Modul 3
Modul 3
Penulis:
RAMSUL NABABAN
ii
KATA PENGANTAR
i
Keilmuan Kewarganegaraan Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, dan KB 4
membahas tentang Isu-isu Kewarganegaraan.
Penyelesaian Modul 3PPG PPKn tahun 2020 yang berjudul : Konsep Dasar
Keilmuan Kewarganegaraan, tidak luput dari dukungan, bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama proses
pengerjaan modul ini:
1. Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta
jajarannya.
2. Penyelia Modul PPG PPKn 2020 Prof. Dr. Sapriya, M.Ed dan Dr.
Mohammad Mona Adha, M.Pd.
3. Rektor Universitas Negeri Medan beserta jajarannya.
4. Tim Modul PPG PPKn 2020
5. Keluarga dan teman sejawat di Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.
Terlalu banyak yang telah penulis terima dari mereka semua, semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberikan imbalan yang lebih baik dari yang telah mereka
berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih memerlukan
masukan dan kritikan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis
sangat menerima adanya kritik dan saran konstruktif untuk meningkatkan kualitas
penulisan modul PPG PPKn ini di masa yang akan datang, dengan harapan modul
ini dapat menjadi bermanfaat bagi kita semuanya. Amiin
Penulis
ii
KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR, PRINSIP DAN
PROSEDUR PEMBELAJARAN PPKn
iii
DAFTAR ISI
B. INTI ............................................................................................................. 3
1. Capaian Pembelajaran ......................................................................... 3
2. Uraian Materi ....................................................................................... 4
a. Konsep Dasar PPKn ........................................................................... 4
b. Prinsip Pembelajaran PPKn ............................................................. 14
c. Prosedur Proses Pembelajaran PPKn ............................................... 18
C. PENUTUP ................................................................................................. 28
1. Rangkuman ......................................................................................... 28
2. Tes Formatif ........................................................................................ 29
3. Daftar Pustaka .................................................................................... 33
iv
v
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar satu secara umum akan membahas tiga kata kunci penting
yaitu konsep dasar, prinsip, dan prosedur pembelajaran PPKn yang secara
komprehensif dapat mengembangkan kompetensi utuh guru PPKn dari sudut
kemampuan saintifiknya atau pedagogis Atau dalam kata lain ketiga kata kunci ini
pada dasarnya adalah bekal awal bagi guru PPKn untuk secara baik menguasai
pembelajaran PPKn dari segi keilmuannya. Secara khusus kegiatan belajar ini
membantu guru PPKn untuk memahami dan mampu mengaplikasikan
pembelajaran PPKn secara baik dilihat dari sudut perspektif konsep, prinsip, dan
prosedur pembelajarannya.
2. Relevansi
Modul 3 yang membahas tentang konsep dasar keilmuan PPKn pada diklat
Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan ini sangat penting dan relevan
menjadi mata latih peserta PPG dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah
satu kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru PPKn yang
profesional adalah pemahaman tentang konsep dasar keilmuan PPKn terutama
dalam kaitanya dengan mengenali konsep dasar, prinsip, dan prosedur
pembelajaran PPKn, yang memuat nilai, norma, dan moral yang menjadi muatan
kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau pembudayaan dalam konteks
pendidikan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dan
kewarganegaraan di sekolah dan/atau masyarakat, struktur, metode, dan spirit
1
keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik kenegaraan, sejarah perjuangan
bangsa, dan disiplin lainnya yang berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 sebagai hukum dasar dan menjadi landasan
konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh serta Isu-isu
dan/atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang ideologi, politik,
hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks
lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), termasuk advance materials. Konsepsi advance materials yang
di maksud, yaitu dengan menguasai materi ataupun bahan ajar yang akan
diajarkan dan menguasai cara untuk membelajarkannya dengan kemampuan
secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek, “apa” (tertuju pada konten),
“mengapa” (sebagai bentuk pemikiran yang filosofis), dan “bagaimana” (wujud
dari penerapan) dalam kehidupan sehari-hari, hal ini sangat berpengaruh dalam
konstelasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 1 (KB 1) ini, ada beberapa hal
yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 1
ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting
dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema cinta tanah air dan bela negara
dengan mencari beberapa referensi yang relevan.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 1 pada modul 1 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 1.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 1 ini.
2
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi dan aplikasi materi bidang studi PPKn yang mencakup:
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau
pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di sekolah dan/atau
masyarakat;
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya yang
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 sebagai hukum dasar dan menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika
dalam keberagaman yang kohesif dan utuh,
c. Isu-isu dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan
dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk advance
materials. Konsepsi advance materials yang di maksud, yaitu dengan
menguasai materi ataupun bahan ajar yang akan diajarkan dan menguasai
cara untuk membelajarkannya dengan kemampuan secara bermakna yang
dapat menjelaskan aspek, “apa” (konten), “mengapa” (filosofis), dan
“bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari;
3
2. Uraian Materi
4
Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Civics menurut Henry Randall Waite adalah “The science of citizenship, the
relation of man, the individual, to man in organized collection, the individual in
his relation to the state”. Dalam terjemahan umum, bahwa pendidikan
kewarganegaraan tersebut adalah ilmu yang membicarakan hubungan antara
manusia dengan manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi
(organisasi sosial, ekonomi, politik) dengan individu-individu dan negara.
5
dan moral. Ketiga rumpun ini menjadi fokus perhatian PKn dalam
mengembangkan akar keilmuannya. Melalui ketiga rumpun tersebut lahirlah
konsep PPKn di Indonesia sebagai wahana Pendidikan politik, pendidikan hukum,
dan pendidikan moral bagi seluruh warga Negara Indonesia termasuk peserta
didik di sekolah.
Lebih jauh Setiawan (2015) menjelaskan secara lengkap apa saja deskripsi
dari keseluruhan kompetensi kewarganegaraan sebagai berikut:
1. Kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan Kewarganegaranan
(Civic Knowledge) yang terkait dengan materi inti Pendidikan
Kewarganegaraan (Civic Education) antara lain demokrasi, hak asasi
manusia dan masyarakat madani (Civil Society).
2. Kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan (Civic Dispositions)
antara lain pengakuan kesetaraan, toleransi, kebersamaan, pengakuan
keragaman, kepekaan terhadap masalah warga negara antara lain masalah
demokrasi dan hak asasi manusia.
6
3. Kecakapan dan kemampuan mengartikulasikan keterampilan
kewarganegaraan (Civil Skills) seperti kemampuan berpartisipasi dalam
proses pembuatan kebijakan publik, kemampuan melakukan kontrol
terhadap penyelenggara negara dan pemerintah.
7
pendekatan PKn ialah sebagai pendidikan nilai moral, yang lebih khusus lagi
adalah pendidikan nilai dan moral Pancasila.
8
a. Pendekatan nilai moral Mengembangakan materi pembelajaran dengan
pendekatan nilai moral artinya menjadikan suatu nilai sebagai dasar
pengembangan. Nilai moral harus menjadi isi (entitas inti) dari setiap bahan
materi pelajaran PPKn. Sebuah nilai moral yang ditetapkan selanjutnya
dikembangkan menjadi materi pembelajaran.
b. Pendekatan multidimensional Pengembangan materi pembelajaran
diupayakan mampu membentuk keseluruhan dimensi peserta didik. Dimensi
peserta didik tersebut adalah 3 (tiga) ranah kemampuan, yang meliputi, a).
Kognitif berupa fakta, konsep, teori, dalil, dan definisi. Dalam kajian
kewarganegaraan disebut sebagai pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowlegde), b). Affektif berupa nilai, sikap, norma, moral. Dalam kajian
kewarganegaraan disebut sebagai sikap atau kebajikan kewarganegaraan
(civic virtue) dan c). Psikomotor berupa tata cara, prosedur, aturan, dan
perilaku. Dalam kajian kewarganegaraan disebut sebagai kecakapan
kewarganegaraan (civic skill).
c. Pendekatan berpusat pada siswa (student centered) Materi pembelajaran
yang dikembangkan mampu memicu ke arah pembelajaran aktif siswa. Oleh
karena itu perlu menyusun materi yang mampu mengupayakan
pembelajaran PPKn yang siswanya aktif, sedangkan guru bertindak sebagai
fasilitator.
9
4. PPKn Sebagai Pendidikan Hukum;
Indonesia telah menetapkan sebagai negara rechstaat dan bukan machstaat,
sebagaimana tertuang dalam penjelasan umum UUD 1945 NKRI sebelum dan
sesudah perubahan. Paradigm tersebut sebagai hasil musyawarah mufakat
bersama yang melebelkan warganegara Indonesia adalah warganegara yang diikat
dan sadar akan kedudukannya sebagai warga hukum. Paradigma ini menjadi
konsep awal bagi PPKn untuk menjadi salah satu tonggak penting dalam upaya
mendidik warganegara menjadi manusia yang sadar dan taat hukum. Sebagaimana
PPKn adalah program pendidikan, maka programnya juga harus memiliki peran
penting untuk menginternalisasikan kesadaran dan taat hukum terutama kepada
generasi muda.
10
(law awareness). Kesadaran hukum inilah sebagai bentuk kesadaran berkonstitusi
warganegara.
11
5. PPKn Sebagai Pendidikan Politik.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan program
pendidikan yang menerapkan fokus bidang kajiannya pada kajian politik
kewarganegaraan atau sebagai pendidikan demokrasi bagi warganegara. PPKn
merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan secara
socio-pedagogies dijadikan sebagai wahana utama serta esensi pendidikan
demokrasi atau pendidikan politik di Indonesia yang direalisasikan melalui:
1. Civic Intellegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik
dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial;
2. Civic Responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang bertanggung jawab dan;
3. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas
dasar tanggungjawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai
pemimpin hari depan.
12
orientasi, sikap dan perilaku politik, sehingga yang bersangkutan memiliki
political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political
participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional,
sehingga tidak saja menguntungkan bagi diri sendiri tetapi juga bagi
masyarakat” (Zamroni, 2007). Pendidikan politik harus menekankan pada
pengembangan keterampilan berfikir, keterampilan pribadi dan keterampilan
sosial. Keterampilan berfikir ditekankan pada pengembangan berfikir kritis
seorang peserta didik, bukannya knowledge deposit. Keterampilan pribadi
menekankan pada pengembangan aspek kepercayaan diri peserta didik dan
political self efficacy. Sedangkan pengembangan keterampilan sosial terutama
ditekankan empati dan respek kepada diri sendiri dan orang lain dalam upaya
menjadi warga Negara yang baik atau Good Citizens.
Selain itu, PPKn sebagai pendidikan politik juga merupakan strategi untuk
mewujudkan masyarakat kewargaan atau civil society. Konsep ini sebagai upaya
PPKn dalam menumbuhkan atribut aspirasi aktif dan partisipasi aktif warganegara
yang memiliki ciri karakter demokratis. Menurut Cohen dan Aroto dalam Handout
PKn oleh Cholisin (2010) bahwa civil society merupakan kelompok masyarakat
yang memiliki kemandirian yang tegas terhadap berbagai kepentingan akan
kekuasaan. Yang tidak kalah penting dalam konsep civil society adalah adanya
partisipasi aktif dari semua warga negara baik yang tergabung dalam berbagai
perkumpulan, organisasi atau kelompok lainnya sehingga akan membentuk
karakter demokratis di lembaga tersebut yang tentunya hal ini menjadi nilai lebih
pentingnya keberadaan civil society serta bagaimana upaya mengembangkan dan
membuatnya menjadi berfungsi dalam aktualisasi demokrasi Negara Indonesia.
13
lanjut dalam handout tersebut ditampilkan bagan PPKn sebagai pendidikan politik
sebagai berikut:
14
metode masing-masing (Wahab dan Sapriya, 2012). Selanjutnya dijelaskan
tentang tradisi sosial dan PPKn sebagai tradisi sosial sebagai berikut:
15
c. Social Studies Taught as Reflective Inquiry
Reflective Inquiry merupakan tradisi pembelajaran berdasarkan pada
kedudukan filsafat yang berakar pada masa lalu. Dengan reflective inquiry, para
peneliti dapat mengidentifikasi sejumlah teori dan praktik yang baik pada masa
lalu dan masa kini. Tradisi ini adalah istilah barn cara mengetahui dan
membelajarkan hal-hal masa lalu.
16
lingkungan komunitas keilmuan. Domain kurikuler adalah konsep dan praksis
PKn dalam dunia pendidikan formal dan nonformal. Domain sosial kultural
adalah konsep dan praksis PKn di lingkungan masyarakat.
Ketiga domain itu satu sama lain memiliki sating keterkaitan struktural dan
fungsional yang diikat oleh konsepsi kebajikan dan budaya kewarganegaraan
(civic virtue and civic culture) yang mencakup penalaran kewarganegaraan (civic
knowledge), sikap/watak kewarganegaraan (civic disposition), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), keyakinan diri kewarganegaraan (civic
confidence), komitmen kewarganegaraan (civic commitment), dan kemampuan
kewarganegaraan (civic competence), (CCE:1998).
Oleh karena itu, obyek kajian PKn saat ini sudah lebih luas daripada
embrionya, sehingga kajian keilmuan PKn, program kurikuler PKn, dan aktivitas
sosial kultural PKn benar-benar bersifat multifacet/multidimensional.
18
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Untuk mengakomodasikan
perkembangan baru dan perwujudan pendidikan sebagai proses pencerdasan
kehidupan bangsa dalam arti utuh dan lugas, maka mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang selama ini digunakan perlu disesuaikan menjadi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Secara substantif-pedagogis
PPKn bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, nilai
dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen kolektif ber-Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
19
Merujuk pada berbagai hasil kajian filosofis, sosiologis, yuridis, dan
pedagogis, dalam konteks konsepsi utuh pengembangan Kurikulum 2013
dilakukan strategi penguatan dan penyempurnaan secara komprehensif terhadap
mata pelajaran PPKn dalam kerangka pengembangan Kurikulum 2013 pada
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai berikut.
20
seluruh dimensi kewarganegaraan (Winataputra, 2015), yakni: 1) pengetahuan
kewarganegaraan; 2) sikap kewarganegaraan; 3) keterampilan kewarganegaraan;
4) keteguhan kewarganegaraan; 5) komitmen kewarganegaraan; dan 6)
kompetensi kewarganegaraan.
21
Tabel 2. Gradiasi indikator sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati, Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- - Mencipta
22
pemerintah. PPKn ditempatkan sebagai mata pleajaran yang memiliki misi
mengukuhkan rasa kebangsaan dan penggerak pendidikan karakter yang
bersumberkan nilai dan moral Pancasila (Winataputra, 2015). Lebih lanjut dalam
(Daryono, 2011:29) bahwa PPKn mempunyai kedudukan yang sangat penting
sekali, khususnya dalam pembentukan keperibadian masyarakat Indonesia yang
dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.
23
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara
formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar Negara.
24
hidup bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun
manfaatnya oleh suatu bangsa sehing-ga darinya mampu menumbuhkan tekad
untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup sehari-hari. Setiap bangsa dimanapun
pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang dijadikan acuan di dalam
hidup bermasyarakat.
