Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menejelang Ajal dan Paliatif
Disusun oleh :
Kelompok 3
Puji syukur Alhamdulillah, kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
“Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Dengan Kanker Paru ”. Kami juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Feriana Hadian, M. Kep
selaku dosen mata kuliah Tugas Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas. Kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga wawasan tentang
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah dan asuhan keperawatan yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-
mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.
Penyusun
LAPORAN PENDAHULUAN
1.3 Epidemiologi
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai
hingga 13% dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan
1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat,
diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan
160.390 kematian akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan data WHO,
kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan
terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan. Kanker paru juga
merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua
terbanyak pada perempuan.
Hasil penelitian dari 100 RS di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan,
dan merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomik RSUP
Persahabatan, lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa
adalah kasus kanker paru. Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun
2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan
keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%)
dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun
meningkat sampai dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah
merokok. Secara umum, rokok menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki- laki
dan 50% kasus pada perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik, polusi
udara, pajanan radon, dan pajanan industri (Kemenkes RI, 2017)
1.4 Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):
1. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari
seluruh kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok
2. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker
paru meningkat dua kali
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker
paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.
Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh
kali lebih besar daripada masyarakat umum
5. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru
7. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.
Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat
imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-
paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,
yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-
lain.
1.5 Klasifikasi
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta
adanya sel ganas yang terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil/NSCLC
(Non Small Cell Lung Cancer) dan kanker paru karsinoma sel kecil/SCLC (Small
Cell Lung Cancer. Beberapa jenis kanker paru adalah (Purba & Wibisono, 2015):
1. Karsinoma sel skuamosa
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal
dari permukaan epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak
sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara
langsung ke kelenjar getah bening, dinding dada, dan mediastinum.
2. Adenokarsinoma
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan
fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai
subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.
3. Karsinoma sel besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat-tempat yang jauh.
4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening
hilus dan mediastinum. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling
jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel
tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.
Tabel 1.1 TNM Klasifikasi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil
Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai, atau tumor dibuktikan dengan
adanya sel-sel ganas dalam sputum atau bronkial tetapi tidak di
visualisasikan dengan bronkoskopi
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor ≤ 3cm , di kelilingi oleh paru-paru atau pleura visceral, tidak
ada bukti bronkoskopi invasi lebih proksimal dari bronkus lobus
(tidak dibronkus utama), penyebaran tumor dangkal di saluran udara
yang utama (terbatas pada dinding bronkus)
T1a Tumor ≤ 2cm dalam dimensi terbesar
T1b Tumor > 2cm tetapi ≤ 3cm dalam dimensi terbesar.
T2 Tumor > 3cm tetapi ≤ 7cm atau tumor dengan salah satu dari berikut
: Menyerang pleura visceral, Terutama melibatkan bronkus ≥ 2cm
distal karina, Terkait dengan atelektasis/pneumonitis obstruktif
memperluas ke daerah hilus tetapi tidak melibatkan seluruh paru-
paru
T2a Tumor > 3cm tetapi ≤ 5cm dalam dimensi terbesar
T2b Tumor > 5cm tetapi ≤ 7cm dalam dimensi terbesar
T3 Tumor > 7cm atau yang langsung menyerang salah satu dari berikut :
a) Dinding dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, saraf
phrenikus, pleura mediastinal, atau parietal perikardium atau tumor
di bronkus utama < 2cm distal karina tetapi tanpa keterlibatan karina
Atau b) atelektasis terkait/pneumonitis obstruktif seluruh paru-paru
atau nodul
T4 tumor terpisah di lobus yang sama
Tumor dari berbagai ukuran yang menyerang salah satu dari berikut:
mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
vertebral, atau karina; tonjolan kecil tumor terpisah dalam lobus
ipsilateral yang berbeda
Kelenjar getah bening (N)
NX Kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 Tidak ada metastasis
N1 Metastasis di peribronkial ipsilateral dan/atau kelenjar getah bening
hilus ipsilateral dan nodul intrapulmo, termasuk keterlibatan secara
Langsung
N2 Metastasis di mediastinum dan/atau subkranial kelenjar getah bening
Ipsilateral
N3 Metastasis di mediastinum kontralateral, hilus kontralateral,
ipsilateral atau kontralateral sisi tidak sama panjang, atau kelenjar
getah bening supraklavikula
Metastase (M)
M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
Sumber: Purba & Wibisono, 2015
1. Pengkajian
Nama : Tn.S
Usia : 56 th
Status pernikahan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Keluhan utama
Pasien masuk melalui IGD melalui rujukan RS sebelumnya pada tanggal
22-04-2021 pada jam 23.13 wib. Dengan keluhan utama nyeri pada dada meningkat
sejak sejak 8 hari yang lalu, batuk-batuk yang disertai dahak yang kental berwarna
putih, sesak nafas sejak 7 hari yang lalu sebelum masuk RS.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Saat dilakukan pengkajian pada hari kamis tanggal 22-04-2021 ditemukan
keluhan pada pasien nyeri dada sebelah kanan, nyeri terkadang menjalar sampai ke
leher serta belakang telinga, nyeri dirasakan karna beraktifitas, nyeri yang dirasakan
berdenyut dan tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri yang di rasakan hilang timbul,
durasi nyeri lama sekitar 1 jam
TD:130/90 mmHg, Nadi: 92x/menit, RR:24x/menit, Suhu:36oC,Saturasi 95%
4. Riwayat Kesehatan Dahulu:
Pasien sebelumnya sudah pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang
sama dan pasien sebelumnya juga memiliki kebiasaan merokok klien sudah merokok
sejak SMA. Konsumsi rokok pasien dalam sehari sekitar 2 bungkus. klien baru berhenti
merokok 8 bulan terakhir.
