Anda di halaman 1dari 14

KANDAI

Volume 14 No. 1, Mei 2018 Halaman 91-104

CERITA RAKYAT MAS MERAH: KAJIAN RESEPSI SASTRA


(Mas Merah Folktale: Literary Receptions Study)

Sahril
Balai Bahasa Sumatera Utara
Jalan Kolam (Ujung) Nomor 7, Medan, Indonesia
Pos-el: oksahrilmelayu@ymail.com
(Diterima 17 Januari 2018; Direvisi 17 Mei 2018; Disetujui 21 Mei 2018)

Abstract
The aim of this research is to reveal how the views and perceptions of society on “Mas
Merah” folklore. Through the theory of literary reception with qualitative descriptive
method. Literary receptions are studies of texts dotted to reader as a reactor or
commentary on the literary text. The meaningful reader is a variable of space, time, and
socio-cultural group. That means every literary work is not the same as reading,
understanding, and valuing all the time or in any particular group of people. There were 14
informants who were asked to respond to “Mas Merah” folklore divided into three age
groupings, which consisted of groups of young age, middle age group, and old age group.
Based on the responses and perceptions of the informants, it is found that “Mas Merah”
folklore can be used as a monument in social life, as a socio-cultural document because it
contains local wisdom.
Keywords: “Mas Merah” folktale, literary reception, community response

Abstrak
Fokus penelitian yaitu cerita rakyat “Mas Merah” ini adalah ingin mengetahui
bagaimana pandangan dan persepsi masyarakat terhadap cerita rakyat tersebut. Melalui
teori resepsi sastra dengan metode deskriptif kualitatif. Resepsi sastra adalah kajian teks
yang bertitik-tolak pada pembaca sebagai pemberi reaksi atau komentar terhadap teks
sastra itu. Pembaca yang memberi makna merupakan variabel ruang, waktu, dan kelompok
sosial budaya. Hal itu berarti setiap karya sastra tidak sama pembacaan, pemahaman, dan
penilaiannya sepanjang waktu atau dalam semua kelompok masyarakat tertentu. Ada 14
informan yang dimintai tanggapan terhadap cerita rakyat “Mas Merah” yang dibagi
dalam tiga pengelompokan usia, yang terdiri atas kelompok golongan usia muda, golongan
usia menengah, dan golongan usia tua. Berdasarkan tanggapan dan persepsi informan
diperoleh temuan bahwa cerita rakyat “Mas Merah” dapat dijadikan monumen dalam
kehidupan bermasyarakat, sebagai dokumen sosio-budaya karena mengandung kearifan
lokal.
Kata-kata kunci: cerita rakyat “Mas Merah”, resepsi sastra, tanggapan masyarakat

DOI: 10.26499/jk.v14i1.570
How to cite: Sahril (2018). Cerita rakyat “Mas Merah”: Kajian resepsi sastra. Kandai, 14(1), 91-104 (DOI:
10.26499/jk.v14i1.570)

PENDAHULUAN lingkungannya. Karya sastra


ditampilkan memiliki tujuan dan
Kemajuan peradaban manusia faedah, di samping untuk
tidak bisa lepas dari keberadaan karya menyampaikan pemikiran dan
sastra. Karya sastra adalah hasil tanggapan pengarang terhadap apa yang
pemikiran dari kelompok masyarakat terjadi pada lingkungan si pengarang itu
yang terus berkembang sesuai kondisi sendiri. Karya sastra pada prinsipnya

©2018 Kandai, ISSN 2527-5968 (online), 1907-204X (print)


http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai 91
This is an open access article distributed under the CC BY-NC-SA 4.0 license
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 91-104

merupakan sebuah elemen dari itu dari mulut ke mulut, maka banyak
kebudayaan itu sendiri. Sastra sastra lisan yang memudar karena tidak
merupakan sarana atau media untuk dapat dipertahankan (Asrif, 2014).
menyampaikan sebuah pemikiran Masyarakat Melayu Langkat kaya
ataupun sikap pada masyarakat luas. akan cerita rakyat, sebagaimana pada
Karya sastra yang datang dari pemikiran masyarakat etnis yang lain di nusantara
seorang pengarang tentunya ini. Umumnya cerita rakyat tersebut
mengandung ajaran, pesan, dan aturan- memiliki kemiripan pola dengan cerita
aturan yang terjadi dan berkembang rakyat lainnya di nusantara ini. Menurut
serta berlaku pada masyarakat tersebut. Danandjaja yang mengutip pendapat
Pemikiran mengenai feminisme, Bascom (1997), cerita rakyat dapat
kepemimpinan, pergulatan ideologi, dibagi menjadi tiga, yakni mite,
identitas kultural dan sebagainya legenda, dan dongeng. Pembagian cerita
merupakan beberapa contoh pemikiran rakyat pada tiga kategori ini merupakan
yang terdapat dalam karya sastra cerita. tipe yang ideal, karena di dalam
Hastuti (2015), misalnya, menganalisis kenyataannya banyak cerita rakyat yang
salah satu cerita rakyat Tolaki dan memiliki ciri lebih dari satu kategori.
terungkap bahwa wilayah kerja Berbagai cerita rakyat tersebut
perempuan Tolaki tidak hanya terbatas mengandung dan memiliki nilai-nilai
pada ranah domestik, tetapi juga kultural, religi, pendidikan, sosial, dan
meliputi ranah publik. Sementara itu, lain-lain.
pemikiran tentang feminisme dalam Penelitian terhadap sastra lisan
karya sastra tertuang dalam berbagai dan cerita rakyat Mas Merah ini
cerita rakyat misalnya cerita rakyat dilakukan dengan menggunakan teori
Bugis. Rahmawati (2015) resepsi sastra. Secara umum, resepsi
mengungkapkan bahwa dalam cerita sastra diartikan sebagai tanggapan
rakyat Bugis bisa ditemukan sosok- pembaca pada teks karya sastra. Resepsi
sosok wanita dengan berbagai sastra adalah faham atau aliran yang
kedudukan dan posisi penting seperti mengkaji teks sastra dengan bertitik-
seorang ratu yang memimpin sebuah tolak pada pembaca yang memberi
kerajaan pernah dipegang oleh sosok reaksi atau tanggapan terhadap teks
wanita. Intinya, tidak ada masyarakat sastra. Pembaca selaku pemberi makna
tanpa sastra karena setiap masyarakat adalah variabel menurut ruang, waktu,
yang berbahasa pasti mempunyai sastra dan golongan sosial budaya. Hal itu
sendiri. berarti bahwa karya sastra tidak sama
Sastra lisan terdiri atas bermacam- pembacaan, pemahaman, dan
macam jenis seperti pantun, teka-teki, penilaiannya pada waktu atau
dan lain-lain. Salah satu di antara jenis masyarakat tertentu.
sastra lisan tersebut, adalah cerita Pada penelitian ini pembahasan
rakyat. Pada umumnya, cerita rakyat difokuskan pada permasalahan
berisi mengenai mite, legenda, dan bagaimana resepsi masyarakat terhadap
dongeng. Pada awalnya cerita rakyat cerita rakyat Mas Merah. Melalui hasil
disampaikan lewat media tutur oleh penelitian ini, dapat diketahui
seseorang dalam kelompok kepada pandangan masyarakat terhadap cerita
anggota kelompok tersebut secara lisan Mas Merah, serta dapat pula menjaga
atau dari mulut ke mulut dan dibantu dan melestarikan budaya daerah dalam
dengan alat peraga atau alat pengingat. rangka membina, melestarikan, dan
Dikarenakan penyebaran cerita rakyat mengembangkan khazanah kebudayaan

