Anda di halaman 1dari 217

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT

(Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu


Blitar- Jawa Timur, Tahun 2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Disusun Oleh:

Rukini
NIM: 111114053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT

(Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu


Blitar-Jawa Timur, Tahun 2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Disusun Oleh:

Rukini
NIM: 111114053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Janganlah takut, sebab AKU menyertai engkau. Janganlah bimbang,

sebab AKU ini Allahmu; AKU akan meneguhkan, bahkan akan

menolong engkau (Yesaya 41: 10).

 Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah dari pada-KU, sebab

AKU ini lemah lembut dan rendah hati (Matius 11: 29).

 Jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-KU bagimu,

sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-KU menjadi sempurna”.

Jika aku lemah, maka aku kuat (2 Korintus 12:9-10).

Waktu yang ditentukan Tuhan adalah tepat dan baik adanya.

Berharap dengan usaha yang sabar dan berdoa, maka aku mampu

untuk bersukacita dan bersyukur (Sr. V. Rukini, SSpS).

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Allah Tritunggal Mahakudus yang setia membimbing

dan menyertai saya.

2. Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) dan

Provinsi SSpS “Maria Bunda Allah”-Jawa.

3. Para suster SSpS yang selalu mendukung dan

mendoakan selama perjalanan hidup dan study saya.

4. Bapak, Ibu, dan saudara, sahabat, serta teman-teman

yang mendukung studi dan terselesainya skripsi ini.

5. Program studi bimbingan dan konseling, Bapak/Ibu

dosen, dan teman-teman angkatan 2011, serta semua

yang turut mendukung studi saya.

6. Para suster, para Dokter, para perawat, staf PC, dan

karyawan di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN HASIL KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Januari 2016


Penulis

Rukini

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rukini
NIM : 111114053

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT


(Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu Blitar-
Jawa Timur, Tahun 2015)
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 12 Januari 2016
Yang menyatakan

Rukini

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

PROGRAM KONSELING PASTORAL DI RUMAH SAKIT


(Studi Evaluasi Program Konseling Pastoral Di RSK
Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur, Tahun 2015)
Rukini
Universitas Sanata Dharma
2016

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui perencanaan pelayanan


Konseling Pastoral di Rumah Sakit Katolik/RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur;
2) Mengetahui proses pelayanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar-
Jawa Timur; 3) Mengetahui hasil pelayanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu
Blitar-Jawa Timur?
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Subyek penelitian adalah
RSK Budi Rahayu Blitar, dengan responden penelitian adalah Suster pemilik RSK
Budi Rahayu, Romo paroki, dokter, staff Pastoral Care (PC), perawat dan majelis.
Sumber data dalam penelitian ini adalah para responden yang terlibat dalam layanan
Konseling Pastoral, dokumen, seorang ibu dan seorang bapak pasien rawat inap RSK
Budi Rahayu Blitar, dan suami pasien rawat inap di RSK Budi Rahayu Blitar.
Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan studi dokumen.
Instrumen penelitian adalah pedoman wawancara dan observasi. Analisis data
dilakukan melalui analisis trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan Konseling Pastoral di RSK
Budi Rahayu berjalan sesuai dengan program PC. Perencanaan program ditetapkan
setiap tiga tahun sekali, melalui prosedur tetap pelayanan hidup rohani bagi pasien.
Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan Pesan KWI (Konferensi Wali Gereja
Indonesia) kepada Karya-Karya Kesehatan Katolik 1978, butir: 52, yaitu memberi
perhatian dan pendampingan kepada pribadi pasien secara utuh agar mereka yang
sakit dapat merasakan adanya dukungan, perhatian, dan pada akhirnya dapat
menemukan makna dalam hidupnya, serta dapat berelasi dengan baik terhadap sang
Pencipta. Pelaksanaan layanan konseling di RSK Budi Rahayu, sudah berjalan sesui
prosedur yang ditetapkan yaitu kunjungan pasien setiap hari dan penerimaan
sakramen bagi pasien rawat inap yang beragama katolik. Hal yang kurang yaitu
tenaga konseling pastoral (PC) di RSK Budi Rahayu memiliki latar belakang
pendidikan di luar ilmu psikologi maupun teologi, dan tidak tersedia ruang konseling.
Hasil dari layanan konseling pastoral adalah pasien dan keluarga pasien merasakan
perhatian, dukungan dan penghargaan dari pihak rumah sakit, sehingga memunculkan
harapan untuk sembuh. Dampak positipnya adalah meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan RSK Budi Rahayu Blitar.
Kata kunci: Konseling Pastoral, Pasien Rawat Inap, Pastoral Care, dan Rumah sakit.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Abstract
THE PROGRAM OF THE PASTORAL COUNSELING AT THE HOSPITAL
(Study on Evaluation on Pastoral Counseling Ministry
at the Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar-East Java, Year 2015)
Rukini
University of Sanata Dharma
2015

The puspose of this research is to: 1) determine the planning of the pastoral
counseling ministry at the Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar, East Java; 2)
know the process of the pastoral counseling ministry at the Catholic Hospital “Budi
Rahayu” Blitar, East Java; 3) apprehend the result of the pastoral counseling ministry
at the Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar, East Java.
This type of research was qualitative. The subject was the Catholic Hospital
“Budi Rahayu” Blitar, with respondents comprising of SSpS Sister as the owner of
the hospital, parish priest, physician, staff of Pastoral Care, nurses and assemblies.
The source of data was gathered from the respondents, two patients (a man and a
woman), a husband of patient's family, and documents. The Methods for collecting
data was through interview, observation, and study document. Meanwhile, the
instrument was the guidance interview and observation. The data analysis was
performed through the analysis of the source triangulation and the triangulation
technique.
The result of the research shows that the pastoral counseling ministry at the
Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar East Java is performed in accordance with
the pastoral care program. The program is planned in every three year stressing the
needs for spiritual life of patients. Furthermore, the planning is done in line with the
message of the Mawi/KWI on the Catholic Health Works 1978, article 52, which
gives attention and assistance to patients as a whole in such a way that the sick can
feel the support, attention, and eventually be able to find meaning of life and relate
himself/herself well to the Creator. The implementation of the pastoral counseling
ministry at the Catholic Hospital Budi Rahayu Blitar, East Java has been running
within their established procedure that visit patients every day and perform the
sacramental service for inpatients who are Catholics. The concern for improvement is
that the hospital should have more pastoral counselors from different educational
background, not only from psychology and theology. The other issue is that the need
for the availability of a comfortable counseling room at the hospital. Meanwhile, the
result of the pastoral counseling ministry is that the patients and their families feel the
attention, support and recognition of the hospital that raises their hope for a cure. The
positive impact is increasing public confidence of the city of Blitar and surrounding

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

areas to the health care and services at the Catholic Hospital “Budi Rahayu” Blitar,
East Java.
Keywords: Pastoral Counseling, Patients, Pastoral Care, Hospital

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus
atas kasih, bimbingan, penyertaan, dan rahmatNya dalam seluruh proses penulisan
skripsi ini dari awal perencanaan, selama proses penulisan hingga terselesainya
skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, sekaligus dosen
pembimbing skripsi. Terima kasih untuk kesabaran, bimbingan, motivasi, ide
dan pencerahannya selama proses penulisan skripsi hingga terselesainya
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh
studi.
5. Tim Pimpinan Kongregasi SSpS dan Tim Pimpinan Provinsi Jawa, atas
kepercayaan, kesempatan, dan dukungan yang diberikan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi Universitas Sanata Dharma
Program Studi Bimbingan dan Konseling.

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Mas Moko sebagai petugas sekretariat yang selalu membantu selama penulis
menempuh pendidikan.
7. Sr. Rosa Indrawikan, SSpS dan para Suster komunitas Roh Suci, serta para
suster SSpS Provinsi Jawa yang senantiasa mendukung dan mendoakan
penulis hingga terselesainya skripsi.
8. Bapak dan Ibu Thomas Soepomo selaku orang tua penulis, serta semua
saudara yang selalu mendukung dengan doa.
9. Para suster, dokter, para perawat, dan semua pihak RSK Budi Rahayu Blitar
yang membantu selama penelitian hingga terjadinya skripsi ini.
10. Sr. Redemta, SSpS, Pak Edi, dan staff Pastoral Care RSK St. Vincentius
A Paulo Surabaya yang turut membantu peneliti dalam meminjamkan
beberapa referensi buku tentang Konseling Pastoral bagi peneliti.
11. Sahabat-sahabat dan teman-teman angkatan 2011 atas motivasi yang
diberikan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses
penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu
penting adanya masukan, saran, dan kritik terhadap karya ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 12 Januari 2016

Rukini

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v
PERNYATAAN HASIL KARYA .............................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT ................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 11
D. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 14

A. Hakikat Konseling Pastoral ............................................................................ 14


1. Sejarah Konseling Pastoral ...................................................................... 14
2. Definisi Konseling Pastoral...................................................................... 16

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Ciri Khas Konseling Pastoral ................................................................... 17


4. Tujuan Layanan Konseling Pastoral ........................................................ 18
5. Ciri-ciri Konselor Efektif ......................................................................... 19
6. Hal yang Merugikan dan perlu dihindari dalam Konseling Pastoral ....... 27
7. Ketepatan Waktu Pelayanan Konseling Pastoral ..................................... 29
8. Aspek-aspek Konseling Pastoral .............................................................. 30
9. Teknik-teknik Konseling.......................................................................... 45
10. Tahap-tahap Layanan Konseling Pastoral ................................................ 51
11. Fungsi Konseling Pastoral........................................................................ 54
12. Etika Pastoral dengan Kode Etiknya. ....................................................... 56
B. Hakikat Pasien/orang-orang Sakit .................................................................. 67
1. Definisi Pasien ......................................................................................... 67
2. Peranan Perawat dalam Perawatan Spiritual Pasien ................................ 72
3. Model Kesehatan Spiritual ...................................................................... 73
C. Hakikat Evaluasi Program ............................................................................. 76
1. Definisi Evaluasi Program ....................................................................... 76
2. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program ............................................. 76
3. Tujuan Evaluasi Program ......................................................................... 77
4. Manfaat Evaluasi Program ....................................................................... 78
5. Langkah-langkah Evaluasi Program ........................................................ 78
D. Kajian Penelitian yang Relevan ..................................................................... 79
E. Profil Rumah Sakit ........................................................................................ 81
F. Kerangka Pikir ............................................................................................... 83

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 84

A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 84


B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 92
1. Tempat Penelitian..................................................................................... 92
2. Waktu Penelitian ...................................................................................... 92

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

C. Responden Penelitian ..................................................................................... 82


D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 93
E. Keabsahan Data ............................................................................................ 101
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 104

A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 104


B. Pembahasan .................................................................................................. 131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 137

A. Kesimpulan .................................................................................................. 137


B. Saran ............................................................................................................. 140
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 142

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 143

LAMPIRAN ............................................................................................................. 145

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Evaluasi Konseling Pastoral ........................................................... 80

Tabel 2. Perencanaan Evaluasi ................................................................................... 90

Tabel 3. Daftar Jumlah Responden ............................................................................ 92

Tabel 4. Pedoman Wawancara Responden ................................................................ 97

Tabel 5. Pedoman Wawancara kepada Pasien ........................................................... 99

Tabel 6. Pedoman Observasi .................................................................................... 100

Tabel 7. Hasil Evaluasi Konteks .............................................................................. 105

Tabel 8. Hasil Evaluasi Inputs ................................................................................. 106

Tabel 9. Hasil Evaluasi Proses ................................................................................. 108

Tabel 10. Hasil Evaluasi Hasil ................................................................................ 121

xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Model konseptual kesehatan spiritual saat sakit ......................................... 75

Bagan 2. Kerangka Pikir ............................................................................................ 83

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Permohonan Ijin Penelitian......................................................................... 145

Lembar Telah Melakukan Penelitian ....................................................................... 146

Rekapitulasi Hasil Wawancara Responden .............................................................. 147

Hasil Wawancara Dengan Pasien............................................................................. 185

Hasil Wawancara Dengan Suami Pasien

Hasil Observasi

Program Tetap Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah/fokus penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Rumah sakit pada dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat,

hal itu nampak dari semakin menjamurnya rumah sakit di Indonesia pada dewasa

ini. Hal itu tentu menjadi tantangan bagi setiap rumah sakit dalam usaha untuk

meningkatkan profesionalisme. Profesionalisme tidak hanya dalam bidang medis,

tetapi juga sarana-sarana dan media yang mendukung demi pelayanan yang

memuaskan bagi pasien yang dilayani. Misalnya: laboratorium, ruang operasi,

farmasi, bangsal, ruang rekam medis, administrasi keuangan, dan juga sarana

spiritual yang disediakan melalui layanan konseling melalui unit pastoral care.

Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu merupakan rumah sakit katolik satu-

satunya yang ada di Blitar-Jawa Timur. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit

swasta tipe C, dengan status penuh tingkat lengkap ini berusaha untuk

memberikan pelayanan kesehatan secara holistik. Yaitu sebuah pelayanan yang

menyeluruh dan mendalam, baik dalam pendampingan profesional maupun dalam

pendampingan manusiawi. Tantangan dan perkembangan jaman yang begitu pesat

dewasa ini, mengakibatkan semakin kaburnya nilai-nilai luhur pelayanan.

Pendampingan sangat dibutuhkan di rumah sakit ini karena semakin kompleksnya

masalah yang dihadapi oleh pasien maupun karyawan.

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

Menanggapi kebutuhan tersebut, maka rumah sakit ini mendirikan sebuah

unit pelayanan pastoral atau biasa disebut unit Pastoral Care (PC). Unit PC

didirikan pada tahun 1994, landasan diadakan pelayanan pastoral di RSK Budi

Rahayu adalah untuk melaksanakan tugas sebagai sakramen keselamatan,

meneruskan misi Yesus berdasarkan Visi dan Misi Kongregasi Misi Abdi Roh

Kudus, serta penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Kegiatan pastoral berawal dari sebuah kunjungan kepada pasien yang

dilakukan oleh para Suster SSpS (kebangsaan Eropa). Kunjungan dan sapaan

tersebut diberikan kepada seluruh pasien rawat inap dan keluarganya, tanpa

membedakan agama, suku, maupun latar belakangnya. Kepedulian yang tinggi

kepada pasien dan anggota keluarganya diberikan setiap hari di sela-sela

kekosongan waktu mereka. Kehadiran yang dilandasi nilai kasih Kristus, dengan

menyapa semua pasien dan keluarganya membuat pasien dan keluarganya merasa

gembira dan dikuatkan. Kunjungan yang kadang hanya menyapa dan memberi

senyum tersebut, ternyata menjadi kenangan tersendiri bagi para pasien dimasa

itu. Kegiatan tersebut selalu dirindukan pasien dan keluarganya pada zaman ini.

Dari hasil wawancara dan observasi kepada para pasien, menunjukkan

bahwa pasien sangat gembira menerima kunjungan dari petugas PC maupun

pihak-pihak yang terlibat dalam layanan pastoral (Romo, Suster SSpS, dan

Majelis). Para pasien dan keluarganya mengungkapkan bahwa pelayanan di RSK

Budi Rahayu sangat memuaskan, penuh perhatian, dan mengorangkan orang lain.

RSK Budi Rahayu Blitar merupakan rumah sakit katolik, mayoritas pasiennya

adalah muslim. Namun mereka senang memilih rumah sakit ini karena cepat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

ditangani, bahkan ketika ternyata pembayarannya kurang mereka boleh pulang

dengan syarat meninggalkan KTP tanpa jaminan apapun. Demikian dalam

pelayanan doa yang diberikan oleh Romo umat yang beragama lain juga minta

didoakan.

Dalam kunjungan dan observasi dapat dilihat bahwa kegiatan konseling

pastoral di RSK Budi Rahayu sangat dibutuhkan. Hal itu nampak ketika pasien

mendapat kunjungan dari unit PC maupun Suster SSpS dengan sendirinya mereka

menceritakan perasaan dan pergulatan, baik dengan anak, menantu, dan dengan

orang lainnya. Mereka membutuhkan kehadiran seseorang yang bisa

mendengarkannya. Ada seorang pasien muslim (32/L) yang dua kali dalam

hitungan bulan menjalani rawat inap di RSK Budi Rahayu karena psikosomatis

dengan sakit magnya, bahkan ketika sudah diijinkan untuk pulang dia masih takut

karena takut kambuh penyakitnya. Setelah memperoleh pendampingan ia menjadi

lebih siap dan mampu berpikir positip terhadap sakitnya, serta ada harapan bahwa

bisa sembuh dengan niat pola hidup yang sehat. Pasien ini menyatakan bahwa

sebelumnya tidak pernah mendapatkan kunjungan dari PC dan baru tahu bahwa

ada layanan semacam ini.

Kenyataan menunjukkan bahwa hampir semua pasien mengharapkan

kunjungan dan perhatian. Meskipun kadang pasien ingin bercerita sedang

keluarga berusaha menutupinya, misalnya: kasus minum racun. Petugas pastoral

hanya bisa menemani dan menguatkan pasien dan keluarganya. Kegiatan

kunjungan terhadap pasien dan keluarga pasien bisa dilaksanakan setiap hari.

Kendalanya adalah keterbatasan tenaga, sehingga membuat pelayanan ini kurang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

mampu menjangkau seluruh pasien dan keluarganya. Pasien yang mayoritas

muslim banyak yang belum mengerti tentang unit PC fungsi dan manfaatnya bagi

mereka.

Semakin kompleknya masalah dan kebutuhan pasien, membuat pasien dan

keluarganya terutama yang beragama katolik merindukan adanya kehadiran Romo

atau suster di RSK Budi Rahayu Blitar. Hal itu terjadi karena jumlah suster

biarawati yang berkarya di tempat ini berkurang, dan semakin banyaknya tuntutan

tugas yang diembannya terkait peraturan-peraturan pemerintah saat ini.

Pada awal berdirinya unit ini ada suster dan tim yang khusus dibidang ini,

tetapi karena suster tersebut harus pergi misi ke luar negeri, maka tugas tersebut

digantikan oleh awam. Kenyataan bahwa jumlah tenaga yang bergerak dalam

bidang pelayanan ini kurang, maka tim medis (dokter dan perawat) juga terlibat

melakukan layanan ini. Hal itu dilakukan sebagai bagian yang terintegrasi antara

layanan medis dan spiritual, demi kesembuhan pasien secara utuh (holistik).

Meski demikian pelayanan tersebut belum dirasakan oleh semua pasien dan

anggota keluarganya.

Pengadaan layanan ini juga sebagai bentuk jawaban atas seruan MAWI

(Majelis Agung Wali Gereja Indonesia), bahwa karya rumah sakit katolik

merupakan sarana untuk mewartakan kehadiran kerajaan Allah bagi mereka yang

menderita sakit. Maka untuk itu perlu adanya tenaga yang mampu mendampingi

pasien secara profesional, yaitu sebuah perhatian dan pendampingan kepada

pribadi pasien secara utuh agar mereka yang sakit dapat merasakan adanya

dukungan, perhatian, dan pada akhirnya dapat menemukan makna dalam


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

hidupnya, serta dapat berelasi dengan baik terhadap sang Pencipta (Pedoman Etis

dan Pastoral Rumah Sakit Katolik 1987 dan Pesan-Pesan MAWI Kepada Karya-

Karya Kesehatan Katolik 1978, butir: 52 ).

Pada fajar abad baru, spiritualitas diliput secara luas oleh media dan

didiskusikan oleh banyak kalangan, baik pekerja, politisi, dan pendidik

(Messikomer De Craemer, 2002). Spiritualitas juga menarik perhatian para

professional penyelenggara perawatan kesehatan, karena terbukti bahwa faktor

spiritual merupakan unsur penting dari kesehatan dan kesejahteraan (Dossey,

2001). Para penyelenggara kesehatan semakin sadar untuk memusatkan perhatian

pada hubungan spiritualitas dan kesehatan. Zaman informasi juga mengakui

zaman intuisi, para profesional perawatan kesehatan harus lebih memusatkan

perhatian pada pola pikir kreatif, lateral, dan emosional daripada pola pikir logis,

linier, dan mekanistik (Reynolds, 2001). Pergeseran pusat perhatian menuntut

tersedianya perawatan yang meliputi perspektif yang mencakup seluruh aspek

jiwa, tubuh, dan spirit. Burkhardt dan Nagai-Jacobson (Spirituality: Living Our

Contentedness 2002:1), mengungkapkan bahwa spiritualitas merupakan pusat

perawatan seluruh pribadi manusia.

Pastoral care adalah sebuah kegiatan pendampingan dan bimbingan

manusiawi khususnya kepada sesama yang menderita kearah hubungan yang lebih

baik, akrab dan percaya kepada Tuhan, diri sendiri, sesama, keluarga, dan

lingkungan sekitarnya (Tim Pastoral Care RS X, 2011:8). Pastoral care memiliki

peran dalam pelayanan di rumah sakit khususnya memberi siraman rohani,

mendampingi dan membimbing pasien juga keluarganya yang membutuhkan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

informasi, sebuah kehadiran dan motivasi, bagi yang mengalami masalah ataupun

tekanan batin.

Menurut Willis (2014:3), pasien adalah manusia dengan segenap aspeknya

(fisik, psikis, sosial, dan sebagainya). Dia mempunyai kebutuhan yang amat

mendalam yakni ingin sembuh dengan biaya terjangkau. Pelayanan yang baik

terhadap kesehatannya menjadi kebutuhan kejiwaan yang mendalam. Yang

dibutuhkan mereka bukan semata-mata kebutuhan fisik saja, lebih dari itu

keramahan dan kesabaran para dokter dan perawat juga turut membantu

kesembuhan pasien, serta sebaliknya.

Relasi dokter dan pasien merupakan hubungan yang membantu (helping

relationship). Artinya sebagai tenaga profesional dibidang kesehatan, dokter

membantu pasien dengan hati nurani yang ikhlas dan rela demi ibadah kepada

Tuhan melalui hubungan yang baik dengan sesama manusia. Dokter adalah

profesional yang ahli dalam penyembuhan. Dokter yang menghargai, ramah,

penuh perhatian dan memotivasi pasien supaya cepat sembuh, maka pasien dapat

segera sembuh sebab kejiwaannya menjadi senang, tenang, dan punya harapan

yang tinggi untuk hidup (Willis. 2014:3).

Pasien adalah orang yang sakit. Sakit yang dimaksudkan tidak hanya

secara fisik tetapi secara psikologis dan mentalnya juga mengalami kemunduran.

Biasanya orang sakit sering tidak stabil secara psikologis, dia akan mudah marah

dan sensitif terhadap sikap/perilaku dan tutur kata orang di sekitarnya, serta

membutuhkan perhatian dan dukungan di luar kebiasaan orang sehat. Secara fisik

melalui perawatan dokter dan perawat dengan obat yang diberikan mungkin bisa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

mengurangi ataupun mengatasi rasa sakitnya, namun hal itu juga masih membuat

seorang pasien belum mengalami sebuah kesembuhan karena masih ada hal-hal

lain di luar sakit fisiknya. Model keperawatan terbaru mengakui peran penting

suatu pendekatan holistik pada perawatan pasien. Pandangan spiritual tentang

hidup, termasuk cinta, kegembiraan, kelemahlembutan, kebaikan hati, kesetiaan,

ugahari, harapan, kelembutan, dan kesabaran, tak pernah pudar hanya karena

seorang menjadi pasien. Seperti diungkapkan Kleindienst (Young dan Koopsen.

2007: 45), bahwa pasien yang tidak berpengharapan biasanya lebih membutuhkan

pendampingan untuk menemukan makna hidup daripada pengobatan.

Sapaan dokter dan para perawat mungkin bisa memberi motivasi bagi

pasien, namun hal itu kurang didapatkan mengingat kesibukan para dokter dan

perawat, terkait administrasi yang harus diselesaikan dan karena banyaknya

pasien. Selain itu Willis (2014:3) mengatakan bahwa, masalah yang dihadapi oleh

dokter dan perawat bukan soal profesinya, melainkan cara (teknik) komunikasi

yang mempercepat kesembuhan dan perkembangan pasien. Yaitu komunikasi dua

arah (dialog) yang membuat pasien menyatakan semua keinginan, keluhan,

kecemasan, dan sebagainya. Bila hal itu ditanggapi secara positip maka terjadilah

konseling. Hal itu menjadi masalah karena mereka kurang waktu untuk

melakukan pelayanan itu.

Di samping itu penyelenggaraan perawatan spiritual bisa mengalami

hambatan yang disebabkan oleh pasien. Seperti diungkapkan oleh McShherry dan

Cash (Young dan Koopsen. 2007:45), pasien juga menjadi sumber hambatan

perawatan spiritual. Hambatan tersebut antara lain: ketakutan mereka akan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

disalahpahami, kekurangpahaman akan spiritual dan akibatnya bagi kesehatannya,

ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi karena penyakit atau mati rasa,

atau prasangka buruk mereka pada penyelenggara perawatan.

Adanya situasi seperti itu sangatlah penting bagi sebuah rumah sakit

memiliki sebuah unit yang secara khusus memberi pelayanan pendampingan bagi

para pasien. Sebuah unit yang menyediakan tenaga konseling, yang mampu hadir,

mendengarkan setiap keluhan dan kebutuhan pasien dan keluarganya, serta

mampu memberi dukungan dan perhatian. Sebuah integrasi antara obat yang

diberikan dan pendampingan secara rohani/spiritual akan turut menyembuhkan

secara utuh. Ini yang menjadi harapan dibeberapa rumah sakit yaitu mencapai

rumah sakit yang sehat secara holistik. Pelayanan rohani melalui unit pastoral

care diharapkan memberi kesembuhan bagi pasien secara holistik, demikian juga

memberi dukungan bagi keluarganya.

Menurut Wiryasaputra (2006), pendampingan pastoral care memberi

dampak positif bagi yang didampingi (pasien dan keluarga). Pendampingan

Pastoral Care membantu orang yang didampingi mampu menggunakan sumber

daya yang dimilikinya untuk berubah, dengan bantuan pendampingan orang bisa

mampu memobilisasi seluruh kekuatannya untuk berubah mencapai pertumbuhan

secara penuh dan utuh, sehingga orang yang didampingi benar-benar mewujudkan

dirinya yang sejati, berani, dan bersedia merubah diri untuk bertumbuh. Baik

bertumbuh secara fungsional, dinamis, penuh, maupun utuh. Dampak tersebut

tampak dari beberapa hal sebagai berikut: berubah menuju pertumbuhan, dapat

mencapai pemahaman diri secara utuh, dapat berkomunikasi secara sehat, dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

melatih diri untuk bertingkah laku yang lebih positip, dapat mengungkapkan diri

secara utuh dan penuh, dapat bertahan dengan keadaannya, dapat menghilangkan

gejala disfungsional, dan mengalami pertumbuhan iman.

Berdasarkan pengamatan peneliti, belum banyak rumah sakit yang

menyediakan layanan konseling ataupun Pastoral Care bagi para pasiennya, maka

peneliti tertarik untuk meneliti aktivitas layanan konseling yang terjadi di rumah

sakit. Hal itu untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dan manfaat layanan

konseling bagi pasien, rumah sakit, ataupun keluarga pasien.

Pada zaman ini sering didengungkan tentang kesembuhan secara holistik,

yaitu sebuah kesembuhan secara menyeluruh dari aspek fisik, mental, maupun

spiritual. Aspek spiritual menjadi fondasi utama dalam kesehatan setiap pribadi.

Maka peran seorang pastor/rohaniwan/hamba Tuhan yang mampu memberi

pelayanan ini sangat dibutuhkan. Kenyataan mengungkapkan bahwa tim medis

(dokter dan para perawat) juga turut berperan aktif dalam proses kesembuhan

secara menyeluruh.

Bagi rumah sakit yang besar dengan pasien yang sangat banyak, mungkin

tim medis tidak bisa secara penuh memberi pelayanan bimbingan dan konseling

bagi pasien yang membutuhkan. Kondisi demikian membuat rumah sakit

mendirikan sebuah unit yang bisa memberi pelayanan secara kontinyu, yaitu unit

pastoral care yang menjadi kekhasan rumah sakit katolik/Kristen. Kesembuhan

secara holistik dapat tercapai apabila ada kerjasama yang baik antara tim medis

dengan pelayan pastoral care maupun pihak-pihak lain yang mendukung

kesembuhan pasien secara menyeluruh.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat

judul “Program Konseling Pastoral di Rumah Sakit (Studi Evaluasi Program

Konseling Pastoral Di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur, Tahun 2015)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait keterlaksaaan dan

hambatan layanan konseling pastoral bagi pasien di Rumah Sakit Katolik Budi

Rahayu Blitar-Jawa Timur, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah

sebagai berikut:

1. Ada indikasi bahwa layanan konseling pastoral melalui unit pastoral care

di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar, belum dirasakan secara

menyeluruh manfaatnya oleh para pasien ataupun anggota keluarganya.

