Anda di halaman 1dari 24

Booklet

Memperkuat Literasi
Digital
oleh
Idei Khurnia Swasti, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Penulis dan Penanggung Jawab Isi Materi
Idei Khurnia Swasti, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Asisten Penulis Materi


Queenta Azzahra Mayo
Sasangka Adhita Nugraha

Desainer dan Penata Letak Booklet


Ibnu Muhammad Tysan

Juli, 2021
DAFTAR ISI
Pengantar:
Pentingnya Literasi Digital 1
Kecakapan Teknologi Informasi dan
Komputer (TIK):
Kemampuan Fungsional 3
Literasi Informasi, Data, dan Media:
Penggunaan Secara Kritis 4
Penciptaan Digital, Pemecahan
Masalah, dan Inovasi
(Produk Kreatif) 8
Komunikasi Digital, Kolaborasi, dan
Partisipasi 9
Pembelajaran dan Perkembangan
Digital:
Pengembangan dalam Dunia
Pendidikan 10
Identitas dan Kesejahteraan Digital:
Aktualisasi Diri di Era Digital 13
Tantangan dalam Promosi
Kesejahteraan Digital 15
Referensi 20
PENGANTAR
Pentingnya
Literasi Digital
Perkembangan dunia di era digital ini berpengaruh pada multi aspek
kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam aspek pendidikan dan
pengajaran, yang tampak dalam performa akademik pelajar/peserta didik.
Penting bagi kita untuk memahami bahwa performa akademik dipengaruhi
oleh beberapa faktor (Ismail, Mahmood, & Abdelmaboud, 2018) yaitu:
1. Penggunaan Teknologi, meliputi penggunaan multimedia dan aplikasi
dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga mencakup kemampuan
pelajar dan pengajar dalam menggunakan teknologi tersebut.
2. Proses interaksi antara setiap elemen dalam proses pembelajaran,
dimana proses interaksi ini meliputi interaksi antara pelajar/peserta
didik dengan pelajar/peserta didik yang lainnya, interaksi
pelajar/peserta didik dengan instruktur atau pengajar, interaksi
antara pelajar dengan content pembelajaran dan interaksi pelajar
dengan interface (antarmuka) papan tulis baik secara tatap muka
(face to face) maupun virtual.
3. Karakteristik internal kelas, berupa metode pembelajaran yang lebih
sering digunakan, tugas dan pekerjaan rumah, gaya pembelajaran,
dan aktivitas kelas .
4. Karakteristik eksternal kelas, meliputi keadaan keluarga, pekerjaan,
dan kesehatan
5. Karakteristik pelajar/peserta didik, meliputi motivasi, attitude, serta
usaha yang dia lakukan.

1
Beberapa profesor/dosen memilih untuk
memposting catatan kuliah mereka di situs Web
kursus mereka atau melalui Learning Management System
(LMS). Beberapa dosen mem-posting catatan sebelum kuliah
sehingga mahasiswa dapat duduk dan mendengarkan di kelas atau
merasa lebih nyaman berpartisipasi dalam diskusi kelas. Sebagian yang lain
mem-posting catatan setelah kuliah sehingga mahasiswa akan memiliki
semua informasi yang ada disajikan di kelas. Hal ini menyebabkan beberapa
kebingungan bagi mahasiswa (Van Blerkom, 2017), terutama mahasiswa
yang tidak familiar dengan metode belajar blended learning.
Salah satu kunci dari lancarnya proses belajar menggunakan metode
blended learning dan online learning, terletak pada usaha peserta didik,
dalam hal ini adalah mahasiswa, untuk mengelola dirinya baik terkait dengan
pengaturan diri maupun pengaturan instrumen yang digunakan.
Self-Regulated Learning (SRL) merupakan proses dimana seorang pelajar
merencanakan, mengatur, dan memonitor pembelajaran mereka sendiri
(Zimmerman, 2008). Tahapan yang dilakukan pada pembelajar dengan
metode SRL yakni dengan mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi, lalu
mencari solusi secara mandiri untuk melewati kesulitan tersebut.
Mari kita cermati mulai dari
Identitas Digital dan
kesiapan kita menguasai teknologi Wellbeing