92
Sahril: Cerita Rakyat “Mas Merah”...

nasional. Sampai saat ini penelitian teks karya sastra yang mereka baca,
cerita rakyat Mas Merah belum pernah sehingga mampu memberikan reaksi
dilakukan. ataupun komentar terhadap teks karya
Penelitian tentang cerita rakyat ini sastra itu. Pradopo (2007) memakai
dianggap penting karena telah banyak istilah “estetika resepsi” atau “estetika
penduduk atau generasi muda yang tanggapan”, maksudnya ialah estetika
tidak mengetahui cerita rakyat tersebut. yang berpunca pada resepsi-resepsi atau
Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya tanggapan-tanggapan pembaca terhadap
media yang lebih menarik perhatian karya sastra.
untuk dibaca ataupun didengar, Menurut (Jauss, 1974), terhadap
misalnya media elektronik, media pembaca itulah khususnya karya sastra
sosial, komik, dan lain-lain. Urgensi tersebut diperuntukkan. Masyarakat
penelitian dan pengkajian terhadap pembaca dalam hubungan segi tiga
cerita rakyat Mas Merah ini adalah antara pengarang atau pencipta, karya
sebagai upaya mendokumentasikan teks sastra, dan masyarakat yang
cerita rakyat tersebut sebagai milik dari membacanya, tidaklah pasif. Dalam
masyarakat Desa Pulau Kampai, kehidupan sejarah pada sebuah karya
Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten sastra tidak terpikirkan sama sekali
Langkat, Sumatera Utara. tanpa adanya partisipasi aktif para
pembacanya. Dalam kehidupan historis
LANDASAN TEORI sebuah karya sastra tidak terpikirkan
tanpa adanya partisipasi aktif para
Teori yang menitikberatkan pada pembacanya. Dalam pandangan Jauss,
aspek pembaca dalam ilmu sastra setiap penelitian karya sastra, mau tidak
dikenal dengan nama teori resepsi, mau harus bersifat sejarah. Tanggapan
pendekatannya disebut dengan pada sebuah karya sastra tidak dapat
pendekatan reseptif. Titik berat pada diteliti atau dikaji apabila terlepas dari
peranan pembaca merupakan satu kerangka sejarahnya yang terwujud
pendekatan pragmatik (Abrams, 1976; dalam horizon harapan masing-masing
Teeuw, 1984). Perhatian pada pembaca. Dalam kaitannya dengan
pentingnya peran pembaca yang pembacalah baru karya sastra bermakna
dijadikan sebagai pemberi makna dan berfungsi. Karenanya, pembaca
terhadap karya sastra merupakan harus bertempat dalam rangka sejarah
perjalanan sejarah ilmu sastra sebagai itu (Teeuw, 1984). Istilah “sejarah”
perkembangan yang baru timbul mengacu pada perubahan sastra sejalan
sesudah tahun 1960 (Teeuw, 1982). dengan perubahan waktu (Wellek &
Analisis resepsi adalah satu sarana atau Warren, 1977). Telah dimaklumi bahwa
alat dalam proses pemberian makna dan karya sastra penilaiannya bergeser
sebagai usaha ilmiah untuk memahami sepanjang zaman (Teeuw, 1984), maka
proses itu. dalam perubahan pemahaman dan
Jauss (1967) menyebut penilaian itu, pembacalah yang
pendekatannya terhadap sastra dengan bertindak sebagai kekuatan penentunya.
rezeptionsasthetik. Junus pada mulanya Resepsi sastra melandaskan
menerjemahkannya dengan istilah dirinya pada teori bahwa sebuah karya
“estetika penerimaan”, kemudian sastra semenjak terbit selalu menerima
menjadi “resepsi sastra” (1985), tanggapan dari pembaca. (Pradopo,
maksudnya adalah tentang bagaimana 2007). Dalam suatu proses semiotik,
sikap pembaca memberikan makna pada dikatakan faktor terpenting dalam