2. Pasien belum mengetahui adanya layanan konseling pastoral di Rumah

Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar dan kurang memahami fungsi layanan

tersebut.

3. Kurangnya tenaga/konselor di unit pastoral care Rumah Sakit Katolik Budi

Rahayu Blitar, sehingga pelayanannya kurang optimal.

4. Adanya indikasi bahwa perencanaan, proses maupun hasil layanan

konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur, belum pernah dievaluasi sebelumnya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

C. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada evaluasi pelaksanaan

pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur, yang meliputi perencanaan, proses dan hasil.

D. PERTANYAAN PENELITIAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini disajikan melalui pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit

Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur?

a. Apa saja program pelayanan konseling pastoral yang direncanakan?

b. Siapa saja yang menjadi sasaran utama pelayanan konseling pastoral?

c. Siapa saja yang memberi dan terlibat dalam pelayanan konseling

pastoral?

2. Bagaimana proses pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur?

a. Sejauh mana program pelayanan konseling pastoral yang direncanakan

terlaksana?

b. Sudahkah sasaran utama pelayanan konseling pastoral tercapai?

c. Bagaimanakah cara konselor ataupun pihak yang terlibat dalam

konseling pastoral melakukan pelayanan pastoral?

3. Bagaimana hasil pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur?


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

a. Apa sajakah manfaat dari perencanaan program pelayanan konseling

pastoral?

b. Manfaat apa sajakah yang diperoleh oleh sasaran pelayanan konseling

pastoral (pasien, keluarga pasien, dokter dan tim medis, dan

sebagainya)

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan, proses dan hasil

dari pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-

Jawa Timur. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perencanaan pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit

Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

2. Mengetahui proses pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

3. Mengetahui hasil pelayanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

F. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap bahwa penelitian ini

memberi beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap

pengembangan pengetahuan mengenai pelayanan konseling pastoral bagi

pasien di rumah sakit dan sebagai wacana untuk membuat program


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

mengenai cara, teknik konseling yang dapat digunakan oleh Program

Studi Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan peran dan manfaat

konseling bagi pasien di rumah sakit.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para pasien agar mereka merasa ditemani dalam masa sakit karena

memperoleh bimbingan dan konseling, sehingga memunculkan harapan

berkat dukungan pada akhirnya mereka mengalami kesembuhan secara

holistik yaitu sembuh secara fisik, psikologis, dan juga batin.

b. Bagi anggota keluarganya, mereka mendapatkan dukungan dan juga

informasi-informasi yang dibutuhkan, mampu keluar dari

kebingungannya dari segala aspek (ekonomi, social, adat-

istiadat/budaya), sehingga dalam mendampingi pasien juga tetap sehat

dan mampu melayani dengan penuh kasih dan pengharapan.

c. Manfaat pelayanan konseling bagi rumah sakit, membantu tim medis

bila ada pasien yang menurun perkembangan kesehatannya karena

mengalami kemunduran kesehatan mental maupun spiritualnya dan

membantu proses sembuhnya pasien karena adanya dukungan secara

spiritual, sehingga para pasien dapat mengalami kesembuhan secara

holistik.

d. Manfaat penelitian ini bagi peneliti, adalah menambah wawasan si

peneliti agar peneliti semakin memahami proses layanan konseling

pastoral di rumah sakit dan pada akhirnya mampu mengaplikasikan

dalam realitas kehidupan zaman ini.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Bab ini merupakan bab kajian teori. Dalam bab ini dijelaskan sejarah

konseling pastoral, hakikat konseling pastoral, pasien, kajian penelitian yang

relevan, profil Rumah Sakit, dan kerangka pikir.

A. Hakikat Konseling Pastoral

1. Sejarah Konseling Pastoral

Konseling pastoral merupakan gagasan yang relatif baru.

Konseling pastoral sebagai sub-disiplin ilmu dan praktek pelayanan klinis

mula-mula dikembangkan di Amerika Serikat pada awal abad ke 20.

Dalam waktu bersamaan di Inggris juga dikembangkan hal yang sama,

tetapi di Inggris konseling pastoral lebih dikenal sebagai “teologi klinis”

(clinicsl theology).

Pada saat itu juga, khususnya di Amerika dikembangkan pula sub-

disiplin ilmu dan praktek pelayanan baru seperti, pekerjaan sosial,

bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) khususnya dalam

seting pendidikan, psikologi klinis, dan konseling klinis. Nampak jelas

bahwa konseling pastoral dikembangkan menjadi sub-disiplin ilmu dan

pelayanan sendiri sejajar dengan sub-disiplin dan pelayanan klinis yang

lain. Maka tidak jarang terjadi, di rumah sakit modern, konseling pastoral

dianggap sebagai unit pelayanan fungsional sejajar dengan pelayanan

fungsional lainnya, missal klinik konsultasi psikologi.

14
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Perintis gerakan konseling pastoral antara lain: Anton Th. Boisen,

pada tahun 1920-an. Beliau mendapat inspirasi untuk mengembangkan

konseling pastoral pada waktu ia dirawat disebuah rumah sakit jiwa,

karena sedang mengalami “psychotic break”. Pada masa sekarang Boisen

sering dianggap sebagai “Grand Father” gerakan konseling pastoral.

Tokoh yang lain adalah Russel L. Dicks, dia tertarik untuk

mengembangkan konseling pastoral pada waktu ia mengalami operasi

besar di sebuah rumah sakit. Dia diperhitungkan pada angkatan pertama

yang mengembangkan sejenis konseling yang menunjang pada tugas para

psikiater dan direktur rumah sakit jiwa (Wiryasaputra, 1999:8).

Sejak perkembangannya yang pertama, konseling pastoral

mempunyai kontribusi yang penting dalam bidang pendidikan klinis (atau

profesional) konseling pada umumnya. Sebab, sistem pendidikan

professional konseling pastoral adalah sangat ekstensif dan intensif. Di

Amerika Serikat membuktikan bahwa pendidikan professional atau klinis

konseling pastoral adalah lebih luas dan mendalam dibanding dengan

pekerjaan social, konseling klinis, psikologi klinis dalam jenjang

pendidikan yang sama. Seorang konselor pastoral biasanya memiliki gelar

Bachelor of Art (B.A.), kemudian dia harus mengikuti pendidikan teologi,

biasa di sebut Master of Divinity (M.D) atau Master of Art (M.A) di

bidang religious. Setelah itu mereka juga harus memperoleh gelar lain,

misalnya Theological Master atau Doctor of Ministry di bidang konseling

pastoral.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Pada tahap awal perkembangan, konseling pastoral disebut juga

sebagai “psikoterapi pastoral”, karena tokoh-tokoh pertama seperti :

Anton Th. Boisen dan Russell L. Dick mengembangkan model

pendidikan klinisnya mengacu pada apa yang dikembangkan oleh

psikoterapi khususnya model psikoanalisis. Konseling pastoral disebut

juga “psikologi pastoral” atau “teologi terapan”. Jadi konseling pastoral

dalam sejarahnya bertumbuh dari suatu integrasi antara ilmu teologi dan

ilmu psikologi-psikoterapi (Wiryasaputra. 1999:8-10).

2. Definisi Konseling Pastoral.

Menurut Susabda (Tu‟u, 2007: 24), Konseling Pastoral adalah

hubungan timbal-balik antara hamba Tuhan sebagai konselor dengan

konselinya. Konselor membimbing konseli dalam satu suasana percakapan

konseling yang ideal, yang memungkinkan konseli betul-betul mengerti

apa yang sedang terjadi pada dirinya sehingga ia mampu melihat tujuan

hidupnya dan mampu mencapai tujuan itu dengan kekuatan dan

kemampuan Tuhan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, Konseling Pastoral adalah

pelayanan yang dilakukan oleh gereja dengan melawat dan mencari satu

per satu jemaat yang sedang bergumul dalam hidupnya. Pencarian dan

pelawatan itu dilakukan untuk menolong mereka melalui komunikasi

interaktif, timbal-balik, dan mendalam. Melalui percakapan itu konselor

mendampingi, membimbing, dan mengarahkan konseli untuk menemukan

solusi (Tu‟u, 2007:25)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

Widjojo dkk (2005:1) menyatakan bahwa, Konseling Pastoral

adalah usaha pelayanan/bimbingan yang dilakukan oleh seorang konselor

kepada konseli agar memahami persoalan yang dihadapinya, sehingga

dapat melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawab kepada

Tuhan sesuai dengan kemampuan yang Tuhan berikan.

Menurut Wijayatsih (2011: 5) , konseling pastoral adalah sebuah

layanan percakapan terarah menolong orang yang tengah dalam krisis agar

mampu melihat dengan krisis yang dihadapinya. Dan diharapkan pada

akhirnya orang tersebut mampu menemukan kemungkinan solusi atas

krisis yang dihadapinya.

Jadi konseling pastoral adalah proses pemberian bantuan seorang

konselor (Pastor/pendeta/suster/pelayan pastoral) kepada konseli (orang

sakit), yang didasari oleh hubungan timbal-balik/dialog dalam suasana

komunikasi yang ideal atau nyaman dan aman, sehingga konseli merasa

diterima dan mau terbuka. Dengan layanan ini, mereka juga terbantu untuk

memahami dan menerima situasi dirinya, serta dapat menemukan tujuan

hidupnya dengan tetap mengandalkan Tuhan sebagai penolongnya yang

sejati.

3. Ciri Khas Konseling Pastoral

Menurut Widjojo dkk (2005:3), Konseling Pastoral memiliki

keunikan tersendiri dibandingkan dengan konseling pada umumnya.

Keunikannya tidak hanya terletak pada proses konselingnya, tetapi juga


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

pada konselor yang melayaninya. Adapun keunikan proses konseling

pastoral meliputi:

a. Merupakan pelayanan yang Tuhan percayakan

b. Bersandar pada kebenaran Alkitab dan ajaran gereja

c. Bergantung pada kuasa Roh Kudus

d. Mempunyai tujuan untuk mengenalkan Yesus sebagai Juru Selamat

Pribadi dan penebus dosa

e. Pelayanan yang mendasarkan pada ilmu Teologi dengan integrasi ilmu

psikologi

f. Membantu menolong pertumbuhan rohani konselinya

4. Tujuan Layanan Konseling Pastoral

Menurut Tu‟u (2007:29-40), banyak hal yang dapat dicapai jika

konseling pastoral diprogram secara baik dan terencana, terlebih jika

melibatkan jemaat yang memang potensial. Berikut ini adalah beberapa

tujuan kegiatan konseling pastoral:

a. Mencari jemaat yang bergumul, gereja wajib mengunjunginya.

b. Menolong yang membutuhkan uluran tangan.

c. Mendampingi dan membimbing

d. Berusaha menemukan solusi

e. Memulihkan kondisi yang rapuh

f. Perubahan sikap dan perilaku

g. Menyelesaikan dosa melalui Kristus

h. Pertumbuhan iman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

i. Terlibat persekutuan jemaat

j. Mampu menghadapi persoalan selanjutnya

Penulis yang lain mengatakan bahwa, tujuan pelayanan konseling pastoral

adalah memberikan bimbingan agar konseli mampu menemukan persoalan

yang sesungguhnya yang menjadi akar untuk penyebab hambatan yang

selama ini terjadi (Widjojo dkk, 2005:6).

Jadi tujuan layanan konseling pastoral adalah membantu konseli

untuk menemukan akar permasalahannya, sehingga mereka dapat

memperoleh pemecahan masalah/solusi terhadap apa yang menjadi

pergumulannya. Pada akhirnya mereka mengalami kesembuhan,

perubahan sikap dan perilaku, pertumbuhan iman dan kedewasaan pribadi,

sehingga siap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan

selanjutnya.

5. Ciri-Ciri Konselor yang Efektif

Garry R. Collins (Tu‟u, 2007:41) mengatakan bahwa, konselor

yang efektif harus mampu mengasihi Tuhan dan sesama. Kalau ada kasih

yang sungguh pada Tuhan, pasti akan terjadi konseling yang efektif.

Adapun ciri-ciri konselor efektif sebagai berikut:

a. Ciri-ciri konselor secara umum meliputi:

1) Memiliki pengetahuan konseling

Konselor dalam pelayanan perlu memiliki pengetahuan tentang

konseling ataupun pernah mendapat pelatihan tentang konseling,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

serta mau belajar secara mandiri dari berbagai sumber, agar dapat

memberi pelayanan yang sebenarnya.

2) Pengetahuannya aplikatif

Konselor mampu menerapkan ilmu pengetahuannya dalam praktik

pelayanan sehari-hari.

3) Memiliki kepekaan

Konselor mampu menangkap pesan konseli baik secara verbal

maupun nonverbal, mampu merasakan apa yang dialami oleh

konseli. Sehingga ia mampu memberi respon secara tepat kepada

kebutuhan konseli.

4) Memiliki keyakinan

Konselor memiliki kepercayaan/iman bahwa Tuhan berkuasa untuk

membantu menyelesaikan masalah konseli, meskipun berat ia tidak

putus asa.

5) Memiliki kematangan

Konselor sudah mencapai taraf perkembangan yang terbaik. Ia

memiliki kemampuan berpikir, kestabilan emosi, jiwa dan

kepribadian yang matang. Sehingga ia tetap tabah bila menghadapi

masalah yang rumit, tetap kokoh dan tidak mudah terpengaruh

dalam pelayanannya.

6) Menghargai konseli sebagai makluk unik

Konselor menerima setiap pribadi sebagai ciptaan Tuhan yang unik

dan berbeda, serta tidak bisa disamaratakan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

7) Memiliki rasa tanggung jawab menolong

Konselor tanggap terhadap kebutuhan konseli, sehingga bila

melihat atapun mendengar bahwa konseli butuh pertolongan, maka

ia tanggap dan melakukan langkah-langkah tertentu untuk

menolong klien.

8) Tidak mengambil alih masalah konseli

Konselor membimbing konseli untuk berpikir dan menemukan

jalan pemecahan masalahnya secara pribadi.

b. Ciri-ciri konselor Kristen antara lain:

1) Percaya pada Kristus, sang Konselor Agung

2) Menerima Kristus secara pribadi.

3) Kristus berkuasa dalam hidupnya

4) Menerima autoritas Alkitab sebagai pedoman hidup

5) Melibatkan karya Roh Kudus

6) Menghayati tugas sebagai panggilan

Sedangkan Widjojo dkk (2005:30) menyatakan bahwa, dasar

keutamaan konselor pastoral adalah hubungan mereka dengan Allah

Tritunggal, yaitu relasi yang ditandai dengan kasih (Yoh. 13:34-35).

Lebih lanjut mengungkapkan beberapa ciri yang perlu dimiliki oleh

seorang konselor pastoral, antara lain: 1) mempunyai kerohanian yang

baik (Gal. 5:22-26), 2) lemah lembut (Gal. 6:1), 3) bersedia saling

menolong meringankan beban (Gal. 6:2; Yoh. 13:35), 4) rendah hati

(Gal. 6:6), 5) sabar (Gal.6:7-8), dan 6) rajin berbuat baik (Gal. 6:10).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

c. Sikap Konselor Pastoral

Selain memiliki ciri-ciri yang disebutkan di atas, seorang

konselor pastoral juga sangat penting mengembangkan sikap-sikap

yang menjadikanya sebagai konselor yang efektif. Sikap-sikap itu

antara lain:

1) Kasih dan Penghargaan

Seorang konselor diharapkan memiliki sikap mengasihi yang sejati

sebagaimana ia juga telah mengalami bahwa Yesus lebih dahulu

mengasihinya (1 Yoh. 4:19), maka ia juga diundang untuk

membagikan kasih itu. Hal itu terwujud dalam sikap mengasihi dan

menghargai, serta melayani konseli secara baik.

2) Bersikap lemah lembut

Seorang konselor perlu menciptakan suasana yang

nyaman,bersahabat, hangat, dan terbuka. Kelemah lembutan sangat

penting agar konseli merasa diterima dan dihargai, sehingga

membuatnya berani untuk terbuka (Gal. 6:1).

3) Bersikap rendah hati

Mampu menghargai pemikiran dan pendapat konseli, dan

mensyukuri setiap kurnia yang dimilikinya sebagai anugerah

Tuhan. Konselor bersedia mendengarkan keluhan dengan memberi

perhatian yang lebih disaat konseling berlangsung.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

4) Bersikap sabar dan tabah

Bersikap sabar dan tabah dalam membimbing klien, memampukan

konselor untuk tetap bertahan dalam kesulitan. Konselor perlu

menyadari bahwa ia tidak mampu mengandalkan dirinya, maka

penting baginya datang kepada Sang Konselor Sejati yaitu Yesus

Kristus. “kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah,

bukan dari diri kami” (2 Kor. 4:7)

5) Bersahabat dan hangat

Konselor perlu menciptakan suasana penuh persahabatan dan

kehangatan,agar konseli tidak merasa asing dan pada akhirnya

mampu terbuka karena ia merasa nyaman dan aman.

6) Suka menolong

Sikap peka dan tanggap terhadap keadaan konseli. Hatinya tergerak

untuk berbuat sesuatu. Hal itu juga disadarinya bahwa ia terlebih

dahulu menerima pertolongan secara cuma-cuma dari Yesus

(Mat.10:8)

7) Bersikap rela dan tulus

Konselor dengan sukacita dan tanpa terpaksa membimbing mereka

yang membutuhkan.

8) Bersikap terbuka

Konselor memberi kesempatan terhadap konseli untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya, konselor terbuka untuk

menerima kelamahan dan kekuatan yang dimilikinya, dan konselor


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

terbuka dalam mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan.

9) Pengorbanan

Terinspirasi dari semangat pengorbanan Sang Konselor Sejati,

maka seorang konselor pastoral harus berani meluangkan

waktu,tenaga, perasaan dan pikirannya. Hal itu terkait konseli yang

sulit.

10) Perhatian

Konselor perlu peka terhadap kebutuhan klien, sebuah perhatian

(sapaan, senyum, dukungan) tentunya akan memberikan perubahan

ke arah positip bagi mereka yang membutuhkan bimbingan.

d. Kualitas Pribadi Konselor

Konselor efektif adalah konselor yang bekerja dalam pelayanan

konseling pastoral yang dapat mencapai dan memberi hasil yang baik.

Selain memiliki ciri-ciri dan sikap-sikap yang disebutkan di atas,

maka konselor juga sangat penting memiliki kualitas pribadi dan

keterampilan tertentu, antara lain :

1) Memandang manusia sebagai makluk unik

Konselor mampu memandang perbedaan masing-masing konseli

(pikiran, perasaan, sikap), sehingga meskipun masalah konseli

sama cara ataupun pendekatan yang diberikan berbeda.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

2) Memandang manusia sebagai pribadi yang dapat bermitra

Konselor

Konselor memiliki iman dan percaya bahwa konseli mampu untuk

berubah. Konselor sadar bahwa konseli mampu bermitra

dengannya. Sikap optimis yang dimiliki inilah yang mendorongnya

untuk mencari jalan agar konseli mampu berjumpa dengan Kristus.

3) Memandang manusia sebagai pribadi yang dapat berubah

Konselor efektif adalah konselor yang mampu memandang bahwa

konseli adalah pribadi yang dapat bermitra dengannya untuk

mencapai pembaharuan diri. Konselor tetap melibatkan karya

Tuhan, Sang Konselor Agung.

4) Kristus ada dalam hidupnya

Konselor yang efektif adalah ia yang mampu terbuka hati dan sadar

bahwa bukan lagi dirinya yang hidup, melainkan Kristus yang

hidup dalam dirinya. Hidupnya bukan lagi atas keinginan diri

semata, melainkan hidupnya dikendalikan oleh Kristus.

5) Terampil menerapkan ilmu konseling

Konselor efektif senantiasa belajar secara terus-menerus, selalu

menambah wawasan, mencari jalan untuk memperbaiki

kekurangan dan kelemahan, dan terbuka untuk bertanya pada yang

lebih berpengalaman.

6) Terampil dalam memberi respons


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

Konselor efektif adalah pribadi yang mampu mengarahkan,

membimbing, menuntun, dan membawa arah percakapan dalam

konseling. Konselor efektif sangat penting menguasai keterampilan

memberi respons.

7) Terampil mengembangkan relasi antar pribadi

Konselor efektif adalah pribadi yang memiliki kecerdasan relasi

antar pribadi, ia terampil dalam mengelola hubungan. Yaitu

hubungan yang hangat, bersahabat, dipercaya, terbuka, dan penuh

perhatian terhadap konseli.

8) Pribadi berkualitas

Konselor yang memiliki kepribadian berkualitas adalah mereka

yang memiliki kesadaran akan diri dan nilai-nilai, percaya/optimis,

bersikap hangat dan penuh perhatian, memiliki sikap menerima,

empati, memiliki pengetahuan, sabar, tekun, gembira, serta mampu

berjejaring pada yang lebih ahli.

9) Menghindari hal-hal yang dapat membawa kerugian

Konselor efektif selalu waspada dan berhati-hati.

10) Mengembangkan sikap positif.

Konselor efektif senantiasa bersikap positip, ia senantiasa

mengembangkan sikap dan pemikiran yang positip. Antara lain:

kasih, penghargaan, lemah-lembut, rendah hati, tabah, hangat, suka

menolong, rela berkorban, dan setia memberikan perhatian.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

6. Hal yang Merugikan dan Perlu Dihindari dalam Konseling Pastoral

Menurut Tu‟u (2007:58-63), ada beberapa hal yang perlu dihindari

oleh seorang konselor dalam proses hubungan/proses konseling antara

lain:

a. Menerima info sepihak

Dalam hal ini konselor tidak boleh hanya menerima informasi sepihak

ataupun memihak salah satu. Konselor perlu mengadakan percakapan

yang adil, supaya dia mampu membantu menyelesaikan masalah

konseli secara tuntas. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menjumpai

konseli yang pertama, selanjutnya konseli yang kedua. Hal itu menjadi

lebih baik, jika konselor mampu mempertemukan keduanya agar

masalahnya selesai dengan tuntas.

b. Kesimpulan tergesa-gesa

Kesimpulan sementara yang dilakukan oleh konselor sangatlah baik,

tetapi kesimpulan yang tergesa-gesa menghasilkan solusi yang semu.

Maka mendengarkan secara cermat dan teliti sangatlah penting.

Konselor perlu menggali permasalahan, sehingga dapat menemukan

masalah secara jelas. Setelah masalahnya jelas barulah percakapan

diarahkan untuk mencari solusi.

c. Terburu-buru

Konselor perlu menyediakan waktu yang cukup bagi konselinya. Hal

yang perlu dihindari adalah melihat secara terus menerus arloji,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

sehingga membuat konseli gelisah. Konselor perlu mengatur waktu

sedemikian agar proses konseling berjalan efektif.

d. Campur tangan terlalu jauh

Konselor perlu menghindari sikap keterlibatan dalam banyak hal. Yang

dibutuhkan adalah mampu memperhatikan hal yang menjadi inti

persoalan konseli, sehingga ia tidak akan kehilangan objektifitas

dirinya.

e. Tidak dapat menyimpan rahasia

Konselor harus mampu menyimpan rahasia konselinya. Karena sekali

konselor tidak dapat dipercaya, maka kredibitasnya akan merosot

dengan sendirinya.

f. Layanan tidak seimbang

Konselor yang perhatiannya hanya berfokus pada konselinya akan

mengganggu keseimbangan hidupnya, baik keluarga maupun hidup

rohaninya. Maka sangat penting bagi konselor untuk menjaga

keseimbangan antara hidup rohani/spiritual dan keluarganya.

g. Mudah menghakimi

Konselor perlu menghindari penilaian negatif terhadap konselinya,

misalnya: memandang konseli sebagai orang jahat, buruk, rendah,

bersalah, dan sebagainya. Sebaliknya konselor perlu terbuka dan

menerima konseli apa adanya. Apabila ada yang salah pada konselinya

dapat membicarakannya secara baik.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

h. Memaksa konseli

Konselor tidak berhak memaksakan keinginannya pada konseli.

Konselor berkewajiban membimbing konseli agar ia semakin mampu

melihat masalahnya dengan jernih, dan pada akhirnya mampu

menemukan solusi yang terbaik.

i. Meminta konseli melakukan banyak hal

Konselor perlu memahami bahwa tidak mungkin konseli secara

langsung dapat melakukan banyak hal setelah memperoleh bimbingan,

maka beberapa hal sebagai aksi sudah cukup.

j. Menangani seluruh masalah klien

Konselor perlu sadar akan kemampuan dan keterbatasan dirinya,

menjadi keliru apabila ia menanggani semua masalah konselinya.

Maka ia perlu bekerja sama dengan pihak lain, misalnya: psikolog,

psikiater (dokter jiwa), dokter, ahli hukum, dan lain-lain.

7. Ketepatan Waktu Pelayanan Konseling Pastoral

Ketepatan waktu pelayanan secara konsep merupakan konsistensi

waktu pelaksanaan konseling pastoral dengan schedule/jadwal yang telah

ditetapkan sebelumnya atau dalam periode waktu tertentu. Hal ini

didukung dengan tersedianya prosedur tetap/SOP pelayanan konseling

pastoral dan dukungan sistem administrasi yang baik agar dapat efektif

dan efisien.

Ketepatan waktu konseling dengan konsistensi yang tinggi akan

dapat membangun rapport yang baik dengan klien. Rapport digunakan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

untuk menumbuhkan kepercayaan klien sehingga klien akan dapat

bercertia dengan leluasa tentang keadaan yang dialaminya tanpa

ditutuptutupi. Jika rapport dapat terbangun dengan baik maka klien akan

menghiraukan mekanisme pertahanan dirinya sehingga tidak ada lagi rasa

malu atau ragu-ragu untuk mentrasfer segala keluhan kepada terapis.

Proses konseling umumnya bertahap atau di bagi dalam beberapa

fase proses. Untuk satu proses konseling secara keseluruhan bisa

diselesaikan dalam 2 sampai 5 kali pertemuan. Untuk itu penjadwalan

konseling sangat diperlukan sehingga kedua belah pihak baik konselor

atau klien sama-sama mengetahui. Jika terjadi miskomunikasi umumnya

akan rentan menimbulkan kekecewaan terlebih di sisi klien yang dalam

keadaan neorosis atau psikosis dan ini akan menghambat keefektifan

proses konseling terapeutik.

8. Aspek-aspek Konseling Pastoral

Menurut Susabda (1983:4-38), setiap konselor dalam memberi

layanan konseling pastoral hendaknya mengenal empat aspek penting di

bawah ini:

a. Hubungan timbal-balik (interpersonal relation-ship) antara konselor

dengan konselinya.

Konseling Pastoral adalah suatu interpersonal relation-ship, suatu

dialog dan bukan monolog yang terjadi antara konselor dan konselinya,

yang bisa melibatkan seluruh aspek kehidupan mereka masing-masing.

Konselor tidak hadir sebagai pengkotbah di atas mimbar yang memberikan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

firman Tuhan, nasihat, teguran, dan ajaran pada konselenya; karena

sekarang ia berhadapan muka dengan konselinya sebagai dua pribadi yang

utuh, yang masing-masing punya hak dan kebebasan untuk

mengekspresikan dirinya.

Mengapa hubungan timbal balik ini harus merupakan suatu dialog?

Karena konselor dalam hal ini Pastor/pendeta, role/perannya tidak lagi

sebagai pengkotbah yang secara praktis memediator umatnya. Maka

sangatlah penting bagi seorang konselor untuk: 1) belajar dari Yesus yaitu

terpanggil untuk mengorbankan dan merendahkan dirinya sendiri menjadi

sama (equal) dengan konselinya (Filipi 2:5-8) konselor harus membawa

suasana percakapan yang ideal (conducive atmosphere), yaitu jika konsele

betul-betul merasa diperlakukan sebagai satu subyek, pribadi yang utuh

persoalannya, perasaannya, cara berpikirnya, bahkan segala sesuatu yang

ada padanya mempunyai nilai untuk dihargai.

