Anda di halaman 1dari 10

INSTRUMENTASI LABORATORIUM KARAKTERISASI BAHAN BAKU

BERDASARKAN POLA RESPIRASI


1. pH meter: menggunakan potensial
elektrokimia antara larutan dalam Tujuan: dapat menentukan laju
elektroda gelas yang diketahui dengan respirasi buah klimaterik dan non
larutan dalam elektroda gelas yg tidak klimaterik, membedakan laju
diketahui, untuk mengukur ph suatu respirasi buah di suhu yang berbeda.
bahan.
2. Hot plate stirrer: dapat dipanaskan dan 1. Respirasi: perombakan senyawa-
hubungan antara dua magnet, untuk senyawa organik (lemak, karbohidrat,
memanaskan dan menghomogenkan protein) oleh O2 menjadi komponen
larutan. yang lebih sederhana seperti CO2, H2O
3. Refraktometer: menggunakan refraksi dan energi. Substrat dioksidasi
cahaya dengan reaksi cahaya menjadi CO2, O2 yang diserap sebagai
polikromatis untuk mengukur nilai oksidator mengalami reduksi menjadi
konsentrasi pada bahan, untuk H2O.
mengukur konsenterasi bahan terlarut 2. Faktor yang mempengaruhi respirasi:
dalam larutan. a. Internal: ketersediaan substrat,
4. Piknometer: membandingkan massa tipe dan umur tumbuhan, jenis
zat dengan volume zat, untuk jaringan, ukuran, pelapis alami.
mengukur massa jenis/densitas b. Eksternal: ketersediaan oksigen,
larutan. suhu, etilen, CO2, kerusakan buah.
5. Alkohol meter: berdasarkan berat jenis 3. Etilen: hormon yang diproduksi buah
campuran antara alkohol dengan air, untuk mempercepat proses
untuk mengetahui kandungan alkohol pematangan, berwujud gas/uap,
dalam larutan. menghambat produksi auksin dan
6. Fruit firmness tester: mengukur menyebabkan daun dan bunga mudah
kedalaman tusukan dari jarum pada gugur.
alat per bobot beban tertentu dalam 4. Klimaterik: produksi etilen dan laju
waktu tertentu, untuk mengetahui respirasinya meningkat saat fase
kekerasan dan daya tahan buah pematangan, dapat dipanen sebelum
terhadap tekanan, serta tingkat fase pematangan karena pematangan
kematangan buah. akan terus berlanjut walaupun telah
7. Oven: menggunakan aliran udara dipetik dari pohon.
panas, untuk sterilisasi dan 5. Non klimaterik: tidak mengalami
pengeringan bahan. peningkatan laju respirasi dan jumlah
8. Desikator: meletakkan bahan pada etilen saat fase pematangan, harus
bagian atas rak dan silica gel pada tetap berada pada pohonnya agar bisa
bawah rak sehingga bahan tidak dapat matang.
menyerap uap air dr lingkungan, 6. Hub. suhu dan laju respirasi: respirasi
untuk menghilangkan kadar air pada termasuk reaksi enzimatik yang
bahan. rentan terhadap perubahan suhu.
9. Timbangan analitik: untuk mengukur Maka, pada suhu rendah respirasi
massa benda dengan ketelitian yang pada buah berjalan lebih lambat
tinggi. dan sebaliknya.
10. Color reader: memaparkan warna 7. KMnO4: mengoksidasi etilen yang
dengan sistem CIE menggunakan 3 menjadi etilen glikol, bersifat oksidator
reseptor warna yaitu L, a, b Hunter, kuat terhadap etilen, berperan dalam
untuk mengukur dan membedakan menunda kematangan buah untuk
warna secara akurat. memperpanjang umur simpan dan
kesegarannya. Digunakan dengan
L: kecerahan berdasarkan warna putih bahan pembawa, misalnya arang aktif,
a: kemerahan atau kehijauan zeolit, batu apung, tanah liat, dan
b: kekuningan atau kebiruan sebagainya.
8. Perlakuan: diletakkan di tempat
tertutup agar gas terperangkap di
daerah sekitar.
9. Prosedur: a. Fisik: penyimpanan di suhu
a. Tempat terbuka: Pisang dan rendah (15°, chilling storage).
jeruk dilabeli dan disimpan di suhu b. Kimia: karbit untuk mempercepat
ruang → Diamati berat, warna, pematangan.
aroma, tekstur, dan tingkat c. Atmosfer terkendali: CAS, MAS,
kerusakan hari ke 0, 2, 4, 6 → pengemasan dengan polietilen.