25
bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk
berperilaku luhur dalam kehidupan sehari dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
E. Forum Diskusi
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian Tugas
Terstruktur
Menguasai materi Konsep, prinsip, Konsep Dasar 1. Deskripsikanlah
dan aplikasi prosedur, dan PPKn, Prinsip Konsep Dasar
materi bidang metode keilmuan PPKn, PPKn,
studi PPKn yang serta nilai, norma, Prosedur Proses 2. Jelaskan prinsip
mencakup: dan moral yang PPKn dan prosedur
a. konsep, menjadi muatan PPKn…..
prinsip, prosedur, kurikulum dan
26
dan metode proses
keilmuan serta pembelajaran
nilai, norma, dan dan/atau
moral yang pembudayaan
menjadi muatan dalam konteks
kurikulum dan Pendidikan
proses Pancasila sebagai
pembelajaran dasar negara dan
dan/atau pandangan hidup
pembudayaan bangsa dan
dalam konteks kewarganegaraan
pendidikan di sekolah dan/atau
Pancasila sebagai masyarakat;
dasar negara dan Struktur, metode, Struktur 1. Jelaskanlah
pandangan hidup dan spirit keilmuan keilmuwan struktur
bangsa dan kewarganegaraan, kewarganegaraan, keilmuan,
kewarganegaraan hukum, politik Metode ketode
di sekolah kenegaraan, keilmuwan keilmuan, dan
dan/atau sejarah perjuangan kewarganegaraan, spirit
masyarakat; bangsa, dan Spirit pengembangan
b. struktur, disiplin lainnya pengembangan keilmuan
metode, dan spirit berlandaskan keilmuwan PPKn….
keilmuan Undang-Undang kewarganegaraan, 2. Jelaskanlah
kewarganegaraan, Dasar Negara Konsep kajian: konsep kajian
hukum, politik Republik Indonesia a. Konsep dasar ilmu
kenegaraan, tahun 1945 sebagai ilmu hukum kewarganegaraa
sejarah hukum dasar yang b. Konsep dasar
perjuangan menjadi landasan Politik
bangsa, dan konstitusional Kenegaraan
disiplin lainnya kehidupan c. Konsep Sejarah
berlandaskan bermasyarakat, Perjuangan
Undang-Undang berbangsa dan bangsa dalam
Dasar Negara bernegara yang Perfektif
Republik ber-Bhinneka Pendidikan
Indonesia tahun Tunggal Ika dalam Pancasila dan
1945 sebagai keberagaman yang Kewarganegaraan
hukum dasar yang kohesif dan utuh; d. Konsep
menjadi landasan Undang-Undang
konstitusional Dasar Negara
kehidupan Republik
bermasyarakat, Indonesia Tahun
berbangsa dan 1945
bernegara yang e. Konsep
ber-Bhinneka Bhineka Tunggal
Tunggal Ika Ika
dalam Isu-isu dan/atau Konsep Isu-Isu 1. Bacalah materi
27
keberagaman perkembangan Kewarganegaraan, tentang konsep
yang kohesif dan terkini Konsep Negara kewarganegara
utuh, kewarganegaraan Kesatuan an
c. isu-isu dan/ meliputi bidang Republik 2. Berikan contoh
ideologi, politik, Indonesia (NKRI) dan
hukum, ekonomi, argumentasi
sosial, budaya, tentang konsep
pertahanan dasar Negara
keamanan dan Kesatuan
agama, dalam Republik
konteks lokal, Indonesia….
nasional,
regional, dan
global dalam
bingkai Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI).
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Pada dasarnya pembelajaran PPKn jika dikaji dari segi ontologi keilmuannya
terdapat konsep dasar, prinsip, dan prosedur keilmuannya yang perlu untuk
dipahami dan dilaksanakan secara baik oleh seluruh pemangku kepentingan PPKn
dalam hal ini adalah Guru. Paradigma ini merupakan salah satu langkah bagus
dalam pembelajaran PPKn untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
memberi pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik dalam membentuk
atribut civic knowledge, civic skill, dan civic disposition peserta didik untuk
menjadi warganegara yang baik dan cerdas serta memiliki rasa kebangsaan yang
baik dan berfilosofikan Pancasila.
28
morality warganegara. Pembelajaran PPKn memiliki standar tradisi yang kuat
dalam ranah Ilmu Sosial dalam upaya mewujudkan urgensi citizenship
transmission yang berfokus pada karakter warganegara yang cerdas dan baik.
Disamping itu pancasila sebagai falsafah bangsa dan dasar Negara menjadi
dua tolak ukur utama yang perlu di integrasikan kedalam capaian kompetensi
peserta didik melalui pembelajaran PPKn. Dan selain itu juga perlu
pengembangan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran PPKn untuk
dikorelasikan dengan standar kompetensi inti kurikulum 2013 agar secara yuridis
dan pedagogis, PPKn menjadi pembelajaran yang efektif dari segi konsep, prinsip,
dan prosedur pembelajaran bagi warganegara atau peserta didik.
2. Tes Formatif
Soal-soal:
1. PPKn merupakan program pendidikan yang berfokus pada pembentukan
kepribadian yang berasaskan pada nilai-nilai Pancasila. Sehingga PPKn
mengusung tradisi Citizenship Transmission ke dalam konsep utuh
pembelajarannya yang bersifat?
a. Value education
b. Value inculcation
c. Value competition
d. Value creation
e. Value civic
29
2. Transfer knowledge yang bersumber dari falsafah budi pekerti gagasan Ki
Hajar Dewantara, merupakan prakonsepsi keilmuan PPKn di Indonesia yang
berbasis pembentukan rasa kebangsaan yang suci, ketertiban dan kedamaian
lahir batin terhadap warga Negara. Konsepsi ini merupakan bentuk lain dari
konsep pendidikan?
a. Norma
b. Religius
c. Social
d. Multikultur
e. Morality
3. Tiga rumpun body of knowledge PPKn adalah ilmu politik, hukum, dan moral.
Ketiganya perlu diedukasi kepada seluruh warganegara termasuk adalah
peserta didik. Hal ini urgen dikarenakan?
a. Upaya mewujudkan warganegara yang terampil
b. Upaya mewujudkan warganegara yang cerdas
c. Semangat patriotik warganegara
d. Semangat edukasi warganegara
e. Semangat Kebangsaan
4. PPKn berperan sebagai program studi yang memiliki tradisi social studies.
Salah satu kajian yang sangat signifikan adalah sebagai program studi yang
mentradisikan membentuk respon yang tinggi dan cerdas oleh peserta didik
terhadap perkembangan isu politik, pemerintahan, maupun isu-isu sosial. Hal
ini dikarenakan?
a. Tradisi Reflective Inquiri PPKn
b. Tradisi Citizenship Transmission PPKn
c. Tradisi social science PPKn
d. Tradisi civil society
e. Tradisi Kultural PPKn
5. Sebagai wahana pendidikan politik, tugas pentinya PPKn adalah konstruksi
atribut Civic Intellegence, Civic Responsibility, dan Civic Participation.
Ketiga atribut itu memungkin terbentuknya?
30
a. Civil Law
b. Civil Global
c. Civil
d. Moral Society
e. Civil Society
6. Memusatkan perhatian pada perkembangan siswa dan membentuknya menjadi
pribadi yang tangguh dan baik sebagai warganegara sehingga dapat dilabelkan
sebagai warganegara yang desirable personal quality merupakan hakikat dari?
a. PPKn sebagai Pendidikan Hukum
b. PPKn sebagai Pendidikan Politik
c. PPKn sebagai Pendidikan Ilmu Sosial
d. PPKn sebagai Pendidikan Moral
e. PPKn sebagai Pendidikan Multikultural
7. Perasaan moral sebagai suatu yang wajib, ikatan rasional akan kebaikan, dan
rasa kebebasan, perlu dipedomani oleh seluruh warganegara Indonesia sebagai
upaya mewujudkan?
a. Kesadaran diri
b. Kesadaran politik
c. Kesadaran berkonstitusi
d. Kesadaran beraspirasi
e. Kesadaran hokum.
8. Patriotik, toleren, setia terhadap bangsa dan negara, beragama menjadi
karakter-karakter urgen bagi seluruh warganegara Indonesia. PPKn
kedudukannya sebagai program pendidikan memiliki dalih yang kuat dengan
mempondasikan ilmunya dan implikasi pembelajarannya berpusat pada?
a. Nilai-nilai Pancasila
b. Nilai-nilai Hukum
c. Nilai-nilai Religius
d. Nilai-nilai Kearifan Lokal
e. Nilai-nilai Sosial
31
9. Koherensi tujuan dan capaian pembelajaran PPKn memusatkan pada 3 hal
yaitu keterampilan, pengetahuan, dan karakter. Ketiganya diadaptasi di
Indonesia untuk menjadikan warganegara yang baik dan cerdas. Namun
tentunya secara pedagogis dan yuridis koherensi tersebut perlu berpusat pada
kaidah-kaidah kurikulum untuk muatan pelajaran PPKn. Pertanyaanya, apa
yang melandasi penjelasan tersebut?
a. Sebagai relevansi keilmuan
b. Perwujudan kompetensi peserta didik
c. Sebagai sinergitas PPKn dengan kurikulum
d. Sinergi antar program pendidikan
e. Adanya pendidikan moral
10. Mengambil kaidah dan urgensi makna penjewantahan pancasila kedalam
pembelajaran PPKn menjadi prospek positif pembelajaran PPKn. Bagi
peserta didik ini memungkinkan mereka dapat?
a. Memberdayakan kedudukan pancasila sebagai dasar negara
b. Meningkatkan kapabilitas diri menjadi seseorang yang berguna bagi
negara
c. Bersumbangsi aktif terhadap pembelajaran PPKn yang filosofis
d. Memberdayakan hakikat PPKn dalam memahami dan merealisasikan
filosofi pancasila di dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara.
e. Perwujudan dalam pembangunan nasional berdasarkan norma-norma
hukum
Kunci Jawaban
1. B 6. D
2. E 7. C
3. B 8. A
4. A 9. C
5. E 10. D
32
3. Daftar Pustaka
Buku:
Alfian. (1992). Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Daryono. 2011. Pengantar Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Herdiawanto, H., Wasitaatmadja, FF. Hamdayama, J. 2018. Spiritualisme
Pancasila. Jakarta: Kencana.
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Setiawan, D. 2014. Kapita Selekta Kewarganegaraan. Medan: Cahaya Ilmu Press.
Suseno, F.V.M. 1985. Etika Umum. Yogyakarta: Kanisius.
Wahab, A.A, dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
Winataputra, U.S. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Refleksi Historis-
Epistimologis dan Rekonstruksi Untuk Masa Depan. Banten: Universitas
Terbuka, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Winataputra, U.S. Budimansyah, D. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press.
Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi, Strategi, dan
Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.
Jurnal:
Isep, Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Hukum Dalam
Mengupayakan Internalisasi Hukum Di Kalangan Peserta Didik, Jurnal
Penelitian Pendidikan LPPM UPI. Vol 13, No 1 (2013). P. ISSN 1412-565,
E. ISSN 2541-4135.
Sukriono, D., Membangun Kesadaran Berkonstitusi Terhadap Hak-hak
Konstitusional Warga Negara Sebagai Upaya Menegakkan Hukum
Konstitusi (Develop A Constitution Awareness to Citizen Constitutional
Rights as an Effort To Enforce Constitution Law), Jurnal Legislasi
Indonesia Vol. 13 N0. 03 - September 2016: 273 – 284, P. ISSN: 0216-
1338, E-ISSN: 2579-5562.
Winarno, Materi Pembelajaran PPKn Berbasis Nilai Lokal: Identifikasi dan
Implementasi, JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 2,
Juli 2018 ISSN 2527-7057 (Online), ISSN 2545-2683 (Print).
Winarno, Muatan Pancasila Dalam Mata Pelajaran PKn Di Sekolah, JPK: Jurnal
Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli
2011.
33
Perundang-undangan:
Permendikbud Nomor 021, Tahun 2016 tentang Standar Isi.
Permendikbud No. 24, Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar
Internet:
Cholisin, 2010, Handout Pendidikan Kewarganegaraan. Url:
http://staffnew.uny.ac.id
/upload/131474282/pendidikan/PKN+SBG+PENDIDIKAN+POLITIK,+
DEMOKRASI,+HAM,DSB.2+MARET+2010.doc
34
KEGIATAN BELAJAR 2:
STRUKTUR, METODE DAN SPIRIT
KEILMUAN KEWARGANEGARAAN
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
A. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Deskripsi Singkat ....................................................................................... 1
2. Relevansi ..................................................................................................... 1
B. INTI ........................................................................................................................ 2
1. Capaian Pembelajaran .............................................................................. 2
3. Uraian Materi ............................................................................................. 3
a. Struktur Keilmuan Kewarganegaraan ............................................... 3
1. Arah Rekonstruksi PPKn .................................................................. 10
2. Sumber Filosofis Tradisi Struktur Keilmuan PPKn ......................... 11
b. Metode Mengajar Kewarganegaraan atau PPKn ............................ 12
Metode Belajar PPKn Berbasis Portofolio ........................................... 15
c. Spirit Kewarganegaraan ..................................................................... 17
1. Historis dan Pedagogis Spirit Kewarganegaraan Indonesia ........... 18
2. Sejarah Kelahiran Pancasila Sebagai Aktualisasi Spirit
Kewarganegaraan di Indonesia ....................................................... 20
3. Hakikat UUD 1945 Sebagai Kaidah Fundamental Bagi
Warganegara Indonesia ................................................................... 24
d. Contoh dan Non Contoh/Ilustrasi........................................................... 26
C. PENUTUP ............................................................................................................ 28
1. Rangkuman .............................................................................................. 28
2. Tes Formatif ............................................................................................. 30
3. Daftar Pustaka.......................................................................................... 32
ii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar dua secara umum akan membahas tiga kajian penting
diantaranya struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan yang secara
komprehensif dapat memperkaya cakrawala keilmuan seorang guru PPKn dan
dapat mengembangkan kompetensi dasar keilmuan guru PPKn dari sudut
kemampuan saintifik atau pedagogis. Struktur keilmuan yang fleksibel, metode
yang kontekstual, serta keilmuan yang mendukung spirit kewarganegaraan untuk
berkehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanah Pancasila, UUD
1945, esensi Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Secara rinci, adapun hal-hal utama dalam kegiatan belajar dua ini
diantaranya: (1). Kegiatan belajar 2 (dua) ini memuat 3 point materi penting yaitu
Struktur, Metode, dan Spirit Kewarganegaraan, (2). Pemahaman dan penguasaan
kemampuan pedagogik dan professional Guru PPKn dilihat dari aspek
keilmuannya, (3). Kegiatan belajar ini juga agar mengakomodasi kemampuan
kritis guru PPKn dalam menjawab beberapa soal yang sifatnya evaluative dan
analitis.
2. Relevansi
Modul 3 Kegiatan Belajar 2 yang membahas tentang Struktur, Metode dan
Spirit Keilmuan Kewarganegaraan pada diklat Pendidikan Profesi Guru (PPG)
dalam jabatan ini sangat penting dan relevan menjadi mata latih peserta PPG
dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi mutlak yang harus
dimiliki oleh seorang guru PPKn yang profesional adalah pemahaman tentang
Struktur, Metode dan Spirit Keilmuan Kewarganegaraan terutama dalam kaitanya
dengan konsep karakteristik Civic melalui Civic Knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), Civic Skill (kecakapan kewarganegaraan) dan Civic
Disposition (watak-watak kewarganegaraan).
