervensi berhasil
sehingga masalah hipertermi dapat teratasi. Saran bagi keluarga agar lebih
mengetahui bagaimana cara penanganan demam pada anak dan mampu mencegah
terjadinya kejang berulang

Anda mungkin juga menyukai