DI SUSUN OLEH:
Telah di setujui
hari :
tanggal :
Disusun oleh :
HERI JULIANTO,S.KEP
021.02.1205
Penguji
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir yang berjudul ”
mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,penulis
1. DR. Chairun Nasirin, S.S., M.Pd., MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES)Mataram.
4. Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kepselaku wakil ketua IIISekolah Tinggi
5. Ns. Robiatul Adawiyah , M.Kep Ketua Program Studi ners Ilmu Keperawatan
iii
6. Ns.Antoni Eka Fajar Maulana , M.Kepselaku Pembimbing I yang telah
7. Ns. Winda , S.Kep selaku Pembimbing lahan yang telah banyak meluangkan
9. Orang tua tercinta yang tidak hentinya berusaha dan berdoa untuk kesuksesan
anaknya ini serta keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi
10. Semuapihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Karya tulis ilmiah ini masih sangat
yang bersifat membangun, demi penyempurnaan Karya tulis ilmiah ini. Semoga
Bima,April 2022
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
v
Cara mengukur suhu tubuh...................................................................22
Suhu tubuh normal,tinggi dan rendah...................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................55
LAMPIRAN.....................................................................................................56
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3
Lampiran 4
vii
EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN SUHU
TUBUH PADA An. A DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IGD
PUSKESMAS WOHA KABUPATEN BIMA
ABSTRAK
Latar belakang: Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan masa
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-1,5
tahun), dan pra-sekolah (2.5-5 tahun). Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak biasanya rentang sakit (Aziz, 2018). World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa hasil studi yang dilakukan pada 400
anak usia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang, paling banyak anak
menderita kejang demam 77%. Di Indonesia dilaporkan pada tahun 2019 – 2020
angka kejadian kejang demam 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan – 5 tahun
(Wibisono,2020).
Tujuan Analisa: penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan untuk
mengetahui efektifitas kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh Pada An. A
dengan kejang demam di ruang IGD di Puskesmas Woha Kabupaten Bima.
Metode yang digunakan: dalam penelitian ini menggunakan desain eksperimen
pre post test. Dimana akan dilakukan pegukuran suhu pada An. A sebelum
diberikan kompres hangat dan perubahan suhu tubuh sesudah dilakukan kompres
hangat.
Hasil analisi: sebelum lakukan pretest ditemukan suhu tubuh An. A masih tinggi,
dan setelah di lakukan tindakan kompres hangat, terjadi penurunan suhu tubuh.
Kesimpulan ada hubungan antara pemberian kompres hangat untuk menurunkan
suhu tubuh pada pasien kejang demam di puskesmas woha kabupaten bima
Saran : di harapkan utuk peneliti selanjutnya bisa melanjutkan penelitan ini
dengan harapan terapi kompres tetap diaplikasikan untuk menurunkan tanda
gejala kejang demam.
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-1,5 tahun), dan
anak biasanya rentang sakit (Aziz, 2018). Para ahli menggolongkan usia
yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan penyakit yang
dilakukan pada 400 anak usia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang,
RSUD Dr. Tjitrowardojo di laporkan angka kejadian kejang demam pada usia
1 – 5 tahun di tahun 2019-2020 dari 162 menjadi 172. Kejang demam sangat
dipengaruhi oleh faktor usia, hampir tidak pernah ditemukan sebelum usia 6
bulan dan setelah 6 tahun (Hull, 2020). Kejang demam merupakan bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38ºC, yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun (Sujono &
Suharsono, 2019).