1
Melalui struktur, metode dan spirit keilmuan kewarganegaraan, maka PPKn
memiliki visi untuk pembangunan karakter bangsa yang berlandaskan pada
Pancasila. Pembelajarannya mengacu pada tiga fokus perhatian yaitu PPKn
sebagai pendidikan politik, PPKn sebagai pendidikan hukum, dan PPKn sebagai
pendidikan moral.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 2 (KB 2) ini, ada beberapa hal
yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 2
ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting
dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema Konsep Dasar Keilmuan PPKn
melalui Struktur, Metode, dan Spirit Kewarganegaraan dengan mencari
beberapa referensi yang relevan.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 2 pada modul 2 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 2.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 2 ini.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan teman sejawat,
atau bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar modul diklat
ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi dan aplikasi materi bidang studi PPKn yang mencakup:
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran
2
dan/atau pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di
sekolah dan/atau masyarakat;
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya yang
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 sebagai hukum dasar dan menjadi landasan konstitusional
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh,
c. Isu-isu dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi
bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan
global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
termasuk advance materials. Konsepsi advance materials yang di
maksud, yaitu dengan menguasai materi ataupun bahan ajar yang akan
diajarkan dan menguasai cara untuk membelajarkannya dengan
kemampuan secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek, “apa”
(konten), “mengapa” (filosofis), dan “bagaimana” (penerapan) dalam
kehidupan sehari-hari;
2. Uraian Materi
3
Dalam paradigma baru PKn, civics sebagai ilmunya PKn di Indonesia
menjadi suatu ilmu yang memfasilitasi 3 rumpun ilmu lainnya sebagai bahan
materi ajar di dalam struktur keilmuan civics yang diataranya adalah politik,
hukum, dan moral. Ketiganya memiliki karakter kuat dalam membentuk morality
warganegara dikarenakan visi nation building character-nya. Sebagaimana
dijelaskan dalam (Setiawan, 2016) paradigma baru PKn antara lain memiliki
struktur keilmuan yang jelas yakni berbasis pada ilmu politik, hukum, dan filsafat
moral/filsafat pancasila dan memiliki visi yang kuat nation character building,
citizen empowerment yang mampu mengembangkan civil society yang memiliki
arti penting dalam pembaharuan. Dengan struktur keilmuan yang demikian, PPKn
di Indonesia berfokus pada pendidikan politik bagi warganegara, pendidikan
hukum bagi warganegara, dan pendidikan moral bagi warganegara.
Dengan proporsi keilmuan yang terdiri atas ilmu politik, ilmu hukum, dan
filsafat moral atau filsafat Pancasila, PPKn menjadi suatu program yang ilmunya
termasuk ke dalam tradisi ilmu sosial melalui kajian pokok ilmu politik yang
berfokus pada demokrasi politik untuk hak dan kewajiban (Wahab dan Sapriya,
2011). Dengan termasuk ke dalam tradisi social studies, PPKn mengembangkan
tradisi transmisi kewarganegaraan dan terus berkembang menjadi citizenship
education. Dan di dalam tradisi ini termuatlah keilmuan PPKn suatu paradigma
sistemik yang diantaranya terdiri atas domain akademis, domain kurikuler, dan
domain sosio kultural.
4
Pembelajaran PPKn yang salah satunya juga termasuk ke dalam salah satu
tradisi ilmu sosial yaitu citizenship transmision secara konseptual terbagi atas
beberapa komponen-komponen kemampuan yang terhimpun kedalam subjeknya
yaitu warganegara. Komponen-komponen tersebut yang diantaranya tersebar pada
3 (tiga) paradigma domain yaitu domain akademis, domain kurikuler, dan domain
sosial kultural secara struktur dan fungsional di ikat oleh kebajikan dan budaya
kewarganegaraan atau civic virtue dan civic culture. Structural dan fungsional
yang demikian mencakup beberapa komponen kompetensi yaitu civics knowledge
(pengetahuan warganegara), civics skill (keterampilan warganegaran), dan civics
disposition (watak warganegara).
5
dan sosial-budaya merupakan substansi hubungan warga negara dengan negara.
Hal ini merupakan efek dimana peran warganegara atau politik warganegara
merupakan focus of interest (pusat perhatian/obyek forma PKn). Dengan kata lain
substansi materi PKn adalah demokrasi politik, demokrasi ekonomi, dan
demokrasi sosial. Peranan waraganegara yang aktif merupakan wujud dari sikap
demokratis untuk mendukung tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara yang
sejalan dengan amanah dari 4 konsensus Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945,
Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kemudian PKn sebagai pendidikan nilai atau moral lebih mengarah kepada
konstekstualisasi penanaman nilai-nilai ideal Pancasila kepada seluruh
warganegara. Sebagaimana dalam (Winarno, 2018) bahwa: “Yang dimaksud
PPKn sebagai pendidikan nilai adalah pendidikan nilai moral. Hal ini dikarenakan
konsep tentang moral itu sendiri adalah nilai, akan tetapi, nilai tidak hanya
mencakup nilai moral. PPKn sebagai pendidikan nilai dewasa ini tetap
mendapatkan pengakuan dalam praktek pendidikan kita. Menurut Muchtar (2007)
bahwa salah satu ciri dan pendekatan PKn ialah sebagai pendidikan nilai moral,
yang lebih khusus lagi adalah pendidikan nilai dan moral Pancasila. Ruminiati
(2006) juga menyatakan bahwa pelajaran PKn SD berfungsi sebagai pendidikan
nilai, yakni bertugas mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai
Pancasila. PKn sebagai program pendidikan berada dalam koridor “value based
education” (Budimansyah & Suryadi, 2008). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
merupakan pendidikan nilai dalam hal ini adalahnilai moral. Melalui pendekatan
filsafati dikatakan bahwa Pancasila adalah suatu sistem etika, sebuah sistem nilai
(Kaelan, 2000)”. Pancasila menjadi suatu sistem etika bagi warganegara Indonesia
6
dan konsep ini difasilitasi oleh PKn sebagai wahana pendidikan moral bagi
warganegara.
8
Secara konseptual, PKn memiliki objek kajian pokok ilmu politik,
demokrasi politik (political democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties
and rights of citizen). Dari objek kajian pokok inilah berkembang yang secara
harfiah diambil dari bahasa latin civicus, yang artinya warga negara pada zaman
Yunani kuno. Secara praksis, fokus kajian/bidang telaah PKn adalah perilaku
warga negara. Perilaku warga negara sebagai pribadi maupun anggota masyarakat
berada dalam lingkup sebuah organisasi, sebagai pengikat dan sekaligus yang
memberi ruang untuk melakukan perbuatan.
10
yang secara filosofis dan pedagogis membentuk suatu ilmu yang fundamental
berdasarkan capaian kompetensi yang eksplisit orientasinya yaitu pengetahuan
warganegara, keterampilan warganegara, dan watak warganegara serta dengan
model dan capaian hasil belajar yang terukur.
Lantas bagaimana solusi terbaik untuk sekarang ini terutama dalam upaya
menghadapi tren disrupsi di era revolusi industri 4.0 yang dalam konsep civics
rentan akan efek dinamika ekspresi digital citizenship.
Selain itu, strategi tersebut juga harus didukung dengan metode yang tepat
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran PKn. Dilihat dari segi pedagogis dan
filosofisnya, maka metode yang tepat dalam pembelajaran PKn haruslah
berorientasi pada misi PKn sebagai wahana pendidikan demokrasi dan
pembangunan nilai atau karakter agar menjadi warganegara yang baik dan cerdas.
1. Perumusan masalah
2. Perumusan hipotesis
3. Konseptualisasi
4. Pengumpulan data
5. Pengujian dan analisis data
13
6. Menguji hipotesis
7. Memulai inkuiri lagi.
14
tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan berpartisipasi
secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan
kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan. Agar warga negara
dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
warga negara. Mempersiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti
tersebut merupakan tugas pokok pendidikan, terutama Pendidikan Kewarga-
negaraan (PKn).
1. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang
telah mereka pilih.
2. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan alternatif-alternatif
pemecahan terhadap masalah tersebut.
3. Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa untuk
mengatasi masalah tersebut.
4. Rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk digunakan dalam
mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka
usulkan.
15
3. Mengkaji pemecahan masalah.
4. Membuat kebijakan publik.
5. Membuat rencana tindakan.
c. Spirit Kewarganegaraan
Konseptualitas PPKn yang mengarah pada tradisi citizenship transmision
menjadikan PPKn dilihat dari kacamata historis sebagai suatu pendidikan yang
berkonsentrasi pada pembentukan cultural unity (kebangsaan) yang cinta akan
nilai luhur bangsanya sendiri. Hal ini dipertegas dalam (Wahab dan Sapriya,
2011) bahwa melalui tradisi sosial yang pertama yaitu “social studies taught as
citizenship transmision” dimana di setiap bangsa di dunia dihadapkan pada upaya
pembentukan cultural unity yang didasarkan pada pemahaman bahwa generasi
muda mengetahui sejarah bangsanya, disamping itu juga harus diajarkan tentang
patriotisme.
16
melalui bahasa. Lynch dalam (Wahab dan Sapriya, 2011) menjelaskan bahwa
“kewarganegaraan seringkali diidentikan dengan ideologi nasionalistik yang
dicangkokkan kedalam kesadaran individu dan identitas nasional dalam bentuk
superioritas nilai. Selanjutnya kewarganegaraan nasional diperkuat oleh bahasa
dan kebijakan tentang kebudayaan yang mengesahkan kebudayaan nasional
melalui satu bahasa persatuan. Kedudukan bahasa nasional sebagai pemersatu
bangsa sangat penting bagi eksistensi kewarganegaraan dan pencapaian
kesatuan identitas nasional”. Paradigma ini menunjukkan bahwa dalam
menampilkan rasa spirit atau semangat kewarganegaraan, perlu adanya
Pendidikan Kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia untuk ditingkatkannya rasa
persatuan melalui bahasa sebagai salah satu identitas nasional.
17
beraspirasi dalam politik, memahami hak dan kewajiban, menghargai perjuangan
pahlawan nasional, dll) walaupun sifat progresnya masih indoktrinasi. Bahkan
paradigma tersebut dapat menunjukkan bahwa sejarah telah membuktikan melalui
perjuangan bangsa Indonesia, terlahirlah 4 konsensus fundamental bagi bangsa
Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Dan
perjuangan tersebut secara konseptual merupakan wujud dari pendidikan
kewarganegaraan yang teraktualisasi didalam kehidupan yang real (nyata) sejak
dahulu.
Dalam konteks itu pancasila sebagai dasar Negara, ideologi nasional, dan
pandangan hidup bangsa dikonsepsipkan, dimaknai, dan difungsikan sebagai
entitas inti (core/central values) yang menjadi sumber rujukan dan kriteria
keberhasilan pencapaian tingkat kompetensi dan pengorganisasian dari
keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Substansi dan jiwa UUD Negara Republik Indonesia 1945,
nilai dan semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan
Republik Indonesia sitempatkan sebagai bagian integral dari Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, yang menjadi wahana psikologis-pedagogis pembangunan
warganegara Indonesia yang berkarakter Pancasila.
18
dahulu dimasa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan sampai pada saat ini dan
tertuang ke dalam konstruksi 4 (empat) konsensus fundamental Indonesia. Jika
diarahkan pada aspek pedagogisnya, maka upaya edukatif ke-empat konsensus
fundamental Indonesia dapat secara edukatif mencapai tujuan umum dan tujuan
khusus Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan gugus muatan
substantif dan pedagogis sebagai berikut (Winataputra, 2015):
a. Substansi yang bersumber dari nilai dan moral Pancasila, sebagai dasar
negara, pandangan hidup, dan ideologi nasional Indonesia serta etika
dalam pergaulan Internasional.
b. Substansi yang bersumber dari Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan
konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Substansi yang bersumber dan/atau berkaitan erat dengan konsep dan
makna Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud komitmen keberagaman
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan
kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antarbangsa.
d. Substansi yang bersumber dari konsep dan makna Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sebagai bentuk final Negara Republik Indonesia
yang melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia.
Dengan berbasiskan keempat konsensus fundamental Indonesia, pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan berupaya mendidik waraganegara melalui
transmisi nilai-nilai pancasila, transmisi norma-norma UUD 1945, transmisi
komitmen bhineka tunggal ika, dan transmisi kekuatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk dapat membentuk warganegara yang baik dan cerdas atau cara ini
disebut dengan citizenship transmission.
19
Akhlak mulia atau bermoral. Hal ini tidak lepas dari faktor spirit bangsa Indonesia
untuk mencapai kesepakatan bersama dalam mewujudkan suatu way of life atau
pandangan hidup bangsa yang berakar dari Pancasila sebagai bukti kuat bahwa
Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya penuh dengan rasa tekad yang kuat
dan didasari atas pribadi yang tangguh, itulah kasualitas Pancasila. Hal inilah yang
menjadi salah satu aktualisasi hakikat dari Pendidikan Kewarganegaraan sejak
awal pertama kali ada di Indonesia yang terwujud dalam bentuk aktualisasi
Pancasila sebagai hasil dari upaya perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada abad ke-4 sampai abad ke-16, Indonesia pernah dikarunia sebuah
kelompok kerajaan yang sarat akan sejarahnya dan pengaruhnya terhadap corak
kehidupan bangsa Indonesia hingga saat ini. Sejarah nenek moyang kita mengukir
jejak yang kuat kepada kita untuk berkehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dengan satu azas yang kuat yaitu gotong royong. Melalui kerajaan besar
seperti sriwijaya dan majapahit, lahirlah prinsip kehidupan kebersamaan dan
gotong royong. Sebagaimana dalam (Herdiawanto, Wasitaatmadja, dan
Hamdayama, 2018) dijelaskan bahwa “Dalam sejarah nenek moyang bangsa
Indonesia, pada awal men-diami wilayah Indonesia hidup berburu dan
mengumpulkan makanan (food gathering). Mereka hidup berkelompok dan
mengembara, karena belum memiliki tempat tinggal tetap. Perkembangan
selanjutnya, me-reka sudah bisa bercocok tanam dan hidup menetap (food
producing). Dalam kondisi ini, mereka hidup berdasarkan hubungan
kekeluargaan dan selalu menerapkan prinsip kebersamaan dan gotong royong
dalam melakukan pekerjaan”. Nenek moyang kita secara jelas dari zaman dahulu
telah menjalani hidup dalam tata masyarakat yang teratur, bahkan sudah dalam
bentuk kerajaan kecil kuno, seperti kerajaan Kutai yang lahir pada abad V di
Kalimantan Timur, dengan rajanya yang terkenal Mulawarman. Berikutnya adalah
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang memperoleh masa kejayaan pada masanya
masing-masing.
20
besar dalam membangun fondasi ideologi bangsa Indonesia sebagai dasar bahan
lahirnya Pancasila. Kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan
Malaka, Kerajaan Acerh, Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram
Islam, kerajaan Goa dan Tallo begitu kuat memberikan contoh dan bahan untuk
the founding fathers dalam menentukan sila-sila Pancasila pada saat siding
BPUPKI maupun PPKI dilaksanakan. Sebagaimana diadaptasi dari (Herdiawanto,
Wasitaatmadja, dan Hamdayama, 2018) pada intinya kerajaan-kerajaan Islam
tersebut secara garis besar memberi sumbangsi:
21
bersejarah seperti munculnya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC),
pemerintahan Kolonial Belanda, dan politik pemerintahan Belanda memicu
bangsa Indonesia pada saat itu melakukan inisiatif patriotik yaitu gerakan
kemerdekaan.
22
semangat kemerdekaan sehingga Indonesia dapat merumuskan staat fundamental
norm.
