Anda di halaman 1dari 163

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:


Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah,
memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk
kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama
penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat
yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:


This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.

Team project ©2017 
Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 
PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI

MENGENAI GANGGUAN TIDUR SLEEP PARALYSIS

Laporan Tugas Akhir

Ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Desain (S.Ds.)

Nama : Sylvia Sulistio

NIM : 14120210179

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Fakultas : Seni & Desain

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA

TANGERANG

2018

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sylvia Sulistio

NIM : 14120210179

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Fakultas : Seni & Desain

Universitas Multimedia Nusantara

Judul Tugas Akhir:

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI MENGENAI

GANGGUAN TIDUR SLEEP PARALYSIS

dengan ini menyatakan bahwa, laporan dan karya tugas akhir ini adalah asli dan

belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana, baik di Universitas

Multimedia Nusantara maupun di perguruan tinggi lainnya.

Karya tulis ini bukan saduran/terjemahan, murni gagasan, rumusan dan

pelaksanan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali

arahan pembimbing akademik dan nara sumber.

Demikian surat Pernyataan Originalitas ini saya buat dengan sebenarnya,

apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan serta ketidakbenaran dalam

pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan

ii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
KATA PENGANTAR

Ketertarikan penulis terhadap topik tugas akhir yang dipilih ialah melihat adanya

fenomena gangguan tidur sleep paralysis yang terjadi di Indonesia, khususnya di

perkotaan dengan pola hidup yang lebih kompleks. Fenomena ini dianggap

menakutkan oleh sebagian besar masyarakat karena ciri-cirinya yang

menimbulkan kebingungan, kecemasan dan ketakutan.

Melihat adanya kecemasan yang diakibatkan fenomena gangguan tidur

sleep paralysis membuat penulis memilih untuk mengangkat topik tersebut

sebagai topik tugas akhir. Tujuan yang ingin penulis capai ialah untuk

menginformasikan kepada masyarakat Indonesia khususnya para remaja mengenai

fenomena gangguan tidur sleep paralysis melalui penjelasan – penjelasan medis

dan psikologis yang dikemas dalam media buku ilustrasi sehingga lebih mudah

untuk dipahami.

Selama proses perancangan tugas akhir ini, penulis banyak bertanya dan

berdiskusi dengan para ahli serta penderita mengenai gangguan tidur sleep

paralysis. Melalui proses tersebut, penulis menemukan fakta, alasan logis serta

pencegah terjadinya gangguan tidur sleep paralysis sehingga diharapkan para

pembaca khususnya remaja tidak bingung, cemas maupun takut ketika

mengalaminya.

Proses penulisan laporan dan perancangan tugas akhir ini tidak akan

berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan dukungan dari orang – orang sekitar.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan

bantuannya kepada:

v
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
ABSTRAKSI

Setelah melakukan berbagai aktivitas yang melelahkan setiap harinya, manusia


membutuhkan waktu istirahat salah satunya dengan tidur. Menjadi masalah ketika
seseorang membutuhkan waktu istirahat namun tidak dapat tidur karena
mengalami gangguan tidur seperti sleep paralysis atau lebih dikenal dengan
sebutan “ketindihan” di Indonesia. Sleep paralysis timbul dengan ciri-ciri
terbangun saat tidur tetapi tidak dapat bergerak ataupun mengeluarkan suara yang
seringkali menimbulkan rasa cemas ketika mengalaminya. Rata – rata manusia
mengalami sleep paralysis pertama kali pada usia 14 – 17 tahun yang merupakan
masa remaja. Tujuan dari perancangan buku ilustrasi ini ialah untuk membantu
remaja dalam memahami sleep paralysis melalui sudut pandang medis dan
psikologis yang diperjelas dengan bentuk visual sehingga membantu remaja untuk
lebih mudah memahami dan tidak merasa cemas ketika mengalaminya. Metode
penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif dan kuantitatif untuk
mengetahui lebih dalam mengenai pengetahuan, pengalaman serta pandangan para
ahli serta remaja mengenai gangguan tidur sleep paralysis.

Kata kunci: buku, ilustrasi, gangguan tidur, sleep paralysis, remaja

vii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
ABSTRACT

After being busy and tired for the whole day, people need to give themselves break
time, including sleep. It matters when people in such condition can’t sleep well
due to sleep disorder, such as sleep paralysis. Sleep paralysis is more well known
as “ketindihan” among Indonesians. The main feature of sleep paralysis is the
sufferer can’t move their body nor speak when they are suddenly awaken in the
middle of night. Thus, some sufferer might get thrilled by this experience. Sleep
paralysis generally happens first time at the age of 14 – 17 years old. The purpose
of creating illustrated book is to add visual explaination about sleep paralysis in
medical and psychological perspective so that teenagers understand more and not
get thrilled when it happens to them. Writer will use both qualitative and
quantitative methods to gather some data from experts and teenagers about sleep
paralysis.

Keywords: book, illustration, sleep disorder, sleep paralysis, teenagers

viii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
DAFTAR ISI

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI MENGENAI GANGGUAN TIDUR

SLEEP PARALYSIS.................................................................................................. I

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT .......................... II

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ................................................... IV

KATA PENGANTAR ............................................................................................V

ABSTRAKSI ....................................................................................................... VII

ABSTRACT ..........................................................................................................VIII

DAFTAR ISI ......................................................................................................... IX

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ XI

DAFTAR TABEL .............................................................................................. XVI

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... XVII

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3. Batasan Masalah...................................................................................... 3

1.4. Tujuan Tugas Akhir ................................................................................ 4

1.5. Manfaat Tugas Akhir .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6

2.1. Buku Ilustrasi .......................................................................................... 6

ix
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
2.1.1. Buku ............................................................................................ 6

2.1.2. Ilustrasi ...................................................................................... 11

2.1.3. Perancangan Buku Ilustrasi ....................................................... 14

2.2. Sleep Paralysis ...................................................................................... 27

2.2.1. Proses Terjadinya Sleep Paralysis ............................................ 29

2.2.2. Ciri-ciri Terjadinya Sleep Paralysis .......................................... 29

2.2.3. Pemicu Terjadinya Sleep Paralysis........................................... 30

BAB III METODOLOGI ..................................................................................... 31

3.1. Metodologi Pengumpulan Data ............................................................ 31

3.1.1. Wawancara ................................................................................ 31

3.1.2. Observasi ................................................................................... 52

3.1.3. Kuesioner .................................................................................. 59

3.2. Metodologi Perancangan ....................................................................... 62

3.2.1. Perancangan Buku ..................................................................... 64

3.2.2. Perancangan Ilustrasi ................................................................ 65

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS ..................................................... 67

4.1. Perancangan .......................................................................................... 67

4.1.1. Perancangan Gaya Visual ......................................................... 69

4.1.2. Perancangan Palet Warna .......................................................... 76

4.1.3. Perancangan Tipografi .............................................................. 77

4.1.4. Perancangan Format Buku ........................................................ 77

4.1.5. Perancangan Alur ...................................................................... 78

x
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
4.1.6. Perancangan Layout .................................................................. 82

4.1.7. Perancangan Digital .................................................................. 86

4.2. Analisis................................................................................................ 100

4.2.1. Cover ....................................................................................... 100

4.2.2. Bagian Depan .......................................................................... 102

4.2.3. Bagian Isi ................................................................................ 104

4.2.4. Bagian Belakang ..................................................................... 111

4.3. Perancangan Media Promosi ............................................................... 112

4.4. Budgeting ............................................................................................ 117

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 123

5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 123

5.2. Saran .................................................................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... XVIII

xi
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Wawancara dengan Brama Andika, S.Psi., C.Ht. ............................. 32

Gambar 3.2 Wawancara dengan dr. Jerry Sp. S .................................................... 35

Gambar 3.3 Wawancara dengan dr. Indrajati Gani ............................................... 37

Gambar 3.4 Wawancara dengan Hadyan Dhiozandi M.Psi., Psikolog dan

Leonarda Anggia, M.Psi., Psikolog .............................................................. 40

Gambar 3.5 Wawancara dengan Ibu Retno Kristy................................................ 45

Gambar 3.6 Tampilan buku ‘The ABCs of Journaling’ ........................................ 54

Gambar 3.7 Tampilan buku ‘Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan’ ............... 55

Gambar 3.8 Tampilan buku ‘The Miracle of Enzym’ ........................................... 56

Gambar 3.9 Tampilan buku ‘Doodleganger’ ........................................................ 58

Gambar 3.10 Penyebaran kuesioner melalui Clifton (kiri) dan Rindra (kanan) ... 62

Gambar 4.1 Mindmap perancangan ...................................................................... 67

Gambar 4.2 Brainstorming perancangan .............................................................. 68

Gambar 4.3 Hasil brainstorming perancangan ..................................................... 68

Gambar 4.4 Moodboard perancangan ................................................................... 69

Gambar 4.5 Sketsa karakter alternatif 1 ................................................................ 71

Gambar 4.6 Sketsa karakter alternatif 2 ................................................................ 71

Gambar 4.7 Sketsa karakter alternatif 3 ................................................................ 72

Gambar 4.8 Sketsa karakter alternatif 4 ................................................................ 72

Gambar 4.9 Sketsa karakter alternatif 5 (terpilih) ................................................. 73

Gambar 4.10 Karakter versi digital ....................................................................... 74

Gambar 4.11 Sketsa alternatif elemen pendukung ................................................ 75

xii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Gambar 4.12 Elemen pendukung versi digital ...................................................... 75

Gambar 4.13 Palet warna ...................................................................................... 76

Gambar 4.14 Jenis tipografi terpilih...................................................................... 77

Gambar 4.15 Flat plan .......................................................................................... 78

Gambar 4.16 Modular grid yang digunakan ......................................................... 82

Gambar 4.17 Sketsa alternatif layout awal ........................................................... 83

Gambar 4.18 Alternatif thumbnail 1 ..................................................................... 83

Gambar 4.19 Alternatif thumbnail 2 (terpilih) ...................................................... 84

Gambar 4.20 Sketsa alternatif cover 1 .................................................................. 85

Gambar 4.21 Sketsa alternatif cover 2 .................................................................. 85

Gambar 4.22 Sketsa alternatif cover 3 (terpilih) ................................................... 86

Gambar 4.23 Layout awal versi digital ................................................................. 87

Gambar 4.24 Elemen pendukung versi digital ...................................................... 88

Gambar 4.25 Pembatas setiap bab buku ............................................................... 88

Gambar 4.26 Pembuka setiap bab buku ................................................................ 89

Gambar 4.27 Alternatif 1 halaman pada bab 1 versi digital ................................ 90

Gambar 4.28 Alternatif 2 halaman pada bab 1 versi digital ................................. 90

Gambar 4.29 Alternatif 3 halaman pada bab 1 versi digital ................................. 91

Gambar 4.30 Alternatif 1 tipografi........................................................................ 92

Gambar 4.31 Alternatif 2 tipografi........................................................................ 92

Gambar 4.32 Alternatif 3 tipografi (terpilih) ........................................................ 92

Gambar 4.33 Alternatif 4 halaman pada bab 1 versi digital (terpilih) .................. 92

Gambar 4.34 Proses mewarnai digital halaman pada bab 2.................................. 93

xiii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Gambar 4.35 Hasil halaman pada bab 2 versi digital ........................................... 93

Gambar 4.36 Alternatif 1 dan 2 halaman pada bab 3 versi digital ........................ 94

Gambar 4.37 Alternatif 3 halaman pada bab 3 versi digital (terpilih) .................. 94

Gambar 4.38 Alternatif 1 dan 2 halaman pada bab 4 versi digital ........................ 95

Gambar 4.39 Alternatif 3 halaman pada bab 4 versi digital (terpilih) .................. 96

Gambar 4.40 Alternatif 1 dan 2 halaman pada bagian closing versi digital ......... 97

Gambar 4.41 Alternatif 3 halaman pada bagian closing versi digital (terpilih) .... 97

Gambar 4.42 Tipografi judul cover ....................................................................... 98

Gambar 4.43 Alternatif 1 cover versi digital ........................................................ 98

Gambar 4.44 Alternatif 2 cover versi digital ........................................................ 99

Gambar 4.45 Alternatif 3 cover versi digital (terpilih) ......................................... 99

Gambar 4.46 Cover buku .................................................................................... 100

Gambar 4.47 Bagian depan buku ........................................................................ 103

Gambar 4.48 Bagian isi bab 1 ............................................................................. 104

Gambar 4.49 Bagian isi bab 2 ............................................................................. 106

Gambar 4.50 Bagian isi bab 2 ............................................................................. 107

Gambar 4.51 Bagian isi bab 3 ............................................................................. 108

Gambar 4.52 Bagian isi bab 4 dan closing .......................................................... 110

Gambar 4.53 Bagian belakang buku ................................................................... 111

Gambar 4.54 Media promosi cetak ..................................................................... 112

Gambar 4.55 Sticker ............................................................................................ 113

Gambar 4.56 Cushion ......................................................................................... 113

Gambar 4.57 T-shirt ............................................................................................ 114

xiv
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Gambar 4.58 Tote bag ......................................................................................... 115

Gambar 4.59 Pins ................................................................................................ 115

Gambar 4.60 Tumbler ......................................................................................... 116

Gambar 4.61 Notebook........................................................................................ 117

xv
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi buku ‘The ABCs of Journaling’.......................................... 53

Tabel 3.2 Kelebihan dan kekurangan buku ‘The ABCs of Journaling’ ................ 54

Tabel 3.3 Spesifikasi buku ‘Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan’ ................. 54

Tabel 3.4 Kelebihan dan kekurangan buku ‘Anti Panik Mempersiapkan

Pernikahan’ ................................................................................................... 55

Tabel 3.5 Spesifikasi buku buku ‘The Miracle of Enzym’ .................................... 56

Tabel 3.6 Kelebihan dan kekurangan buku ‘The Miracle of Enzym’ .................... 56

Tabel 3.7 Spesifikasi buku Tampilan buku ‘Doodleganger’ ................................ 57

Tabel 3.8 Kelebihan dan kekurangan buku ‘Doodleganger’ ................................ 58

Tabel 3.9 Analisis SWOT ..................................................................................... 58

xvi
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: BUKTI WAWANCARA DENGAN PENDERITA .............. XXIII

LAMPIRAN B: BUKTI KUESIONER ........................................................... XXVII

xvii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat manusia tertidur, tidak menutup kemungkinan bahwa manusia dapat

mengalami gangguan tidur. Salah satu jenis gangguan tidur ialah sleep paralysis

atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kelumpuhan tidur. Sebagian besar

masyarakat Indonesia mengenal istilah sleep paralysis dengan kata “ketindihan”.

Dalam artikel yang ditulis oleh Larasaty (2015) disebutkan bahwa gangguan tidur

sleep paralysis yang kerap disertai dengan kesulitan bernapas dan munculnya

sosok – sosok yang tidak diinginkan dapat membuat panik siapapun yang

mengalaminya.

Dalam wawancara dengan Brama Andika, S. Psi., C.Ht. pada tanggal 6

September 2017, beliau mengatakan bahwa gangguan tidur sleep paralysis terjadi

karena proses tidur yang tiba-tiba tidak berurutan seperti seharusnya sehingga

menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya, namun tidak dapat menggerakan

tubuh karena otot tubuh masih tertidur. Hal tersebut yang menyebabkan sleep

paralysis sering dikaitkan dengan hal mistis dimana sebagian orang memercayai

bahwa sleep paralysis terjadi karena adanya roh jahat yang menindih orang yang

tengah tertidur tersebut. Beliau melanjukan bahwa terjadinya sleep paralysis dapat

dipicu oleh kelelahan fisik maupun psikis yang dialami oleh penderita. Murphy

dalam artikel yang ditulis oleh Sinulingga (2013) menyatakan bahwa usia rata –

rata manusia mengalami sleep paralysis ialah 14 – 17 tahun dan terjadi seimbang

pada laki-laki dan perempuan.

1
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Dalam riset awal pada tanggal 14 – 16 September 2017, penulis

membagikan kuesioner kepada 50 responden berusia 14 – 17 tahun. Dari riset

tersebut, didapatkan bahwa dari 50% responden yang pernah mengalami sleep

paralysis, 38% dari mereka merasa cemas, takut dan khawatir, 6% merasa

bingung karena tidak mengetahui penyebab medis dan psikologis terjadinya sleep

paralysis. Berdasarkan hasil observasi penulis yang dilakukan pada bulan Juli

2017 dengan mengunjungi toko buku, belum ada media yang menyediakan

informasi mengenai sleep paralysis secara khusus, yang ada hanya berupa bagian

kecil dari buku teks mengenai tidur. Melihat kemungkinan tersebut, maka perlu

adanya media untuk menyampaikan informasi mengenai penyebab gangguan tidur

sleep paralysis dari sudut pandang medis dan psikologis.

Dalam artikel yang ditulis oleh Baron (2014), beliau melalui penelitiannya

menemukan bahwa membaca buku yang dicetak membantu pembaca untuk lebih

fokus dan mencermati isi dari buku yang dibaca. Selain itu, informasi – informasi

yang tertera dalam buku yang dicetak bersifat lebih sah dan terpercaya (Rustan,

2009, hlm. 8). Ilustrasi dibutuhkan dalam perancangan ini karena menurut

penelitian Mahood (2006), remaja merasa kesulitan dan bosan dalam mencerna isi

buku yang hanya berisi teks sehingga banyak dari remaja menolak untuk

membaca buku (hlm. 9). Zeegen (2009) menyatakan bahwa kehadiran ilustrasi

dalam buku dapat membantu menyampaikan informasi sekaligus menghibur

pembaca (hlm. 20).

Dasar ketertarikan penulis terhadap topik yang dipilih ialah karena topik

tersebut terkait dengan diri penulis serta orang – orang terdekat yang kerap

2
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
beberapa kali mengalami sleep paralysis. Pengalaman tersebut dirasakan penulis

mengakibatkan timbulnya kecemasan serta pola tidur semakin terganggu sehingga

menurut Brama Andika, S. Psi, C.Ht., jika dibiarkan berkepanjangan dapat

menyebabkan depresi. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk membuat tugas

akhir yang berjudul “Perancangan Buku Ilustrasi Mengenai Gangguan Tidur Sleep

Paralysis”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana menginformasikan mengenai sleep paralysis melalui sudut pandang

medis dan psikologis pada remaja usia 14 – 17 tahun yang tinggal di perkotaan

melalui media buku ilustrasi?

1.3. Batasan Masalah

Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai apa itu sleep paralysis, bagaimana

ciri-ciri gangguan tersebut terjadi, apa penyebab terjadinya sleep paralysis dari

sudut pandang medis dan psikologis, serta cara mengatasi dan mencegahnya.

Konten – konten yang akan dibahas tersebut merupakan penggabungan dari

penelitian kedokteran yang telah dilakukan dengan wawancara dari para ahli.

Segmentasi yang penulis tuju:

1. Demografis

a. Usia : 14 – 17 tahun.

b. Jenis Kelamin : laki – laki dan perempuan.

c. Ekonomi : menengah ke atas.

3
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
2. Geografis

Di kota Tangerang.

3. Psikografis

Remaja yang bingung; cemas; takut; atau khawatir akibat mengalami sleep

paralysis, tidak mengetahui sleep paralysis, belum pernah mengalami sleep

paralysis, ingin mengetahui tentang sleep paralysis, suka membaca buku

ilustrasi.

Perancangan ini ditujukan untuk seluruh remaja Indonesia khususnya di

wilayah perkotaan. Penulis memilih kota Tangerang yang termasuk kedalam

kawasan Jabodetabek.

1.4. Tujuan Tugas Akhir

Menginformasikan mengenai sleep paralysis dari sudut pandang medis dan

psikologis pada remaja usia 14 – 17 tahun yang tinggal di perkotaan melalui

media buku ilustrasi.

1.5. Manfaat Tugas Akhir

1. Penulis dapat belajar bagaimana merancang buku ilustrasi dan mendapat

wawasan lebih mengenai sleep paralysis.

2. Para remaja dapat menambah wawasan dan memahami mengenai sleep

paralysis dari sudut pandang medis dan psikologis.

4
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
3. Para remaja tidak mengalami kebingungan atau kecemasan ketika mengalami

sleep paralysis.

4. Penulis berharap tugas akhir ini dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya mengenai sleep paralysis.

5
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buku Ilustrasi

Berdasarkan ulasan pada bab I, hasil observasi penulis menghasilkan bahwa

media buku mengenai topik yang penulis bahas masih sangat minim beredar, tidak

detail dan hanya berupa buku teks. Melihat kondisi tersebut, buku ilustrasi

menjadi pilihan penulis sebagai media yang kiranya dapat membantu para remaja

untuk lebih memahami topik yang penulis bahas melalui peran ilustrasi.

