Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RS THURSINA

DISPEPSIA
1. Pengertian ( Definisi) Rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen bagian atas
dapat berupa salah satu atau beberapa gejala berikut : nyeri
epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah
makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas,
mual, muntah dan sendawa.

2. Anamnesis Kriteria Roma III dan Konsensus Asia Pasifik 2012


Terdapat satu atau lebih gejala yang berhubungan dengan
gangguan di gastroduodenal:
1. Nyeri epigastrium
2. Rasa terbakar di epigastrium (heartburn)
3. Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
4. Rasa cepat kenyang
5. Kembung pada abdomen bagian atas
6. Gejala atipikal karena tumpang tindih dengan GERD seperti
faringitis, asma, batuk, bronkitis, suara serak, nyeri dada mirip
angina

Untuk dispepsia fungsional gejala yang berlangsung setidaknya


sudah terjadi selama 3 bulan terakhir dengan awitan gejala 6
bulan sebelum diagnosis ditegakkan.

Mencari tanda bahaya pada anamnesis dispepsia :


1. Adanya penurunan berat badan yang tidak dikehendaki
2. Disfagia progresif
3. Muntah rekuren atau persisten
4. Perdarahan saluran cerna
5. Anemia
6. Demam
7. Benjolan / massa daerah abdomen atas atau kelenjar getah
bening
8. Riwayat keluarga kanker lambung
9. Dispepsia awitan baru pada pasien di atas 45 tahun
10. Nyeri saat menelan (odinofagia)
11. Ikterik
3. Pemeriksaan Fisik 1. Dapat normal
2. Nyeri tekan epigastrium
3. Menyingkirkan tanda bahaya : febris, konjungtiva pucat,
sklera ikterik, massa abdomen, pembesaran KGB,
malnutrisi, dehidrasi
4. Menyingkirkan adanya GERD atau refluks esofagitis : faring
eritem, mengi

4. Kriteria Diagnosis Dispepsia yang telah diinvestigasi terdiri dari dispepsia organik
dan fungsional.
Dispepsia organik terdiri dari ulkus gaster, ulkus
duodenum, gastritis erosi, gastritis duodenitis dan proses
keganasn.

Untuk dispepsia fungsional keluhan tersebut harus berlangsung


setidaknya selama 3 bulan dengan awitan gejala 6 bulan sebelum
diagnosis ditegakkan. Dispepsia fungsional terbagi menjadi sub
grup yaitu epigastric pain syndrome dan post prandial stress
syndrome namun dapat terjadi tumpang tindih diagnosis dispepsia
fungsional pada 2/3 pasien selain itu pada praktek sehari-hari
dapat ditemukan tumpang tindih antara dispepsia dan GERD.
5. Diagnosis Kerja - Dispepsia organik (ulkus peptikum, ulkus duodenum, gastritis
erosiva, gastritis sedang berat, gastritis duodenitis, gastritis
keganasan)
- Dispepsia dengan H. Pylori
- Dispepsia fungsional (sindrom nyeri epigastrik, sindrom
distress setelah makan)
- Dispepsia campuran dengan GERD.

6. Diagnosis Banding - GERD


- Pankreatitis
- Malabsorpsi karbohidrat
- Terkait obat-obatan (OAINS, antibiotik, preparat besi, kalium,
digoksin, jamu dll)
- Kolelitiasis
- Koledokolitiasis
- Kolesistitis
- Keganasan abdomen
- Iskemia kronik arteri mesenterika
- Penyakit sistemik ( DM, autoimun, jaringan ikat, sindrom
uremik CKD, terkait tiroid, hepatitis kronik)
- Investasi cacing
- Infark miokard.
7. Pemeriksaan Penunjang Saat di IGD atau rawat jalan sesuai indikasi :
Bila ditemukan tanda klinis perdarahan saluran cerna bagian atas,
melena, anemia: darah rutin, darah samar tinja.
Bila ditemukan tanda dehidrasi, infeksi atau kelemahan akibat
asupan berkurang : darah rutin, elektrolit, ur, cr, gds
Bila ditemukan kecurigaan infark miokard : EKG
Bila ditemukan keterlibatan atau kecurigaan penyakit sistemik:
hati -> SGPT, SGOT
ikterik -> bilirubin
CKD -> Ur Cr
Cacingan -> feses lengkap

Saat rawat inap atau rawat jalan


Bila ditemukan adanya kecurigaan keganasan pada saluran cerna:
Endoskopi, CT scan abdomen
Saat rawat inap bila ditemukan kecurigaan adanya batu atau
radang saluran empedu : USG abdomen atas.

Investigasi adanya H pylori (optional karena prasarana RS tipe


C) namun sudah harus ada dalam rencana kerja tatalaksana pasien
atau rujuk :
Endoskopi (biopsi histologi, Rapid Urease Test, cairan lambung :
kultur, PCR)
Tanpa endoskopi : serologi ELISA, UBT, antigen feses.

8. Tata Laksana Dispepsia yang belum diinvestigasi:


Pemberian terapi empirik selama 1-4 minggu sebelum
pemeriksaan adanya H pylori:
- Antasida
- Antisekresi asam lambung PPI dan atau H2RA
- Prokinetik
- Sitoprotektor
Pilihan ditentukan berdasarkan dominasi keluhan dan riwayat
pengobatan sebelumnya dan dapat dilakukan terapi kombinasi.