Daging buah dibelah → Dilakukan d. Pengaturan kelembaban:
mengendalikan kelembaban
pengujian rasa → Hasil.
ruang penyimpanan.
b. Tempat tertutup: Pisang dan
e. Pelapisan kulit buat: dengan wax,
jeruk dilabeli dan disimpan di
gliserol, karagenan untuk
wadah tertutup → Diamati berat,
mengurangi permeabilitas kulit
warna, aroma, tekstur, dan tingkat buah.
kerusakan hari ke 0, 2, 4, 6 → 4. Perlakuan pendahuluan:
Daging buah dibelah → Dilakukan a. Blansir: mengeluarkan udara dari
pengujian rasa → Hasil. bahan, menghambat pencoklatan,
c. Imobilisasi KMnO4: Batu bata memperbaiki palabilitas,
dihancurkan → Ditambahkan melunakkan / melayukan bahan.
larutan KMnO4 lewat jenuh dan b. Perendaman: dengan air kapur,
direndam selama 30 menit → larutan sulvit, asam sitrat (cuka)
Diangin-anginkan → Dibungkus dan garam untuk menghambat
dengan kain saring → Batu bata pencoklatan.
termobilisasi KMnO4. c. KMnO4: menghambat pematangan
d. KMnO4: Pisang dan Jambu karena dapat mengoksidasi gas
etilen menjadi etilen gliserol.
setengah matang dicuci → Dilap →
5. Kerusakan karena suhu:
Dimasukkan ke kardus → Kardus
a. Chilling injury: menyebabkan
dilubangi → Disimpan di suhu
bintik coklat di kulit buah.
kamar → Diamati aroma, tekstur, b. Freezing injury: sel mengalami
warna selama 3 hari → Hasil. dehidrasi karena Kristal es
e. Tanpa KMnO4: Pisang dan Jambu membesar dan metabolisme
setengah matang dicuci → Dilap → berhenti.
Dimasukkan kedalam ember → c. Heat injury: kadar air hilang
Ditutup dengan film dan sehingga kulit layu dan keriput.
dipanaskan hingga film kencang, 6. Karbit: yang bila terkena air / uap air
Dilubangi atas film setiap 2 cm. akan menghasilkan gas asetilin yang
Disimpan pada suhu 14°C → menghasilkan panas dan berfungsi
Diamati aroma, tekstur, warna sama seperti etilen.
selama 3 hari → Batu bata. 7. Blansir: pemanasan dengan suhu
tinggi (80-100°C), menggunakan uap
atau air panas. Tujuannya untuk
menginaktifkan enzim-enzim yang
PENANGANAN SEGAR PRODUK
terdapat dalam buah/sayuran,
HORTIKULTURA
melemaskan bahan pangan,
menurunkan kontaminasi bahan awal,
Tujuan: mengetahui sifat kimia dan menghilangkan kotoran pada
mampu menerapkan perlakuan permukaan bahan.
pendahuluan produk hortikultura. 8. Derajat brix: menyatakan zat padat
semu yang larut tiap 100 gr larutan.
1. Hortikultura: kegiatan budidaya
Misal: brix nira = 16, maka dalam 100
tanaman di lingkup pekarangan,
gram nira, 16 gramnya merupakan zat
terdiri dari sayuran, buah, tanaman
berkhasiat, tanaman hias, termasuk padat terlarut dan 84 gramnya adalah
juga tanaman air, lumut dan jamur. air.
2. Ciri hortikultura: tidak dapat 9. pH: semakin rendah asam buah maka
disimpan lama, mudah rusak dalam semakin tinggi derajat pHnya, dan
pengangkutan, melimpah pada musim berlaku sebaliknya.
tertentu dan langka pada musim 10. Asam askorbat: semakin tinggi
tertentu, Fluktuasi harganya tajam. vitamin C maka pHnya akan semakin
3. Penanganan segar:
rendah dan total asamnya semakin c. Blansir: Buncis setengah matang
tinggi. dipotong ujungnya → Disisihkan
𝑉𝑖𝑡 𝐶 = 𝑚𝑙 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑛 × 0,88 × 𝑃 ×
100 kulitnya → Dipotong 1 cm →
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Sipanaskan air dalam panci sampai
11. Total asam: semakin tinggi total asam
suhu 85°C → Dimasukkan kedalam
pada buah maka pH akan semakin
air mendidih selama 5 menit →
rendah (asam).
𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑃 × 192
Diamati aroma, warna, tekstur →
𝑇𝐴𝑇 (%) =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
× 100% Hasil.
12. CAS: penyimpanan buah dan sayur d. Blansir dengan perendaman air
pada atmosfer dengan CO2 tinggi dan kapur: Pepaya setengah matang
O2 rendah dengan kondisi yang telah direndam air kapur →
dipertahankan secara konsisten. Dikupas → Disisihkan kulitnya →
13. MAS: penyimpanan buah dan sayur Dipotong 1 cm → Dipanaskan air
pada atmosfer dengan CO2 tinggi dan dalam panci hingga suhu 85°C →
O2 rendah dengan kondisi diatur Dimasukkan kedalam air mendidih
pada awal penyimpanan / tidak selama 5 menit → Diamati warna,
diatur sama sekali / menggunakan aroma, tekstur → Hasil.
film atau kemasan yang dapat
mengatur komposisi udara di
dalamnya. KARBOHIDRAT
14. Chilling injury: menyebabkan bitnik-
bintik pada kulit, terjadi pencoklatan, Tujuan: menguji kadar daya serap,
gluten dan gelatinisasi pada tepung
pengembangan cita rasa dan bau
umbi-umbian dan serealia serta
menyimpang. Contoh: pisang dan
mengidentifikasi atau mengetahui
tomat tidak boleh disimpan di kulkas
bahan yang mengandung karbohidrat
yang terlalu dingin.
dan tidak mengandung karbohidrat.