Jadi dalam hubungan timbal balik antara konselor dan konseli

dibutuhkan suasana yang dialogis. Keterampilan komunikasi interpersonal

dan rasa empati, serta kerendahan hati seorang pelayan pastoral sangatlah

penting agar konseli (pasien) merasa diterima dan dihargai sebagai

pribadi/subyek yang memiliki hak dan kebebasan, serta kemampuan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan konselor dalam hubungan timbal-balik:

1) Sikap merugikan dari pihak konseli.

Yaitu dalam hubungannya dengan konseli, seorang konselor mesti

menyadari adanya berbagai kemungkinan yang merugikan yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

ditimbulkan oleh konselinya. Hal itu meliputi dua hal, yaitu: a) dalam

hubungan dengan “simbol Allah” (symbol of God) yang melekat pada

hamba Tuhan, adalah adanya sikap konseli yang menganggap hamba

Tuhan sebagai symbol Tuhan dan kecenderungan mereka untuk

menghidupkan sikap penyerahan diri secara total (total depenency)

pada konselornya (hamba Tuhan). Akibat dari kurang dapatnya mereka

dalam mengembangkan konsepsi tentang Allah yang abstrak. Jika

konseli selalu melihat bahwa konselor sebagai pembawa symbol

Tuhan, maka proses konseling menuju kearah yang tidak sehat. b)

adanya gejala “transference” pemindahan perasaan, adalah

pemindahan perasaan perasaan dari yang seharusnya ditujukan kepada

objek lain pada masa lampau kepada objek yang baru pada masa kini.

Hal ini bisa terjadi karena adanya banyak kebutuhan yang tidak

terpenuhi dan harus ditekan untuk dilupakan. Dari gejala

ketidaksadaran (unconsciousness), mereka akan selalu mencari

kesempatan untuk dipenuhi. Hal itu pasti bisa terjadi dan konselor

perlu untuk selalu menyadarinya, agar proses konseling dapat berjalan

dengan baik.

2) Dorongan yang merugikan dari dalam konselor.

Dalam interpersonal relationship, konselor mesti waspada dan

menyadari dorongan dan rangsangan yang timbul dari dalam dirinya

sendiri, yang bisa menimbulkan kegagalan dalam proses konseling.

Pertama yaitu adanya kebutuhan untuk melakukan counter-


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

transference. Counter-transference adalah sikap menyambut dan

menanggapi gejala transference dari konseli yang ditujukan padanya.

Pattison (Susabda, 1983:8) mengatakan:

“counter transference distortions occur when a pastor attempts to


solve his own problems through the prolems of the parishioner, or
vicariously enjoys behavior in his perishioners which he feels he
must deny in himself”.

Kegagalan proses konseling dialami oleh banyak hamba Tuhan

oleh karena ia tidak menyadari akan gejala counter-transference dari

dirinya sendiri. Sebagai konselor seharusnya hamba Tuhan bersikap

betul-betul netral, mampu mengontrol emosinya dan tidak membiarkan

sikapnya dipengaruhi oleh sikap dari konselinya. Konselor hendaknya

selalu waspada terhadap kebutuhannya sendiri untuk melakukan

counter-transference. Akibatnya bisa menimbulkan sikap tidak sehat

seperti dibawah ini:

(a) Carelessness in appointment schedules (tidak menepati janji dan

semaunya sendiri dalam memakai waktu yang tersedia).

(b) Repeated erotic or hostile feelings (munculnya perasaan berahi

atau sebaliknya, yaitu benci kepada konselinya).

(c) Boredom or inattention during counseling (munculnya perasaan

bosan selama proses konseling).

(d) Permitting or encouraging misbehavior (membiarkan sikap dan

tingkah laku yang tidak seharusnya terjadi).

(e) Trying to impress the parishioner (selalu ada keinginan untuk

menyenangkan konseli).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

(f) Arguing (berdebat).

(g) Taking sides in a personal conflict (memihak dalam konflik yang

dihadapi konseli).

(h) Premature reassurance to lessen anxiety (memberikan janji-janji

dan jaminan-jaminan pada konseli yang terlalu dini untuk

mensukseskan kelanjutan pembimbingan).

(i) Dreaming about parishioner (terbayang-bayang wajah konseli).

(j) Feeling that the parishioner’s welfare or solution to a problem lies

solely with you (merasa bahwa hidup dan penyelesaian persoalan

seluruhnya tergantung pada kita).

(k) Behavior to ward one parishioner in a group differently from other

group members (sikap membedakan dari anggota yang satu dengan

yang lain dalam gereja yang kita gembalakan).

(l) Making unusual appointments or behaving in a manner ususual for

you (membuat janji-janji pertemuan yang tidak biasa dengan

konseli dan bersikap tidak wajar).

Kebutuhan untuk melakukan counter-transference adalah

kebutuhan yang sangat berbahaya, karena akan mengagalkan

pelayanan konselingnya.

b. Hamba Tuhan sebagai Konselor.

Wayne Oates (Susabda, 1983:11) mengatakan bahwa:

“The pastor, regardless of his training, does not enjoy the privilege of
ecleting whether or not he will counsel his people ….His choice is not
between counseling or not counseling, but between counseling in a
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

disciplined and skilled way and counseling in an undisciplined and


unskilled way”.
Pelayanan konseling adalah bagian integral dari pelayanan hamba

Tuhan. Tugas pelayanan ini menjadi identitas seorang hamba Tuhan,

sehingga ketika ia menolak tugas pelayanan ini ia telah kehilangan

identitasnya. Hal itu bukan berarti bahwa dalam pelayanannya secara

otomatis dilakukan berdasarkan bakat-bakat alaminya ataupun

pendidikannya dibidang teologi.

Sebagaimana diungkapkan Oates di atas bahwa banyak hamba

Tuhan yang melaksanakan tugasnya asal saja dan dengan cara

undisciplined dan unskilled, tetapi sebagai tanggung jawab kepada Tuhan

yang telah memanggil dalam pelayanan ini, seorang konselor pastoral

seharusnya mengembangkan disciplin dan skill. Selain itu mereka perlu

waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan yang merugikan dalam

tugas pelayanannya.

Kemungkinan-kemungkinan tersebut, antara lain:

1) Kecenderungan ke arah profesionalisme.

Yaitu kecenderungan konselor (hamba Tuhan) yang lebih

menfokuskan diri pada peran profesinya berdasar pendidikannya

(spesialisasi dalam konseling), ia telah kehilangan identitasnya sebagai

hamba Tuhan. Hal itu terjadi bila dalam pelayanan dilakukan hanya

atas dan untuk mendapatkan nama sebagai konselor profesional.

Seorang konselor pastoral, sebagai orang terpanggil memiliki peran

membimbing. Demikian dalam relasinya dengan konselinya (umat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

Allah) lebih pada hubungan fungsional, bukan hubungan profesional.

Alasan utama seorang hamba Tuhan perlu mengembangkan skill

dan disiplin dalam konseling bukanlah untuk menjadikan dia

professional counselor, tetapi professional pastor yang terampil dalam

pelayanan konselingnya. Hal itu ditandai dengan beberapa hal sebagai

berikut (Susabda, 1983:12): (1) adanya pengetahuan yang cukup

tentang teori-teori personality dan psikologi pada umumnya;

(2) adanya kemampuan untuk menghubungkan teori dan praktik,

khususnya teori-teori tentang metode-metode observasi dan diagnosa;

(3) adanya training yang cukup di bawah bimbingan dan supervisi

seorang profesional; (4) adanya kemampuan untuk memelihara

identitasnya sebagai hamba Tuhan dalam peranannya sebagai konselor

dalam interpersonal relationship-nya dengan konseli; (5) adanya

kemampuan untuk mengolah dan memakai sumber-sumber yang

tersedia untuk mensukseskan pelayanan konselingnya; (6) adanya

pengertian yang benar tentang skop pertanggungjawabannya sebagai

konselor; (7) adanya disiplin dalam menggunakan perlengkapan-

perlengkapan konseling dalam batasan profesinya sebagai hamba

Tuhan, yang meliputi: penyusunan dan penyimpanan data dalam

sistem file yang rapi dan aman, sistem kerja yang jelas (short-term dan

long-term konseling, konseling formal maupun informal), tersedia

ruang konseling/kantor, tersedianya referals yang dapat dihubungi,

tidak melakukan diagnosa medis, psicho-test, eksperimen-eksperimen,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

pemberian resep obat-obatan dan hal-hal yang menjadi wewenang

profesional- profesional lain.

Seorang hamba Tuhan meskipun bukan konselor profesional,

sangat penting mengembangkan kemampuannya secara terus menerus

demi pelayanan yang bertanggung jawab. Ia harus menguasai teori

kepribadian dan psikologi pada umumnya, disiplin, memiliki relasi

yang luas terkait adanya referal, serta tahu batasan-batasan dalam

melakukan pendapingan maupun konseling.

2) Kecenderungan untuk melakukan pelayanan konseling tanpa tanggung

jawab

Adanya kemungkinan seorang konselor bersikap munafik (tidak

jujur terhadap dirinya) dan ketidak sediaannya memikul tanggung

jawab. Keputusan untuk menjadi hamba Tuhan adalah keputusan

untuk mengikuti teladan hamba Tuhan yang agung, yaitu Yesus

Kristus. Dia disebut hamba Tuhan bukan saja karena kotbahnya saja,

tetapi lebih karena penyerahan diri dalam kepatuhan yang total pada

Allah BapaNya dalam pelayananNya. Yaitu kerelaan untuk

mengorbankan diri demi keselamatan manusia (Rm. 5:7-8).

Sebagai konselor pastoral sekaligus hamba, ia juga dituntut untuk

bertanggung jawab atas pelayanan ini. Tanggung jawab tidak hanya

mengajar (kebenaran firman), lebih dari itu ia juga dituntut untuk

mampu mendemonstrasikan imannya, pengetahuanya, kematangan

pribadinya, keterampilannya, kesabarannya, dan sebagainya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

Adanya tuntutan yang sedemikian, sehingga membuat banyak

hamba Tuhan berusaha menghindar dari tanggung jawab ini. Yaitu

adanya sikap tidak jujur terhadap diri sendiri. Alasan yang membuat

mereka berbuat demikian adalah:

(1) Adanya ketidaksediaan hamba Tuhan untuk memikul beban

pelayanan yang melebihi dari apa yang ia sukai. Banyaknya role/peran

yang dijalaninya membuat seorang hamba memiliki sikap-sikap:

menikmati rutinitas, merasa sudah berfungsi, dan menikmati

ketergantungan.

(2) Adanya ketakutan pada keakraban. Sebagai hamba Tuhan/gembala,

ia perlu mengenal dan dikenal oleh domba-dombanya. Dalam relasi

dengan umat/konseli, ia juga menjadi model dan contoh yang nyata

bagaimana menjadi seorang yang percaya, bergumul dan mengalami

jalan keluar dalam persoalan-persoalan hidupnya. Pengalaman iman

secara pribadi merupakan unsur terpenting dalam keberhasilan

konseling pastoral. Untuk itu keakraban dalam relasi antara konselor

dan konseli tidak boleh diabaikan.

Kebutuhan untuk membina keakraban (will to relate) adalah

kebutuhan yang sangat fundamental dari setiap orang. Seperti

diungkapkan oleh Karl Meninger (Susabda, 1983:16):

“The establishment or re-establishment of relationship with follow


human beings is the basic architecture of normal life….to live, we
say is to love and vice versa”.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39

Bahkan C. Wyne seorang psychoanalyst (Susabda, 1983:16), juga

menekankan bahwa:

“movement into relationship with other human beings is a


fundamental principle or „need‟ of human existence…..man is
inherently object-related”.

Kebutuhan untuk membina keakraban dengan sesama merupakan

hukum dan perintah utama dari Tuhan sendiri (Mat.22:39). Hal itu

merupakan ciri utama yang menandai suatu kehidupan sebagai seorang

yang sudah diselamatkan. Tetapi sangat disayangkan bahwa ada

banyak orang kristen bahkan hamba Tuhan yang mencoba menghindar

dari interpersonal relationship demi terjadinya keakraban diantara

sesama. Gejala tersebut biasanya muncul akibat dari kegagalan

perkembangan diri dimasa lampaunya, mereka tidak menemukan

identitas pribadi dirinya. Tidak terpenuhinya kebutuhan dimasa

remajanya mengakibatkan kurang berani menghadapi keakraban

karena mereka belum mengenal dirinya sendiri. Ketakutan keakraban

juga mengakibatkan perasaan keterasingan.

Gejala-gejala dari ketakutan keakraban dan keterasingan antara

lain: ketidakmatangan emosi, miskin dalam kasih, takut dirugikan atau

dikecewakan, perasaan rendah diri, perasaan bersalah yang berlebih-

lebihan (guilt feeling), keramah tamahan dan basa basi, dan ringan

tangan ringan kaki.

Selain bersikap tidak jujur terhadap diri sendiri, sikap negatif lain

sebagai bentuk ekspresi pelayanan tanpa bertanggung jawab adalah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

sikap menolak tanggung jawab. Hamba Tuhan biasanya menyadari

bahwa konseling adalah pelayanan yang harus dilakukan. Sehingga

mereka yang tidak mau melakukan tugas ini biasanya memberi alasan-

alasan sebagai berikut ”saya tidak suka psikologi”, “konseling tidak

perlu dipelajari, pokoknya kan bisa kotbah, pelayanan lain tidak baik

juga tidak apa-apa”.

Jika mereka terpaksa melakukan pelayanan konseling, maka yang

terjadi adalah mereka melakukannya secara informality (informalitas).

Yaitu model pelayanan yang tanpa rencana, tanpa jam kantor, tanpa

formalitas, dan tanpa prosedur organisasi. Hal itu sebagai bentuk sikap

penyamaran akan hidup santai dan semaunya sendiri dalam pelayanan.

Gejala yang nampak dari pelayanan ini adalah mau cepat selesai,

diagnosa dan analisa yang berdasarkan intuisi semata-mata, menjadi

ilah/simbol Allah bagi konselinya.

Availability (membuat dirinya selalu mau dipakai). Sikap ini

sebenarnya positip dan menunjukkan sikap yang penuh tanggung

jawab seorang hamba Tuhan. Namun yang terjadi justru ada unsur-

unsur kepentingan untuk pemenuhan kebutuhan diri pribadi, yaitu

sebenarnya mau menolak tanggung jawab, kunjungan dan percakapan

yang tidak bermakna (mencari simpati, teman ngobrol, dan untuk

mendapatkan feeling of importance), serta ada kesengajaan

menciptakan suasana mutual manipulation (saling memanipulasi)

dalam hubungan dengan konselinya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

c. Suasana percakapan konseling yang ideal (conducive atmosphere).

Suasana percakapan yang ideal yang dimaksudkan bukanlah

sekedar suasana yang menimbulkan perasaan senang, nyaman, dan

enak, tetapi lebih dari itu. Karena suasana yang demikian memang

yang seharusnya diciptakan oleh seorang konselor dalam pelayanan

konselingnya. Unsur-unsur penting yang membantu terciptanya

suasana percakapan konseling yang ideal mencakup dua hal yaitu:

sikap penuh pengertian (understanding) dan memberi tanggapan yang

membangun (responding).

Sikap penuh pengertian (understanding) adalah sikap positip dan

terencana dari konselor yang diekspresikan melalui pemberian

kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk

mengekspresikan dirinya secara tepat. Dalam proses understanding,

seorang konselor/hamba Tuhan harus “empties himself”, yaitu sebuah

sikap menahan diri, mengontrol diri, mengosongkan diri, dan

menunggu saat yang tepat untuk mengekspresikan kebenaran-

kebenaran yang harus diketahui oleh konselinya. Sikap positip yang

terencana akan memberikan kesan yang positip dalam diri konseli.

Suasana yang menyenangkan, rasa bebas dari ketakutan (ketakutan

untuk dipersalahkan) dan rasa diterima sebagai satu individu yang

berharga, akan mendorong konseli untuk mengekspresikan dirinya

“internal frame of reference” (konsep-konsep pemikiran dan dunianya

yang selama ini tersembunyi).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

Understanding yang sejati terjadi jika konselor memiliki sikap

positip yang mencakup antara lain: empathy (empatic understanding),

acceptance, dan listening (effective listening). Empathy (empatic

understanding) adalah sikap positip konselor terhadap konseli, yang

diekspresikan melalui kesediaannya untuk menempatkan diri pada

tempat konseli, merasakan apa yang dirasakan konseli, dan mengerti

dengan pengertian konseli. Hal ini tidak secara otomatis dimiliki oleh

konselor sekalipun ia pernah mendapat pelatihan, maka unsur yang

utama yang harus dimilikinya adalah kasih agape, yaitu sikap hati

compassion (yang penuh belas kasihan) yang diekspresikan dalam

kerinduan untuk betul-betul mau menyelami dan mengerti konselinya.

Acceptance adalah kesediaan konselor untuk menerima keberadaan

konseli sebagaimana adanya.Yaitu sikap tanpa mengadili, tidak

melihat konseli berdasarkan pada kesalahan-kesalahan, kelemahan,

dan kegagalan, melainkan mampu memandang kehidupan konseli

secara utuh sebagai pribadi yang unik, yang persoalannya pantas

digumuli, dan kata-katanya pantas dipertimbangkan.

Acceptance dikembangkan oleh konselor karena ia sadar bahwa

dengan cara ini diharapkan menemukan inti persoalan yang sebenarnya

dan pada akhirnya memperoleh jalan untuk memecahkan persoalan

yang mengganggu hidupnya. Maka ia sadar bahwa konseli adalah

pribadi yang benar-benar terganggu dan mengalami persoalan; ada

pengalaman-pengalaman yang tidak disadari dan muncul defense


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

mechanism repression; memiliki subjektivitas; butuh orang yang

mengerti dan bisa dipercaya. Acceptance yang sejati akan memberi

peluang bagi konseli untuk melakukan tindakan dan langkah-langkah

konkrit tanpa menunggu sampai inti persoalannya ditemukan.

Listening (effective listening) adalah unsur yang utama dari

understanding. Yaitu kesediaan untuk mendengarkan secara

professional. Eugene Kennedy (Susabda, 1983:30), mengatakan bahwa

the best rapport (hubungan baik yang diharapkan muncul melalui

acceptance).

“….arises, not out of some direct effort to get along well with the
client but out or a simple and sincere effort to listen and hear
accurately what he or she has to say. Rapport automatically exist
when we are concerned enough about others not to worry about
whether they like us or not….”.
Konselor perlu memiliki sensivitas yang tinggi secara disiplin, agar

ia mampu menangkap apa yang dikatakan oleh konseli maupun

perasaan dibalik kata-kata, ekspresi wajah, dan tingkah lakunya.

Responding (Effective Responding)/memberi tanggapan secara

efektif adalah sikap yang sangat penting dari konselor yang

seharusnya tidak merusak bahkan ikut menciptakan suasana

percakapan yang condusive. Di dalamnya mengandung kehangatan,

dukungan, kemurnian sikap konselor, dan mampu memberi stimulus

dengan ide-idenya agar konseli mampu berpartisipasi secara aktif

dalam pelayanan konseling.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

d. Melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada

Tuhan dan mencapai tujuan itu dengan takaran, kekuatan dan

kemampuan seperti yang sudah diberikan Tuhan padanya.

Pelayanan konseling hamba Tuhan tidak berhenti pada pemecahan

masalah konseli, tetapi lebih dari itu seorang konselor perlu membantu

konseli untuk mengalami kepenuhan dalam hidupnya ”wholeness”

sebagai citra Allah.

Pelayan pastoral mengajak konseli melihat lebih dalam lagi tujuan

hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Hal itu

meliputi: melihat tujuan hidupnya secara Kristen yaitu bahwa

kebahagiaan tidak hanya untuk diri sendiri, ia diajak untuk melihat

tujuan yang lebih mulia yaitu memperkenankan hati Tuhan (Gal. 1:10);

melihat alkitab sebagai standart kebenaran yang mutlak untuk menilai

tingkah laku dan kebutuhannya; memakai sarana dan jalan yang sesuai

dengan iman Kristen dalam mencapai tujuan yang benar itu, melihat

tujuan hidupnya secara realistis, dan mencapai tujuan hidup yang

dicita-citakan dengan takaran dan kekuatannya sendiri. Jadi konseli

diajak untuk semakin memiliki arah dalam hidupnya, bertanggung

jawab dan mampu mengembangkan dirinya sesuai potensi yang

dimilikinya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

9. Teknik-teknik Konseling

Ada berbagai ragam teknik pendampingan/konseling, menurut Wilis

(2014:160-174) disebutkan sebagai berikut:

a. Perilaku attending

Perilaku attending disebut sebagai perilaku memperhatikan seorang

konselor kepada konseli. Perilaku ini mencakup: kontak mata, bahasa

badan, dan bahasa lisan. Komponen ini penting agar klien mampu

terbuka dan mudah berbicara dengan konselor. Attending yang baik

berdampak: meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana

yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.

b. Empati

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang

dirasakan oleh klien, merasa, dan berpikir bersama klien, bukan

untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan

Attending. Empati ada dua macam: a) empati primer (premary

emphaty), yaitu bentuk empati yang hanya memahami perasaan,

pikiran, keinginan, dan pengalaman klien. Tujuannya agar klien

terlibat dan terbuka dalam pembicaraan; b) empati tingkat tinggi

(advanced accurate emphaty) yaitu pemahaman konselor terhadap

perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien secara mendalam

dan menyentuh klien, sehingga membuatnya tersentuh dan terbuka

untuk mengemukakan isi hatinya yang terdalam, baik perasaan,

pikiran, pengalaman, termasuk juga penderitaannya. Dalam teknik


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

ini, konselor harus mampu: mengosongkan perasaan dan pikiran

egoistik, memasuki dunia dalam klien, melakukan empati primer

dengan mengatakan “saya dapat merasakan perasaan anda”, dan

melakukan empati tinggi dengan mengatakan “saya merasakan apa

yang saudara rasakan”, dan saya ikut terluka dengan pengalaman

anda itu”.

c. Refleksi

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali

kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai

hasil pengamatan terhadap perilaku verbal maupun nonverbal.

Refleksi mencakup refleksi perasaan, refleksi pegalaman, dan refleksi

pikiran.

d. Eksplorasi

Eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan,

pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini memungkinkan klien yang

bersikap tertutup menjadi bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan,

dan terancam. Sebagaimana refleksi mencakup tiga hal,dalam

eksplorasi juga yaitu: eksplorasi perasaan, eksplorasi pegalaman, dan

eksplorasi pikiran.

e. Menangkap pesan utama (paraphrasing)

Seorang konselor perlu menangkap pesan utama yang disampaikan

oleh klien mengenai ide, perasaan, dan pengalamannya. Kemudian

konselor menyampaikan kembali kepada konseli secara sederhana


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

agar konseli mampu memahaminya. Karena sering klien

menyampaikan ide, perasaan, dan pikirannya dengan cara berputar-

putar dan panjang, serta berbelit-belit. Tujuan paraphrasing adalah a)

meyakinkan konseli bahwa konselor ada dan memahami

perkataannya; b) mengendapkan dalam ringkasan; c) mengarahkan;

d) pengecekan kembali persepsi konselor tentang yang dikatakan oleh

konseli.

f. Bertanya untuk membuka percakapan (open question)

Kebanyakan calon konselor mengalami kesulitan dalam membuka

percakapan dengan klien. Untuk itu perlu dilatih keterampilan

bertanya dalam bentuk terbuka (open-ended) yang memungkinkan

munculnya pernyataan-pernyataan baru dari klien. Pertanyaan

terbuka yang baik dimulai dengan: apakah, bagaimana, adakah,

bolehkah, dapatkan. Sebaiknya dihindari menggunakan kata:

mengapa, apa sebabnya? Kata itu menyulitkan klien membuka

wawasannya.

g. Bertanya tertutup (closed questions)

Tujuan keterampilan bertanya tertutup adalah untuk mengumpulkan

informasi, untuk menjernihkan atau memperjelas sesuatu, dan

menghentikan omongan klien yang sudah menyimpang

jauh/melantur. Contoh pertanyaan tersebut misalnya: apakah, adakah,

dan harus dijawab dengan ya atau tidak.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

h. Dorongan minimal (minimal encouragement)

Upaya utama konselor agar konseli selalu terlibat dalam pembicaraan

dan dirinya terbuka (self-disclosing). Dorongan minimal adalah

dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang dikatakan klien.

Contohnya: oh…., ya…., terus…., lalu…, dorongan ini tepat

digunakan bila klien sudah kelihatan mengurangi ataupun

menghentikan pembicaraannya, kurang memusatkan pikiran dalam

pembicaraan, dan konselor ragu terhadap pembicaraan klien. Hal ini

dapat meningkatkan eksplorasi diri.

i. Interpretasi

Upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan

perilaku/pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori. Tujuan

teknik ini adalah memberikan rujukan, pandangan atau perilaku klien,

agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari

hasilrujukan tersebut.

j. Mengarahkan (directing)

Keterampilan konselor untuk mengajak dan mengarahkan klien

berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling. Misalnya:

menyuruh klien bermain peran dengan konselor, atau mengkhayalkan

sesuatu.

k. Menyimpulkan sementara (summarizing)

Saat periode waktu tertentu konselor bersama klien menyimpulkan

pembicaraan. Tujuan teknik ini adalah: a) memberi kesempatan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

kepada klien untuk mengambil kilas balik (feedback) dari hal-hal

yang dibicarakan; b) untuk menyimpulkan kemajuan hasil

pembicaraan secara bertahap; c) untuk meningkatkan kualitas diskusi;

d) mempertajam atau memperjelas fokus pada wawancara konseling.

l. Memimpin (leading)

Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau

menyimpang, maka konselor harus mampu memimpin arah

pembicaraan demi tercapainya tujuan. Sehingga klien mampu untuk

terfokus, dan arah pembicaraan fokus pada tujuan.

m. Fokus

Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui

perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan klien. Fokus

membantu klien terpusat pada pokok pembicaraannya. Ada beberapa

fokus yang dapat dilakukan konselor: a) fokus pada diri klien; b)

fokus pada orang lain; c) fokus pada topik; d) fokus mengenai

budaya.

n. Konfrontasi

Konfrontasi adalah teknik konseling yang menantang klien untuk

melihat adanya diskrepansi atau inskonsistensi antara perkataan dan

bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum

dengan kepedihan, dan sebagainya.

Tujuannya adalah agar klien mengadakan penelitian diri secara jujur,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

untuk meningkatkan potensi klien, untuk membawa kesadaran klien

adanya diskrepansi, konflik, atau kontradiksi dalam dirinya.

o. Menjernihkan (clarifying)

Menjernihkan adalah keterampilan untuk menjernihkan ucapan-

ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan.

Tujuannya agar: pasien menyampaikan pesannya secara jelas dengan

ungkapan kata-kata yang tegas, dan alasan-alasan yang logis; agar

klien menjelaskan,megulang, dan mengilustrasikan perasaannya.

p. Memudahkan (facilitating)

Memudahkan adalah keterampilan membuka komunikasi agar klien

dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,

pikiran, dan pengalamannya secara bebas, sehingga komunikasi dan

partisipasi dalam proses konseling berjalan efektif.

q. Diam

Diam amat penting dengan cara attending. Diam yang ideal

dilakukan antara 5-10 detik dan selebihnya bisa diganti dengan

dorongan minimal. Tujuan teknik ini adalah: menanti klien sedang

berpikir; sebagai protes bila klien ngomong berbelit-belit; menunjang

perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.

r. Mengambil inisiatif

Konselor mengambil inisiatif bila klien kurang bersemangat untuk

berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Tujuan teknik ini

adalah: mengambil inisiatif bila klien kurang bersemangat; jika klien


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

lambat berpikir untuk mengambil keputusan; dan jika klien

kehilangan arah pembicaraan.

s. Memberi nasihat

Pemberian nasihat dilakukan bila klien memintanya, meskipun

demikian seorang konselor perlu mempertimbangkan apakah perlu

atau tidak. Hal ini bertujuan agar tujuan konseling yakni

memandirikan klien tetap tercapai.

t. Pemberian informasi

u. Merencanakan

Menjelang akhir konseling, seorang konselor harus dapat membantu

klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program untuk

action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya.

v. Menyimpulkan

Pada akhir konseling konselor membantu klien untuk menyimpilkan

hasil pembicaraan yang menyangkut: perasaannya saat ini terutama

mengenai kecemasan; memantapkan rencana klien; pokok-pokok

yang akan dibicarakan selanjutnya.