Dengan perumusannya dalam Pasal 1, maka di dalam pasal ini terdapat dua
prinsip yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu prinsip kedaulatan atau
demokrasi konstitusional yang diatur dalam Pasal 1 ayat (2), dan prinsip negara
hukum yang dimuat dalam Pasal 1 ayat (3). Keterkaitan ini menunjukkan bahwa
doktrin kedaulatan rakyat dan doktrin kedaulatan hukum dipersandingkan dalam
satu rangkaian pemikiran, yaitu bahwa di satu pihak demokrasi Indonesia itu
harus berdasar atas hukum (constitutional democracy), tetapi di pihak lain
kedaulatan hukum Indonesia harus pula bersifat demokratis atau “democratische
rechtsstaat” (democratic rule of law).
23
4. Asas peradilan yang bebas dan tidakmemihak;
5. Asas kedaulat rakyat.
6. Asas demokrasi dan
7. Asas konstitusional.
Sementara jika dikaji dari fungsinya, maka UUD 1945 atau konstitusi
Indonesia dapat dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara mempunyai dua fungsi yaitu:
24
Kedudukan UUD 1945 yang demikian menjadikan Indonesia sebagai
Negara hukum yang meletakkan hukum sebagai norma yang fundamental bagi
segenap warganegra Indonesia dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahkan dilihat dari progresnya yang mengalami perubahan atau amandemen
beberapa kali, juga merupakan bagian dari kesempurnaan UUD 1945 yang
bertujuan untuk “mengembalikan UUD 1945 berderajat tinggi dan menjiwai
konstitusionalisme serta negara berdasarkan atas hukum dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Ini berarti Negara Indonesia memiliki semangat dan
filosofi yang tinggi dalam memperjuangkan kehidupan yang berlandaskan pada
norma yang fundamental dalam mewujudkan kehidupan yang adil, berderajat,
tertib, dan berkedaulatan.
25
menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and good citizen) dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis, untuk
mengembangkan spirit kewarganegaraan dalam mencerdaskan keterampilan
siswanya.
e. Forum Diskusi
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian Tugas
Terstruktur
Menguasai materi dan Struktur, metode, 1. Struktur 1. Deskripsikanla
aplikasi materi bidang dan spirit keilmuwan h Struktur
studi PPKn yang keilmuan kewarganegara Keilmuwan
mencakup : kewarganegaraan, an, Kewarganegara
a. konsep, prinsip, hukum, politik 2. Metode an
prosedur, dan metode kenegaraan, keilmuwan 2. Jelaskanlah
keilmuan serta nilai, sejarah kewarganegara Metode
norma, dan moral perjuangan an, Keilmuwan
yang menjadi muatan bangsa, dan 3. Spirit Kewarganegara
kurikulum dan proses disiplin lainnya pengembangan an
pembelajaran berlandaskan keilmuwan 3. Jelaskanlah
dan/atau Undang-Undang kewarganegara Spirit
pembudayaan dalam Dasar Negara an Pengembangan
konteks pendidikan Republik Keilmuwan
Pancasila sebagai Indonesia tahun Kewarganegara
dasar negara dan 1945 sebagai an
pandangan hidup hukum dasar
bangsa dan yang menjadi
kewarganegaraan di landasan
sekolah dan/atau konstitusional
masyarakat; kehidupan
b. struktur, metode, bermasyarakat,
dan spirit keilmuan berbangsa dan
kewarganegaraan, bernegara yang
hukum, politik ber-Bhinneka
kenegaraan, sejarah Tunggal Ika
perjuangan bangsa, dalam
dan disiplin lainnya keberagaman
berlandaskan yang kohesif dan
Undang-Undang utuh;
Dasar Negara
Republik Indonesia
tahun 1945 sebagai
hukum dasar yang
menjadi landasan
26
konstitusional
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika
dalam keberagaman
yang kohesif dan
utuh,
c. isu-isu dan/ atau
perkembangan terkini
kewarganegaraan
meliputi bidang
ideologi, politik,
hukum, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan keamanan
dan agama, dalam
konteks lokal,
nasional, regional,
dan global dalam
bingkai Negara
Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI),
termasuk advance
materials secara
bermakna yang dapat
menjelaskan aspek
“apa” (konten),
“mengapa” (filosofis),
dan “ bagaimana”
(penerapan) dalam
kehidupan sehari-hari;
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Pembelajaran PPKn jika dikaji dari segi ontologi keilmuannya mencakup
konsep dasar, prinsip, dan prosedur keilmuannya yang perlu untuk dipahami dan
dilaksanakan secara baik oleh seluruh pemangku kepentingan PPKn dalam hal ini
adalah Guru. Paradigma ini merupakan salah satu langkah bagus dalam
pembelajaran PPKn untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan memberi
pengaruh yang signifikan terhadap peserta didik dalam membentuk atribut civic
27
knowledge, civic skill, dan civic disposition peserta didik untuk menjadi
warganegara yang baik dan cerdas serta memiliki rasa kebangsaan yang baik dan
berfilosofikan Pancasila.
Disamping itu Pancasila sebagai falsafah bangsa dan dasar negara menjadi
dua tolak ukur utama yang perlu diintegrasikan ke dalam capaian kompetensi
peserta didik melalui pembelajaran PPKn. Selain itu, juga perlu pengembangan
kompetensi peserta didik dalam pembelajaran PPKn untuk dikorelasikan dengan
Standar Kompetensi Inti Kurikulum 2013 agar secara yuridis dan pedagogis,
PPKn menjadi pembelajaran yang efektif dari segi konsep, prinsip, dan prosedur
pembelajaran bagi warganegara atau peserta didik.
28
2. Tes Formatif
Soal-soal:
1. PPKn merupakan program pendidikan yang ilmunya sendiri dilandasi body of
knowledge yang beragam terdiri atas rumpun ilmu politik, hukum, dan moral.
Hal ini sebagai bentuk dari sifat struktur keilmuan PPKn yang…..
a. Multikultur
b. Multifacet
c. Multi-Methode
d. Multi-Science
e. Monodimencional
2. Termasuk kedalam tradisi social studies, sehingga secara pedagogis PPKn
berkonsepkan beberapa domain. Hal ini sebagai penyebab dari paradigma
sistemik keilmuan PPKn yang berupaya menyalurkan……
a. Tradisi Citizenship Transmission
b. Tradisi social Citizenship
c. Tradisi Inquiry
d. Tradisi Kultural-Transmission
e. Tradisi democratic
3. Sebagai muara dari pengembangan komponen knowledge dan skill,
civicdisposition berperan sangat esensial dan susbtansial dalam pengembangan
kompetensi warganegara. Hal ini dikarenakan……
a. Strukturnya ilmu civics yang hanya berkomponen civic disposition
b. Upaya mewujudkan warganegara yang cerdas
c. Hubungannya dengan program character building
d. Kesesuaiannya dengan visi, misi, dan tujuan PPKn
e. Esnsinya cocok dengan pendidikan demokrasi
4. Esensi dan urgensi dari empat konsensus bangsa Indonesia menandakan
sebagai fokus landasan arah rekonstruksi PPKn. Hal ini sebagai wujud dari….
a. Membentuk tradisi kewargaan dengan 4 konsensus bangsa Indonesia.
b. Visi membentuk warganegara yang sadar untuk berkehidupan berbangsa
dan bernegara dengan berlandaskan pada 4 konsensus bangsa Indonesia.
29
c. PPKn sebagai wahana pendidikan berkonstitusi
d. Membentuk warganegara yang sadar untuk bela Negara dengan
berlandaskan pada 4 konsensus bangsa Indonesia.
e. PPKn sebagai wahana pendidikan 4 konsensus bangsa Indonesia.
5. Sifatnya yang cendrung mentransformasikan nilai-nilai demokrasi sebagai
wujud dari PPKn sebagai wahana pendidikan politik, merupakan ?
a. Tradisi filosofi Perenialisme PPKn
b. Tradisi filosofi Progresifisme PPKn
c. Tradisi filosofi Esensialisme PPKn
d. Tradisi filosofi Rekonstruksionisme PPKn
e. Tradisi filosofi Behavior PPKn
6. Metode inkuiri menjadi suatu metode yang sangat diperlukan dalam
pembelajaran PPKn dikarenakan…..
a. Sifatnya yang mendukung pembelajaran yang aktif dan kritis
b. Cocok untuk membentuk pembelajaran yang student center
c. Inkuiri sebagai metode yang menekankan pada aspek disposition
d. Pembelajaran PPKn tidak bisa lepas dari kegiatan mengidentifikasi
masalah
e. Metode belajar PPKn lebih bersifat statis
7. Dalam upaya melaksanakan portofolio yang baik dikelas, guru PPKn harus
memperhatikan 3 (tiga) atribut komponen yang perlu dikembangkan. Yang
diantaranya…….
a. Civic awareness
b. Civic knowledge, civic, skill, dan civic disposition
c. Civic responsibility
d. Pengetahuan, keterampilan, sosial, dan spiritual
e. Civic intelligence, civic responsibility, dan civic participation
30
a. Spirit Pancasila
b. Spirit Berkonstitusi
c. Spirit Bhineka Tunggal Ika
d. Spirit Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. Spirit Multikultur
9. Persatuan, Musyawarah, dan Cinta Tanah Air merupakan bagian dari kausa
filosofische grondslag Inodnesia. Hal ini merupakan istilah lain dari proses ?
a. Elektis Eksklusif
b. Elektis Dependen
c. Elektis Multidisiplin
d. Elektis Inkorporatif
e. Interdependen
10. Dalam konteks substansi dan urgensi kajian UUD 1945 kedalam
pembelajaran PPKn, target yang diharapkan adalah dapat terbentuknya spirit
berkonstitsi yaitu democratische rechtsstaat. Konsepsi yang demikian
merupakan relevansi dari……
a. Indonesia sebagai Negara Machstaat
b. Indonesia beriklim hukum hindia belanda
c. Kausalitas norma-norma sosial
d. Efek dari kehidupan para leluhur di masa lalu
e. Indonesia sebagai Negara Rechstaat
Kunci Jawaban
1. B 6. A
2. A 7. E
3. D 8. C
4. B 9. D
5. C 10. E
31
3. Daftar Pustaka
Buku:
Jurnal:
32
Pebriyenni, Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Memperkuat Karakter
Bangsa, Jurnal PPKn & Hukum Vol. 12 No. 2 Oktober 2017, P. ISSN
2087-8591, E.ISSN 2654-3761.
Perundang-undangan:
Undang-Uundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
33
KEGIATAN BELAJAR 3:
KONSEP KAJIAN KEILMUAN
KEWARGANEGARAAN BERLANDASKAN
PANCASILA DAN UUD 1945
i
34
DAFTAR ISI
B. INTI ............................................................................................................... 3
1. Capaian Pembelajaran ............................................................................ 3
2. Uraian Materi .......................................................................................... 4
a. Konsep UUD 1945 Sebagai Landasan Konstitusional Dalam
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara ....................... 4
b. Konsepsi Sejarah Perjuangan Bangsa Dalam Perspektif PPKn .......... 7
c. Kewarganegaraan Yang Ber-Bhineka Tunggal Ika ........................... 11
3. Contoh Dan Non Contoh/Ilustrasi ....................................................... 19
4. Forum Diskusi ........................................................................................ 20
C. PENUTUP ................................................................................................... 22
1. Rangkuman ............................................................................................ 22
2. Tes Formatif ........................................................................................... 23
3. Daftar Pustaka ....................................................................................... 27
ii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar tiga secara umum akan membahas tiga kajian penting
diantaranya Konsep UUD 1945, Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, dan
Kewarganegaraan yang Ber-Bhineka Tunggal Ika dalam Perspektif PPKn.
Kegiatan belajar ini dilihat dari aspek substantif dan pedagogisnya secara
komprehensif dapat memperkaya cakrawala keilmuan seorang guru PPKn dan
dapat mengembangkan kompetensi keilmuan guru PPKn (aspek pedagogis dan
professional). Secara umum substansi pada kegiatan belajar tiga akan membahas
tentang apa dan bagaimana konsep UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
Kemudian muatan tentang apa dan bagaimana sejarah perjuangan bangsa
Indonesia yang secara khusus banyak terinspirasi dari semangat pembentukan dan
lahirnya pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia) dalam perspektif PPKn. Terakhir muatan pada
kegiatan belajar ini juga akan membahas apa dan bagaimana Kewarganegaraan
yang Ber-Bhineka Tunggal Ika.
Dengan demikian, kegiatan belajar kali ini akan sangat banyak membekali
seorang guru secara kognitif dan secara terstruktur dan terarah membantuk
mengarahkan guru PPKn mampu menerapkan (aspek pedagogis dan profesional)
keilmuan PPKn perihal konsep UUD, Sejarah perjuangan bangsa, dan
Kewarganegaraan yang ber-bhineka tunggal ika dengan secara baik dan
mendukung tujuan dan mencapai KI dan KD kurikulum 2013 PPKn.
2. Relevansi
Modul 3 Kegiatan Belajar 3 yang membahas tentang konsep dasar keilmuan
PPKn pada diklat Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan ini sangat
penting dan relevan menjadi bekal, panduan, dan paket belajar bagi peserta PPG
dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi mutlak yang harus
dimiliki oleh seorang guru PPKn yang profesional adalah pemahaman dan
1
kemampuan implementasi perwujudan substansi Konsep UUD 1945, Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia, Dan Kewarganegaraan Yang Ber-Bhineka Tunggal
Ika Dalam Perspektif PPKn. Substansi ini adalah bagian dari konsep tradisi
perenialism, esensialism, progresifism, dan konstruksionism filosofi pembelajaran
PPKn yang berupaya membentuk civic virtue peserta didik sebagai warganegara
yang mengingat sejarah bangsanya (sehingga nasionalis dan patriotik), memahami
konsep UUD 1945 sebagai semangat dan komitmen sebagai hukum dasar yang
menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta memahami kewarganegaraan yang ber-bhineka tunggal ika
sebagai wujud komitment peserta didik sebagai warganegara yang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegaranya sesuai dengan nilai harmonis.
Selain itu tentu panduan dan/atau kegiatan belajar ini dapat membentuk
spirit pedagogis peserta PPG PPKn dalam jabatan, dapat mengaktualisasikan atau
mewujudkan tujuan instruksional dalam preambule UUD 1945 yang mana bangsa
Indonesia memiliki tujuan atau cita-cita hakiki yaitu untuk “mencerdaskan
kehidupan bangsa” yang kapabel dalam aspek semangat pemahaman sejarah
perjuangan bangsa, posisi UUD 1945, dan Konsepsi Bhineka Tunggal Ika dalam
Bingkai Kewarganegaraan.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 (KB 3) ini, ada beberapa hal
yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 3
ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting
dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema Konsep UUD 1945, Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia, dan Kewarganegaraan Yang Ber-Bhineka
Tunggal Ika dalam Perspektif PPKn.
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 3 pada modul 3 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 3.