Kelebihan buku ilustrasi ialah dapat meningkatkan ketertarikan, pemahaman serta

kepercayaan pembaca terhadap isi buku melalui kehadiran ilustrasi (“Drawing on

Success: The Importance of Illustrations”, 2014).

2.1.1. Buku

Menurut Haslam (2006) buku memiliki arti sebagai lembaran kertas yang menjadi

sarana manusia untuk memperoleh pengetahuan atau informasi dari waktu ke

waktu (hlm. 9). Oleh karena buku yang akan dirancang penulis berfungsi untuk

menyampaikan informasi, maka Rustan (2009) mengatakan bahwa dalam

merancang ada baiknya memperhatikan desain cover, desain navigasi, pembeda

antar bab serta kejelasan informasi didalamnya. Buku memiliki ukuran yang

bermacam-macam seperti A6, A5, A4, A3, B6, B5 (hlm. 122).

2.1.1.1. Anatomi Buku

Sebelum merancang buku, penulis membaca teori mengenai bagian –

bagian buku untuk mengetahui gambaran struktur sebuah buku. Menurut

6
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Rustan (2009) buku memiliki 3 bagian yang masing – masing memiliki

fungsi, yaitu (hlm. 123):

1. Bagian Depan

a. Cover depan yang berisi judul buku, nama pengarang, nama atau

logo penerbit, testimoni yang biasanya berupa pujian, elemen

visual maupun teks lainnya.

b. Judul bagian dalam.

c. Informasi penerbitan dan perijinan.

d. Dedication yang berisi pesan pengarang.

e. Kata pengantar dari pengarang.

f. Kata sambutan dari pihak lain seperti editor.

g. Daftar isi.

2. Bagian Isi

Terdiri dari bab – bab serta sub-bab yang berisi topik yang berbeda –

beda. Menurut Skipper (2011), unsur – unsur yang dapat membuat bab

maupun sub-bab berkualitas yakni teori dan contoh yang akurat, riset

terhadap target pembaca, penyediaan informasi yang terstruktur

sehingga mudah dimengerti serta adanya kesimpulan (hlm. 5 – 9).

3. Bagian Belakang

a. Daftar pustaka

b. Daftar istilah

c. Daftar gambar

7
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
d. Cover belakang yang berisi ulasan singkat mengenai isi buku,

testimonial, barcode dan harga, nama atau logo penerbit, serta

elemen visual atau teks lainnya.

Gambar 2.1 Anatomi buku


(Haslam, Book Design, 2006)

Haslam (2006) membedah anatomi buku secara lebih lengkap lagi menjadi

19 bagian yakni:

1. Spine: jarak diantara cover depan dan cover belakang yang menutupi

bagian terjilid.

2. Head band: ikatan benang sebagai pelengkap penjilidan buku.

3. Hinge: lipatan pada endpaper yang terletak diantara pastedown dan

flyleaf.

4. Head Square: pelindung bagian atas buku yang terbuat dari cover

depan dan belakang yang berukuran lebih besar daripada lembaran isi

buku.

8
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
5. Front Pastedown: endpaper yang terletak di dalam front board.

6. Cover: pelindung cetakan buku yang terbuat dari kertas tebal atau

karton.

7. Foredge Square: pelindung bagian tengah buku yang terbuat dari

cover depan dan belakang yang berukuran lebih besar daripada

lembaran isi buku.

8. Front Board: karton cover depan buku.

9. Tall Square: pelindung bagian bawah buku yang terbuat dari cover

depan dan belakang yang berukuran lebih besar daripada lembaran isi

buku.

10. Endpaper: kertas tipis atau tebal untuk menutupi bagian dalam cover

dan menyangga hinge.

11. Head: bagian atas buku.

12. Leaves: lembaran isi buku yang memiliki dua sisi.

13. Back Pastedown: endpaper yang terletak di dalam back board.

14. Back Cover: cover belakang sebuah buku.

15. Foredge: bagian sisi panjang buku yang dapat memperlihatkan tebal

lembaran dalam buku.

16. Turn-in: kertas yang dilipat dari bagian luar ke bagian dalam buku.

17. Tail: bagian bawah buku.

18. Fly Leaf: halaman buku di sebelah endpaper.

19. Foot: bagian bawah setiap lembaran isi buku.

9
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
2.1.1.2. Jenis – jenis Buku

Nurgiantoro (2010) membagi jenis buku menjadi buku fiksi dan buku non

fiksi (hlm. 2). Merujuk pada perancangan penulis untuk membuat buku

yang menyampaikan informasi faktual, maka penulis berfokus kepada

teori mengenai buku non fiksi. Menurut Wistrom (2012) buku non fiksi

merupakan buku yang dapat berupa laporan, naratif maupun representatif

yang berisi fakta – fakta.

Salah satu jenis buku yang termasuk non fiksi ialah informational

book. University of Lethbridge (2013) menambahkan bahwa informational

book harus dapat menyediakan informasi yang selain faktual juga akurat

(hlm. 5).

2.1.1.3. Kelebihan Buku

Pemilihan buku sebagai media penyampaian informasi mengenai topik

yang penulis pilih didukung oleh teori – teori yang ada. Haslam (2006,

hlm. 12), Rustan (2009, hlm. 8), dan Billington et al. (2010, hlm. 6)

menyatakan bahwa perkembangan teknologi tidak berarti dapat

menghapuskan keberadaan buku karena buku tetap memiliki kelebihan

yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Melalui buku, informasi dapat

disampaikan secara lebih sah dan terpercaya khususnya buku – buku yang

ditulis atau bersumber dari para ahli. Keuntungan yang didapatkan dari

membaca buku ialah buku dapat membantu seseorang untuk lebih relaks

serta lebih berpikir positif.

10
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
2.1.2. Ilustrasi

Penggunaan ilustrasi dalam perancangan buku ini merujuk pada pendapat Wigan

(2008) bahwa selain merupakan proses pembuatan gambar, ilustrasi juga dapat

menjadi solusi dari permasalahan. Zeegen (2012) menyatakan bahwa ilustrasi

mampu merepresentasikan teks melalui bentuk visual. Didukung oleh penelitian

Prasetyo (n.d.) yang mendapatkan bahwa ilustrasi umumnya digunakan untuk

memvisualisasikan teks yang sulit dibayangkan pada buku – buku pelajaran dan

buku – buku ilmiah sehingga lebih mudah untuk dipahami oleh pembaca (hlm. 8).

2.1.2.1. Peran Ilustrasi

Menurut Witabora (2012), ilustrasi memiliki beberapa peran (hlm. 664 –

666). Peran – peran yang bermanfaat bagi perancangan buku penulis yaitu:

1. Sebagai Sarana Informasi

Gambar 2.2 Contoh ilustrasi sebagai sarana informasi


(https://static1.squarespace.com/static/frog_dissection.jpg,
https://www.theramenrater.com/wp-
content/uploads/2014/08/2014_8_23_1465_004.jpg)

11
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Ilustrasi banyak dimanfaatkan buku pendidikan, buku pengetahuan

alam, buku kedokteran dan ensiklopedia untuk kebutuhan

dokumentasi. Ilustrasi dapat membantu untuk menjelaskan suatu

informasi secara detail sehingga para ilmuwan dan dokter

menggunakan ilustrasi untuk mendokumentasikan subjek penelitian,

anatomi maupun pembedahan. Oleh karena ilustrasi bersifat

memperjelas maka ilustrasi juga membantu proses pemahaman suatu

informasi sehingga ilustrasi juga kerap digunakan sebagai media

instruksi berupa teknik maupun langkah – langkah.

2. Sebagai Sarana Bercerita

Gambar 2.3 Contoh ilustrasi sebagai sarana bercerita


(http://www.jack-illustration.co.uk/uploads/2/7/1/9/27193873/9450520_orig.jpg)

Ilustrasi banyak dimanfaatkan untuk menggambarkan lebih detail

suatu naskah cerita. Dalam memenuhi peran sebagai sarana bercerita,

ilustrasi sebaiknya dibuat seimbang dengan teks naskah. Untuk

12
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
menciptakan kestabilan alur dan jeda suatu cerita, dapat ditambahkan

dialog antara teks dan ilustrasi. Peran ilustrasi ini juga berlaku untuk

perancangan cover depan sebuah buku agar target tertarik untuk

membaca.

2.1.2.2. Gaya Ilustrasi

Gambar 2.4 Contoh gaya ilustrasi


(http://data.whicdn.com/images/238265508/large.jpg)

Merujuk pada target pembaca buku yang penulis akan rancang merupakan

remaja berusia 14 – 17 tahun, penulis menggunakan teori Tillman (2011).

Beliau mengemukakan bahwa ada baiknya untuk mengetahui karakter

target pembaca berdasarkan usia sebelum membuat ilustrasi agar pesan

dapat tersampaikan secara tepat. Menurut penelitiannya, remaja usia 14 –

18 tahun cenderung tidak lagi menyukai ilustrasi dengan proporsi yang

tidak seimbang. Remaja pada usia tersebut lebih memilih ilustrasi yang

mendekati wujud aslinya (hlm. 104).

13
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Menurut Bancroft (2006) terdapat 6 jenis gaya ilustrasi, yakni

iconic, simple, broad, comedy relief, lead character, dan realistic.

Berdasarkan teori Tillman mengenai kecenderungan selera remaja

terhadap gaya ilustrasi yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya maka

penulis memilih gaya ilustrasi simple untuk merancang ilustrasi. Gaya

ilustrasi simple merupakan gaya ilustrasi yang diciptakan berdasarkan

khayalan perancang mulai dari bentuk mata, hidung, mulut dan lain-lain.

Jika gaya ilustrasi iconic terkesan kaku dan tidak ekspresif, gaya

ilustrasi simple mulai menampilkan karakter yang cukup ekspresif serta

memiliki bentuk tubuh yang mulai proporsional sesuai dengan kriteria

gaya ilustrasi yang digemari oleh remaja. Gaya ilustrasi simple mulai

mendekati gaya ilustrasi semi realis seperti lead character hingga gaya

ilustrasi realistic namun, tidak sedetail seperti kedua gaya tersebut (hlm.

18).

2.1.3. Perancangan Buku Ilustrasi

Menurut Haslam (2006) terdapat beberapa peran dalam merancang sebuah buku.

Peran seorang desainer dalam merancang buku dapat berbeda – beda (hlm. 13).

Dalam proses ini, penulis tidak mengambil peran dalam mengarang konten buku

tetapi penulis berperan dalam menyusun dan mengilustrasikan konten serta

merancang desain buku. Untuk memenuhi peran tersebut, penulis memerlukan

teori – teori mengenai layout, tipografi serta warna.

14
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
2.1.3.1. Layout

Dalam merancang buku ilustrasi, layout diperlukan penulis untuk

menyusun komposisi gambar dan teks pada setiap halaman buku. Menurut

Rustan (2009) layout merupakan sarana untuk mengatur posisi elemen –

elemen desain pada suatu bidang kerja desain yang membantu

penyampaian pesan suatu karya. Ambrose dan Harris (2011) berpendapat

bahwa layout dapat berfungsi untuk mengasah kreatifitas serta membantu

pembaca untuk lebih cepat memahami isi buku (hlm. 9 – 10). Hendratman

(2015) membagi layout ke dalam 20 jenis yakni mondrian layout, multi

panel layout, picture window layout, copy heavy layout, frame layout,

silhouette layout, type specimen layout, circus layout, jumble layout, grid

layout, bleed layout, vertical panel layout, alphabet inspired layout,

angular layout, informal balance layout, brace layout, two mortises

layout, quadran layout, big type layout, dan rebus layout. Dalam

perancangan ini, penulis hanya menggunakan 3 jenis layout dari 20 jenis

layout tersebut, yaitu:

1. Multi panel layout

Layout jenis ini terdiri dari banyak panel yang umumnya digunakan

untuk menyampaikan informasi dengan ilustrasi yang berbeda-beda

pada setiap panelnya. Layout ini memiliki ciri-ciri seperti bagian –

bagian berupa panel – panel dengan bentuk yang bermacam-macam

sesuai kebutuhan.

15
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
2. Picture window layout

Layout jenis ini terdiri dari ilustrasi dan teks dimana ilustrasi gambar

lebih besar daripada porsi teks. Teks memiliki peran sebagai

pendukung dari ilustrasi yang ada.

3. Bleed layout

Layout jenis ini memiliki tanda dimana ilustrasi ditempatkan melebihi

margin hingga menempel pada bagian tepi kertas.

Dalam merancang suatu layout, terdapat berbagai macam elemen

dan prinsip yang memiliki peran berbeda-beda. Rustan mengkategorikan

elemen – elemen layout tersebut menjadi 3 bagian yaitu (hlm. 27):

1. Elemen Teks

Rustan mengelompokkan elemen teks kedalam 21 bagian yakni judul,

deck, byline, bodytext, subjudul, pull quotes, caption, callouts, kickers,

initial caps, indent, lead line, spasi, header & footer, running head,

catatan kaki, nomor halaman, jumps, signature, nameplate, dan

masthead, namun, penulis dari 21 bagian tersebut, penulis memilih 6

bagian sesuai kebutuhan dalam merancang buku ilustrasi menjadi:

a. Judul

Judul merupakan kata atau kalimat singkat sebelum mengawali

suatu bacaan. Untuk dapat menarik perhatian pembaca, penulis

harus mampu memilih jenis huruf yang sesuai untuk sebuah judul.

Setiap jenis huruf memiliki kesan masing – masing yang dapat

16
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan lewat sebuah

judul. Selain itu, ukuran judul juga dapat berpengaruh dalam

menarik perhatian pembaca dengan dibuat lebih besar daripada

elemen layout lainnya (hlm 28 – 30).

b. Bodytext

Bodytext merupakan paparan bacaan yang ada pada halaman –

halaman sebuah buku. Judul dan deck yang menarik dapat

mempengaruhi minat seseorang untuk membaca bodytext (hlm.

35).

c. Subjudul

Subjudul merupakan segmen – segmen topik yang berfungsi untuk

memecah suatu bacaan agar tidak terlalu panjang. Subjudul dapat

memiliki sub – sub lagi oleh karena itu dapat digunakan warna,

elemen visual kotak atau garis untuk membedakannya (hlm. 36 –

37).

d. Caption

Caption merupakan kata atau kalimat singkat yang menjelaskan

elemen visual dan inzet. Jenis huruf caption umumnya dibedakan

dengan jenis huruf bodytext. Jenis huruf berakhiran “condensed”

dapat digunakan jika ruang penempatan caption tidak cukup luas

(hlm. 40 – 41).

17
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
e. Callouts

Callouts digunakan untuk membantu memberikan penjelasan pada

elemen visual yang memiliki lebih dari satu keterangan. Salah satu

bentuk callouts ialah balon percakapan (hlm. 42).

f. Nomor Halaman

Sebuah buku yang memuat banyak topik membutuhkan nomor

halaman untuk memudahkan pembaca menemukan lokasi topik

yang ingin dibaca. Dibutuhkan pula daftar isi di halaman depan

untuk membantu pembaca menemukan nomor halaman yang ingin

dituju (hlm. 48).

2. Elemen Visual

Terdapat 7 bagian dari elemen visual layout menurut Rustan yakni

foto, artworks, infrographics, garis, kotak, inzet, dan poin. Penulis

memilih 2 bagian sesuai kebutuhan dalam merancang buku ilustrasi

yakni (hlm. 55):

a. Artworks

Artworks merupakan karya seni diluar fotografi, seperti ilustrasi,

sketsa, kartun dan lain-lain. Pada kondisi tertentu, suatu pesan

dapat tersampaikan lebih akurat, dalam dan detail melalui

artworks. Artworks cukup dibutuhkan untuk buku – buku yang

berisi penjelasan detail dan membutuhkan bantuan visual untuk

memperjelas isi buku seperti buku mengenai sistem kerja

18
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
pencernaan manusia. Imajinasi pembaca dapat muncul dari adanya

kehadiran artworks (hlm. 56 – 57).

b. Inzet

Inzet berfungsi seperti halnya kaca pembesar. Inzet berbentuk

elemen visual kecil yang menjelaskan informasi yang lebih detail

dari elemen visual yang lebih besar. Caption ataupun callouts

dapat ditambahkan untuk lebih memperjelas informasi yang ingin

disampaikan (hlm. 61).

3. Elemen yang tidak terlihat

Rustan membagi elemen yang tidak terlihat menjadi 2, yakni margin

dan grid yang diperlukan dalam merancang buku ilustrasi (hlm. 63).

Meskipun tidak ditampilkan pada hasil akhir buku, elemen – elemen

ini memiliki peran penting dalam membantu penulis menyusun

komposisi pada setiap halaman buku sebagai berikut:

a. Margin

Margin merupakan batas yang mencegah elemen layout keluar dari

area penempatannya. Batas ini dibuat untuk menghindari

terpotongnya elemen layout ketika buku dicetak. Selain itu,

menurut Graver dan Jura (2012) margin membantu pembaca agar

mampu menangkap pusat perhatian yang ada pada halaman buku.

Rustan menyatakan bahwa pengaturan jarak margin dapat

19
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
disesuaikan dengan konsep desain yang dimiliki perancang (hlm.

64).

b. Grid

Grid merupakan garis bantu yang berfungsi untuk mempermudah

peletakan elemen visual dan menciptakan kesatuan layout. Grid

dapat berupa garis vertikal maupun horizontal. Grid sebaiknya

disesuaikan dengan banyaknya informasi yang ingin disampaikan

karena menurut Lupton dan Philips (2015), grid bertugas untuk

menuntun pembaca dalam membaca informasi. (hlm. 68).

Tondreau (2009) membagi grid menjadi 5 jenis yaitu single

column, two column, three column, multicolumn dan modular. Dari

kelima jenis grid tersebut, penulis memilih modular grid sebagai

panduan dalam merancang buku ilustrasi.

a. Modular Grid

Gambar 2.5 Modular grid


(https://gmellor182.files.wordpress.com/2013/05/grid.jpg)

20
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Modular grid terdiri dari garis vertikal dan horisontal yang

membentuk kotak dalam jumlah yang banyak. Modular grid

dapat memudahkan penulis untuk mengatur letak gambar dan

teks sesuai kebutuhan. Dengan menggunakan jenis grid ini,

penulis juga dapat secara bebas namun konsisten dalam

mengatur ukuran dan bentuk grid sesuai dengan elemen –

elemen yang ingin diletakkan pada setiap halaman buku (hlm.

66, 70).

Adapun prinsip – prinsip desain yang dibutuhkan dalam membuat

layout menurut Rustan (2009, hlm. 76) dan Landa (2011, hlm. 25 – 34)

ialah sebagai berikut:

1. Sequence

Sequence berperan dalam menentukan arah baca pembaca dalam

membaca buku. Arah baca secara umum mengikuti alur huruf Z, C, L,

T, I, yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Selain itu, adanya

emphasis seperti pembedaan ukuran dan warna pada elemen tertentu

juga dapat mempengaruhi alur baca.

2. Balance

Balance merupakan pembagian bobot visual secara seimbang dengan

seluruh elemen yang ada pada suatu komposisi. Pembagian secara

seimbang tersebut dapat menciptakan keharmonisan dalam suatu

karya. Bobot visual yang dimaksud pada karya dua dimensi

21
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
menyangkut unsur daya tarik visual, tingkat kepentingan, serta

emphasis visual itu sendiri. Bobot visual juga dipengaruhi oleh unsur –

unsur lain seperti ukuran, bentuk, value, warna, tekstur hingga posisi.

Simetris dan asimetris juga termasuk kedalam balance.

Simetris merupakan keadaan dimana besar dan letak porsi visual pada

bagian kiri dan kanan suatu karya sama. Asimetris merupakan keadaan

dimana besar dan letak porsi visual pada bagian kiri dan kanan suatu

karya tidak sama. Meskipun bersifat asimetris, unsur – unsur pada

elemen yang ada harus berlawanan satu sama lain agar mencapai

keseimbangan (hlm. 25 – 28).