93
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 91-104

kesastraan adalah pembaca. Pembaca penerimaan atau penyambutan oleh


adalah faktor yang sangat penting dan pembaca (Rahmawati, 2008). Dalam
menentukan dalam karya sastra. arti yang lebih luas, resepsi itu dapat
Pembacalah yang menilai, menikmati, diartikan sebagai pengolahan teks, cara
menafsirkan, memahami teks karya atau teknik pemberian sebuah makna
sastra, dan menentukan nasib serta terhadap karya sastra sehingga mampu
peranannya dari segi sejarah dan memberikan tanggapan terhadap karya
estetika (Teeuw, 1984). Tanggapan itu sastra tersebut. Tanggapan yang
bila hanya sekadar mengomentari atau dimaksudkan itu, tidak dilakukan antara
menyukai, reaksi semacam ini tergolong karya sastra dengan seorang pembaca,
reaksi pasif (Jauss, 1974), yaitu tetapi pembacalah sebagai suatu proses
tanggapan yang hanya terbatas pada sejarah, dalam periode tertentu.
bagaimana seorang pembaca memahami
sebuah karya dan melihat hakikat METODE PENELITIAN
estetika yang dikandungnya (Junus,
1985). Bila tanggapan itu sampai Sugiyono (2013) menyatakan
mengambil bentuk menciptakan suatu bahwa terdapat dua jenis penelitian
karya sastra yang “lain”, reaksi serupa yang dibedakan dari tujuan akhirnya.
ini baru merupakan reaksi aktif (Jauss, Dua jenis penelitian tersebut meliputi
1974), yaitu bagaimana seorang penelitian dasar dan penelitian terapan.
pembaca “merealisasikan” apa yang Penelitian dasar kebanyakan dilakukan
dibacanya (Junus, 1985). oleh peneliti akademik di perguruan
Yang dimaksud dengan pembaca tinggi sehingga penelitian ini sering
dalam hubungan ini ialah pembaca yang juga disebut penelitian murni yang
cakap, yang menurut Vodicka mereka hanya bertujuan untuk pemahaman
itu adalah para pakar dan kritikus sastra mengenai suatu masalah yang mengarah
yang dipandang dapat mewakili para pada manfaat teoretis tidak pada
pembaca pada periodenya dan juga para manfaat praktis. Penelitian terapan
ahli sejarah (Pradopo, 2007). Selaku tujuannya tidak hanya untuk memahami
pembaca tempat peneliti adalah sebagai masalahnya, tetapi juga secara khusus
mata terakhir dalam rantai sejarah dan mengarah pada pengembangan cara
ikut dalam proses penilaian (Teeuw, pemecahan masalahnya dengan
1984). Dengan demikian, kedudukan tindakan untuk tujuan praktis bukan
pembaca dan peneliti sebagai pencipta tujuan teoretis.
makna, daya ciptanya dianggap tidak Metode yang dipergunakan pada
kurang daripada kreativitas sang penulis penelitian ini adalah metode deskriptif
(Teeuw, 1982). kualitatif. Metode deskriptif merupakan
Resepsi sastra adalah aliran suatu cara untuk memecahkan
kesusastraan yang mengkaji tentang permasalahan yang menjadi tujuan
teks karya sastra dengan dalam penelitian ini dengan cara
memperhitungkan kehadiran pembaca mendeskripsikan serta menggambarkan
sebagai pemberi tanggapan. Pada saat situasi subjek atau objek penelitian.
memberikan tanggapan sudah tentu berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, di di lokasi penelitian. Metode deskriptif
antaranya faktor ruang, waktu, dan kualitatif menghasilkan pendeskripsian
golongan sosial (Sastriyani, 2001). yang sangat mendalam karena
Istilah resepsi berasal dari recipere ditajamkan dengan analisis kualitatif
(Latin) yang dapat diartikan sebagai sehingga sangat memungkinkan

94
Sahril: Cerita Rakyat “Mas Merah”...

meningkatnya kualitas teknis analisis PEMBAHASAN


data sehingga hasil penelitian pun
semakin berkualitas (Kartodirdjo, Sinopsis Cerita Mas Merah
1980).
Penelitian ini merupakan Pada tahun 1890 ada seorang
penelitian observasi lapangan dengan pemuda bernama Salam tinggal di
melibatkan empat belas informan untuk Serawak Malaysia. Ia mempunyai
diminta memberi tanggapan dan seorang abang yang bernama Amran.
persepsi mengenai cerita rakyat Mas Salam telah menjalin hubungan secara
Merah. Pengumpulan data dilakukan diam-diam dengan gadis bernama
dengan menggunakan instrumen berupa Rukiah. Rukiah adalah seorang gadis
wawancara dibantu dengan alat baik dan berparas cantik. Hubungan
perekam suara. Wawancara merupakan keduanya tidak diketahui oleh orang tua
satu metode penelitian yang bertujuan Salam.
untuk mendapatkan informasi langsung Di pihak lain, ayah Salam ingin
dari informan. Dalam melakukan menikahkan Amran dengan seorang
wawancara ini, disiapkan daftar gadis pilihannya. Ketika usia Amran
pertanyaan agar isu yang akan digali sudah dianggap sudah cukup untuk
tidak ke luar dari konteks. Pertanyaan- menikah, ayah Salam menanyakannya
pertanyaan saat wawancara dilakukan ke Amran. Amran pun tidak menolak
dengan terbuka dan terstruktur keinginan menyetujuinya.
menggunakan laptop dan catatan- Pada waktu itu jodoh seorang
catanan sebagai alat bantu. Teks cerita anak selalu ditentukan oleh orang tua
rakyat Mas Merah dan persepsi mereka. Seorang anak harus mematuhi
masyarakat adalah data utama penelitian kehendak orang tuanya tersebut. Begitu
ini. Penelitian dilakukan di Desa Pulau jugalah yang dialami Amran, dia
Kampai, Kecamatan Pangkalansusu, menerima Rukiah gadis asal Serawak
Kabupaten Langkat. yang merupakan pilihan orang tuanya.
Informan penelitian ditentukan Singkat cerita, dinikahkanlah
dengan mempertimbangkan pemahaman Amran dengan Rukiah. Saat pernikahan
serta kedekatannya dengan cerita Mas mereka, Salam menjadi putus asa.
Merah Peneliti pada mulanya Beberapa waktu kemudian Salam
menelusuri informan, kelompok- menjumpai Rukiah. Kedua insan ini
kelompok, tempat-tempat, atau tidak bisa berbuat apa-apa, harus
peristiwa-peristiwa kunci yang menerima keputusan dan kemauan
mempunyai informasi yang kaya. Dari orang tua mereka. Salam yang tidak
mereka kemudian dipilih sub-sub unit sanggup melihat kekasihnya bersanding
untuk kajian yang lebih dalam. Dengan dengan abangnya sendiri, memutuskan
kata lain, sampel-sampel tersebut dapat pergi dari Serawak. Dalam
dipilih dikarenakan merekalah yang perjalanannya, konon Salam
memiliki banyak pengetahuan dan melemparkan batu sebanyak tiga buah
informasi terhadap fenomena yang di tanah Serawak. Ia berjanji bahwa ia
sedang diteliti oleh peneliti (Arikunto, hanya akan pulang ke tanah Serawak
2006). lagi apabila timbul tiga buah batu yang
dilemparnya itu.
Saat pementasan sandiwara di
daerah Medan Labuhan, dengan
kehendak Tuhan, Salam bertemu