10. Tahap- Tahap Layanan Konseling Pastoral

Untuk dapat memberikan layanan Konseling Pastoral, maka

konselor harus mengetahui tahap-tahap dan kekhasan dalam setiap tahap

tersebut.

Menurut Tu‟u (2007:72-81) ada beberapa tahap untuk dapat memberikan

layanan Konseling Pastoral yakni:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

a. Tahap Awal

Pada tahap ini konselor mendengarkan pergumulan pikiran atau

perasaan konseli (yang mengalami sakit). Apabila relasi konselor cukup

baik dengan konseli, pendampingan dapat diawali dengan berdoa

memohon rahmat/berkat Tuhan agar proses Konseling Pastoral yang

akan dilangsungkan (kemungkinan bisa terjadi dalam beberapa

pertemuan) dapat berlangsung dengan baik.

b. Tahap Inti

Pada tahap ini konselor berupaya menggali, mencari, menemukan

pokok-pokok akar masalah (dari pikiran/perasaan konseli) serta akibat-

akibat yang dihadapi konseli. Dalam tahap ini konselor perlu

mengembangkan percakapan dengan menggunakan model-model:

Respons Understanding (U), Respons Suportif (S), Respon Interpretatif

(I) dan Respon Evaluatif (E), dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Respons Understanding (U), berisi pemahaman dan pengertian,

maksudnya konselor mengungkapkan dengan kalimatnya sendiri

tentang pikiran/perasaan konseli. Respons Understanding ini sering

ada dimana-mana dalam konseling, sehingga dapat dikombinasi

dengan Rerspons SIE (Suportif, Interpretatif, Evaluatif).

b) Respons Suportif (S) isinya refleksi teologis, untuk mendukung,

menentramkan, meneguhkan, menghibur konseli. Respons ini sangat

berguna untuk merespons konseli yang mengungkapkan

kebimbangan, keragu-raguan, ketakutan, kekhawatiran, gelisah,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

resah, sedih, duka, putus asa, “merasa kecil”/”minder”, dan tidak

berdaya, bingung, kecewa, benci, dendam. Dalam percakapan pada

tahap ini perasaan konseli perlu ditanggapi konselor dengan

memberikan inspirasi teologis. Oleh karena itu konselor perlu

memiliki pemahaman yang berkaitan dengan ayat-ayat Kitab Suci

tertentu supaya dapat mendorong konseli keluar/membebaskan diri

dari rasa itu.

c) Respons Interpretatif (I), isinya refleksi psikologis bertujuan untuk

menafsir, menuntun, membimbing dan menerangkan. Intinya

mengajak konseli merenungkan pikiran/perasaan yang menjadi

problemnya dalam konteks pemikiran psikolog tertentu. Respons

Interpretatif (I) ini akan mengarah ke Respons Evaluatif (E) dan

Respons action (A).

d) Respons Evaluatif (E) isinya unsur psikologis dan teologis. Respons

ini berusaha mengevaluasi, menanggapi hal-hal yang baik dari

konseli, memberikan ide-ide, alternative-alternatif jalan keluar, atau

solusi.

c. Tahap Penutup

Pada tahap ini konselor berusaha untuk mengakhiri proses

Konseling Pastoral dengan Respons Action (A). Maksudnya, konselor

membantu konseli untuk membuat tindakan konret. Supaya proses ini

dapat berjalan baik, pentingnya memiliki kebiasaan berdoa perlu digaris

bawahi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54

11. Fungsi Konseling Pastoral

Pada umumnya para ahli setuju dengan Clebsch dan Jaekle

(Wiryasaputra:1999) menjelaskan bahwa, konseling pastoral mempunyai

empat fungsi yaitu:

a. Menyembuhkan (healing)

Seseorang yang sakit pasti ingin sembuh dan berpikir tentang obat

kimia yang bisa menyembuhkannya. Berapapun harganya mereka akan

berusaha asalkan ia bisa keluar dari rasa sakit yang menimpanya.

Dalam hal pendampingan pastoral, fungsi penyembuhan ini sangat

penting. Pemberian pelayanan konseling secara intensif, yang dipenuhi

dengan kasih sayang, empati, mendengarkan dengan sepenuh hati,

kepedulian, membuat seorang yang sakit mengalami sebuah

penerimaan dan rasa dipahami. Fungsi ini sangat penting untuk

menolong orang yang terluka akibat trauma ataupun mengalami luka

batin, dan juga rasa bersalah yang berakibat sakit pada psikis konseli.

Konselor membantu konseli agar mau terbuka dan membantu dia, agar

dia dapat kembali berfungsi seperti sedia kala. Jika memungkinkan doa

sesudah proses konseling juga turut membantu proses kesembuhannya.

b. Menopang (sustaining)

Konselor dihadapkan pada klien yang tiba-tiba mengalami krisis

yang mendalam, misalnya mereka yang mengalami kehilangan,

kemtian orang-orang yang dikasihinya, dan dukacita. Dalam situasi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

seperti itu konselor dimungkinkan untuk mendampinginya. Kehadiran

konselor akan menolong seseorang agar dapat bertahan pada

kondisinya itu apabila tidak mungkin dikembalikan kepada keadaan

semula. Dukungan berupa kehadiran dan sapaan yang meneguhkan,

serta sikap yang terbuka akan mengurangi penderitaan konseli.

c. Membimbing (guiding)

Fungsi membimbing ini muncul dalam usaha menolong konseli

untuk mengambil keputusan-keputusan mengenai hidupnya sendiri.

Konselor menolong orang agar orang dapat mengambil keputusan

yang realistik dan terbaik bagi masa depannya sendiri. Konselor

memberikan alternatif yang bertanggung jawab dengan egala

risikonya, sambil mengarahkan pada pilihan yang berguna baginya.

d. Memperbaiki hubungan (reconciling)

Setiap orang pasti merindukan adanya suasana yang aman, damai,

dan rukun diantara sesamanya, baik kelurga inti maupun saudara serta

orang-orang yang mereka kenal. Manusia adalah makhluk sosial,

apabila hubunganya dengan pribadi yang lain retak/mengalami

permasalahan, maka akan mempengaruhi situasi batin mereka. Hal itu

bisa mengakibatkan luka ataupun rasa bersalah dalam dirinya.

Konselor membantu klien menganalisa mana yang mengancam

hubungan dan membantu mencari alternatif untuk memperbaiki

hubungan tersebut. Maka fungsi ini sangat penting agar dapat

menolong klien untuk memulihkan hubungan yang retak/putus/rusak


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

terhadap orang disekitarnya.

Oleh Wiryasaputra (1999) ditambahkan satu fungsi lagi yaitu

mendidik/membina.

e. Mendidik/membina (educating/forming)

Dalam hal ini konselor menolong orang agar dapat

mengembangkan diri sedemikian rupa sehingga dia dapat menolong

dirinya sendiri dan bahkan jika perlu menolong orang lain di masa

datang.

12. Etika Pastoral dengan Kode Etiknya

Pembebasan dan penyembuhan menjadi tanda kedatangan kerajaan

Allah di dunia yang menghadirkan keselamatan (Mat.11:4-5).

Pembebasan dan penyembuhan sedemikian tak terbatas pada segi

kejasmanian, melainkan menyangkut manusia seutuhnya. Karya rumah

sakit katolik, yang merupakan salah satu ungkapan dan sarana gereja bagi

sesama yang menderita, memberikan kesaksian bagi penyembuhan dan

pembebasan.

Pada tahun 1978, MAWI telah menyampaikan dokumen “pesan

MAWI kepada karya kesehatan katolik”. Dengan pedoman ini gereja ingin

menyatakan bahwa pelayanan rumah sakit tetap dihargai dan didukung

serta diperlukan bagi rujukan pelayanan kesehatan primer. Pedoman ini

diharapkan menjadi landasan yang bermanfaat dalam upaya menciptakan

suasana yang mendukung dalam dimensi religious dan tanggung jawab

etis, membentuk hati nurani, menghormati martabat manusia,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

mengembangkan solidaritas bagi yang menderita, dan menjalankan proses

pengambilan keputusan yang mengindahkan segi-segi etis dan pastoral.

Pedoman Etis dan Pastoral Rumah Sakit 1987 pada butir terhadap

pendampingan pasien dalam pelayanan pastoral itu antara lain:

1. Kemajuan manajemen, ilmu dan teknologi kedokteran, betapapun

manfaatnya dapat disertai kekaburan nilai-nilai manusiawi.

Pendampingan pasien sebagai bagian pelayanan pastoral,merupakan

bagian hakiki Rumah Sakit Katolik berdasarkan ciri khas dan inspirasi

kristiani yang menjiwainya.

Meskipun tidak dengan sendirinya membawa kesembuhan, sentuhan

manusiawi dapat membuka jalan bagi hidup yang lebih berarti.

Perhatian pada pribadi pasien secara utuh, kehadiran dan

pendampingan yang memberikan dukungan, besar artinya dalam

membantu penyembuhan.

Pendampingan secara profesional dan manusiawi, membantu pasien

untuk menggali dan menemukan makna dalam hidupnya,

memunculkan harapan dan mengutuhkan kembali relasinya dengan

sang pencipta (butir 52).

2. Pendampingan pasien diarahkan agar penderita secara aktif dapat

mengembangkan sikap yang tepat terhadap diri dan penderitaannya.

Kunjungan pribadi, kesempatan berkomunikasi dan berdialog,

konsultasi dengan tenaga ahli, dan berbagai perhatian akan mengurangi

penderitaan pasien dan keluarganya. Perlakuan terhadap pasien sebagai


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

subjek, dengan keterbatasannya memungkinkan mereka lebih

menyadari makna hidupnya (butir 53).

3. Pendampingan terhadap orang yang akan meninggal dunia berarti

bantuan bagi seseorang menuju peralihan hidup di dunia kepada hidup

kekal. Hendaknya diusahakan agar menjelang kematian, penderita

tidak ditinggal sendirian. Diusahakan agar penderita didampingi oleh

keluarga, dokter, perawat, serta petugas agama yang dikehendaki

pasien. Penataan ruang jenasah seyogyanya mencerminkan harapan

kristiani dan suasana yang khidmad (butir 54).

4. Karena pendampingan pasien merupakan bagian yang hakiki dan

menjadi tanggung jawab bersama, maka siapa saja yang berhubungan

dengan pasien diharapkan mampu mengembangkan kerjasama sesuai

dengan perannya masing-masing. Pengamalan cinta kasih hendaknya

menjiwai masing-masing profesi dalam karya rumah sakit katolik.

Pembinaan sikap manusiawi dan kristiani dalam bentuk sikap

menghargai, peka dan tanggap terhadap situasi pasien menjadi

program penting (butir 55).

5. Agar tanggung jawab bisa terlaksana dengan baik oleh semua pihak,

maka perlu dibentuk tim pastoral yang bertugas (butir 56):

a. Membangkitkan dan memantapkan kesadaran, motivasi dan

tanggung jawab semua pihak untuk melaksanakan peran masing-

masing dalam pelayanan pendampingan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

b. Mengorganisasikan usaha pelayanan, agar terarah, terpadu,

bermutu, dan merata.

c. Mengembangkan lebih lanjut bentuk dan metoda pelayanan.

d. Menyelenggarakan kaderisasi dan penyegaran personil, agar lebih

mampu dan sanggup melaksanakan pelayanan pastoral.

e. Menyelenggarakan evaluasi tentang kegiatan pelayanan yang

dijalankan.

Sedangkan menurut Young dan Koopsen (2009: 47-48),

prinsip etis utama dalam perawatan spiritual bidang kesehatan

adalah:

1. Berbudi pekerti, yaitu kewajiban untuk melakukan apa yang benar.

Penggelola perawatan kesehatan diwajibkan untuk bertindak

dengan cara positip agar bermanfaat bagi pasien. Cara bertindak

yang positip akan menimbulkan kepercayaan yang tinggi antara

penyelenggara kesehatan dengan pasien, sehingga pasien merasa

terbantu dan tidak dirugikan (Mueller, dkk. 2001).

2. Tidak berperilaku buruk, yaitu perilaku yang tidak menimbulkan

keburukan pasien. Artinya bahwa para profesional perawatan

kesehatan harus menyelenggarakan perawatan spiritual sebagai

bagian dari seluruh perawatan, karena pengabaian perawatan

spiritual berdampak negatif pada pasien,dan pasien berpandangan

bahwa kesehatan spiritual dan fisik sama-sama penting (Mueller, at

al.2001)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

3. Otonomi, berarti membantu pasien sesuai dengan kebutuhan

spiritual mereka tanpa mempengaruhi apa yang diyakini oleh

pasien. Dalam arti lain bahwa tiap orang memiliki kemerdekaan

untuk menentukan hidup mereka sendiri (Burkhardt dan

Nathanael.1998, Purtillo. 1999). Lebih lanjut Lo (2000),

mengungkapkan bahwa orang mengharapkan mereka memiliki

kemampuan untuk menentukan pilihan hidup berpengaruh besar

dalam perawatan kesehatan. Otonomi berkaitan erat dengan konsep

tentang hati nurani yang dipenuhi informasi yang baik.

4. Kerahasiaan, merupakan prinsip etis yang menuntut seseorang

yang kepadanya dipercayakan informasi pribadi dan rahasia.

Kerahasiaan disebut dalam janji Nightingale untuk kelulusan

perawat: “dengan sekuat tenaga saya akan meningkatkan standart

profesi saya dan memegang teguh seluruh perkara pribadi yang

dipercayakan pada saya dan seluruh urusan keluarga yang saya

ketahui dalam praktik profesi saya (Thomas, 1997:1301)”. Lebih

lanjut Thomas (Young dan Koopsen. 2009:48), menyebutkan

bahwa kerahasiaan disebut juga dalam supah Hipokrates untuk

para dokter: “Apapun juga yang terkait dengan praktik profesional

saya, atau tidak dalam kaitan dengan ini, saya ketahui dan dengar,

dalam hidup manusia, yang harus tidak diketahui umum, saya tidak

akan mengatakan apapun, karena memandang semua itu harus

disimpan sebagai rahasia”.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

5. Dukungan, meliputi pemberian bantuan pada pasien untuk

melaksanakan otonomi. Dorongan menuntut peran serta

profesional perawatan kesehatan untuk menghormati martabat dan

kemerdekaan pasien dalam hubungan perjanjian seperti

dicontohkan oleh hubungan antara Tuhan dengan kaum beriman

(Salladay dan McDonnell. 1989:543). Lebih lanjut ia

mengungkapkan bahwa, penyelenggara perawatan spiritual yang

merupakan pendukung pasien harus mampu mengesampingkan

agenda pribadinya dan membantu pasien mencari makna hidup

selama masa penderitaan, frustasi, dan lemah.

Para pelayan pastoral dalam gereja katolik Roma tidak mempunyai

kode etik yang resmi. Kode etik tanggung jawab pelayanan profesional ini

sebagai usaha percobaan dan terbatas. Kode etik ini tidak hanya mencakup

kotbah, latihan-latihan konseling, pengaturan keuangan, penggajian dan

pemberhentian pegawai-pegawai, tugas-tugas administratif, dan wilayah-

wilayah lain yang mungkin dikenal para pelayan pastoral.

Gula (2009:229-244), mendasarkan kode etik ini pada kerangka

kerja teologis-etis dan dikembangkan dari posisi moral. Kode etik

pelayanan profesional antara lain:

1. Pembukaan

Gereja adalah komunitas kaum beriman yang dipersatukan bersama

oleh iman, harapan, dan kasih. Sebagai orang beriman yang telah

menerima sakramen baptis, semua mengambil tanggung jawab


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

meneruskan perintah Yesus di dunia ini yaitu mencintai Tuhan dan

sesama seperti dirinya sendiri. Kode etik ini hanya sebuah tawaran,

tidak ada paksaan ataupun sanksi bagi yang tidak melaksanakannya.

2. Kerangka teologis

Pelayanan pastoral adalah suatu panggilan dan suatu profesi.

Panggilan merupakan suatu tanggapan bebas terhadap penggilan

Tuhan di dalam dan melalui komunitas untuk mengabdikan diri dalam

kasih pelayanan terhadap sesama. Keyakinan bahwa manusia

diciptakan menurut citra Allah membangun keluhuran pribadi dan

kodrat sosial, sehingga menerima sesama bukan berdasarkan nilai

fungsional untuk kepentingan pribadi, lebih dari pada itu bahwa

menyalurkan anugerah-anugerah yang dimilikinya kepada sesamanya

adalah sebagai keharusan.

Yesus sebagai model pelayanan ini, sebagai murid yang dewasa

seorang pelayan pastoral hendaknya menghayati semangat gurunya

yaitu melaksanakan pelayanan pastoral secara inklusif dan menghayati

pelayanan ini sebagai sarana untuk pembebasan manusia demi

kepenuhan hidup semua orang karena mengalami anugerah ilahi.

3. Kekhasan ideal para pelayan pastoral

Watak dan keutamaan menunjukkan identitas setiap pribadi dalam

pelyanannya. Watak adalah himpunan tujuan, perilaku, dan alasan

yang memberikan arah bagi hidup kita. Sedangkan keutamaan-

keutamaan adalah keterampilan-keterampilan praktis yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

mengkaitkan kenyataan-kenyataan dan aspirasi-aspirasi dengan

tindakan-tindakan.

Keutamaan- keutamaan yang seharusnya dimiliki oleh seorang

pelayan pastoral adalah sebagai berikut:

a. Kesucian

Seorang pelayan pastoral sebagai pribadi yang menjembatani

kehadiran yang ilahi, maka hendaklah mengembangkan relasi yang

teguh dengan Allah Tritunggal. Dengan ciri sebagai berikut: hidup

terarah kepada Allah, rajin berdoa, dan memiliki kedisiplinan

rohani, terbuka pada Roh kudus.

Selain itu juga dinyatakan dalam pribadi yang asli, tidak defensif,

tidak memihak, luwes, menerima pengalaman-pengalaman dan

orang-orang yang berbeda, kesadaran diri yang kritis,

mengusahakan keseimbangan dalam hidupnya, dan keadilan dalam

hidup orang lain.

b. Cinta kasih

Cinta kasih sebagai bela rasa terhadap orang lain, harus dimulai

dengan self-care yang sesuai dengan diri sendiri,agar dapat

melayani secara bebas. Hal itu mencakup kesabaran dalam hidup

dengan orang lain dan mengusahakan kebaikan orang lain.

c. Kelayakan untuk di percayai

Keutamaan ini mencakup ungkapan: kesetiaan, kejujuran, keadilan,

kebenaran, kemurahan hati, dan kerendahan hati. Sebagai orang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

yang dipercayai hendaknya seorang pelayan pastoral dapat menjadi

tempat yang aman dan dapat memegang rahasia dalam komunikasi.

Ia juga mampu memperhatikan konseli, mampu menghargainya

dan tahu batas-batas fisik maupun emosional, menyampaikan hal

yang penting, mampu memenuhi komitmen-komitmennya, dan

terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya agar

semakin kompeten dan dipercaya.

d. Altruisme

Altruisme adalah sebuah pelayanan yang ditandai dengan

kemurahan hati. Pelayan yang murah hati mampu mengutamakan

kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri, bisa

didekati, menawarkan pelayanan secara inklusif, mampu berbagi

waktu dan bakat dengan orang lain, dan berusaha melindungi

keluhuran dan hak dasar setiap pribadi.

e. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan adalah hati yang mampu untuk memilah dengan

tajam. Ia juga memiliki ketelitian dalam melihat apa yang sedang

terjadi, mampu membedakan secara rinci,terbuka untuk belajar,

menanyakan pengertian dan bias dalam diri sendiri, mengambil

hasil yang mungkin, mengambil waktu untuk mendengarkan dan

hening dalam doa, memutuskan dan melaksanakan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

4. Kewajiban profesional

Seorang pelayan pastoral memiliki kewajiban profesional meliputi:

a. Kompetensi teologis

Seorang pelayan pastoral memberikan waktu untuk

mengembangkan pengetahuan teologis dan keterampilan

pastoralnya, baik studi secara pribadi maupun ambil pogram

profesional. Selain itu juga mengembangkan diri dengan

mengadakan refleksi teologis untuk memediasi makna sumber-

sumber kristiani.

b. Pelayanan kebutuhan umat untuk keselamatan

Pelayanan yang dilaksanakan dengan jalan memelihara kasih, yaitu

dengan mencintai Allah dan sesama sepereti diri sendiri.

c. Komitmen untuk kepentingan terbaik bagi sesama

Pelayan diharapkan menjadi pribadi yang mudah dihubungi dan

siap menolong; mampu menghargai keluhuran setiap pribadi tanpa

membeda-bedakan; memiliki kualitas pelayanan yang luwes,

fleksibel dan mampu melampaui batas.

d. Pemeliharaan diri

Pelayan berusaha memelihara hidup sehat baik secara fisik,

emosional, sosial, spiritual, maupun berusaha hidup sehat secara

moral dengan terlibat dalam kegiatan yang bersifat konfidensial,

supportif untuk mendapat nasihat dan dukungan untuk visi dan

nilai hidupnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

e. Penggunaan kuasa

Pelayan pastoral hendaknya berusaha menggunakan

kekuasaannya untuk menghargai keluhuran pribadi-pribadi yang

dilayaninya dan memberdayakan mereka; memiliki kediplinan diri

yang jelas dan tahu batas-batas dalam relasi dengan pribadi yan

dilayani.

f. Tanggung jawab

Pelayan pastoral berusaha untuk membatinkan dan melaksanakan,

serta bertanggung jawab terhadap kode etik yang menjadi standart

tugas pelayanannya.

5. Perilaku seksual

Pelayan pastoral hendaknya memberi kesaksian tentang kemurnian

baik sebagai kaum selibat, berkeluarga, maupun yang masih singgle

dalam semua jenis hubungan; ia juga harus menghindari perilaku-

perilaku menyimpang; bisa menjadi tempat yang aman untuk mereka

yang terluka, bertanggung jawab dan tahu batas-batas seksual dalam

relasi pastoral, berani menolak, bijaksana dan mampu mengendalikan

dalam memberikan sentuhan; peka terhadap dinamika diri maupun

yang dilayani; memiliki kesadaran akan dinamika seksual dalam relasi

pastoral yang sedang terjadi; berani terbuka untuk mencari dan

bertanya kepada yang lebih profesional mengenai batas-batas dan

tanggung jawab dalam pelayanan pastoral; berani melaporkan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

pelanggaran-pelanggaran tentang perilaku seksual dan adil terhadap

korban.

6. Konfidensialitas

Pelayan pastoral hendaknya menjaga semua informasi konfidensial

yang disampaikan kepadanya; mampu menahan diri terhadap gosip

yang salah, merendahkan martabat, mencemarkan nama baik,

melanggar dan berbahaya untuk nama orang lain.

B. Hakikat Pasien/orang-orang sakit

1. Definisi Pasien

Kamus Bahasa Indonesia edisi keempat tahun 2008, menyebutkan

bahwa pasien berarti orang sakit (yang dirawat dokter); penderita (sakit).

Jadi pasien berarti orang sakit/penderita yang dirawat oleh dokter. Ada tiga

macam pasien, yaitu: pasien dalam, pasien luar, dan pasien opname.

Pasien dalam adalah pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau

dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu/pasien yang dirawat

di rumah sakit. Pasien luar adalah pasien yang memperoleh layanan

kesehatan tertentu, tidak menginap di unit pelayanan kesehatan. Pasien

opname adalah pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan menginap

dan dirawat di rumah sakit. Jadi pasien adalah orang yang mengalami

keadaan diri (fisik) yang tidak nyaman. Keadaan tidak nyaman atau sakit

yang membuatnya tidak mampu atau terganggu dalam melakukan

aktifitasnya.

Abineno (1994:1-5), menyatakan bahwa seorang pelayan konseling


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

pastoral harus mengetahui situasi si pasien, yaitu situasi lahiriah dan

situasi batiniah. Situasi lahiriah adalah situasi tempat dan lingkungan

dimana orang sakit berada, hal ini sangat mempengaruhi perasaan pasien.

Apabila seseorang dirawat di rumah sakit, maka akan timbul perasaan

renggang dan rasa kesepian terutama bila mereka jarang dikunjungi.

Dalam situasi demikian mereka sangat berharap dikunjungi oleh

pastor/pendeta. Situasi rumah sakit tempat dan waktu yang diberikan

kadang mempersulit seorang pastor dalam mengadakan percakapan

pastoral. Hal itu terkait adanya kebutuhan pasien yang berbeda-beda.

Ada bermacam-macam kebutuhan pasien yaitu: ada yang

membutuhkan percakapan karena ia sedang mengalami kesepian dan

kebimbangan, membutuhkan bimbingan karena ia mengalami krisis-

percaya, ada yang membutuhkan penghiburan karena ia susah dan tidak

melihat jalan keluar, dan lain-lain. Adanya kebutuhan pasien yang

berbeda-beda, sehingga layanan pastoral juga harus diberikan secara

pribadi sebagaimana yang diharapkan oleh pastor.

Situasi batiniah adalah situasi orang sakit itu sendiri, terlepas dari

situasi yang di luar dirinya. Orang sakit adalah orang yang banyak atau

sedikit merasa bahwa ia dibuat menjadi pasif atau barang kali lebih baik;

dibuat menjadi non aktif terutama kalau dirawat di rumah sakit. Ia merasa

bahwa ia dengan rupa-rupa cara, misalnya diikat untuk waktu tertentu akan

menimbulkan banyak-sedikit harapan untuk sembuh, banyak-sedikit

kesulitan fisik, atau ketidak stabilan psikis. Maka sangat penting bagi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

seorang pelayan pastoral mempunyai pengetahuan tentang realitas yang

objektif dari si pasien (Abineno, 2014: 4).

Seorang pastor/pelayan pastoral perlu memiliki pengetahuan

tentang psikologi orang sakit, agar dapat menunaikan tugasnya dengan

baik. Pendekatan psikologis diterapkan sebagai persiapan untuk pelayanan

pastoral, pendekatan ini sebagai alat bantu agar mengerti dengan lebih baik

situasi pasien yang dilayaninya. Tidak semua pasien memerlukan

pendekatan psikologis, khususnya bagi pasien yang mendekati ajal. Dalam

situasi seperti ini biasanya seorang pelayan pastoral hanya berdoa dan

berharap pada Allah agar berkenan memberikan kata-kata yang tepat

padanya. Tugas hakiki seorang pelayan pastoral adalah melaksanakan

tugas yang dipercayakan Kristus kepadanya yaitu menjadi gembala yang

baik.

Tugas hakiki sebagai gembala yang baik adalah melakukan

kunjungan kepada orang sakit dan mengadakan percakapan dengan orang

sakit. Kunjungan kepada orang sakit merupakan pola pelayanan pastoral

yang benar. Lebih lanjut pelayanan ini bukan didasarkan atas kebaikan

ataupun keselamatan manusia, tetapi atas kehendak Allah. Maka dalam

memulai pelayanannya seorang pastor/pelayan pastoral harus terlebih

dahulu mendengarkan, baru sesudah itu berkata-kata dan berbuat. Dalam

mendengarkan orang sakit pelayan pastoral juga hendaknya lebih

mendengarkan Allah. Allah yang awalnya pribadi ketiga dan kemudian

menjadi yang pribadi pertama yang memimpin pelayanan pastoral.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

Mengapa demikian? Karena maksud terpenting dari pelayanan pastoral

terhadap orang sakit adalah hubungannya dengan Allah.

Lebih lanjut Abineno (2014:9), mengungkapkan bahwa yang

paling penting dalam pelayanan pastoral ialah pembebasan orang sakit.

Yang dimaksud dengan pembebasan disini bukan pertama-tama

pembebasan dalam arti psiko-somatis, meskipun itu juga yang

dimaksudkan. Tetapi lebih dari itu, justru ditengah-tengah penderitaan

berat yang si sakit tanggung dengan segala keterikatan daripadanya, si

sakit menunjukkan sikap percayanya pada Yesus Kristus, Tuhan dan Sang

Juruselamatnya, meskipun masih ada penderitaan psikosomatisnya yang

masih berlangsung.

Penyakit yang diderita oleh seseorang sangat mempengaruhi situasi

manusia, baik fisik maupun psikologis/kepribadiannya. Ada beberapa sifat

yang pada umumnya dialami oleh orang yang sakit, antara lain:

a. Orang sakit tergantung pada orang lain, ia tidak lagi berdiri sendiri

Orang yang sakit pada umumnya mempunyai kebutuhan untuk

diperhatikan lebih dari pada orang yang sehat. Mereka sangat

tergantung pada perawatan keluarga maupun perawat. Jika ia

membutuhkan sesuatu ia selalu meminta tolong pada orang yang ada

disekitarnya, ia menjadi seperti seorang anak kecil yang sangat

tergantung pada bantuan orang di sekitarnya.