3. Emphasis

Emphasis digunakan untuk menyusun tata letak elemen – elemen

terpenting hingga kurang penting pada sebuah karya. Untuk menarik

perhatian pembaca dapat dilakukan dengan memisahkan satu elemen

dari elemen – elemen lainnya, menempatkan elemen utama pada

foreground, pojok kiri atas, atau pusat bidang karya, serta mengatur

ukuran besar atau kecil elemen untuk memberikan kesan di depan atau

di belakang. Selain itu, permainan kontras serta penambahan petunjuk

seperti tanda panah dapat pula mengarahkan perhatian pembaca pada

suatu elemen (hlm. 29).

22
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
4. Unity

Unity tercipta ketika adanya hubungan antara barisan elemen, objek,

dan tepi pada suatu komposisi yang dapat dilihat atau dirasakan. Unity

juga dapat didasarkan oleh gestalt. Hukum – hukum gestalt seperti

similarity, proximity, continuity, closure dapat membantu dalam

membangun unity pada sebuah komposisi. Hal lain yang perlu

diperhatikan dalam menciptakan unity ialah warna, tipografi serta

peletakan ilustrasi (hlm. 31 – 34).

Gambar 2.6 Contoh layout cover buku


(https://spark.adobe.com/images/landing/examples/how-to-book-cover.jpg)

2.1.3.2. Tipografi

Selain ilustrasi, teks juga termasuk kedalam bagian dari buku ilustrasi.

Untuk menyesuaikan teks dengan konsep perancangan, penulis

23
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
membutuhkan pengetahuan mengenai tipografi. Menurut Sihombing

(2010) tipografi merupakan sebuah disiplin ilmu seni yang mempelajari

tentang pengetahuan mengenai huruf (hlm. 2). Cullen (2012) menyebutkan

bahwa tipografi adalah cikal bakal munculnya bahasa (hlm. 12). Menurut

Landa et al. (2007) jenis tipografi berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 2

yaitu display type dan text type. Display type merupakan tipografi yang

digunakan pada judul, sedangkan text type merupakan tipografi yang

digunakan pada bodytext (hlm. 132).

Landa et al. melanjutkan bahwa selain itu, terdapat jenis tipografi

menurut karakter huruf yakni serif, sans-serif, dan script. Disesuaikan

dengan konsep perancangan buku ilustrasi yang ditujukan untuk remaja,

penulis mengambil jenis tipografi sebagai berikut (hlm. 132).:

Gambar 2.7 Contoh serif dan sans-serif


(https://visualhierarchy.co/blog/wp-content/uploads/2015/07/serif-sansserif.jpg)

24
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
1. Sans-serif

Pemilihan jenis tipografi ini didasarkan pada kesesuaiannya dengan

karakter target perancangan buku yang merupakan remaja generasi

masa kini. Menurut Rustan (2011), jenis tipografi ini dapat memberi

kesan moderen (hlm. 49). Landa et al. menyatakan bahwa jenis

tipografi sans-serif terdiri dari huruf – huruf yang tidak memiliki kait

sehingga ketebalannya sama. Contoh dari jenis tipografi ini adalah

Segoe UI, Futura Book dan Arial.

2.1.3.3. Warna

Menurut Linschoten dan Drs. Mansyur (2007), warna merupakan salah

satu unsur yang penting, terutama dalam kegiatan seni atau desain. Warna

memiliki daya tarik terhadap indera maupun emosi. Selain itu, warna juga

dapat memberikan kesan realis serta berdimensi. Warna tidak hanya dapat

dinikmati estetikanya tetapi juga dapat mempengaruhi tindakan, perilaku

hingga persepsi estetik seseorang (hlm. 48).

Gambar 2.8 Color palette


(https://content.linkedin.com/color-palette-order.png)

25
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Menurut Tillman (2011), setiap usia memiliki warna tersendiri.

Dalam menentukan warna, beliau menghimbau untuk menyesuaikan

warna dengan usia target pembaca buku. Perancangan buku yang akan

dibuat penulis tertuju pada remaja berusia 14 – 17 tahun dimana menurut

Tillman, remaja usia tersebut mulai menyukai banyak warna (hlm. 104).

Merujuk kepada penderita sleep paralysis yang kerap diliputi

kebingungan, rasa cemas, takut dan khawatir maka penulis menggunakan

teori warna yang dikemukakan oleh dr. Hemant Mittal (2017) yang

mengkategorikan 6 warna berdasarkan fungsi psikologisnya, yaitu:

1. Biru

Warna biru dapat membantu menenangkan pikiran,

mengontrol detak jantung, menurunkan tekanan darah tinggi

serta mengurangi kegelisahan.

2. Hijau

Warna hijau dapat menenangkan dan menyejukkan karena

warna hijau merupakan representasi dari alam. Warna hijau

dapat membantu seseorang untuk melepaskan

kegelisahannya.

3. Pink

Warna pink dapat memberikan perasaan tentram yang dapat

menyeimbangkan energi di dalam tubuh.

26
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
4. Ungu

Warna ungu dapat menyeimbangkan emosi sehingga dapat

memberikan ketenangan jiwa.

5. Abu – abu

Warna abu – abu dapat menenangkan suasana, terlebih lagi

jika dikombinasikan dengan warna biru atau putih.

6. Kuning

Warna kuning dapat membantu memberikan energi positif

melalui karakternya yang ceria dan enerjik.

2.2. Sleep Paralysis

Sleep paralysis berasal dari Bahasa Inggris “sleep” yang berarti tidur, serta

“paralysis” yang berarti kelumpuhan sehingga dalam Bahasa Indonesia diartikan

sebagai kelumpuhan tidur. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengenal sleep

paralysis dengan sebutan “ketindihan”. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Grayman et al. dikutip Adler (2011), di Indonesia, seperti contohnya di Aceh,

sleep paralysis dikenal dengan nama “digeunton” atau “dicekek” oleh jin (hlm.

14). Grayman et al. (2009) meneliti bahwa anggapan masyarakat Aceh tersebut

merupakan bentuk dari adanya memori yang tersimpan akibat peristiwa

pemberontakan Aceh dalam memperoleh kemerdekaan dari Indonesia pada tahun

1976 hingga 2005.

27
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Adler (2011) menyebutkan bahwa selain Indonesia, terdapat beberapa

negara lain yang memiliki istilah tersendiri untuk sleep paralysis. Di Kanada,

sleep paralysis dikenal dengan sebutan “Old Hag” mendeskripsikan penyihir

(hag) yang menduduki dada seseorang ketika tengah tertidur sehingga

mengakibatkan perasaan tertekan di dada. Selain itu, di Jepang, sleep paralysis

dikenal dengan sebutan “kanashibari”, “kana” berarti logam sedangkan “shibari”

berarti terikat sehingga dalam Bahasa Indonesia berarti terikat dengan logam.

Ketika mengalami sleep paralysis, sebagian masyarakat Jepang melihat

kemunculan tokoh fiksi sadako yang berasal dari buku “Ringu” serta orang yang

tidak dikenal.

Berdasarkan hal diatas, para peneliti menyimpulkan bahwa kepercayaan –

kepercayaan menurut kebudayaan mengenai sleep paralysis yang ada di setiap

negara hampir sama sehingga tidak dapat dikaitkan dengan penyebab dari

terjadinya sleep paralysis secara logika (hlm. 24). Cox (2015) mengatakan bahwa

setelah berkembangnya jaman, istilah sleep paralysis mulai digunakan, tepatnya

mulai tahun 1928. Tim medis meneliti bahwa sleep paralysis terjadi karena

manusia terbangun atau tersadarkan dalam tahap tidur Rapid Eye Movement

(REM) atau tahap tidur nyenyak. Otot – otot manusia mengalami kelumpuhan

pada tahap tidur nyenyak untuk mencegah manusia bergerak sesuai dengan yang

dilakukan di dalam mimpi yang menyebabkan seseorang kesulitan menggerakan

tubuh ketika mengalami sleep paralysis.

28
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
2.2.1. Proses Terjadinya Sleep Paralysis

Iber et al. dikutip Adler (2011) mengatakan bahwa dibutuhkan waktu selama 90

menit untuk seseorang tertidur pulas. Dalam tahap tidur REM, terdapat 4 tahapan

yakni 3 tahap NREM (Non REM) dan 1 tahap REM. Sleep paralysis terjadi ketika

dalam tahap tidur REM, 4 tahapan tidur REM yakni tiba-tiba tidak berjalan sesuai

urutan yaitu tahap REM yang tiba-tiba melompat ke tahap 1 NREM. Tahapan

tidur yang tidak berurutan tersebut menyebabkan ketidak selarasan antara kondisi

tubuh dan pikiran. Tubuh telah tertidur karena pada tahap tidur REM, sistem otot

telah melumpuh sedangkan, pikiran belum tertidur sepenuhnya (hlm. 77 – 78).

Hufford dan Ness dikutip Adler (2011) mengatakan bahwa keadaan tersebut yang

kemudian dapat memunculkan perasaan terbangun, tidak dapat bergerak,

kebingungan dan gelisah (hlm. 79).

Douglas dan Polo dikutip Adler (2011) mengatakan bahwa kelumpuhan

otot pada tahap tidur REM mempengaruhi kinerja dada dalam menghirup udara.

Selain itu, menurut Cheyne et al. dikutip Adler (2011) pernapasan yang cepat dan

dangkal, kekurangan oksigen, kandungan karbondioksida yang tinggi dalam

darah, hingga hambatan pada saluran pernapasan juga dapat terjadi selama

berlangsungnya tahap tidur REM. Kedua hal tersebut yang seringkali

menyebabkan seseorang merasa sesak napas saat mengalami sleep paralysis serta

penyebab kematian mendadak saat seseorang sedang tertidur (hlm.80).

2.2.2. Ciri-ciri Terjadinya Sleep Paralysis

Menurut Hurd (2010) terdapat beberapa ciri-ciri umum ketika seseorang

mengalami sleep paralysis. Ciri-ciri tersebut ialah (hlm. 6):

29
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
1. Sulit menggerakan tubuh.

2. Bagian dada, leher dan perut serasa tertekan.

3. Kesulitan bernapas.

4. Perasaan takut yang kuat.

5. Mendengar suara, melihat sesuatu yang ganjil, atau merasa disentuh.

6. Muncul sensasi gravitasi yang aneh.

2.2.3. Pemicu Terjadinya Sleep Paralysis

Adler (2010) mengatakan bahwa para peneliti berpendapat sleep paralysis terjadi

karena dipengaruhi oleh kondisi psikologis atau mental seseorang. Ciri – ciri yang

ada saat mengalami sleep paralysis seperti mendengar suara atau melihat sosok

merupakan ekspresi dari kondisi psikis seseorang. Pemicu umum terjadinya sleep

paralysis ialah (Hurd, 2010, hlm. 6):

1. Tidur telentang.

2. Kelebihan mengonsumsi kafein.

3. Perubahan pola hidup menyebabkan jadwal tidur tidak teratur.

4. Tingkat kegelisahan yang tinggi.

5. Penggunaan obat tertentu seperti obat untuk penderita ADHD.

30
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
BAB III

METODOLOGI

3.1. Metodologi Pengumpulan Data

Dalam proses perancangan buku ilustrasi mengenai gangguan tidur sleep

paralysis, penulis mengumpulkan data dengan metode kualitatif yakni wawancara

dan observasi serta metode kuantitatif yakni menyebarkan kuesioner tertutup.

3.1.1. Wawancara

Menurut Subagyo (2015), wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan menanyakan pertanyaan – pertanyaan pada responden untuk

mendapatkan informasi terkait topik yang diteliti (hlm. 39). Sugiyono dikutip

Fatimah (2013) membagi wawancara menjadi 3 jenis yaitu wawancara terstruktur,

wawancara semi terstruktur, dan wawancara tak berstruktur. Penulis melakukan

wawancara tak berstruktur yakni merupakan wawancara yang dilakukan hanya

dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan inti yang kemudian dapat

berkembang sesuai jawaban pihak yang diwawancarai (hlm. 9). Wawancara tak

berstruktur dilakukan kepada 3 kategori narasumber yakni:

1. Wawancara dengan ahli

Wawancara pertama dilakukan dengan Brama Andika S.Psi., C.Ht.

selaku konselor dan hipnoterapis. Wawancara dilakukan pada tanggal 6

September 2017 di kediaman beliau yang berlokasi di Cirebon. Dari

wawancara ini, penulis mendapatkan data berupa pengetahuan seputar

31

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


gejala, penyebab, dampak serta cara mencegah dan mengatasi sleep

paralysis.

Gambar 3.1 Wawancara dengan Brama Andika, S.Psi., C.Ht.

Menurut Brama Andika S.Psi., C.Ht., gejala sleep paralysis

terjadi ketika kita terbangun dari tidur tetapi tubuh terasa kaku, tidak

dapat bergerak. Secara umum, ada 4 gelombang otak yakni beta, alpha,

theta, dan delta. Saat manusia tertidur, seharusnya ia melewati 4 tahap

itu secara bertahap dan berurutan. Tahap akhir (delta) merupakan tahap

tidur nyenyak (Rapid Eye Movement). Lalu, terdapat pula 2 sistem yang

sama-sama melewati 4 tahap tersebut, yaitu sistem pikiran dan sistem

fisik (tubuh). Dalam melewati keempat tahap tersebut, seharusnya

tubuh dan pikiran berjalan bersamaan. Sleep paralysis terjadi ketika

sistem tubuh mendahului sistem pikiran yang masih berjalan sesuai

tahap yang seharusnya yang menyebabkan seseorang tersadarkan

namun tidak dapat bergerak karena tubuhnya sudah tertidur.

32

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Andika melanjutkan bahwa ketidak selarasan berjalannya sistem

pikiran dengan sistem tubuh dapat dipicu oleh adanya kelelahan fisik,

seperti terlalu lelah secara fisik juga secara mental, seperti stres akibat

banyak pikiran, terkait apapun tergantung situasi dan kondisi si

penderita. Ketika seseorang merasa sangat lelah, tubuh dapat

memberikan peringatan bahwa ia membutuhkan istirahat, salah satunya

dengan tidur. Oleh karena itu, dalam proses tidur, sistem fisik (tubuh)

lebih cepat “mati” daripada sistem pikiran, karena tubuh yang biasanya

lebih peka terhadap rasa lelah.

Mengenai kemunculan sosok – sosok atau suara – suara ketika

sleep paralysis terjadi pada seseorang yang seringkali dianggap

merupakan roh jahat menurut Andika hanya disebabkan oleh adanya

halusinasi saja. Halusinasi terbentuk dari mindset atau stereotype yakni

kepercayaan – kepercayaan yang sudah tertanam dalam diri manusia

sejak lahir. Sebagai contoh, jika seseorang sedari kecil gemar menonton

film horor atau sering mendengar cerita horor dari lingkungan sekitar,

maka secara tidak sengaja dapat membentuk wujud hantu di benak

orang tersebut. Dari pengalaman – pengalaman tersebut, wujud hantu

yang telah tertanam dalam benak seseorang tersebut dapat muncul

dalam halusinasinya.

Selama pengalaman Andika menjalankan prakteknya di dua

kota yakni Cirebon dan Jakarta tepatnya di PIK, sebagian besar

penderita berdomisili di Jakarta. Andika berpendapat bahwa pola hidup

33

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


yang lebih kompleks di Jakarta dapat merupakan faktor pemicu

gangguan tidur sleep paralysis lebih banyak terjadi di kalangan

masyarakatnya. Namun, sebagian besar penderita tidak menyadari

bahwa dirinya mengalami gangguan tidur yang disebut sleep paralysis

tersebut. Para penderita hanya mengeluh cemas dan takut ketika tiba –

tiba dihadapkan pada situasi terbangun dari tidur namun tidak dapat

bergerak maupun berbicara dan kejadian tersebut berlanjut pada hari

atau minggu berikutnya sehingga mengganggu pola tidur mereka.

Andika membenarkan bahwa usia awal rata-rata penderita mengalami

sleep paralysis pertama kali yaitu 14 – 17 tahun, dimana usia tersebut

masuk kedalam kategori remaja dengan pola pikir abstrak yang mulai

berkembang sehingga jalan pikir lebih kompleks.

Menurut Andika, meskipun terlihat tidak membahayakan, sleep

paralysis cukup patut untuk diwaspadai. Seseorang yang terlalu sering

mengalami sleep paralysis tentu porsi dan kualitas tidurnya akan

semakin menurun yang dapat menyebabkan kesehatan fisik ikut

menurun, karena tidur merupakan proses istirahat tubuh. Sedangkan

dari sisi mental, pada saat kualitas tidur kurang baik maka dapat

menyebabkan pola pikir tidak fresh sehingga memungkinkan seseorang

menjadi lebih sensitif yang kemudian dapat mengganggu aktiftas sehari

– hari seperti berkomunikasi dengan sesama. Jika tidak ditangani dalam

jangka panjang, faktor – faktor tersebut dapat menyebabkan timbulnya

depresi. Seiring berjalannya waktu, depresi yang dibiarkan terlalu lama

34

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


kemudian dapat menimbulkan halusinasi karena masalah psikologis

memiliki rantai yang cukup panjang. Berawal dari halusinasi, penyakit

mental seperti skizofernia dan bipolar dapat terjadi pada penderita.

Mengenai cara mencegah sleep paralysis, Andika menyarankan

untuk menghindari aktivitas yang dapat memicu kelelahan berlebihan.

Selain itu, penderita dapat mencoba menenangkan diri sebelum tidur

serta rutin berolahraga agar tubuh menjadi lebih fit secara psikis

maupun fisik sehingga tubuh tidak mudah kelelahan. Jika sleep

paralysis terjadi, penderita dapat mencoba untuk menggerakan otot

terkecil seperti jari tangan dan menghindari kepanikan karena panik

hanya akan memperpanjang waktu terjadinya sleep paralysis.

Wawancara kedua dilakukan dengan dr. Jerry, Sp. S selaku dokter saraf.

Wawancara dilakukan pada tanggal 7 September 2017 di tempat beliau

praktek yakni Rumah Sakit Putera Bahagia, Cirebon. Dari wawancara

ini, penulis mendapatkan data berupa pengetahuan seputar gejala,

penyebab, serta cara mencegah sleep paralysis.

Gambar 3.2 Wawancara dengan dr. Jerry Sp. S

35

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Menurut dr. Jerry, Sp. S, sleep paralysis bisa terjadi karena

reaksi histeris atau dapat disebut dengan reaksi konversi yang

menyangkut kondisi psikis. Reaksi histeris ini ditandai dengan tubuh

yang tiba-tiba terasa kaku, tidak dapat bergerak namun tersadarkan.

Ketidak mampuan untuk bergerak tersebut disebabkan oleh otot – otot

tubuh yang melumpuh untuk menghindari seseorang bergerak sesuai

mimpinya ketika tidur. Adapun kemungkinan penyebab lain ialah

adanya serangan kejang saat tidur. Kejang ini diakibatkan oleh

kekurangan oksigen atau gelombang otak yang konslet ketika tidur.

Kekurangan oksigen dapat disebabkan oleh posisi tidur terlentang

(supine) yang mengakibatkan lidah jatuh ke belakang dan menghalangi

jalur pernapasan. Penyebab lain terjadinya sleep paralysis ialah

kelelahan, banyak pikiran, stres, pola tidur yang tidak teratur dan

kurang tidur.

Mengenai kepercayaan beberapa orang yang menyebutkan

bahwa sleep paralysis disebabkan oleh roh jahat dibantah oleh dr. Jerry.

Tim kedokteran tidak memungkiri adanya kasus kesurupan namun

beliau menegaskan bahwa sleep paralysis berbeda dengan kesurupan

atau dalam istilah kedokteran disebut dengan “trance”. Terdapat logika

untuk menjawab penyebab medis terjadinya sleep paralysis serta telah

adanya penelitian jurnal kesehatan mengenai hal tersebut.

Sebagai pencegahan, dr. Jerry menyarankan untuk menghindari

faktor – faktor penyebab terjadinya sleep paralysis baik dari dalam diri

36

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


maupun dari luar. Hal tersebut dapat dibantu dengan menulis diari tidur

untuk mencatat jadwal tidur, durasi tidur serta aktifitas apa saja yang

dilakukan sebelum tidur. Dari catatan – catatan tersebut dapat diketahui

faktor apa yang menyebabkan terjadinya sleep paralysis dan faktor

mana yang dapat meminimalisir terjadinya sleep paralysis. Perihal

posisi tidur, penderita dihimbau untuk menghindari posisi tidur

terlentang. Pencegahan lain yang dapat dilakukan ialah dengan

melakukan olahraga (fisik), olah otak (belajar), olah jiwa (meditasi).