informasi dan komputer hingga


ia asi a,

Pe

K ca n In
ed r at

m da
re ha o
M Lite i, D

e
as n va

pada penguatan kesejahteraan


i D M si
n as

ig as
da rm

ita al
fo

l, ah,
In

digital kita sebagai muara dari Kecakapan


TIK
seluruh aktivitas digital ini.
Pe an

si an l,
pa d ta
m Pe
d

be n

isi i, gi
rt ras Di
la ge
ja m

Pa bo asi
ra ba

la ik
n ng

Ko mun
Di a
gi n

Ko
ta
l

Gambar disadur dari: http://ji.sc/building-digicap

2
Kecakapan Teknologi
Informasi dan
Komputer (TIK):
Kemampuan Fungsional
KECAKAPAN TIK
Penggunaan peralatan TIK, aplikasi, perangkat lunak, dan
services/operator;
Kapasitas untuk:
Menangani masalah dan kegagalan TIK saat itu terjadi,
dan untuk merancang dan mengimplementasikan solusi
TIK;
Mengadopsi perangkat baru, aplikasi, perangkat lunak;
Tetap up to date dengan TIK yang terus berkembang.
Pemahaman konsep dasar dalam komputasi, pengkodean, dan
pemrosesan informasi.

PRODUKTIVITAS TIK
Penggunaan peralatan TIK untuk bekerja dan mengerjakan tugas
secara efektif, produktif, dan berkualitas;
Kapasitas untuk:
Memilih perangkat, aplikasi, perangkat lunak, dan
sistem yang relevan dengan berbagai tugas, menilai
manfaat dan kendala;
Bekerja dengan lancar di berbagai alat, platform, dan
aplikasi untuk mencapai tugas yang kompleks;
Mengadopsi dan jika memungkinkan, mengadaptasi alat
digital dengan kebutuhan pribadi.

3
Produktivitas TIK berkaitan dengan pemahaman
tentang bagaimana teknologi digital mendukung
produktivitas di tempat kerja, di rumah, dalam kehidupan sosial
dan publik agar kehidupan lebih efektif dan efisien. Misalnya: Google
Docs (dan penawaran Google lainnya dengan manfaat serupa)
memungkinkan kamu membuat dan berbagi dokumen secara online. Google
Docs sangat membantu ketika kamu perlu berkolaborasi dalam proyek
kelompok, makalah penelitian, atau bahan pelajaran. Alih-alih mengirim
dokumen melalui email bolak-balik, semua orang dapat mengerjakan
dokumen yang sama dari lokasi yang berbeda (Downing, 2017).

Literasi Informasi, Data, dan Media:


Penggunaan Secara Kritis
Penelitian dari Stanford University di 2016 menunjukkan bahwa anak
muda mudah tertipu oleh informasi yang salah, terutama ketika datang melalui
saluran media sosial. Kelemahan ini tidak hanya ditemukan di kalangan
remaja. Penelitian dari Universitas New York menemukan bahwa orang yang
berusia di atas 65 tahun berbagi tujuh kali lipat informasi yang salah di
Facebook sebagai rekan mereka yang lebih muda. Semua ini menimbulkan
pertanyaan: Apa solusi untuk problem informasi yang salah ini? Pemerintah
dan platform teknologi tentu memiliki peran dalam membendung gelombang
informasi yang salah. Namun, setiap individu perlu mengambil tanggung
jawab untuk memerangi ancaman ini dengan menjadi lebih melek informasi
(Susman-Peña, Druckman, & Oduro, 2020).