1
2
dijumpai pada anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
kejang demam (Ngastiyah, 2019). Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu
(2019) kondisi yang menyebabkan kejang demam antara lain: infeksi yang
tidak disebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti meningitis atau
radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala misalnya
karena ada nya infeksi di saluran pernapasan, telinga atau infeksi di saluran
demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
terjadi sebelum usia 1 tahun, atau dipicu oleh kenaikan suhu < 39ºC dikaitkan
dengan angka kematian 2 kali lipat selama 2 tahun pertama setelah terjadinya
kejang (Wulandari & Erawati, 2019). Okti S, dkk (2020) menyatakan bahwa
3
membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium dan natrium dari membrane tadi, akibat lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini demikan besar sehingga dapat meluas keseluruh
terjadilah kejang. Pada anak yang panas perawat sering melakukan kegiatan
untuk penurunan panas tersebut salah satunya dengan kompres (Sri P, dkk,
2020). Sri dan Winarsih (2020) yang melaporkan penelitian Swardana, dkk
dingin dan kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh. Kompres hangat
telah diketahui mempunyai manfaat yang baik dalam menurunkan suhu tubuh
anak yang mengalami panas tinggi di rumah sakit karena menderita berbagai
penyakit infeksi.
Sri dan Winarsih (2018) yang melaporkan penelitian tahun (2020) oleh
suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air dingin, karena akan terjadi
hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh
suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh
darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori – pori
terjadi perubahan
tahun terakhir ini sebanyak 35 kasus di tahun 2021, jadi dapat dikatakan
kurang lebih ada 4 – 5 kejadian tiap bulannya. Kasus kejang demam yang
terjadi pada anak-anak perlu diwaspadai dan ditangani dengan cepat karena
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
penurunan suhu tubuh pada an. A dengan kejang demam di ruangan IGD
2. Tujuan Khusus:
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
kejang demam
kejang demam
7
BAB II
a. Konsep kejang
1. Definisi kejang
kesadaran.
segera hubungi dokter jika anak mengalami kejang demam untuk pertama
kalinya. Orang tua juga perlu waspada jika kejang demam terjadi selama
lebih dari 5 menit dan diiringi muntah, leher kaku, dan sesak napas.
a. Setelah imunisasi
b. Infeksi
Anak yang berusia 12-18 bulan memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami kejang demam dibandingkan anak yang lebih tua. Selain itu,
anak yang lahir dari keluarga dengan riwayat kejang demam juga lebih
kejang demam adalah hentakan pada tungkai dan lengan yang berulang,
kejang juga tidak berulang dalam kurun waktu 24 jam. Kejang demam
Jika kejang terjadi lebih dari 15 menit, atau terjadi lebih dari sekali
kompleks juga bisa terjadi hanya pada salah satu bagian tubuh.
9
mengalaminya lagi ketika demam, terutama bila usia anak masih di bawah
15 bulan.
berhenti, dokter akan menanyakan beberapa hal kepada orang tua, antara
lain:
3. Apakah ada anggota keluarga dengan riwayat kejang demam atau step
tidak ada penyebab khusus dari kejang maupun komplikasi yang timbul.
tuanya.
10
setelah beberapa menit. Namun, untuk melindungi anak dari cedera selama
rumah:
b. Miringkan posisi tubuh anak agar muntah atau air liur dapat keluar
pernapasan.
c. Longgarkan pakaian anak dan jangan menaruh apa pun pada mulut
dokter.
membawa anak ke dokter setelah kejang berhenti. Meski begitu, akan lebih
Bila tidak ada penyebab khusus dari kejang demam, dokter bisa tidak
diazepam. Umumnya, anak tidak perlu dirawat inap di rumah sakit, namun
berbahaya, dan bisa terjadi pada anak yang menderita demam tanpa
singkat
b. Kejang demam pertama kali terjadi ketika suhu tubuh tidak terlalu
tinggi
pertama
demam
epilepsi di kemudian hari, tetapi risiko ini ada pada anak yang mengalami
12
b. KONSEP HIPERTEMI
1. Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun
mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi
produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis,
penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu
yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal
individu tersebut (Potter & Perry,2010).
2. Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat
menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga
menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa
protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh
bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
13
Faktor penyebabnya:
1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
6. Pengobatan/ anesthesia
3. Proses Terjadinya
4. Klasifikasi
14
1. Hipertermia maligna
1. Hipertermia Neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
kehidupan bisa disebabkan oleh:
2. Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau
paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan
penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya
dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada
demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan
pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
3. Overheating
4. Trauma lahir
5. Heat stroke
16
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau sedikit lebih
rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat,
takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada
saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa
terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia,
gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan
heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh
segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai
dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak segera dipindahkan ke atas
tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi,
dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat
penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang
tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi
atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada
anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian
besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE
didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak
tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul
syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu
> 41°C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga
terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan
fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal
diikuti gagal ginjal. Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi
pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia
maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80%
dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil
CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ
dan edema serebri.