15. Freezing injury: menyebabkan
dehidrasi dan pengeringan sel, 1. Karbohidrat: sumber energi, menjaga
rusaknya protein dan enzim sehingga keseimbangan asam basa di dalam
metabolisme terhenti. tubuh, berperan dalam metabolisme
16. Heat injury: menyebabkan kulit tubuh, membentuk struktur sel
mengeriput dan layu. dengan mengikat protein dan lemak.
17. Perlakuan: kalibrasi pH meter dan 2. Monosakarida: karbohidrat sederhana
refraktometer, membersihkan prisma dengan 5 atau 6 atom karbon dalam
refraktometer, pemberian larutan pati setiap molekulnya. Contoh: glukosa
1% sebagai indikator perubahan warna dan fruktosa.
pada proses titrasi pengukuran asam 3. Disakarida: terbentuk saat dua
askorbat, pemberian PP 1% sebagai monosakarida mengalami reaksi
kondensasi yang melibatkan
indikator perubahan warna pada
terlepasnya molekul kecil seperti air.
proses titrasi pengukuran total asam,
Contoh: sukrosa, maltosa, laktosa.
memegang Erlenmeyer dan kran buret
4. Polisakarida: polimer karbohidrat
dengan benar, dimana tangan kanan yang berbobot molekul tinggi karena
menggoyang Erlenmeyer perlahan tersusun atas lebih dari sepuluh unit
untuk menjaga kehomogenan larutan monosakarida pada setiap molekulnya.
dan tangan kiri mengatur keluarnya Contoh: pati pada umbi-umbian.
titran. 5. Penepungan: penghalusan bahan
18. Prosedur: padat dengan kerja mekanis menjadi
a. Tanpa karbit: Pisang mentah partikel-partikel yang lebih kecil.
disimpan dalam kardus → Diamati Biasanya, bahan tersebut dikeringkan
aroma, tekstur, warna selama 3 terlebih dahulu sebelum diperkecil
hari → Hasil. ukurannya dengan menggoyakkannya.
b. Dengan karbit: Pisang/jambu 6. Uji daya serap: untuk mengetahui
mentah dan karbit disimpan dalam besar daya serap air pada suatu bahan.
Peningkatan daya serap air
kardus → Diamati aroma, tekstur,
disebabkan oleh adanya pati yang
warna selama 3 hari → Hasil.
tergelatinisasi selama proses
pengeringan. Makin tinggi daya
serap air, semakin besar pula 12. Uji karbohidrat:
kemampuan produk menyerap air, a. Molisch: membentuk kompleks
tingkat elastisitas dinding sel juga ungu atau ungu kemerahan.
semakin baik (semakin baik b. Tollens: membentuk cermin perak.
kualitas tepung). c. Fehling: fehling a berwarna biru, b
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑚𝑙) =
𝑚𝑙 𝑎𝑖𝑟
× 100% bening. Jika positif kompleks
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑝𝑢𝑛𝑔
warnanya biru tua.
7. Gelatinisasi: pembentukan gel akibat d. Selwanoff: membentuk kompleks
pembengkakan granula pati akibat merah ceri.
penyerapan air, terjadi karena e. Iodin: membentuk kompleks biru
kerusakan ikatan hidrogen yang kehitaman.
berfungsi untuk mempertahankan 13. Prosedur:
struktur dan integritas granula pati. a. Gelatinisasi: Timbang bahan →
8. Uji gelatinisasi: untuk mengukur laju Ditambahkan air → Diletakkan di
gelatinisasi pada tepung atau pati. wadah tahan panas → Diaduk
9. Faktor uji gelatinisasi: hingga homogen → Dicatat tekstur,
a. Amilosa dan amilopektin: jika warna, elastisitas → Dipanaskan
kandungannya tinggi, maka → Diaduk hingga terbentuk gelatin
dihasilkan produk yang teksturnya → Dicatat tekstur, warna,
rapuh dan mudah hancur. elastisitas → Didinginkan →
Semakin tinggi kandungannya, Dicatat tekstur, warna, elastisitas
maka semakin tinggi daya → Hasil.
serap (berbanding lurus). b. Daya serap: Timbang bahan →
b. Ukuran partikel: semakin besar Letakkan di mangkok/baskom →
ukuran partikel, maka luas Tambahkan air sedikit demi sedikit
permukaannya akan semakin sambil diuleni hingga kalis →
kecil, sehingga air memerlukan Catat jumlah air yang diperlukan
waktu yang lebih lama untuk → Hitung daya serap → Ulangi
diabsorpsi ke dalam partikel pati untuk tiap tepung → Hasil.
dan sebaliknya. c. Karbohidrat: Bahan diletakkan di
c. Konsentrasi: semakin tinggi piring dan dilabeli → Amati dan
konsentrasi maka gel yang catat warna, penampakan, tekstur,
terbentuk semakin kurang kental dan rasa bahan → Teteskan 2-3
(viskositasnya rendah). tetes iodin → Amati perubahan
d. Suhu: semakin tinggi suhu maka warna → Hasil.
semakin cepat pembentukan gel.
e. pH: semakin tinggi PH maka
semakin cepat pembentukan gel.
