Anda di halaman 1dari 13

TEORI PRODUKSI ISLAM

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islam
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Anita Rahmawaty, M.Ag.

Disusun Oleh :
ESRE-5
Meriam Azuni : 1320210193
Choiril Mauludiyah : 1320210194
Himmatul Ulya : 1320210195
Moh. Irkham : 1320210196

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS


JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM / EKONOMI SYARI’AH
TAHUN 2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Produksi merupakan mata rantai konsumsi, yaitu menyediakan barang dan
jasa yang merupakan kebutuhan konsumen. Produksi, distribusi dan konsumsi
sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bias
dipisahkan. Ketiganya memang saling memengaruhi,namun harus diakui
produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan itu. Tidak akan ada distribusi
tanpa produksi.
Pada prinsipnya Islam lebih menekankan berproduksi demi untuk
memenuhi kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi
segelintir orang yang memiliki uang, sehingga memiliki daya beli yang lebih
baik. Karena itu bagi Islam, produksi yang surplus dan berkembang baik
secara kuantitatif maupun kualitatif tidak dengan sendirinya mengindikasikan
kesejahteraan bagi masyarakat.
Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang salin
berkait satu dengan lainya. Kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan
dengan kegiatan konsumsi. Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan
barang dan jasa yang memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen
yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan
moderat, menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhanya, menyediakan
persediaan barang/jasa dimasa depan. Serta memenuhi sarana bagi kegiatan
social dan ibadah kepada Allah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian produksi Islam?
2. Bagaimana tujuan produksi Islam?
3. Bagaimana kegiatan produksi pada masa Rasulullah SAW?
4. Bagaimana formulasi maslahah bagi produsen?
5. Bagaimana hukum penawaran dan penurunan kurva penawaran ?
6. Bagaimana nilai-nilai dalam produksi?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi
Secara umum Produksi merupakan proses untuk menghasilkan suatu
barang dan jasa, atau proses peningkatan utility (nilai) suatu benda. Dalam
istilah ekonomi, produksi merupakan suatu proses kegiatan-kegiatan ekonomi
untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan factor-
faktor produksi (amal/kerja, modal, tanah) dalam waktu tertentu. 1 Produksi
adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian
dimanfaatkan oleh konsumen. Menurut Muhammad Rawwas Qalahji
“produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj, yang secara harfiah
dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau
khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyadin min’anashir al-intaj
dhamina itharu zamanin muhaddadin) pelayanan jasa yang jelas dengan
menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang
terbingkai dalam waktu yang terbatas).2
Secara teknis, produksi diartikan sebagai proses mentransformasi input
menjadi output. Beberapa ekonomi muslim memberikan definisi yang
berbeda mengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama, yaitu:
1. Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam sebagai
usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik meterialnya,
tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup
sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan
akhirat.
2. Mannan menekankan pentingnya motif altruism (altruism) bagi produsen
yang islami sehingga ia menyikapi dengan hati-hatu konsep Pareto
Optimality dan Given Demand Hypothesis yang banyak dijadikan sebagai
konsep dasar produksi dalam ekonomi konvensional.
1
Said Sa’ad Marathon, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global, Jakarta: Bestari
Buana Murni, 2007, hm,47
2
Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam, Pustaka Setia : Bandung, 2013, hlm249-250
3. Rahman dalam Anto menekankan pentingnya keadilan dan pemerataan
produksi (distribusi produksi secara merata)
4. UI Haq dalam Anto menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah
memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardhu kifayah,
yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhanya bersifat wajib.
5. Siddiqi mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan
jasa dengan memerhatikan nilai keadilan dan kebajikan/kemanfaatan
(maslahah) bagi masyarakat. Dalam pandanganya, sepanjang produsen
telah bertindak adil dan membawa kebajikan bagi masyarakat, maka ia
telah bertindak islami.
Dari berbagai definisi diatas, maka bisa disimpulkan bahwa
kepentingan manusia, yang sejalan dengan moral Islam, harus menjadi
focus dari kegiatan produksi. Produksi adalah mencari, mengalokasikan,
dan mengolah sumberdaya menjadi output dalam rangka meningkatkan
maslahah bagi manusia. Oleh karena itu, produksi juga mencakup aspek
tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat
pada proses dan hasilnya.3
B. TUJUAN PRODUKSI ISLAM
Produksi adalah kegiatan menciptakan suatu barang atau jasa,
sementara konsumsi adalah pemakaian atau pemnfaatan hasil produksi
tersebut. Kegiatan produksi dan konsumsi meruapakn sebuah mata rantai
yang saling terkait satu dengan lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi
harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi. Apabila keduanya
tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan kegiatan ekonomi tidak akan
berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Produksi sebagai upaya
manusia untuk meningkatkan tidak hanya kondisi materialnya tetapi juga
moralnya dan sebagai sarana untuk mencapai tujuannya di Hari Kiamat
kelak. Hal ini mempunyai tiga implikasi penting:

3
Anita Rahmawaty, Ekonomi Mikro Islam, Kudus: Nora media enterprise, 2011, hlm, 102-
104
Pertama, produk-produk yang menjauhkan manusia dari nilai-nilai
moralnya sebagaimana ditetapkan dalam Al-Qur’an dilarang. Semua jenis
kegiatan dan hubungan industri yang menurunkan martabat manusia atau
menyebabkan dia terperosok ke dalam kejahatan dalam rangka meraih
tujuan ekonomi semata-mata, dilarang juga. Dengan demikian Nabi
Muhammad SAW melarang bebrapa bentuk kegiatan ekonomi tertentu
seperti pelacuran dan pengahsilan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi
tersebut.
Kedua, aspek sosial produksi ditekankan dan secara ketat dikaitkan
dengan proses produksi. Sebenarnya distribusi keuntungan dari produksi
di antara sebagian besar orang dan dengan cara yang seadil-adilnya adalah
tujuan utama ekonomi masyarakat. Sistem ekonomi islam lebih terkait
dengan kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan sistem yang ada
atau dengan berbagai tipe kapitalisme traditional.
Ketiga, masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang terdapat
dalam kaitannya dengan berbagai kebutuhan hidup tetapi ia timbul karena
kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk mengambil
manfaat sebesar-besarnya dari anugrah-anugrah Allah SWT baik dalam
bentuk sumber-sumber manusiawi maupun sumber-sumber alami.
Kemalasan dan kealpaan ini disebut “kezaliman “ atau “kekejaman” dalam
Al-Qur’an. Sebuah hadis Nabi menceritakan bahwa beliau menyerukan :
“Mintalah pertolongan kepada Allah SWT dan jangan merasa tidak
mampu, karena tidak ada sesuatu pun yang tidak mungkin dikerjakan.4
Tujuan seorang konsumen dalam mengonsumsi barang dan jasa
dalam perspektif ekonimi islam adalah mencari mashlahah maksimum dan
produsen juga harus demikian. Dengan kata lain, tujuan kegiatan produksi
adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan maslahah
maksimum bagi konsumen. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi

4
Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam,
Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1995, Hlm 36-37
adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai
bentuk diantaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat
2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya
3. Menyiapkan persediaan barang atau jasa di masa depan
4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada
Allah.5
C. Kegiatan produksi pada masa Rasulullah SAW.
Masyarakat Islam pada dasarnya adalah masyarakat produktif,
sebagaimana telah di tunjukkan dalam sejarah industry pada masa
rasulullah. Menurut Abul Hasan bin Mas’ud Al khuza’ie Al Andalusiy,
seorang penulis muslim dari Tilmizan, Andalusia pada abad ke 14 M,
Masyarakat Madani adalah masyarakat yang produktif. Dalam bukunya
yang berjudul Takhrijud Dalalah As-Syam’iyah Wal’umalat-is-Syar’iyah
(bukti-bukti autentik tentang usaha industry di zaman Rasulullah SAW)
bahwa pada masa rasulullah terdapat kurang lebih 178 buah usaha industry
dan bisnis barang dan jasa yang menggerakkan perekonomian masyarakat
pada masa itu.
Diantara berbagai industry tersebut, terdapat 12 macam yang
menonjol:
1. Pembuatan senjata dan segala usaha dari besi
2. Perusahaan tenun menenun
3. Perusaht aan kayu dan pembuatan rumah/bangunan
4. Perusahaan perhiasan dan kosmetik
5. Arsitektur perumahan
6. Perusahaan alat timbangan dan jenis lainya
7. Pembuatan alat-alat berburu
8. Perusahaan perkapalan
9. Pekerjaan kedokteran dan kebidanan