2
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 3 ini.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi dan aplikasi materi bidang studi PPKn yang mencakup :
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran
dan/atau pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di
sekolah dan/atau masyarakat;
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya
berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh;
c. Isu-isu dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi
bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan
global dalam bingkai NKRI, termasuk advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa”
(filosofis), dan “ bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari;
3
2. Uraian Materi
4
dipertegas dalam (Winataputra, 2015) bahwa substansi PPKn yang bersumber dari
UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai hukum dasar yang
menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Sementara jika dikaji dalam pembelajaran PPKn itu sendiri, kurikulum 2013
secara adaptif menerapkan tradisi filosofi yang salah satunya menekankan pada
transfer imperatif norma-norma UUD 1945 sebagai suatu tradisi perenialisme
materi pembelajaran PPKn di sekolah (Winataputra, 2015). Tradisi perenialisme
materi PPKn yang bersumber dari norma-norma UUD 1945 secara implisit perlu
tercermin ke dalam kompetensi dasar pada kurikulum PPKn. Hal ini sebagai
wujud spirit kewarganegaraan yang tercermin dari norma-norma UUD 1945
sebagai landasan konstitusional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Secara substansial tradisi transfer muatan norma-norma UUD 1945 kedalam
pembelajaran PPKn sebagai bentuk tradisi perenialisme. Maka secara praktis
aktualisasi norma-norma UUD 1945 ke dalam pembelajaran PPKn termasuk
kedalam tradisi esensialisme. Konsep ini dicirikan dengan pembelajaran PPKn
yang dipayungi oleh materi norma-norma UUD 1945 sebagai semangat untuk
mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini
dikarenakan norma-norma fundamental pada UUD 1945 sebagai suatu hal yang
imperatif (keharusan) untuk menjadi landasan atau payung konstitusional
warganegara.
5
Selanjutnya yang terakhir adalah aktualisasi norma-norma UUD 1945 dalam
pembelajaran PPKn juga merupakan bagian dari tradisi rekonstruksionisme
pembelajaran PPKn yang dicirikan dengan muatan dan dorongan bagi individu
untuk memberikan kontribusi dalam konteks perwujudan norma-norma UUD 1945
di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Atas dasar prinsip rule of law, norma-norma pada UUD 1945 perlu untuk
disosialisasikan dan diinternalisasikan sampai pada penjewantahan norma-
normanya. Berbagai metode tentu akan sangat membantu proses tersebut dan
pendidikan adalah wadah paling tepat termasuk adalah peran guru menjadi sangat
vital. PPKn sebagai program pendidikan yang memiliki tanggungjawab besar
untuk turut memberi andil besar dalam upaya mengaktualisasikan norma-norma
UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara oleh
6
peserta didik (warganegara) melalui pembelajaran yang terstruktur secara jelas,
sehingga KI dan KD kurikulum PPKn juga harus menghimpun norma-norma
fundamental UUD 1945.
7
nasionalisme yang disebut mereka dengan istilah individuals’ national identity
(identitas nasional individu).
8
Upaya mengembangkan kebajikan warganegara, dalam pembelajaran PPKn
sendiri muatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia banyak dikaitkan dengan
upaya konstruksi 4 (empat) konsensus Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945,
Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Keempat konsesus ini secara substantif
merupakan tradisi perenialisme PPKn dan secara praktis merupakan wujud dari
tradisi esensialisme, progresifisme, dan konstruksionisme PPKn di sekolah.
tradisi-tradisi ini mengharuskan seorang guru untuk mampu menerapkan
pembelajaran PPKn yang dapat membentuk cultural unity peserta didik dengan
metode value inculcation yang terfokus pada urgensi sejarah perjuangan bangsa
Indonesia sebagai wujud pembentukan sikap patriotisme dan nasionalisme
warganegara.
Gambar 2. Kerangka holistik proses pengembangan civic virtue (diadaptasi dari olahan
Winataputra, 2015)
10
c. Kewarganegaraan Yang Ber-Bhineka Tunggal Ika
Substansi yang bersumber dan/atau berkaitan erat dengan konsep dan makna
Bhineka Tunggal Ika, sebagai wujud komitmen keberagaman kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan kohesif secara nasional
dan harmonis dalam pergaulan antarbangsa (Winataputra, 2015). Substansi ini
tidak lepas dari faktor demografis, geografis, dan sistem sosial Negara Indonesia
yang multikultur sehingga PPKn merupakan program yang tepat untuk
mengembangkan komitmen warganegara Ber-Bhineka Tunggal Ika secara
harmonis.
Bhinneka Tunggal Ika sendiri adalah sebagai motto Negara, yang diangkat
dari penggalan kakawin Sutasoma karya besar MPU Tantular pada zaman
Keprabonan Majapahit (abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai
tetapi satu atau Although in pieces yet One (Setiawan & Yunita, 2017). Motto ini
digunakan sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan
sosial-kultural dibangun di atas keanekaragaman. (etnis, bahasa, budaya dll). Jika
dikaji secara akademis, bhineka tunggal ika tersebut dapat dipahami dalam
konteks konsep generik multikulturalism atau multikulturalisme.
Elemen civic culture yang paling sentral dan sangat perlu dikembangkan
adalah civic virtue. Yang dimaksud dengan civic virtue adalah kemauan dari
warganegara untuk menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
Civic virtue merupakan domain psikososial individu yang secara substantif
memiliki dua unsur, yaitu civic dispositions dan civic commitments. Yang mana
civic dispositions adalah sikap dan kebiasaan berpikir warganegara yang
menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan
umum dari sistem demokrasi. Sedangkan civic committments adalah komitmen
warganegara yang bernalar dan diterima dengan sadar terhadap nilai dan prinsip
demokrasi konstitusional.
Kedua unsur dari civic virtue tersebut diyakini akan mampu menjadikan
proses politik berjalan secara efektif untuk memajukan the common good atau
kemaslahatan umum dan memberi kontribusi terhadap perwujudan ide
fundamental dari sistem politik termasuk "protection of the rights of the
individual" atau pelindungan hak-hak asasi manusia. Proses politik yang berjalan
dengan efektif untuk memajukan kepentingan umum dan memberi kontribusi
berarti terhadap perwujudan ide fundamental dari sistem politik termasuk di
dalamnya perlindungan terhadap hak-hak individu itu adalah ciri kehidupan
politik yang ditopang kuat oleh civic culture.
17
experience in partici-pation designed to foster among students a sense of
competence and efficacy dan mengembangkan ... an understanding of the
importance of citizen participation (Quigley, dkk), yakni pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan untuk berperan serta secara efektif dalam
masyarakat, pengalaman berperan serta yang dirancang untuk memperkuat
kesadaran berkemampuan dan berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan
pengertian tentang pentingnya peran serta aktif warganegara. Untuk dapat
berperan secara aktif tersebut diperlukan A knowledge of the fundamental
concepts, history contemporary events, issues, and facts related to the matter and
the capacity to apply this knowledge to the situation; a disposition to act in
accord with the traits of civic char-acters; and a commitment to the realization of
the fundamental values and principles. (Quigley, dkk,1991).
18
dimana pendekatan dan metode ini cocok untuk mengembangkan kompetensi
inti (KI) 2 kurikulum 2013 yaitu kompetensi sosial peserta didik. Pendekatan
dan metode ini dilakukan dengan menginternalisasi nilai-nilai komitmen dan
semangat kehidupan ber-Bhineka Tunggal Ika. Langkah yang dapat dilakukan
untuk melaksanakan metode inkuiri adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah yang sedang hangat terjadi;
2. Merumuskan hipotesa;
3. Mendefinisikan istilah atau mengkonseptualisasi;
4. Mengumpulkan data;
5. Menguji data dan menganalisis data;
6. Menguji hipotesa untuk mengeneralisasi hasil dan teori;
7. Memulai inkuiri lagi.
Adapun model pembelajaran yang dapat mendukung pendekatan dan metode
ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Portofolio. Yang
intinya adalah guru PPKn menggunakan teknik portofolio yaitu
mengidentifikasi masalah yang akan dikaji; mengumpulkan informasi;
mengkaji pemecahan masalah; membuat kebijakan; dan membuat rencana
tindakan. Tahapan-tahapan ini dapat mendukung main study PPKn yaitu
demokrasi atau perilaku demokratis.
4. Forum Diskusi
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian Tugas Terstruktur
Menguasai materi Struktur, metode, Konsep Kajian: 1. Baca dengan
dan aplikasi dan spirit keilmuan a. Konsep UUD cermat dan
materi bidang kewarganegaraan, 1945; pahami materi
studi PPKn yang hukum, politik b. Sejarah Konsep UUD
mencakup : kenegaraan, Perjuangan 1945, Sejarah
a. konsep, sejarah perjuangan Bangsa Perjuangan
prinsip, prosedur, bangsa, dan Indonesia; Bangsa Indonesia,
dan metode disiplin lainnya c. dan dan
keilmuan serta berlandaskan Kewarganegara Kewarganegaraan
nilai, norma, dan Undang-Undang an yang Ber- yang Ber-Bhineka
moral yang Dasar Negara Bhineka Tunggal Ika
menjadi muatan Republik Tunggal Ika dalam Perspektif
kurikulum dan Indonesia tahun dalam PPKn.
proses 1945 sebagai Perspektif 2. Cari bahan
19
pembelajaran hukum dasar yang PPKn. referensi yang
dan/atau menjadi landasan berhubungan
pembudayaan konstitusional dengan muatan
dalam konteks kehidupan atau materi
pendidikan bermasyarakat, tentang Konsep
Pancasila sebagai berbangsa dan UUD 1945,
dasar negara dan bernegara yang Sejarah
pandangan hidup ber-Bhinneka Perjuangan
bangsa dan Tunggal Ika dalam Bangsa Indonesia,
kewarganegaraan keberagaman yang dan
di sekolah kohesif dan utuh; Kewarganegaraan
dan/atau yang Ber-Bhineka
masyarakat; Tunggal Ika
b. struktur, dalam Perspektif
metode, dan spirit PPKn. .
keilmuan 3. Jelaskanlah
kewarganegaraan, konsep kajian
hukum, politik ilmu
kenegaraan, kewarganegaraan
sejarah berikut:
perjuangan b. Konsep UUD
bangsa, dan 1945,
disiplin lainnya c. Konsepsi
berlandaskan Sejarah
Undang-Undang Perjuangan
Dasar Negara Bangsa
Republik Indonesia,
Indonesia tahun d. Dan
1945 sebagai Kewarganegar
hukum dasar yang aan Yang Ber-
menjadi landasan Bhineka
konstitusional Tunggal Ika
kehidupan Dalam
bermasyarakat, Perspektif
berbangsa dan PPKn.
bernegara yang
ber- Bhinneka
Tunggal Ika
dalam
keberagaman
yang kohesif dan
utuh,
c. isu-isu dan/
atau
perkembangan
terkini
20
kewarganegaraan
meliputi bidang
ideologi, politik,
hukum, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan
keamanan dan
agama, dalam
konteks lokal,
nasional, regional,
dan global dalam
bingkai Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI), termasuk
advance materials
secara bermakna
yang dapat
menjelaskan
aspek “apa”
(konten),
“mengapa”
(filosofis), dan “
bagaimana”
(penerapan) dalam
kehidupan sehari-
hari;
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) adalah program
pendidikan yang dalam implementasinya, pembelajaran lebih menekankan
pada pengambangan aspek value inculcation. Metode penanaman nilai
menjadi cara yang relevan untuk mendukung visi dan misi PPKn dalam
mengembangkan potensi peserta didik yang memiliki rasa kebangsaan, cinta
tanah air, dan demokratis dan bertanggungjawab melalui semangat dan
komitmen pada empat konsensus bangsa Indonesia yaitu Pancasila, UUD
1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Keempat konsesnsus tersebut sebagai
21
landasan bagi warganegara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Dalam hal ini, peran guru sangatlah penting. Guru PPKn secara
pedagogis dan professional haru menguasai substansi keempat konsesnsus
tersebut untuk di jabarkan atau di internalisasi kedalam kompetensi dasar
kurikulum PPKn dalam mendukung aspek kompetensi inti kurikulum PPKn di
sekolah.
2. Tes Formatif
Pada bagian tes formatif kali ini, peserta diminta untuk menyelesaikan
kumpulan soal-soal multiple choice di bawah ini secara baik dan benar.
Selanjutnya silahkan dan selamat mengerjakan.
Soal-soal:
1. Keberadaan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional bagi bangsa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bagi warganegara, tentu harus berperan aktif untuk turut memberikan
pengaruh dalam segala kebijakan pemerintah. Hal ini merupakan
fungsi dari?
a. Patriotisme
22
b. Nasionalism
c. Multikulturalism
d. Civil Society
e. Demokratisasi
23
5. Rasa Patriotisme dan Nasionalisme akan terbentuk jika seorang
warganegara mengetahui dan memahami betul akan sejarah bangsanya
dan jika sebaliknya maka akan berdampak pada menurunnya tingkat
Patriotisme dan Nasionalisme, hal ini disebut sebagai?
a. Paradigma individuals’ identity
b. Paradigma individuals’ national identity
c. Paradigma Nationalism
d. Paradigma national identity
e. Paradigma Konservatif
24
a. Spirit Pancasila Peserta didik
b. Spirit Berkonstitusi Peserta didik
c. Civic Virtue Peserta didik
d. Spirit Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik
e. Civic Culture Peserta didik
Kunci Jawaban:
1. D 6. A
2. A 7. E
3. E 8. C
4. B 9. A
5. B 10. A
25
3. Daftar Pustaka
Buku:
Pimpinan MPR & Tim Kerja Sosialisasi MPR RI 2009-2014. 2015. “Materi
Sosialisasi Empat Pilar MPR RI”. Jakarta:Sekretariat Jenderal MPR RI.
Quigley, C.N., Buchanan, Jr. J. H. & Bahmueller, C.F. (1991). Civitas: a
frame work for civic education. Calabasas: Center for Civic Education.
Samsuri. 2012. “Pendidikan Karakter Warganegara (Kritik Pembangunan
Karakter Bangsa)”. Surakarta:Pustaka Hanif.
Setiawan, D & Yunita, S. 2017. Kapita Selekta Kewarganegaraan. Medan :
Larispa.
Wahab, A.A, dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.
Winataputra, U.S. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan Refleksi Historis-
Epistimologis dan Rekonstruksi Untuk Masa Depan. Banten: Universitas
Terbuka, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Winarno. 2013. “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (isi, strategi
dan penilaian)”. Jakarta:Bumi Aksara.
Jurnal:
Huang, A., & Liu, X, Historical knowledge and national identity: Evidence
from China, Sage Journals, July-September 2018: 1–8, doi:
10.1177/2053168018794352.
26
KEGIATAN BELAJAR 4:
ISU-ISU KEWARGANEGARAAN
i 27
DAFTAR ISI
B. INTI ............................................................................................................... 3
1. Capaian Pembelajaran .......................................................................... 3
2. Uraian Materi ......................................................................................... 4
A. Isu Kewarganegaraan Dalam Konteks Lokal ..................................... 4
B. Isu Kewarganegaraan Dalam Konteks Nasional .............................. 11
C. Isu Kewarganegaraan Dalam Konteks Regional.............................. 16
D. Isu Kewarganegaraan Dalam Konteks Global ................................. 18
E. Forum Diskusi .................................................................................. 21
C. PENUTUP ................................................................................................... 23
1. Rangkuman........................................................................................... 23
2. Tes Formatif ......................................................................................... 25
Soal Essay.............................................................................................. 30
3. Tes Sumatif ........................................................................................... 30
4. Daftar Pustaka ...................................................................................... 35
ii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar empat secara umum akan membahas kajian-kajian tentang
isu-isu kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional,
regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kegiatan belajar ini dilihat dari aspek substantif dan pedagogisnya secara
komprehensif dapat memperkaya cakrawala keilmuan seorang guru PPKn dan
dapat mengembangkan kompetensi keilmuan guru PPKn (aspek pedagogis dan
professional). Secara umum substansi pada kegiatan belajar empat akan
membahas tentang isu-isu kewarganegaraan pada region lokal, nasional, regional,
dan global. Yang mana isu-isu tersebut sebagai muatan yang dilihat dari fakta-
fakta yang terjadi untuk dipahami oleh guru PPKn. Oleh karena muatan tersebut
sebagai bekal knowledge bagi guru PPKn untuk terampil dan kompeten serta
professional dalam melaksanakan pembelajaran PPKn yang berbasiskan fakta
dilapangan.
