Miniproject Internship PKM
Miniproject Internship PKM
Disusun oleh:
dr. Atika Puspa Irawati
Pembimbing:
dr. Nafriti Rachman
A. Latar Belakang
pertamanya dimulai pada Desember 2019 di Wuhan, provinsi Hubei (Rothan HA,
Byrareddy, 2020) (WHO, 2020). Pada tanggal 12 Maret 2020 WHO telah mengumumkan
bahwa COVID-19 sebagai kasus pandemik (WHO, 2020). Hingga tanggal 5 April 2020,
WHO menyatakan penyakit ini telah tersebar ke lebih dari 200 negara/wilayah/daerah
dengan jumlah total jumlah kasus 1.133.758 dan total kematian 62.785 (Case Fatality
Rate–CFR 5,5%) (WHO, 2020). Kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan di Indonesia
pada tanggal 2 Maret 2020 dengan jumlah dua kasus yang kemudian terus berkembang
hingga data 5 April 2020 menunjukkan kasus terkonfirmasi berjumlah 2.273 dengan total
cepat. Pada tanggal 28 Maret 2020 WHO risk assessment memasukkannya dalam
kategori Very High dimana pada saat itu telah dilaporkan total temuan kasus infeksi
sebesar 571.678 kasus dengan total 26.494 kematian (Sinaga, et al, 2020).
Indonesia hingga saat ini sudah menembus angka 463.007 untuk jumlah kasus
positif covid 19 per 12 November 2020. Dimana 59,765 (12,91%) masih dirawat,
Sementara di Provinsi NTB per tanggal 12 November 2020 terdapat sebanyak 4355
pasien terkonfirmasi positif covid 19, dengan kasus sembuh sebanyak 3615 (83,01%),
diisolasi 508 (11,66 %), dan meninggal 232 orang (5,32%). Untuk Kabupaten Sumbawa
sendiri termasuk ke dalam 5 besar kasus konfirmasi positif covid 19 di NTB, dengan
temuan kasus infeksi per tanggal 12 November 2020 sebanyak 345 kasus, dengan 90
Labuhan Badas Unit 1 Sumbawa per 12 November 2020 (Diskominfotik NTB, 2020).
Tingginya angka kejadian covid 19 di wilayah Labuhan Badas mendorong penulis untuk
Pengendalian Covid-19.”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Badas Unit 1.
1. Bagi Penulis
Puskesmas Labuhan Badas Unit 1 dan kendala apa saja yang dihadapi.
2. Bagi Puskesmas
3. Bagi Masyarakat
transmisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Epidemiologi
2. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family corona virus.
Corona virus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Corona virus yaitu: protein N
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoproteinspike S (spike), proteinE
(selubung). Corona virus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Corona
virus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu
alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus,dan deltacoronavirus.Sebelum
adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirusyang dapat menginfeksi manusia, yaitu
HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus), dan
MERS-CoV betacoronavirus (CDC, 2020).
3. Penularan
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa COVID-
19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang
berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter
>5-10 μm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1
meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin)
sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata).
Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di
sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan
permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop
atau termometer) (CDC, 2020).
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering.
Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri
kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau
ruam kulit (Huang et al, 2020).
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40% kasus
akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang termasuk
pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami
kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada
kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome(ARDS), sepsis dan
syok septik, gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga
berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang
sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes
dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahankeparahan (CDC, 2020).
5. Diagnosis
6. Tatalaksana
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah atau
mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan suportif.
Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti melalui uji klinis
(CDC, 2020)
7. Definisi Operasional
Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal**.
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable
COVID-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-
19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probableatau kasus konfirmasi
dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti
bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probableatau
konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.
Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar
negeri pada 14 hari terakhir.
Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali
negatif selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam.
b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina
selama 14 hari.
Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan
follow upRT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan
spesimen diagnosis konfirmasi.
b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak
dilakukan pemeriksaan follow upRT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset
dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam
dan gangguan pernapasan.
c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan
hasil pemeriksaan follow upRT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3
hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus
konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal (WHO, 2020).
Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini sesuai 5 moment WHO:
Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat kotor atau
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah
menggunakan toilet
Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik tangan rutin
pada semua situasi
Cara melakukan Kebersihan tangan:
Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-30 detik bila tangan
tidak tampak kotor
Kebersihan tangan dengan mencuci tangan di air mengalir pakai sabun selama
40-60 detik bila tangan tampak kotor.
2. Kewaspadaan Transmisi
Kewaspadaan transmisi dapat dibagi menjadi tiga yaitu: droplet, kontak, dan airborne.
Penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi antara lain:
Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu masuk ruang penerimaan
pasien baru.
Pemisahan antara pasien dengan gangguan sistem pernapasan dan tidak dengan
gangguan sistem pernapasan (1) Pasien dengan gangguan sistem pernapasan
dimasukkan dalam ruangan khusus dan pastikan agar alur gerak pasien dan staf tetap
satuarah. Petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan menggunakan APD
standar (gaun, masker bedah, pelindung mata/wajah dengan kacamata atau faceshield,
dan sarung tangan). (2) Pasien bukan dengan gangguan pernapasan boleh langsung
masuk ke ruang tunggu pasien poliklinik umum, pasien dan petugas cukup
menggunakan masker bedah.
Memberi penanda khusus untuk mengatur jarak minimal1 meter di lokasi-lokasi
antrian pasien/pengunjung.
Membuat penghalang fisik (barrier) antara petugas dan pengunjung. Pembatas terbuat
dari kaca atau mika dan dapat dipasang pada: loket pendaftaran, apotek, penerimaan
spesimen, kasir, dan lain-lain
Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur periksa dan kursi pasien
dengan tenaga kesehatan, dan lain -lain yang mencegah aliran udara dari pasien ke
pemeriksa/petugas.
Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di ruang Isolasi: (1) Pasien
COVID-19 dengan menggunakan ruangan tersendiri jika memungkinkan atau
melakukan kohorting dengan memberi jarak tempat tidur minimal 1 meter -1.8
meterdengan ventilasi yang baik. Apabila menggunakan ventilasi natural, ventilasi
yang adekuat sebesar 60L/s per pasien. (2) Ruangan tidak harus tekanan negatif
kecuali pasien dengan penyakit penyerta yang lain/ komorbid dan kondisi menurun
dengan pemasangan alat dan tindakan yang berisiko menghasilkan aerosol dan
menimbulkan airborne, maka wajib ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan
negatif.
Petugas kesehatan yang memberikan perawatan untuk pasien sebaiknya ditetapkan
untuk mengurangi transmisi.
3. Pengendalian Administratif
a. Memastikan penerapan jaga jarak minimal 1 meter dapat diterapkan di semua area
fasyankes.
b. Melakukan pelarangan pengunjung dan penunggu pada pasien dewasa kasus suspek,
kasus probable atau terkonfirmasi positif COVID-19.
c. Mengorganisir logistik APD agar persediaan digunakan dengan benar.
d. Membuat kebijakan tentang kesehatan dan perlindungan petugas kesehatan seperti: a)
Petugas kesehatan dalam keadaan sehat, apabila sakit tidak boleh bekerja. b)
Pengaturan waktu kerja maksimal 40 jam seminggu dengan waktu kerja harian 7-8
jam dan tidak melebihi 12 jam. c) Memantau aspek kesehatan pekerja dengan
penekanan pada surveilans ISPA pada petugas kesehatan. d) Pemantauan kesehatan
pada petugas kesehatan secara berkalasesuai indikasi medis. e) Melakukan penilaian
kelaikan kerja untuk petugas dengan komorbid dan kondisi khusus seperti kehamilan,
sebelum ditugaskan memberikan pelayanan pasien COVID-19. f) Melakukan
penilaian kembali bekerja (return to work) pada petugas pasca sakit. g) Memastikan
adanya jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja bagi petugas di fasyankes. h)
Melakukan penentuan Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada petugas yang terkena
COVID-19 akibat kerja (WHO, 2020).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistemik, sehingga dapat lebih
mudah dipahami dan disimpulkan sedangkan penelitian eksploratif adalah jenis penelitian
yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru berupa pengelompokan suatu gejala,
menggambarkan keadaan suatu fenomena, dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu tetapi untuk menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala
1. Populasi
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah perwakilan petugas kesehatan tiap ruangan di
teknik purposive sampling. Adapun yang menjadi kriteria Sampel yaitu petugas
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:61). Menurut judul yang peneliti
ambil maka, penelitian ini variabelnya adalah variabel tunggal yaitu: pelaksanaan
E. Definisi Operasional
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh peneliti dari
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak diambil secara langsung oleh
peneliti tetapi melalui pihak kedua. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari laporan dan dokumen Puskesmas yang meliputi data APD dan
data pegawai.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat yakni untuk
yang diteliti.
