Tujuan : Untuk membandingkan efek dari latihan plyometric intensitas rendah dan tinggi selama rehabilitasi
setelah rekonstruksi ACL pada fungsi lutut, metabolisme tulang rawan artikular, dan tindakan klinis lainnya
Metode : 24 pasien yang menjalani rekonstruksi ACL unilateral (rata-rata 14 minggu setelah operasi) diberikan
untuk 8 minggu (16 kunjungan) latihan plyometric intensitas rendah/tinggi yang terdiri dari running, jumping,
and agility activities. Kelompok dibedakan berdasarkan besarnya vertical ground-reaction forces. Pengujian
dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil utama adalah fungsi lutut yang dilaporkan sendiri IKDC.
Secondary outcomes, functional performance (maximal vertical jump and single-legged hop), knee
impairments, and psychosocial status Nilai sebelumnya dan setelah intervensi dibandingkan dengan
kelompok yang digabungkan.
Hasil : Kelompok-kelompok tersebut tidak berbeda secara signifikan dalam perubahan ukuran hasil primer
atau sekunder.. Di seluruh kelompok, perubahan signifikan setelah intervensi meningkat skor IKDC, vertical
jump height, normalized quadriceps strength, quadriceps symmetry index, and knee activity self-efficacy and
decreased average knee pain intensity
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan signifikan yang terdeteksi antara kelompok latihan plyometric intensitas
rendah dan tinggi. Keduanya menghasilkan perubahan positif pada knee function, knee impairments, and
psychosocial status that would support the return to sports participation after ACL reconstruction. Pengaruh
intensitas latihan plyometric pada articular tulang rawan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
ANALISA
PICO
Patiens/Problem
Pasien yang menjalani rekonstruksi ACL dan dari praktik klinis 2 ahli bedah ortopedi bersertifikat di
University of Florida.
Inklusi :
- berusia antara 15 - 30 tahun
- telah menjalani operasi rekonstruksi ACL tidak lebih dari 6 bulan setelah cedera
- berpartisipasi setidaknya 50 jam/tahun aktivitas level 1/2 sebelum cedera (jumping,pivoting)
- +/- 12 minggu setelah operasi : full active knee extension, active knee flexion, pain rating < 2 saat
ADL , dan quadriceps index of 60%
Eksklusi :
- cedera lutut bilateral
- cedera ligamen lutut sebelumnya dan/atau operasi / cedera ligamen bersamaan grade 1
- perbaikan meniscal dan prosedur perbaikan tulang rawan
- komplikasi bedah yang membutuhkan modifikasi rehabilitasi serta penyakit ginjal
Intervention
- leg presses, machine squats, and knee extensions; 3 sets x 10 repetitions each
- flexibility (standing gastrocnemius and quadriceps stretches and long-sitting
hamstring stretches; 2 x 30 seconds each), and
- proprioception (standing on foam or a tilt board; 3 x 30 seconds each).
!Volume latihan dicocokkan dan intensitas, volume, dan tuntutan neuromuskular secara
bertahap ditingkatkan untuk meminimalkan nyeri otot onset dan radang sendi lutut.
Comparison
Primary Outcomes:
1. International Knee Documentation Committee (IKDC) untuk mengukur fungsional knee yang
berhubungan dengan knee symptoms and functional activities.
Secondary Outcomes.
1. Functional performance (maximal vertical jump, single-legged forward hop test, the single-legged
forward hop test was (only performed after the intervention because of safety concerns)
2. knee arthrometer - Anterior knee laxity
3. Numeric Pain Rating Scale (NPRS) - knee pain intensity
4. Isokinetic dynamometer - Knee extensor torque (quadriceps strength)
5. Quadriceps index
6. Tampa Scale for Kinesiophobia (TSK-11) - Kinesiophobia
7. Knee Activity Self-efficacy questionnaire (KASE) - Self-efficacy, or confidence, related to the knee can
facilitate a return to sports
8. Pain Catastrophizing Scale (PCS) - Pain catastrophizing, or negative thoughts about pain.
Kelebihan
- Menggunakan study design RCT
- Kualitas dari jurnal artikel yaitu Q1
- Menampilkan jenis intervensi yang
diberikan dan FITT
- Menggunakan outcome measurement
yang valid dan reliabel
Kelemahan