Dengan demikian, kegiatan belajar kali ini akan sangat banyak membekali
seorang guru secara kognitif dan secara terstruktur dan terarah membantuk
mengarahkan guru PPKn mampu menerapkan (aspek pedagogis dan profesional)
keilmuan PPKn perihal isu-isu kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi,
politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam
konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
2. Relevansi
Modul 3 Kegiatan Belajar 4 yang membahas tentang konsep dasar keilmuan
PPKn pada diklat Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan ini sangat
penting dan relevan menjadi bekal, panduan, dan paket belajar bagi peserta PPG
dalam jabatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu kompetensi mutlak yang harus
dimiliki oleh seorang guru PPKn yang profesional adalah pemahaman dan
kemampuan implementasi pembelajaran PPKn berbasiskan fakta atau learning
1
experience yang berupa pembelajaran tentang isu-isu kewarganegaraan yang
meliputi bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Substansi ini adalah bagian
dari konsep tradisi perenialism, esensialism, progresifism, dan konstruksionism
filosofi pembelajaran PPKn yang berupaya membentuk civic virtue dan civc
literacy peserta didik sebagai warganegara yang memahami serta terlibat dalam
berbagai isu-isu kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi, politik, hukum,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks lokal,
nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) sebagai wujud komitment peserta didik sebagai warganegara yang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegaranya sesuai dengan nilai
kemanusiaan, harmonisasi, persaudaraan, dan kesatuan warga global.
Selain itu tentu panduan dan/atau kegiatan belajar ini dapat membentuk spirit
pedagogis peserta PPG PPKn dalam jabatan, dapat mengaktualisasikan atau
mewujudkan kompetensi-kompetensi inti pada kurikulum 2013 revisi untuk mata
pelajaran PPKn.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 (KB 4) ini, ada beberapa hal
yang harus anda lakukan untuk mempermudah pemahaman anda tentang isi KB 4
ini. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut;
1. Pahamilah terlebih dahulu mengenai berbagai kegiatan dan tahapan penting
dalam diklat mulai tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian permulaan terhadap tema yang berkenaan dengan isu-isu
kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks lokal,
nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
3. Pelajari terlebih dahulu langkah dan tahapan KB 4 pada modul 3 untuk
memudahkan dalam memahami isi KB 4.
2
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk
itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat,
berkaitan dengan latihan soal yang telah disediakan pada KB 4 ini.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan berdiskusi dengan sejawat, atau
bertanya kepada instruktur atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
6. Selamat belajar, semoga sukses dan berhasil
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Menguasai materi dan aplikasi materi bidang studi PPKn yang mencakup :
a. Konsep, prinsip, prosedur, dan metode keilmuan serta nilai, norma, dan
moral yang menjadi muatan kurikulum dan proses pembelajaran dan/atau
pembudayaan dalam konteks pendidikan Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa dan kewarganegaraan di sekolah dan/atau
masyarakat;
b. Struktur, metode, dan spirit keilmuan kewarganegaraan, hukum, politik
kenegaraan, sejarah perjuangan bangsa, dan disiplin lainnya berlandaskan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai
hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang ber- Bhinneka Tunggal
Ika dalam keberagaman yang kohesif dan utuh;
c. Isu-isu dan/ atau perkembangan terkini kewarganegaraan meliputi bidang
ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan
dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), termasuk advance
materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofis), dan “ bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan
sehari-hari;
3
2. Uraian Materi
Dilihat dari substansinya, dalam kurikulum 2013 standar isi pembelajaran
PPKn di sekolah tingkat menengah pertama dan keatas secara pedagogis banyak
berorientasi pada persoalan-persoalan kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan atau persoalan kewarganegaraan bahkan disetiap Kompetensi Dasar
pada KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4 terdapat muatan yang berorientasi pada persoalan
kewarganegaraan Indonesia. Sebagaimana dengan sifat pembelajaran PPKn yang
dinamis, seiring dengan perkembangan zaman bahwa PPKn sudah harus
mewadahi peserta didik untuk memhami berbagai persoalan atau isu-isu
kewarganegaraan. Sebagaimana dalam jurnal cakrawala pendidikan dengan judul
“Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Wawasan Global Warga
Negara Muda” (Murdiono. M, 2014) bahwa Pendidikan kewarganegaraan
membekali peserta didik di sekolah dengan pengetahuan tentang isu-isu global,
budaya, lembaga dan sistem internasional dan merupakan indikasi dari
pendekatan minimalis yang bisa mengambil tempat secara eksklusif di dalam
kelas.
4
(https://kbbi.web.id/isu) dan kewarganegaraan berarti sesuatu yang tidak sebatas
keanggotaan seseorang dari organisasi Negara, tetapi meluas kepada hal-hal yang
terkait dengan warganegara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Cholisin,
2016). Jadi, isu kewarganegaraan dapat disimpulkan sebagai suatu masalah yang
urgen atau penting terkait kehidupan warganegara dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Status legal bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur dapat berubah
makna menjadi suatu oksimoron atau majas yang menempatkan dua antonim
dalam suatu hubungan sintaksis (https://id.wikipedia.org/wiki/Oksimoron) dimana
multikulturnya bangsa Indonesia diikuti oleh rasa kecintaan dan kepercayaan
terhadap suatu adat atau suku yang berlebihan atau disebut dengan etnosentris.
Antara multikultur dan etnosentris, keduanya bersifat oksimoron. Sehingga
menjadi dua bagian yang terpisah namun dalam satu wadah yang sama, sehingga
dampaknya adalah intoleran. Realita ini menjadi paradigma negatif pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia. Dan kontra dengan hakikat PKn sebagai
pendidikan multikultur untuk membangun kehidupan yang rukun dan harmonis.
Sebagaimana dalam (Setiawan dan Yunita, 2017) bahwa PKn diharapkan dapat
menjadikan warganegara yang selalu ikut berpartisipasi dalam pembangunan
Negara, yaitu menjaga keutuhan bangsa dan mampu hidup rukun dan harmonis
dalam masayarakat Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.
Kontradiksi ini tidak lepas dari hakikat dari manusia itu sendiri. Apabila
merujuk dari teori freud tentang Id, Ego, dan Superego maka multikultur adalah
5
keadaan yang berangkat dari kombinasi dari Id dan Ego. Dimana Id menjadikan
manusia yang saling berinteraksi mengakibatkan saling ketergantungan, dan
ketergantungan itu yang mengakibatkan manusia itu jika ingin mendapatkan
sesuatu yang dikehendakinya maka mau tidak mau harus ber-urusan dengan orang
lain. Keadaan yang demikiaanlah yang membuat hubungan intim dan intens atas
nama satu identitas yang sama di satu wilayah.
Hal ini tidak lepas dari aspek Id warga suku dayak yang merasa kebutuhan
pokoknya (seperti lahan tanah) terancam dan belum lagi dampaknya yang
mewabah dan meluas oleh karena kesamaan tempat (kota sampit provinsi
Kalimantan tengah) dan identitas kesukuan (dayak) yang membuat orang yang
awalnya tidak menginginkan perpecahan dan intoleran sampai ikut-ikutan bahu-
membahu mengusir warga Madura sebagai pendatang. Sifat mereka ini didasari
atas kehendak ego sebagai wilayah keputusan alternatif, karena jika tidak ikut
bahu membahu maka akan terkena sanksi sosial seperti diacuhkan atau lebih
buruk lagi dilecehkan atau direndahkan. Dinamika ini menjadi bukti
etnonestrisme yang lahir dengan sendirinya atas dasar letak geografis dan sejarah
sistem sosial pada suatu tempat atau provinsi di Indonesia. Hal ini tentu
6
kontradiktif dengan makna multikultur bangsa Indonesia yang ditopang oleh
semangat dan komitmen semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berbasiskan nilai-
nilai Pancasila.
Isu etnosentrisme di Indonesia seakan menjadi cambuk spirit perlunya peran
pendidikan kewarganegaraan dalam memberikan peran edukasi untuk mencegah
dampak negatif dari etnosentrisme. Selain itu, memang etnosentrisme
sebenarnyapun juga kontradiktif dengan substansi-pedagogis PPKn yang
bersumber pada konsep dan makna bhineka tunggal ika, sebagai wujud komitmen
keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan
kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antar bangsa (Winataputra,
2015). Untuk itu perlu upaya khusus untuk mengimplementasikan PPKn menjadi
wahana pendidikan multikultural di daerah-daerah sejak dini melalui institusi
sekolah. Karena permasalahan etnosentrisme tidak hanya terjadi pada suku dayak
dengan Madura saja, ada banyak isu etnosentrisme yang pernah dan bahkan
senantiasa menjadi rutin terjadi di Indonesia, Seperti kebiasaan suku pedalaman di
Papua yang tetap menggunakan koteka dalam keadaan apapun dan dilihat oleh
siapapun bahkan yang bukan orang Papua sekalipun.
Pemakaian koteka tentu tidaklah salah karena itu alah kekayaan budaya salah
satu bangsa Indonesia. Yang menjadi kekeliruannya sehingga mengakibatkan
timbulnya nilai etnosentris adalah pemakaian koteka di situasi dan kondisi yang
orang-orangnya berlatarkan multi etnis. Jadi, etnosentrisme merupakan suatu
sikap seseorang yang berlebihan kecintaannya terhadap nilai adat istiadat sukunya
sendiri dan menganggap sukunya yang terbaik. Etnosentrisme adalah penilaian
terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai dan standar budaya sendiri. Orang-orang
etnosentris menilai kelompok lain relatif terhadap kelompok atau kebudayaannya
sendiri, khususnya bila berkaitan dengan bahasa, perilaku, kebiasaan, dan agama.
Perbedaan dan pembagian etnis ini mendefinisikan kekhasan identitas budaya
setiap suku bangsa. Etnosentrisme mungkin tampak atau tidak tampak, dan meski
dianggap sebagai kecenderungan alamiah dari psikologi manusia, etnosentrisme
memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat (https://id.wikipedia.
org/wiki/Etnosentrisme).
7
PPKn seyogiyanya harus secara terencana, terstruktur, dan terukur dengan
baik untuk menerapkan pendidikan multikultural di institusi sekolah-sekolah.
Melalui kerjasama seluruh stakeholder PPKn, akan lebih memudahkan target
tercapainya dengan baik pendidikan multikultur disekolah-sekolah.
8
Berlin: kebebasan positif dan kebebasan negatif. Kebebasan negatif (bebas dari
sesuatu) berarti 'non-interferensi, ketiadaan dari kendala-kendala ekstemal,
biasanya dipahami untuk diartikan sebagai hukum atau semacarn kendala fisik.
Sedangkan kebebasan positif (bebas melakukan sesuatu) dipahami dengan
pelbagai cara, yakni sebagai otonomi atau penguasaan diri (self-mastery), sebagai
pengembangan diri atau sebagai bentuk moral atau kebebasan dalam diri (inner
freedom). Di samping konsep kebebasan yang dikemukakan oleh Berlin, terdapat
istilah liberasi (liberation). Liberasi yang merupakan sebuah gagasan kebebasan
yang radikal, yakni penghapusan seluruh sistem penindasan, dan menawarkan
prospek kepuasan manusia yang menyeluruh. Sebagai contoh, penindasan seksual
dan ras dan manipulasi yang pervasif. Di lain pihak, toleran sering dipahami
sebagai suatu kerelaan untuk 'membiarkan sendiri' (leave alone) dengan sedikit
refleksi pada motif-motif yang ada di balik posisi tersebut. Jadi, toleransi
mengesankan nir-tindakan atau kelambanan (inaction), suatu penolakan terhadap
campur tangan atau kerelaan untuk 'sabar terhadap' sesuatu. Hal ini didasarkan
pada penalaran moral (moral-reasoning) dan sejumlah keadaan-keadaan yang
spesifik. Toleransi harus dibedakan dari pembiaran (permissiveness), yaitu
ketidakpedulian dan pemanjaan secara suka rela. Toleransi berhubungan erat
dengan tradisi liberal sekalipun is mendapat dukungan di antara para sosialis dan
sebagian konservatif. Ia melibatkan suatu penolakan untuk bercampur-tangan
dengan, membatasi atau mengecek tingkah laku atau keyakinan dari orang lain.
Ketidaktoleranan mengacu pada suatu penolakan untuk menerima tindakan-
tindakan, pandangan-pandangan dan keyakinan-keyakinan dari orang lain. Hal ini
mengesankan suatu keberatan yang tak berasalan dan tak dibenarkan terhadap
pandangan-pandangan atau tindakan-tindakan yang lain, yang mendekatkannya
kepada kefanatikan atau purbasangka (Kalidjernih, 2009).
9
fanatik dan purbasangka. PPKn harus dapat menginternalisasi pentingnya nilai
kebebasan dan toleransi pada tiap diri peserta didik atau warganegara.
10
memfasilitasi edukasi positif kepada warganegara dalam hal pendidikan
multukulturalisme.
11
disintegrasi bangsa. Misalkan saja isu Gerakan Pembentukan Negara Khilafah di
bumi Indonesia. Isu ini memicu disintegrasi, bahkan sampai menjadi bahan
propaganda esensi kebenaran Jihad dalam Islam. Sehingga tidak sedikit ummat
beragama islam di Indonesia yang terjebak didalamnya. Sebut saja kelompok
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menginginkan terbentuknya Negara
Indonesia sebagai negara khilafah.
12
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
melainkan juga untuk mengembangkan semua potensi peserta didik yang
menunjukkan karakter yang memancarkan nilai-nilai Pancasila (Winataputra,
2015). Disinilah peran PPKn dalam frame pendidikan, turut memberi andil secara
signifikan dalam membentuk warganegara yang cinta tanah air dan pancasilais.
Untuk GAM, secara resmi melalui peran dan kebijakan SBY (Soesilo
Bambang Yudhoyono) Presiden Republik Indonesia ke-6. Pada tahun 2005 terjadi
kesepakatan di kota Helsinki (Finlandia), yang diikuti dengan penetapan UU No.
11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Dalam rangka menyelesaikan
masalah atau konflik sosial di kalangan masyarakat, Pemerintahan SBY juga
membentuk lembaga-lembaga dialog. Antara lain pembentukan Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB). SBY berperan memfasilitasi proses perjanjian untuk
damai melalui dialog-dialog.
Namun untuk isu separatisme di Papua masih menjadi bara yang sewaktu-
waktu siap untuk mengeluarkan api yang besar dan berefek merugikan bagi
kedamaian Negara persatuan republik Indonesia. Intentsitas dan kompleksitas
konflik di Papua semakin menjadi-jadi tiap masanya, pada tahun 2013 terjadi
peningkatan intensitas konflik ketika aparat polisi menjadi lebih represif dalam
13
menghadapi kelompok-kelompok separatis Papua seperti national liberation army
atau Organisasi Papua Merdeka. Kekacauan nasionalisme di tanah Papua ini
sungguh menjadi PR besar bagi Indonesia dalam mentata dan mendudukkan
kembali makna Negara kesatuan republik Indonesia yang terlahir dari proses
panjang dimasa masa lalu pada saat masa perjuangan kemerdekaan.
Untuk itu, perlu kita sadari bahwa separatis hanyalah sebuah penjegal kita
untuk menjadi Negara yang maju dan sejahtera atau merdeka secara utuh. Seluruh
warganegara Indonesia harus paham akan makna NKRI.