LEMAK DAN MINYAK
10. Retrodegradasi: kristalisasi kembali
pati yang mengalami gelatinisasi.
Tujuan: mengetahui sifat fisik minyak
Efeknya yaitu peningkatan viskositas,
dan lemak.
terbentuk kekeruhan, terbentuk
lapisan tidak larut, terjadi presipitasi,
1. Lemak dan minyak: senyawa
terbentuk gel. Pati dengan
trigliserida dari gliserol. Trigliserida
kandungan amilopektin yg tinggi,
merupakan hasil kondensasi satu
retrodegradasinya lebih lambat
molekul gliserol dan tiga molekul asam
daripada yang amilopektinnya
lemak (umumnya ketiga asam lemak
rendah.
tersebut berbeda-beda) yang
11. Perlakuan:
membentuk satu molekul trigliserida
a. Uji gelatinisasi: pengadukan,
dan satu molekul air. Sebagai sumber
pemanasan sambil diaduk
sehingga terjadi gelatinisasi, energi dan juga membentuk komponen
pengukuran suhu. struktural membran sel.
b. Uji daya serap: penggunaan buret, 2. Minyak berdasarkan kejenuhannya:
penambahan air sedikit-sedikit, a. Asam lemak jenuh (SFA):
pembentukan adonan hingga kalis. memiliki ikatan tunggal pada
c. Uji karbohidrat: pengirisan bahan, rantai hidrokarbonnya, memiliki
pelabelan pada piring plastik, rantai zig-zig yang dapat cocok
penambahan iodin satu sama lain sehingga gaya tarik
vanderwalls tinggi, berwujud bersama minyak pada proses
padat. Tidak adanya ikatan ekstraksi. Zat warna tersebut
rangkap pada rantai karbonnya antara lain α dan β karoten
menyebabkan asam lemak jenuh (kuning), xantofil (kuning
tidak peka terhadap oksidasi dan kecoklatan), klorofil (kehijauan)
pembentukan radikal bebas. dan antosyanin (kemerahan).
Dapat meningkatkan level total b. Hasil degradasi zat warna alamiah:
kolesterol dan kolesterol LDL, warna gelap akibat proses oksidasi
meningkatkan insiden penyakit terhadap tokoferol (vitamin E),
jantung. warna cokelat disebabkan oleh
b. Asam lemak tak jenuh: bahan untuk membuat minyak
mengandung satu ikatan rangkap yang telah busuk atau rusak,
pada rantai hidrokarbonnya, warna kuning umumnya terjadi
tergolong asam lemak rantai pada minyak tidak jenuh.
panjang, banyak ditemukan 8. Odor: terdapat secara alami, terjadi
dalam minyak zaitun, minyak karena pembentukan asam-asam yang
kedelai, minyak kacang tanah, berantai sangat pendek sebagai hasil
minyak biji kapas dan kanola. penguraian dari kerusakan minyak
c. Asam lemak trans: isomer atau lemak, disebabkan oleh
geometris asam lemak tidak jenuh komponen bukan minyak. Contoh: bau
khas minyak kelapa sawit disebabkan
atau isomer cis/trans, terbentuk
oleh betaionone, bau khas dari minyak
saat asam lemak tidak jenuh
kelapa ditimbulkan oleh nonyl
dengan konfigurasi cis yang
methylketon. Sama halnya dengan
terisomerisasi mjd konfigurasi
warna, semakin tinggi nilai
yang menyerupai asam lemak peroksida maka minyak akan
jenuh dibandingkan asam lemak semakin tengik.
tidak jenuh. 9. Bentuk: tak larut dalam air, pada suhu
3. Minyak berdasarkan asalnya: ruang minyak berbentuk cair karena
a. Nabati, contohnya minyak zaitun, rendahnya kandungan asam lemak
kelapa sawit, biji bunga matahari. jenuh dan tingginya asam lemak tidak
b. Hewani, contohnya lemak susu, jenuh serta mempunyai titik leleh yang
lemak sapi, lemak ikan. rendah.