95
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 91-104

dengan Salmah. Salmah adalah Makminias mengatakan bahwa ia tidak


kembang di Medan Labuhan-Belawan. berani membuka hutan ini, justru yang
Ayah Salmah bernama Haji Kasim. Ibu berani itu adalah abang beliau yaitu Haji
Salmah berutang pada seorang Kasim. Haji Kasim adalah ayah Salmah
keturunan India bernama Tambi, namun yang tinggal di Belawan.
ia tidak mampu membayar utangnya. Haji Makminias menjemput Haji
Ayah Salmah menjodohkannya dengan Kasim beserta anaknya Salmah. Namun,
Tambi sebagai upaya untuk menebus di tengah perjalanan mereka dirampok
utangnya yang banyak. Istilahnya penyamun yang dikenal dengan
dikimpoikan. Pendekar Nayan (Pendekar Senayan).
Di saat acara perkimpoian Salmah Mereka diikat di tiang layar. Salmah
dengan Tambi, kelompok pementasan dibawa ke tempat para penyamun dan ia
sandiwara diundang untuk mengisi berteriak meminta pertolongan.
acara tersebut. Salam memainkan biola Saat itu, Salam bersama temannya
sambil menyanyikan sebuah lagu yang Husein sedang melaut di kawasan itu.
berjudul Kau adalah Mas Merahku. Isi Mendengar teriakan seorang wanita,
lagunya adalah: Salam hendak menolong, namun
dihalangi oleh Husein. Karena menurut
Sayang Mas Merah jangan merajuk Husein daerah itu sangat angker.
Mari kemari abang nan bujuk Biasanya orang yang pergi ke sana pasti
Kalau ada penawar yang sejuk tidak bisa kembali pulang.
Racun kuminum haram tak mabuk Keinginan Salam untuk menolong
wanita tersebut tidak bisa terhalangi
Sayang selasih dibawa dulang oleh temannya Husein. Akhirnya
Mekar satu di atas peti terjadilah perkelahian antara Pendekar
Sayang kekasih Mas Merahku Nayan dengan Salam. Akhirnya
sayang Pendekar Nayan kalah dan bertemulah
Biar Bang Salam membawa diri Salam dengan Salmah. Haji Kasim yang
awalnya tidak menyukai Salam
Mendengar syair nyanyian akhirnya berbaik hati.
tersebut, Salmah langsung jatuh Salam pergi ke mana saja dengan
pingsan. Masyarakat sekitar tidak membawa biola. Dan ia selalu
mengetahui bahwa Salmah adalah Mas menyanyikan lagu Kau adalah Mas
Merah yang disebut Salam dalam Merahku. Di daerah itu ada seorang
lagunya. Dalam keadaan putus asa, tauke ikan yang merantau dari Malaysia
Salam pun kemudian pergi ke laut untuk ke Pulau Kampai bernama Tuk Awang
menjadi nelayan di daerah Brandan. Muhammadin. Ia membeli ikan-ikan
Setelah melaut selama berbulan- dari para nelayan dan dikenal dengan
bulan, Salam pun dapat melupakan sifatnya yang baik hati.
Salmah. Di pihak lain, Salmah tidak Salam yang dulunya menjual ikan
menyukai Tambi dan akhirnya mereka di Pulau Sembilan dan Brandan, kini
bercerai. hanya menjual ikannya di Pulau
Pulau Kampai awalnya adalah Kampai. Tanpa diketahui Salam, Tuk
hutan yang lebat. Tidak seorang pun Awang Muhammadin selalu
dari masyarakat Belawan yang berani memperhatikan gelagat Salam yang
membuka lahan hutan Pulau Kampai selalu termenung. Ia juga melihat
tersebut. Orang yang dituakan di daerah hubungan Salam dengan Salmah yang
ini adalah Haji Makminias. Haji sudah serius.