Hal itu biasanya dialami oleh orang yang sakit berat dan dalam

waktu yang lama. Mereka akan mudah marah, bersungut-sungut, dan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

meminta perhatian yang lebih. Hal itu timbul karena mereka sudah

tidak berdaya dan merasa kesepian. Konselor harus mampu memahami

situasi yang demikian, dalam menangapi situasi yang demikian

diharapkan ia memiliki kemampuan interpersonal. Maka kehadirannya

mampu membuat klien tetap merasa diterima meskipun sikapnya tidak

terlalu menyenangkan.

b. Seorang sakit merasa ketakutan, yang pada hakikatnya adalah

ketakutan akan kematian.

Tiap-tiap penyakit mengandung unsur kematian. Seseorang yang

mengalami sakit baik secara sadar maupun tidak, ia mulai teringat akan

kematian. Seandainya tidak, ia akan berpikir “apakah saya akan tetap

kuat seperti sebelumnya?” Konselor sangat berperan dalam situasi

demikian, bukan pada pemberian nasihat tetapi lebih pada empati dan

mengarahkan pada pemikiran yang realistis.

c. Orang sakit mempunyai banyak waktu lowong, sehingga ia berpikir-

pikir dan bergumul.

Orang sehat biasanya sibuk dalam tugas-tugasnya, dalam

berorganisasi dan juga kegiatan-kegiatan lain yang mejadi hobbynya.

Namun saat sakit ia tidak lagi memiliki kemampuan yang demikian, ia

harus istirahat dan bahkan mendapat perawatan yang intensif.

Dalam keadaan yang demikian, orang yang sakit memiliki banyak

waktu luang. Situasi yang demikian, membuat orang yang sakit lebih

banyak berpikir tentang hidupnya, relasinya, dan mungkin cara


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

kerjanya selama ini. Hal ini bisa menjadi kesempatan yang berharga

apabila orang yang sakit mampu untuk memaknainya. Mereka akan

merasa bersyukur bahwa bisa mengalami istirahat dan lebih

menghargai kesehatan, serta memunculkan kesadaran baru untuk

sesuatu yang lebih baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya ada

pasien yang tidak sampai pada tahap pemaknaan, sehingga situasi sakit

membuatnya berpikir yang negatif atau malah menyalahkan diri. Maka

konselor dapat mendampingi mereka yang mengalami kemunduran,

agar mereka mampu memaknai pengalaman sakit secara positip.

2. Peranan Perawat dalam Perawatan Spiritual Pasien

Perawat merupakan orang pertama yang dekat dengan pasien. Hal

yang perlu dilakukan oleh perawat adalah membuat perencanaan. Langkah

pertama dalam perencanaan perawatan spiritual terhadap pasien adalah

melakukan asesmen kebutuhan. Hal itu bisa dilakukan secara formal

maupun non formal. Secara informal dapat dilakukan melalui interaksi

dengan pasien dan keluarganya.

Situs web JCHAO (Joint Commission for Acreditation of

Healthcare Organization), (O‟Brien. 2009:20), mengungkapkan bahwa

asesmen kebutuhan spiritual pasien dilakukan tidak hanya untuk

menentukan aliran maupun kelompok keagamaan, melainkan juga untuk

mengidentifikasi keyakinan dan praktik keagamaan maupun spiritual

pasien, terutama terkait dengan bagaimana praktik keyakinan iman itu

membantu pasien menghadapi penyakit atas tubuhnya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73

Sejumlah pertanyaan yang dapat diajukan: “siapa atau apa saja

yang menjadi daya dukung dan pengharapan pasien?”; “dukungan

spiritual/keagamaan macam apakah yang diinginkan pasien?”; “adakah

peran jemaat dalam kehidupan pasien?”; “bagaimana iman membantu

pasien menghadapi kondisi sakitnya?”.

Tanpa mengurangi peran penting pendamping rohani rumah sakit,

perawat harus menjadi orang pertama yang mengetahui praktik-praktik

dan kebutuhan spiritual pasien agar dapat menyelenggarakan suatu reksa

keperawatan holistik. Komunikasi yang baik antara perawat dan

pendamping rohani sangatlah penting, inilah gambaran ideal yang musti

terjadi. Maka sangatlah penting bagi pendamping rohani rumah sakit untuk

mengikuti pertemuan-pertemuan para perawat dan turut terlibat dalam

perencanaan perawatan kesehatan pasien yang holistik.

Perawat mestinya dapat menjembatani komunikasi antara pasien

dengan keluarganya maupun kelompok keagamaannya dengan

merekomendasikan suatu konseling dengan pelayan pastoral resmi jika hal

itu memberikan harapan yang menjanjikan.

3. Model Kesehatan Spiritual saat Sakit.

Menurut Travelbee (O‟Brien, 2009:49), titik pusat perhatian akan

masalah kesehatan adalah konsep tentang menemukan pemaknaan atas

pengalaman seseorang dalam menderita suatu penyakit. Lebih lanjut ia

mengungkapkan bahwa komponen inti dalam keperawatan tentang

kesehatan spiritual pada saat sakit adalah konsep menemukan makna


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

spiritual dalam pengalaman sakit. Dalam model konseptual, setiap orang

memiliki kemampuan menemukan makna spiritual dalam pengalamannya

bersama penyakit, yang dapat menuntunnya pada kondisi dimana pasien

justru secara spiritual dinyatakan sehat. Hal itu dipengaruhi oleh banyak

faktor, antara lain:

a. Persepsi seseorang tentang makna spiritual dalam pengalaman sakitnya

dipengaruhi sikap dan kebiasaan spiritual dan religius pribadi. Ini

terkait dengan iman personal, keyakinan akan Tuhan, kedamaian

dalam keyakinan spiritual religius, percaya akan kekuatan Tuhan,

kekuatan yang diperoleh dari iman pribadi, dan kepercayaan akan

penyelenggaraan Tuhan.

b. Kepuasan batin, hal ini meliputi: kepuasan dalam iman, rasa dekat

dengan Tuhan, berkurangnya rasa takut, rekonsiliasi, aman dalam cinta

Allah, dan keyakinan.

c. Kegiatan religius, hal ini meliputi: dukungan dari komunitas iman,

penguatan dalam iman, penguatan dalam ibadat, ajakan persekutuan

spiritual, konsolasi dari doa, dan komunikasi dengan Tuhan lewat

kegiatan religius.

Akibat dari sikap dan kebiasaan orang yang menemukan makna

spiritual dari penyakitnya, bisa mempengaruhi tingkat penyakitnya

yaitu tingkat kualitas fungsionalnya; dan dukungan sosial, seperti

dukungan keluarga, teman, para perawat/pemberi layanan; serta


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

peristiwa hidup yang membuat tertekan, seperti emosi, sosial budaya,

dan finansial.

Bagan 1. Model konseptual kesehatan spiritual saat sakit

Iman Pribadi Kondisi Buruk Kejadian


Hidup Karena Penyakit
YangMenekan
Keyakinan Akan Keberadaan Allah Tingkat Emosional
Kedamaian dalam Keyakinan Spiritual Kelemahan Sosiocultural
Percaya pada Kekuatan Tuhan
Fungsional Finansial
Kekuatan dari Iman Pribadi
Kepercayaan pada Penyelenggaraan Allah

Kepuasan Batin
Spiritual
Kepuasan akan Iman
Perasaan Dekat dengan Menemukan Kesehatan
Tuhan, Makna
Berkurangnya Rasa Takut Spiritual
Spiritual dalam
Rekonsiliasi, Saat Sakit
Pengalaman
Aman dalam Cinta Allah Sakit
Kesetiaan/Iman

Kegiatan Religius Dukungan Sosial


Dukungan Dari Komunitas Keluarga
Beriman Penguatan Saat Ibadah Teman
Ajakan Persekutuan Spiritual Pemberi Layanan
Konsolasi Dari Doa Perawatan
Komunikasi dengan Allah Lewat Kegiatan Religius
C. Kajian Penelitian yang Relevan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

C. Hakikat Evaluasi Program

1. Definisi Evaluasi Program

Stufflebeam (Arikunto dan Jabar, 2008:2), mengatakan bahwa

evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian

informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam

menentukan alternatif keputusan. Lebih lanjut Cronbach dan Stufflebeam

(Arikunto dan Jabar, 2008:5), mengemukakan bahwa evaluasi program

adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada

pengambil keputusan.

2. Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar, 2008:8-9), evaluasi evaluatif memiliki ciri-

ciri dan persyaratan sebagai berikut:

a. Proses kegiatan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku

bagi penelitian pada umumnya.

b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara

sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah

kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsur yang saling

berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari

objek yang dievaluasi.

c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang

dievaluasi,perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan

sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolok ukur sebagai perbandingan

dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk

mengambil kesimpulan.

e. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau

rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah

ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi

program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai

standar, kriteria, atau tolok ukur.

f. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata

secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum

terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan

dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator dari program

yang dievaluasi.

g. Standar, kriteria, atau tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu

bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat

diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.

h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara

rinci dan akurat, sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

3. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar ( 2008:2), tujuan dari evaluasi program

adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah

mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan subkomponen program

yang belum terlaksana dan apa sebabnya.

4. Manfaat Evaluasi Program

Adanya informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat

berguna bagi pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program

yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah

sebuah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan (decision

maker). Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan

berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:

a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut

tidak ada manfaatnya, tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai

dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan

bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan

memberikan hasil yang bermanfaat.

d. Menyebarkanluaskan program (melaksanakan program di tempat-

tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena

program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika

dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.

5. Langkah-langkah Evaluasi Program

Menurut Arikunto dan Jabar (2008:108-126), evaluasi program

dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

a. Tahap persiapan evaluasi program

Sebelum evaluasi program dilaksanakan seorang evaluator harus

melakukan persiapan secara cermat. Persiapan tersebut meliputi:

penyusunan evaluasi (terkait model yang akan diterapkan),

penyusunan instrumen evaluasi, validasi instrumen evaluasi,

menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi,

dan penyamaan persepsi antar evaluator sebelum pengambilan data.

b. Tahap pelaksanaan evaluasi program

Evaluasi program dapat dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu

evalusi reflektif, evalusi rencana, evalusi proses, dan evalusi hasil.

c. Tahap monitoring (pemantauan) evaluasi program

Tahap ini berfungsi untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan

program dengan rencana program, dan untuk mengetahui perubahan

positip sesuai yang diharapkan.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian tentang pendampingan pastoral care yang dilakukan oleh Ema

Hidayanti, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 2012.

Dengan judul penelitian “Pengaruh Pendampingan Pastoral Care

Terhadap Pelayanan Bimbingan Konseling Religius Bagi Pasien Rawat

Inap Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang”. Desain penelitian yang

digunakan adalah potret dengan mengeksplorasi pelaksanaan pastoral

care Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pastoral bagi pasien


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80

rawat inap di RS St. Elisabeth dilatar belakangi oleh semangat misionaris

katolik dan penerapan kesehatan holistik. Dalam pelaksanaan didukung

oleh SDM (sarjana Teologi/2 orang dan pastor) dan sarana prasarana yang

mendukung, serta ada evaluasi baik internal maupun eksternal.

2. Penelitian tentang pendampingan Pelayanan Rohani yang dilakukan oleh

Oo Suprana, Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Diponegoro Semarang, tahun 2009. Dengan judul penelitian “Analisis

Pengaruh Pelayanan Rohani Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang, tahun 2009”. Jenis

penelitian yang digunakan adalah observasional, jenis analisis deskriptif

dengan pendekatan cross sectional.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kemampuan

interpersonal pastoral baik (50,7 %) dan teknik konseling pastoral baik

(50,7 %), dan ketepatan waktu pelayanan pastoral baik (67,8 %). Hasil

analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kemampuan interpersonal dan teknik konseling terhadap kepuasan

pelayanan rohani pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto

Semarang (RSPWDC). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa

adanya pengaruh bersama-sama antara kemampuan interpersonal pastoral

dan teknik konseling pastoral terhadap kepuasan pelayanan rohani pasien

rawat inap RSPWDC Semarang.

Dari kajian teori di atas membuat peneliti tertarik untuk mengetahui

program layanan konseling pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

Blitar. Hal itu berfokus pada perencanaan, pelaksanaan, dan hasilnya.

Penelitian dilakukan dengan desain studi evaluasi terhadap program konseling

pastoral di Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

E. Profil Rumah Sakit

Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar, beralamat di Jl. A. Yani No. 18

Blitar-Jawa Timur. RSK Budi Rahayu Blitar memiliki luas tanah: 17.142 m2

dan luas bangunan: 9.232,80 m2. Oleh Kementerian Kesehatan RI, RSK Budi

Rahayu merupakan Rumah Sakit tipe C terakreditasi A, dengan status penuh

tingkat lengkap , dan tahapan 16 pelayanan. Jumlah tempat tidur 125 tempat

tidur, dan ada penambahan satu bangunan lagi untuk paviliun lima yang

sementara ini masih proses penyelesaian. Hal itu untuk menanggapi kebutuhan

masyarakat saat ini,yaitu untuk pelayanan tunjangan BPJS.

RSK Budi Rahayu memiliki Visi: Terwujudnya kasih Allah yang

menyelamatkan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna. Misi rumah

sakit: (1) Memberikan pelayanan kesehatan secara professional, utuh dan

bermutu dengan hati tulus dan penuh kasih; (2) Meningkatkan kualitas hidup

dan profesionalisme sumber daya manusia. Sedangkan Motonya adalah

”Committed to Life” (Berkomitmen pada kehidupan). Tujuan pelayanan di

RSK Budi Rahayu adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Nilai-nilai dasar yang dihidupi RSK Budi Rahayu, meliputi: (1) Love

(Cinta Kasih) yaitu mencintai Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan

segenap akal budi (vertical), dan mencintai sesama manusia seperti mencintai

diri sendiri (horizontal); (2) Integrity (integritas), yaitu konsisten antara apa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82

yang dikatakan/ dijanjikan dengan apa yang dibuat (terkandung nilai kejujuran

dan bisa dipercaya); (3) Friendship (persahabatan) yaitu selalu bekerjasama

dan saling mendukung satu dengan yang lain (terkandung nilai kesetiaan,

altruisme, menginginkan apa yang terbaik satu dengan yang lain, simpati dan

solider, kejujuran dan saling pengertian); (4) Empathy (empati) yaitu sikap

menempatkan diri (mengalami/menjadi seperti) seperti yang lain merasakan

keadaan emosional orang lain, mengambil perspektif orang lain dan mencoba

menyelesaikan masalah.

Filosofi RSK Budi Rahayu yaitu dengan dilandasi secara mutlak oleh

semangat kristiani, karya pelayanan kesehatan RSK Budi Rahayu

memandang, menerima, dan berusaha melayani penderita dan keluarga

sebagai manusia seutuhnya, baik jasmani dan rohani, individual dan sosial.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

F. Kerangka Pikir

Konseling Pastoral di RSK


Budi Rahayu Blitar

Studi Evaluasi
(Model CIPP)

Evaluasi Evaluasi Evaluasi Evaluasi


Konteks Input Proses Hasil

Perencanaan Pelaksanaan

1. Perencanaan PROSES
program
1. Jadwal pelaksanaan
2. Tujuan KP
3. Sasaran 2. Sasaran
4. SDM 3. Jumlah pertemuan
5. Sarana dan 4. Tahap-tahap KP
prasarana 5. Teknik konseling
6. Dana 6. Kerjasama
7. Metode KP 7. hambatan

HASIL
1. Dampak bagi pasien
2. Manfaatnya:
a. Bagi pasien
b. Bagi keluarga
pasien
c. Bagi RSK Budi
Rahayu Blitar
d. Bagi pelayan
pastoral
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, metode

pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi

evaluasi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berorientasi pada

fenomena atau gejala yang bersifat alami. Studi evaluasi adalah penelitian

yang bertujuan untuk menilai suatu organisasi/lembaga atau penyelenggaraan

konseling.

Menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif memiliki beberapa

karakteristik, antara lain: 1) Latar alamiah, 2) Manusia sebagai alat

(instrumen), 3) Analisis data secara induktif, 4) Teori dari dasar (grounded

theory), 5) Deskriptif , 6) Lebih mementingkan proses daripada hasil, 7)

Desain yang bersifat sementara, 8) Hasil penelitian dirundingkan dan

disepakati bersama.

Menurut Arikunto (2008:2), evaluasi adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya

informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam

mengambil sebuah keputusan.

Model evaluasi program yang diterapkan dalam penelitian ini adalah

model CIPP (conteks, input, process, and product). Model evaluasi CIPP

84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85

biasanya diterapkan dalam evaluasi program pembelajaran di dunia

pendidikan. Evaluasi model CIPP yaitu sebuah pendekatan yang berorientasi

pada pengambilan keputusan (a decision oriented evaluation approach

structured).

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan model CIPP untuk

penelitian di bidang kesehatan. Hal itu dilakukan dengan cara memodifikasi

model CIPP di dunia pendidikan ke dunia kesehatan yaitu program konseling

pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar. Model CIPP yang biasanya diterapkan

pada evaluasi program pendidikan, tetapi juga bisa diterapkan dalam dunia

kesehatan/konseling Pastoral.

CIPP Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 53), mendefinisikan bahwa

evaluasi sebagai “the process of delineating, obtaining, dan providing useful

information for judging decision alternative”. Ada tiga hal yang ditekankan

dari definisi ini, yaitu: 1) evaluasi merupakan proses sistematis yang terus

menerus; 2) proses ini terdiri atas tiga langkah, yaitu: a) menyatakan

pertanyaan yang menuntut jawaban dan informasi yang spesifik untuk digali,

b) membangun data yang relevan, dan 3) menyediakan informasi akhir

(kesimpulan) yang menjadi bahan pertimbangan mengambil keputusan; 3)

evaluasi memberikan dukungan pada proses mengambil keputusan dengan

memilih salah satu alternatif pilihan dan melakukan tindak lanjut atas

keputusan tersebut.

Lebih lanjut Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 54), berpendapat bahwa

evaluasi seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki (to improve) bukan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86

untuk membuktikan (to prove). Dengan demikian evaluasi seharusnya dapat

membuat suatu perbaikan, meningkatkan akuntabilitas, serta pemahaman yang

lebih mendalam mengenai fenomena.

Stufflebeam (Badrujaman, 2011: 54), menyatakan bahwa evaluasi dibagi

menjadi empat tahapan, yaitu:

1. Evaluasi konteks (context evaluation)

Evaluasi konteks adalah upaya untuk mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan suatu objek, seperti institusi, program, populasi target, atau

orang, dan juga untuk menyediakan arahan untuk perbaikan. Selain itu

evaluasi ini juga bertujuan untuk melihat apakah tujuan yang lama dan

prioritas terhadapnya telah sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya

dilayani.

Pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks,

yaitu (Arikunto, 2008: 46):

a. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program?

b. Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai oleh

program?

c. Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mengembangkan

masyarakat?

d. Tujuan-tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai?

2. Evaluasi input (input evaluation)

Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk membantu

menentukan program yang membawa pada perubahan yang dibutuhkan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87

Yang menjadi fokus masalah dalam evaluasi ini adalah apakah strategi

yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah tepat. Tujuan evaluasi

ini adalah untuk mengidentifikasi dan menelaah kapabilitas sistem,

alternatif strategi program, desain prosedur dimana strategi akan

diimplementasikan. Input dalam bimbingan dan konseling dapat berupa

sumber daya manusia dan sarana yang mendukung (keuangan, ruangan,

peralatan/komputer, sofware, serta media bimbingan).

Menurut Stufflebeam (Arikunto, 2008: 47), pertanyaan yang

berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang

mendorong diselenggarakan program yang bersangkutan. Contoh

pertanyaan:

a. Apakah layanan pastoral konseling yang diberikan berdampak jelas

bagi pasien?

b. Berapa orang yang suka/senang terhadap layanan ini?

c. Bagaimana reaksi pasien terhadap sakit dan kehidupannya setelah

menerima layanan konseling pastoral?

3. Evaluasi proses (process evaluation)

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat

apakah pelaksanaan program sesuai dengan strategi yang telah

direncanakan. Lebih lanjut Stufflebeam (Badrujaman, 2011:56),

mengatakan bahwa evaluasi proses merupakan pengecekan yang

berkelanjutan atas implementasi perencanaan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88

Evaluasi proses bertujuan untuk mengindentifikasikan dan

memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam desain

prosedur dan implementasinya. Selain itu juga untuk menyediakan

informasi sebagai dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan

menilai prosedur kegiatan dan peristiwa.

Pertanyaan yang diusulkan oleh Stufflebeam (Arikunto, 2008:47),

meliputi:

a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?

b. Apakah staff yang terlibat di dalam pelaksanaan program akan

sanggup menanggani kegiatan selama program berlangsung dan

kemungkinan jika dilanjutkan?

c. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara

maksimal?

d. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan

program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?

4. Evaluasi produk (product evaluation)

Evaluasi produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur,

menginterpretasikan, dan menilai pencapaian program. Selain itu untuk

mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap luaran (outcome) dan

menghubungkan itu semua dengan objektif, konteks,input, dan informasi

proses, serta untuk menginterpretasikan kelayakan dan keberhargaan

program.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89

Pertanyaan-pertanyaannya meliputi:

a. Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?

b. Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan

antara rincian proses dengan pencapaian tujuan?

c. Dalam hal-hal apakah berbagai kebutuhan klien sudah dapat dipenuhi

selama proses pemberian layanan konseling pastoral?

d. Apakah dampak yang diperoleh klien dalam waktu yang relatif lama

dengan adanya program layanan konseling pastoral?

Sebuah program akan dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi

kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Mutrofin dan Hadi (Badrujaman, 2011: 64),

menjelaskan bahwa kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap basis

penting untuk melakukan riset evaluasi pada program tersebut. Lebih lanjut ia

menegaskan bahwa hal itu senada dengan apa yang disampaikan oleh Winkel dan

Hastuti, bahwa kriteria adalah patokan dalam evaluasi program. Berikut tabel

kriteria evaluasi program dari keempat aspek desain evaluasi model CIPP:

Tabel 1. Kriteria Evaluasi Konseling Pastoral

Aspek Indikator Kriteria


Perencanaan program Program memenuhi kebutuhan rohani
pasien: kegiatan mausiawi; konseling/
Konteks pendampingan; siaran radio;
perpustakaan; pelayanan doa dan
sakramen-sakramen; dan pelayanan
kerohanian melalui radio/audio.
Konselor/petugas Terdapat Pastor, suster, tenaga pastoral
pastoral
Jam kerja 07.00-14.30
Dukungan keuangan Terdapat rencana anggaran
Ruangan Terdapat ruang konseling yang nyaman
Sarana dan prasarana Tersedia sarana yang mendukung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90

Inputs pelayanan rohani (konseling pastoral)


Media Media yang menarik dan menginspirasi
Metode pelayanan Kunjungan setiap hari kepada semua
pastoral pasien tanpa memandang suku, agama,
ras dan layanan konseling bagi pasien
yang membutuhkan.
Keterlaksanaan Program terlaksana
program
Waktu pelaksanaan Sesuai rencana
Pemberian layanan Pasien merasa puas atas layanan rohani
pastoral yang disediakan rumah sakit
(pendampingan dan
Proses konseling )
Penggunaan media Pasien dan keluarga merasa terhibur,
layanan rohani serta memperoleh peneguhan.
Penggunaan metode Pasien terlibat dan mau terbuka
pelayanan pastoral terhadap layanan konseling pastoral
Ketercapaian layanan Pasien merasakan dampak positif dari
konseling pastoral layanan yang diperolehnya
(kesembuhan, peneguhan, motivasi,
makna hidup)
Hasil/ Tujuan layanan Pasien mengalami perubahan (dari
produck tercapai situasi bergumul menuju penemuan
makna dalam hidupnya)
Membangkitkan potensi pasien agar
mampu mengambil keputusan.

Setelah membuat kriteria evaluasi, maka langkah berikutnya adalah

menyusun tabel perencanaan evaluasi. Adapun tabelnya sebagai berikut:

Tabel 2. Tabel Perencanaan Evaluasi

Aspek Indikator Sumber Data Teknik


Pengumpulan
Data
Konteks Perencanaan program Dokumen Program Studi dokumen
Pastoral Care (PC)
Konselor/petugas Petugas PC, Wawancara
pastoral Suster SSpS
Jam kerja Dokumen Program Wawancara dan
PC studi dokumen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91

Dukungan keuangan Petugas PC Wa wancara


Ruangan Ruangan PC Observasi
Inputs Sarana dan prasarana Petugas PC Wawancara dan
observasi
Media Majalah dinding Wawancara dan
observasi
Metode pelayanan Program Konseling Studi dokumen,
pastoral Pastoral RSK Budi Wawancara dan
Rahayu Observasi
Keterlaksanaan Kepala unit PC, Wawancara dan
program Suster SSpS, dokter, observasi
staff PC, dan
perawat
Waktu pelaksanaan Staff PC, dokter, Wawancara dan
perawat dan Suster observasi
Proses Pemberian layanan Staff PC, dokter, Wawancara dan
pastoral perawat dan Suster, observasi
(pendampingan dan serta pasien dan
konseling ) keluarganya
Penggunaan media Staff PC, perawat, Wawancara dan
layanan rohani dan pasien observasi
Penggunaan metode Staff PC, perawat, Wawancara dan
pelayanan pastoral dan pasien observasi
Ketercapaian layanan Staff PC, Suster, Wawancara
konseling pastoral Perawat, dokter, dan
pasien
Hasil/ Tujuan layanan Staff PC, Suster, wawancara
produck tercapai Perawat, dokter,
pasien dan
keluarganya

Penelitian kualitatif dengan desain evaluasi dimaksudkan untuk menilai

keterlaksanaan layanan konseling pastoral di rumah sakit Budi Rahayu Blitar. Hal

ini berfokus pada perencanaan, proses pelaksanaan, dan hasil layanan konseling

pastoral bagi pasien, keluarga pasien, dan bagi pihak rumah sakit. Analisis

kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk memperkaya informasi mengenai

aspek produk.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur. RSK

Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur merupakan rumah sakit katolik satu-satunya

yang berada di kota itu. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe C, yang

terakreditasi A tingkat lengkap.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, tahap pertama dilaksanakan

pada tanggal 28 Mei-23 Juni 2015 dan tahap kedua dilaksanakan pada tanggal

28 Juli-04 Agustus 2015.

C. Responden Penelitian

Responden penelitian terhadap pelaksanaan pelayanan konseling pastoral

di rumah sakit, dengan sumber data: pasien, perawat, dokter, Romo, majelis

dan konselor Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur. Berikut

adalah daftar jumlah responden penelitian yang manjadi sumber data.

Tabel 3. Daftar Jumlah Responden Penelitian.

No. Responden Agama (L/P) Jml Keterangan


1. Suster Biarawati Katolik/P 1 Sebagai ketua PKRS dan
SPI RSK Budi Rahayu
2. Dokter 2 Katolik/L 3 Satu sebagai Wakil
1 Kristen/L direktur RSK Budi Rahayu
Blitar, dua sebagai dokter
umum.
3. Romo Paroki Katolik 1 Romo Paroki St. Yusuf
Blitar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93

4. Perawat 3 Katolik/P 6 Kepala Ruangan/KR


2 Islam/P masing-masing pavilion
1 Kristen/P (5), dan 1 wakil KR
pavilion.
5. Petugas PC Katolik/P 1 Staff PC
6. Majelis Kristen/L 1 Tenaga Sukarela
7. Pasien Katolik/L& P 2 Pasien rawat inap
8. Keluarga pasien Katolik 1 Suami pasien rawat inap

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Adapun teknik yang dipakai dalam pengumpulan data oleh peneliti

meliputi: wawancara mendalam, studi dokumentasi, observasi partisipatif,

dan gabungan ketiganya atau trianggulasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberi jawaban atas

pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan

oleh Lincoln dan Guba (Moleong, 2012:186), antara lain:

mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan;

mengkonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami

masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang

diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi,

mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94

baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi,

mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh

peneliti sebagai pengecekan anggota.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan juga

respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara

terstruktur maupun tidak terstuktur (Sugiyono, 2013:194-197)

Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2013:194) menggemukakan bahwa

anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan

metode wawancara (interview) adalah sebagai berikut:

a. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

sendiri.

b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah

benar dan dapat dipercaya.

c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh peneliti.

