Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

A. Dasar Kaidah
Kaidah Al-Masyaqqah Tajlibut Taysir adalah satu kaidah garis besar yang
utama bagi fikih muamalat, yaitu memperhatikan betul agar segala sesuatu
diperingan dan dipermudah, bukan diperberat atau dipersulit. Kaidah ini dipetik
dari Alquran dan Sunnah Rasulullah, sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah : 185:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu”. 1

Kaidah ini dipetik dari penelaah terhadap berbagai hukum dibanyak bidang
fikih Islam. Di dalamnya syariat memastikan agar para Mukallaf diperingankan
dan dipermudah dalam memikul kewajiban agama. Misalnya meringankan atau
mempermudah dalam berbagai kondisi contohnya ketika sakit, perjalanan jauh,
cekaman rasa takut, hujan deras, kelemahan, kondisi paksa, dan keliru.
B. Definisi, Klalifikasi dan Sebab Masyaqqah
a. Defenisi Al-Masyaqqah Tajlibut Taysir
Al-Masyaqqah menurut ahli bahasa adalah al-ta’ab yaitu kelelahan,
kepayahan, kesulitan, dan kesukaran. Sedangkan Al-Taysir secara bahasa
adalah kemudahan2
Jadi Al-Masyaqqah Tajlibut Taysir adalah kesulitan yang
mendatangkan kemudahan. Maksudnya adalah bahwa hukum-hukum yang
dalam penerapannya menimbulkan kesulitan dan kesukaran bagi mukallaf,
sehingga syariah meringankannya sehingga mukallaf mampu melaksanakan
tanpa kesulitan dan kesukaran.
b. Klasifikasi Al-Masyaqqah Tajlibut Taysir
1. Masyaqqah yang pada umumnya dalam batas wajar. Masyaqqah ini
tidak dapat dilepaskan dari semua aturan, termasuk aturan syariat
dalam Islam, seperti Masyaqqah saat menjalankan puasa, haji dan
ibadah lainnya yang memang membawa pada kesulitan tertentu.
1
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, 7 Kaidah Utama Fikih Muamalat, (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar,
2014), I, hal. 80
2
Ibid. hal. 84
2. Masyaqqah yang melebihi batasan wajar. Masyaqqah ini terbagi
menjadi 3 bagian yaitu : 3
a) Masyaqqah Adzimah
Adalah kesulitan yang sangat memberatkan dan melebihi batas
kekuatan manusia sehingga membahayakan dirinya, hartanya, atau
kehormatannya. Masyaqqah ini diharuskan adanya rukhsah,
karena memelihara jiwa dan anggota badan merupakan untuk
kemaslahatan.
b) Masyaqqah Khafifah
Adalah kesulitan yang ringan, seperti jari yang sakit atau kepala
sakit karena perubahan kondisi badan.
c) Masyaqqah Mutawassithah
Adalah kesulitan yang tengah-tengah antara keduanya, seperti
sakit demam yang dikhawatirkan semakin parah saat
dipergunakan untuk berpuasa.
c. Sebab Al-Masyaqqah Tajlibut Taysir
1. Karena berpergian
2. Karena keadaan sakit
3. Karena Jahl
4. Keadaan terpaksa
5. lupa
C. Rukhshah, Takhfif, dan Azimah
a. Rukhshah
Pengertian rukhshah bermakna “keringanan” bentuk kata kerjanya
(fi’il madhi) adalah “rakhoso” yang bermaksud “telah menurunkan” atau
“telah mengurangkan”. Orang yang mendapat keringanan disebut
“raakhis”.

3
Muhammad Habibi Siregar, Fikih Universalisasi Nilai Kepatutan Dalam Rasionalitas dan
Moralitas Hukum, (Depok : Prenadamedia Group, 2017), I, hal. 115.
Menurut Imam Al-Ghazali mendefinisikan rukhsah sebagai
“sesuatu yang dibolehkan kepada seseorang mukallaf untuk
melakukannya karena uzur”.4
b. Takhfif
Takhfif adalah bentuk keringanan atau kemudahan yang diberikan
oleh Islam bagi setiap hambaNya yang berada pada keadaan tertentu.
c. Azimah
Menurut bahasa adalah keinginan yang kuat. Kata kerjanya (fi’il)
adalah “azama” jamaknya adalah “azaa-im”. Dari segi istilah menurut
Imam Al-Ghazali mendefinisikan azimah sebagai sesuatu yang
menyebabkan kamu melakukan apa yang diwajibkan Allah.
Dalam arti kata yang lain, dapat dipahami dengan bahasa yang
lebih mudah, bahwa azimah merupakan perintah asal sesuatu hukum
tapi dibatalkan atau diubah bentuknya disebabkan keadaan darurat.

D. Hukum, Bentuk dan Objek Rukhshah


E. Kaidah-kaidah Turunan
F. Aplikasi Dalam Hukum Ekonomi Syariah / Perbankan Syariah

4
Prof. Dr. H.M. Pudjihardho, S.E, M.S. dan Dr. Nur Faizin Muhith, Lc, MA, Kaidah-Kaidah Fikih
Untuk Ekonomi Islam, (Malang : UB Press, 2017), I, hal. 155-156.

Anda mungkin juga menyukai