4. Minyak berdasarkan sifat mengering: 10. Indeks refraksi: untuk mengetahui
a. Tidak mengering, contoh: minyak kualitas dan kemurnian suatu cairan.
zaitun, minyak kacang. Semakin tinggi suhu maka nilai
b. Setengah mengering, contoh: indeks bias akan turun perlahan
minyak biji kapas, minyak biji secara linier sehingga kualitas
bunga matahari. minyak kelapa sawit tidak
c. Minyak mengering: mengering jika berubah secara signifikan.
teroksidasi, membentuk selaput 11. FFA: menunjukkan tingkat kerusakan
jika terpapar udara terbuka. minyak goreng akibat pemecahan
Contoh: minyak kedelai, minyak Tryacilglicerol dan oksidasi asam
biji karet. lemak ikatan ganda. Asam lemak
5. Fungsi lemak: bahan bakar metabolik bebas dalam minyak sawit atau
untuk memberikan energi kepada sel minyak kelapa ditetapkan kadarnya
tubuh, komponen pembentuk menggunakan titrasi dengan
insulator, alat angkut vitamin yang menggunakan pereaksi basa yaitu
larut (A, D, E, K), memelihara suhu KOH atau NaOH.
tubuh, komponen pembentuk hormon. %𝐹𝐹𝐴 =
𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
× 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ × 1000
6. Parameter mutu: warna, odour, 12. Pembuatan fatty acid: hidrolisa
bentuk, indeks refraksi, turbidity dengan minyak H2O, hidrolisa minyak
point, FFA, PV, IV. secara enzimatik, hidrolisa secara
7. Warna minyak: langsung dengan mengaktifkan enzim
a. Alamiah: secara alami terdapat lipase.
dalam bahan yang mengandung 13. Perbedaan:
minyak dan ikut terekstrak
1. Protein: polimer yang menyusun lebih
dari separuh bagian komponen dari
sel makhluk hidup, terdiri dari rantai
asam amino yang dihubungkan oleh
ikatan peptida.
2. Asam amino: terdiri dari 4 unsur yang
saling terikat yakni C, H, O, dan N,
memiliki beberapa jenis yang berbeda -
beda. Terdiri dari dua gugus fungsi
14. Perlakuan: disimpan di botol terbuka yaitu – NH2 (amina group) dan –
dan terbuka untuk mengetahui COOH (carboxylic acid group).
reaksinya terhadap oksigen, 3. Sifat protein: murni tidak berbau dan
didiamkan sehari untuk melihat tidak memiliki rasa, bersifat Amfoter,
perbedaan, penetesan sampel pada dapat larut dalam suatu larutan dan
refraktometer dengan menutupi kaca dapat meningkatkan viskositasnya
prisma agar akurat, penggunaan tergantung banyak protein yang
allkohol untuk membersihkan minyak terlarut, dapat mengendap, sensitif
dan sebagai pelarut, pemanasan terhadap perubahan pH, asam, dan
hingga titik didih untuk mengetahui faktor lingkungan lainnya
selisih awal dengan suhu TP, 4. Fungsi protein: sebagai katalis
pendinginan untuk menghitung TP, (enzim), perbaikan dan perawatan
peletakkan thermometer diatas tubuh, pengatur pergerakan,
permukaan, alkohol netral panas pembentuk antibodi, proses informasi.
sebagai pelarut sebelum tahap titrasi, 5. Dalam pembentukan protein, asam
PP untuk indicator warna saat amino akan membentuk ikatan
tercapai titik ekivalen pada titrasi, peptida dengan molekul asam amino
NaOH 0,1 N untuk titrasi dengan lainnya. Peptida terbentuk karena
perubahan warna dari bening ke adanya ikatan antara amida pada
merah muda/merah. gugus amino dengan gugus hidroksil
15. Prosedur: pada molekul lainnya melalui proses
a. Turbidity: Minyak kelapa, kondensasi.
mentega, zaitun → Dimasukkan ke 6. Klasifikasi protein menurut tingkatan
botol → Disimpan dalam botol struktur:
terbuka dan tertutup → Didiamkan a. Primer: terbentuk oleh ikatan
1 hari → Dimasukkan dalam gelas peptide dengan menghubungkan
beaker → Dipanaskan (lemak atau mengikat urutan asam amino
100°C, minyak 80°C) → penyusun protein, ikatan peptide
Ditempatkan termometer pada yang menghubungkan asam amino
gelas beaker → Ditambahkan bersifat kovalen, perbedaan urutan
alkohol panas 50 ml → Didinginkan asam amino akan membentuk jenis
→ Dicatat suhu → Hasil. protein yang berbeda meskipun
b. FFA: Minyak kelapa, mentega, jenis dan jumlah komponen asam
zaitun → Diaduk rata → Ditimbang amino penyusunnya sama.
28 gr → Ditambahkan alkohol b. Sekunder: dibentuk karena adanya
panas 50 ml dan indikator PP 5ml ikatan hidrogen antara hidrogen
→ Dititrasi dengan 0,1 NaOH amida dan oksigen karbonil dari
sampai berubah warna → Dihitung rangka peptida. Struktur sekunder
%FFA → Dicatat → Hasil. utama meliputi α-heliks dan β-
strands. α-heliks: pilinan asam
amino menyerupai spiral, β-sheets:
PROTEIN lembaran yang terbentuk oleh
rantai asam amino yang saling
Tujuan: mengetahui definisi, sifat, berikatan secara paralel maupun
fungsi protein; mengetahui jenis dan antiparallel dan berurutan.
struktur protein; mengetahui c. Tersier: struktur sekunder protein
fenomena denaturasi protein. yang mengalami pelipatan,
memiliki banyak ikatan hidrogen, terjadinya penggumpalan atau
elektrostatik, dan hidrofobik yang koagulasi.