4
LITERASI INFORMASI
Kapasitas untuk:
Menemukan, mengevaluasi, mengelola, menyusun,
mengatur, dan berbagi informasi digital;
Menafsirkan informasi digital untuk tujuan akademik dan
profesional / kejuruan, dan untuk meninjau, menganalisis,
dan menyajikan kembali informasi digital dalam berbagai
pengaturan.
Pendekatan kritis untuk mengevaluasi informasi dalam hal:
Sumber Informasi Relevansi
Nilai Kredibilitas
Pemahaman tentang aturan hak cipta dan alternatif terbuka misalnya
creative commons; kemampuan untuk mereferensikan karya digital
secara tepat dalam konteks yang berbeda.
Sementara internet dapat menjadi alat yang ampuh, literasi informasi
mengharuskan pengguna untuk menyadari gelembung yang dibuat oleh filter
informasi dan oleh aktivitas di lingkaran hubungan sosial mereka sendiri.
Mengingat bahwa siapapun dapat memposting informasi di Internet,
membaca secara kritis sangat penting ketika menilai informasi yang kamu
temui secara online (Downing, 2017). Pahamilah bahwa jejaring sosial
memungkinkan pengguna internet untuk terhubung dengan orang-orang
yang berbagi keyakinan dan nilai yang sama.
Saat dikelilingi oleh orang yang berpikiran sama bisa menghibur, penting
untuk mengingat adanya sudut pandang dan ide yang berbeda atau bahkan
berlawanan dengan apa yang sering kita lihat/temui, yang berbeda itu sering
disembunyikan di luar gelembung berdasarkan algoritma internet (Perdew,
2017). Media sosial seperti Facebook atau Instagram terus menampilkan feed
pada pengguna berdasarkan informasi yang dipersonalisasi dan sesuai
koneksi. Jenis personalisasi ini hanyalah refleksi digital dari koneksi yang
dibuat di dunia nyata. Oleh karenanya, pengguna internet perlu mewaspadai
bias yang diperkenalkan oleh filter ini agar tidak terjebak pada informasi
dengan kebenaran semu.

5
LITERASI DATA
Literasi data adalah kapasitas untuk menyusun, mengelola,
mengakses, dan menggunakan data digital dalam
spreadsheet, basis data, dan format lain, dan untuk menafsirkan
data dengan menjalankan query, analisis data, dan
laporan/reports.
Pemahaman tentang:
Bagaimana data digunakan dalam kehidupan profesional dan
publik;
Pedoman hukum, etika dan keamanan dalam pengumpulan
dan penggunaan data;
Sifat Algoritma
Bagaimana data pribadi dapat dikumpulkan dan digunakan;

Praktik keamanan data pribadi seperti berbagi password dengan orang


terdekat, serta mengunggah foto di dunia maya perlu pertimbangan
mendalam dan sebaiknya dilakukan dengan penuh kesadaran dan
kehati-hatian. Sekalinya sebuah foto diunggah, data tersebut dapat menjadi
konsumsi publik.
Kita perlu memahami kompleksitas proses verifikasi kredibilitas sumber
dengan melihat ke dalam hubungan kekuasaan dan ekonomi di balik informasi
online. Salah satu caranya adalah dengan mengungkap model bisnis dan
sponsor ideologi tertentu. Misalnya, dengan melihat pendapatan yang
diperoleh perusahaan seperti Google, Facebook, Twitter, Apple, dan
Microsoft terima dari mendapatkan data pribadi pengguna mereka sebagai
imbalan atas layanan gratis yang kita dapatkan (Rushkoff, 2016).

6
LITERASI MEDIA
Kapasitas untuk:
Secara kritis, menerima dan menanggapi pesan dalam
berbagai media digital –teks, grafik, video, animasi, audio, dan
lain-lain;
Mengatur, mengedit kembali dan menggunakan kembali
media, memberikan pengakuan kepada penciptanya.
Pendekatan kritis untuk mengevaluasi pesan media dalam hal asal dan
tujuannya penyebarluasannya. Refleksi pada perspektif sendiri dan
kebiasaan konsumsi media sangat penting untuk mengungkapkan bias
pribadi saat menguraikan informasi (Friesem, 2019);

Pemahaman tentang media digital sebagai alat sosial, politik dan


pendidikan, dan produksi media digital sebagai praktik teknis.

Contoh:
Meme berupa gambar maupun video, kita harus bijak dalam
menyebarluaskannya terutama jika menyinggung hal-hal
sensitif;
Tulisan;
Foto;
Video;
Bentuk data lainnya.

7
Penciptaan Digital,
Pemecahan Masalah, dan
Inovasi (Produksi Kreatif)
PENCIPTAAN ATAU KREASI DIGITAL
Kapasitas untuk merancang dan/atau membuat artefak digital baru
dan bahan-bahan seperti penulisan digital, gambar digital, audio
dan video digital, kode digital, aplikasi dan antarmuka, halaman
web.
Pemahaman tentang proses produksi digital, dan dasar-dasar
pengeditan dan pengkodean merupakan upaya penghargaan
terhadap karya diri sendiri dan karya orang lain.