H. Instrumen Penelitian
pendukung yang diambil dari buku pedoman terbaru pencegahan dan pengendalian
Corona Virus Disease (Covid-19) yang di keluarkan oleh Kemenkes RI. Kuisioner yang
disajikan kepada responden adalah berupa elektronik kuisioner yang merupakan salah
satu aplikasi google docs yang dapat di akses secara online melalui internet.
I. Tahap Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahap awal pada prosedur penelitian. Pada tahap
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data primer dan sekunder
3. Tahap Akhir
A. HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden berdasarkan klasifikasi usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada
Daftar Pertanyaan
1. Apakah dilakukan triase atau skrining covid-19 di pintu masik penerimaan pasien baru?
Berdasarkan data di atas, 78,95% responden mengatakan dilakukan triase atau skrinning
4. Apakah diberikan penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1 meter di lokasi-lokasi
antrian pasien/pengunjung?
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa 89,47% responden yang menerapkan
5. Apakah dibuat penghalang fisik atau barrier antara petugas dan pengunjung (bisa terbuat
6. Apakah dilakukan pengaturan penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur periksa dan
kursi pasien dengan tenaga kesehatan, dan lain -lain yang mencegah aliran udara dari pasien
ke pemeriksa/petugas?
Dari data diatas dapat dilihat bahwa 52,63% responden yang melakukan pengaturan posisi
7. Apakah terdapat ruang isolasi untuk penempatan pasien kasus suspek atau konfirmasi
B. Pembahasan
kenyataannya skrining ini sudah lama tidak aktif dilakukan lagi, dikarenakan kurangnya
SDM yang ada. Selain itu, skrinning yang sebelumnya di lakukan pun belum optimal, para
petugas kesehatan yang melakukan skrining hanya melakukan anamnesa seperti biasa,
bahkan tidak semua di lakukan pengecekan suhu tubuh, dan tidak ada pengisian formulir
skrining sesuai pedoman yang ada. Berdasarkan pedoman pengendalian dan pencegahan
covid-19 yang dikeluarkan oleh kemenkes, semua pasien yang memiliki gejala ISPA di
daerah yang sudah di tetapkan sebagai daerah transmisi lokal dan datang berobat ke
Puskesmas sudah dapat dinyatakan sebagai pasien kasus suspek, diamana pasien kasus
kegiatan seperti pemeriksaan suhu tubuh dengan thermal gun, pertanyaan sederhana seperti
ada demam atau riwayat demam, batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, sesak nafas,
malaise, sakit kepala, nyeri otot, riwayat kontak erat dengan pasien konfirmasi dan atau
riwayat perjalanan dalam 14 hari dari negara atau wilayah transmisi lokal untuk
mendapatkan status awal pasien ada tidaknya gejala COVID-19. Dan sebaiknya membuat
protokol skrining di semua titik akses masuk ke fasyankes dan selama kegiatan pelacakan
kontak/contact tracing. Setelah skrining pasien pada triase dengan dugaan COVID-19
dilakukan evaluasi pasien untuk menentukan tingkat keparahan penyakit. Setelah penilaian
awal, manajemen dan stabilisasi, pasien diarahkan ke tujuan perawatan COVID-19 yang
sesuai, yaitu di dalam fasyankes (unit perawatan kritis atau bangsal), atau dirujuk ke
fasyankes yang berbeda, fasilitas komunitas atau rumah, sesuai dengan kebutuhan medis
pasien. Mayoritas pasien dengan gejala ringan tidak memerlukan rawat inap kecuali ada
kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya perburukan yang cepat dan sesuai dengan
pertimbangan medis. Pasien yang berusia lanjut dan memiliki penyakit komorbid