memiliki kekuatan stabil sehingga 11. Penyebab denaturasi:
terjadi konffromasi tiga dimensi a. Fisika: suhu, tekanan,
protein pengadukan.
d. Kuartener terbentuk akibat b. Kimia: pH, pelarut organik, garam
agregasi yang terjadi pada 12. Uji protein:
beberapa polipeptida untuk a. Biuret: reagen biuret terdiri dari
membentuk protein tunggal yang NaOH dan CuSO4 encer, bereaksi
fungsional. dengan ikatan peptida protein pada
7. Klasifikasi protein menurut struktur sampel. Adanya protein sampel
molekulnya: ditunjukkan oleh perubahan warna
a. Globuler: berbentuk bulat atau sampel menjadi ungu. Semakin
elips dengan rantai polipeptida panjang suatu ikatan peptida,
yang berlipat, larut dalam air, maka warna ungu yang terbentuk
asam, basa, atau etanol. Contoh: semakin jelas dan warna semakin
albumin, globulin, protamin, tua.
semua enzim dan antibodi. b. Ninhidrin: untuk mengetahui
b. Fiber: berbentuk serat atau serabut keberadaan asam amino bebas
dengan rantai polipeptida pada sampel, merupakan reagen
memanjang pada satu sumbu, dari triketon siklik yang
memberikan peran struktural atau menghasilkan warna biru-ungu /
pelindung, tidak larut dalam air, biru dan kuning saat bereaksi
asam, basa, maupun etanol. dengan asam amino. Contoh:
Contoh: keratin pada rambut, protein gelatin berwarna kuning
kolagen pada tulang rawan, dan dan pepton biru ungu.
fibroin pada sutera. 13. Prosedur:
8. Klasifikasi protein menurut komponen a. Ninhidrin: Susu sapi / kedelai →
penyusunnya: ditimbang 1 gr → Dimasukkan
a. Sederhana: tersusun atas dalam tabung reaksi → Diaduk dg
komponen 50% Carbon, 7% vorteks → Ditambahkan 5 tetes
hidrogen, 23% oksigen, 16% reagen ninhidrin 0,1% →
nitrogen, dan 0 – 3% belerang. Dipanaskan hingga mendidih →
b. Terkonjugasi: protein yang Diamati perubahan.
sederhana yang terikat dengan b. Biuret: Susu sapi kedelai →
beberapa bahan – bahan non-asam Ditimbang 1 gr → Dimasukkan
amino. Contoh: fosfoprotein, dalam tabung reaksi → Diaduk
lipoprotein, nucleoprotein, dengan vorteks → Ditambahkan 1
glikoprotein, metaloprotein, dan ml NaOH 40% → Diaduk kembali
kromoprotein. → Diamati perubahan.
9. Denaturasi: perubahan struktur c. Kurva standar: Larutan protein
sekunder, tersier, maupun kuartener standar BSA → Dimasukkan ke
pada protein tanpa menyebabkan dalam masing-masing tabung
terjadinya pemecahan ikatan kovalen, reaksi dengan ukuran 0,1; 0,2; 0,4;
dapat mengubah sifat protein alam 0,6; 0,8; dan 1 ml → Diencerkan
menjadi tidak seidentik dengan hingga volume totalnya 4 ml →
jenisnya atau terjadi penurunan dihomogenkan → Ditambahkan 6
fungsi. Contoh: ketika protein yang ml reagen biuret → Homogenkan →
merupakan pembentuk enzim Didiamkan sampel selama 30
mengalami denaturasi, protein menit hingga terjadi perubahan
tersebut akan mengalami penurunan warna ungu → Ukur dan catat
fungsi dan kelarutannya berkurang absorbansi dgn spektrofotometri
dari kondisi sebelumnya. (550 nm) → Dibuat kurva standar
10. Ciri denaturasi: terjadi perubahan konsenterasi proteiin dan
struktur fisik, penurunan aktivitas, absorbansi.
karboksilat) dan beberapa hanya dapat
METABOLIT SEKUNDER larut dalam pelarut organik serta ada
pula yang tidak larut dalam air
Tujuan: Memahami jenis-jenis (polimer). Berfungsi sebagai senyawa
metabolit sekunder dan fungsinya, pelindung tumbuhan dari serangan
memahami aktivitas antioksidan makhluk hidup lain, mempercepat
bahan agroindustri dan fungsinya. polinasi pada tumbuhan hingga
memberikan warna untuk kamuflase
1. Metabolit primer: molekul-molekul dan antibakteri. Senyawa fenolik yang
utama meliputi karbon, nitrogen, dan sering ditemukan dalam tumbuhan
energi yang berperan dalam diantaranya asam galeat, asam
keberlangsungan hidup tumbuhan, ferulat, kuersetin, asam elagat.