17
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak,
tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului
sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak
fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka
kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang
dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi
terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda
sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan
pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko
dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi
yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi
tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS
karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan
sehingga berakhir dengan apnea.
5. Manifestasi Klinis
a. Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)
b. Takikardia
d. Mengigil
e. Dehidrasi
g. Pernafasan cepat
h. Mulut kering
6. Komplikasi
2. Kematian
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk
pasien hypoid
Iji torniquet
c. KOMPRES HANGAT
1. Definisi
Kompres adalah salah satu tindakan terapi nonfarmakologi yang
biasanya digunakan dalam kondisi tertentu sehingga bisa memulihkan
tanpa bantuan obat-obatan. Terdapat dua macam kompres, yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Akan tetapi, masih banyak orang yang salah
dalam memilih jenis kompres. Hal ini tentunya dapat memperburuk
keadaan, terutama ketika demam maupun cedera. Oleh sebab itu, kita perlu
memahami bagaimana penggunaan kompres hangat dan dingin yang tepat.
2. Cara Kerja Kompres Hangat
Kompres hangat dilakukan dengan menempelkan handuk atau kain
hangat pada permukaan kulit. Suhu hangat merangsang termoreseptor
pada kulit untuk mengirimkan sinyal ke otak. Hipotalamus di otak akan
bereaksi dan menghasilkan respon yang disebut vasodilatasi. Ketika
vasodilatasi, pembuluh darah akan melebar sehingga darah akan mengalir
lancar dan peningkatan suhu terjadi lebih cepat. Akibatnya, panas dapat
19
membuat otot lebih rileks dan otak juga akan menurunkan suhu tubuh
menjadi normal.
3. Fungsi Kompres Hangat
Kompres hangat dapat digunakan pada kondisi-kondisi berikut:
1. Demam
Kompres hangat dapat meningkatkan suhu tubuh lebih cepat sehingga
demam dapat menurun. Lakukan kompres hangat pada lipatan-lipatan
tubuh seperti lipatan lutut, siku, ketiak, selangkangan, ataupun pada
leher belakang.
2. Kaku sendi dan otot
Kompres hangat menghasilkan suhu hangat yang akan melebarkan
pembuluh darah sehingga tidak terjadi penumpukan asam laktat.
Selain itu, juga dapat membuat otot lebih rileks.
3. Kram saat menstruasi.
Kompres hangat akan mengakibatkan relaksasi yang dapat
menurunkan nyeri ketika kram, terutama saat menstruasi.
4. Cedera setelah fase akut.
Kompres hangat hanya dapat digunakan pada cedera yang sudah
melewati fase akut, yaitu lebih dari 0 – 48 jam pasca cedera. Hal ini
dilakukan karena pada fase akut terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan adanya darah lebih banyak pada lokasi cedera. Apabila
digunakan pada fase akut, maka akan memperburuk inflamasi dan
meningkatkan nyeri.
Lakukan kembali ketika kain sudah kering atau suhu kain mulai dingin
Kompres selama 20 menit
1. Definisi
mengatur suhu, sehingga suhu tubuh pun terus meningkat. Jika suhu
panas.
Suhu tubuh tidak bisa diketahui hanya dengan meraba. Anda perlu
1. Termometer telinga
2. Termometer raksa
Jenis termometer konvensional yang terbuat dari kaca dan air raksa.
aman digunakan karena bisa pecah dan mengeluarkan air raksa yang
beracun.
3. Termometer elektronik
seperti ketiak, mulut, atau rektum (anus), jenis termometer ini juga
4. Termometer dahi
23
dan telinga.