5
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013, hlm: 232-233
10. Usaha penerjemahan buku
11. Usaha kesenian dan kebudayaan lainnya
Kegiatan produktif adalah ekspresi ketaatan pada perintah Allah.
Tujuan dari syari’at Islam (Maqashid Al-syari’ah) adalah Maslahah
Al-Ibad, sedangkan produksi adalah kegiatan menciptakan barang dan
jasa bagi kemaslahatan umat. Oleh karena itu, juga tidak
mengherankan jika para nabi Allah, sebelum nabi Muhammad SAW
pada dasarnya adalah pribadi-pribadi yang produktif dalam bidang
ekonomi e(disamping berdakwah).
Kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, antara
lain adalah:
1. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal
yang islami, sebagaimana juga dalam kegiatan konsumsi.
2. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek social kemasyarakatan
3. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan saja,
tetapi lebih kompleks.6
D. Formulasi Maslahah bagi Produsen
Dalam konteks produsen yang menaruh perhatian pada profit atau
keuntungan, maka manfaat ini dapat berupa keuntungan material.
Keuntungan bisa digunakan untuk maslahah lainnya, seperti maslahah
fisik, intelektual maupaun social. Untuk itu, rumusan maslahah bagi
produsen, sebagaimana dikemukakan oleh Misanan sebagai berikut:
M=Π+B
Keterangan:
M = Maslahah
Π = Keuntungan
B = berkah
Adapun keuntungan merupakan selisih antara pendapatan total atau
revenue (TR) dengan biaya totalnya atau Total Cost (TC) yaitu:
Π = TR – TC

6
Anita Rahmawaty, Op. Cit. hlm, 102-104
Pada dasarnya berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan
prinsip dan niali islam dalam kegiatan produksinya. Penerapan nialai dan
prinsip islam ini sering kali menimbulkan biaya ekstra yang relative besar
dibandingkan jika mengabaikannya. Disisi lain, berkah yang diterima
merupakan kompensasi yang tiidak secara langsung diterima produsen
atau berkah revenue (BR) dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan
berkah tersebut atau berkah cost (BC) yaitu:
B = BR – BC = - BC
Dalam persamaan diatas penerimaan berkah dapat diasumsikan nilainya
nol atau secara indrawi tidak dapat diobservasi karena berkah memang
tidak secara langsung selalu berwujud material. Dengan demikian,
maslahah sebagaiamana didefinisikan pada persamaan diatas dapat ditulis
kembali menjadi :
M = TR – TC – BC
Dalam persamaan diatas, ekspresi berkah, BC menjadi factor pengurang.
Hal ini dikarenakan berkah tidak bisa datang dengan sendirinya melainkan
harus dicari dan diupayakan kehadirannya sehingga kemungkinan akan
timbul beban ekonomi atau bahkan financial dalam rangka itu. Sebagai
contoh, penerapan prinsip dan nilai halalan thayyibah dalam produksi,
diamana seluruh kegiatan produksi dan input yang digunakanya adalah
legal/resmi dan baik. Pengguanaan illegal logging dalam industry furniture
memang kemungkinan akan memberikan keuntungann yang lebihh besar
dibandingkan jika menggunakan Legal loggin sebab biasanya kayu yang
berasal dari legal logging harganya lebih mahal. Untuk mendapatkan
berkah, produsen muslim rela mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk
membeli kayu yang legal.7
E. HUKUM PENAWARAN DAN PENURUNAN KURVA
PENAWARAN
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran

7
Anita Rahmawaty, Op. Cit, hlm: 110-111
Teori penawaran menjelaskan sifat hubungan antara jumlah tingkat
harga dengan jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen, yang
dikenal dengan hokum penawaran. Penawaran merupakan kekuatan
penting yang menggerakkan pasar. Istilah yang digunakan Ibn
Taimiyyah untuk menunjukkan penawaran ini adalah ketersediaan
barang di pasar, yang dalam pandanganya, penawaran dapat berasal
dari impor dan produksi local sehingga kegiatan ini dilakukan oleh
produsen.
Namun pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran, sebagaimana dikemukakan Misanam adalah sebagai
berikut:
a. Maslahah
Pengaruh maslahah terhadap penawaran, pada dasarnya
tergantung pada tingkat keimanan dan produsen. Produsen
dengan tingkat keimanan ‘biasa’ kemungkinan akan
menawarkan barang dengan kandungan berkah minimum.
Namun, produsen dengan tingkat keimanan yang lebih tinggi
lebih menyukai barang dengan kandungan berkah yang lebih
tinggi. Dengan demikian, jika jumlah maslahah yang
terkandung dalam barang yang diproduksi semakin meningkat,
maka produsen Muslim akan memperbanyak jumlah
produksinya Cateris Paribus, begitu juga sebaliknya.
b. Keuntungan
Keuntungan merupaka bagian dari maslahah karena
keuntungan dapat mengakumulasi modal, yang akhirnya dapat
digunakan untuk berbagai aktiva lainya. Sedangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi keuntungan, sebagaimana
dikemukakan oleh Misanam adalah sebagai berikut:
1. Harga barang
Jika harga barang naik, cateris paribus, maka jumlah
keuntungan per-unit yang akan diperoleh juga akan naik. Hal
ini kemudian akan meningkatkan keuntungan total dan
akhirnya mendorong produsen untuk menaikkan jumlah
penawarannya. Sebaliknya, jika harga turun, maka produsen
cenderung menguragi penawarannya sebab tingkat keuntungan
yang diperolehnya juga akan turun. Besarnya pengaruh harga
terhadap penawaran ini yang menyebabkan para ekonom
Muslim menekankan pentingnya harga yang adil (thaman al-
mitl).
2. Biaya produksi
Biaya produksi jelas menentukan tingkat keuntungan sebab
keuntungan adalah selisih antara penerimaan (revenue) dengan
biaya (cost). Jika biaya turun, cateris peribus, maka keuntungan
produsen akan meningkat dan akhirnya akan mendorongnya
untuk meningkatkan jumlah penawarannya ke pasar.
Sebaliknya, jika harga naik, cateris paribus, maka keuntungan
produsen juga akan menurun dan akhirnya akan mendorong
produsen untuk menurunkan jumlah penawaranya. Biaya
produksi ini akan ditentukan oleh 2 faktor, sebagaimana di
kemukakan oleh Misanam adalah sebagai berikut:
a) Harga Input Produksi
Harga input produksi merupakan komponen utama
dalam biaya produksi. Jika harga input produksi naik,
maka biaya produksi akan terdorong naik pula.
Kenaikan harga input produksi berpengaruh negative
terhadap penawaran, yaitu akan mendorong produsen
untuk mengurangi jumlah penawaranya, demikian juga
sebaliknya
b) Teknologi produksi
Teknologi produksi sangat berpengaruh terhadap biaya
produksi. Teknologi produksi dapat menimbulkan 2
akibat terhadap penawaran suatu barang, yaitu: (1)
produksi dapat ditingkatkan dengan lebih cepat; dan (2)
biaya produksi dapat lebih murah. Dengan demikian,
teknologi produksi dapat meningkatkan efisiensi dan
optimalitas produksi sehingga dengan input yang sama,
maka produktivitas akan lebih tinggi.
2. Penurunan Kurva Penawaran
Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan
antara tingkat harga dengan jumlah produk yang ditawarkan oleh
produsen. Kurva ini menunjukkan respons produsen dalam
memasok outputnya terhadap perkembangan harga produk pasar.
Hukum penawaran diturunkan dari perilaku produsen yang
mengejar maslahah maksimum. Jika harga naik, Cateris paribus
maka jumlah barang yang akan diproduksi yang ditawarkan ke
pasar akan naik, demikian pula sebaliknya.
F. Nilai-nilai Islam dalam produksi
Nilai-nilai yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai
utama dalam ekonomi Islam yaitu: khilafah, adil, dan takaful. Secara lebih
rinci nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi:
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat.
2. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis
3. Memuliakan prestasi/produktivitas
4. Mendorong ukhuwah antar sesame pelaku ekonomi
5. Menghormati hak milik individu
6. Mengikuti syarat sah dan rukun akad/transaksi
7. Adil dalam transaksi
8. Memiliki wawasan social
9. Pembayaran upah tepat waktu dan layak
10. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam islam.8

8
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam,Op.cit hlm: 252
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Produksi adalah mencari, mengalokasikan, dan mengolah sumberdaya


menjadi output dalam rangka meningkatkan maslahah bagi manusia. Oleh karena
itu, produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan output serta
karakter-karakter yang melekat pada proses dan hasilnya.

Tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa


diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:
1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat
2. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya
3. Menyiapkan persediaan barang atau jasa di masa depan
4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, sebagaimana dikemukakan
Misanam adalah sebagai berikut:
1. Maslahah
2. Keuntungan
Nilai-nilai Islam dalam produksi:
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat.
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal.
3. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran.
4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis
5. Memuliakan prestasi/produktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Anita Rahmawaty, Ekonomi Mikro Islam, kudus: Nora media enterprise,


2011
Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem
Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 1995
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013
Said Sa’ad Marathon, Ekonomi Islam Di Tengah Krisis Ekonomi Global,
Jakarta: Bestari Buana Murni, 2007.
Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam, Pustaka Setia : Bandung, 2013.

Anda mungkin juga menyukai