Wawancara ketiga dilakukan dengan dr. Indrajati Gani selaku dokter

umum. Wawancara dilakukan pada tanggal 7 September 2017 di

kediaman beliau yang berlokasi di Bima Indah Estate, Cirebon. Dari

wawancara ini, penulis mendapatkan data berupa pengetahuan seputar

gejala, penyebab, serta cara mencegah sleep paralysis.

Gambar 3.3 Wawancara dengan dr. Indrajati Gani

37

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Menurut dr. Indrajati, secara mental, penyebab terjadinya sleep

paralysis dapat berasal dari kondisi fisik dan psikis. Secara fisik,

penyebab sleep paralysis dapat berhubungan dengan sistem saraf serta

detak jantung yang lebih meningkat dari biasanya. Secara psikis, sleep

paralysis dapat timbul pada seseorang dengan kondisi sedang mengejar

target baik dari aspek pendidikan maupun pekerjaan yang menyebabkan

stres sehingga mengganggu waktu tidur. Adanya masalah dengan

keluarga atau teman, kurang tidur dan jadwal tidur yang tidak tentu juga

dapat menjadi penyebab terjadinya sleep paralysis.

Mengenai hal – hal mistis yang kerap dianggap sebagai

penyebab terjadinya sleep paralysis juga dibantah oleh dr. Indrajati.

Menurutnya, terjadinya sleep paralysis berakar dari sugesti dan kondisi

pribadi masing – masing penderita ditambah lagi telah adanya

penelitian medis mengenai hal tersebut. Lebih lanjut lagi mengenai usia

penderita, menurut beliau sleep paralysis rentan terjadi pada usia 17 –

25 tahun karena adanya perubahan pola hidup, seperti ketika mulai

memasuki SMA hingga kuliah, dengan pelajaran yang semakin sulit

dan mulai serius memikirkan tujuan hidup. Menurutnya, sleep paralysis

lebih banyak terjadi di daerah perkotaan karena tuntutan hidup yang

lebih tinggi.

Sebagai pencegahan terjadinya sleep paralysis, dr. Indrajati

menghimbau untuk lebih dapat mengontrol pikiran dan gaya hidup

dengan tidak terlalu memforsir diri dalam melakukan setiap kegiatan.

38

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Selain itu, berusaha untuk memiliki waktu istirahat yang cukup dan

berolahraga. Dengan berolahraga, tubuh manusia dapat memproduksi

hormon endorphin yaitu hormon yang menyebabkan munculnya rasa

gembira.

Kesimpulan dari wawancara dengan para ahli ialah bahwa terjadinya

sleep paralysis disebabkan oleh tahap tidur yang tidak berlangsung

semestinya serta kondisi fisik dan psikis yang kurang baik. Sleep

paralysis umumnya terjadi pertama kali pada usia 14 – 17 tahun karena

adanya perubahan pola hidup yang mulai meningkat pada usia tersebut.

Terlalu sering mengalami sleep paralysis dapat menyebabkan

timbulnya depresi, halusinasi berlebihan, kemudian penyakit mental

seperti skizofernia dan bipolar. Pencegahan yang dapat dilakukan ialah

dengan mengontrol pikiran dan gaya hidup sehingga tidak memicu

kelelahan berlebihan, menenangkan diri sebelum tidur, menulis diari

tidur, rutin berolahraga, serta menghindari posisi tidur terlentang. Cara

mengatasi ketika sleep paralysis terjadi dapat dengan menggerakan otot

terkecil seperti jari tangan serta menghindari kepanikan.

Selain mewawancarai konselor, dokter saraf dan dokter umum, penulis

juga mewawancarai dua psikolog pendidikan yang ada di Universitas

Multimedia Nusantara yakni Hadyan Dhiozandi, M.Psi., Psikolog dan

Leonarda Anggia, M.Psi., Psikolog. Wawancara dilakukan pada tanggal

13 Oktober 2014 di Universitas Multimedia Nusantara. Dari wawancara

39

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


ini, penulis mendapatkan data berupa karakteristik remaja serta

kurikulum belajar remaja usia 14 – 17 tahun.

Gambar 3.4 Wawancara dengan Hadyan Dhiozandi M.Psi., Psikolog dan


Leonarda Anggia, M.Psi., Psikolog

Menurut psikolog Hadyan, pada jenjang SMP dan SMA, remaja

mulai memasuki masa pencarian identitas dimana mereka mencoba

untuk mencari hal baru yang ada di luar rumah. Para remaja tersebut

mulai menemukan lingkungan baru yaitu peer group yang dapat

memenuhi kebutuhan yang tidak dapat mereka peroleh di rumah. Peer

group umumnya berisi teman – teman sebaya yang memiliki minat atau

hobi yang sama yang digunakan remaja sebagai identitas mereka.

Dalam lingkaran peer group tersebut, para remaja dapat saling berbagi

dan saling mendukung. Peer group dapat pula berdampak negatif jika
40

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


seorang remaja lebih mendengarkan saran dari peer group daripada

nasihat orang tua, apalagi jika kelompok tersebut memberikan pengaruh

negatif.

Menurut psikolog Anggia, remaja memiliki pola pikir abstrak

atau imajinatif. Imajinatif memiliki arti dimana remaja dapat

membayangkan segala sesuatu tanpa perlu melihat secara langsung atau

diajarkan. Ketika remaja diberitahu mengenai suatu hal, mereka dapat

mengerti dan mengembangkannya. Selain itu, remaja juga bersifat

impulsif dimana mereka melakukan sesuatu tanpa memikirkan

konsekuensinya. Psikolog Hadyan menambahkan bahwa remaja sudah

mulai berani mencoba dan mengambil resiko dalam bertindak dan

berperilaku.

Psikolog Anggia melanjutkan bahwa remaja memiliki emosi

yang belum stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut disebabkan oleh

kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki remaja belum optimal.

Remaja lebih mudah terpengaruh oleh hal emosional sehingga kurang

mampu berpikir secara logis. Psikolog Hadyan kembali menambahkan

bahwa gejolak emosi yang terjadi pada fase remaja juga dapat

dipengaruhi oleh pubertas yakni perubahan hormon yang berpengaruh

pada fungsi seksual, fisik, sifat dan perilaku. Remaja bertindak kritis

terhadap aturan yang diterapkan pada dirinya sehingga rata-rata remaja

tidak suka diatur khususnya oleh orang tua. Mengenai perbedaan laki-

laki dan perempuan, psikolog Hadyan mengatakan bahwa pada struktur

41

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


otak laki-laki dan perempuan ada suatu bagian yang mengatur emosi.

Emosi pada wanita diketahui berkembang lebih jauh daripada emosi

pada laki-laki sehingga wanita lebih peka dalam hal emosi sedangkan

laki-laki lebih bersifat logis.

Mengenai kebiasaan membaca pada remaja, psikolog Anggia

berpendapat bahwa hal tersebut bergantung pada lingkungan dimana

remaja tersebut tumbuh dan berkembang seperti karakteristik sekolah.

Jika tuntutan akademis yang diterima cukup tinggi, tentu porsi kegiatan

membaca dan belajar lebih besar. Karakteristik sekolah demikian dapat

memicu remaja untuk menyukai kegiatan membaca demi memperluas

informasi dan wawasan mengingat adanya persaingan yang ketat antara

teman sekolah. Selain itu, latar belakang keluarga juga dapat

mempengaruhi kebiasaan seorang remaja terkait membaca. Jika dalam

keluarga mereka ditanamkan budaya membaca serta terfasilitasi, maka

remaja tersebut dapat memiliki minat baca yang tinggi.

Menurut psikolog Hadyan, rata-rata remaja tidak menyukai

bacaan yang terlalu panjang. Remaja lebih menyukai bacaan singkat,

oleh karena itu hampir semua remaja lebih memilih membaca ringkasan

atau intisari setiap membaca buku teks. Mengenai kurikulum

pembelajaran, psikolog Anggia mengatakan bahwa memasuki kelas

SMP hingga SMA, remaja di Indonesia sudah dituntut untuk mampu

membaca paragraf karena secara kognitif mereka sudah dianggap

mumpuni. Namun, dalam prakteknya, rata-rata remaja di Indonesia

42

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


masih kesulitan dalam menangkap inti atau menarik kesimpulan dari

suatu bacaan. Hal tersebut disebabkan remaja memiliki kemampuan

problem solving yang belum sempurna sehingga dengan dihadirkannya

buku informasi dengan paragraf singkat dan learning point serta

ilustrasi dapat membantu mereka dalam memahami suatu

permasalahan. Psikolog Hadyan menambahkan bahwa sifat remaja

yang serba ingin tahu dapat dijadikan acuan dalam menghadirkan judul

dan cover buku yang lebih bersifat menarik perhatian dan memancing

rasa penasaran remaja. Selain itu, beliau mengatakan bahwa dalam

merancang buku untuk remaja lebih baik menggunakan bahasa artikel

atau bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti.

Mengenai gangguan tidur, psikolog Hadyan mengatakan bahwa

gangguan tidur termasuk sleep paralysis dapat berdampak negatif pada

remaja. Dampak negatif tersebut berupa penurunan kualitas tidur yang

mengakibatkan turun pula konsentrasi sehingga mengakibatkan remaja

menjadi kurang fokus dalam mengikuti kegiatan belajar. Psikolog

Anggia menambahkan bahwa gangguan tidur juga dapat mempengaruhi

emosi remaja. Tidur merupakan kebutuhan biologis, ketika kebutuhan

biologis yang paling dasar tidak terpenuhi makan dapat sangat

mempengaruhi emosi. Pengaruh tersebut dapat berupa penurunan mood

atau badmood serta dapat pula menyebabkan seorang remaja menjadi

sangat diam atau pasif.

43

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Kesimpulan dari wawancara dengan psikolog diatas ialah rata-rata

remaja tidak menyukai membaca paragraf yang terlalu panjang

meskipun secara kurikulum, remaja telah dituntut untuk membaca dan

memahami banyak paragraf. Di Indonesia, rata-rata remaja masih

mengalami kesulitan dalam menangkap inti atau menarik kesimpulan

dari suatu bacaan. Oleh karena itu, psikolog menyarankan penulis untuk

mengemas konten buku ke dalam paragraf singkat yang dapat disertai

learning point dan ilustrasi sehingga dapat lebih membantu mereka

dalam memahami permasalahan yang dibahas. Oleh karena buku yang

dirancang penulis ialah buku psikologi dan kesehatan, psikolog juga

menyarankan untuk lebih menyederhanakan penggunaan bahasa dengan

bahasa sehari-hari agar lebih mudah untuk dipahami. Para psikolog

yang penulis wawancarai mengaku bahwa buku yang akan penulis

rancang cukup diperlukan oleh remaja mengingat gangguan tidur sleep

paralysis seringkali dipandang negatif dan belum banyak dibahas

padahal gangguan tidur tersebut memiliki pengaruh negatif.

2. Wawancara dengan Kepala Redaksi PT Elex Media Komputindo

Wawancara dilakukan dengan Ibu Retno Kristy selaku Kepala Redaksi

PT Elex Media Komputindo. Wawancara dilakukan pada tanggal 6

Oktober 2017 di kediaman beliau di Kelapa Dua, Tangerang. Dari

wawancara ini, penulis mendapatkan data seputar kategori, ukuran,

44

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


jumlah halaman, bahan, teknik finishing serta strategi dalam merancang

sebuah buku sesuai standar redaksi.

Gambar 3.5 Wawancara dengan Ibu Retno Kristy

Dalam proses wawancara, Ibu Retno menjelaskan bahwa pada

dasarnya, kategori buku terbagi menjadi dua bagian, yaitu buku fiksi

dan buku non fiksi. Setelah menjelaskan topik tugas akhir yang dibahas

oleh penulis, beliau mengkategorikannya sebagai buku non fiksi. Beliau

melanjutkan bahwa buku non fiksi dibagi lagi menjadi banyak bagian

seperti buku anak, buku edukasi, buku insprasi, buku kesehatan, buku

motivasi, buku menejemen, buku komputer dan masih banyak lagi.

Mengenai ukuran buku, Ibu Retno menyebutkan bahwa ukuran

umum untuk buku ilustrasi ialah 19 cm x 23 cm agar lebih leluasa

dalam meletakkan elemen – elemen layout khusunya ilustrasi serta

jumlah halaman minimal 32 halaman. Beliau melanjutkan mengenai

standar bahan buku untuk halaman isi sebuah buku ilustrasi ialah kertas

HVS 80 sampai 100 gr. Untuk buku ilustrasi dengan warna block atau

solid, lebih baik menggunakan kertas HVS 100 gr agar warna pada

setiap halaman tidak menembus. Sedangkan, bahan untuk cover buku


45

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


ilustrasi yang sesuai ialah art carton 230 sampai 260 gr untuk

meminimalisir biaya produksi buku.

Selain itu, Ibu Retno juga menjelaskan mengenai strategi –

strategi dalam merancang buku ilustrasi agar menarik minat pembaca.

Menurut beliau, judul buku yang baik ialah terdiri dari 2 sampai 3 kata

dengan karakter huruf yang mudah dilihat dan dibaca sekalipun dari

kejauhan. Warna yang menarik memiliki pengaruh terhadap

ketertarikan pembaca serta tidak terlalu soft untuk menghindari

kepudaran akibat penurunan warna ketika buku dicetak. Untuk konten

buku, beliau mengatakan bahwa sebaiknya tidak menyertakan terlalu

banyak teks dalam satu halaman serta harus cermat dalam menentukan

layout dan font demi kenyamanan membaca. Mengenai ilustrasi, beliau

melanjutkan bahwa tidak ada ketentuan mengenai gaya ilustrasi karena

gaya ilustrasi dapat disesuaikan dengan konsep dan materi yang ingin

disampaikan penulis, namun beliau mengatakan bahwa ilustrasi yang

ekspresif banyak disukai oleh remaja. Berhubungan dengan buku yang

akan penulis rancang bertema kesehatan, Ibu Retno menganjurkan

untuk menggunakan teknik gambar digital demi menghasilkan ilustrasi

yang lebih tegas dan jelas.

Perihal finishing buku, Ibu Retno mengatakan bahwa standar

finishing buku ilustrasi ialah soft cover sedangkan untuk harga buku

ilustrasi pada umumnya ialah Rp. 50.000,00 – Rp. 60.000,00. Berbicara

mengenai alasan bertahannya penjualan buku di pasaran, beliau

46

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


berpendapat bahwa meskipun jaman semakin berkembang dengan

teknologi yang semakin canggih, tidak berarti manusia menggunakan

gadget setiap waktu untuk memperoleh informasi. Berdasarkan

observasi beliau, terbukti bahwa sebagai contoh, masih banyak

segelintir orang di bandara yang membawa buku atau koran untuk

dibaca ketika menunggu jam terbang. Beliau menambahkan bahwa

kelebihan buku ialah buku dapat memuat lebih banyak informasi dan

membaca buku tidak lebih melelahkan daripada membaca melalui

gadget.

Kesimpulan dari wawancara dengan Kepala Redaksi PT Elex Media

Komputindo ialah buku yang akan penulis rancang termasuk kedalam

buku kesehatan. Buku ilustrasi pada umumnya berukuran 19 cm x 23

cm dengan bahan HVS 100 gr untuk halaman isi serta art carton 230 gr

untuk cover buku dengan finishing soft cover. Buku ilustrasi yang baik

ialah yang tidak menyertakan terlalu banyak teks pada setiap

halamannya dan menggunakan font yang mudah dibaca. Untuk menarik

minat pembaca, judul buku yang terdiri dari 2 sampai 3 kata dibuat

setelah menyelesaikan konten buku dengan font yang jelas dan mudah

dibaca serta menggunakan warna yang menarik dan tidak terlalu soft.

Ilustrasi yang ekspresif dapat digunakan dalam perancangan buku

ilustrasi dengan target remaja karena remaja lebih menyukai karakter

ilustrasi yang ekspresif. Teknik ilustrasi yang akan digunakan

merupakan teknik ilustrasi digital yang lebih dapat merepresentasikan


47

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


ilustrasi yang tegas sehingga lebih sesuai digunakan untuk buku

kesehatan.

3. Wawancara dengan penderita

Wawancara pertama dilakukan dengan Monica Agustina pada tanggal 9

September 2017 melalui aplikasi Line karena faktor perbedaan jarak

yang cukup jauh antara penulis dengan penderita. Dari wawancara ini,

penulis mendapatkan data mengenai usia pertama kali penderita

mengalami sleep paralysis, gejala serta kondisi penderita ketika

mengalami sleep paralysis. Penulis akan menganalisa setiap data yang

didapatkan untuk mencapai kesimpulan.

Berdasarkan pengetahuan penulis, Monica menghadapi situasi

broken home ketika dirinya duduk di bangku SD kelas 4. Ibunya pergi

meninggalkan rumah dan ia pun tinggal bersama ayah dan adik laki-

lakinya. Monica mulai mengalami sleep paralysis pertama kali ketika ia

duduk di kelas 2 SMA. Ia tiba-tiba terbangun dari tidurnya, namun

tidak dapat menggerakan tubuhnya. Ia melihat sesosok nenek bersama

anak kecil yang tepat berada diatas tubuhnya. Sontak, ia pun sangat

kaget dan merasa sulit bernapas. Ia berusaha untuk menggerakan

tubuhnya kemudian setelah berapa lama, ia pun terbangun. Setelah hari

itu, Monica mengalami kembali beberapa kali sleep paralysis, tepatnya

sebulan sekali. Selama pengalamannya tersebut, ia mengaku kembali

melihat sosok nenek yang muncul pada pengalaman sleep paralysis-nya

pertama kali sedang duduk di meja rias kamarnya. Monica berhenti


48

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


mengalami sleep paralysis ketika ia lulus dari SMA dan berpindah

tempat tinggal.

Analisa penulis terkait kasus Monica ialah melihat situasi

keluarga Monica, penulis berpendapat bahwa munculnya sosok nenek

bersama anak kecil dalam halusinasi Agustina ketika mengalami sleep

paralysis merupakan wujud dari kerinduannya terhadap kehadiran

sesosok ibu yang seharusnya merawatnya. Pendapat ini didasarkan pada

konselor dan hipnoterapis, Brama Andika, S. Psi., C.Ht., yang

mengatakan bahwa halusinasi dapat timbul dari pengalaman maupun

sosok yang melekat pada diri seseorang. Ditambah lagi, ketika Agustina

duduk di bangku SMA, aktifitasnya semakin padat mulai dari belajar,

mengerjakan tugas serta aktif dalam kegiatan pencak silat yang

membuatnya terlalu kelelahan.

Wawancara kedua dilakukan dengan Stella Florencia melalui aplikasi

Line pada tanggal 9 September 2017. Dari wawancara ini, penulis

mendapatkan data mengenai usia pertama kali penderita mengalami

sleep paralysis, gejala serta kondisi penderita ketika mengalami sleep

paralysis. Penulis akan menganalisa setiap data yang didapatkan untuk

mencapai kesimpulan.

Stella pertama kali mengalami sleep paralysis ketika ia duduk di

kelas 3 SMA. Ia mengaku bahwa saat itu, ia tidur dalam posisi

terlentang, kemudian ia tiba-tiba terbangun namun tidak dapat

menggerakan tubuhnya. Peristiwa tersebut disertai oleh halusinasi


49

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


sosok ibunya yang hendak membangunkannya, namun ketika ia benar-

benar terbangun, tidak ada seorang pun disekitarnya. Pengalaman

selama sleep paralysis lainnya yang lebih sering ia alami ialah

mendengar suara kereta api dan gemuruh keras seperti terjadi gempa.

Stella sempat mengalami sleep paralysis selama 3 kali seminggu saat

itu.

Setelah periode tersebut, ia sempat tidak mengalaminya sleep

paralysis untuk beberapa waktu, namun muncul kembali saat ia

memasuki masa awal perkuliahan. Stella selalu berusaha menggerakan

tubuhnya ketika sleep paralysis terjadi padanya. Selain itu, ia mengaku

tidur dengan posisi terlentang selalu menyebabkan ia mengalami sleep

paralysis. Oleh karena itu, ia berusaha mencegah dengan mengganti

posisi tidur menjadi miring, dan diakuinya pencegahan tersebut berhasil

melepasnya dari gangguan tidur sleep paralysis.