PENELITIAN DAN PEMECAHAN MASALAH DIGITAL


Penggunaan data untuk kepentingan penelitian;
Kapasitas untuk:
Menggunakan bukti digital untuk memecahkan masalah dan
menjawab pertanyaan;
Mengumpulkan dan menyusun bukti baru;
Mengevaluasi kualitas dan nilai bukti;
Membagikan bukti dan temuan menggunakan metode digital.
Pemahaman tentang metode penelitian digital; pemahaman tentang
berbagai alat dan teknik analisis data.

INOVASI DIGITAL
Berkaitan dengan bagaimana inovasi hendak kita kembangkan untuk
persiapan dunia kerja di masa mendatang
Kapasitas untuk mengadopsi dan mengembangkan praktik baru
dengan teknologi digital dalam berbagai pengaturan (pribadi dan
organisasi; sosial dan berbasis pekerjaan); untuk menggunakan
teknologi digital dalam mengembangkan ide, proyek, dan peluang
baru.
Pemahaman tentang inovasi, manajemen perusahaan dan proyek
dalam pengaturan digital.

8
Komunikasi Digital,
Kolaborasi, dan
Partisipasi
KOMUNIKASI DIGITAL
Kapasitas untuk:
Berkomunikasi secara efektif dalam media dan ruang digital
seperti forum berbasis teks, video dan audio online, dan media
sosial;
Merancang komunikasi digital untuk berbagai tujuan dan audiens
serta memahami karakteristik audiens berdasarkan
keragamannya;
Menghormati orang lain dalam komunikasi publik;
Menjaga privasi dalam komunikasi publik;
Mengidentifikasi dan menangani komunikasi digital yang salah
atau merusak, bermanfaat juga untuk menghindarkan kita
menjadi “korban” di jagat digital yang luas.
Pemahaman tentang fitur media digital yang berbeda untuk
komunikasi, dan tentang varietas norma dan kebutuhan komunikasi.
KOLABORASI DIGITAL
Kapasitas untuk:
Berpartisipasi dalam tim digital;
Berkolaborasi secara efektif menggunakan alat dan media digital
bersama
Menghasilkan materi bersama;
Menggunakan alat produktivitas bersama;
Bekerja secara efektif lintas budaya, sosial dan batas linguistik –
think globally!
Pemahaman tentang fitur media digital yang berbeda untuk
komunikasi, dan tentang varietas norma dan kebutuhan komunikasi.

9
PARTISIPASI DIGITAL
Kapasitas untuk:
Berpartisipasi dalam memfasilitasi dan membangun
jaringan digital;
Berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan budaya
menggunakan media dan layanan digital;
Membuat koneksi positif dan membangun kontak jejaring;
Berbagi dan memperkuat pesan di seluruh jaringan;
Berperilaku aman dan etis di lingkungan digital.
Pemahaman tentang bagaimana media dan jaringan digital
mempengaruhi perilaku sosial. Penelitian dalam literasi digital telah
berusaha untuk mengatasi pengembangan alat dan metode untuk
membantu mahasiswa menjadi warga digital yang lebih mampu
menyesuaikan diri dan mahir (Talib, 2018).

Pembelajaran dan Perkembangan Digital:


Pengembangan dalam Bidang Pendidikan
Pertumbuhan dan infiltrasi teknologi ke dalam pendidikan menghadirkan
model baru pembelajaran, yang disebut pembelajaran bauran (blended
learning), yang menggabungkan instruksi konvensional dengan tugas dan
aktivitas online, dan menyediakan lingkungan belajar kolaboratif yang
berpusat pada siswa (Bonk & Graham, 2006). Flipped classroom, sebagai
elemen utama pembelajaran bauran, memungkinkan lebih banyak waktu
belajar kepada mahasiswa sebelum, selama dan setelah kelas (Bergmann &
Sams, 2012). Dengan demikian, peserta didik perlu memahami bahwa
pembelajaran digital merupakan proses yang berkelanjutan, tidak hanya
mengandalkan sesi pertemuan secara sinkronus dengan dosen/instruktur
saja.