Pemeriksaan H pylori dan pengobatannya dilakukan pada


1. Pasien dispepsia tanpa komplikasi yang tidak berespons
terhadap perubahan gaya hidup, antasida, pemberian PPI
tunggal selama 2-4 minggu dan tanpa tanda bahaya
2. Pasien dengan riwayat ulkus gaster atau ulkus duodenum
yang belum pernah diperiksa
3. Pasien yang akan minum NSAID terutama dengan
riwayat ulkus duodenum
4. Anemia defisiensi besi yang tidak dapat dijelaskan, ITP
dan defisiensi vit B 12
Dispepsia dengan keterlibatan penyakit sistemik atau karena
obat/jamu/makanan
Dapat menggunakan obat untuk meredakan gejala dispepsia,
mengurangi atau menghindari faktor pencetus dan tatalaksana
utama untuk penyakit sistemik tersebut

Dispepsia dengan tanda bahaya


Harus dicari sebab, endoskopi dengan atau tanpa biopsi sebelum
ditangani sebagai dispepsia fungsional

Dispepsia yang telah diinvetigasi


Organik : diberikan kombinasi PPI (double dose) dengan
mukoprotektor

Dispepsia fungsional
Perbaikan gaya hidup, terapi psikologis, kombinasi : supresi asam
lambung (PPI, ARH2), antasida, prokinetik, sitoprotektif dan
antidepresan sesuai indikasi dan riwayat pengobatan sebelumnya.

Dispepsia dengan infeksi H pylori


Lini pertama : PPI 2x1 + Amoksisilin 2x1000 mg + Klaritromisin
2x500 mg 7-14 hari.
Lini kedua (PPI 2x1 + Amoksisilin 2x1000 mg + Levofloksasin
2x500 mg 7-14 hari) dan ketiga (uji resistensi terlebih dahulu)
bila gagal dengan lini sebelumnya.
Pemeriksaan evaluasi dengan UBT atau H pylory stool antigen
setidaknya 4 minggu setelah terapi berakhir.

Indikasi rawat inap


Bila ditemukan tanda-tanda dehidrasi,asupan sulit, tanda bahaya
atau diagnostik yang memerlukan pengawasan dan persiapan.
Bila ditemukan dehidrasi, perdarahan, anemia berat Hb ≤ 8 atau
syok dapat diberikan cairan kristaloid RL, NaCl 0,9%, Asering
atau kristaloid lainnya atau transfusi komponen darah.
Bila ditemukan asupan sulit, defisit elektrolit dikoreksi dengan
pemberian cairan yang mengandung kalori, elektrolit atau nutrisi
atau pemasangan NGT.
Bila ditemukan keterlibatan penyakit sistemik lainnya
ditatalaksana sesuai penyakit sistemik tersebut.
Bila asupan sulit atau perlu meredakan gejala dispepsia yang
menyebabkan hendaya

Boleh rawat jalan :


Subjektif keluhan dispepsia sudah berkurang
Objektif tidak muntah, tidak ada tanda dehidrasi, asupan oral
sudah mencapai 70% dari sebelum sakit, elektrolit telah
terkoreksi.
Lama rawat yang diharapkan bila hanya murni dispepsia tanpa
peny ulit atau komorbid lain adalah ≤ 3 hari.

9. Edukasi 1. Perubahan gaya hidup : menghindari makanan yang


(Hospital Health pedas, masam, berbumbu pedas atau tajam, alkohol, kopi,
Promotion) rokok, makan teratur
2. Terapi psikologis, ansietas

10. Prognosis Advitam : ad bonam


Ad Sanationam : ad dubia
Ad Fungsionam : ad bonam

11. Tingkat Evidens I/II


12. Tingkat Rekomendasi A/B
13. Penelaah Kritis SMF Ilmu Penyakit Dalam

14. Indikator Klinis

15. Kepustakaan 1. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan


Infeksi H pylori Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia 2014
2. Harrison Principles of Internal Medicine edisi 18 tahun
2014
3. Buku Ajar Gastroenterologi Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM 2011
Algoritme Tatalaksana Dispepsia di Berbagai Tingkat Layanan Kesehatan

Dispepsia belum diinvestigasi selama 3


bulan atau lebih

PF, anamnesis, singkirkan penyebab


dispepsia organik
Tanda bahaya Tidak
Terapi empiris

Ya atau rujuk

Endoskopi SCBA Respons setelah 2 minggu Lanjutkan terapi


Tidak atauYa
rujuk

Temuan menjelaskan gejala Bila ada indikasi parasit, darah samar tinja,
kimia darah, dan atau pencitraan abdomen

Dispepsia organik Hasil pemeriksaan menjelaskan gejala Dispepsia fungsional

Panduan pemilihan obat


Bila terdapat gejala GERD berat menggunakan PPI 2x1, bila GERD ringan sampai sedang
H2RA
Bila tidak terdapat gejala GERD dapat dimulai dengan H2RA
Bila terdapat temuan H pylori memakai PPI
Bila terdapat ulkus dengan komplikasi (perdarahan, melena, perforasi ) pilihan: PPI, bila
perdarahan aktif PPI iv
Bila terdapat ulkus tanpa komplikasi: pilihan H2RA namun PPI efikasinya lebih
baik Bila memerlukan ASA untuk penderita PJK: pilihan PPI
Rasa tidak nyaman setelah makan: prokinetik sebagai ajuvan
Pemberian PPI setengah jam sebelum makan terutama pagi dan bila dosis dua kali maka dosis
kedua pada malam hari
Obat prokinetik tidak dapat digunakan sebagai monoterapi namun sebagai ajuvan dengan PPI
Obat antasida dan sukralfat dapat digunakan sebagai ajuvan pada awal terapi dispepsia dengan
ulkus tapi tidak efektif untuk terapi jangka panjang

Anda mungkin juga menyukai