7. Termometer dot
penggunaannya.
mulut).
air panas.
tekanan darah dan denyut nadi. Oleh karena itu, sediakan selalu
tubuh, terutama ketika Anda merasa kurang enak badan atau meriang.
Apabila suhu tubuh tidak normal, baik terlalu rendah atau tinggi, dan
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
a. IDENTITAS
Nama/Initial : An. A
UmurAlamat : 5 Tahun/Samili Woha
Pekerjaan : Petani
Tanggal MRS : 26 April 2022
Tgl pengkajian : 26April 2022
Penanggung Jawab : Tn. A/Alamat: Samili Woha
Nomor Register : 13467540
Dx.Medis : KEJANG DEMAM
b. KELUHAN UTAMA
Saat MRS : ibu pasien mengatakan selama di rumah anaknya sudah 1 kali
mengalami kejang dan demam
Saat Pengkajian :
Pasien datang ke Puskemas di bawa oleh keluarganya karena mengalami
kejang dan demam pada pagi hari sekitar jam 08.45 wita. Ibunya
mengatakan Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 2 hari yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
History & Head to toe assessment :
b. Leher dan Tenggorokan: Posisi trakea simetris, tidak ada benjolan pada
leher, tidak ada alat yang terpasang, tidak ada nyeri waktu menelan,
tidak ada pembesaran tonsil, vena jugularis tidak menonjol, tidak ada
obstruksi jalan nafas
Paru-Paru
1) Inspeksi: Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka, tidak ada
jejas,
2) Palpasi : Ada nyeri tekan,tidak ada benjolan, kanan dan kiri
simetris
3) Perkusi: Bunyi sonor
4) Auskultasi: Tidak terdengar suara tambahan
Jantung
d. Abdomen
1) Inspeksi: Bentuksimetris, tidak ada asites
27
e. Genital:Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, dan tidak ada
hemoroid
f .Ekstremitas
g. Riwayat keluarga :
Genogram
Keterangan:
:Laki-laki
:Perempuan
:Laki-laki Meninggal
:Perempuan meninggal
: Garis Pernikahan
: Garis Keterunan
: Tinggal Serumah
: Pasien
29
h. pemeriksaan
□ LABORATORIUM :
□ Rontgen : -
□ EKG : -
ANALISA DATA
NO DATA Penyebab Masalah
1 Data subjektif: dehidrasi Hipertermia
Data objektif:
5) takipneue
Data objektif:
Kemampuan menelan
3 makanan Resiko defisit
Data subjektif :
nutrisi
1) Ibu klien mengatakan selera makan
klien menurun
Data objektif :
3) Bibir pecah-pecah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
Hari/
DX.Kepera
Tang Tujuan Intervensi Rasional
watan
gal
IPLEMENTASI
EVALUASI
O:
respirasi 24 kali/menit
P: Lanjutkan intervensi
O:
Suhu 38,50C
N: 80 x/menit
P: Lanjutkan dihentikan
O:
P: Lanjutkan intervensi
Jum’at Hipetermia S:
29 April berhubungan
dengan dehidrasi Ibu klien mengatakan suhu tubuh
2022 anaknya sudah turun
Jam 10.00
O:
respirasi 22 kali/menit
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
Suhu 370C
N: 80 x/menit
40
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan dihentikan
O:
BB naik
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
41
BAB IV
An. A usia 5 tahun tinggal bersama kedua orang tuannya di desa Samili, klien masuk
puskesmas dengan kejang dan demam pada pagi hari pukul 08.45. klien sebelumnya
pernah mengalami masalah yang sama sejak beberapa hari yang lalu. Orang tua sangat
khaatir dengan kondisi yang anak mereka alami.