10
PEMBELAJARAN DIGITAL
Kapasitas untuk:
Berpartisipasi dan mendapat manfaat dari peluang
pembelajaran digital;
Mengidentifikasi dan menggunakan sumber pembelajaran
digital;
Berpartisipasi dalam dialog pembelajaran melalui media digital
Menggunakan aplikasi dan layanan pembelajaran (pribadi atau
organisasi);
Menggunakan alat-alat digital untuk mengatur, merencanakan
dan merefleksikan pembelajaran;
Merekam peristiwa/data pembelajaran dan menggunakannya
untuk analisis diri, refleksi dan menampilkan prestasi;
Memantau kemajuan sendiri: untuk berpartisipasi dalam penilaian
digital, dan menerima umpan balik digital;
Mengatur waktu dan tugas sendiri, perhatian dan motivasi untuk
belajar dalam pengaturan digital.
Dibutuhkan pemahaman tentang:
Peluang dan tantangan yang terlibat dalam pembelajaran online;
Kebutuhan individual (seperti setting tempat belajar yang
nyaman) dan preferensi sebagai pembelajar digital (misalnya
terhadap akses, media, platform, dan metode pedagogi).
Meskipun teknologi digital canggih tersedia untuk siswa dan mereka
menggunakan internet sehari-hari, mereka masih jarang digunakan di
perguruan tinggi. Memperkenalkan teknologi modern dalam pengajaran tidak
serta merta berkontribusi pada kualitas pembelajaran siswa (Hattie, 2015).
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan organisasi proses
pembelajaran yang memungkinkan pergeseran dari pembelajaran permukaan
dalam memori jangka pendek ke pembelajaran mendalam yang hasilnya
relatif melekat pada individu.

11
Pentingnya pembelajaran permukaan tidak
boleh diabaikan karena tanpanya kegiatan
pembelajaran aktif sering kali gagal memberikan kontribusi
pada hasil belajar siswa. Satu kemungkinan menghubungkan
permukaan dan pembelajaran mendalam adalah penggunaan flipped
classroom. Hasil penelitian Bognar, Sablić, & Škugor (2019) menunjukkan
bahwa flipped classroom dapat diterapkan dalam pendidikan tinggi dengan
asumsi utama bahwa flipped classroom memfasilitasi aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran, terutama secara mandiri di rumah, yaitu sebelum dan
setelah sesi belajar terstruktur dengan instruktur/pengajar/dosen.

PERKEMBANGAN DIGITAL
Kapasitas untuk:
Mendukung dan mengembangkan orang lain dalam pengaturan
yang kaya secara digital;
Mengajar dan bekerja dalam tim pengajaran atau kurikulum,
untuk merancang peluang belajar;
Mendukung dan memfasilitasi pembelajaran;
Menjadi proaktif dalam pembelajaran sebaya, sambil
menggunakan alat dan sumber daya digital yang tersedia secara
efektif.
Pemahaman tentang:
Nilai (values) pendidikan berbagai media untuk pengajaran,
pembelajaran dan penilaian yang berkaitan dengan
pengembangan diri seperti terbuka pada pengalaman baru,
berpikir kritis, peduli dan empati, dan lain-lain;
Values dalam pendidikan mendukung konsep belajar
berkelanjutan sehingga kita paham bahwa pengaturan digital
merupakan alat tempur yang kita gunakan untuk mencapai values
tersebut;
Pendekatan pendidikan yang berbeda dan penerapannya dalam
pengaturan yang kaya secara digital.

12
Melalui pembelajaran bauran (blended
learning), lingkungan penuh stimulasi dapat
diciptakan di mana instruktur/pengajar/dosen tidak hanya
mengarahkan pembelajaran siswa mereka, tetapi juga memotivasi,
melibatkan, dan menyusun alur pembelajaran siswa mereka secara
berkelanjutan (Haghighi, Jafarigohar, Khoshsima, & Vahdany, 2018).

Identitas dan Kesejahteraan Digital:


Aktualisasi Diri di Era Digital
PENGELOLAAN IDENTITAS DIGITAL
Kapasitas untuk:
Mengembangkan dan memproyeksikan identitas digital positif dan
untuk mengelola reputasi digital (pribadi atau organisasi) di
berbagai platform;
Membangun dan memelihara profil digital dan aset identitas
lainnya seperti catatan prestasi;
Meninjau dampak dari aktivitas online;
Menyusun materi pribadi di seluruh jaringan digital karena rekam
digital dapat ditelusuri kapanpun;
Manfaat dan risiko reputasi yang dapat muncul dalam partisipasi
digital seperti unggahan di Instagram, cuitan di Twitter, atau di
utas-utas lainnya yang menampilkan profil digital seseorang;
Reputasi dapat dihancurkan dengan satu “amukan” yang
ceroboh atau, di era digital, dengan satu kecerobohan email,
pesan teks, tweet, atau postingan Facebook/Instagram/TikTok
dan atau media sosial lainnya (Downing, 2017)