Pada dimensi lain, isu kewarganegaraan yang juga hangat dan kompleks
terjadi adalah isu diskriminasi dan marjinalisasi. Pada bidang politik dan budaya
tentu kedua isu tersebut sangat memiliki efek yang negative terhadap aktualisasi
kewarganegaraan Indonesia yang esensial berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan
nilai-nilai demokratis. Diskriminasi maupun marjinalisasi bahkan juga menyentuh
persoalan ekonomi warganegara atau (economy civic). Kesenjangan antara sikaya
dengan si miskin, seakan menjadi jargon yang buruk bagi Indonesia. Tercatat,
disparitas antara si kaya dengan si miskin masih saja menjadi momok bagi
Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa faktanya pada maret tahun 2019 BPS
14
(Badan Pusat Statistik) melansir masih ada 25,14 juta penduduk indonesia
tergolong miskin. Survey ini pada satu sisi ada perbaikan karena jumlahnya
mengurang 810 ribu dari tahun sebelumnya (lihat
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190715132823-532-412205/jumlah-
penduduk-miskin-ri-maret-2019-turun-jadi-2514-juta?). Tentu disparitas ini
masih tergolong aman jika berdasarkan hitung-hitungan rasio gini world bank.
Namun angka 25,14 juta itu bukanlah angka kecil. Oleh karenannya, berdampak
pada kelompok yang berpendapatan rendah kesulitan untuk mengakses kebutuhan
dan pelayanan dasar seperti makanan, kesehatan dan pendidikan.
Untuk itu, guru dan segenap pemangku kepentingan ataupun agen pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia perlu memperhatikan sisi disposition warganegara
dalam konteks aktualisasi perekonominya. Apalagi dalam dimensi pendidikan,
khususnya PPKn secara eksplisit bertanggungjawab pada pembinaan ekonomi
warganegara yang kreatif dan terkontrol. Terkontrol dalam arti kreatifitas
ekonomi yang dibangun tetap dinetralisir dengan sikap ber-ekonomi yang
humanis yaitu menjaga prinsip menghargai dan menghormati, agar jangan sampai
terjadi atau terciptanya disparitas atau marjinalitas dan diskriminasi yang
mengakibatkan kecemburuan sosial atau bahkan perseteruan.
15
C. Isu Kewarganegaraan Dalam Konteks Regional
Dalam konteks ini, isu kewarganegaraan teritori regional berfokus pada
region ASEAN. Dimana isu-isu tersebut berlatar di Negara-negara ASEAN yang
diantaranya dapat berupa bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan keamanan dan agama.
Isu krusial pada konteks ini adalah berkaitan dengan Ideologi, Agama,
Politik, dan Sosial. Yang mana isu ini sejatinya juga merupakan bagian dari isu
global. Namun dalam sekop regional yaitu ASEAN, isu ini menjadi perhatian
penting bagi Negara-negara di ASEAN karena berhubungan dengan hubungan
bilateral dan multilateral, serta harmonisasi spiritual dan sosial serta politik antar
Negara ASEAN.
Isu yang dimaksud adalah persoalan Radikalisme. Pada bulan oktober 2019,
melalui situs berbasis berita atau media informasi online (news) yaitu liputan
6.com, “Ditjen PAS dan 9 Negara ASEAN Bahas Upaya Tangkal Radikalisme di
Lapas” dimana Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Kementerian
Hukum dan HAM (Kemenkumham) membahas isu radikalisme dan ekstremisme
dalam lapas bersama dengan sembilan negara ASEAN lainnya. Acara itu digelar
bekerja sama dengan United Nations Office on Drug and Crime (UNODC).
Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Sri Puguh Budi Utami menyampaikan,
revitalisasi pemasyarakatan yang dikembangkan dan diimplementasikan di
seluruh lapas dan rutan di Indonesia menjadi solusi untuk menangani radikalisme
dan ekstremisme dalam lingkungan penjara.
"Inti dari konsep ini adalah penilaian perubahan perilaku. Konsep ini juga
akan menjadi metode penanganan narapidana berkategori ekstrimisme atau high
risk (berisiko tinggi). Upaya ini sebagai langkah-langkah pencegahan sistematis
untuk mengatasi kondisi mendasar yang mendorong individu melakukan aksi
radikal dan bergabung dengan kelompok ekstremis. Terutama untuk mencegah
penyebaran ekstremisme kekerasan di antara komunitas penjara, sambil
menegakkan perlindungan dan hak asasi manusia (lihat https://www.
16
liputan6.com/news/read/4085075/ditjen-pas-dan-9-negara-asean-bahas-upaya-
tangkal-radikalisme-di-lapas).
Dengan defenisi yang demikian tentu ini berlawanan dengan keinginan hidup
rukun dan damai serta harmonis antar warga di lingkungan ASEAN. Tercatat isu
radikalisme, Baru-baru ini kasus Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Irak-
Suriah diyakini mampu membangkitkan dan menginspirasi makar maupun aksi
teror di regional Asia Tenggara. Pihak berwenang di setiap negara ASEAN harus
mulai menyadari potensi tumbuhnya bibit-bibit radikalisme Islam di area masing-
masing. Sebab kali ini, ISIS sangat masif, kreatif, serta menarik minat pemuda
melakukan propaganda dibandingkan Jemaah Islamiyah (JI) ataupun al-Qaeda
pada satu dekade yang lalu (lihat https://asc.fisipol.ugm.ac.id/2015/08/27/648/).
Lebih lanjut disampaikan pada laman berita pada url tersebut diatas, bahwa
Di Malaysia sendiri jumlah warga negara yang direkrut ISIS sekitar 40 dan di
Filipina sekitar 200 (Hashim 2015). The New Straits Times menerbitkan laporan,
kelompok teror yang independen seperti JI, al-Qaeda dan ISIS berlangganan
ideologi serupa. Ideologi itu direproduksi ulang dan ditawarkan kembali kepada
kelompok-kelompok milisi lainnya. Seperti pendahulunya, ISIS pun mengadakan
kontak dengan militan di Filipina Selatan, Abu Sayyaf. Sementara itu, ISIS juga
terlihat gencar melakukan propaganda di media sosial. Pemimpin senior ISIS Abu
Muthanna al Yaman menyiarkan video berjudul There Is No Life Without Jihad di
youtube (thediplomat.com 2014). Dalam video tersebut, warga negara Inggris itu
17
mengklaim, ISIS telah mengumpulkan milisi-milisi muslim dari seluruh dunia.
Mulai dari Bangladesh, Irak, Kamboja, Australia, UK. Namun para pemimpin
Muslim di Kamboja menolak klaim tersebut. Meskipun demikian, diplomat
mereka mencatat bahwa ratusan siswa maupun mahasiswa dari Kamboja yang
belajar di madrasah di Timur Tengah turut bergabung.
18
(peningkatan) pengungsi suriah di berbagai negara, dan termasuk ada 3 juta orang
melarikan diri ke Negara Turki. Ketiga, isu yang sama yaitu pengungsian oleh
warganegara Palestine. Konflik palestina dan Israel seakan tidak ada habisnya.
Bayangkan saja hampir 5 juta orang Palestine mengungsi dikarenakan agresi
militer Israel dan bahkan juga dikarenakan krisis dana operasional. Keempat,
peseteruan politik antara Iran dengan Amerika Serikat. Yang bahkan menyeret isu
keagamaan dalam skup regional yaitu kelompok garis keras atau disebut ISIS.
Kelima, isu senjata nuklir dan rudal oleh Negara Korea Utara yang mengakibatkan
terjadinya rivalitas antara korea utara dengan amerika serikat yang tentunya akan
mengkhawatirkan Negara sekitar yang bisa saja terkena dampaknya.
Kelima isu diatas, secara garis besar turut masuk pada aktualisasi
kewarganegaraan global yang sarat akan konflik kemanusiaan, hubungan bilateral
maupun multilateral, ancaman keamanan atau suasan kondusif secara global,
konflik hak asasi manusia, dan masalah pengungsian. Pendidikan Global rasanya
perlu memerhatikan peran dan posisi serta hakikat dari warga global, yang akan
berbeda makna ketika hanya menyebutnya sebagai warga Iran misalkan atau
warga Amerika Serikat atau warga Israel atau Warga Palestina. Global Citizenship
Education (Pendidikan Kewarganegaraan Global) dapat menjadi solusi baik
dalam mengatasi berbagai tantangan atau isu global. Dimana Global Citizenship
Education (GCE) harus menyelaraskan konsepnya dengan konsepsi civics (ilmu
kewarganegaraan). Karenanya hal tersebut akan berhubungan dengan upaya
menghadapi isu-isu global yang sedang krusial terjadi. Dimana civics atau IKn
(Ilmu Kewarganegaraan) sendiri sebagai disiplin ilmu yang bertujuan
mendeskripsikan peranan warga negara dalam aspek kehidupan politik, ekonomi,
dan sosial-budaya. Dengan kata lain, IKN bertujuan menghasilkan konsep, teori
maupun generalisasi tentang peranan warga negara dalam masyarakat demokratis.
Teori-teori yang dihasilkan IKN diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
membina warga negara yang lebih baik (good citizen). Yaitu warga negara yang
aktif berpartisipasi serta memiliki tanggung jawab dalam membangun kehidupan
bernegara yang demokratis, berkemanusiaan dan berkeadilan sosial (Cholisin,
2016).
19
ekstrimisme atau sering dilabelkan dengan istilah teroris karena sifat ekstrimnya
atau menggunakan kekerasan dan menghalalkan cara-cara kotor serta tidak
manusiawi. Ambil contoh yang baru-baru saja terjadi beberapa tahun belakangan
ini, peristiwa seperti yang terjadi di Charlottesville di Amerika Serikat 2017, di
Chemnitz, Jerman pada 2018 dan serangan teroris baru-baru ini di Christchurch,
Selandia Baru (lihat https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-48184050). Peristiwa
tersebut mengingatkan kita betapa hampir tiada berharganya lagi nilai
kemanusiaan. Seperti yang kita ketahui bahwa gerakan kaum esktrimis biasanya
tertuju pada upaya merebut kekuasaan dari pemerintahan yang syah dengan
menunggangi isu-isu agama sebagai isu ideologi gerakannya. Jika dimasa lampau
gerakan-gerakan ekstrimis klasik hanya berkutat pada tataran aqidah, maka
gerakan ekstrimis kontemporer telah mampu untuk menunjukkan eksistensi
hingga pada tataran syari’ah dengan melakukan perlawanan ekstrim hingga pada
aksi terorisme (Nugraha, 2016).
20
terpenting dalam mewujudkan warga digital adalah adanya pengembangan literasi
media dalam menyiapkan sumber daya manusia di abad ke-21 dapat diterapkan ke
dalam semua materi pelajaran, termasuk Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal
ini dapat ditemukan apabila kita membedah muatan Kurikulum 2013 hasil revisi
tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Dalam Kurikulum 2013 hasil revisi tersebut terlihat bahwa
sudah ada upaya menjadikan para pelajar kita tidak lagi terbatasi sumber
belajarnya pada buku atau diktat pembelajaran. Bahkan dikatakan guru PPKn
harus berupaya memanfaatkan jaringan internet dalam pembelajaran dengan
mengembangkan pembelajaran berbasis jaringan (pembelajaran daring) sehingga
pembelajarn PPKn menjadi proses belajar yang terpadu/teraduk (blended
learning). Di jenjang Sekolah Dasar (SD) dan jenjang Sekolah Menengah Pertama
(SMP), siswa diminta untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar
(buku, video, internet, dll.). Kebutuhan akan literasi media internet semakin
terlihat di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) karena banyak dituliskan
tentang “membaca dari berbagai sumber (buku, media cetak maupun elektronik)”
dengan komponen literasi telah meluas menggunakan berbagai sarana dan sumber
informasi.
3. Forum Diskusi
CPMK Sub-CPMK Bahan Kajian Tugas Terstruktur
Menguasai materi Struktur, metode, Isu-isu 1. Baca dengan
dan aplikasi dan spirit keilmuan Kewarganegaraan: cermat dan
materi bidang kewarganegaraan, meliputi bidang pahami materi
studi PPKn yang hukum, politik ideologi, politik, isu-isu
mencakup : kenegaraan, hukum, ekonomi, kewarganegaraan
a. konsep, sejarah perjuangan sosial, budaya, yang meliputi
prinsip, prosedur, bangsa, dan pertahanan bidang ideologi,
dan metode disiplin lainnya keamanan dan politik, hukum,
keilmuan serta berlandaskan agama, dalam ekonomi, sosial,
nilai, norma, dan Undang-Undang konteks lokal, budaya,
moral yang Dasar Negara nasional, regional, pertahanan
menjadi muatan Republik dan global dalam keamanan dan
21
kurikulum dan Indonesia tahun bingkai Negara agama, dalam
proses 1945 sebagai Kesatuan Republik konteks lokal,
pembelajaran hukum dasar yang Indonesia (NKRI). nasional, regional,
dan/atau menjadi landasan dan global dalam
pembudayaan konstitusional bingkai Negara
dalam konteks kehidupan Kesatuan
pendidikan bermasyarakat, Republik
Pancasila sebagai berbangsa dan Indonesia (NKRI)
dasar negara dan bernegara yang 2. Cari bahan
pandangan hidup ber-Bhinneka referensi yang
bangsa dan Tunggal Ika dalam berhubungan
kewarganegaraan keberagaman yang dengan muatan
di sekolah kohesif dan utuh; atau materi
dan/atau tentang isu-isu
masyarakat; kewarganegaraan.
b. struktur, 3. Jelaskanlah secara
metode, dan spirit ringkas
keilmuan bagaimana dan
kewarganegaraan, apa saja isu
hukum, politik kewarganegaraan
kenegaraan, pada lintas:
sejarah a. Lokal,
perjuangan b. Nasional,
bangsa, dan c. Regional.
disiplin lainnya d. Dan Global
berlandaskan
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia tahun
1945 sebagai
hukum dasar yang
menjadi landasan
konstitusional
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara yang
ber- Bhinneka
Tunggal Ika
dalam
keberagaman
yang kohesif dan
utuh,
c. isu-isu dan/
atau
22
perkembangan
terkini
kewarganegaraan
meliputi bidang
ideologi, politik,
hukum, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan
keamanan dan
agama, dalam
konteks lokal,
nasional, regional,
dan global dalam
bingkai Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
(NKRI), termasuk
advance materials
secara bermakna
yang dapat
menjelaskan
aspek “apa”
(konten),
“mengapa”
(filosofis), dan “
bagaimana”
(penerapan) dalam
kehidupan sehari-
hari;
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Paradigma baru PPKn yang mengedepankan aspek civic literacy atau
literasi warganegara, perlu diadakan pembinaan dan edukasi secara baik
untuk memahami dan keterlibatan pada isu-isu kewarganegaraan yang
meliputi bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan dan agama, dalam konteks lokal, nasional, regional,
dan global dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada konteks lokal, isu kewarganegaraan banyak menyangkut soal
etnosentrisme. Yang seakan menjadi cambuk spirit perlunya peran
23
pendidikan kewarganegaraan dalam memberikan peran edukasi untuk
mencegah dampak negatif dari etnosentrisme.
Pada konteks nasional, ada banyak sekali isu kewarganegaraan yang
hangat terjadi dan dapat memecah keutuhan sert harmonisasi hidup rukun
bangsa Indonesia. Sebut saja masalah ideologi separatisme, diskriminasi,
dan marjinalisasi.