96
Sahril: Cerita Rakyat “Mas Merah”...

Melihat kondisi Salam yang cerita rakyat Mas Merah untuk


demikian, Tuk Awang Muhammadin kemudian dianalisis dan dipaparkan
menanyakan kepada Salam mengapa dia secara deskriptif. Data yang didapat
selalu termenung. Diketahui bahwa pada penelitian ini yakni berupa data
jawaban dari Salam kalau dia sedang persepsi masyarakat Desa Pulau
jatuh hati kepada Salmah. Akhirnya Kampai, Kecamatan Pangkalansusu,
melalui upaya Tuk Awang Kabupaten Langkat terhadap cerita Mas
Muhammadin, Salam dan Salmah Merah
menikah. Empat belas orang informan yang
Pernikahan keduanya telah dimintai tanggapan terhadap cerita
berjalan selama sepuluh tahun tapi rakyat Mas Merah terbagi dalam tiga
belum dikaruniai keturunan. Suatu hari kelompok usia, yaitu kelompok usia
keduanya terkena penyakit cacar. Pada muda, usia menengah, dan usia tua.
tahun 1920 tepatnya pada hari Jumat Hasil yang didapat berupa persepsi
pukul 05.00 pagi Salam meninggal, (tanggapan) 14 orang terhadap cerita
kemudian disusul oleh Salmah pada Mas Merah dalam setiap golongan usia
pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal, yang terdiri atas 4 orang golongan usia
Salam berpesan kepada Husein, tua, 6 orang golongan usia menengah,
temannya, “Kalau nanti aku meninggal dan 4 orang golongan usia muda.
tolong kuburkan aku berdekatan dengan Mereka mengatakan bahwa cerita Mas
kuburan istriku, dan tanamkan bunga Merah memang benar-benar diakui
tanjung di atas nisan kuburan kami keberadaannya di Desa Pulau Kampai.
berdua.” Bunga tanjung yang ditanam Masalah sosial adalah masalah
adalah kisah perjalanan cinta Salam yang terjadi di lingkungan masyarakat.
sebagai tanda antara Semenanjung Dikaitkan dengan cerita rakyat Mas
Malaysia, Medan Labuhan, dan Pulau Merah, permasalahan yang muncul
Kampai. akibat pergeseran dan perubahan
Kejadian ini diceritakan Husein pandangan masyarakat tentang cerita itu
kepada teman-temannya, dan cerita ini sendiri dapat dilihat dari hasil
secara turun-temurun dipercaya oleh wawancara dengan responden yaitu
masyarakat setempat sebagai sejarah bagaimana peran cerita Mas Merah
terjadinya Pulau Kampai. dalam meningkatkan permasalah sosial
di Desa Pulau Kampai. Bahwa cerita
Kajian Resepsi Sastra terhadap Mas Merah sangat berpengaruh dan
Cerita Rakyat Mas Merah meresahkan masyarakat di sana
disebabkan oleh banyaknya orang yang
Penelitian ini merupakan berpandangan bahwa kuburan tokoh
penelitian observasi lapangan dengan utama cerita Mas Merah dapat
melibatkan beberapa masyarakat di mempermudah jodoh dan juga menjaga
Desa Pulau Kampai untuk diminta keharmonisan rumah tangga. Anggapan
memberi tanggapan atas pertanyaan itu berlaku bagi orang yang datang
mengenai cerita rakyat Mas Merah. berziarah di makam Salam dan Salmah.
Dalam melaksanakan penelitian, Kepercayaan tehadap jiwa dan roh
peneliti menggunakan instrumen berupa sangat memengaruhi kehidupan
wawancara dibantu dengan alat manusia. Kepercayaan itu dapat
perekam suara. Beberapa masyarakat dicermati melalui mitos dan legenda.
Desa Pulau Kampai diminta memberi Mitos adalah cerita mengenai dewa
tanggapan atas pertanyaan mengenai dewi dan makhluk luar biasa yang

97
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 91-104

menjadi dasar kepercayaan dan sistem dari agama dan unsur-unsur yang
agama, sedangkan legenda merupakan berasal dari kepercayaan karena unsur-
cerita mengenai kejadian alam, keramat, unsur yang berasal dari kepercayaan itu
pusara, atau kuburan dan pohon yang tetap tidak boleh berlawanan dengan
dianggap berpuaka atau yang berkaitan unsur-unsur yang berasal dari agama.
dengan roh seseorang yang terkenal di Kedua unsur tersebut berkembang dan
tempat tertentu (Roza, 2013). saling menyatu di tengah-tengah
Kepercayaan dalam masyarakat kehidupan masyarakat dan memperkaya
Melayu bukan hanya kepercayan khazanah kebudayaan Melayu.
animisme yang menjadi peninggalan Pada warisan kepercayaan
masa lampau, melainkan juga dalam masyarakat Melayu, terdapat prinsip-
kepercayaan agama Hindu, Budha, dan prinsip yang sama pada setiap suku
Islam yang datang setelahnya. Islam Melayu. Sudah berabad-abad
yang datang terakhir mengakomodasi keberadaan kepercayaan tersebut tidak
semua unsur kebudayaan tersebut secara lagi berfungsi sebagai agama, namun
perlahan, serta melakukan penelusuran tetap hidup pada garis pinggir
terhadap hal-hal yang bertentangan (periphery) peradaban mereka.
dengan Islam (Roza, 2013). Kepercayaan terhadap kuasa-kuasa yang
Pada masyarakat Melayu, yang luar biasa yang dipercayai menguasai
dikatakan dengan kepercayaan tersebut alam sekitarnya ataupun lokasi-lokasi
bukan saja kepercayaan lama yang telah tertentu yang dianggap memiliki
menjadi peninggalan masa silam, pengaruh bagi kehidupan manusia telah
melainkan itu adalah kepercayaan melahirkan bermacam dan berbagai
popular Islam, yakni sebagaian aktivitas bentuk upacara dan sastra lisan
orang Melayu yang berkaitan dengan (Hasbullah, 2010).
kuasa luar. Dalam aktivitas religi orang
Melayu terdapat ada persepsi terhadap Persepsi Cerita Mas Merah
agama resmi yang dianut mereka dan Agama merupakan kepercayaan
kepercayaan tradisi. Persepsi itu terhadap Tuhan melalui ajaran-ajaran
tentunya berbeda dari satu tempat yang terdapat dalam agama itu sendiri.
dengan tempat yang lainnya (Hasbullah, Dengan agama, seseorang dapat
2010). membatasi diri untuk percaya pada hal-
Hubungan antara agama resmi hal yang bersifat takhyul karena dalam
dengan kepercayaan dalam masyarakat agama hal itu ditabukan. Responden
Melayu bisa dilihat dalam berbagai dari Desa Pulau Kampai diberi
upacara yang dilakukan. Paling tidak pertanyaan mengenai kepercayaan
ada tiga unsur yang berkembang dalam masyarakat Melayu terdahulu yang
masyarakat Melayu, yaitu: pertama, memercayai roh leluhur dan pandangan
unsur-unsur yang berasal dari ajaran responden terhadap cerita Mas Merah
agama Islam, kedua, unsur-unsur yang berkaitan dengan posisinya sebagai
berasal dari kepercayaan lama, dan insan yang memiliki agama. Golongan
ketiga, unsur-unsur yang berasal dari usia tua masih mengakui adanya roh-
Islam populer. roh leluhur dan tetap menjaganya,
Ketiga unsur itu memiliki sementara itu golongan usia menengah
hubungan yang erat dan saling terkait. masih memercayai adanya roh-roh
Dalam masyarakat Melayu tidak leluhur dan dua responden golongan
terdapat perbedaan perlakuan yang usia muda tetap mempercayai adanya
tegas antara unsur-unsur yang berasal roh-roh leluhur meskipun pribadi