13
PENGELOLAAN IDENTITAS DIGITAL
Kapasitas untuk:
Menjaga kesehatan mental pribadi, keselamatan,
hubungan, dan keseimbangan kehidupan
pribadi-kerja/sekolah dalam pengaturan digital;
Mengelola beban kerja dan distraksi digital;
Menggunakan alat digital dalam mengejar tujuan pribadi
(misalnya kesehatan dan kebugaran) dan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan masyarakat;
Bernegosiasi dan menyelesaikan konflik;
Bertindak dengan aman dan bertanggung jawab di lingkungan
digital;
Bertindak dengan kepedulian terhadap lingkungan manusia saat
menggunakan alat digital.
Tujuan penciptaan alat digital adalah untuk mengoptimalkan dan
mendukung efektifitas hidup, sehingga pengembangan karakter positif
“SANG JUARA” menjadi sangat penting karena manusia adalah kunci
dari kebijaksanaan pemanfaatan teknologi.
Terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan digital, pencarian
bantuan (help-seeking) adalah strategi yang unik di antara strategi
pembelajaran karena siswa mungkin merasa bahwa itu menyiratkan bahwa
mereka tidak mampu menyelesaikan tugas akademik tanpa bantuan, yang
dapat mengancam harga diri. Akibatnya, banyak mahasiswa gagal mencari
bantuan yang dibutuhkan, mengingat hal itu memalukan, pengakuan
kekalahan, dan sesuatu yang harus dihindari bila memungkinkan (Karabenick &
Dembo, 2011). Dengan adanya internet, beberapa masalah dapat diselesaikan
dengan mencari bantuan non-sosial. Sebagai contoh, mahasiswa dalam kursus
matematika atau sains dapat mengambil manfaat dari membeli buku ulasan di
marketplace yang memberikan banyak peluang pemecahan berbagai jenis
masalah atau menemukan sumber online yang memiliki reputasi baik (Seli &
Dembo, 2020).

14
Tantangan Dalam Promosi
Kesejahteraan Digital
TANGGUNG JAWAB dan ETIKA
Menggunakan Internet untuk membajak media digital bukanlah
satu-satunya cara orang menyalahgunakan Internet (Perdew, 2017). Salah
satu contoh paling serius dari penyalahgunaan Internet melibatkan intimidasi
online, atau cyberbullying . Perundung ada jauh sebelum Internet, tetapi alat
digital telah memberi mereka lingkungan baru untuk melecehkan korbannya
dalam 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Korban tidak lagi aman di dalam
rumah mereka sendiri, tetapi menjadi sasaran pesan dan gambar kebencian
secara online. Lebih buruk lagi, jika informasi tersebut dibagikan di Internet,
informasi tersebut dapat menjangkau khalayak yang luas dengan sangat cepat
sementara si perundung sering kali tetap anonim. Dampak pada korban luar
biasa, dan peningkatan jumlah korban cyberbullying yang telah melakukan
bunuh diri karena serangan tanpa henti, pun meningkat.
Mahasiswa sering tidak mengerti ketika online, perilaku itu ilegal, tidak etis
atau tidak sehat.
Misalnya pelecehan, cyberbullying, mempermalukan orang lain,
trolling, flaming, dll (Damman, 2019; Lee, 2005).
Akibat ketidakmengertian ini, individu pelaku merasa bahwa
tindakannya tidak mengancam atau merugikan orang lain. padahal
senyatanya tindakan tersebut dapat menimbulkan luka psikologis pada
orang yang terdampak.
Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab hukum untuk menjaga
mahasiswa tetap aman saat online dan untuk mengatasi perilaku online
mereka.
Tanggung jawab untuk menyediakan lingkungan kerja dan belajar
yang aman, dan kebutuhan untuk mempersiapkan lulusan
Ada tumpang tindih antara kemampuan digital dan perkembangan
personal, sosial, dan etika.
Pengembangan karakter positif “SANG JUARA” menjadi sangat penting.