5. Riwayat kesehatan keluarga:
Pasien mengatakan saudaranya memiliki penyakit yang sama seperti klien
dan pasien tidak memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, DM dan TB.
6. Pola Aktifitas:
Pola nutrisi
Pasien saat sehat makan sebanyak 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan porsi
sedang dan klien minum air putih sebanyak 8 gelas sehari, saat sakit pasien mendapat
diit ML dari rumah sakit 3x sehari, pasien menghabiskan 1 porsi makanannya dan
pasien minum sekitar 8 gelas sehari.
Pola eliminasi ketika sehat pasien
BAK 6-8x sehari dan BAB 1x sehari, saat sakit klien BAK 5-7x sehari dan
BAB dalam sehari kadang tidak ada.
Pola istirahat dan tidur saat sehat
Pasien tidur 7-8 jam perhari, kualitas tidur baik. Saat sakit ,pasien tidur 8-
10 jam perhari. Pasien sering terbangun dimalam hari.
Pola aktifitas dan latihan saat sehat pasien jarang berolah raga dan banyak melakukan
pekerjaan saja, saat sakit pasien banyak tidur dan istirahat.
7. Pemeriksaan fisik:
Hasil TTV : TD:130/90 mmHg, Nadi: 92x/menit, RR:24x/menit,
Suhu:36oC, Saturasi 95%
Kesadaran : compos mentis.
Kepala dan leher : pembengkakan(-), konjungtiva anemis(-), sclera ikterik(-),
pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening(-).
Sistem pernafasan : hidung simetris, tampak bersih, pernapasan cuping hidung(-),
lesi(-), kesimetrisan kanan lebih cembung dari kiri, pergerakan
dinding dada kanan tertinggal dari kiri, fremitus kanan lemah
dari yang kiri, perkusi kanan redup kiri sonor, auskultasi
bronkovesikuler. Pemeriksaan kardiovaskuler di dapatkan ictus
kordis tidak terlihat dan teraba, serta irama jantung teratur.
Sistem pencernaan : Mukosa mulut kering, bibir pucat, buncit(-), bising usus
15x/menit, Hepar teraba (-), nyeri tekan hepar(-), perkusi
timpani.
Sistem sirkulasi : turgor kulit buruk, tangan kanan dan kiri mengalami oedema.
8. Data psikologis:
Kondisi emosional pasien baik saat di lakukan pengkajian. Selama dirawat di RS
pasien dapat menerima keadaannya dan penyakit yang di deritanya. Pasien
berkomunikasi dengan keluarga menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
9. Data penunjang
Hasil laboratorium :
Hb= 9,8 g/dl (laki-laki 14-18 g/dl)
Leukosit=31.570/mm3 (5000-10.000)
Trombosit 393.000/mm3 (150.000-400.000)
Hematokrit= 31% (laki- laki 40-48)
basofil= 0% (0-1),
eosinofil=0% (1-3),
N. batang=2% (2-6),
N. segmen= 90% (50-70),
limfosit=2% (20-40),
monosit= 0% (2-8),
Glukosa sewaktu= 140 mg/dl (<200)
Hasil rontgen :
10. Terapi
Infuse RL 1000cc/ 24 jam
Injeksi ceftriaxon 2x1gr intravena
Injeksi ranitidine 2x50mg intravena
Injeksi dexsametason 3x5mg intravena
Injeksi lasix 1x20mg intravena
Infus levofloxacin infuse 1x750 mg,
durogesic pacth 50mcg
P.O MST 2x15mg
P.O Prodota 2x110mg
ANALISA DATA
Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna., et all. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr.
Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.
http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf (Diakses pada
15 Januari 2018)
Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus
Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora
pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_2201011
1120052_Lap.KTI_Bab2.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)