98
Sahril: Cerita Rakyat “Mas Merah”...

mereka masing-masing tidak setuju dilakukan oleh para peneliti, paling


akan hal itu. tidak dapat dikategorikan ke dalam tiga
Menurut masyarakat golongan tipologi kajian Islam dalam konteks
usia menengah, percaya akan adanya lokal, yaitu yang bercorak sinkretik,
roh-roh leluhur merupakan kepercayaan akulturatif, dan kolaboratif. Corak
adat bukan kepercayaan agama. pertama antara lain dapat dilihat dalam
Kelompok golongan usia muda di Desa kajian yang dilakukan oleh Geertz
Pulau Kampai memercayai adanya roh- (1989), Mahmud Manan (1999), dan
roh leluhur, meskipun itu bertentangan Masyudi (1999). Beberapa kajian yang
dengan kepercayaan mereka masing- secara jelas menggambarkan tentang
masing. Hal itu membuktikan bahwa sinkretisme ialah Andrew Betty (1996),
agama tidak lantas menjadikan Suripan Sadi Hutomo (2001), dan Neils
seseorang terlepas dari memercayai hal Mulders (1999). Corak berikutnya
takhayul karena walaupun bertentangan antara lain dapat dilihat dari kajian
dengan agama masyarakat, mereka Hefner (1985), Woodward (1999),
masih tetap percaya kejadian yang ada Muhaimin AG (2001), Erni Budiwanti
di sekitarnya dengan cara (2000), Masdar Hilmy (2001),
menghubungkannya dengan campur Arifuddin Ismail (2012), Norhasan
tangan leluhur. (2013), Ahmad Kholil (2010), Hikmatul
Percampuran ajaran agama dan Mustaghfiroh dan Muhamad Mustaqim
tradisi lokal sudah lama menjadi objek (2014), dan Roibin (2015). Demikian
kajian, baik dalam tinjauan sosiologis juga pada kajian Hendro Prasetyo
maupun antropologis. Geertz (1992) (1993), Taufik Abdullah (1988), A.
memandang bahwa agama dan budaya Mukti Ali (1980), Nakamura (1983),
berjalan saling berbalas, maksudnya Abdul Munir Mulkhan (2000), Noerid
pada satu sisi agama memberi pengaruh Halui Radam (2001), dan Bartholomew
terhadap budaya dan pada saat yang (2001), sedangkan corak ketiga diwakili
sama budaya juga memengaruhi agama. oleh kajian yang dilakukan oleh Nur
Sehingga berangkat dari sinilah Syam (2005). Kolaboratif Islam berada
terjadinya keragaman dalam pada kategori Islam akulturatif dan
kebudayaan Islam. Pada setiap daerah Islam sinkretik, yaitu hubungan antara
itu mempunyai corak atau ciri khas Islam dan budaya lokal yang bercorak
sendiri. Hal itu tentunya merupakan akulturatif-sinkretik yang merupakan
suatu konsekuensi bagaimana Islam hasil konstruksi bersama antara agen
masuk di daerah tersebut. Clifford (elite-elite lokal) dengan masyarakat
Geertz (1971) melakukan suatu kajian dalam sebuah proses dialektika yang
komparatif Islam di Indonesia dan terjadi secara menerus.
Maroko, temuannya membuktikan Dahsyatnya pengaruh
adanya suatu pengaruh budaya dalam kepercayaan begitu nyata dalam
memahami Islam. Islam di Indonesia kehidupan sehari-hari masyarakat.
menjelma menjadi suatu agama yang Nyaris seluruh aktivitas menggunakan
sinkretik, sementara Islam di Maroko mantra dan meminta bantuan kepada
memiliki sifat yang agresif dan penuh kekuatan gaib yang terdapat di alam
gairah. sekitar tempat tinggal mereka. Hal itu
Penelitian mengenai hubungan tentunya ada hubungannya dengan
antara agama dengan budaya telah pandangan masyarakat terhadap alam
banyak dilakukan oleh para peneliti. sekitar. Masyarakat beranganggapan
Berlandaskan pada penelitian yang bahwa alam sekitar sebagai bagian dari