15
KETIDAKADILAN
Mungkin satu-satunya efek terbesar dari teknologi digital,
dan khususnya teknologi seluler, adalah bahwa informasi dapat dibuat
tersedia untuk siapa saja, di mana saja, di belahan dunia manapun.
Bahkan di negara berkembang, yang secara historis memiliki keterbatasan
teknologi informasi, beberapa tahun terakhir telah memasuki era alat
digital/seluler secara meluas (Perdew, 2017). Diantara berkembangnya
demokrasi dari sisi informasi, perlu pertimbangan masalah akses, inklusi
dan kesetaraan sumberdaya dalam pengaturan digital, yang variasinya
beragam.
Teknologi digital juga bisa memperkenalkan jenis ketidakadilan baru.
Universitas memiliki tanggung jawab hukum untuk memastikan
kesetaraan akses untuk semua staf dan siswa.
Teknologi digital dapat memainkan peran penting dalam mengatasi
kesulitan akses.
Butuh upaya mendukung pekerjaan berbasis rumah (work from home)
dan belajar di rumah (school from home) - pengaturan yang jelas
melalui sistem.
Tidak semua staf / mahasiswa memiliki rumah dalam setting digital yang
memadai, dan tidak semua memiliki akses yang sama ke perangkat dan
layanan digital.
Ketidakkonsistenan dalam pengalaman digital mahasiswa, misalnya
pengalaman dalam mata kuliah yang berbeda, memunculkan perbedaan
pengalaman berbeda pula.

16
BEBAN DALAM PERASAAN TERTEKAN
Mahasiswa dan staf dapat menjadi tertekan oleh
beberapa aspek kerja digital.
Untuk staf (termasuk di dalamnya adalah dosen):
Sifat pekerjaan dan beban yang dirasakan secara
administratif;
Pendekatan baru untuk mengajar (sering melibatkan jumlah
siswa yang lebih besar)tanpa persiapan yang memadai atau
pemodelan beban kerja;
Perubahan waktu dan tempat kerja
Tekanan untuk tersedia online setiap saat.
Untuk mahasiswa:
Gangguan dan distraksi belajar oleh media digital;
Paparan di ruang digital bersama yang sulit diikuti;
Rasa takut kehilangan kontak tatap muka dengan dosen dan
teman-teman mereka;
Perasaan sendirian.
Individu perlu menyadari bagaimana keterlibatan mereka dalam
aktivitas di lingkungan digital berdampak pada kesehatan dan
kesejahteraan mereka.
Individu perlu mengambil langkah-langkah untuk menyelaraskan
praktik digital mereka dengan kebutuhan pribadi mereka.
Misalnya: manajemen waktu dan tugas, mematikan perangkat
digital, istirahat, latihan dan olahraga fisik dll

17
KEBERAGAMAN YANG SANGAT CAIR
Ada tumpang tindih antara kemampuan digital
dan keberlanjutan / kesejahteraan lingkungan
di dunia nyata.
Butuh penguatan interaksi tatap muka untuk membantu
penyesuaian dalam keberagaman, serta untuk memfilter
adanya sikap negatif.
Butuh keterbukaan atau open minded-ness pada dunia digital
(dan internet) yang memunculkan jangkauan sangat luas dan
nyaris tanpa batas, namun tetap menjadi ruang yang nyaman
untuk saling berinteraksi dalam keberagaman.
Argumen serupa bisa dibuat untuk hubungan antara kemampuan
digital dan kesadaran multikultural dan global.
Jaringan dan media digital memiliki kapasitas untuk memperkuat
sikap yang ada, termasuk sikap negatif seperti prasangka dan
sikap diskriminatif, melalui efek ‘Echo Chamber’.
Kesadaran multikultural dan global dapat ditantang melalui
pengalaman berkolaborasi online dengan individu dari beragam latar
belakang budaya dan dengan berbagai pendapat dan spesialisasi
subjek.
Pemahaman tentang manfaat dan risiko partisipasi digital dalam
kaitannya dengan kesehatan mental, kesejahteraan, dan kualitas
hidup.
Temukan cara praktis untuk menjaga agar keterampilan dan alat yang
telah kamu pelajari tadi tetap ada untukmu dan membuat hidupmu lebih mudah.
Misalnya, posting daftar situs web pengecekan fakta atau search engine di
“dinding/beranda” akun media sosialmu dan di layar gawaimu agar mudah
kamu akses. Pasang post-it yang mengatakan "Label to Disable" di komputermu.
Setel alarm harian atau pengingat kalender untuk mengembalikan kesadaranmu
tentang jenis informasi yang kamu konsumsi, dan bagaimana cara yang kamu
lakukan.

