BAB I PENDAHULUAN Tujuan 1. Mengetahui Definisi Foto Polos Abdomen. 2. Mengetahui Prinsip Pemeriksaan Foto Polos Abdomen.
BAB I PENDAHULUAN Tujuan 1. Mengetahui Definisi Foto Polos Abdomen. 2. Mengetahui Prinsip Pemeriksaan Foto Polos Abdomen.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi foto polos abdomen.
2. Mengetahui prinsip pemeriksaan foto polos abdomen.
2
1.4. Manfaat
1. Memperluas wawasan mahasiswa kedokteran mengenai peran
dilakukannya pemeriksaan foto polos abdomen sebagai salah satu sarana
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis adanya suatu penyakit
terutama di regio abdomen.
2. Membantu mahasiswa kedokteran untuk mengintepretasi adanya suatu
kelainan pada foto polos abdomen.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen tanpa
menggunakan kontras dengan sinar X yang menggambaran struktur dan organ di
dalam abdomen, yaitu : lambung, hati, limpa, usus besar, usus kecil, dan
diafragma yang merupakan otot yang memisahkan dada dan daerah abdomen.
1A = 10⁻⁸ cm ( 1/100.000.000 cm )
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder
(radiasi hambur) pada bahan/ zat yang dilaluinya. Hal ini akan
menimbulkan gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan
kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini,
maka diantara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat
atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau
berat atomnya, makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak –bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar fluor (Fluorensi)
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium- tungstat atau
Zink- sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut
dikenai radiasi sinar-X. Luminisensi ada 2 jenis, yaitu :
a. Fluoresensi : memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-X
saja.
b. Fosforisensi : pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat
walaupun radiasi sinar-X sudah simatikan (after-glow)
6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partiel bahan atau zat tersebut.
7. Efek Biologik
Sinar-X akan menimbulkan perubahan- perubahan biologik pada jaringan.
Efek biologik ini digunakan dalam pengobatan radioterapi.
energi elektron sebagian besar diubah menjadi panas (99%) dan sebagian kecil
(1%) diubah menjadi sinar-X. Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa
persyaratan, yaitu :
• Mempunyai sumber elektron
• Gaya yang mempercepat gerakan elektron
• Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
• Alat pemusat berkas elektron (focusing cup)
• Penghenti gerakan elektron
hitam atau radiolusen sedang (moderately radiolucent) dan tidak terlalu putih atau
radioopak (moderately radio-opaque). Diantara radiolusen sedang dan radioopak
sedang bayangan keputih-putihan (intermediate)/ berdasarkan mudah tidaknya
ditembus sinar X, maka bagain tubuh dibedakan atas :
1. Radiolusen (hitam) : gas dan udara.
2. Radiolusen sedang : jaringan lemak.
3. Keputih-putihan : jaringan ikat, otot, darah, kartilago, epitel, batu
kolesterol, batu asam urat.
4. Radioopak sedang : tulang dan garam kalsium.
5. Radioopak (putih) : logam-logam berat.
2.3 Indikasi
Pada kondisi akut abdomen, foto polos abdomen biasanya merupakan
pemeriksaan pertama yang dilakukan. Pemeriksaan lainnya seperti USG, CT Scan
dan IVP digunakan untuk mencari kelainan yang lebih spesifik. Dalam keadaan
akut, abdominal X ray digunakan untuk mendiagnosis:
• Obstruksi usus
• Perforasi saluran cerna
• Pankreatitis
• Batu ginjal atau batu empedu
• Distribusi faeces
2.4 Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak pada foto polos abdomen, tetapi jika
mungkin harus dihindari pada wanita sampai akhir periode reproduksi dan wanita
hamil untuk mencegah paparan radiasi.
8. Pubic : usus buntu, sebagian usus halus dan usus besar, ureter kanan dan
kiri, serta sebagian kantung kemih
9. Inguinalis kiri: sebagian kecil usus besar
•
•
•
•
Bila terdapat gas di dalam usus halus atau dicurigai terdapat dilatasi usus
halus, dianjurkan melakukan foto tegak atau dekubitus abdomen untuk
memperlihatkan batas cairan.
16
bukan merupakan gambaran patologis. Air fluid level juga dapat djumpai pada
lumen usus besar, dan tiga sampai lima fluid levels dengan panjang kurang dari
2,5 cm masih dalam batas normal serta sering dijumpai di daerah kuadran kanan
bawah. Dua air fluid level atau lebih dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang
atau kaliber merupakan kondisi abnormal dan selalu dihubungkan dengan
pertanda adanya ileus baik obstruktif atau paralitik.
Banyaknya udara mengisi lumen usus baik usus halus dan besar tergantung
banyaknya udara yang tertelan seperti pada keadaan banyak bicara, tertawa,
merokok dan lain sebagainya. Pada keadaan tertentu misalnya asma atau pneu-
monia akan terjadi peningkatan jumlah udara dalam lumen usus halus dan usus
besar secara dramatik sehingga untuk pasien bayi dan anak kecil dengan keluhan
perut kembung sebaiknya juga difoto kedua paru sekaligus karena sangat besar
kemungkinan penyebab kembungnya berasal dari pneu-monia di paru. Beberapa
penyebab lain yang mempunyai gambaran mirip dengan ileus antara lain pleuritis,
pulmonary infarct, myocardial infarct, kebocoran atau diseksi aorta torakalis,
payah jantung, perikarditis dan pneumotoraks.