99
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 91-104

diri dan hidup mereka. Mereka mengakui cerita Mas Merah


beranggapan bahwa, alam bukan hanya berpengaruh terhadap permasalahan
sebagai tempat hidup untuk mencari sosial masyarakat di desa itu. Masalah
nafkah atau rezeki, melainkan juga sosial adalah masalah yang terjadi di
menjadi sumber nilai budaya. lingkungan masyarakat. Dikaitkan
dengan cerita rakyat Mas Merah,
Analisis Persepsi Masyarakat permasalahan yang muncul akibat
pergeseran dan perubahan pandangan
Tanggapan Masyarakat Pulau Kampai masyarakat tentang cerita itu sendiri
Terhadap Cerita Rakyat Mas Merah dapat dilihat dari hasil wawancara
Berdasarkan pernyataan 14 dengan responden tentang peran cerita
informan, diketahui bahwa mereka Mas Merah dalam meningkatkan
menerima cerita Mas Merah di Desa permasalahan sosial di Desa Pulau
Pulau Kampai. Untuk menganalisis Kampai.
tanggapan masyarakat Desa Pulau Pengaruh sosial itu di antaranya
Kampai terhadap cerita Mas Merah dapat menjadi ajaran moral bagi
dapat dilihat hasil tentang persepsi masyarakat, seperti menghormati
(tanggapan) masyarakat terhadap cerita keputusan orang tua, juga menghormati
Mas Merah Diakui oleh setiap golongan saudaranya sendiri. Hal itu dapat dilihat
usia, yakni golongan usia tua (4 orang), pada saat ayah Salam ingin menikahkan
golongan usia menengah (6 orang), dan Amran, abang kandung Salam, dengan
golongan usia muda (4 orang) bahwa Rukiah, kekasih Salam. Akan tetapi,
cerita Mas Merah memang benar-benar demi menghormati ayah dan abangnya,
dipercayai keberadaannya di Desa Pulau Salam rela dan ikhlas menerima
Kampai. kenyataan itu.
Cerita Mas Merah memiliki unsur Karakter Salam yang sempat dua
dokumen sejarah dan sosio-budaya bagi kali putus asa karena cintanya tidak
masyarakat pendukungnya. Selain itu, kesampaian, yaitu dengan Rukiah dan
cerita Mas Merah juga mengandung Salmah, namun dia tetap bertahan
unsur kearifan lokal sehingga cerita dalam kehidupannya. Salam terus
rakyat itu dapat dijadikan monumen berjuang untuk kehidupan pribadinya.
penting dalam perilaku kehidupan Berkat kesabaran dan ketabahannya.
masyarakat pendukungnya. Unsur Salam akhirnya dapat juga
sejarah yang dapat ditelusuri berkaitan mempersunting pujaan hatinya, yaitu
dengan nama-nama tempat, seperti Salmah yang walaupun sudah menjadi
Serawak di Malaysia, Belawan, janda. Karakter itu merupakan pesan
Brandan, dan Pulau Kampai. Secara moral yang sangat bagus bagi generasi
dokumen sosio-budaya, dipercaya sekarang, bahwa dalam hidup ini jangan
bahwa cerita Mas Merah ini merupakan gara-gara putus cinta lalu putus juga
cerita yang mengisahkan terjadinya harapan dalam kehidupan sehari-hari.
daerah Pulau Kampai. Demikian persepsi masyarakat terhadap
pesan moral yang ada dalam cerita Mas
Pengaruh Cerita Merah.
Dari ke 14 responden, dinyatakan Berdasarkan kajian di atas,
oleh 13 responden bahwa cerita rakyat terlihat bahwa pembaca merupakan
Mas Merah tidak berpengaruh terhadap faktor yang hakiki dan menentukan
permasalahan sosial masyarakat Pulau dalam sastra. Pembacalah yang
Kampai, sedangkan 1 responden memberi nilai, menikmati, menafsirkan,

100
Sahril: Cerita Rakyat “Mas Merah”...

dan memahami teks karya sastra, serta bahwa cerita atau keberadaan Mas
memutuskan nasib dan perannya dari Merah tidak meresahkan masyarakat.
segi sejarah dan estetik. Sebagian masyarakat justru meyakini
kalau perjalanan cinta tokoh utama
Pergeseran Persepsi Cerita cerita Mas Merah mampu
Agama merupakan kepercayaan mendatangkan berkah dalam hal jodoh
terhadap Tuhan melalui ajaran-ajaran dan menjaga keharmonisan rumah
yang terdapat dalam agama itu sendiri. tangga.
Dengan agama seseorang dapat Berdasarkan tanggapan dan
membatasi diri untuk percaya pada hal- persepsi informan bahwa cerita Mas
hal yang takhayul karena di dalam Merah memiliki unsur-unsur monumen,
agama hal itu ditabukan. Walaupun dokumen sosio-budaya, dan kearifan
demikian, masyarakat beragama yang lokal. Hal itu dikaitkan dengan sifat dan
berdomisili di Desa Pulau Kampai karakter tokoh cerita, yaitu
masih ada saja yang percaya terhadap menghormati keputusan orang tua dan
takhayul. Persepsi itu terjadi menghargai serta menyayangi saudara
dikarenakan adanya anggapan sebagian kandungnya walaupun putus asa karena
masyarakat yang memandang bahwa cinta, tetapi tidak putus asa dalam
roh leluhur dapat memberikan sesuatu menjalani kehidupannya. Selain itu,
yang diinginkan. ditemukan juga nama-nama tempat
Melalui kisah itu sebagian yang dapat ditelusuri saat ini.
masyarakat, khususnya pemuda dan Kekuatan karakter dan sikap cinta
pemudi yang ingin mendapat jodoh kasih tokoh cerita membuat masyarakat
selalu datang berziarah dan bernazar menganggap bahwa roh leluhur tokoh
agar segera diberi jodoh. Begitu juga cerita dapat membantu keinginan
bagi pasangan suami istri, banyak yang sebagian masyarakat dalam menjalani
datang untuk bernazar agar rumah kehidupannya. Masyarakat juga
tangga mereka harmonis dan penuh menganggap bahwa cerita Mas Merah
cinta kasih sebagaimana yang dialami merupakan sejarah terjadinya desa
oleh Salam dan Salmah. mereka, yaitu Pulau Kamai.
Fenomena itu sesuai dengan
pandangan (Junus, 1985) bahwa DAFTAR PUSTAKA
pembaca memberikan makna terhadap
karya sastra yang dibacanya sehingga Abdullah, T. (1988). Islam dan
dapat memberikan reaksi atau Pembentukan Tradisi di Asia
tanggapan terhadapnya. Pendapat itu Tenggara: Sebuah Perspektif
juga sejalan dengan pandangan (Jauss, Perbandingan. Dalam T. Abdullah
1974) bahwa kepada pembacalah dan S. Siddique (ed.), Tradisi dan
terutama karya sastra itu ditujukan. Kebangkitan Islam di Asia
Tenggara Jakarta: LP3ES, 1988),
PENUTUP 20.

Berdasarkan pembahasan yang Abrams, M.H. (1976). The Mirror and


diuraikan dapat dinyatakan bahwa cerita the lamp: Romantic theory and
rakyat Mas Merah bagi masyarakat critical tradition. London dan
Pulau Kampai sama sekali tidak New York: Oxford University
menimbulkan permasalahan sosial. Press.
Karena masyarakat di sana beranggapan

101
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 91-104

AG, M. (2001). Islam dalam bingkai


budaya lokal potret dari Cirebon. Geertz, C. (1992). Kebudayaan dan
Jakarta: Logos. agama. (Penerjemah Francisco
Budi Hardiman) Yogyakarta:
Ali, A. M. (1980). The evolution of Kanisius. (Karya asli terbit tahun
Islam in Indonesia. Cultures, 7(4), 1966).
109-118.
Hasbullah. (2010). Islam dan Tamadun
Arikunto, S. (2006). Prosedur Melayu. Pekanbaru: LPM Fak
penelitian: Suatu pendekatan Ushuludin UIN SUSKA & YPR.
praktik. (Edisi revisi). Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Hastuti, H.B.P. (2015). Wilayah Kerja
Perempuan Tolaki dalam
Asrif. (2014). Identifikasi, pemetaan, Dongeng “Terambu’uno anolaa
dan pelindungan sastra lokal ranoa”: Kajian Antropologi sastra.
Sulawesi Tenggara. Kandai, Sawerigading Jurnal Bahasa dan
10(1), 127-137. Sastra, 21(1), 137-148.