Kulit merah
Kejang
Takikardia
Takikardia
Objektif: Objektif:
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Windawati dengan judul
penelitian penurunan hipertermia pasien kejang demamm menggunakan kompres
hangat, dimana peneliti melakukan penelitian menggunakan 10 responden, dimana 10
responden dibagi dalam 2 kelompok, satu kelompok diberikan terapi kompres hangat 3
kali sehari sedangkan kelompok yang satunya diberikan terapi kompres hangat 1 kali
sehari. Terdapat perubahan yang signifikan terhadap penurunan suhu tubuh pada kedua
kelompok, dimana kelompok yang diberikan terapi kompres hangat 3kali sehari,
suhunya lebih cepat turun dibandingkan dengan keolompok yang diberikan mkompres
hangat 1kali sehari. Dapat ditarik keseeimpulan ada pengaruh pembeiran kompres
hangat dengan penurunan suhu tubuh pada pasien hipertermia dengan kejang demam.
BAB V
45
A. KESIMPULAN
klien sangat tinggi, dimana ditandai dengan: kulit klien teraba panas, klien
perubahan yang luar biasa signifikan, dimana yang awalnya suhu tubuh klien
naik mencapai 38,9 oC, tapi setelah dilakukan pemberian kompres hangat,suhu
tubuh klien sudah kembali normal dengan hasil 36,5 Oc, dan klien sudah bisa
3. Pemberian kompres hangat untuk penurunan suhu tubuh pada pasien kejang
demam memiliki dampak yang luar biasa. Pemberian kompres hangat sangat
cocok diterapkan pada pasien memberikan rasa nyaman, tenang dan aman
untuk pasiennya.
B. SARAN
Saran dan rekomendasi pada penelitian ini adalah diharapkan pihak puskesmas
sebagai terapi dalam mengatasi masalah kejang demam selain obat medis yang di
anjurkan oleh dokter. Dan perubahannya yang terjadi juga sangat besar, sehingga
dengan suhu tubuh yang awalnya naik mencapai 38,9 Oc. Setelah di lakukan
pemberian kompres hangat,suhu tubuh klien kembali normal dan bisa kembali
aktif dan sudah bisa bermain sama orang tua dan teman temannya.
46
Bagi keluarga juga tindakan inipun bisa mereka terapkan pada anggota keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. (2018). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Jakarta: Salemba
Medika.
Arief, Z. R., & Weni K. S. (2019). Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak,Yogyakarta:
Nuha Offset. Guyton, A. C., & John E. Hall. (2019) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Jakarta. Jaypee,(2018) Basic Concepts On Nursing Procedures, I Clement, India.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2018). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses,
dan praktik (4 thed.Vol. 1), Jakarta.
Guyton & Hall. 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hartini, S. 2015. Efektifitas KompresAir Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS Telogorejo Semarang. Diakses pada tanggal
121April2018,darihttp://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan /articl
e/download/288/312
Hidayat, A. A. 2019. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba medika
Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Jakarta:
Gramedia Press.
Lampiran 1
NPM : 021.02.1205
Adalah mahasiswa program studi profesi ners sekolah tinggi ilmu kesehatan
Mataram akan melakukan penelitian tentang“Efektifitas kompres hangat untuk
percepatan penurunan suhu tubuh pada pasien kejang demam di puskesmas woa
kabupaten
Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian.Atas
ketersediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
( )
49
Lampiran2
(Infomed Consent)
Inisial: An.A
Umur: 5 tahun
Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti, oleh karena itu saya bersedia
menjadi respon dalam judul Efektifitas kompres hangat untuk percepatan
penurunan suhu tubuh pada pasien kejang demam di puskesmas woha kabupaten
bima Yang akan dilakukan oleh mahasiswa program studi ners sekolah tinggi
ilmu kesehatan Mataram.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negative bagi saya.
Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar
manfaatnya bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan gawat darurat
Demikian hal ini saya lakukan, dengan ini saya menyatakan kesediaan secara suka
rela dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini tanpa ada unsur paksaan
dari pihak manapun.