Selain komponen traktus gastrointestinal, juga dapat terlihat kontur kedua
ginjal dan muskulus psoas bilateral. Adanya bayangan yang menghalangi kontur
dari ginjal atau m.psoas dapat menujukkan keadaan patologis di daerah ret-
roperitoneal. Foto radiografi polos abdmen biasa dikerjakan dalam posisi pasien
terlentang (supine). Apabila keadaan pasien memungkinkan akan lebih baik lagi
bila ditambah posisi berdiri. Untuk kasus tertentu dilakukan foto radiografi polos
tiga posisi yaitu posisi supine, tegak dan miring kekiri (left lateral decubitus).
Biasanya posisi demikian dimintakan untuk memastikan adanya udara bebas yang
berpindah-pindah bila difoto dalam posisi berbeda.
Pada foto toraks tegak, udara berbentuk bulan sabit tampak dibawah
diafragma. Udara subdiafragmatik harus dibedakan dengan pneumotoraks
subpulmonal. Bila tidak yakin apakah terdapat udara bebas
intraperitoneum atau tidak, foto dekubitus kiri pada abdomen bagian atas
akan menunjukkan udara bebas dalam bentuk bulan sabit dengan densitas
rendah disebelah lateral dari tepi lateral lobus kana hati. Pada foto
terlentang abdomen, udara bebas sulit dideteksi. Ada dua tanda yang dapat
membantu : tanda Rigler, yaitu adanya gas di dinding usus sisi manapun,
dan tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di kuadran
kanan atas oleh udara bebas.
Gambar 2.11. Gas bebas perirenal dan renal pada penderita diabetes yang
mengalami infeksi E. Coli pada ginjalnya
Batu pada kandung empedu dan salurannya biasa dijumpai pada kuadran
kanan atas dan biasanya berbentuk poligonal. Foto polos abdomen
biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-
15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung
empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat
dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu
yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran
udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.
26
Gambar 2.21. Foto polos abdomen dengan ascites tanpa adanya massa
atau kalsifikasi
27
Pada foto polos abdomen dalam posisi supine akan tampak gambaran
sebagai berikut :
a) Usus akan tampak melayang di dalam cairan ascites.
b) Abdomen berbentuk bulging.
c) Gambaran abu-abu atau ground-glass appearance karena kontras
berkurang dan warna abu-abu yang disebabkan hamburan sinar
radiasi dari cairan di dalam abdomen.
d) Bayangan liver, garis psoas, ginjal tampak kabur karena adanya
cairan di sekitar organ tersebut.
e) Peningkatan hemidiafragma kanan dan kiri.
G. Massa jaringan lunak
Abses tampak sebagai massa jaringan lunak yang dapat mengandung gas.
Abses dapat dikelirukan dengan gambaran kolon pada foto polos. Cairan
intraperitoneum dan abses berkumpul di bagian yang paling rendah di
rongga peritoneum : ruang subfrenik, ruang subhepatik (antara lobus
kanan hati dan ginjal), dan di dalam pelvis di ekskavasio retrovesikalis
atau cavum douglas (ekskavasio retrouterina).
vertebralis, ileum, dan sendi sakroiliaka. Otot psoas kaya akan pembuluh
darah, sehingga sangat mudah terjadi infeksi akibat penyebaran hematogen
dari organ lain.
Otot psoas berawal dari prosesus transversus vertebra torakalis ke-12
sampai vertebra lumbalis kemudian meluas ke bawah dan bergabung
dengan otot iliaka pada level L5-S2, membentuk otot iliopsoas. Otot
iliopsoas berjalan melewati ligamen inguinal yang kemudian berinsersi di
trokanter minor dari tulang femur.
3.1. Kesimpulan
Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen tanpa
menggunakan kontras dengan sinar X yang menggambaran struktur dan organ di
dalam abdomen. Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda yang
dilaluinya. Benda-benda yang mudah ditembus sinar X akan memberi bayangan
hitam (radiolusen). Benda-benda yang sukar ditembus sinar X akan memberi
bayangan putih (radioopak).
Tujuan pemeriksaan foto polos abdomen adalah untuk melihat distribusi
gas dalam abdomen, udara bebas dalam abdomen, massa atau jaringan lunak
abnormal, dan kalsifikasi di dalam abdomen.
Teknik pemeriksaan abdomen yaitu : tiduran telentang (supine), sinar dari
arah vertikal dengan proyeksi antero-posterior (AP), duduk atau setengah duduk
atau berdiri kalau memungkinkan dengan sinar horizontal proyeksi AP, dan
tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus) dengan sinar horizontal proyeksi AP.
Intepretasi foto polos abdomen meliputi : penilaian kualitas foto, penilaian
gambaran gas usus, penentuan posisi lambung di kuadran kiri atas dan kolon yang
membingkai tepi-tepi abdomen pada foto terlentang, bayangan hati dan limpa,
apakah terdapat cairan bebas intraperitoneum, menentukan adanya batu radioopak
dan kalsifikasi di daerah kandung empedu, ginjal dan ureter, adanya massa
jaringan lunak dan gas ekstraluminal, melihat kontur kedua ginjal dan muskulus
psoas bilateral.
3.2. Saran
Foto polos abdomen merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
mudah dilakukan (karena murah, serta aman, dan tidak infasif) untuk melakukan
suatu penilaian adanya kelainan dalam abdomen. Untuk itu sebaiknya foto polos
30