dibentuk pada fase pertumbuhan. 7. Alkaloid: mengandung banyak sekali
Contoh: protein, lemak, asam nukleat, nitrogen yang berguna bagi kesuburan
polisakarida. tanaman, dapat melindungi tumbuhan
2. Metabolit sekunder: molekul organik dari hewan herbivora, memiliki pH 7,2
yang tersusun dari sebagian kecil dalam sel sitosol dan 5-6 pada vakuola
karbon, nitrogen, dan energi, tidak (bersifat alkalin). Contoh: kokain yang
mempengaruhi keberlangsungan dihasilkan tanaman koka, nikotin
hidup tumbuhan dan memiliki fungsi yang dihasilkan tembakau dan terong-
yang spesifik dan berbeda-beda pada terongan, morfin yang dihasilkan
setiap tumbuhan, dibentuk saat fase tanaman opium, kafein yang
diam (stasioner). Contoh: flavonoid, ditemukan dalam kopi, kandungan
terpenoid, alkaloid rempah-rempah. Beberapa dapat
3. Perbedaan: dimanfaatkan sebagai bahan pangan
fungsional maupun obat-obatan bagi
kesehatan.
8. Pemanfaatan metabolit sekunder:
a. Pestisida nabati yang ramah
lingkungan dan dihasilkan dari
ekstrak gatubrotemsi (gadung,
akar tuba, brotowali, daun
tembakau dan sirih).
b. Obat diare yang terbuat dari daun
4. Fungsi metabolit sekunder: cincau (Stephania capitata (Blume)
a. Pertahanan dari mikroorganisme Spreng) yang mengandung
pengganggu, tumbuhan competitor, alkaloid, fenol, steroid dan
hewan. triterpenoid serta flavonoid.
b. Pelindung dari sinar UV. c. Suplemen makanan yang berasal
c. Penarik serangga pollinator dan dari kacang-kacangan kaya
hewan penyebar biji melalui antioksidan.
aroma, rasa, warna. 9. Jenis ekstraksi:
d. Interaksi dengan lingkungan. a. Maserasi: ekstraksi sederhana
5. Terpenoid: metabolit sekunder yang dengan perendaman selama 24 jam
tidak larut dalam air, dihasilkan dari dengan pelarut yang tepat. (+)
sintesis asetil-koA dan dibentuk oleh Metode dan bahannya sangat
unit isopren berkarbon lima. Contoh: sederhana. (-) Suhu tinggi dapat
Chrysanthemum dapat menyebabkan merusak karakteristik warna
tremor dan gangguan saraf pada hingga struktur senyawa jika suhu
serangga pengganggu karena tidak dikontrol dengan tepat.
mengandung ester monoterpen atau b. MAE: memanfaatkan gelombang
piretroid sebagai senyawa pelindung mikro, untuk ekstraksi bahan yang
pada tanaman mudah rusak apabila diekstrak
6. Fenolik: senyawa aromatik dengan dengan suhu tinggi.
satu atau lebih gugus hidroksil c. Freezing injury: ekstraksi yang
(polifenol), dapat larut dalam air (asam diberi perlakuan suhu rendah/beku
sebelum pengambilan ekstrak menganalisis data hasil analisis
bahan. Sel-sel dirusak dengan suhu metode evaluasi fenomena perubahan
rendah sekitar -4°C. (+) Tidak karakteristik fisiko kimia akibat
merusak komponen dan warna proses pengolahan.
asal. (-) Memicu inaktif dan
matinya enzim. 1. Roti: bahan pangan berbahan dasar
10. Uji total fenol: dilakukan dengan tepung terigu yang difermentasi
spektrofotometer. dengan ragi roti atau pengembang
𝐶 × 𝑉 × 𝑓𝑝 lainnya dan diolah dengan cara
𝑇𝑃𝐶 =
𝑔 dipanggang.
11. Uji warna: dilakukan dengan 2. Mocaf: tepung hasil olahan singkong
colorimeter. L kecerahan, a kemerahan yang difermentasi sehingga dihasilkan
/ kehijauan, b kekuningan / kebiruan, tepung singkong yang mirip tepung
G chrome, h kepucatan. terigu. Ciri: tidak mengandung gluten,
12. Perlakuan: sortasi, pencucian, memiliki sedikit protein, kaya
pengecilan ukuran, blanching untuk karbohidrat dan serat.
menginaktifkan enzim polifenol 3. Prinsip pembuatan roti: pencampuran,
oksidase dan melunakkan bahan, peragian, pembentukan adonan,
pembekuan, pendinginan, pemanggangan.
penyaringan, penambahan aquades, 4. Sifat fisik roti: warna, aroma, rongga,
infus 24 jam (semakin lama waktu daya kembang, tekstur.
maserasi yang diberikan maka 5. Sifat kimia: protein, karbohidrat,
semakin lama kontak antara lemak, kadar abu, dll.