18
Terakhir, lakukan detoks digital. Habiskan satu hari dalam seminggu
dari layar dan internet, coba bermain media sosial dengan cepat, atau
berlibur dari semua hal digital. Penting untuk memperoleh berita dan
komentar di media sosial dan media online lainnya, namun perlu diingat
bahwa semua media memiliki kepentingan untuk menarik perhatianmu,
yang jika tidak kamu kelola dengan baik, akan menyeret hidupmu ke
dalamnya. Jangan pernah biarkan dirimu menjadi apatis terhadap
perkembangan informasi terkini, tetapi pertahankan pula prioritas dalam
mengakses media digital sesuai porsi kebutuhanmu.

19
REFERENSI
Bergmann, J., & Sams, A. (2012). Flip your classroom: Reach every student in every
class every day. Arlington: International Society for Technology in Education.
Bognar, B., Sablić, M. & Škugor, A. (2019). Flipped learning and online discussion in
higher education teaching. Didactics of Smart Pedagogy,
https://doi.org/10.1007/978-3-030-01551-0_19
Bonk, C. J., & Graham, C. R. (2006). The handbook of blended learning: Global
perspectives, local designs. New Jersey: John Wiley & Sons.
Beetham, H. (2015). Deepening digital know-how: building digital talent (Key issues
in framing the digital capabilities of staff in UK HE and FE). JISC
Dammann, C. M. (2019). How to spot and deal with internet trolls. Social Media for
Medical Professionals, 10(1): 189-202. DOI: 10.1007/978-3-030-14439-5.
Downing, S. (2017). On course: Strategies for creating success in college and in life,
Eighth Edition. Boston (US): Cengage Learning
Friesem, Y. (2019). Teaching truth, lies, and accuracy in the digital age: Media
literacy as Project-Based Learning. Journalism & Mass Communication
Educator 1–14. DOI: 10.1177/1077695819829962
Haghighi, H., Jafarigohar, M., Khoshsima, H. & Vahdany, F. (2018): Impact of
flipped classroom on EFL learners' appropriate use of refusal: achievement,
participation, perception. Computer Assisted Language Learning.
https://doi.org/10.1080/09588221.2018.1504083
Ismail, A. O., Mahmood, A. K., & Abdelmaboud, A. (2018). Factors Influencing
Academic Performance of Students in Blended and Traditional Domains.
International Journal of Emerging Technologies in Learning (iJET) ‒ Vol. 13,
No. 2, 170-187.
Lee, H. (2005). Behavioral strategies for dealing with flaming in an online forum. The
Sociological Quarterly, 46(2): 385-403. DOI: 10.1111/j.1533-8525.2005.00017.x.
NN. (2015). Building digital capabilities: The six elements defined. JISC
http://repository.jisc.ac.uk/6611/1/JFL0066F_DIGIGAP_MOD_IND_FRAME
.PDF
Perdew, L. (2017). Information literacy in the digital age. Minnesota: Abdo
Publishing.
Rushkoff, D. (2016). Throwing rocks at the Google bus: How growth became the
enemy of prosperity. New York, NY: Penguin Books.

20
Seli, H. &. Dembo, M., H. (2020) Motivation and learning strategies for college
success: a focus on self-regulated learning 6th edition. New York: Routledge
Susman-Peña, T., Druckman, M. & Oduro, N., (2020). Fighting misinformation: Digital
media literacy. Virginia (US): The Teaching Company.
Talib, S. (2018). Social media pedagogy: Applying an interdisciplinary approach to
teach multimodal critical digital literacy. E-Learning and Digital Media 0(0) 1–
12, DOI: 10.1177/2042753018756904
Zimmerman, B. J. (2008). Investigating self-regulation and motivation: Historical
background, methodological developments, and future prospects. American
Educational Research Journal vol 45, 166-183.

21

Anda mungkin juga menyukai