Bartholomew, J.R. (2001). Alif lam Hefner, Robert W. (1985). Hindu


mim; Kearifan masyarakat Sasak. Javanese: Tengger tradition and
Yogyakarta: Tiara Wacana. Islam. Princeton: Princeton
University Press.
Betty, A. (1996). Adam and Eve and
Vishnu: Syncretism in the Hilmy, M. (2001). Akulturasi Islam ke
Javanese slametan. The Journal of dalam budaya Jawa: Analisis
Anthropological Institute, 2(2), tekstual-kontekstual ritual
271-288. slametan, Jurnal Paramedia, 3(1),
34-83.
Budiwanti, E. (2000). Islam sasak,
Islam wetu versus wetu telu. Hutomo, Suripan Sadi. (2001).
Yogyakarta: LkiS. Sinkretisme Jawa Islam.
Yogyakarta: Bentang Budaya.
Danandjaja, J. (1997). Folklore
Indonesian: Ilmu gosip, dongeng, Ismail, Arifuddin. (2012). Agama
dan lain-lain. Jakarta: Grafiti nelayan: pergumulan Islam
Pers. dengan budaya lokal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Geertz, C. (1971). Islam observed
religious development in Morocco Jauss, H.R. (1967).
and Indonesia. Chicago & “Literaturegeschichte als
London: The University of provokation.” (Artikel yang tidak
Chicago Press. dipublikasikan).

Geertz, C. (1989). Abangan, Santri, _____. (1974). Literary history as a


Priyayi dalam masyarakat Jawa. challenge. Dalam R. Cohen (ed.),
(Penerjemah Aswab Mahasin) New Direction in Literary
Jakarta: Pustaka Jaya (Karya asli History. London: Roudlege &
terbit tahun 1964). Kegan Paul, 11-41.

102
Sahril: Cerita Rakyat “Mas Merah”...

University Press. (Karya asli terbit


Junus, U. (1985). Resepsi sastra . tahun 1983).
Jakarta. Gramedia.
Norhasan. (2013). Tradisi kadiran:
Kartodirdjo, S. (1980). Metode-metode Kajian terhadap pola ritual dan
penelitian masyarakat. makna simbolisnya. Jurnal
Koentjaraningrat (ed.). Jakarta: Teosofi, 2(1), 50-66.
Gramedia.
Pradopo, R.D. (2007). Beberapa teori
Kholil, A. (2010). Seblang dan kenduri sastra, metode kritik, dan
masyarakat Desa Olehsari: Relasi penerapannya. Yogyakarta:
ideal antara Islam dan budaya Pustaka Pelajar.
Jawa di Banyuwangi. El-Harakah,
12(2), 13-13. Prasetyo, H. (1993). Mengislamkan
orang Jawa: Antropologi baru
Manan, M. (1999). Nilai-nilai budaya Islam Indonesia. Jurnal Islamika,
peninggalan Majapahit dalam vol. V(3), 74-84.
kehidupan masyarakat di
Trowulan Mojokerta. Surabaya: Radam, N. H. (2001). Religi orang
Lembaga Penelitian IAIN Sunan bukit. Yogyakarta: Semesta.
Ampel.
Rahmawati. (2015). Tokoh Wanita
Masyudi. (1999). Ziarah ke makam dalam Cerita Rakyat Bugis.
Islam Sunan Ampel Surabaya. Matrasastra Jurnal Ilmiah
Madaniyya, Jurnal Sastra dan Kesasteraan, 2(2)
Sejarah, 2(2), 41-51.
Rahmawati, D.E. (2008). Resepsi cerita
Mulders, N. (1999). Agama, hidup rakyat bledhug kuwu. Skripsi.
sehari-hari dan perubahan Program Sarjana Universitas
budaya. Jakarta: Gramedia Negeri Semarang, Semarang.
Pustaka Utama.
Roibin. (2015). Dialektika agama dan
Mulkhan, A.M. (2000). Islam murni budaya dalam tradisi selamatan
pada masyarakat petani. pernikahan adat Jawa di Ngajum,
Yogyakarta: Bentang Budaya. Malang. Elharakah, 15(1), 34-47.

Mustagfiroh, H. & Mustakim, M. Roza, E.R. (2013). Islam dan tamadun


(2014). Analisis spiritualitas para Melayu. Pekanbaru: Daulat Riau.
pencari berkah (Studi atas
motivasi peziarah di makam Sastriyani, S.H. (2001). Karya sastra
Sunan Kalijaga Kadilangu Perancis abad ke-19 madame
Demak). Jurnal Penelitian, 8(1), bovary dan resepsinya di
143-160. Indonesia. Jurnal
Humaniora,13(3), 252-259.
Nakamura, M. (1983). Bulan sabit
muncul dari balik pohon beringin. Sugiyono. (2013). Metode penelitian
(Penerjemah Yusron Asrofie). pendidikan pendekatan
Yogyakarta: Gajah Mada

103
Kandai Vol. 14, No. 1, Mei 2018; 91-104

kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Teeuw. A. (1984). Sastra dan ilmu


Bandung: Alfabeta. sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Syam, N. (2005). Islam pesisir. Wellek, R. & Warren, A. (1977).


Yogyakarta: LkiS. Theory of literature. New York &
London: HBJ Book.
Teeuw, A. (1982). Khasanah sastra
Indonesia (Cetakan I). Jakarta: Woodward, M. R. (1999). Islam Jawa
Balai Pustaka. kesalehan normatif versus
kebatinan (Penerjemah Hairus
Salim HS). Yogyakarta: LkiS.

104

Anda mungkin juga menyukai