pelarut dengan bahan yang akan 6. Tekstur: sensasi tekanan saat di mulut
memperbanyak jumlah sel yang atau saat diraba dengan jari, sebagai
pecah dan bahan aktif yang penentu utama kualitas. Tekstur yang
terlarut), memasukkan sirup buah bit baik: lunak, lembut, berpori yang
ke plastik klip, menempelkan sensor dipengaruhi oleh kandungan protein,
colorimeter pada permukaan plastic kadar air, lemak dari bahan dasar, dan
klip. gula agar tekstur roti menjadi lebih
13. Prosedur: empuk.
a. Freeze injury: Buah bit 7. Aroma: sensasi sensoris yang dialami
→Disortasi dan dicuci → oleh indera pembau yang dapat
Dikecilkan ukuran → diblansir mempengaruhi hasil penerimaan
suhu 100°C 5 menit → dibekukan 1 konsumen terhadap suatu produk
hari → ditambahkan akuades makanan. Aroma roti dipengaruhi oleh
100°C → dicampurkan → komposisi tepung dan penggunaan
didinginkan → disaring → sirup ragi.
buah bit dianalisa 8. Volume pengembangan: dipengaruhi
b. Maserasi: Buah bit → Dikecilkan oleh waktu fermentasi dan kandungan
ukuran → Diblansir → protein pada tepung karena tepung
Ditambahkan akuades → terigu mengandung gluten yang tinggi
Dimasukkan ke erlenmeyer → maka volumenya maksimal.
Diinfusi 24 jam → Dianalisa. 9. Warna: dipengaruhi reaksi maillard,
c. Pengujian warna: Sirup buah bit yaitu reaksi browning non enzimatis
→ Dimasukkan dalam plastik klip antara gula pereduksi dengan asam
menggunakan pipet → amino yang menghasilkan warna
Ditempelkan sensor colorimeter kecoklatan ketika mengalami proses
pada permukaan plastik → pemanasan pada suhu di atas 115°C.,
Diamati dan catat. bberkisar antara warna kuning
kecoklatan sampai dengan sedikit
kuning.
SIFAT FISIKO KIMIA ROTI 10. Rongga: dipengaruhi gluten yang
berfungsi untuk memerangkap dan
Tujuan: mengevaluasi fenomena menahan gas sehingga roti dapat
perubahan karakteristrik fisiko mengembang dengan struktur
kimia akibat pengolahan,
berongga-rongga halus dan seragam pada makanan dengan kadar gula
serta tekstur lembut dan elastis, pereduksi dan protein tinggi dengan
sehingga tepung terigu mempunyai suhu di atas 50 °C dan pH antara 4-7.
tekstur yang lebih lunak dibandingkan Dihasilkan warna coklat, yang sering
dengan roti mocaf karena mocaf tidak dikehendaki atau terkadang
memiliki protein glutenin dan gliadin. menunjukkan penurunan mutu
11. Zat gizi: β-karoten, tiamin (vitamin produk akibat pembentukan senyawa
B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, baru dan mutagenik.
serta sejumlah mineral berupa zat 17. Perlakuan: pencampuran bahan,
besi, iodium, kalsium, dan asam amino diuleni hingga kalis, didiamkan 1 jam
tertentu untuk meningkatkan mutu sebelum dioven, dipanggang selama 20
protein bagi tubuh. Kandungan protein menit, penggilingan adonan,
yang terdapat dalam roti mencapai penimbangan.
9,7% 18. Prosedur: Bahan → Dicampur →
12. Karbohidrat: sumber makanan utama Diuleni hingga kalis → Ditambahkan
bagi Saccharomyces cereviceae, garam → Didiamkan 1 jam → Dibagi 3
berperan dalam pembentukan adonan bagian → Digulung dan ditata ke
pada saat proses pemanggangan. loyang → Dioven 20 menit suhu 220°C
Granula-granula pati dalam adonan → Ditunggu hingga dingin → Hasil.
berada diantara lapisan-lapisan film
gluten yang mengelilingi rongga udara
dan kemudian mengalami gelatinisasi
yang mengakibatkan struktur roti
menjadi kukuh, akibatnya apabila
terlalu banyak pati maka roti menjadi
keras.
13. Protein: mengabsorbsi air membentuk
gluten, yaitu jaringan elastis yang
berfungsi menahan gas CO2 yang
dihasilkan pada saat proses fermentasi
yang berperan dalam membentuk
adonan roti, untuk mengembangkan
adonan sehingga perlu ditambahkan
sumber protein lainnya, berpengaruh
pada tekstur dan volume pada roti
yang dihasilkan.
14. Browning non enzimatis: disebabkan
reaksi pencoklatan tanpa pengaruh
enzim, terjadi saat pengolahan akibat
panas, dibagi menjadi dua yaitu
karamelisasi dan reaksi Maillard.
15. Karamelisasi: pencoklatan non
enzimatis yang disebabkan oleh
pemanasan gula (sukrosa) yang
melampaui titik leburnya, contoh:
pada suhu yang tinggi akan dihasilkan
gula berwarna coklat yang memiliki
aroma dan rasa khas (caramel).
Karamelisasi ini menggunakan suhu
diatas 120°C dengan pH kurang dari 3
atau lebih dari 9.
16. Reaksi maillard: terjadi antara
karbohidrat khususnya gula pereduksi
(glukosa, fruktosa, laktosa, dan
maltosa) dengan gugus amina bebas
dari asam amino atau protein, terjadi

Anda mungkin juga menyukai