Peneliti melakukan wawancara kepada responden secara

terstuktur, sekaligus tidak terstukur. Wawancara ini diikuti dengan

pertanyaan tambahan untuk menggali lebih dalam jawaban

responden.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95

b. Observasi partisipatif.

Observasi partisipatif adalah peneliti melakukan pengamatan, ikut

terlibat melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipatif ini maka data

yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada

tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Observasi partisipatif dapat digolongkan menjadi empat golongan,

yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang

dan tersamar, dan observasi yang lengkap. Manfaat observasi menurut

Patton dalam Nasution (Sugiyono, 2013:313), adalah sebagai berikut:

1) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu

memahami konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan

dapat diperoleh pandangan yang holistic atau menyeluruh.

2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,

sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan

induktif,jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan

sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan

melakukan penemuan atau discovery.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau

tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam

lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak

akan terungkap dalam wawancara.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96

4) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya

mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-

kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi social yang diteliti.

Adapun tahapan observasi menurut Spradley (Sugiyono, 2013:315),

meliputi tiga tahapan yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus,

3) observasi terseleksi. Tahap observasi deskriptif adalah tahap dimana

seorang peneliti melakukan penjelajahan secara umum, menyeluruh, dan

melakukan dekripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Observasi ini disebut juga sebagai grand tour observation, dan peneliti

menghasilkan kesimpulan pertama; setelah melakukan grand tour

observation, maka peneliti menfokuskan pada aspek tertentu dari apa yang

dideskripsikan; kemudian menguraikan fokus yang ditemukan, sehingga

datanya lebih rinci.

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal-hal penting yang seharusya

dimiliki oleh peneliti adalah: validasi pemahaman metode penelitian

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan

kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik

maupun logistiknya.

Nasution (Sugiyono, 2013:306), menyatakan bahwa dalam

penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97

sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, focus penelitian,

prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang

diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas

sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang

penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,

tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-

satunya yang dapat mencapainya.

Peneliti sebagai instrumen utama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap stimulus dari lingkungan;

sebagai alat yang dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan

dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; tiap situasi

merupakan keseluruhan; melibatkan interaksi manusia; sebagai instrument

dapat segera menganalisis data yang diperoleh; dapat mengambil

kesimpulan; respon yang aneh, menyimpang justru diberi perhatian.

Tabel 4. Pedoman wawancara responden

No Aspek Responden Pertanyaan


1. Perencanaan 1. Kepala 1. Adakah program perencanaan
(Kepala Bagian Unit layanan Konseling Pastoral (KP)
bagian PC) Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar?
Care (PC) 2. Jika ada program perencanaan,
2. Staff PC apa saja kegiatannya?
3. Siapa sasarannya?
4. Siapa saja yang terlibat dalam
layanan KP?
5. Adakah sarana dan prasarana
yang mendukung?
6. Metode pelayanannya seperti
apa?
2. Pelaksanaan 1. Staff PC (1) 1. Apakah program layanan KP di
2. Dokter (1) rumah sakit katolik Budi Rahayu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98

3. Suster SSpS Blitar-Jawa Timur berjalan sesuai


(2) rencana?
4. Perawat (5) 2. Adakah jam khusus pemberian
5. Romo layanan pastoral care? Dapatkah
Paroki (1) dijelaskan alasannya mengapa
6. Majelis (1) memilih jam tersebut?
3. Sudahkah sasaran utama
pelayanan konseling pastoral
tercapai?
4. Berapa banyak sesi konseling
pastoral dianggap selesai?
Adakah patokan suatu sesi
konseling dianggap selesai?
5. Dapatkah diceritakan bagaimana
proses/langkah-langkah
pemberian layanan KP di RSK
Budi Rahayu Blitar?
6. Dapat diceritakan teknik-teknik
komunikasi yang digunakan
untuk mengungkap masalah,
menganalisis, dan membantu
menyelesaikana masalah?
7. Adakah kerjasama antara petugas
KP dengan tim medis?
8. Hambatan-hambatan apa yang
ditemukan dalam melaksanakan
pastoral care?
9. Adakah hal-hal yang mendukung
pelaksanaan konseling pastoral?
7. Hasil 1. Romo Bagaimana hasil pelayanan KP di
2. Dokter RSK Budi Rahayu?
3. Staff PC a. Apa saja dampak/pengaruh
4. Suster SSpS layanan konseling pastoral bagi
5. Perawat pasien?
6. Majelis b. Apakah layanan KP ini
7. Pasien bermanfaat bagi pasien?
8. Suami c. Selain bagi pasien, apakah
pasien layanan ini juga bermanfaat bagi
keluarga pasien, dokter dan tim
medis, dan pelayan pastoral, serta
RSK Budi Rahayu Blitar?
d. Setelah merasakan manfaat
layanan KP, adakah usul dan
harapan yang disampaikan?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99

Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara secara

mendalam kepada pasien untuk mendapatkan data yang mendalam pula.

Wawancara berfokus pada fungsi layanan konseling pastoral bagi orang

sakit yang mencakup lima aspek, yaitu:

Tabel 5. Pedoman Wawancara kepada Pasien

No. Aspek Pertanyaan


1. Menyembuhkan 1. Bagaimana perasaan anda hari ini, apakah
(healing) lebih baik dari hari kemarin?
2. Sudah berapa lama menginap di rumah
sakit ini?
3. Apakah sudah ada petugas pastoral care
yang pernah datang sebelumnya? Jika
sudah, bagaimana perasaan anda terhadap
layanan tersebut?
4. Bagaimana menurut anda, apakah layanan
tersebut bermanfaat untuk anda dan
keluarga anda? Bersediakah anda
menceritakannya?
5. Apakah layanan tersebut membantu proses
penyembuhan anda? Bagaimana ceritanya?
2. Menopang 1. Apakah kehadiran petugas PC mengganggu
(sustaining) atau bermanfaat bagi anda?
2. Apakah anda merasa terdukung dengan
kehadiran mereka?
3. Membimbing 1. Informasi-informasi yang diberikan kepada
(guiding), anda apakah dapat membantu anda untuk
menolong orang semakin memahami diri anda? Bagaimana
agar orang dapat apakah anda merasa lebih baik saat ini?
mengambil 2. Kira-kira informasi apa yang anda
keputusan yang butuhkan saat ini?
realistik dan terbaik 3. Apakah dengan informasi yang kami
bagi masa depan- berikan, keterbukaan anda dan dialog yang
nya sendiri. kita lakukan membuat anda berani
mengambil keputusan yang tepat bagi masa
depan anda?
4. Sepulang dari rumah sakit, apa rencana
anda selanjutnya?
5. Apakah keluarga anda juga merasakan
perubahan yang terjadi pada anda?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100

6. Apakah anda merasakan pencerahan dari


dialog kita bersama? (pertanyaan untuk
keluarga pasien)
4. Memperbaiki 1. Baiklah kita melihat kembali, bagaimana
hubungan relasi anda dengan keluarga selama sakit
(reconciling): ini. Mengingat perhatian, ketulusan, dan
menolong untuk kebaikan orang-orang disekitarnya.
memulihkan Bagaimana perasaan anda saat ini?
hubungan yang 2. Apakah anda merasa bahwa hubungan anda
retak/putus/rusak dengan keluarga dan para sahabat lebih
baik sekarang ini?
3. Apa rencana anda selanjutnya setelah
sembuh dan kembali ke rumah?
5. Mendidik/membina 1. Bagaimana sudah siap untuk pulang?
(educating/forming) Bagaimana perasaan anda saat ini?
2. Apa yang hendak anda lakukan ketika sehat
nanti (untuk diri anda, keluarga, ataupun
orang disekitar anda)?
3. Apakah dari pertemuan PC yang beberapa
kali ini membuat anda semakin mengenal
kemampuan/kehebatan diri anda?
4. Bagaimana pandangan anda mengenai
layanan ini, apakah membantu
perkembangan diri anda?

Tabel 6. Pedoman Observasi

Hari/Tgl Pukul Aspek Hasil pengamatan


1. Perencanaan KP
a. Sasaran
b. Petugas
c. Ruangan
d. Sarana-prasarana
e. Media
f. Metode program KP
2. Pelaksanaan KP
a. Jadwal pelaksanaan
KP
b. Penggunaan metode
KP
3. Hasil KP
a. Dampak/perubahan
yang dialami pasien
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101

E. Keabsahan Data (trustworthiness)

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria tertentu.

Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability) (Moleong, 2012:324).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria kepastian. Kriteria

kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif.

Nonkualitatif menetapkan objektifitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Jadi

penemuan dikatakan objektif atau tidak, bergantung pada persetujuan

beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang.

Dikatakan objektif , apabila penelitian tersebut disepakati oleh beberapa atau

banyak orang.

Menurut Scriven (Moleong, 2012:326), unsur kualitas pada konsep

objektivitas mengandung pengertian bahwa hasil temuan objektif bila dapat

dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Hal ini lebih menekankan pada hasil

data, bukan pada orangnya. Penelitian ini diakui keabsahannya bila penemuan

peneliti sesuai apa yang yang terjadi di lapangan dan sesuai data yang ada.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi data. Menurut

Sugiyono (2013:330), trianggulasi data adalah teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada. Tujuan dari trianggulasi bukan semata-mata untuk

mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia

sekitarnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102

Trianggulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi

teknik dan trianggulasi data. Trianggulasi teknik adalah peneliti menggunakan

teknik penggumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama. Hal itu melalui wawancara mendalam, observasi

partisipatif, dan dokumentasi; trianggulasi sumber adalah penggumpulan data

dengan menggunakan teknik yang sama dari sumber yang berbeda-beda.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (Sugiyono, 2013:334), analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain; menurut

Susan Stainback (Sugiyono, 2013:336), analisis data merupakan hal yang

kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami

hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan

dievaluasi. Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara

berpikir. Analisis adalah untuk mencari pola.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103

Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman

(Sugiyono, 2013:337-345) meliputi:

1. Data reduction (Reduksi data)

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta

membuang yang tidak perlu.

2. Data Display (penyajian data)

Penyajian data dilakukan untuk memudahkan dalam memahami apa yang

terjadi dan menyusun pola sebuah penelitian. Hal itu bisa berupa uraian

singkat, bagan, dan hubungan antar kategori.

3. Verification (penarikan kesimpulan)

Penarikan kesimpulan adalah langkah ketiga dalam analisis data penelitian

kualitatif. Kesimpulan diawal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan diawal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten

saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Hal ini

mengacu pada rumusan yang dibuat oleh peneliti.

A. Hasil Penelitian

Ada pun penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perencanaan, proses

pelaksanaan dan hasil layanan konseling pastoral di rumah sakit katolik Budi

Rahayu Blitar.

1. Perencanaan Layanan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Perencanaan layanan konseling pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

dilaksanakan berdasarkan visi dan misi rumah sakit. Selain itu, perencanaan

layanan konseling pastoral sejalan dengan KWI tahun 1987 yaitu memberi

perhatian kepada pasien sebagai pribadi yang luhur dan bermartabat.

Perhatian yang diberikan kepada pasien sebagai pribadi yang luhur dan

bermartabat, dapat diwujudkan melalui sentuhan manusiawi dan juga secara

rohani. Dengan sentuhan yang diberikan oleh pelayan pastoral, diharapkan

setiap pribadi (pasien) dapat mengalami kembali kasih Allah Sang pencipta

dan penyelamatnya.

Dari dokumen hasil evaluasi tim Pastoral Care tahun 2004, diketahui

bahwa perencanaan layanan konseling pastoral dilaksanakan melalui program

rohani pastoral. Dalam perencanaan konsep pastoral care didasarkan pada

kebutuhan pelayanan. Hal itu meliputi bidang: pendampingan orang sakit,

konseling karyawan, buku bacaan keliling, pewartaan dan penyiaran melalui

104
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105

audio-visual. Lebih lanjut perencanaan tersebut tercantum dalam sebuah

prosedur tetap Pastoral Care pada tahun 2012. Hal itu mencakup: kegiatan

mausiawi; konseling/pendampingan ; siaran radio; perpustakaan; pelayanan

doa dan sakramen-sakramen; dan pelayanan kerohanian melalui radio/audio.

Berdasarkan hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah ada

perencanaan program konseling pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar.

Perencanaan berlandaskan visi dan misi Rumah Sakit, serta program secara

umum pastoral care.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan melalui studi dokumentasi,

observasi, dan wawancara, maka ditemukan data sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Evaluasi Konteks

Aspek Indikator Kriteria Data


Perencanaan Program memenuhi Tersedia kegiatan
program kebutuhan rohani manusiawi (sapaan,
pasien: kegiatan kunjungan), kegiatan
mausiawi; konseling/ pendampingan/konseling
pendampingan ; berjalan, ada siaran radio
siaran radio; mulai pukul 05.30-06.15,
Konteks perpustakaan; dilanjutkan 07.00-15.00.
pelayanan doa dan penerimaan sakramen
sakramen-sakramen; bagi pasien yang
dan pelayanan membutuhkan.
kerohanian melalui
radio/audio.

Data di atas menunjukkan bahwa program perencanaan sudah sesuai

dengan kebutuhan pasien, yaitu mendampingi pasien dan memberikan

sakramen-sakramen bagi pasien yang membutuhkan.

Lebih lanjut untuk melihat apakah program yang direncanakan dapat

membawa perubahan maka perlu adanya evaluasi input. Yaitu sebuah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106

evaluasi yang bertujuan untuk mengindentifikasi dan menelaah sumber-

sumber yang digunakan dan dipilih dalam pelayanan. Dari studi dokumentasi,

wawancara, dan observasi dihasilkan data sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Evaluasi Inputs

Aspek Indikator Kriteria Data


Konselor/ Terdapat tenaga Terdapat petugas PC,
petugas pastoral yang pastor, suster, pendeta,
pastoral mencukupi perawat dan dokter yang
(Pastor,suster, petugas terlibat dalam layanan
PC) ini. Kompetensi yang
dimiliki lebih pada
adanya hati untuk
melayani, tingkat
pendidikan perawat
Inputs adalah D3 keperawatan,
dokter yang berperan
dokter umum, serta
suster yang terlibat S2
keperawatan (MN).
Jam kerja 07.00-14.30 Sesuai dan bila ada yang
urgen bisa diluar jam
tersebut.
Dukungan Terdapat rencana Tidak ada anggaran
keuangan anggaran khusus, namun bila
petugas PC mengajukan
anggaran akan
dipertimbangkan oleh
pihak rumah sakit.
Ruangan Terdapat ruang Terdapat satu ruang PC
konseling yang tidak kedap suara,
nyaman berdekatan dengan ruang
operasi, dan ruang
lainnya. Situasi kurang
tenang.
Sarana dan Tersedia sarana yang Tersedia telepon
prasarana mendukung pelayanan penghubung antar unit
rohani (konseling rumah sakit, 1 unit
pastoral) komputer, tape dan
perlengkapan
audio/radio, lemari buku.
Media Media yang menarik Poster dan mading
dan menginspirasi disesuaikan dengan dunia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107

kesehatan dan hari-hari


penting RSK Budi
Rahayu maupun gereja.
Metode Kunjungan setiap hari Petugas mengunjungi
pelayanan kepada semua pasien pasien setiap hari dengan
pastoral tanpa memandang menyapa, mendengarkan,
suku, agama, ras dan dan memberi solusi serta
layanan konseling dukungan.
bagi pasien yang
membutuhkan.

Dari hasil evaluasi konteks dan input dapat ditarik kesimpulan bahwa

program perencanaan sudah sesuai dengan indikator dan kriteria yang ada.

Baik dalam hal perencanaan program maupun sumber-sumber yang

mendukung terlaksananya suatu program yang direncanakan yaitu layanan

konseling pastoral bagi pasien di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

2. Pelaksanaan Layanan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu sudah diprogramkan

sejak tahun 2004. Hal itu terungkap dari dokumen hasil evaluasi tim pastoral

care, yang menyebutkan bahwa salah satu program layanan hidup rohani

adalah layanan konseling untuk pasien dan karyawan RSK Budi Rahayu.

Layanan ini berjalan sedemikian tanpa adanya sebuah perencanaan yang

tertulis. Program rutin yang dilaksanakan mengacu pada program pastoral care

secara umum, salah satunya adalah kunjungan rutin kepada para pasien dan

keluarganya.

Namun karena keterbatasan tenaga, maka yang mendapat layanan ini lebih

terfokus pada pasien dan keluarganya. Dari hasil penelitian dapat ditemukan

beberapa aspek yang terlaksana dari layanan konseling di RSK Budi Rahayu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108

Peneliti lebih lanjut mendapatkan data dari dokumen prosedur tetap layanan

pendampingan/konseling pastoral, prosedur ini dibuat pada tahun 2012.

Berdasarkan kriteria evaluasi didapatkan hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Evaluasi Proses

Aspek Indikator Kriteria Data


Keterlaksana Program terlaksana Terlaksana.
an program sesuai rencana
Waktu Sesuai rencana Sesuai rencana dan siap
pelaksanaan sedia bila dibutuhkan
diluar jadwal yang ada.
Pemberian Pasien merasa puas Pasien merasa gembira,
layanan atas layanan rohani puas, bangga melalui
pastoral yang disediakan pelayanan ini.
(pendamping rumah sakit
an dan
konseling )
Penggunaan Pasien dan keluarga Media audio/radio
media merasa terhibur, serta (musik instrument, lagu
layanan memperoleh rohani maupun lagu
Proses rohani peneguhan. profan, doa, pembacaan
kitab suci dan renungan,
cerita inspiratif) ada
setiap hari mulai pukul
07.00-15.00, dan pukul
05.30-06.00 bisa ada
misa. Kadang-kadang
suara tidak terdengar dan
juga kadang terlalu keras.
Catatan: karena pasien
mayoritas muslim,
mereka lebih suka
menonton televisi dari
pada mendengarkan
siaran radio rumah sakit.
Penggunaan Pasien terlibat dan Petugas mencari data
metode mau terbuka terhadap pasien terlebih
pelayanan layanan konseling dahulu,kemudian
pastoral pastoral mengunjungi dengan
beberapa tahap dan
pasien dengan sendirinya
cerita tentang kehidupan
dan relasinya dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109

orang-orang terdekatnya.
Ketercapaian Pasien merasakan Pasien yang awalnya
layanan dampak positip dari cemas, gelisah dan tidak
konseling layanan yang merespon menjadi lebih
pastoral diperolehnya tenang dan mau terbuka
(kesembuhan, terhadap petugas dan tim
peneguhan, motivasi, medis.
makna hidup)

Dari data kriteria dalam kolom di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Jadwal pelaksanaan layanan konseling pastoral

Ketepatan waktu para pelayan konseling pastoral sangat

mempengaruhi kesiapan para pasien dan keluarganya dalam menerima

layanan ini. Apabila layanan ini diberikan pada saat yang tepat, maka

pasien dan keluarga tentunya merasa senang dan terdukung, serta mereka

tidak merasa terganggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan layanan konseling

pastoral/pelayanan pastoral RSK Budi Rahayu berjalan sesuai dengan

jadwal yang direncanakan. Pelaksanaan pelayanan konseling

pastoral/pastoral care dilaksanakan setiap hari, mulai pukul 08.30-10.00

WIB dilanjutkan pukul 11.00-12.30 WIB, seperti yang diungkapkan salah

seorang petugas:

”…pendampingan dilakukan setiap hari, mulai pukul 08.30-10.00


dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB. Karena jam itu pasien sudah
selesai mendapat perawatan dan jam 09.30/10.00 kembali ke PC
karena saat jam itu banyak pengunjung yang datang menjengguk
pasien. Biasanya tidak bisa ditargetkan, tergantung situasi pasiennya.
Biasanya per paviliun bergantian setiap hari. Jika perlu biasanya
setelah jam kunjung, saya lanjutkan ”(PW.PC)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110

Dari pernyataan tersebut tampak bahwa waktu pelaksanaan layanan

konseling pastoral diatur sedemikian rupa setelah pasien mendapatkan

perawatan medis. Dari situasi tersebut diharapkan, bahwa para pasien dan

keluarganya sudah siap menerima kehadiran pelayan pastoral care tanpa

ada rasa terganggu. Sedangkan dokter waktunya meyesuaikan dengan

jadwal kunjung pasien (visitebed) dan perawat menyesuaikan kondisi

pasiennya. Pelayanan konseling pastoral dilakukan setiap hari, waktunya

tidak tentu. Hal itu bergantung pada konselornya (dokter perawat, pendeta,

romo). Pelayan pastoral/unit PC secara pasti melaksanakan layanan ini

setiap hari. Waktu pelaksanaannya dari pukul 08.30-09.30 WIB, kemudian

dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB. Responden lain yang secara rutin

kunjung pasien setiap hari adalah seorang suster pemilik rumah sakit,

beliau sebagai ketua PKRS sekaligus sebagai SPI (Sistem Pengawas

Internal) rumah sakit. Responden melaksanakan layanan konseling

pastoral dari pukul 10.00-12.15/12.30 WIB.

Durasi waktu konseling pastoral tidak sepanjang konseling yang

diberikan kepada orang sehat. Orang sakit tentu tidak sekuat orang sehat.

Lama waktu konseling pastoral berkisar 15-30 menit, seperti yang

dijelaskan seorang perawat:

“…tidak pasti, tergantung kasusnya. Seandainya ringan biasanya


15 menit, tapi kalau situasi kritis memang butuh waktu panjang .
Selama ini waktunya tidak tentu, tergantung situasi dan kondisi
pasien. Tetapi setiap hari sering terjadi konseling” (PW.IC).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111

b. Sasaran

Penentuan sasaran pelayanan konseling di RSK Budi Rahayu

sangatlah penting. Hal ini akan membantu para pelayan konseling pastoral

dalam melaksanakan tugasnya secara tepat sasaran. Dari hasil penelitian

ini, secara umum responden menyatakan bahwa sasaran pelaksanaan

layanan konseling pastoral adalah semua pasien rawat inap dan

keluarganya tanpa memandang agama, seperti yang diungkapkan dokter

dan perawat:

“Menurut saya seluruh pasien rawat inap di rumah sakit ini


mendapat layanan konseling pastoral, tanpa memandang agama”
(PSs.D3; PSs.D2, PSs.D1, PSs.P1, PSs.P3).

Dari pernyataan di atas jelas bahwa pelayanan ini ditujukan untuk

semua pasien khususnya pasien rawat inap. Kenyataan bahwa tenaga yang

memberi pelayanan tersebut terbatas, maka pelayanan lebih difokuskan

pada pasien-pasien istimewa/khusus dengan kasus penyakit berat dan yang

lebih membutuhkan layanan konseling. Seperti yang diungkapkan

beberapa perawat:

“selama ini pasien yang membutuhkan pendampingan khusus,


pasien yang mengalami kecemasan yang tinggi akan penyakit yang
dideritanya yang akan menghambat aktifitasnya. Misalnya: pasien
penderita kanker dan stroke (PSs.IC; PSs.P2;PSs.P4).

“.....,biasanya yang dikunjungi adalah pasien-pasien dengan


kondisi penyakit yang berat seperti Stroke (CVA), Hipertensi”
(PSs.P3)

c. Jumlah Perjumpaan

Layanan konseling yang efektif terjadi bila seorang konselor

mampu menyadarkan konseli akan dirinya dan ada perubahan sikap, cara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112

berpikir, serta ada rencana jangka pendek yang akan dibuatnya. Kehadiran

konselor juga mampu memandirikan konseli, agar tidak tergantung pada

konselor. Maka untuk itu konselor perlu peka akan kebutuhan konseli dan

berani untuk tegas bila muncul ketergantungan pada diri konseli.

Penentuan jumlah pertemuan konseling sangat penting dalam layanan

konseling pastoral.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pelayan/yang

terlibat dalam layanan konseling pastoral memberikan layanan

pendampingan kepada pasien hanya satu kali. Seperti diungkapkan

perawat dan petugas pastoral:

”…., biasanya sekali. Biasanya saya menawarkan apakah saya


perlu datang atau tidak? Jika ya, maka saya akan hadir
lagi”(PJP.PC; PJP.IC; PJP.Rm; PJP.SS )

Pertemuan terjadi hanya satu kali, karena pelayan pastoral merasa

bahwa konseli (pasien/keluarganya) sudah mampu untuk berpikir dan

mengambil keputusan secara tepat. Petugas yang terlibat dalam pemberian

konseling menemukan bahwa kasus konseli tidak terlalu serius.

Pernyataan tersebut bukanlah sebuah ketentuan yang baku, perawat

ataupun petugas yang terlibat dalam pemberian layanan konseling pastoral

akan terbuka melayani bila diminta dan akan menindaklanjuti layanan

tersebut bila dirasa perlu untuk dilakukannya, seperti diungkapkan pelayan

pastoral:

“Biasanya ketika mereka sudah mencari alternatif-alternatif dan


sudah cocok dengan dirinya. Saya rasa mereka sudah bisa
mandiri, saya menghindari adanya ketergantungan, menghibur-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113

hibur, memang arahnya tidak kesana, dan saya rasa ia sudah


bisa. Mungkin sekali dilihat, ternyata dia sudah merasa senang,
mau apa sudah direncanakan, biasanya ya sudah jalan sendiri”
(PJP.SS).

”Itu juga tergantung kasusnya. Biasanya pasien dan keluarganya


kalau sudah tenang ya sudah cukup, dan bila mereka konsultasi
lagi ya kita layani” (PJP.IC)

Dari pernyataan di atas, semakin jelas bahwa jumlah pertemuan

layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu tergantung kasus dan

tingkat kebutuhan pasien maupun keluarga pasien. Hal itu bertujuan agar

konseli (pasien dan keluarganya) mampu untuk mandiri.

d. Tahap-tahap Layanan Konseling Pastoral

Pengetahuan dan pemahaman terhadap tahap-tahap layanan

konseling pastoral membantu pelayan konseling pastoral RSK Budi

Rahayu melaksanakan layanan ini secara terarah. Hal itu tentu membuat

proses layanan konseling berjalan secara efektif. Proses ini bukan sekedar

kunjungan orang sakit. Pelayan konseling pastoral berhadapan dengan

mereka yang sakit. Mayoritas pasien yang dilayani kelompok ekonomi

menengah ke bawah, maka sangat penting bagi pelayan konseling pastoral

mengenal pasien yang hendak dikunjunginya. Jika pelaksana

berjalan/melangkah sesuai prosedur/tahap-tahap yang ada, tentunya akan

sangat membantu mereka ketika berhadapan dengan pasien.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, mereka yang terlibat

dalam layanan konseling pastoral sudah mengetahui penyakit, asal pasien,

bahkan masalah-masalah yang mungkin ditangkap oleh perawat yang

merawatnya. Pelayan pastoral sebelum datang ke pasien sudah melakukan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114

identifikasi kebutuhan dan masalah pasien, sehingga ketika datang ke

pasien ia sudah memiliki gambaran tentang pasien yang dikunjunginya.

Seperti diungkapkan seorang suster:

”saya mencari datanya dulu, kondisi bagaimana, hasil


pemeriksaan lab bagaimana, mencari informasi ke perawat kira-
kira pasien butuh bantuan apa?, jadi saya datang tidak kosong-
kosong. Saya datang ke pasien sudah tahu dan punya gambaran,
kira-kira saya bisa memberi apa pada mereka. Awalnya saya mem-
perkenalkan diri, kemudian tanya gejala yang dirasakan, dan
memang segala penyakit itu memiliki gejala yang berbeda karena
secara ilmu saya tahu dan mengingat itu. Kemudian baru secara
ekonomi, saya jelaskan untuk pengobatan selanjutnya, biaya dan
kondisinya bagaimana, pasti secara kejiwaan, mereka ada rasa
sedih, cemas, maka saat itu saya mengajak mereka utk berpikir,
juga memberi alternatif-alternatif, disamping itu juga tak terlepas
dari campur tangan Tuhan, sambil mengajak mereka untuk tetap
berdoa. Jika mungkin saya ajak berdoa, menganjurkan doa
Rosario jika mungkin bagi keluarga yang menjaganya. Saya
sampai follow up untuk hari selanjutnya mereka biasanya lebih
baik” (PLL.SS).