Analisa penulis terkait kasus Stella ialah Stella mengaku bahwa

jam tidur yang dimilikinya sangat tidak beraturan ketika ia duduk di

bangku SMA 3 akibat persiapan ujian yang dilakukannya. Sebagaimana

yang telah dikatakan oleh dr. Indrajati Gani bahwa jam tidur yang tidak

beraturan dapat menjadi pemicu sleep paralysis terjadi. Selain itu, dari

hasil observasi penulis, Stella merupakan seorang anak perempuan yang

memiliki hubungan yang sangat erat dengan ibunya. Ia terlihat sering

menghabiskan waktu bersama ibu dan adik perempuannya. Stella

mengaku, ketika ia masih kecil, ibunya pernah menceritakan masa

50

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


mudanya dimana ia kerap mendengar suara kereta api ketika tidur,

padahal tidak ada stasiun atau rel kereta api didekat tempat tinggal

ibunya. Dari pengakuan Stella tersebut, penulis, didukung oleh

pendapat Brama Andika, S.Psi., C.Ht., berpendapat bahwa sosok ibu

serta suara kereta api yang sering ia dengar ketika mengalami sleep

paralysis berasal dari sosok atau pengalaman yang melekat pada diri

Stella sendiri sehingga muncul ketika ia berhalusinasi.

Wawancara ketiga dilakukan dengan Dio Satria melalui aplikasi Line

pada tanggal 8 September 2017. Dari wawancara ini, penulis

mendapatkan data mengenai usia pertama kali penderita mengalami

sleep paralysis, gejala serta kondisi penderita ketika mengalami sleep

paralysis. Penulis akan menganalisa setiap data yang didapatkan untuk

mencapai kesimpulan.

Awal mula Dio mengalami sleep paralysis ialah ketika ia duduk

di kelas 3 SMA dimana ia sedang sibuk mempersiapkan diri untuk

mengikuti Ujian Nasional. Ketika sedang tertidur, ia tiba-tiba

terbangun, matanya terbuka, ia dapat melihat kakaknya yang sedang

tidur di dekatnya, namun ia tidak dapat menggerakan tubuhnya. Ia pun

sangat ketakutan kemudian berusaha untuk membuka tutup matanya.

Beberapa lama setelah itu, ia akhirnya dapat terbangun. Setelah hari itu,

ia cukup sering mengalami sleep paralysis hingga 4 – 5 kali dalam

seminggu. Sleep paralysis berlanjut dialaminya hingga awal masa

perkuliahan.
51

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Analisa penulis terkait kasus Dio ialah pada saat itu, Dio yang

sedang dalam masa mempersiapkan Ujian Nasional mengakibatkan Dio

memforsir diri untuk belajar yang menyebabkannya merasa sangat

kelelahan. Kelelahan yang berlebihan tersebut penulis rasa merupakan

penyebab Dio mengalami sleep paralysis, didukung oleh pendapat para

ahli yang telah penulis wawancarai mengenai kelelahan merupakan

faktor penyebab terjadinya sleep paralysis. Sleep paralysis yang

berlanjut dialaminya hingga awal kuliah merupakan dampak dari

dirinya yang harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang secara

tidak langsung membuatnya merasa stres sehingga menyebabkan

terjadinya sleep paralysis.

Kesimpulan dari wawancara dengan para penderita ialah bahwa rata-

rata dari penderita mengalami gangguan tidur sleep paralysis pertama

kali pada umur 17 tahun. Sebagian besar terjadinya gangguan tidur

sleep paralysis dipicu oleh kondisi fisik seperti kelelahan karena belajar

khususnya untuk mempersiapkan ujian. Selain itu, kondisi psikis yang

dapat mempengaruhi mindset penderita menjadi penyebab munculnya

halusinasi saat penderita mengalami gangguan tidur sleep paralysis.

3.1.2. Observasi

Menurut Subagyo (2015) observasi merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengamati segala hal yang terkait dengan topik penelitian

kemudian mencatat dan menilai hasilnya. Beliau membagi jenis observasi menjadi

52

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


2 yaitu observasi partisipatif dan observasi non partisipatif. Pada observasi

partisipatif, peneliti ikut melibatkan diri dalam kegiatan yang dilakukan oleh

objek yang diobservasi sedangkan pada observasi non partisipatif, peneliti tidak

melibatkan diri melainkan hanya mengamati. Beliau membagi kembali observasi

partisipatif menjadi 2 jenis yaitu partisipasi sebagian dan partisipasi penuh (hlm.

63 – 64).

Penulis melakukan observasi partisipatif penuh karena penulis melakukan

pengamatan secara langsung terhadap buku - buku yang ada di toko – toko buku

demi mengetahui desain buku yang sesuai untuk perancangan. Oleh karena belum

beredarnya buku mengenai gangguan tidur sleep paralysis di toko – toko buku,

maka penulis memilih buku – buku dengan topik berbeda untuk mengambil

kelebihan – kelebihan buku – buku tersebut sebagai referensi atas perancangan

buku yang akan penulis lakukan. Observasi dilakukan melalui studi eksisting

terhadap 4 buku, yakni:

1. Studi Eksisting 1

Tabel 3.1 Spesifikasi buku ‘The ABCs of Journaling’


Judul The ABCs of Journaling

Penulis Abbey Sy

Penerbit Haru Media

Bahasa Indonesia

Ukuran 18 cm x 15 cm

Jumlah Halaman 119 halaman

Bahan Halaman isi: art paper, cover: art carton

53

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Jilid Soft cover - Perfect binding

Harga Rp. 64.000,00

Gambar 3.6 Tampilan buku ‘The ABCs of Journaling’


Tabel 3.2 Kelebihan dan kekurangan buku ‘The ABCs of Journaling’
Tabel 3.2. Kelebihan dan kekurangan buku ‘The ABCs of Journaling’
Strength -Permainan warna yang menarik.
-Desain cover yang menarik dengan penggunaan
tipografi judul yang sesuai.
-Pemilihan bahan cover dan halaman isi yang cukup
tebal sehingga tidak mudah tertekuk.

Weakness -Ukuran kurang pas untuk digenggam.


-Layout terlalu kompleks, terlalu banyak ilustrasi
dalam satu halaman.
-Foto dan gaya ilustrasi tidak konsisten.

2. Studi Eksisting 2

Tabel 3.3 Spesifikasi buku ‘Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan’


Judul Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan

Penulis TigaGenerasi

54

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Penerbit Wahyumedia

Bahasa Indonesia

Ukuran 20 cm x 20 cm

Jumlah Halaman 328 halaman

Bahan Halaman isi: art paper, cover: art carton

Jilid Soft cover - Perfect binding

Harga Rp. 175.000,00

Gambar 3.7 Tampilan buku ‘Anti Panik Mempersiapkan Pernikahan’

Tabel 3.4 Kelebihan dan kekurangan buku ‘Anti Panik Mempersiapkan


Pernikahan’
Strength -Gaya ilustrasi konsisten.
-Permainan warna yang menarik.
-Penggunaan tipografi yang menarik.
-Penyampaian konten yang menarik dengan
menyertakan callouts dan quotes.
-Layout bervariasi namun tetap rapi dan konsisten.

Weakness -Desain cover khususnya pemilihan tipografi tidak


sesuai dengan desain halaman isi.
-Bahan cover yang kurang tebal sehingga mudah
rusak.

55

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


-Terlalu berat dan besar sehingga kurang praktis.

3. Studi Eksisting 3

Tabel 3.5 Spesifikasi buku ‘The Miracle of Enzym’


Judul The Miracle of Enzym

Penulis Hiromi Shinya, M. D.

Penyunting Redaksi Qanita


Naskah

Bahasa Indonesia

Ukuran 19 cm x 19 cm

Jumlah Halaman 88 halaman

Bahan Halaman isi: book paper, cover: art board

Jilid Hard cover - Perfect binding

Harga Rp. 40.000,00

Gambar 3.8 Tampilan buku ‘The Miracle of Enzym’

Tabel 3.6 Kelebihan dan kekurangan buku ‘The Miracle of Enzym’


Strength -Menyajikan informasi lengkap termasuk tips.
-Penggunaan hardcover sehingga tidak mudah

56

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


rusak.
-Tidak berat meskipun menggunakan hardcover
karena halaman isi disesuaikan dengan
menggunakan bookpaper yang cukup tipis.
-Penulis buku merupakan seorang dokter.

Weakness -Penggunaan warna – warna yang terlalu mencolok.


-Variasi layout yang kurang konsisten sehingga
terkesan berantakan dan tidak menyatu.
-Terlalu banyak memakai jenis typeface.

4. Studi Eksisting 4

Tabel 3.7 Spesifikasi buku ‘Doodleganger’

Judul Doodleganger

Penulis Dellana Arievta

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Bahasa Indonesia

Ukuran 19 cm x 19 cm

Jumlah Halaman 91 halaman

Bahan Halaman isi: book paper, cover: art board

Jilid Hard cover

Harga Rp. 82.000,00

57

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 3.9 Tampilan buku ‘Doodleganger’

Tabel 3.8 Kelebihan dan kekurangan buku ‘Doodleganger’

Strength -Ilustrasi ekspresif dan menyenangkan.


-Penyampaian konten yang menarik dan mudah
dimengerti melalui bahasa sehari-hari.

Weakness -Banyak halaman yang tidak disertai ilustrasi dan


juga tidak memainkan warna sehingga terkesan sepi
dan membosankan tidak sesuai dengan cover.
-Layout kurang rapi.

Kesimpulan dari studi eksisting keempat buku yang telah dibahas di atas ialah

bahwa kekurangan umum pada buku – buku yang ada yakni seputar penggunaan

ilustrasi dan layout yang tidak konsisten serta desain cover dan isi yang tidak

senada. Lebih lanjut lagi, penulis menganalisa SWOT yang akan dijadikan

referensi penulis dalam merancang buku, berikut perinciannya:

Tabel 3.9 Analisis SWOT


Strength Weakness
-Menyajikan informasi lengkap -Penggunaan gaya ilustrasi dan

58

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


termasuk tips. layout yang tidak konsisten.
-Pemilihan tipografi yang tidak hanya -Desain cover tidak sesuai dengan
menarik tetapi juga mudah dibaca. desain halaman isi.
-Penyampaian konten yang menarik
dan mudah dimengerti melalui ilustrasi
serta callouts dan quotes.
-Konten didapatkan dari ahli.
-Penggunaan bahasa sehari-hari yang
mudah dimengerti.

Opportunity Threat
-Belum ada kompetitor buku yang -Pembaca berpikir konten buku
membahas mengenai gangguan tidur sulit dimengerti karena menyangkut
sleep paralysis. hal medis dan psikologis.

Dari analisa SWOT diatas, penulis akan mengadaptasi strength yang ada

dengan membuat buku yang menyajikan informasi mengenai gangguan tidur sleep

paralysis serta tips mencegah dan mengatasinya. Dalam mengisi konten, penulis

akan dibantu oleh para ahli. Konten akan dikemas dengan metode terkait ilustrasi,

layout, warna dan tipografi yang sederhana namun menarik sehingga bahasan

sleep paralysis dari sudut pandang medis dan psikologis dapat lebih mudah

dicerna dan dipahami oleh pembaca dan menjangkau pasar.

3.1.3. Kuesioner

Menurut Subagyo (2015) kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada

responden. Lebih lanjut lagi, Subagyo membagi jenis kuesioner menjadi 3 yaitu

kuesioner tertutup, kuesioner terbuka, dan kuesioner campuran. Dalam proses

pengumpulan data, penulis menggunakan kuesioner tertutup yang menurut


59

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Subagyo dapat digunakan jika peneliti ingin membatasi jawaban responden (hlm.

55 – 57).

Kuesioner tertutup dilakukan satu kali melalui google form untuk

mendapatkan data seputar pengalaman, pengetahuan, perasaan serta ketertarikan

para remaja usia 14 – 17 tahun terkait gangguan tidur sleep paralysis di

Tangerang. Kuesioner dilakukan melalui metode probability sampling dengan

mengambil suatu populasi sebagai sampel. Setiap anggota dalam populasi dapat

menjadi sampel tanpa dibedakan (Sugiyono, 2014, hlm. 118). Berdasarkan hasil

wawancara dengan penderita, didapatkan bahwa kecenderungan remaja

mengalami gangguan tidur sleep paralysis ialah karena kegiatan belajar sebagai

persiapan Ujian Nasional yang menyebabkan kelelahan. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini, penulis mempersempit pengambilan jumlah populasi dari salah satu

kelas SMP 3 di SMP Syafana Islamic School dengan jumlah murid sebanyak 21

orang dan salah satu kelas SMA 3 di SMA BPK Penabur Gading Serpong dengan

jumlah murid sebanyak 36 orang yang akan menghadapi Ujian Nasional. Lebih

lanjut, menurut Sugiyono, untuk mengetahui jumlah sampel yang harus dicapai

dapat digunakan Rumus Slovin (hlm. 116) dengan perhitungan sebagai berikut:

S = n / 1 + (N . e2)
S = sampel

N = n = populasi

e = derajat ketelitian = 0.05

60

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Perhitungan data yang penulis dapatkan ialah:

N = N SMP Syafana Islamic School + N SMA BPK Penabur Gading Serpong

= 21 orang + 36 orang

= 57 orang = n

Maka,

S = 57 / 1 + (57 x 0.052)

= 57 / 1 + (57 x 0.0025)

= 57 / 1 + 0.14

= 57 / 1.14

= 50

Dari hasil perhitungan diatas, penulis membutuhkan sebanyak 50 orang sampel

kuesioner.

Penyebaran kuesioner mulai dilakukan pada tanggal 14 September 2017

dibantu oleh wakil murid dari salah satu kelas SMP 3 di SMP Syafana Islamic

School yang bernama Rindra serta wakil murid dari salah satu kelas SMA 3 di

SMA BPK Penabur Gading Serpong yang bernama Clifton.

Dari hasil kuesioner yang telah disebar, penulis mendapatkan 38%

responden berumur 14 dan 17 tahun, 16% berusia 15 tahun dan 8% tahun berusia

16 tahun. 50% responden pernah mengalami sleep paralysis, 38% dari mereka

merasa cemas, takut dan khawatir sedangkan 6% merasa bingung. Dari

keseluruhan responden, 46% mengaku tidak mengetahui penyebab medis

terjadinya sleep paralysis, 40% persen mengetahui tetapi tidak secara detail dan

61

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


hanya 14% yang mengetahui secara detail. Sebanyak 74 % responden mengaku

tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai gangguan tidur sleep paralysis.

Gambar 3.10 Penyebaran kuesioner melalui Clifton (kiri) dan Rindra (kanan)

Kesimpulan yang penulis dapat dari hasil kuesioner ialah sleep paralysis

cukup rentan terjadi pada kalangan remaja berumur 14 – 17 tahun. Hampir semua

remaja yang pernah mengalami sleep paralysis merasa bingung, takut, cemas dan

khawatir karena sebagian besar dari mereka tidak mengetahui adanya penyebab

medis terjadinya sleep paralysis. Walaupun hanya setengah dari responden pernah

mengalami sleep paralysis, namun sebagian besar responden memiliki

ketertarikan untuk mengetahui lebih detail mengenai sleep paralysis dari sudut

pandang medis.

3.2. Metodologi Perancangan

Mengenai proses perancangan desain, penulis menggunakan teori Landa (2010)

yang membagi proses desain menjadi 5, yaitu (hlm. 77 – 103):

62

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


1. Orientasi

Dalam tahap ini, penulis mencari garis besar permasalahan mengenai

gangguan tidur sleep paralysis yang ingin dibahas. Penulis juga

mengumpulkan informasi – informasi terkait topik yang dibahas melalui

studi literatur dari buku – buku dan jurnal kedokteran. Selain itu,

melakukan wawancara dengan para ahli seperti konselor dan dokter serta

penderita untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai gejala,

penyebab, serta cara mencegah gangguan tidur sleep paralysis.

2. Analisa

Dalam tahap ini, penulis mengkaji data – data yang didapatkan dari studi

literatur dan wawancara. Data – data tersebut dianalisis sehingga penulis

dapat mengetahui sumber penyebab terjadinya gangguan tidur sleep

paralysis pada remaja dan mendapatkan solusi desain yang efektif dalam

menginformasikan mengenai gangguan tidur sleep paralysis dari sudut

pandang medis sehingga para remaja tidak cemas ketika mengalaminya.

3. Konseptual Desain

Dalam tahap ini, penulis menggunakan data – data dan hasil analisa

sebagai konten buku yang kemudian menjadi gambaran ide konsep

visual. Penulis akan mengemas informasi – informasi kedalam bentuk

paragraf – paragraf singkat sehingga memudahkan pembaca untuk

mencerna informasi mengenai gangguan tidur sleep paralysis dari sudut

pandang medis.

63

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


4. Desain

Dalam tahap ini, penulis mulai mengerjakan proses desain. Penulis mulai

membuat sketsa alternatif gaya ilustrasi dan layout berdasarkan teori dan

referensi yang telah diperoleh. Setelah menemukan gaya ilustrasi yang

sesuai, penulis mulai membuat buku ilustrasi.

5. Implementasi

Dalam tahap ini, sketsa manual yang telah dirancang kemudian dibuat

versi digital kemudian disusun menjadi buku dan dicetak. Setelah buku

selesai dicetak, penulis mencetak media – media lain sebagai pendukung

buku.

3.2.1. Perancangan Buku

Dalam merancang buku, penulis perlu mengetahui langkah – langkah yang harus

dilakukan. Rustan (2009) membagi proses produksi buku menjadi 5 langkah, yaitu

(hlm. 10 – 15):

1. Membuat konsep desain berisi 5w+1h menyangkut topik yang dibahas.

2. Menentukan spesifikasi media seperti bahan dan ukuran yang ingin

dipakai.

3. Membuat sketsa layout kecil dan replika karya untuk meminimalisir

kesalahan saat buku asli dicetak.

4. Mendesain kemudian mengedit dengan menggunakan software di

komputer.

64

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


5. Mencetak buku dengan teknik cetak sesuai dengan konsep desain.

Ada 5 macam teknik cetak yaitu offset, flexografi, rotogravure, sablon,

dan digital.

Setelah buku dicetak, langkah selanjutnya ialah binding atau penjilidan.

Haslam (2006) menyebutkan bahwa terdapat 2 teknik penjilidan yaitu hardcover

dan softcover. Penjilidan sangat penting karena dapat menentukan kualitas buku.

Beliau membagi teknik penjilidan menjadi 8 yakni library binding, case –

binding, perfect binding, spine binding, saddle – wire binding, loose – leaf

binding, spiral binding dan shrink binding (hlm. 233 – 238).

3.2.2. Perancangan Ilustrasi

Dalam merancang ilustrasi, penulis mengacu kepada teori Zeegen. Zeegen (2012)

membagi proses merancang ilustrasi menjadi 5 tahap, 4 tahap yang dapat

dilakukan dalam merancang ilustrasi buku yaitu (hlm. 101 – 119):

1. Briefing

Tahap dimana penulis mengumpulkan dan memahami semua data

akurat yang dibutuhkan. Selain itu, pada tahap ini penulis mulai

merencanakan peletakan, ukuran serta warna ilustrasi yang akan

digunakan. Penulis sebaiknya membuat timeline pengerjaan. Perihal

pemilihan gaya ilustrasi dapat diperoleh dari karakter target pembaca,

teori – teori yang berkaitan, serta observasi.

65

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


2. Investigasi

Tahap dimana penulis menggali lebih dalam informasi – informasi

yang dibutuhkan untuk mendukung terciptanya gaya ilustrasi yang

sesuai. Penggalian dapat dilakukan dengan membuat mindmap yang

dapat membantu penulis memahami segala hal yang akan

diilustrasikan.

3. Mengumpulkan inspirasi

Pada tahap ini, penulis mengumpulkan inspirasi sebanyak – banyaknya

untuk dijadikan referensi dalam membuat ilustrasi. Inspirasi dapat

datang dari mana saja termasuk koleksi gambar penulis serta segala hal

yang ada di lingkungan sekitar.

4. Brainstorming

Pada tahap ini, penulis dapat menuangkan seluruh ide hasil dari

briefing, investigasi dan mengumpulkan inspirasi kedalam kumpulan

bentuk visual secara bebas. Setelah itu, penulis dapat memilih bentuk –

bentuk visual yang sekiranya sesuai dengan pesan yang ingin

disampaikan kemudian menegaskannya menjadi lebih utuh.

Selanjutnya, penulis dapat menggabungkan bentuk visual agar

komposisinya tidak pasaran kemudian masuk kedalam proses

pendetailan.