Pada konteks regional, isu seputar kewarganegaraan di kawasan
ASEAN banyak membahas tentang radikalisme. Yang mana isu tersebut
berlawanan dengan keinginan hidup rukun dan damai serta harmonis antar
warga di lingkungan ASEAN.
Sedangkan dalam konteks Global, isu-isu kewarganegaraan berakar
dari masalah aktualisasi kewarganegaraan global yang sarat akan konflik
kemanusiaan, hubungan bilateral maupun multilateral, ancaman keamanan
atau suasan kondusif secara global, konflik hak asasi manusia, dan
masalah pengungsian. Selain itu, isu penting lainnya adalah persoalan
warga digital, dimana seorang warga negara digital memiliki peran yang
vital untuk berkontribusi terhadap isu perkembangan kewarganegaraan di
lingkungan global. Informasi maupun isu perkembangan global akan
mudah diakses oleh warga negara digital, sehingga warga negara digital
memiliki kesempatan yang besar untuk terlibat dan berpartisipasi
menghadapi berbagai isu global.
Disnilah letak peran vital seorang guru, termasuk adalah guru PPKn.
Dalam dimensi pendidikan tersemat tanggungjawab besar. Untuk itu, Guru
PPKn secara pedagogis dan professional harus menguasai substansi dan
24
terampil mengaktualisasi konsep kewarganegaraan yang juga berfokus
pada pemahaman dan bertanggungjawab pada isu-isu kewarganegaraan
yang mutakhir sehingga dapat menjadi agen pembentukan warganegara
yang dapat melibatkan diri peserta didik serta sumbangsi atau
berpartisipasi aktif peserta didik untuk mampu menghadapi berbagai
tantangan isu kewarganegaraan yang meliputi bidang ideologi, politik,
hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan agama, dalam
konteks lokal, nasional, regional, dan global dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Tes Formatif
Pada bagian tes formatif kali ini, peserta diminta untuk menyelesaikan
kumpulan soal-soal multiple choice di bawah ini secara baik dan benar.
Selanjutnya silahkan dan selamat mengerjakan.
Soal-soal:
1. Pentingnya memahami dan terlibat pada isu-isu kewarganegaraan
sebagai kompetensi kewarganegaraan yang memerlukan atribut?
a. Literasi warganegara
b. Literasi masyarakat
c. Literasi budaya
d. Civic knowledge
e. Civic disposition
25
e. Civic empowerment
26
b. Global
c. Lokal
d. Nasional
e. Regional
27
a. Perangkat digital
b. Literasi rakyat
c. Civic literacy
d. Kemauan individu
e. Peran guru PPKn
Kunci Jawaban:
1. A 6. D
2. C 7. A
3. C 8. B
4. E 9. A
5. B 10. C
3. Tes Sumatif
1. Pembelajaran PPKn dilihar dari substansi dan urgensinya banyak
berorientasi pada penanaman nilai-nilai Pancasila sebagai upaya
membentuk warganegara yang Pancasilais. Hal ini sebagai wujud dari
metode?
a. Value civic
b. Value education
c. Value competition
d. Value inculcation
e. Value creation
2. Pendidikan morality (pendidikan moral) adalah basis utama pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia. Hal ini sebagai upaya PPKn di Indonesia
untuk mendukung tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia yaitu warganegara
yang cerdas. Untuk itu secara substantsial-pedagogis PPKn, konsepsi ini
termasuk kedalam?
a. Salah satu body of Skill PPKn
b. Salah satu body of knowledge PPKn
28
c. Salah satu body of disposition PPKn
d. Pancasila
e. UUD 1945
3. Salah satu rumpun pada body of knowledge PPKn adalah ilmu politik.
Rumpun ini secara khusus dalam basis PPKn berorientasi pada?
a. Bhineka Tunggal Ika
b. Filsafat Pancasila
c. Rule of Law
d. Warganegara Demokratis
e. Budaya Politik
4. Guru PPKn perlu mengajak seluruh peserta didik untuk sadar akan
pentingnya mengetahui dan tanggap menyikapi berbagai persoalan atau isu
politik, hukum, dan moral dikarenakan sifat Reflective Inquiri
implementasi pembelajaran PPKn. Sehingga bekal utama bagi guru dalam
hal ini harus berpijak pada?
a. Literasi Budaya
b. Literasi Politik
c. Literasi Economic
d. Literasi Social
e. Literasi Civics
5. Tonggak utama terbentuknya civil society adalah adanya partisipasi aktif
warganegara atau civic participation dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Untuk itu setiap warganegara perlu
mengaktualisasikan perilakunya seperti?
a. Beraksi, menanggapi, dan mengikuti
b. Bertanya, menjawab, dan mengomentari
c. Berinteraksi, menanggapi, dan mempengaruhi
d. Beraksi, memantau, dan mengikuti
e. Berinteraksi, memantau, dan mempengaruhi
6. PPKn perlu mengutamakan pembelajaran yang menekankan pada
pembentukan warganegara yang baik atau bermoral sebagai wujud dari
29
eksistensinya sebagai Pendidikan Moral. Untuk itu guru perlu
memfokuskan pengembangan pribadi peserta didik sebagai warganegara
yang bermoral dengan berfokus pada aspek?
a. Tanggungjawab warganegara
b. Pemahaman warganegara
c. Keterampilan warganegara
d. Interaksi warganegara
e. Identifikasi warganegara
7. Konsekuensi Negara rule of law menekankan kepada seluruh warganegara
Indonesia sadar dan taat untuk berkonstitusi, untuk dalam dimensi
pendidikan, PPKn mengkonsepkan kesadaran berkonstitusi sebagai upaya
mewujudkan?
a. Civics
b. Demokratis
c. Multikulturalisme
d. Civil society
e. Bhineka tunggal ika
8. Nilai-nilai pancasila dilihat dari historinya berasal dari nilai kehidupan
masyarakat Indonesia sejak dahulu yang dikumpulkan dan dirumuskan
menjadi 5 sila oleh para the founding fathers bangsa Indonesia, hal ini
merupakan proses dari terbentuknya Pancasila melalui?
a. Elektis korporatif
b. Rapat dewan negara
c. Dialog
d. Pemilu
e. Demokrasi
9. Upaya mensinergikan kompetensi inti kurikulum 2013 mata pelajaran
PPKn dengan kompetensi inti civics sebagai disiplin ilmunya PPKn
merupakan bagian dari?
a. Konsepsi ilmu kewarganegaraan
b. Konsepsi substantif-pedagogis PPKn
30
c. Kompetensi PPKn
d. Psiko-sosial PPKN
e. Tujuan instruksional kurikulum PPKn
10. Penjewantahan nilai-nilai pancasila merupakan tugas utama pembelajaran
PPKn sebagai langkah?
a. Guru menyesuaikan materi dengan media pembelajaran PPKn.
b. Guru menyesuaikan materi dengan aktualisasi konsep PPKn.
c. Guru menyesuaikan materi dengan aktualisasi konsep pancasila.
d. Penjabaran tujuan kurikulum PPKn.
e. Pengembangan materi PPKn
31
d. Memperkaya muatan PKn yang punya ciri khas di Negara
Indonesia.
e. Menambah pengalaman guru PPKn.
14. Metode inkuiri menjadi suatu metode yang sangat diperlukan dalam
pembelajaran PPKn dikarenakan ?
a. Sifatnya yang mendukung pembelajaran yang aktif dan kritis
b. Cocok untuk membentuk pembelajaran yang student center
c. Inkuiri sebagai metode yang menekankan pada aspek
disposition
d. Pembelajaran PPKn tidak bisa lepas dari kegiatan
mengidentifikasi masalah
e. Metode belajar PPKn lebih bersifat statis
15. Dalam konteks substansi dan urgensi kajian UUD 1945 kedalam
pembelajaran PPKn, target yang diharapkan adalah dapat terbentuknya
spirit berkonstitsi yaitu democratische rechtsstaat. Konsepsi yang
demikian merupakan relevansi dari ?
a. Indonesia sebagai Negara Rechstaat
b. Indonesia sebagai Negara Machstaat
c. Indonesia beriklim hukum hindia belanda
d. Kausalitas norma-norma sosial
e. Efek dari kehidupan para leluhur di masa lalu
16. Muatan PPKn yang bersumber dari norma-norma Undang- undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, merupakan ciri dari?
a. Substantif-pedagogik PPKn
b. Substantif-filosofis PPKn
c. Substantif-historis PPKn
d. Socio-culture PPKn
e. Politic-Culture PPKn
17. Rasa Patriotisme dan Nasionalisme akan terbentuk jika seorang
warganegara mengetahui dan memahami betul akan sejarah
32
bangsanya dan jika sebaliknya maka akan berdampak pada
menurunnya tingkat Patriotisme dan Nasionalisme, hal ini disebut
sebagai?
a. Paradigma individuals’ identity
b. Paradigma individuals’ national identity
c. Paradigma Nationalism
d. Paradigma national identity
e. Paradigma Konservatif
18. Komitmen warganegara untuk ber-bhineka tunggal ika adalah komitmen
yang berfokus pada?
a. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh
dan kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan
antarbangsa.
b. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
eksklusif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan
antarbangsa.
c. Kehidupan yang berlandaskan pada konstitusi.
d. Kehidupan yang bersumber dari salah satu nilai Pancasila.
e. Kehidupan yang meletakkan fondasinya pada nilai-nilai adat
19. Sumber multikulturalisme Ke-Bhinekaan Tunggal Ika bangsa Indonesia
terletak pada?
a. Nilai-nilai budaya
b. Nilai-nilai kebangsaan
c. Etnosentrisme
d. Nilai-nilai adat istiadat
e. Nilai-nilai Pancasila
33
c. Literasi budaya
d. Civic knowledge
e. Civic disposition
21. Kekhawatiran utama dalam merespon isu etnosentrisme
dapat mengakibatkan proses lunturnya?
a. Rule Of Law
b. Political culture
c. Bhineka Tunggal Ika
d. Multikulturalisme
e. Simplisitas
34
24. Kecerdasan warganegara untuk meminimalisir marjin atau disparitas
orang kaya dengan orang miskin adalah menempuh pendidikan
kewarganegaraan yang berfokus pada?
a. Economic Democration
b. Economic civic
c. Civic Economic
d. Spirit Economic
e. Kebebasan
25. Digital citizenship sangat dipengaruhi oleh kapabilitas?
a. Perangkat digital
b. Literasi rakyat
c. Civic literacy
d. Kemauan individu
e. Peran guru PPKn
26. Mengutamakan nilai kemanusiaan seakan menjadi faktor imperatif dalam
aktualiatas kewarganegaraan di berbagai region. Hal ini tidak lepas dari?
a. Hakikat manusia itu sendiri yaitu makhluk individu
b. Perkembangan zaman
c. Isu kewarganegaraan yang cenderung melemahkan nilai humanisme
d. Isu-isu yang lebih mengarah pada politik
e. Perkembangan isu-isu sosial
27. Smart citizens, merupakan tantangan besar dalam mengaktualisasi
kewargaan yang cakap mengikuti perkembangan zaman. Peran terbesar
PKn dalam hal ini terletak pada?
a. Peran masyarakat untuk mendukung seluruh program PKn.
b. Sumbangsi pemerintah mendukung kegiatan pembelajaran PKn di
masyarakat.
c. Gerakan terbaru dari pembelajaran PKn.
d. Sumbangsi guru PPKn dalam menyusun perangkat pembelajaran
yang berorientasi pada soft skill dan hard skill.
b. Metode pembelajaran yang ber-status quo.
28. Isu kewarganegaraan “negatif” yang berteritori dalam skala global tentu
akan berdampak pada kondusifitas hubungan harmonis antar kewargaan
35
global. Untuk itu, perlunya pendidikan global dikarenakan?
a. Pendidikan global sebagai satu-satunya jawaban
b. Pendidikan global dapat membentuk perspektif global
c. Pendidikan global berlaku kepada siapa saja
d. Permasalahan global hanya dapat diselesaikan dengan pendidikan
global
e. Keseragaman dapat terbentuk dengan pendidikan
29. Permasalahan politik dalam organisasi negara, berfokus pada
kekuasaan. Dalam konteks keilmuan civics, korelasinya sangat
bergantung pada?
a. aktualisasi civic culture suatu bangsa
b. aktualisasi civic disposition
c. aktualiasasi politik kenegaraan
d. revitaliasasi politik kebangsaan
e. revitaliasasi good governance
30. Digital citizenship merupakan pendidikan di garda terdepan sebagai
upaya mewujudkan kewargaan digital yang berperan sebagai?
a. Melatih kemampuan menggunakan IT
b. Trigger atau pemicu terbentuknya civic virtue atau kebajikan
warganegara
c. Trigger terbentuknya civic competence atau warganegara yang
mampu.
d. Mengembangkan kemampuan IT
e. Meningkatkan keinginan untuk melek digital
Kunci Jawaban
1. D 11. A 21. B
2. C 12. C 22. B
3. D 13. D 23. B
4. E 14. A 24. C
5. C 15. D 25. B
6. A 16. E 26. C
7. D 17. A 27. D
8. A 18. B 28. B
9. B 19. D 29. A
10. B 20. A 30. C
36
4. Daftar Pustaka
Buku:
Cholisin. 2016. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Yogyakarta:Penerbit Ombak.
Jurnal:
Dokumen:
Prasetyo, Wibowo. H. 2016. Darurat Literasi Media Dalam Digital
Citizenship : Satu Gagasan Menuju Warga Negara Melek Informasi.
37
Dalam Seminar Nasional, Kongres dan Deklarasi AP3KnI 2016, yang
dikutip dari url: https://www.researchgate.net/publication/309720267
_Darurat_Literasi_Media_dalam_Digital_Citizenship_Satu_Gagasan_
Menuju_Warga_Negara_Melek_Informasi.
Internet:
Alexander, D. 2015. Aitai Karubaba dan Poreu Ohee, Pemuda Papua yang
Hadir Dalam Sumpah Pemuda. Dikutip dari url : https://www.
kompasiana.com/damianalexander/5518bf0e8133115c709de0c6/aitai-
karubaba-dan-poreu-ohee-pemuda-papua-yang-hadir-dalam-sumpah-
pemuda. Diakses pada hari Jumat, 25 Oktober 2019, Pukul : 09.54 WIB.
Asean Studie Center, ASEAN Dan Penanggulangan Terorisme: Beberapa
Catatan, dikutip dari url: https://asc.fisipol.ugm.ac.id/2015/08/27/648/.
Hasan, Rizki. A. 2018. 5 Isu Krusial yang Akan Dibahas dalam Sidang
Majelis Umum PBB 2018. Dikutip dari halaman url:
https://www.liputan6.com/global/read/3650933/5-isu-krusial-yang-akan-
dibahas-dalam-sidang-majelis-umum-pbb-2018. Diakses pada hari
sabtu, 26 oktober 2019, pukul: 05.28 WIB.
Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Arif, B., 2012. Identitas Nasional. Hibah
Pembelajaran Non Konvensional 2012. Dikutip dari halaman url :
http://eprints.uad.ac.id/9433/1/IDENTITAS%20NASIONAL%20Dwi.pdf.
Diakses pada hari Jumat, 25-oktober-2019, Pukul:09.29 WIB.
Kemdikbud, 2019. Pengertian Nasional, Dikutip dari halaman url :
https://kbbi. kemdikbud.go.id/entri/nasional, diakses pada hari Jumat,
25-oktober-2019, Pukul:09.24 WIB.
38