Dari pernyataan di atas tampak bahwa petugas layanan konseling

pastoral menerapkan langkah-langkah yang tersusun rapi dari awal

konseling sampai akhir atau penutup. Hal itu juga didasari oleh

pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman dalam bidang ini yang

memadahi, sehingga mampu berjalan secara terstruktur.

Hal itu berbeda dengan petugas yang memiliki latar belakang

pendidikan di luar bidang ini. Petugas melaksanakannya sejauh yang ia

tahu dan apa adanya, meskipun demikian bila dilihat lebih dalam, mereka

juga melaksanakan sesuai prosedur. Hal itu meliputi: meminta ijin kepala

ruangan, mencari informasi/data pasien, melakukan pendekatan terhadap


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115

pasien dan keluarganya, menggali masalah, dan pemberian saran. Seperti

diungkapkan petugas pastoral yang terlibat dalam layanan ini:

”biasanya saya kunjungan pasien dan keluarga pasien, untuk


langkah-langkahnya itu biasanya seperti ini: saya datang langsung
ke ruangan, setelah itu melihat status pasien (agamanya apa,
sakitnya, dokter, asalnya); (pertama melakukan pendekatan
dengan berkunjung, menyapa, dan menemani; 2) memberikan
pendampingan untuk menggali sejauh mana apa yang dialami
pasien pada saat itu; 3) menanggapi ungkapan pasien;
4) memberikan saran), setelah selesai kunjungan biasanya
keruangan lagi untuk melakukan pencatatan ”.(PLL.Pc)

Demikian perawat dan dokter yang terdorong untuk memberikan layanan

konseling pastoral, juga secara otomatis menerapkan langkah-langkah dalam

pelayanan ini. Pelayanan ini mereka sadari sebagai bagian dari pelayanan

mereka, yang mana mereka juga diundang untuk memberi perawatan secara

holistik. Seperti diungkapkan seorang dokter yang terlibat dalam pelaksanaan

layanan konseling pastoral:

”Proses konseling dilakukan sambil dokter melakukan visite (bed-


visite counseling).”….Awalnya kita perlu mengenal latar
belakang pasien, pekerjaannya, “pak, bu…nopo sing dirasake?”,
kebiasaannya, karena kadang penyakitnya ada kaitannya dengan
pekerjaannya. Tetapi untuk kasus-kasus penyakit yang tidak bisa
sembuh. Prosesnya: keluarga dipanggil ke ruang perawat untuk
mendapat penjelasan detail, sedangkan untuk pasiennya sendiri
diupayakan agar mendapatkan informasi-informasi yang tidak
menambah stress pada yang bersangkutan” (PLL.D1).

Ungkapan pelayan pastoral konseling yang lain:

”Kami menyapa pasien dan keluarganya sambil memberikan


sentuhan (jabat tangan sambil mengenalkan diri); Menanyakan
bagaimana yang dirasakan pada saat ini; Melakukan pendekatan
agar pasien merasa nyaman dengan bahasa yang halus,bukan
mendikte tetapi memberi dukungan; Dengan demikian biasanya
pasien/keluarga akan lebih terbuka dan kemudian
bercerita/menyampaikan beberapa hal; Bila sudah terkaji
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116

kemudian kita memberikan arahan, support ke pasien/keluarga


dan bila perlu kami menanyakan ke pasien/keluarga apakah perlu
mendatangkan pendeta/pak kyai/romo untuk doa
bersama/sakramen; Bila memang memerlukan kami kemudian
menghubungi petugas PC dan kami menyiapkan segala
keperluannya”. (PLL.IC; PLL.Rm, PLL.PC1; PLL.P2)
Dari beberapa pernyataan responden menunjukkan bahwa tahap-

tahap layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu tidak ada patokan

yang baku, hal itu tergantung pada setiap pelayan pastoral yang terlibat

dan situasi pasien yang dilayaninya.

e. Teknik Komunikasi

Penguasaan teknik komunikasi yang tepat akan membantu

berjalannya proses pelayanan konseling pastoral. Komunikasi secara tepat

akan membantu pasien berani terbuka dan merasa nyaman dengan pelayan

pastoral yang mengunjunginya. Pasien dan keluarga pasien juga akan

merasa dihargai sebagai pribadi, dan kehadiran pelayan konseling pastoral

dirasakan memberi dukungan, serta mampu mendengarkan sehingga

mereka merasa lega setelah mengungkapkan masalahnya.

Dari hasil penelitian tampak bahwa setiap pribadi yang terlibat

dalam layanan konseling bagi pasien dan keluarga pasien di RSK Budi

Rahayu, sudah menggunakan teknik komunikasi yang menunjukkan

penerimaan, empati, dan lain-lain. Seperti diungkapkan seorang dokter:

”biasanya dengan pelan-pelan dan sabar kita memberi tahu,


pak…bu…kita lihat dulu hasil lab, nah untuk itu harus periksa
darah. Belum tentu penyakitnya seperti apa yang bapak, ibu
takutkan. Kalaupun benar supaya cepat memperoleh penanganan,
secepatnya dan jika sembuh, maka bapak, ibu akan hidup seperti
orang normal”. (PTK.D1)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117

Ungkapan perawat lainnya:

“Dalam komunikasi dengan pasien maupun keluarga pasien


biasanya, saya melakukan pendekatan secara halus dan tidak
mendikte. Maksudnya,….mendengarkan mereka sampai selesai,
walaupun ada kalanya cara pikir mereka yang tidak sesuai.
Setelah itu baru saya mengarahkan dan memberi penjelasan,
dengan menghindari kata “harus”, tetapi lebih menggunakan kata
“sebaiknya”. Sehingga mereka tidak merasa digurui, juga kita
tidak memaksakan untuk ikut kita kok. ….Dalam mendengarkan
juga perlu kontak mata, tapi kontak mata yang menunjukkan
pandangan yang bersahabat, teduh, sehingga orang merasa
diterima dan dihargai. Saya juga sering memberikan sentuhan
sebagai bentuk dukungan yaitu berjabat tangan dan memegang
tangan pasien terutama yang kondisinya kritis (PTK.IC).

Ungkapan perawat yang lain:

”….biasanya saya menggunakan komunikasi teraupetik.


Komunikasi teraupetik yang sering saya lakukan itu bahwa ada
empatinya yaitu kita ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
pasien, sehingga permasalahan yang ada bisa dikomunikasikan,
mencari solusi, sehingga sangat penting memahami apa yang
dirasakan, dialami pasien jadi lebih keempati ya.Tidak ada
paksaan, memahami, ada kontrak waktu, boleh mengungkapkan,
menjaga kerahasiaan, kalau ada tekanan-tekanan kita mungkin
bisa membantu mungkin privasinya yang harus dijaga karena
kerahasiaan perlu dijaga, kalau ujung-ujungnya keluarga”.
(PTK.P2).

Dari hasil penelitian terungkap bahwa perawat/kepala ruangan

yang dipercaya untuk memberi pendampingan bila pasien mengalami

masalah, ada usaha dan inisiatif untuk belajar, serta bertanya pada yang

lebih ahli termasuk dalam hal konseling dan teknik komunikasi yang tepat

bagi pasien. Seperti yang diungkapkan perawat sebagai berikut:

“…..seandainya tidak bisa, biasanya saya tanya yang lebih


menguasai teori “suster S…”. hal itu sangat membantu karena
beliau mempunyai teori dan biasanya kita bisa lihat panduannya
via online. Bila tidak bisa saya minta bantu beliau, karena ada
trik-triknya” (PTK.P2).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118

f. Kerja Sama

Kerja sama adalah hal penting untuk dilakukan dalam bidang

apapun, hal itu sebagai bentuk kesadaran manusia bahwa mereka makhluk

sosial yang saling membutuhkan antara pribadi satu dengan yang lainnya.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, antara petugas konseling

pastoral dengan para perawat, serta dokter ada relasi dan kerja sama yang

baik. Seperti diungkapkan seorang perawat:

“sejauh yang saya tahu ada kerjasama dan relasi yang baik antara
petugas PC dengan para perawat , karena memang ada
kesinambungan yang tidak bisa terpisah-pisah (PKs.S, PKs.P1
PKs.P2, PKs.P3, PKs.IC, PKs.S).

Dari pernyataan tersebut nampak adanya kesadaran dari petugas

pastoral dan para perawat, bahwa layanan konseling pastoral merupakan

sebuah layanan yang saling terintegrasi antara petugas pastoral dengan tim

medis di RSK Budi Rahayu Blitar. Adanya integrasi dan kerjasama akan

membantu proses pelaksanaan konseling pastoral bisa berjalan dengan

baik.

Hal ini berbeda yang diungkapkan oleh seorang dokter yang

merasa selama ini tidak melibatkan petugas pastoral untuk layanan ini, hal

ini terjadi karena dokter tersebut lebih memilih untuk melaksanakan

sendiri saat visitebed. Seperti diungkapkan dokter sebagai berikut:

“saya merasa sebagai dokter, belum menjalin kerjasama dengan


unit PC, dalam penanganan pasien-pasien di ruang rawat inap”.
(PKs.D1)”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119

Meskipun demikian dokter tersebut merasa bersyukur bahwa setiap

beliau melakukan visite ke pasien melihat petugas pastoral mengunjungi

pasien-pasien, sehingga pasien merasa bahagia. Seperti yang diungkapkan

dokter tersebut:

“masih lumayan, ada mbak …yang bisa menyapa pasien setiap


hari, sehingga mereka merasa didukung dan ditemani”
//spontan//D1

g. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Pastoral

Hambatan adalah hal yang tidak dapat dihindarkan dalam setiap

pelaksanaan program. Sebagus apapun program yang direncanakan dalam

perjalanan proses pelaksanaan tentu ada hambatan-hambatan yang dialami.

Demikian yang dialami oleh pelayan pastoral konseling di RSK Budi

Rahayu Blitar.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa hambatan yang dialami

terkait ketenagaan. Selain tenaga yang terbatas, juga petugas yang

memang fokus di unit pelayanan tersebut menyadari bahwa pengetahuan

dan pemahaman dibidang layanan konseling pastoral masih kurang. Hal

ini terkait latar belakang pendidikan yang di luar bidang tersebut. Seperti

diungkapkan petugas:

”saya menyadari bahwa saya kurang pandai dan memiliki


keterbatasan pengetahuan, ada rasa kurang percaya diri latar
belakang pendidikan, pengalaman kurang. Tapi disisi lain ada
yang memberi support. Ada yang menerima; ada rasa canggung
saat ke pasien, kadang ada pasien yang menolak, keterbatasan
tenaga“ (PHbt.PC).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120

Untuk meningkatkan profesionalisme pelayanan medis, dokter

dengan sendirinya tergerak untuk memberikan pelayanan ini. Hal senada

juga dilakukan seorang suster yang tergerak bahwa layanan tersebut dinilai

penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tugas yang

diembannya. Hal itu kurang optimal dan menyeluruh karena ada pekerjaan

pokok yang harus menjadi yang utama. Karena tenaga mereka yang

terbatas, sehingga mereka mengalami hambatan dalam memberikan

layanan ini, yaitu tidak bisa secara menyeluruh dan mendalam. Seperti

diungkapkan oleh dokter dan perawat demikian:

”…., pertama tidak adanya tenaga konseling ditempat ini.


Sebenarnya saya tergerak dan bisa sedikit-sedikit memberikan,
tetapi karena keterbatasan waktu dan tenaga sehingga tidak bisa
mendalam; karena tenaga dokter umum terbatas sehingga harus
dobel-dobel pekerjaan. Sepertinya bisa berjalan baik, tapi
beberapa hal tidak bisa terselesaikan terutama yang terkait
dengan pendokumentasian/administrasi”(P.Hbt.D1; D2; P.Hbt.IC)

Dari pernyataan di atas nampak bahwa pelayanan konseling

pastoral memang ada kendala terkait ketenagaan, namun tim medis

(dokter, perawat, dan suster) berusaha membuka hati terhadap kebutuhan

tersebut. Sehingga meskipun harus membagi waktu sedemikian, mereka

tidak memisahkan adanya pendekatan secara spiritual terhadap pasien

yang dilayani. Mereka sadar bahwa kesembuhan bukan hanya secara fisik,

namun secara mental dan batin juga butuh untuk disembuhkan. Karena ada

kasus bahwa pasien sakit karena sebenarnya ada latar belakang masalah

pribadi dengan keluarga/anggota keluarganya yang terdekat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121

Selain itu, tidak semua perawat memiliki passion dalam bidang itu.

Jadi meskipun mereka sebenarnya dibekali sejak menempuh pendidikan

dan dipanggil untuk itu (merawat secara holistik). Mereka kurang antusias

untuk melakukannya meskipun ada waktu. Seperti diungkapkan seorang

perawat:

”waktu ke pasien banyak sebetulnya bisa, tapi ada beberapa tipe


dari kami yang cuek dan hanya berfokus pada perawatan medis
saja, untuk saya banyak waktu (Hbt.P2)”

Dari pernyataan di atas nampak bahwa, layanan ini membutuhkan

sebuah kerelaan dan keterbukaan hati. Meskipun punya bekal dan ada

waktu, tetapi jika tidak ada minat juga tidak akan terjadi sebuah layanan

konseling pastoral.

3. Evaluasi Hasil Layanan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Data kriteria hasil evaluasi dari aspek hasil/produk sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Evaluasi Hasil

Aspek Indikator Kriteria Data


Hasil/ Tujuan layanan Pasien mengalami Pasien & keluarga
produck tercapai perubahan (dari situasi merasakan
bergumul menuju perhatian,
penemuan makna dalam didengarkan, dan
hidupnya) mendapat
Membangkitkan potensi dukungan dari
pasien agar mampu rumah sakit. Pasien
mengambil keputusan. menjadi
termotivasi dan
dapat menemukan
makna dari
pengalaman sakit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122

a. Dampak Layanan Konseling Pastoral

Layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu yang selama ini

berjalan sedemikian rupa, dengan tenaga yang terbatas dan daya upaya

yang ada pada akhirnya membuahkan hasil. Yaitu sebuah dampak positip

dan manfaat yang dirasakan oleh pasien dan anggota keluarganya, tim

medis, serta pihak rumah sakit. Pasien semakin pasrah/percaya

sepenuhnya bahwa Tuhan adalah Sang Maha pengasih dan penyayang,

yang dapat membangkitkan semangat pasien untuk sembuh. Seperti

diungkapkan seorang dokter:

“dapat mengarahkan pasien untuk pasrah kepada Sang Pencipta,


percaya sepenuhnya bahwa Tuhan adalah sang Maha pengasih
dan penyayang, akan dapat membangkitkan semangat untuk
sembuh. Tidak hanya sembuh dari penyakit fisiknya saat ini, tapi
juga kesadaran bahwa kesembuhan tersebut juga datangnya dari
Tuhan (secara spiritual ada rasa ketergantungan kepada Tuhan)”
(Dp.D1)
Selain itu, pasien juga merasa lebih tenang dan lebih kooperatif

terhadap para perawat dan tim medis lainnya. Mereka juga memiliki

semangat hidup, dan memiliki harapan. Seperti diungkapkan dokter, para

perawat, dan pelayan konseling pastoral lainnya:

“ya, dengan adanya PC akan berdampak pada kejiwaan pasien,


pasien lebih bisa menerima keadaan yang dialaminya sehingga
dokter dapat melakukan pengobatan dengan baik” (HDp.D3;
HDp.Pc)

Jika dilihat lebih dalam pelayanan ini juga membawa dampak bagi

konselor sendiri yaitu mendatangkan pengalaman iman dan semakin

menyadarkan dia, bahwa apa yang dilakukan bukan sekedar tugas pelayan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123

lebih dari itu adalah sebuah panggilan. Seperti diungkapkan oleh seorang

pelayan pastoral:

“Hal itu menjadi pengalaman iman bagi pasien dan keluarganya,


juga untuk saya. Bagi saya pendampingan pastoral adalah
panggilan Tuhan, bukan sekedar tugas. Saya yakini bahwa dari
pelayanan ini, Tuhan mau memanggil dan membentuk saya. Hal
itu juga karena saya pernah sakit berat beberapa bulan. Tuhan
sungguh mengasihi saya”. (MDp.Rm)

Dari pernyataan di atas nampak jelas bahwa pelaksanaan layanan

konseling pastoral memiliki dampak yang besar bagi pasien dan keluarga

pasien, serta bagi rumah sakit (RSK Budi Rahayu, tim medis dan pelayan

pastoral). Keterbukaan pasien dan keluarganya sangat membantu

kelancaran proses pengobatan. Maka sangat penting adanya saling

percaya dan kerjasama, jika sepihak saja yang bersedia tentu akan

menghambat proses pengobatan.

b. Manfaat layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu

Pengalaman langsung berada di rumah sakit membuka mata

peneliti bahwa layanan ini sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi banyak

pihak. Antara lain untuk pasien dan keluarganya, bagi tim medis di rumah

sakit, serta bagi rumah sakit itu sendiri.

Pihak-pihak yang memperoleh manfaat dari layanan konseling

pastoral. Yaitu:

1) Bagi pasien

Pasien merupakan sasaran utama yang memperoleh layanan ini.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan ini bermanfaat bagi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124

kesembuhan pasien. Pendampingan dan konseling yang diberikan

memberikan dukungan bagi pasien. Mereka mereka lega dan plong,

karena mereka sungguh didengarkan dan diterima tanpa diadili.

Mereka menjadi lebih terbuka terhadap keadaan diri mereka, sehingga

memudahkan tim medis dalam memberikan perawatan. Pasien yang

memperoleh layanan ini juga merasakan diperhatikan, hal itu semakin

memberi semangat bagi si sakit untuk cepat sembuh. Seperti

diungkapkan seorang suster:

”bagi pasien dan keluarga: pasti mereka merasa lega dan plong
ya.., karena mereka merasa didengarkan, karena selama ini tidak
ada yang mendngarkan atau didengarkan tapi sudah ada
pikirannya sendiri jadi langsung menvonis, mengadili, sehingga
ketika sudah mendengarkan mereka puas karena didengarkan ;
memuji Tuhan” (HMf.SS)

Hal itu senada yang diungkapkan oleh seorang pasien rawat inap.

Dari hasil penelitian, tampak bahwa layanan konseling pastoral sungguh

dirasakan manfaatnya oleh pasien rawat inap yang memperoleh layanan

ini. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, pasien sangat berterima kasih

atas layanan ini. Dia juga merasa didengarkan dan bisa leluasa

menceritakan apa yang dialaminya, serta menyampaikan harapan

kesembuhannya kepada petugas pastoral. Sebuah dorongan dan motivasi

yang diberikan oleh petugas pastoral, juga memotivasi pasien ini. Seperti

diungkapkan seorang pasien rawat inap (VIP):

”iya, saya sungguh berterima kasih untuk layanan ini, saya juga
menjadi lega. Gimana ya orang sakit itu butuh untuk didengarkan,
ingin menyampaikan harapannya untuk sembuh. Kalau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125

dokter…”paling ya tunggu…”. Tidak mungkin mendengarkan”.


(S3.8)
””ya itu tadi, pasien dapat menyampaikan harapannya,
termotivasi, dan juga memperoleh dorongan atau semangat. Selain
itu pasien dapat menceritakan apa yang dialaminya, karena kalau
mengeluh pada dokter paling ya di jawab “tunggu ya lihat dulu”
(S3.11)

Selain itu pelayanan konseling pastoral juga bermanfaat agar

pasien dapat percaya sepenuhnya pada penyelenggaraan Allah. Seperti

diungkapkan seorang dokter:

”Saya rasa pendampingan secara spiritual yang dapat


mengarahkan pasien untuk pasrah kepada Sang Pencipta, percaya
sepenuhnya bahwa Tuhan adalah sang Maha pengasih dan
penyayang, akan dapat membangkitkan semangat untuk sembuh.
Tidak hanya sembuh dari penyakit fisiknya saat ini, tapi juga
kesadaran bahwa kesembuhan tersebut juga datangnya dari Tuhan
pengasih dan penyayang, akan dapat membangkitkan semangat
untuk sembuh. ……” (HMf.D1)

Seorang dokter, perawat, dan pelayan pastoral yang memahami

tujuan dari layanan pastoral akan mendapatkan manfaat, bahwa layanan

yang mereka berikan pada hakikatnya adalah untuk memberikan kesadaran

bahwa kesembuhan tidak hanya dari obat ataupun hasil perawatan mereka

semata. Justru pasien diajak untuk menyadari bahwa kesembuhan

datangnya Tuhan Yang Maha pengasih dan penyayang, mereka hanya

menjadi alatNYA.

2) Bagi Keluarga

Manfaat layanan konseling pastoral tidak hanya dirasakan oleh

pasien, keluarga pasienpun turut merasakan manfaat layanan ini. Keluarga

pasien yang memperoleh layanan ini merasa mendapat perhatian dan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126

respeck dari pelayanan rumah sakit. Mereka juga menjadi lebih tenang dan

percaya pada tim medis yang merawat pasien. Keluarga merasa bangga

karena keluarganya yang sakit diperhatikan dan didoakan. Seperti

diungkapkan seorang keluarga pasien:

”Perasaan saya menjadi senang atas kunjungan petugas RSK


Budi Rahayu, bila dibandingkan dengan di RS Negeri.
Perawatnya bersahabat ada nilai(+)nya dalam pelayanan
rohani, saya bangga dengan pelayanan RS”

Selain perasaan bangga, keluarga pasien juga merasakan bahwa

layanan ini sangat bermanfaat bagi mereka. Dari hasil penelitian

mengungkapkan bahwa manfaat yang dialami oleh keluarga pasien dari

pelayanan pastoral rumah sakit adalah keluarga mengalami pertumbuhan

iman, merasakan bersatu kembali dengan Tuhan setelah beberapa tahun

meninggalkan gereja karena salah satu anggota keluarganya sakit. Seperti

diungkapkan oleh keluarga pasien:

”…sangat bermanfaat. Manfaatnya yang saya alami saat menjaga


istri saya adalah bahwa kami mengalami pertumbuhan iman,
merasa terhubung kembali dengan Tuhan saat bertemu dengan
utusan Tuhan : Suster, Romo dan ASIM karena memang sudah
lama kami tidak ke Gereja, istri saya sakit, membuat keluarga
merasa jauh dari Tuhan(istri dan anak)”
Selain itu anggota keluarga pasien juga merasa lebih tenang,

merasa diperhatikan, dan juga merasa senang. Seperti diungkapkan

perawat dan pelayan pastoral:

”pasien dan keluarga menjadi lebih tenang dan lebih bisa


menerima(PDp.IC)”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127

3) Bagi Rumah Sakit

Layanan konseling pastoral juga mendatangkan manfaat bagi

rumah sakit khususnya RSK Budi Rahayu. Dari hasil penelitian

mengungkapkan bahwa, layanan ini mampu meningkatkan

kualitas/mutu pelayanan RSK Budi Rahayu. Seperti diungkapkan

perawat:

“bagi RS manfaatnya yaitu meningkatkan mutu pelayanan


terutama di bidang pelayanan RS” (HMf.P2.1//9, HMf.S//11).

Selain itu juga meningkatkan kepuasan pasien, karena ada

pelayanan rohani yang mampu dirasakan oleh semua pasien. Sehingga

pengalaman itu akhirnya mampu diceritakan kepada masyarakat yang

lain dan pada akhirnya meningkatkan jumlah kunjungan pasien ke

rumah sakit ini. Seperti diungkapkan dokter dan perawat:

“bagi RS juga bermanfaat karena pasien akan menceritakan


pengalaman-pengalamannya selama dirawat di RS kepada teman-
teman/sanak keluarganya (tentang hal-hal yang positip, termasuk
layanan PC), sehingga akan terbangun penilaian masyarakat,
bahwa pelayanan di RS adalah baik/menyeluruh. Dengan demikian
dapat meningkatkan jumlah kunjungan pasien/masyarakat ke RS
ini” (HMf.D1//1; HMf.D3//3).

c. Hal yang Mendukung

Pelaksanaan layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu bisa

berjalan sedemikian, meskipun tidak ada program yang secara detail yang

tertulis. Hal-hal mendukung yang ditemukan adalah adanya pribadi-

pribadi yang tergerak untuk melakukan layanan tersebut, karena mereka

berusaha mewujudkan apa yang sudah dipelajarinya. Selain itu juga


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128

sebagai bentuk dukungan dan harapan untuk memanusiakan sesamanya.

Seperti diungkapkan seorang perawat:

”Bagi saya, pasien adalah keluarga saya, bagaimana saya


memanusiakan mereka yang merupakan keluarga kita. Kita
sebagai perawat, sebenarnya diajarkan untuk dapat memberi
perawatan secara menyeluruh. Secara keilmuan kita sebenarnya
sudah dibekali” (HDk.IC).

Pernyataan perawat/petugas pastoral yang lain juga

mengungkapkan bahwa mereka berusaha untuk mencari tahu dengan

membaca maupun bertanya. Ada usaha diantara mereka untuk bisa

memberikan layanan ini, demi kesembuhan menyeluruh. Seperti

diungkapkan perawat:

”untuk mengatasi saya tidak putus asa, berusaha, saya harus tahu
kenapa menolak. Mungkin karena malam tidak bisa istirahat, maka
ia butuh untuk tidur, walau ada tantangan penolakan saya tidak
nglokro/putus asa, saya mencari tahu kenapa, dan tetap semangat.
Dari semangat itu membuat kita mencari tahu, mencari solusi
”mungkin waktunya yang tidak pas”. Lebih banyak membaca,
misal: novel tentang guru dengan murid, saya mengibaratkan saya
dengan pasien, saya menyerasikan dan mempraktikkan apa yang
saya baca dari lapangan” (HDk.Pc).
”seandainya bila tidak bisa, biasanya saya tanya yang lebih
menguasai teori “suster S…”. hal itu sangat membantu karena
beliau mempunyai teori dan biasanya kita bisa lihat panduannya
via online. Bila tidak bisa saya minta bantu beliau, karena ada
trik-triknya” (HDK.P2).

Selain hal-hal mendukung yang di atas, terungkap juga bahwa adanya

kerjasama dan komunikasi antara para perawat dengan petugas pastoral

care juga turut mendukung kelancaran pelaksanaan layanan konseling

pastoral di rumah sakit ini. Seperti diungkapkan petugas pastoral:

”Tersedianya sarana telephon untuk mempermudah menghubungi


antara unit PC dan unit-unit yang lainnya; Jaraknya dekat dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129

mudah dijangkau; Ada keterbukaan komunikasi yang baik dengan


petugas PC dan perawat di ruangan (PC) seandainya bila tidak
bisa biasanya saya” (HDk.Pc)

d. Harapan dan Usulan

Kesadaran akan pentingnya perawatan secara menyeluruh,

memunculkan harapan yang mendalam bagi para dokter dan perawat akan

pentingnya keberadaan psikolog ataupun konselor yang secara kontinu

memberikan pelayanan di RSK Budi Rahayu. Seperti diungkapkan

seorang dokter:

”pada masa mendatang perlu adanya tenaga psikolog, ataupun


kalau tidak ada paling nggak orang yang mendapat pelatihan
konseling, syukur jika ada suster yang memiliki basic konseling.
Saat ini untung terbantu adanya suster …, tapi harapannya bahwa
ada satu yang fokus dibidang ini. Karena pasien lebih memilih
suster daripada awam. Aura suster beda dengan awam”
(H.Usl.D1)

Pernyataan tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh pasien

VIP:

“sangat penting, karena pada posisi sulit “saat orang mengalami


sakit”, ia butuh teman, empati, dan dorongan. Terlebih dirumah
sakit katolik Budi Rahayu ini, karena RS ini menjadi pusat pilihan
rakyat Blitar. Dengan layanan ini orang sakit bisa menyampaikan
harapannya (rindu untuk sembuh), mendapat motivasi, dan
dukungan. Lebih baik lagi jika ada Romo, suster biarawati, karena
ada sugesti yang berbeda” (S3.9)
Pernyataan perawat yang lain:

“Masukannnya ada tenaga konseling, memang saat ini ada


Sr…yang terlibat, namun bila belliau pergi. Tidak ada
pendelegasian, maka KR (Kepala Ruangan) yang bertanggung-
jawab atas pasien di ruangan itu. Kalau KR sibuk, siapa?”
(H.US.P2)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130

Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa tenaga psikolog/

konselor sangat dibutuhkan di RSK Budi Rahayu Blitar. Karena pasien

datang ke rumah sakit tidak hanya sakit secara fisik saja, hal itu terungkap

ketika menceritakan secara pribadi bahwa ada latar belakang masalah

dalam hubungannya dengan keluarga (suami, istri, menantu, dsb). Seperti

diungkapkan seorang dokter:

“Pendekatan kita teorinya memang harus holistik, mungkin sama


dengan di BK. Kalau yang psikosomatis ini psikisnya tidak ada
intervensi, penyakitnya tidak akan sembuh. Kadang suami istri
bertengkar, kalau yang pribadi malah kadang kita tidak bisa apa-
apa” (PTK.D1)

Sakit yang dialami oleh pasien akibat masalah yang dihadapi

membutuhkan pendampingan dan konseling yang mendalam. Hal itu

membutuhkan waktu yang panjang, maka sangat penting adanya seorang

petugas konseling yang intensif dibidang pelayanan ini. Meskipun tidak

ada masalah berat ada kalanya pasien membutuhkan seseorang yang bisa

mendengarkannya dengan hati dan memiliki keterampilan komunikasi

yang efektif, dalam menanggapi ungkapan hati si sakit. Seperti

diungkapkan seorang pasien rawat inap (VIP):

“supaya layanan konseling ditetapkan dan ada tenaga khusus,


sehingga secara periodik bisa mendampingi pasien yang
membutuhkan. Selain itu juga penting bagi konselor yang ramah,
bisa mencairkan suasana, sehingga kedatangannya tidak terlalu
kaku. Sesungguhnya saat sakit, pasien butuh seseorang yang bisa
mendengarkan untuk menyampaikan ungkapan hatinya” (S3.13)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131

B. Pembahasan

1. Perencanaan Layanan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Purwanto (2014:106), mengungkapkan bahwa perencanaan

merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga

dan bagi setiap kegiatan, baik perorangan maupun kelompok. Lebih lanjut

ia mengungkapkan bahwa tanpa perencanaan atau planning, pelaksanaan

suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan mungkin kegagalan. Maka

sangat penting membuat perencanaan setiap tahunnya. Selain itu ada

pepatah kuno mengatakan tentang dokumentasi: jika tidak direncanakan,

pasti tidak dilaksanakan (Young & Koopsen, 2007:158).