66

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


BAB IV

PERANCANGAN DAN ANALISIS

4.1. Perancangan

Gambar 4.1 Mindmap perancangan

Setelah melakukan langkah berupa orientasi dan analisa, berdasarkan metode

perancangan yang dikemukakan oleh Landa (2010), penulis memasuki langkah

konseptual desain dimana penulis menggunakan data – data dan hasil analisa

sebagai konten buku yang kemudian menjadi gambaran ide konsep desain. Untuk

mendapatkan ide konsep tersebut, penulis membuat mindmap berdasarkan kata

kunci dari judul perancangan. Mindmap dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan

kata kunci – kata kunci yang akan digunakan pada proses brainstorming.

67

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.2 Brainstorming perancangan

Gambar 4.3 Hasil brainstorming perancangan

Setelah mendapatkan beberapa kata kunci dari mindmap, penulis

kemudian menggunakan kata kunci – kata kunci tersebut untuk dibedah kembali

pada proses brainstorming. Pembedahan ini bertujuan untuk mendapatkan kata

kunci – kata kunci yang lebih spesifik lagi sehingga dapat memunculkan ide

konsep yang khas dari karya yang penulis rancang.

Dari kata kunci – kata kunci tersebut lahirlah konsep dari perancangan ini

yakni minimalis dan colorful. Konsep minimalis diwakili oleh jenis layout
68

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


sederhana seperti multi panel layout dan picture window layout dimana pada

layout – layout tersebut, porsi ilustrasi lebih besar daripada teks. Konsep

minimalis juga diwakili oleh konten buku berupa paragraf – paragraf singkat yang

terdiri dari 3 – 5 kalimat dengan menggunakan bahasa sehari-hari, disesuaikan

dengan karakteristik remaja yang tidak menyukai bacaan yang panjang dan lebih

cenderung menggunakan bahasa tidak baku sehari-harinya. Konsep colorful

diwakili oleh warna yang digunakan untuk setiap ilustrasi dan halaman buku yang

disesuaikan dengan karakteristik remaja yang mulai menyukai banyak warna.

Gambar 4.4 Moodboard perancangan

4.1.1. Perancangan Gaya Visual

Visual yang terdapat pada perancangan buku ini ialah berupa karakter dan elemen

pendukung. Karakter berfungsi sebagai representasi untuk mengilustrasikan teks

yang ada di setiap halaman sedangkan elemen pendukung digunakan sebagai

69

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


tempat meletakkan kata atau kalimat yang merupakan inti atau judul dari suatu

paragraf atau halaman.

1. Perancangan Karakter

Konsep karakter didapatkan dari teori Tillman (2011) dalam bukunya

yang berjudul “Creative Character Design” yang sebagaimana telah

dibahas pada bab II sehingga penulis merancang karakter dengan

proporsi tubuh yang mendekati wujud asli manusia. Selain itu, konsep

karakter juga didapatkan dari hasil brainstorming yaitu garis lengkung

sehingga gaya visual karakter yang penulis rancang memiliki bentuk

wajah bulat untuk memberi kesan rileks, tidak kaku dan tidak

menegangkan.

Selain itu, terciptanya bentuk – bentuk karakter didasari oleh

profil yang memiliki ciri-ciri fisik berbadan tidak terlalu kurus maupun

gemuk sehingga bagian tubuh bawah seperti kaki dibuat lurus dengan

bahu yang menurun disesuaikan pada ciri-ciri orang lelah. Pemilihan

karakter berjenis kelamin laki – laki dan perempuan bertujuan untuk

menyampaikan bahwa gangguan tidur sleep paralysis dapat terjadi

pada siapa saja. Pakaian yang dikenakan karakter rapi disesuaikan

dengan status ekonomi menengah ke atas.

70

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.5 Sketsa karakter alternatif 1

Pada gambar di atas, terdapat sketsa karakter alternatif pertama.

Alternatif pertama ini tidak terpilih karena postur tubuh yang terlalu

kurus, leher yang terlalu kecil dengan kepala yang besar sehingga tidak

terlihat seimbang.

Gambar 4.6 Sketsa karakter alternatif 2

Selanjutnya, terdapat sketsa karakter alternatif kedua. Pada

alternatif kedua digambarkan karakter dengan postur tubuh yang

terkesan kaku serta terlalu kurus sehingga tidak penulis pilih dalam

proses perancangan.

71

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.7 Sketsa karakter alternatif 3

Pada sketsa karakter alternatif ketiga, penulis mencoba

menggunakan garis lengkung yang lebih jelas sesuai dari hasil

brainstorming. Penggunaan garis lengkung bertujuan untuk

menghasilkan karakter dengan kesan yang lebih lentur daripada

alternatif pertama dan kedua namun, karakter yang dihasilkan terkesan

cukup gemuk sehingga penulis tidak memilih alternatif ketiga sebagai

sketsa karakter terpilih.

Gambar 4.8 Sketsa karakter alternatif 4

Kemudian penulis mencoba menggambarkan karakter dengan

menggunakan garis lengkung untuk bahu dan garis lurus untuk kaki

72

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


demi keseimbangan agar tidak terlalu terkesan kaku. Penulis juga

mulai mencoba menggambarkan bentuk mata yang lebih detail dengan

menambahkan lipatan mata agar lebih mendekati wujud asli akan

tetapi, pada akhirnya alternatif keempat ini tidak penulis pilih karena

bentuk muka yang terlalu lancip sehingga tidak sesuai dengan konsep

penulis.

Gambar 4.9 Sketsa karakter alternatif 5 (terpilih)

Sketsa pada gambar di atas merupakan alternatif kelima yang

menjadi sketsa terpilih. Pada bagian wajah dari sketsa terpilih, terdapat

penambahan garis pada bagian atas mata, garis lipatan mata dan bawah

mulut yang berfungsi sebagai detail untuk menyerupai wujud aslinya

dan memudahkan untuk menciptakan wajah yang lebih ekspresif.

Bentuk wajah dan postur tubuh disesuaikan dengan konsep yang telah

dijabarkan sesuai profil pada beberapa paragraf sebelumnya dimana

wajah bulat, bentuk bahu dibuat melengkung serta bentuk kaki dibuat

lebih lurus. Pada bagian perut dibuat sedikit melebar agar karakter

73

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


tidak terkesan terlalu kurus. Setelah menetapkan sketsa karakter

terpilih, penulis kemudian membuat ilustrasi karakter versi digital.

Gambar 4.10 Karakter versi digital

2. Perancangan Elemen Pendukung

Bentuk – bentuk elemen pendukung didapatkan dari hasil

brainstorming yaitu berupa bentuk lengkung dan lingkaran. Bentuk –

bentuk tersebut disesuaikan dengan gaya visual karakter sehingga

tercipta suatu kesatuan. Bentuk lengkungan maupun lingkaran

mendominasi pada perancangan ini.

74

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.11 Sketsa alternatif elemen pendukung

Bentuk – bentuk lengkungan dan lingkaran tersebut didapatkan

dari penyederhanaan gesture orang lelah dengan punggung

membungkuk serta diadaptasi juga dari peralatan tidur seperti bantal

dan guling yang juga dapat mewakili gesture rileks, tidak kaku atau

tegang. Elemen – elemen pendukung ini akan penulis gunakan sebagai

tempat meletakkan teks keterangan dan judul dari suatu paragraf.

Gambar 4.12 Elemen pendukung versi digital

75

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


4.1.2. Perancangan Palet Warna

Gambar 4.13 Palet warna

Pada perancangan ini, penulis menggunakan warna seperti biru, hijau, pink, ungu,

abu-abu, dan kuning yang flat menyesuaikan dari konsep minimalis. Selain itu,

sebagai variasi, penulis hanya mengatur tone warna – warna tersebut yang

disesuaikan pada suasana yang ingin disampaikan. Untuk suasana yang

menyeramkan pada bab awal yaitu bab 1 yang berisi ciri-ciri terjadinya gangguan

tidur sleep paralysis, penulis menurunkan tone warna – warna dasar yang dipakai

untuk mendapatkan warna yang lebih gelap, sedangkan untuk suasana tidak

mencekam seperti pada bab 2 hingga closing penyebab serta solusi mengatasi dan

mencegah, penulis menggunakan warna dasar dengan tone yang lebih tinggi

sehingga warnanya pun lebih terang atau cerah. Selain itu, penulis juga

memadukan warna – warna komplementer yang kontras demi terciptanya

keharmonisan warna. Konsep kontras terinspirasi dari karakter remaja yang

cenderung menarik perhatian diantara usia lainnya.

76

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


4.1.3. Perancangan Tipografi

Gambar 4.14 Jenis tipografi terpilih

Pada perancangan ini, penulis menggunakan tipografi jenis sans-serif. Jenis –

jenis tipografi yang dipilih memiliki fitur lengkung yang juga disesuaikan dengan

hasil brainstorming. Pemilihan ini juga merujuk pada hasil observasi yang penulis

dapatkan dimana sebagian besar buku – buku remaja yang beredar di pasaran

menggunakan tipografi sans-serif. Tipografi sans-serif yang menurut Rustan

(2011) dalam buku “Font dan Tipografi” dapat menimbulkan kesan moderen

sehingga sesuai dengan karakteristik remaja. Penulis memilih tiga macam

tipografi yang akan diterapkan pada perancangan buku yaitu tipografi DK

Honeyguide, Mf Texas Spring, dan Warung Kopi. Setelah memilih, penulis

melakukan test-print untuk melihat bahwa ketiga tipografi tersebut memiliki

pengaturan leading dan kerning yang mudah dan nyaman untuk dibaca.

4.1.4. Perancangan Format Buku

Pada perancangan ini, penulis memilih ukuran buku sebesar 19 cm x 23 cm yang

merupakan ukuran standar buku informasi kesehatan dan psikologi sesuai penerbit

yang dibahas pada bab III. Ukuran ini juga dianggap sesuai untuk buku ilustrasi

77

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


yang mengandung banyak gambar dan membutuhkan bidang karya yang luas.

Untuk teknik jilid, penulis menggunakan perfect binding – soft cover sehingga

lebih tahan lama serta sesuai dengan konsep minimalis. Penulis memilih kertas

HVS 100 gr sebagai bahan isi buku agar tidak tembus warna dan art carton 260 gr

laminasi glossy untuk memberikan efek yang lebih cerah sebagai bahan cover

buku demi meminimalisir harga produksi dan keseragaman buku informasi

kesehatan dan psikologi sesuai standar penerbit yang penulis wawancarai. Penulis

membuat buku yang berisi 48 halaman sesuai dengan konsep yakni konten yang

singkat dan mudah dimengerti remaja.

4.1.5. Perancangan Alur

Gambar 4.15 Flat plan

Dalam perancangan ini, penulis menggunakan alur mulai dari pengenalan ciri-ciri

gangguan tidur sleep paralysis, penyebab atau pemicu medis dan psikologis sleep

paralysis, hingga solusi mengatasi dan mencegah gangguan tidur sleep paralysis

yang dikemas dalam 4 bab. Alur ini didapatkan dari hasil berdiskusi dengan

78

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


konsultan ahli dari buku yang akan penulis rancang. Pada setiap awal sebelum

memasuki topik per bab, penulis menyematkan quotes yang berisi motivasi untuk

para pembaca. Pada bab pertama buku, penulis membahas gambaran terjadinya

gangguan tidur sleep paralysis untuk memperlihatkan bagaimana gangguan tidur

tersebut dapat menimbulkan perasaan aneh dan mencekam bagi yang mengalami.

Kemudian dilanjutkan dengan penyebab atau pemicu gangguan tidur sleep

paralysis dapat terjadi pada bab dua dan tiga agar pembaca dapat memahaminya

dari sisi medis dan psikologis.

Setelah itu, pada bab empat terdapat tips – tips mengatasi dan mencegah

gangguan tidur sleep paralysis. Pada bagian akhir buku disertakan kalimat –

kalimat motivasi dan juga kalimat penutup. Terdapat diari tidur pada dua halaman

setelah halaman penutup buku yang dapat diisi oleh pembaca. Berikut merupakan

penjabaran secara rinci kateren buku yang penulis rancang berdasarkan teori

Rustan (2009) dalam bukunya yang berjudul “Layout: Dasar & Penerapannya”:

1. Bagian pembuka

a. Halaman 1 merupakan cover bagian dalam.

b. Halaman 2 berisi informasi mengenai buku.

c. Halaman 3 berisi kata persembahan.

d. Halaman 4 berisi profil ahli.

e. Halaman 5 berisi daftar isi.

79

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


2. Bagian Isi

a. Halaman 6 – 7 berisi quotes dan pembatas memasuki bab pertama

yang berjudul “Sebuah Pengalaman Tidur yang Menyeramkan”.

b. Halaman 8 – 9 berisi cerita mengenai lelah setelah beraktifitas

seharian.

c. Halaman 10 – 11 berisi cerita mengenai ciri-ciri gangguan tidur sleep

paralysis.

d. Halaman 12 – 13 berisi cerita mengenai ciri-ciri gangguan tidur sleep

paralysis.

e. Halaman 14 – 15 berisi quotes dan pembatas memasuki bab kedua

buku yang berjudul “Kok Bisa ya, Ketindihan Terjadi?”.

f. Halaman 16 berisi mengenai sebutan – sebutan akan gangguan tidur

sleep paralysis di beberapa negara selain Indonesia.

g. Halaman 17 berisi tentang penemuan tim medis mengenai gangguan

tidur sleep paralysis.

h. Halaman 18 – 25 berisi mengenai penjelasan penyebab terjadinya

sleep paralysis dari sisi medis dan psikologis.

i. Halaman 26 – 27 berisi mengenai penjelasan asal munculnya

halusinasi saat mengalami sleep paralysis.

j. Halaman 28 – 29 berisi quotes dan pembatas memasuki bab ketiga

buku yang berjudul “Ternyata, Ketindihan Dipicu oleh Kebiasaan

kamu juga, lho!”.

80

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


k. Halaman 30 – 35 berisi mengenai pemicu terjadinya gangguan tidur

sleep paralysis yang berasal dari kebiasaan sehari-hari.

l. Halaman 36 – 37 berisi quotes dan pembatas memasuki bab keempat

buku yang berjudul “Jangan Takut! Ada kok Tips-tips Mengatasi dan

Mencegah Ketindihan.”

m. Halaman 38 – 39 berisi mengenai tips – tips mengatasi terjadinya

gangguan tidur sleep paralysis.

n. Halaman 40 – 41 berisi mengenai tips – tips mencegah terjadinya

gangguan tidur sleep paralysis.

3. Bagian Penutup

a. Halaman 42 berisi quotes mengenai gangguan tidur sleep paralysis.

b. Halaman 43 berisi penutup.

c. Halaman 44 – 45 berisi diari tidur yang dapat diisi oleh pembaca.

d. Halaman 46 berisi pertolongan lanjut yaitu daftar beberapa website

dokter online serta kontak konsultan buku yang penulis rancang.

e. Halaman 47 berisi daftar pustaka.

f. Halaman 48 berisi profil penulis.

81

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


4.1.6. Perancangan Layout

Gambar 4.16 Modular grid yang digunakan

Pada perancangan ini, penulis menggunakan teori modular grid yang

dikemukakan oleh Tondreau (2009) dalam buku yang berjudul “Layout

Essentials: 100 Design Principles for Using Grids”. Grid dibuat dengan rasio

perhitungan matematis untuk memudahkan dalam menentukan ukuran font yang

dipakai serta mengatur tata letak elemen – elemen pada setiap halaman buku

sesuai kebutuhan dengan tetap memperhatikan kerapian. Penulis memilih ukuran

font sebesar 11 pt kemudian penulis menggunakan perhitungan perfect fifth yang

merupakan penyederhanaan dari bilangan Fibonacci dengan mengali dan

membagi bilangan 11 dengan 1,5 sehingga didapatkan ukuran modul sebesar 0,97

cm serta ukuran gutter sebesar 0,43 cm.

82

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.17 Sketsa alternatif layout awal

Gambar 4.18 Alternatif thumbnail 1

83

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.19 Alternatif thumbnail 2 (terpilih)

Dalam proses merancang, penulis membuat 2 alternatif thumbnail.

Thumbnail berisi perancangan layout setiap halaman buku yang akan penulis

rancang. Thumbnail tersebut terdiri lengkap dari visual hingga konten buku

sehingga memudahkan penulis dalam proses pembuatan versi digital.

Mengenai jenis layout, penulis menggunakan teori Hendratman (2015)

dalam buku yang berjudul “Computer Graphic Design”. Dari 20 jenis layout yang

ada, penulis menggunakan 3 jenis dalam perancangan buku yaitu multi panel

layout, picture window layout, dan bleed layout. Pada bab pertama buku yang

berisi mengenai ciri-ciri terjadinya gangguan tidur sleep paralysis, penulis

84

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


menggunakan bleed layout dimana gambar memenuhi setiap halaman dan

menembus margin hingga ke tepi kertas. Pada bab kedua dan ketiga yang berisi

pembahasan mengenai penyebab atau pemicu terjadinya gangguan tidur sleep

paralysis dari sisi medis dan psikologis, penulis menggunakan ketiga jenis layout

sesuai dengan kebutuhan. Pada bab keempat yang berisi pembahasan mengenai

tips – tips mengatasi dan mencegah gangguan tidur sleep paralysis, penulis

menggunakan jenis layout bleed layout untuk membagi masing tips ke dalam

panel – panel.

Gambar 4.20 Sketsa alternatif cover 1

Gambar 4.21 Sketsa alternatif cover 2

85

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.22 Sketsa alternatif cover 3 (terpilih)

Setelah membuat thumbnail, penulis membuat alternatif sketsa untuk

cover buku. Pada cover buku, penulis menyertakan elemen teks dan visual serta

logo penerbit. Merujuk pada teori Rustan (2009) pada cover depan buku, penulis

hanya menyertakan beberapa informasi seperti judul buku, nama pengarang, dan

nama konsultan sumber konten buku serta elemen visual. Pada cover belakang

buku, penulis menyertakan ulasan singkat mengenai isi buku, barcode, logo dan

keterangan penerbit serta elemen – elemen visual.

4.1.7. Perancangan Digital

Setelah menyelesaikan perancangan secara manual mulai dari elemen hingga

layout, penulis kemudian merancang secara digital. Dalam proses merancang

secara digital, penulis menata elemen – elemen yang ada pada setiap halaman.

Selama proses merancang secara digital, penulis melakukan beberapa kali

pergantian tata letak elemen – elemen tersebut.

86

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.23 Layout awal versi digital

Contoh hasil perancangan digital yang pertama memerlukan banyak

perubahan karena outline ilustrasi yang terlalu tebal dan warna yang terlalu gelap

sehingga penulis terus mengeksplor beberapa warna hingga menemukan palet

warna yang sesuai yang akhirnya dipakai sebagai palet warna dalam perancangan.

Selain itu, ilustrasi yang kurang merepresentasikan rasa lelah belajar, meja belajar

yang kurang merepresentasikan kesibukan seorang pelajar, serta arah cahaya dan

bayangan yang tidak sesuai juga menjadi alasan perubahan layout. Halaman kiri

dan kanan juga terlihat tidak menyatu padahal, ilustrasi pada halaman sebelah kiri

berperan memperjelas konten pada halaman sebelah kanan. Berdasarkan

pertimbangan penulis, layout tersebut juga membuang terlalu banyak ruang

sehingga kurang efektif.

87

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.24 Elemen pendukung versi digital

Gambar 4.25 Pembatas setiap bab buku

88

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Penulis merancang beberapa elemen visual seperti tutup mata untuk tidur,

tanda tanya, kaca pembesar, lampu serta gembok. Elemen – elemen visual ini

berfungsi sebagai representasi dari setiap pembuka bab pada buku. Dari elemen –

elemen tersebut, penulis menciptakan pola yang mengelilingi quotes pada

halaman – halaman tertentu.

Gambar 4.26 Pembuka setiap bab buku

Untuk halaman judul pembuka setiap bab, penulis pertama kali

menggunakan tipografi yang terlalu bulat dan bersifat terlalu playful sehingga

tidak sesuai untuk remaja sebagai target buku. Selain itu, warna biru tua yang

dipilih sebagai warna latar belakang terlalu pucat sehingga tidak sesuai dengan

konsep. Oleh karena itu, penulis melakukan eksplorasi tipografi dan warna hingga

kemudian mendapatkan yang sesuai dengan konsep seperti pada alternatif kedua.

Pada allternatif kedua terdapat contoh pengaplikasian grid pada setiap

perancangan halaman yang penulis lakukan.