(contohnya: penyakit kardiovaskuler dan diabetes) memiliki resiko lebih besar untuk
mengalami gejala yang lebih berat dan mengalami kematian, sehingga dapat
sesuai manifestasi klinis dan sesuai definisi operasional surveilans COVID-19. Dan
pemisahan antara pasien dengan gangguan pernafasan dan tidak dengan gangguan sistem
pernafasan, pada kenyatannya tidak ada pemisahan sama sekali antara pasien dengan
gangguan sistem pernafasan dan tidak, terdapatnya perbedaan hasil ini bia dikarenakan
kurangnya pemahaman pada petugas kesehatan mengenai apa itu kewaspadaan transmisi
dan bagaimana pelaksanaan yang seharusnya. Hambatan lain yang ada adalah kondisi
ruangan yang terbatas untuk memisahkan pasien dengan gejala influensa dan bukan
influensa serta membuat ruang isolasi khusus covid. Point selanjutnya 84,21 % responden
mengatakan selalu memakai APD standar saat memberikan pelayanan kepada pasien dengan
gangguan sistem pernapasan, akan tetapi kepatuhan memakai APD tidak di barengi dengan
tata cara melepaskan APD yang benar, dan cara menyimpannya, masih banyak APD yang
tergantung di ruangan. Adapun beberapa hambatan dalam APD ini antara lain masalah
ketersediaan APD. Berdasarkan data yang di peroleh penelititi dari pihak Puskesmas adapun
data APD yang dimiliki Puskesmas Labuhan Badas saat ini antara lain :
APD yang sudah diberikan ini disimpan dan di rawat masing-masing oleh petugas yag
sudah menerima. APD yang dimiliki Puskesmas Labuhan sudah hampir terpenuhi
seluruhnya, dari segi kualitas, namun belum dari segi kuantitas. Salah satunya dapat dilihat
pada APD gown, jika satu orang haya memiliki 1 gown, sedangkan gown seharusnya
setelah dipakai harus langsung di cuci untuk dapat dipakai lagi keesokan harinya, dan
terdapat 5 hari kerja dalam 1 minggu, jika mempertimbangkan kendala faktor cuaca, APD
gown yang sudah dicuci tidak langsung kering keesoka harinya, maka tidak ada cadanga
untuk mengatur jarak minimal 1 meter antar pasien. Akan tetapi hambatan di lapangan
adalah, walaupun sudah di berikan penanda untuk menjaga jarak pasien masih duduk
berdekatan dan berkumpul. Pada point selanjutnya 78,95% responden tidak memiliki
penghalang fisik atau barrier antara petugas dan pengunjung, hanya beberapa yang memiliki
seperti pada ruang apotek dan loket pendaftaran. Selanjutnya 52,63% responden yang
melakukan pengaturan posisi meja konsultasi, tempat tidur periksa dan kursi pasien, hal ini
sulit dilakukan karena terbatasnya ruang gerak di ruang pelayanan karena ruangan-ruangan
yang kurang luas. Selain itu 63,16% responden mengatakan tidak memiliki ruang isolasi
untuk pasien kasus suspek, hal ini dikarenakan memang terdapatnya kendala berupa
A. Kesimpulan
Puskesmas Labuhan Badas belum berjalan dengan baik, seperti antara lain skrinning di
pintu masuk yang sudah tidak aktif lagi, belum seluruhnya petugas memiliki barier fisik
pada ruang pelayanan, tidak adanya pemisahan pasien yang memiliki gangguan sistem
pernapasan dengan yang tidak, tidak ada nya pengaturan posisi meja periksa yang
mencegah aliran udara dari pasien ke petugas, dan tidak adanya ruang isolasi untuk pasien
Puskesmas Labuhan Badas unit 1 antara lain kurangnya SDM yang ada, kurangnya sarana
dan prasarana seperti ruangan untuk dilakukan pemisahan pasien dan untuk ruang isolasi,
B. Saran
1. Bagi peneliti
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang pelaksanaan
2. Bagi Puskesmas
a. Adanya pemantauan dan evaluasi yang lebih ketat dalam pelaksanaan kewaspadaan
transmisi, tersedianya APD yang cukup, dibutuhkan ruangan yang lebih memadai.