Responden
(perawat) ( )
50
Lampiran3
INSTRUMEN A
Petunjuk pengisian:
Pilih salah satu dari pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda(x) dalam kotak
tersedia
A.Data Demografi:
1. inisial: Tn. IS
2. usia : 34 Tahun
1. laki-laki
2. perempuan
3. Pendidikan terakhir klien
1. SD
2. SLTP
3. SMA
4. PeguruanTinggi
5. Perkerjaan terakhir:
1. Bekerja
0. Tidak bekerja
6. Status perkawinan:
1. menikah
0.belum menikah
7. Frekuensi di rawat:
1. 1x
0. >
51
Lampiran 4
INSTRUMEN B
Lampiran5
INSTRUMEN C
=1 =0
1
Klien meresapi terapi kompres hangat yang dI berikan
1
TOTAL 4
4. Klien merasa nyaman dan rileks
Lampiran 5
C. EVIDANCE BASED NURSING
JURNAL
ABSTRAK
untuk mengetahui efektifitas kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh pada
demam anak. Tinjauan kasus ini dilakukan dengan metode studi kasus
Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi
karena infeksi. Hipertermia juga
dapat di definisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi
(>37,5°C). Peningkatan suhu mengakibatkan demam dan merupakan salah satu
manifestasi paling umum penyakit pada anak. Kompres adalah salah satu metode
fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Tujuan dari
perawatan ini perawatan secara bertahap dan teratur. Berdasarkan perawatan
yang telah dilakukan terhadap anak demam dengan cara dikompres air hangat di
dapatkan rata-rata penurunan suhu sebesar 0.4C per hari dan dilakukan selama 3
hari.
Hasil perawatan menunjukkan bahwa terjadi penurunan
setelah dilakukan kompres air hangat sesuai target yang ingin di capai. Dapat di
simpulkan bahwa kompres air
hangat efektif menurunkan demam pada klien di RSUD Temanggung.
ABSTRACT
54
JURNAL
Abstract
JURNAL
Abstract
Febrile seizures is seizures that occur due to an increase in body temperature that
exceeds normal limits due to extracranial processes. A simple febrile seizure is a
febrile seizure that lasts no more than 15 minutes and does not recur for 24 hours.
Patients with febrile seizures have symptoms of high fever or hyperthermia.
Hyperthermia is an increase in body temperature beyond the normal threshold.
The purpose of this paper is to describe the management of hyperthermia in
children with simple febrile seizures in the village of Krajan Banyubiru. The
method used is descriptive with a case study approach through nursing care
which consists of assessment, nursing intervention, nursing implementation and
nursing evaluation. Management of hyperthermia is carried out by monitoring
vital signs, monitoring fluid intake, performing external cooling, loosening
clothing, collaborating with pharmacological therapy and conducting laboratory
tests.The results of the management obtained with the intervention that has been
designed are that the patient experiences a decrease in body temperature until it
returns to normal. This proves that the actions taken based on the intervention are
successful so that the hyperthermia problem can be resolved. Suggestions for
families to know more about how to handle fever in children.
57
Abstrak
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu
tubuh melebihi batas normal akibat proses ekstrakranial. Kejang demam
sederhana yaitu kejang demam yang terjadi tidak lebih dari 15 menit dan tidak
berulang selama 24 jam. Pasien dengan kejang demam mempunyai gejala demam
tinggi atau hipertermi. Hipertermi adalah meningkatnya suhu tubuh melebihi batas
ambang normal. Tujuan penulisan ini untuk menggambarkan Pengelolaan
Hipertermi Pada Anak Dengan Riwayat Kejang Demam Sederhana Di Desa
Krajan Banyubiru. Metode yang digunakan deskriptif dengan pendekatan studi
kasus melalui asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pengelolaan
hipertermi dilakukan dengan memonitor tanda-tanda vital, monitor asupan cairan,
melakukan pendinginan eksternal, melonggarkan pakaian, mengkolaborasikan
pemberian terapi farmakologi serta melakukan pemeriksaan laboratorium. Hasil
pengelolaan yang didapatkan dengan intervensi yang telah dirancang adalah
pasien mengalami penurunan suhu tubuh hingga kembali ke normal. Hal ini
membuktikan bahwa tindakan yang dilakukan berdasarkan intervensi berhasil
sehingga masalah hipertermi dapat teratasi. Saran bagi keluarga agar lebih
mengetahui bagaimana cara penanganan demam pada anak dan mampu mencegah
terjadinya kejang berulang