89

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.27 Alternatif 1 halaman pada bab 1 versi digital

Memasuki bagian isi, penulis beberapa kali merancang ulang layout untuk

halaman awal dari bab 1 yaitu halaman 8 dan 9. Alternatif layout pertama

memerlukan perubahan karena outline ilustrasi yang terlalu tebal dan warna latar

belakang putih sehingga suasana yang ingin dicapai kurang terasa dan tidak sesuai

dengan konsep colorful. Selain itu, peletakan ilustrasi remaja laki – laki yang

sedang tidur pada halaman 9 terlihat janggal dan tidak menyatu dengan ilustrasi

pada halaman 8.

Gambar 4.28 Alternatif 2 halaman pada bab 1 versi digital

90

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Pada alternatif layout kedua, penulis mengubah outline ilustrasi menjadi

lebih tipis, menambahkan warna latar belakang biru keunguan sebagai

representasi dari langit sore menjelang malam. Penulis juga menambahkan

ilustrasi baru untuk diletakkan pada halaman 9 yang memiliki kesatuan dengan

ilustrasi pada halaman 8 namun, ilustrasi demikian dirasa terlalu mendominasi

halaman dan menyulitkan penulis dalam meletakkan elemen teks pada halaman

tersebut.

Selanjutnya, penulis mencoba untuk menghilangkan ilustrasi bayangan

remaja perempuan yang sedang tidur yang ada pada alternatif layout kedua dan

menggantinya dengan yang lebih sederhana yaitu siluet kota dari halaman 8.

Gambar 4.29 Alternatif 3 halaman pada bab 1 versi digital

91

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.30 Alternatif 1 tipografi

Gambar 4.31 Alternatif 2 tipografi

Gambar 4.32 Alternatif 3 tipografi (terpilih)

Gambar 4.33 Alternatif 4 halaman pada bab 1 versi digital (terpilih)

92

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Alternatif layout ketiga dirasa penulis terlalu sederhana dan kurang

merepresentasikan konten pada halaman tersebut sehingga akhirnya penulis

menambahkan ilustrasi mobil pada halaman 9 yang akhirnya menjadi layout

pilihan. Penulis juga beberapa kali melakukan pergantian tipografi hingga

menemukan yang sesuai. Tipografi pilihan pertama terlihat terlalu kompleks

sehingga sulit untuk dibaca dari jarak jauh sedangkan tipografi pilihan kedua

memiliki kerning dan spasi yang kurang pas sehingga kurang nyaman untuk

dibaca. Setelah mencari banyak jenis tipografi, akhirnya penulis menemukan

tipografi yang sesuai dengan konsep yaitu sans-serif yang cenderung memiliki

lengkungan dan karakter bulat yang tidak berlebihan sehingga tidak terkesan

kekanakan serta mudah dan nyaman dibaca.

Gambar 4.34 Proses mewarnai digital halaman pada bab 2

Gambar 4.35 Hasil halaman pada bab 2 versi digital


93

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Selanjutnya ialah proses penulis dalam menyusun salah satu isi dari bab 2,

mulai dari elemen hingga menjadi satu halaman utuh. Proses diperlihatkan mulai

dari sketsa secara digital, pewarnaan secara digital hingga penempatan pada

halaman.

Gambar 4.36 Alternatif 1 dan 2 halaman pada bab 3 versi digital

Gambar 4.37 Alternatif 3 halaman pada bab 3 versi digital (terpilih)

94

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Pada bab 3, penulis kembali melakukan beberapa perubahan layout untuk

akhirnya menemukan layout yang sesuai. Layout ini yang akan konsisten

digunakan untuk setiap layout multi panel dalam perancangan buku. Alternatif

layout pertama memiliki kekurangan dimana ilustrasi memiliki outline yang

terlalu tebal, clipping mask ilustrasi ke dalam sebuah lingkaran yang memiliki

outline terlalu tebal, selain itu warna latar belakang putih terkesan terlalu

sederhana dan meninggalkan banyak ruang kosong. Pada alternatif layout kedua,

penulis mencoba untuk mengubah outline ilustrasi menjadi lebih tipis, clipping

mask tanpa menggunakan outline, menambahkan warna biru tua sebagai warna

latar belakang, serta memperbesar judul dan menambahkan sub judul namun,

pemilihan satu warna untuk latar belakang kurang dapat membedakan segmentasi

judul, sub judul dan daftar tips – tips. Akhirnya, penulis menemukan solusi

dimana penulis menambahkan satu warna lagi yaitu biru muda pada latar

belakang yang berfungsi membedakan area judul dan sub judul dengan area daftar

tips – tips.

Gambar 4.38 Alternatif 1 dan 2 halaman pada bab 4 versi digital


95

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.39 Alternatif 3 halaman pada bab 4 versi digital (terpilih)

Untuk menemukan layout halaman yang sesuai untuk bab 4, penulis

melakukan perubahan sebanyak 3 kali. Alternatif layout pertama terdapat ilustrasi

yang memiliki outline yang terlalu tebal, warna latar belakang putih dengan

ilustrasi mengisi setengah bagian halaman. Setengah bagian lain dari halaman

diisi oleh teks rata tengah yang kurang nyaman dan terkesan terlalu panjang untuk

dibaca. Pada alternatif layout kedua, penulis mencoba untuk mengubah outline

ilustrasi menjadi lebih tipis, penyampaian konten menjadi poin – poin sesuai

anjuran psikolog yang penulis wawancarai agar lebih menarik untuk dibaca oleh

target serta menambahkan saran pada bentuk post-it. Penulis juga menambahkan

warna ungu sebagai warna latar belakang.

Pada alternatif layout ketiga, penulis mengubah warna latar belakang ungu

pada alternatif layout kedua yang terlalu gelap. Selain itu, penulis mencoba

memperbesar teks judul agar lebih terbaca. Penulis juga mengubah penyampaian

96

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


konten dari bentuk poin – poin menjadi dua kolom agar tidak terkesan terlalu

panjang, lebih variatif dan lebih nyaman dibaca.

Gambar 4.40 Alternatif 1 dan 2 halaman pada bagian closing versi digital

Gambar 4.41 Alternatif 3 halaman pada bagian closing versi digital (terpilih)

Pada bagian penutup yaitu closing, penulis mengubah layout sebanyak tiga

kali. Pada layout pertama, penulis menggunakan ilustrasi karakter – karakter yang

muncul pada buku sedang melambaikan tangan. Untuk konten, penulis

97

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


menuliskan kalimat penutup serta quotes terkait gangguan tidur sleep paralysis,

namun, layout ini terkesan terlalu sepi sehingga pada alternatif layout kedua,

penulis kembali mencoba memainkan warna. Penulis memberikan warna abu –

abu pada area penempatan quotes dan menambahkan elemen seperti post-it untuk

meletakkan quotes tersebut. Untuk ilustrasi, penulis mencoba mengeksplor

kembali dan mendapatkan ilustrasi baru berupa seorang remaja laki – laki yang

tertidur nyenyak yang akhirnya dipilih menjadi ilustrasi pada halaman closing

buku yang dirancang.

Gambar 4.42 Tipografi judul cover

Gambar 4.43 Alternatif 1 cover versi digital

98

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.44 Alternatif 2 cover versi digital

Gambar 4.45 Alternatif 3 cover versi digital (terpilih)

Untuk judul pada cover buku, penulis menggunakan tipografi yang sama

dengan tipografi yang dipakai sebagai tipografi headline agar terciptanya kesatuan

namun, penulis memainkan bentuk dengan teknik wrap text into shape. Dalam

merancang cover buku, penulis melakukan tiga kali pergantian ilustrasi. Pada

alternatif cover pertama terdapat ilustrasi bantal, jam serta bulan dan bintang

tetapi penggunaan benda mati seperti bantal untuk cover dirasakan kurang dapat

menarik perhatian dan kurang dapat menyampaikan pesan dari buku. Oleh karena

itu, penulis mengganti ilustrasi bantal menjadi karakter dengan ekspresi bingung

99

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


dan cemas karena tertindih dan pada cover bagian belakang, penulis tetap

menyertakan ilustrasi bulan dan bintang.

Pada alternatif cover kedua tersebut, karakter digambarkan sedang

berbaring di atas tempat tidur namun ilustrasi ini terkesan kaku, terlalu serius dan

kurang menyenangkan untuk digunakan pada cover buku yang bertargetkan

remaja. Oleh karena itu, penulis mengubah gestur tubuh karakter dengan kaki

yang terangkat keluar dari selimut serta tangan yang juga terangkat untuk

menciptakan kesan yang tidak terlalu kaku dan serius. Ekspresi karakter dibuat

lebih tegang untuk mendapatkan kesan mencemaskan. Tipografi untuk ulasan

buku pada cover bagian belakang juga memakai jenis tipografi yang sama dengan

body copy agar menciptakan kesatuan.

4.2. Analisis

Pada bagian ini, penulis akan menganalisa setiap halaman buku versi digital yang

penulis telah rancang. Pada proses digital, ada beberapa perubahan layout dari

yang telah dirancang melalui thumbnail karena disesuaikan demi kenyamanan

pembaca. Berikut merupakan analisa setiap halaman buku yang penulis rancang.

4.2.1. Cover

Gambar 4.46 Cover buku


100

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Penulis memilih judul “Ketindihan Tak Perlu Gelagapan” yang ada pada cover

depan buku untuk memberikan pesan bahwa tidak perlu bingung, cemas dan takut

jika mengalami ketindihan. Kata “ketindihan” sendiri merupakan sebutan orang

Indonesia untuk gangguan tidur sleep paralysis sedangkan kata “gelagapan”

berarti situasi dimana seseorang mengalami kebingungan atau sesak napas.

Penulis sengaja memilih kata yang berakhiran sama yaitu –an agar judul buku

yang penulis rancang lebih menarik sekaligus mudah diingat. Pemilihan kata –

kata tersebut disesuaikan dengan anjuran psikolog untuk tidak menggunakan kata

– kata yang sulit dicerna dan diingat seperti “sleep paralysis”. Kemudian, penulis

menambahkan kalimat yang menyertai judul utama yang berbunyi “Kenali dari

Sisi Medis & Psikologis” untuk memberi informasi lanjut bahwa buku yang

penulis rancang akan membahas topik bersangkutan dari sisi medis dan psikologis.

Setelah itu diikuti keterangan nama konsultan ahli yang menyusun konten buku

sehingga informasi yang ada di dalam buku terpercaya.

Pada bagian cover belakang buku, terdapat ulasan singkat mengenai isi

buku yang menjelaskan lebih lanjut judul yang ada pada cover depan dimana

penulis memberi poin – poin bahwa buku berisi penyampaian ciri-ciri terjadinya

ketindihan, penyebab terjadinya ketindihan dari sisi medis dan psikologis serta

tips – tips mengatasi dan mencegah terjadinya ketindihan disesuaikan pada

karakteristik remaja yang lebih memilih membaca poin – poin. Pada bagian cover,

penulis juga menyertakan ilustrasi yang dibuat spread berupa seorang anak

perempuan dalam posisi tidur dengan ekspresi kaget karena tertindih oleh tulisan

yang merupakan judul buku yaitu “Ketindihan Tak Perlu Gelagapan”. Penulis
101

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


membentuk judul seolah-olah menindih karakter yang sedang tidur tersebut untuk

menyampaikan ciri-ciri terjadinya ketindihan. Karakter digambarkan terbaring

kaku untuk menekankan bagaimana ketindihan dapat membuat orang yang

mengalaminya tidak dapat bergerak. Pada cover belakang, penulis menambahkan

ilustrasi bulan dan bintang – bintang untuk mewakili malam hari yang merupakan

waktu dimana orang – orang biasa tertidur.

Warna yang digunakan ialah biru sebagai representasi warna langit malam

hari. Warna teks “ketindihan” dan “gelagapan” diberi warna kuning dan pink yang

kontras dengan warna latar belakang biru sehingga dapat menarik perhatian sesuai

dengan pendapat kepala redaksi PT Elex Media Komputindo yang ada pada Bab

III bahwa judul sebaiknya dapat menarik perhatian calon pembeli.

4.2.2. Bagian Depan

102

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.47 Bagian depan buku

Pada bagian dalam buku, terdapat cover buku yang disederhanakan tanpa ilustrasi

sebagai bagian pembuka sekaligus merupakan halaman 1 dari buku. Halaman 2

berisi mengenai informasi judul buku, penulis dan spesifikasi ukuran buku yang

terletak pada pojok kiri bawah sehingga halaman dibuat menjadi warna putih agar

jelas terbaca. Pada halaman 3 berisi kata persembahan untuk para pembaca.

Penggunaan warna kuning sebagai warna halaman didasarkan pada teori psikologi

warna yang ada pada Bab II dimana kuning yang dapat memberikan energi positif

melalui kesan ceria dan enerjiknya.

Pada halaman 4 dan 5, digunakan warna dominan pada buku ini yaitu abu

– abu dan biru yang didasari dari psikologi warna dimana ketika warna biru dan

abu – abu dikombinasikan dapat menimbulkan perasaan tenang. Layout yang

digunakan pada halaman 4 ialah multi panel layout dimana terdapat panel – panel

berupa daftar sedangkan warna yang digunakan untuk elemen – elemen pada

halaman 4 ialah seputar kuning, pink, abu – abu, dan biru. Warna pink digunakan

juga karena dapat memberikan perasaan tentram yang dapat menyeimbangkan

energi di dalam tubuh. Pada halaman 5, terdapat ilustrasi dari figur konsultan yang

menulis konten dari buku yang penulis rancang. Tujuan dibuatnya ilustrasi agar
103

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


seragam dengan isi buku dimana semua halaman berisi ilustrasi tanpa adanya foto.

Ilustrasi konsultan digambarkan berdiri dengan kaki menghadap ke pembaca dan

tersenyum untuk memberikan kesan terbuka pada pembaca.

4.2.3. Bagian Isi

Gambar 4.48 Bagian isi bab 1

Pada bagian pembatas memasuki bab pertama buku, penulis konsisten

menggunakan warna abu – abu dan biru untuk menciptakan perasaan tenang.

Untuk halaman 8 hingga 13, penulis menggunakan kombinasi dua jenis layout

yaitu picture window layout dan bleed layout disertai penggunaan dua kolom

untuk bagian teks. Picture window layout dapat terlihat dari ilustrasi setiap

halaman yang mendominasi halaman daripada teks serta bleed layout dapat

terlihat dari ilustrasi setiap halaman menembus tepi kertas. Pada halaman 6,
104

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


terdapat ilustrasi berupa penutup mata untuk tidur sebagai simbol dari topik buku

yang menyangkut tidur. Penulis juga menambahkan quotes yang berbunyi “Don’t

try to figure out the whole race. Just figure out where to put your foot for the

starting line. Just start” untuk memberikan motivasi kepada pembaca bahwa tidak

perlu ragu untuk memulai sesuatu.

Pada halaman 7 dan di setiap halaman pembuka bab, penulis konsisten

menggunakan warna biru untuk latar belakang dan warna kuning untuk judul bab.

Warna biru tua yang terkesan gelap digunakan penulis untuk mewakili topik buku

yaitu gangguan tidur sleep paralysis atau ketindihan yang dianggap memberikan

dampak negatif seperti kebingungan, kecemasan dan ketakutan. Sedangkan,

penggunaan warna kuning bertujuan untuk memberikan energi positif dan sebagai

simbol dari secercah harapan di tengah kegelapan. Warna biru muda yang

digunakan untuk elemen pendukung “chapter 1” merupakan warna turunan dari

biru tua, sedangkan pada tulisan “chapter 1” digunakan warna abu-abu. Judul bab

pertama berbunyi “Sebuah pengalaman saat tidur yang menyeramkan” penulis

tidak langsung menyebutkan ketindihan untuk memberikan rasa penasaran kepada

pembaca menyangkut pengalaman menyeramkan saat tidur.

Memasuki halaman 8 hingga 13, penulis menggunakan warna – warna

yang cukup gelap untuk menimbulkan suasana yang menyeramkan. Halaman 8

dan 9 menceritakan tentang kelelahan yang dialami oleh seorang anak sepulang

dari melakukan berbagai aktifitas seperti sekolah, kursus dan kerja kelompok.

Halaman 10 hingga 13 menceritakan mengenai betapa aneh dan menyeramkan

105

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


pengalaman ketindihan ketika tidur. Ekspresi – ekspresi karakter dibuat tegang

dan pucat serta penambahan ilustrasi seperti bayangan – bayangan menyerupai

awan dan asap untuk menggambarkan suasana aneh. Penulis menghindari ilustrasi

sosok yang terlalu menyeramkan dengan tujuan untuk tidak menakuti pembaca.

Gambar 4.49 Bagian isi bab 2

Pada halaman 16, penulis menggunakan jenis layout multi panel layout

terlihat dari adanya panel – panel yang membatasi daftar sebutan – sebutan

gangguan tidur sleep paralysis di negara – negara lain. Halaman 17 hanya berisi

kalimat – kalimat tanpa ilustrasi dengan tujuan agar terdapat jeda untuk otak

beristirahat dari keramaian ilustrasi. Halaman 18 hingga 21 merupakan halaman

inti dimana terdapat penyebab terjadinya gangguan tidur sleep paralysis dari sisi

medis dan psikologis. Pada 4 halaman tersebut, penulis menggunakan picture

106

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


window layout serta bleed layout disertai penggunaan dua kolom untuk bagian

teks. Terdapat ilustrasi kepala manusia dimana bagian otak terbelah dua menjadi

sistem otak dan sistem tubuh. Kedua sistem diumpamakan memiliki pekerjaan

sebagai pengurus arsip yang menyimpan memori – memori layaknya sistem otak

dan pemantau monitor yang mengatur pergerakan layaknya sistem tubuh agar

lebih menarik untuk dicerna. Selain itu, terdapat callouts agar lebih dapat

menyampaikan pesan lewat perasaan, lebih menarik dan mempermudah pembaca

dalam mencerna teks penjelas yang ada di bagian bawah dan atas ilustrasi.

Gambar 4.50 Bagian isi bab 2

Pada halaman 22, penulis menggunakan jenis layout multi panel layout

terlihat dari adanya panel – panel yang membatasi daftar jenis – jenis kelelahan.

Penggunaan warna hijau pada halaman 22 disesuaikan oleh psikologi warna

107

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


bahwa warna hijau dapat membantu seseorang untuk melepaskan kegelisahannya.

Mulai halaman ini, penulis mulai menggunakan warna – warna yang lebih cerah

dan bervariasi. Pada halaman 23 hingga 25 kembali menggunakan kombinasi dari

picture window layout dan bleed layout. Halaman 23 hingga 25 membahas

mengenai penyebab – penyebab medis dan psikologis lain disamping penyebab

utama yang dijelaskan pada halaman 18 hingga 21. Pada halaman 26 dan 27,

penulis membahas mengenai darimana halusinasi berasal dan dapat muncul ketika

seseorang mengalami sleep paralysis dengan ilustrasi hantu – hantu yang sebagian

besar dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Gambar 4.51 Bagian isi bab 3

Pada halaman 30 hingga halaman 35, penulis menggunakan kombinasi dua

jenis layout yaitu picture window layout dan bleed layout disertai penggunaan dua

108

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


kolom untuk bagian teks. Picture window layout dapat terlihat dari ilustrasi setiap

halaman yang mendominasi halaman daripada teks serta bleed layout dapat

terlihat dari ilustrasi setiap halaman menembus tepi kertas. Penulis membahas

mengenai jam tidur yang tidak teratur dengan ilustrasi karakter perempuan yang

terlihat sedang belajar hingga larut malam. Indikasi larut malam diwakili oleh

petunjuk jam yang ada pada smartphone yang terletak di meja belajar.

Tumpukkan buku bertuliskan “TES PTN” dan “UJIAN NASIONAL” serta

lembaran kertas mengindikasikan bahwa karakter memiliki banyak bahan untuk

dipelajari dalam mempersiapkan ujian yang membuat jam tidurnya tidak teratur.

Warna latar belakang yang digunakan pada halaman 30 dan 31 serta 34

dan 35 merupakan warna komplementer yaitu ungu dan kuning serta hijau dan

pink yang disesuaikan dengan karakteristik remaja yang kontras atau menarik

perhatian, sedangkan halaman 32 dan 33 menggunakan warna abu – abu dan biru

tua untuk memberikan ketenangan sesuai psikologi warna. Pada setiap halaman

mulai dari halaman 30 hingga halaman 34, penulis memberikan elemen visual

menyerupai post-it yang berisi saran – saran, sedangkan pada halaman 35 terdapat

inzet dalam elemen visual lingkaran yang berfungsi menggambarkan organ bagian

dalam mulut dan posisi lidah dan dampak ketika tidur dengan posisi terlentang.