b. Diaktifkan kembali sistem triage/skrining covid-19 di pintu masuk puskesmas dan
Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktek. Edisi revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
January 2020.https://www.eurosurveillance.org/content/10.2807/1560-
7917.ES.2020.25.5.200 0062.
BNPB. Situasi Virus Corona – Covid19.go.id [Internet]. 2020 [cited 2020 Oct 29]. Available
from: https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Symptom and
diagnosis.https://www.cdc.gov/coronavirus/about/symptoms.html.
https://www.cdc.gov/coronavirus/index.html.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Supplement: Community Containment
https://www.cdc.gov/sars/guidance/d-quarantine/app3.html
Diskominfotik NTB. Pemerintah Serius, Siap dan Mampu Menangani COVID-19 Masyarakat
https://corona.ntbprov.go.id/
Huang, et al. 2020. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan,
China. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5.
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease COVID-19.
http.://infeksiemerging.kemkes.go.id
Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman PPI. Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI).
Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease
Sinaga et.al. 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19.
https://www.who.int/health-topics/coronavirus.
World Health Organization (WHO). 2020. Critical preparedness, readiness and response actions
World Health Organization (WHO). 2020. Global surveillance for human infection with novel-
.https://www.who.int/publications-detail/global-surveillance-for-human-infection-with-
novel-coronavirus-(2019-ncov).
https://covid19.who.int/.
World Health Organization (WHO). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Situation Report –
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public
https://www.who.int/publications-detail/considerations-for-quarantine-of-individuals-in-
the-context-of-containment-for-coronavirus-disease-(covid-19)
World Health Organization (WHO).2020. Getting your workplace ready for COVID-19.
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/getting-workplace-ready-for-
covid- 19.pdf.
World Health Organization (WHO).2020. Home care for patients with suspected novel
contacts. https://www.who.int/internal-publications-detail/home-care-for-patients-with-
suspected-novel-coronavirus-(nCoV)-infection-presenting-with-mild-symptoms-and-
management-of-contacts.
World Health Organization (WHO).2020. Infection prevention and control during health care
https://www.who.int/publications-detail/infection-prevention-and-control-during-health-
care-when-novel- coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected.
World Health Organization (WHO).2020. Repatriation_Quarantine_nCoV-key-
considerations_HQ-final11Feb.pdf.
(nCoV).https://www.who.int/publications-detail/risk-communication-and-community-
engagement-readiness-and-initial-response-for-novel-coronaviruses-(-ncov).
World Health Organization (WHO).2020. Surveillance strategies for COVID-19 human infection
https://apps.who.int/iris/handle/10665/332051
World Health Organization (WHO).2020.Global surveillance for human infection with novel-
https://www.who.int/publications-detail/global-surveillance- for-human-infection-with-
novel-coronavirus-(2019-ncov)
World Health Organization W. Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the virus that
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-
guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it
World Health Organization W. WHO Director-General’s opening remarks at the media briefing
on COVID-19 - 3 April 2020 [Internet]. 2020 [cited 2020 Oct 29]. Available from:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-
media-briefing-on-covid-19--3-april-2020
World Health Organization. (2020). Considerations in the investigation of cases and clusters of
https://apps.who.int/iris/handle/10665/331447.