109

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.52 Bagian isi bab 4 dan closing

Pada halaman 38 hingga 41, penulis menggunakan jenis layout multi panel

layout terlihat dari adanya panel – panel yang membatasi daftar – daftar tips

mengatasi dan mencegah gangguan tidur sleep paralysis. Pada setiap halaman

terdapat elemen visual ilustrasi yang ada di dalam elemen pendukung berupa

lingkaran serta elemen teks judul setiap paragraf yang diletakkan pada elemen

pendukung garis lengkung. Penggunaan warna biru pada halaman 38 dan 39

disesuaikan pada psikologi warna dimana warna biru dapat membantu

menenangkan pikiran, mengontrol detak jantung, menurunkan tekanan darah

tinggi serta mengurangi kegelisahan sesuai dengan bahasan mengenai cara

mengatasi. Penggunaan warna kuning pada halaman 40 dan 41 disesuaikan pada

psikologi warna dimana warna kuning dapat membantu menghasilkan energi

positif, keceriaan dan enerjik sesuai dengan bahasan mengenai cara mencegah.
110

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Pada halaman 41, terdapat inzet dalam elemen visual lingkaran yang berfungsi

menggambarkan organ bagian dalam mulut dan posisi lidah serta dampak ketika

tidur dengan posisi menyamping.

Pada halaman 43 yaitu bagian closing, terdapat ilustrasi seorang remaja

laki – laki yang tertidur nyenyak yang merupakan representasi harapan penulis

terhadap pembaca setelah membaca buku penulis yaitu dapat tidur nyenyak dan

terbebas dari gangguan tidur sleep paralysis. Pada halaman 44 dan 45, penulis

menyediakan diari tidur yang dapat pembaca isi sesuai anjuran dari dokter pada

bab III. Diari tidur ini dapat diisi selama 7 hari. Diari ini berfungsi untuk

mengetahui faktor apa saja yang mungkin menganggu kenyamanan tidur pembaca

sehingga memicu pula terjadinya gangguan tidur sleep paralysis.

4.2.4. Bagian Belakang

Gambar 4.53 Bagian belakang buku

Pada halaman 46, penulis menggunakan warna kuning sebagai warna latar

belakang. Pemilihan warna ini menyangkut pembahasan mengenai pertolongan

lanjut yang berisi daftar beberapa website dokter online serta kontak konsultan

buku yang penulis rancang yang diharapkan dapat membantu pembaca yang

membutuhkan dan masih sering mengalami gangguan tidur sleep paralysis


111

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


meskipun telah melakukan tindakan mengatasi dan mencegah. Pada halaman 47,

penulis menggunakan warna latar belakang abu – abu untuk daftar pustaka dan

pada halaman 48, penulis kembali menggunakan warna latar belakang biru tua

untuk membahas profil penulis agar tercipta kesatuan dengan bagian depan buku

yaitu daftar isi dan profil ahli.

4.3. Perancangan Media Promosi

Gambar 4.54 Media promosi cetak

Media promosi berperan sebagai media pendukung dari buku ilustrasi yang

penulis rancang. Penulis menggunakan media promosi sebagai alat untuk

mengenalkan buku ilustrasi kepada publik dan menarik perhatian publik untuk

membeli buku ilustrasi ini. Media promosi yang dipilih penulis yaitu berupa

media promosi cetak dan merchandise. Media promosi cetak yang digunakan

112

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


penulis ialah x banner dan poster berukuran A3 yang memuat tampilan serta

informasi singkat mengenai buku ilustrasi yang dipromosikan.

Gambar 4.55 Sticker

1. Sticker

Merchandise ini merupakan bonus dari buku. Merchandise ini berfungsi

sebagai pengingat para pembaca akan tips-tips mengatasi dan mencegah

gangguan tidur sleep paralysis. Merchandise sticker ini bisa ditempel di dekat

tempat tidur.

Gambar 4.56 Cushion

113

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


2. Cushion

Merchandise ini berfungsi sebagai penerapan bantuan untuk menenangkan

dan mengharapkan agar penderita sleep paralysis tidak cemas atau panik

ketika mengalami gangguan tidur sleep paralysis dan dapat dengan tidur

nyenyak. Merchandise ini bisa menjadi pendamping para penderita ketika

tidur dan mengingatkan mereka untuk tidak cemas dan tidur nyenyak.

Gambar 4.57 T-shirt

3. T-shirt

Merchandise ini berfungsi sebagai penerapan bantuan untuk mengingatkan

penderita sleep paralysis tidak cemas atau panik ketika mengalami gangguan

tidur sleep paralysis. T-shirt kasual berbahan nyaman dapat dikenakan ketika

remaja mengerjakan tugas kelompok atau mengikuti kursus belajar.

114

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.58 Tote bag

4. Tote bag

Merchandise ini berfungsi sama halnya seperti t-shirt yaitu sebagai penerapan

bantuan untuk mengingatkan penderita sleep paralysis tidak cemas atau panik

ketika mengalami gangguan tidur sleep paralysis. Ilustrasi diambil dari cover

depan buku. Tote bag dapat berfungsi untuk membawa barang – barang

seperti kotak pensil, buku dan botol minum ketika remaja mengerjakan tugas

kelompok atau mengikuti kursus belajar.

Gambar 4.59 Pins

115

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


5. Pins

Merchandise ini berfungsi sebagai penerapan motivasi sama halnya dengan t-

shirt dimana ilustrasi yang digunakan diambil dari pembatas setiap bab buku.

Pin yang tersedia dalam 5 desain ini dapat disematkan secara bebas sesuai

selera pengguna. Pemilihan merchandise ini berdasarkan pengalaman dan

pengamatan penulis yang telah melihat banyak remaja gemar menyematkan

pin pada tas sekolah maupun kotak pensil.

Gambar 4.60 Tumbler

6. Tumbler

Merchandise ini berfungsi sebagai penerapan bantuan untuk mengingatkan

penderita sleep paralysis tidak cemas atau panik ketika mengalami gangguan

tidur sleep paralysis melalui judul buku. Pemilihan merchandise ini

berdasarkan pengalaman pengamatan penulis yang telah melihat banyak

remaja gemar membawa botol minum ke sekolah maupun ke tempat kursus

belajar.
116

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Gambar 4.61 Notebook

7. Notebook

Merchandise ini berfungsi sebagai penerapan motivasi sama halnya dengan

pins dengan quotes yang tertera pada cover. Pemilihan merchandise ini

berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis yang telah melihat banyak

remaja membawa notebook untuk mencatat hal – hal penting di sekolah.

4.4. Budgeting

Budgeting dilakukan untuk mengetahui perkiraan harga jual buku. Buku ilustrasi

yang dirancang akan dicetak sebanyak 1000 eksemplar.

Biaya Desain

Harga Desain Rp. 10.000.000,00

Harga Layout Rp. 2.400.000,00

(Rp. 50.000,00 / halaman; 48 halaman)

Harga Ilustrasi Cover Rp. 300.000,00

Harga Ilustrasi Isi Rp. 7.200.000,00

117

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


(Rp. 150.000,00 / halaman; 48 halaman)

Total Rp. 19.900.000,00

Biaya Cover

Ukuran 1 halaman buku = 19 x 23 cm

Ukuran 1 halaman spread = 38 x 23 cm

Bahan produksi = AC 260 gr 4/0

Biaya film

p x l x warna x Rp. 25,00

= 38 x 23 x 4 x Rp. 25,00

= Rp. 87.400,00

Biaya plat

Rp. 85.000,00 x warna x plat

= Rp. 85.000,00 x 4 x 1

= Rp. 340.000,00

Ukuran kertas plano 65 x 100 cm

1 plano = 4 cover

Untuk mencetak 1000 eksemplar

1000 : 4 = 250 lembar = 0,5 rim

Biaya kertas karton

((p x l x gsm x 12.800) : 20.000)

118

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


= ((65 x 100 x 260 x 12.800) : 20.000)

= Rp. 1.081.600,00

Biaya kertas karton untuk 1000 cover

= Rp. 1.081.600,00 x 0,5

= Rp. 540.800,00

Biaya cetak mesin GTO = Rp. 400.000,00

Biaya laminating glossy = Rp. 400,00

Biaya laminating glossy untuk 1000 eksemplar = Rp. 400.000,00

Biaya jilid perfect binding = Rp. 5.000,00

Biaya jilid perfect binding untuk 1000 eksemplar = Rp. 5.000.000,00

Total biaya cover

= Rp. 87.400,00 + Rp. 340.000,00 + Rp. 540.800,00 + Rp. 400.000,00 + Rp.

400.000,00 + Rp. 5.000.000,00

= Rp. 6.768.200,00

Biaya Produksi Isi

Ukuran 1 halaman buku = 19 x 23 cm

Ukuran 1 halaman spread = 38 x 23 cm

Bahan produksi = HVS 100 gr 4/0

Biaya Film

119

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


p x l x warna x Rp. 25,00

= 38 x 23 x 4 x Rp. 25,00

= Rp. 87.400,00

Biaya Plat

Rp. 85.000,00 x warna x plat

= Rp. 85.000,00 x 4 x 1

= Rp. 340.000,00

Ukuran kertas plano 65 x 100 cm

1 plano = 4 lembar

1 buku (24 lembar) = 6 plano

Untuk mencetak 1000 eksemplar

= 1000 x 6

= 6000 lembar

=12 rim

Biaya kertas HVS

= ((p x l x gsm x 12.800) : 20.000)

= ((65 x 100 x 100 x 12.800) : 20.000)

= Rp. 416.000,00 / rim

120

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Biaya kertas HVS untuk 1000 eksemplar

= 12 rim x Rp. 416.000,00 / rim

= Rp. 4.992.000,00

Biaya cetak mesin GTO = Rp. 400.000,00

Total biaya isi

= Rp. 87.400,00 + Rp. 340.000,00 + Rp. 4.992.000,00 + Rp. 400.000,00

= Rp. 5.819.400,00

Biaya Promosi

30 buah X Banner x Rp. 80.000,00 = Rp. 1.600.000,00

50 buah poster x Rp. 5.000,00 = Rp. 250.000,00

50 buah totebag x Rp. 80.000,00 = Rp. 4.000.000,00

50 buah tumbler x Rp. 5.000,00 = Rp. 2.250.000,00

1000 buah sticker x Rp. 5000,00 = Rp. 5.000.000,00

Total = Rp. 13.100.000,00

Biaya Merchandise

20 buah cushion x Rp. 70.000,00 = Rp. 1.400.000,00

20 buah t-shirt x Rp. 80.000,00 = Rp. 1.600.000,00

20 buah pin x Rp. 5.000,00 = Rp. 100.000,00

20 buah notebook x Rp. 40.000,00 = Rp. 800.000,00

121

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


Total = Rp. 3.900.000,00

Harga 1 buku

= (Rp. 19.900.000,00 + Rp. 6.768.200,00 + Rp. 5.819.400,00 +

Rp. 13.100.000,00) : 1000

= Rp. 45.587.600,00 : 1000

= Rp. 45.588,00

Harga jual 1 buku

= Harga 1 buku + Keuntungan 15%

= Rp. 45.588,00 + Rp. 6.838,00

= Rp. 52.426,00

= Rp. 53.000,00

122

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam proses perancangan buku, penulis menggunakan berbagai teori dan data

yang dihasilkan dari studi literatur, wawancara, observasi dan kuesioner buku –

buku, konselor, dokter, psikolog, penerbit dan penderita. Data – data yang

dihasilkan menjadi acuan penulis dalam merancang baik mulai dari gaya ilustrasi,

layout, warna dan tipografi sehingga sesuai untuk remaja usia 14 – 17 tahun. Dari

data – data tersebut didapatkan bahwa remaja usia 14 – 17 tahun menyukai gaya

ilustrasi yang menyerupai wujud asli, cenderung tidak suka membaca konten yang

terlalu panjang, mulai menyukai banyak warna serta tipografi sans-serif sehingga

lahirlah konsep colorful dan minimalis dalam perancangan ini. Dalam membuat

ilustrasi, penulis cenderung menggunakan garis lengkung maupun lingkaran.

Garis lengkung tersebut berasal dari brainstorming gesture orang lelah sekaligus

dapat mengesankan rileks, tidak kaku atau tegang.

Untuk mengatur tata letak elemen – elemen pada setiap halaman buku,

penulis menggunakan modular grid agar dapat membantu memudahkan dalam

mengorganisir setiap elemen sesuai konsep dan kebutuhan. Mengenai jenis layout,

penulis menggunakan 3 jenis yaitu multi panel layout, picture window layout, dan

bleed layout. Teknik pewarnaan yang digunakan ialah warna solid. Penulis

menggunakan warna mulai dari biru, hijau, pink, ungu, abu-abu, dan kuning serta

123

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


warna turunan dari keenam warna tersebut. Pemilihan tipografi didasari oleh

observasi yang penulis lakukan terhadap beberapa buku remaja yang beredar di

toko buku dimana dalam buku – buku tersebut lebih banyak digunakan jenis

tipografi sans-serif.

Setelah melalui berbagai proses, penulis akhirnya dapat menyelesaikan

perancangan buku ilustrasi mengenai gangguan tidur sleep paralysis yang diberi

judul “Ketindihan Tak Perlu Gelagapan” yang dijelaskan secara medis dan

psikologis dengan harapan tidak menimbulkan kebingungan, kecemasan maupun

ketakutan akan sleep paralysis terhadap remaja.

5.2. Saran

Dari proses riset hingga perancangan, penulis menyadari bahwa gangguan tidur

sleep paralysis normal terjadi serta dapat dijelaskan secara medis dan psikologis

sehingga tidak perlu merasa bingung, cemas dan takut ketika mengalaminya. Riset

yang dapat dikembangkan dari penelitian ini ialah dengan cara mengumpulkan

data dari narasumber yang lebih spesifik seperti ahli tidur serta observasi dengan

penggunaan alat rekam otak untuk mengamati kerja otak ketika seseorang tertidur.

Hal ini bertujuan agar hasil dari pengumpulan data tersebut lebih akurat dan detail

sehingga lebih dapat dipercayai oleh pembaca.

124

Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018


DAFTAR PUSTAKA

Adler, S. R. (2011). Sleep Paralysis: Night-Mares, Nocebos, and the Mind-Body

Connection. United States of America: A British Cataloging-in-

Publication.

Ambrose, G. & Harris, P. (2005). Basic Design 02: Layout. Singapore: AVA

Publishing SA

Bancroft, T. (2006). Creating Characters with Personality. New York: Watson-

Guptill Publications.

Baron, N. S. (2014, Juli 14). How E-Readings Threatens Learning in the

Humanities. The Chronicle of The Higher Education. Diperoleh dari

http://www.chronicle.com/article/How-E-Reading-Threatens/147661

Billington, J. (2010). An Investigation into The Therapeutic Benefits of Reading in

Relation to Depression and Well-being. Diperoleh dari

http://www.thereader.org.uk/wp-content/uploads/2017/06/Therapeutic-

benefits-of-reading-for-depression-Executive-Summary.pdf

Cox, A. M. (2015). Sleep Paralysis and Folklore. Sagepub. Diperoleh dari

http://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2054270415598091

Drawing on Success: The Importance of Illustrations. (2014). Diambil September

6, 2017, dari http://www.dorrancepublishing.com/drawing-success-

importance-illustrations/

Cullen, K. (2012). Design Elements, Typography Fundamentals : A Graphic Style

Manual for Understanding How Typography Affects Design. Beverly,

MA: Rockport Publishers.

xviii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Graver, A. & Jura, B. (2012). Best Practice for Graphic Designers: Grids and

Page Layouts, An Essential Guideline for Understanding & Applying Page

Design Principles. Beverly, MA: Rockport Publishers.

Grayman J. H., Good M. J., & Good B. J. (2009). Conflict Nightmares and

Trauma in Aceh. US National Library of Medicine National Institutes of

Health. Diperoleh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19283458

Haslam, A. (2006). Book Design. UK: Laurence King Publishing, Ltd.

Hendratman, H. (2015). Computer Graphic Design. Bandung: Penerbit

Informatika.

Hurd, R. (2010). The Sleep Paralysis Report: Symptoms, Causes and How to

Treat It Naturally. Hyena Press.

Landa, R., Gonnella, R., & Bower, S. (2007). 2D: Visual Basic for Designers.

USA: Thomson Delmar Learning.

Landa, R. (2010). Graphic Design Solution. Boston, MA: Wadsworth.

LaPlante, A. (2010). The Making Of The Story. New York, US: Norton & Company.

Larasaty, R. (2015, Mei 8). Sleep Paralysis, Ketindihan Saat Tidur yang Bikin

Panik. Liputan 6: Health. Diperoleh dari

http://health.liputan6.com/read/2228531/sleep-paralysis-ketindihan-saat-

tidur-yang-bikin-panik

Linschoten, J., dan Drs. Mansyur. (2007). Warna. Yogyakarta: Institut Seni

Indonesia.

xix
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Lupton, E. & Phillips, J. C. (2015). Graphic Design: The New Basics, Second

Edition, Revised and Expanded. New York, NY: Princeton Architectural

Press.

Mahood, K. (2006). A Passion for Print: Promoting Reading and Books to Teens.

USA: Library Unlimited.

Mittal, H. (2017). 7 Relaxing Colors and How They Affect Your Mood!. Diperoleh

dari https://www.linkedin.com/pulse/7-relaxing-colors-how-affect-your-

mood-dr-hemant-mittal

Nurgiantoro, B. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Gadjah Mada University Press.

Prasetyo, E. B. (n. d.). Peran Ilustrasi Visual dalam Pembelajaran. Diperoleh dari

http://repository.unpas.ac.id/5703/7/BAB%20III.pdf

Rodermont, M., Glaister, B., & Huston, B. (2013). Our Favourite Children’s and

Young Adult Authors (Arranged by Genre). Diperoleh dari

http://www.uleth.ca/sites/default/files/genres.pdf

Rustan, S. (2009). Layout: Dasar & Penerapannya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Rustan, S. (2011). Font dan Tipografi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sihombing, D. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia.

Sinulingga, E. A. (2013, Maret 28). Dokter Saraf: Ketindihan Bukan Ditarik

Setan, Apalagi Santet. Detik Health. Diperoleh dari

http://health.detik.com/read/2013/03/28/103132/2205902/775/dokter-

saraf-ketindihan-bukan-ditarik-setan-apalagi-santet/dokter-saraf-

ketindihan-bukan-ditarik-setan-apalagi-santet

xx
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Skipper, T. L. (2011). Writing an Effective Book Chapter: A Guide for Author

Working With the National Resource Center for The First-Year

Experience & Student in Transition. Diperoleh dari

http://sc.edu/fye/publications/pdf/Chapter%20Drafting%20Guidelines_20

12.pdf

Subagyo, J. (2015). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Diperoleh dari

https://www.academia.edu/5923222/Resume_Buku_penelitian_Kualitatif_

Prof._Sugiyono

Tillman, B. (2011). Creative Character Design. USA: Focal Press.

Tondreau, B. (2009). Layout Essentials: 100 Design Principles for Using Grids.

USA: Rockport Publisher, Inc.

Wigan, M. (2008). Text & Image. Switzerland: AVA Publishers.

Wistrom, E. (2012). Nonfiction Book Genres: Definition and Examples. Diperoleh

dari http://www.brighthubeducation.com/homework-help-literature/78134-

types-of-nonfiction-book-genres/

Witabora, J. (2012). Peran dan Perkembangan Ilustrasi. Research Dashboard

Binus. Diperoleh dari http://research-

dashboard.binus.ac.id/uploads/paper/document/publication/Proceeding/Hu

maniora/Vol.%203%20No.%202%20Oktober%202012/34_DVK_Joneta.p

df

xxi
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Zeegen, L. (2009). What is Illustration?. Switzerland: RotoVision SA.

Zeegen, L. (2012). The Fundamental of Illustration: 2nd Edition. AVA Publishing

SA.

xxii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
LAMPIRAN A: Bukti Wawancara dengan Penderita

Wawancara dengan Monica Agustina

xxiii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
xxiv
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Wawancara dengan Stella Florencia

xxv
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Wawancara dengan Dio Satria

xxvi
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
LAMPIRAN B: Bukti Kuesioner

xxvii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Daftar pertanyaan kuesioner

xxviii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
xxix
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
xxx
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
xxxi
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Lembar kuesioner yang terisi

xxxii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
xxxiii
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Hasil kuesioner

xxxiv
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018
Perancangan Buku Illustrasi..., Sylvia Sulistio, FSD UMN, 2018

Anda mungkin juga menyukai