Sesuai ruang lingkup rumah sakit, maka rencana konseling pastoral

mencakup: program (konseling pastoral), sasaran, SDM (tenaga konseling

pastoral), keuangan, dan perlengkapan (Purwanto:107). Hal itu perlu

melibatkan banyak pihak, selain koordinator pastoral care, tenaga

konseling pastoral, juga perawat dan dokter yang terlibat dalam layanan

konseling pastoral ataupun pastoral care. Lebih lanjut Willis (2014: 230),

mengungkapkan bahwa rencana konseling harus mencakup tentang teknik-

teknik konseling, tujuan, langkah-langkah, dan kemungkinan-

kemungkinan adanya hal-hal yang tidak dapat dipecahkan.

Berdasarkan data yang ditemukan peneliti, bahwa di RSK Budi

Rahayu sudah memiliki sebuah perencanaan dalam layanan konseling

pastoral. Hal itu bertujuan agar mampu memberikan sentuhan secara

manusiawi terhadap pasien dan pada akhirnya diarahkan juga untuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132

mengalami kasih Allah Sang Penciptanya.

Perencanaan mengacu pada program tahunan pastoral care secara

umum dan tetap setiap tahunnya. Sehingga ketika ditanya tentang program

dan perencanaan konseling pastoral, responden yang terlibat dalam

layanan konseling pastoral tidak tahu dan mengatakan tidak ada. Hal ini

berdasarkan pernyataan responden yang mengatakan sebagai berikut:

“selama ini tidak ada program suster, tidak ada sosialisasi”.

Dari hasil di atas maka sangat penting bagi RSK Budi Rahayu

Blitar (unit pastoral care/konseling pastoral) membuat program setiap

tahunnya dan mensosialisasikan pada pihak-pihak yang terlibat dalam

layanan ini serta kepada pasien dan keluarganya.

Perencanaan perawatan spiritual yang efektif harus didasarkan

pada penilaian yang telah dilaksanakan. Jadi perencanaan harus

mencerminkan kebutuhan yang dikenali selama fase penilaian, penilaian

harus diverifikasi dengan pasien dan realistik. Sasaran harus disepakati

oleh kedua belah pihak (Koopsen dan Young, 2007: 155). Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan program konseling

pastoral perlu adanya penilaian atau analisis kebutuhan terlebih dahulu.

Taylor (Koopsen dan Young, 2007: 155), mengungkapkan bahwa

kesehatan spiritual mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis, maka ia

harus menjadi prioritas utama saat perencanaan perawatan, khususnya bagi

pasien yang didiagnosis menderita distres spiritual.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133

Jadi perencanaan layanan konseling pastoral mencakup, antara

lain: analisis kebutuhan klien (pasien), teknik konseling, tujuan, langkah-

langkahnya dan kemungkinan-kemungkinan adanya hal-hal yang tidak

dapat dipecahkan.

2. Pelaksanaan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Dari hasil penelitian, pelaksanaan Konseling Pastoral RSK Budi

Rahayu Blitar sudah terlaksana dengan baik. Hal itu sesuai dengan

program yang direncanakan. Meskipun tidak sempurna, namun nampak

adanya usaha bagi setiap pihak yang terlibat dalam melaksanakan layanan

tersebut.

Keterbatasan tenaga ternyata tidak menghalangi terjadinya layanan

konseling pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar. Dengan bekal yang ada

yaitu pelatihan pendampingan kepada orang sakit dan bekal pendidikan

keperawatan, tim medis dan tenaga pastoral care berusaha untuk

memberikan layanan spiritual (konseling pastoral) bagi pasien dan

keluarganya. Hal itu terwujud dalam pelaksanaan kunjungan dan

pendampingan pasien sesuai jadwal yang ada; adanya kerjasama antara tim

medis (dokter, perawat) dan pelayan pastoral (Romo, suster, pendeta, dan

ulama); adanya prosedur atau langkah-langkah dan teknik-teknik yang

diterapkan saat melakukan pendampingan pasien; serta etika yang mereka

pegang dalam pemberian layanan ini.

Pelaksanaan konseling pastoral menurut Tulus Tu’u (2007:86-93)

mencakup tiga tahap yaitu: 1) tahap awal ; 2) tahap inti; 3) tahap penutup.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134

Lebih lanjut Willis (2014: 50-54), mengungkapkan bahwa proses

konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik.

Menurut Willis (2014: 50), proses konseling dibagi menjadi tiga tahapan

yaitu: 1) tahap awal konseling, hal ini mencakup: membangun hubungan;

memperjelas dan mendefinisikan masalah;membuat penaksiran;

menegosiasikan kontrak, 2) tahap pertengahan (tahap kerja), mencakup:

menjelajahi dan mengekplorasi masalah; menjaga hubungan konseling

agar terpelihara; proses konseling berjalan sesuai dengan kontrak, 3) tahap

akhir (tahap tindakan).

Pelayan pastoral sudah melaksanakan proses layanan konseling

pastoral sesuai dengan tahap-tahapnya. Yaitu diawali dengan melihat data

pasien dan mencari informasi kepada tim medis yang bertugas, setelah itu

melakukan kunjungan. Diawal proses pendampingan selalu diawali

dengan membangun hubungan dengan pasien, setelah merasa nyaman

maka dengan sendirinya pasien menceritakan pergulatan maupun masalah-

masalah yang dihadapinya, setelah tergali petugas memberikan informasi

dan solusi juga pilihan-pilihan yang membebaskan, memberi dukungan

dan menutup konseling serta membuat kontrak bila dibutuhkan lagi.

Dalam pelaksanaan program tentunya tidak berjalan sempurna,

keterbatasan dan kekurangan baik sumber daya manusia, keuangan,

sarana dan prasarana tentunya turut menentukan kelancaran pelaksanaan

konseling di RSK Budi Rahayu Blitar.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135

Dari hasil penelitian ditemukan adanya hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan layanan konseling pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar,

hambatan yang ada meliputi: keterbatasan tenaga yaitu tidak adanya

tenaga khusus (konselor) rumah sakit, pelayan pastoral masih kurang

dalam pengetahuan dan pengalaman tentang konseling, tidak adanya

ruang konseling, tidak semua perawat tertarik dalam layanan ini,

pengetahuan dan pemahaman pasien/klien yang kurang sehingga

membutuhkan waktu yang lama.

3. Hasil Pelaksanaan Konseling Pastoral RSK Budi Rahayu Blitar

Konseling pastoral yang dilaksanakan dan diberikan kepada pasien

dan keluarga memberi dampak positip dan manfaat bagi para pasien dan

keluarganya, rumah sakit, maupun pihak konselor yang melaksanakannya.

Dari hasil penelitian ditemukan banyak manfaat dari layanan

konseling pastoral bagi pasien dan keluarganya, antara lain: pasien

mengalami penghiburan, perhatian, dukungan/motivasi, didengarkan,

diterima dengan empati. Dari pengalaman-pengalaman positip tersebut

sehingga memberikan pengharapan bagi pasien untuk sembuh dan dapat

menerima situasi sakitnya dengan terbuka, selain itu keluarganya juga

merasakan penghargaan dari pihak rumah sakit.

Pengalaman positip yang dialami oleh pasien dan keluarganya juga

memberikan manfaat bagi RSK Budi Rahayu Blitar yaitu meningkatkan

rasa kepercayaan dan kualitas, serta jumlah pengunjung di RSK Budi

Rahayu Blitar. Demikian bagi seorang konselor pastoral juga merasakan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136

bahwa pelayanan pastoral yang dijalankan sebagai suatu anugerah dan

panggilan. Pengalaman dalam mendampingi pasien semakin menyadarkan

bahwa mereka hanya sebagai perpanjangan tangan Tuhan, membuat

mereka diperkaya dalam iman, dan membuatnya semakin rendah hati

bahwa karya Roh Kuduslah yang memampukan mereka.

Hal di atas sesuai dengan fungsi-fungsi layanan konseling pastoral

yang diungkapkan Clebsch dan Jaekle (Wiryasaputra:1999), bahwa

konseling pastoral mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

menyembuhkan (healing); menopang (sustaining); membimbing

(guiding); memperbaiki hubungan (reconciling); mendidik/membina

(educating/forming).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang

kesimpulan dari penelitian. Hal ini mencakup garis besar hasil yang didapatkan

oleh peneliti. Bagian saran memuat saran, saran ditujukan untuk pihak rumah

sakit (RSK Budi Rahayu, koordinator Pastoral Care/PC, petugas layanan PC

ataupun pihak yang terlibat dalam pelayanan konseling pastoral), dan bagi

Program Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan layanan Konseling

Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar, maka dapat diperoleh beberapa

kesimpulan:

1. Perencanaan layanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur.

a. Perencanaan layanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar

sudah terlaksana. Perencanaan mengacu pada program pastoral care

secara umum. Hal itu meliputi: kegiatan manusiawi (kunjungan dan

sapaan), pendampingan/konseling, siaran radio, penerimaan sakramen

bagi yang membutuhkan.

b. Perencanaan sesuai tujuan yaitu untuk mendampingi pasien dalam

mengumuli pengalaman hidupnya, sehingga pasien menemukan makna

137
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138

dalam hidupnya dan semakin mampu mengembangkan potensi yang

ada dalam dirinya.

c. Layanan ini sudah tepat sasaran yaitu bagi semua pasien tanpa

memandang suku dan agama.

d. Selain petugas PC (pastoral care) yang terlibat dalam layanan ini, juga

ada dokter, para perawat, dan suster pemilik rumah sakit yang tergerak

untuk terlibat dalam pelayanan ini.

e. Tersedia sarana dan prasarana, serta media yang bisa menginspirasi

pasien maupun anggota keluarganya.

2. Pelaksanaan Layanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur.

a. Pelaksanaan layanan konseling Pastoral berjalan dengan baik, hal itu

karena sudah direncanakan dan dijadwalkan. Sudah tepat sasaran yaitu

para pasien yang membutuhkan pendampingan/konseling tanpa

membedakan agama.

b. Ada kerjasama dan keterlibatan dari banyak pihak, yaitu: dokter, para

perawat, suster pemilik rumah sakit, dan majelis.

c. Teknik konseling yang diterapkan lebih pada penerimaan, yaitu dalam

bentuk komunikasi teraupetik. Maksudnya adalah komunikasi yang

ditandai adanya rasa empati, menghargai, mendengarkan dengan penuh

perhatian, memberikan dukungan (senyuman, sentuhan, pandangan

yang bersahabat).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
139

d. Pelaksanaan sesuai langkah-langkah konseling, meskipun tidak ada

dalam perencanaan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut: 1) tahap awal, yaitu mencari data pasien. Hal itu dilakukan

agar mengetahui penyakit dan kebutuhan pasien. Setelah itu

melakukan kunjungan dan membangun relasi yang baik dengan pasien;

2) tahap kerja, meliputi: mendengarkan apa yang menjadi pergumulan

pasien, mengeksplorasi; 3) tahap akhir/penutup: memberi informasi,

saran dan alternatif-alternatif, serta dukungan, dan kontrak waktu bila

dibutuhkan.

e. Dalam proses pelaksanaan juga mengalami hambatan antara lain:

1) Keterbatasan tenaga

2) Pemahaman dan pengetahuan pasien yang minim, sehingga

membutuhkan waktu karena harus menjelaskan secara detail dan

ulang-ulang.

3) Petugas inti yang melakukan pendampingan memiliki latar

belakang diluar bidang psikologi dan konseling, sehingga ada

kalanya mengalami kesulitan dan rasa canggung dalam

memberikan layanan ini.

4) Jam kunjung keluarga pasien tidak dibatasi, sehingga konseling

terhenti bila ada keluarga yang kunjung.

5) Tidak ada ruang konseling.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
140

3. Hasil Layanan Konseling Pastoral di RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa

Timur.

Manfaat layanan konseling pastoral adalah membantu para pasien

mengalami penghiburan, perhatian, dan kasih Allah yang hadir dalam

setiap pribadi yang menyapa, mendampingi dan menghiburnya.

Pendampingan, sentuhan manusiawi dan rohani, menyadarkan pasien

bahwa kesembuhan tidak hanya dari obat. Melainkan kehadiran, dukungan

dan penghiburan serta doa dari sesama juga turut menyembuhkannya.

Selain pasien, keluarga juga merasakan manfaat dari layanan ini yaitu

merasakan adanya penghargaan dan perhatian dari pihak rumah sakit.

Dampak positip juga dialami oleh pihak konselor, yaitu mereka

semakin menyadari bahwa keterlibatannya merupakan anugerah dan

panggilan Tuhan. Selain itu mereka juga mengalami sukacita dan

kesembuhan. Kemudian bagi RSK Budi Rahayu Blitar, juga mendapatkan

kepercayaan, sehingga dari rasa kepercayaan masyarakat mampu

meningkatkan kualitas dan kunjungan pasien di rumah sakit ini.

B. Saran

Demi optimalnya pelaksanaan layanan Konseling Pastoral di RSK Budi

Rahayu Blitar-Jawa Timur, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Bagi RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur.

Rumah sakit perlu merencanakan penambahan ruangan unit pastoral care

untuk ruang konseling yang aman dan nyaman bagi klien. Selain itu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141

konselor rumah sakit sangat dibutuhkan pada masa sekarang terkait kasus-

kasus yang dialami pasien tidak hanya secara fisik melainkan mental dan

spiritual.

2. Bagi Koordinator Pastoral Care dan Staff

Koordinator PC dan staff perlu menetapkan jadwal evaluasi program PC,

khususnya dalam bidang pelayanan rohani (konseling pastoral) bagi pasien

maupun keluarganya. Jika memungkinkan dalam evaluasi melibatkan

semua yang terlibat dalam pemberian layanan Konseling Pastoral.

3. Petugas Layanan PC ataupun pihak yang terlibat dalam pelayanan

konseling pastoral.

Para pelayan pastoral, sebaiknya memiliki latar belakang pendidikan di

bidang Psikologi ataupun mereka yang memiliki pengetahuan dan

mendapat pelatihan dalam bidang konseling pastoral.

4. Bagi Program Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma.

Layanan konseling pastoral di rumah sakit sangat penting dan dibutuhkan,

demi pemahaman mahasiswa dalam bidang ini sebaiknya Program

Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

menambahkan jam ataupun materi-materi yang terkait dengan bidang

tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa hasil karya ilmiah ini masih banyak

keterbatasan. Keterbatasan itu disadari oleh peneliti bahwa diawal penelitian

penulis kurang mempersiapkan diri. Ada beberapa hal yang belum secara

penuh dikuasai oleh peneliti. Bagi peneliti, konseling pastoral adalah sesuatu

yang masih baru, terlebih di bidang kesehatan khususnya di rumah sakit.

Konsep tentang konseling di bidang pendidikan masih terlalu kuat terbawa

oleh peneliti, sehingga sempat menimbulkan keraguan. Peneliti larut dalam

layanan konseling pastoral, sehingga hasil wawancara diawal penelitian

menjadi bias. Akibatnya peneliti harus menambah waktu penelitian untuk

menghasilkan data yang akurat.

Ada beberapa hal yang kurang bisa tergali datanya, karena waktu

penelitian yang terbatas. Selain itu juga ada beberapa responden/pasien yang

kurang terbuka. Peneliti masih perlu meningkatkan wawasan dan

pemahamannya di bidang konseling pastoral di rumah sakit, psikologi orang

sakit dan pendekatan konseling yang tepat bagi pasien, serta evaluasi program

konseling pastoral.

Adanya keterbatasan-keterbatasan itu menyadarkan peneliti bahwa dalam

penelitian kualitatif perlu persiapan yang matang dan penguasaan tentang apa

yang akan diteliti, serta siap terhadap adanya perubahan-perubahan yang

terjadi. Atas keterbatasan-keterbatasan tersebut peneliti mohon maaf.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Abineno J.L.CH, 1994. Pelayanan Pastoral Kepada Orang-Orang Sakit.


Jakarta:BPK Gunung Mulia.
_____________, 2006. Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
_____________, 2014. Pelayanan Pastoral Kepada Orang Sakit. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Arikunto Suharsimi, 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Arikunto Suharsimi & Abdul Jabar CS, 2008. Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Badrujaman Aip, 2011. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan
Konseling. Jakarta: PT Indeks.
Beek Aart Van, 1987. Konseling Pastoral Sebuah Buku Pegangan Bagi Para
Penolong Di Indonesia. Semarang: Satya Wacana.
Collins Garry R, 1989. Konseling Kristen yang Efektif. Malang: Seminari Alkitab
Asia Tenggara.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gula Richard M, 2009. Etika Pastoral. Yogyakarta: Kanisius.
Hidayanti Ema, (Januari-Juni 2012). Pelayanan Bimbingan Konseling Bagi
Pasien Rawat Inap. Diambil pada tanggal 18 November 2014, dari
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/dakwah/article/view/126/125.
Haarsma F, 1991. Pastorat Dalam Dunia. Yogyakarta: Puspas.
Moleong L.J, 2007. Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Puspas.
__________, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
O’Brien Mary Elizabeth, 2009. Pedoman Perawat untuk Pelayanan Spiritual:
Berdiri di Atas Tanah yang Kudus. Medan: Bina Media Perintis.
Suprana Oo, (2009). Analisis pengaruh pelayanan rohani terhadap kepuasan
pasien rawat inap di rumah sakit panti wilasa “dr. cipto”, semarang tahun
2009 (tesis magister, universitas diponegoro semarang 2009). Diambil pada
tanggal 24 September 2014, dari
http://core.ac.uk/download/files/379/11718245.pdf.

143
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
144

Purwanto M. Ngalim, 2014. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suhardi Alfons S, 1987. Pedoman Etis Dan Pastoral Rumah Sakit Katolik.
Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.
Susabda Yakub B, 1983. Pastoral Konseling Buku Pegangan untuk Pemimpin
Gereja dan Konselor Kristen.Pendekatan Konseling di Dasarkan pada
Integrasi antara Psikologi dan Teologi. Malang: Gandum Mas.

Tulus Tu,u. 2007. Dasar-dasar Konseling Pastoral: Panduan bagi Pelayanan


Konseling Gereja, Yogyakarta: ANDI Offset.

Widjojo Subroto dkk, 2005. Konseling Pastoral Katolik. Pusat Pelayanan


Konseling dan Konsultasi Psikologi “SHEKINAH”.
Wijayatsih Hendri, (April/Oktober 2011). Pendampingan dan Konseling Pastoral.
Gema Teologi, 35, 0853-4500.
Wilis Sofyan S, 2014. Konseling Individual, Teori dan Praktek. Bandung:
Alfabeta.
Wiryasaputra Totok S, 1999. Konseling Pastoral Sarana pelayanan Karya
Kesehatan. Yogyakarta: Puspas.
Young Caroline & Koopsen Cyndie, 2007. Spiritual, Kesehatan, dan
Penyembuhan. Medan: Bina Media Perintis.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

L
A
M
P
I
R
A
N
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DATA HASIL WAWANCARA RESPONDEN (Suster, Pastor, Dokter, Perawat, Petugas PC, Majelis)

ASPEK KODING REDUKSI HASIL/KESIMPULAN

Sasaran PC 1. Ya semua pasien (px) dan keluarganya suster, tapi 1. Semua pasien (px) dan 1. Semua pasien (px) /
(PSs) biasanya saya berani sedikit-sedikit yang katolik (PSs.D1) keluarganya, khususnya yang penderita dan
2. Menurut saya yang menjadi sasaran utama ya semua beragama katolik (PSs.D1; keluarganya (PSs. D1,
penderita suster, tanpa memandang agama (PSs.D2) Rm; PSs.PC) Pc, D2, P1, Rm).
3. Menurut saya ya seluruh pasien rawat inap di rumah sakit 2. Semua penderita, tanpa 2. Tanpa memandang
ini sus, tanpa memandang agama memandang agama (PSs.D2). agama (PSs.D2).
(PSs.D3) 3. Seluruh pasien rawat inap di 3. Seluruh pasien rawat
PELAKSANAAN

4. umat kristiani pada umumnya dan beberapa umat lain yang rumah sakit, tanpa inap (PSs.D3)
minta untuk didoakan dan memiliki dasar iman yang sama/ memandang agama 4. Pasien-pasien yang
orang lain yang sudah terbiasa dengan iman katolik ( PSs.P1; PSs.D3, IC) dalam proses persalinan
(PSs.Rm) 4. Pasien dengan kasus/penyakit atau setelah operasi
5. Selama ini yang saya lihat itu, semua pasien terutama ini yang istimewa, komplikasi; 5. pasien dengan
ter, pasien-pasien yang dalam proses persalinan atau yang mengalami kasus/penyakit yang
setelah operasi. Misalnya pasien yang post SC hari I, psikosomatis; Stroke (CVA), istimewa, Stroke (CVA),
operasi Caesar.biasanya kadang kan merasa cemas, itu Hipertensi pasien post Hipertensi komplikasi;
biasanya (PSs.P1) operasi; dan pasien yang yang mengalami psiko-
6. Yaitu ter, biasanya pasien dengan kasus/penyakit yang tidak dijaga keluarganya somatis (kecemasan
istimewa; dengan sakit yang sudah komplikasi; yang (PSs.P1; PSs.P2; P2.1; P3; tinggi); dan juga pasien
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

mengalami psikosomatis; pasien post operasi; dan juga P4, IC) yang tidak dijaga
pasien yang tidak dijaga keluarganya (PSs.P2) 5. pasien-pasien dengan kondisi keluarganya (PSs.P2),
7. Biasanya ini ter, pasien dengan kasus istimewa, pasien penyakit yang berat seperti (2.1), (PSs.P4).
kritis dan pasien yang mengalami gangguan mental (PSs.P3)
(psikosa) (PSs.P2.1). 6. pasien yang membutuhkan
8. Suster setahu saya, biasanya yang dikunjungi adalah pendampingan khusus(IC) 6. pasien yang
pasien-pasien dengan kondisi penyakit yang berat seperti membutuhkan
Stroke (CVA), Hipertensi, tapi juga ke pasien-pasien yang pendampingan khusus.
dengan kondisi yang mulai membaik, menurut saya semua Jadi sasaran layanan
ter dikunjungi walau hanya disapa (PSs.P3) konseling pastoral
9. Biasanya pasien dengan kasus atau penyakit yang adalah: semua pasien
istimewa, misalnya: penyakit-penyakit yang komplikasi, rawat inap dan ke-
penyakit dengan kasus operasi/kasus bedah, pasien yang luarganya tanpa me-
mengalami masalah psikologis (PSs.P4). mandang agama. Ter-
10. rata-rata hampir semua kasus di ICU ter, dan bila kondisi utama untuk pasien yang
pasien tidak sadar, biasanya didoakan saja. Contoh kasus mem-butuhkan
px yang dikunjungi adalah: pasien-pasien di ICU dengan pendampingan khusus
kasus jantung, px anak-anak yang rata-rata dengan kasus dan pasien yang
(PSs.IC) istimewa (sakit berat).
11. ya selama ini ya pasien yang membutuhkan pendampingan
khusus, pasien yang mengalami kecemasan yang tinggi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

akan penyakit yang dideritanya yang akan menghambat


aktifitasnya. Misalnya: pasien penderita kanker dan stroke
(PSs.IC).
12. biasanya pasien yang khusus sus, misalnya: Kanker,
Hipertensi, Ibu melahirkan ( setelah lahir bayi meninggal
dunia ), bunuh diri; selain itu juga keluarga pasien, nah..
Apabila pasien tidak bisa diajak komunikasi, maka kita
menemui keluarganya karena keluarga kan lebih dekat
dengan pasien ter (PSs.PC)
Jadwal 1. wahhh…tidak pasti sih ter, tergantung kasusnya. 1. Tidak pasti, tergantung 1. setiap hari (PW.IC,
Waktu/ lama Seandainya ringan biasanya 15 menit, tapi kalau situasi kasusnya, ringan biasanya 15 PW.D1, PW.SS, PW.PC)
(PW) kritis memang butuh waktu panjang . Selama ini waktunya menit, tapi kalau situasi kritis 2. jamnya tidak pasti
tidak tentu suster, tergantung situasi dan kondisi pasien. memang butuh waktu 3. saat visitebed sekitar 15-
Tetapi setiap hari sering terjadi konseling (PW.IC) panjang, dilakukan setiap hari 20 menit
2. baru awal kita temukan diagnose penyakitnya butuh waktu (PW.IC) 5. 10.00-12.15 (PW.SS)
lama sekitar 15-20 menit, karena masih menerangkan 2. saat visitebed sekitar 15-20 4. setiap hari mulai pukul
penyakitnya, bagaimana pengobatannya, tapi hari menit, hari berikutnya cukup 08.30-09.30 dilanjutkan
berikutnya cukup lima menit kalau tidak ada pertanyaan, lima menit (PW.D1) pukul 10.30-12.15 WIB
kita hanya menerangkan hasil dan perkembangannya, 3. Jam kunjung 10.00-12.15 (PW.PC)
karena di Indonesia ya..memang sakgitu (PW.D1) (PW.SS) Pelayanan konseling pas-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Jam kunjung 10.00-12.15, ya..karena diruangan ketika 4. setiap hari mulai pukul toral dilakukan setiap
pagi masih sibuk dengan keperawatan, obat, rawat luka, 08.30-09.30 dilanjutkan pukul hari, waktunya tidak
dll. Karena memang disini jam besuk 24 jam, makanya kita 10.30-12.15 WIB (PW.PC) tentu. Hal itu men-
harus mengusahakan sendiri, kalau banyak tamu ya yesuaikan konselornya
ditinggal dulu (PW.SS) (dokter, perawat,
4. utk pendampingan dilakukan setiap hari ter, mulai pukul pendeta, romo). Tetapi
08.30-09.30 dilanjutkan pukul 10.30-12.15 WIB. Karena untuk unit PC melakukan
jam itu pasien sudah selesai mendapat perawatan dan jam setiap hari 08.30-
09.30 kembali kePC karena saat jam itu banyak 09.30/10.00 WIB
pengunjung yang datang menjengguk pasien biasanya dilanjutkan pukul 10.30-
tidak bisa ditargetkan sus, tergantung situasi pasiennya. 12.15 WIB (PW.PC),
Biasanya per paviliun bergantian setiap hari. Jika perlu sedangkan suster 10.00-
biasanya setelah jam kunjung, saya lanjutkan (PW.PC) 12.15 (PW.SS). Ada
tindak lanjut bila
dibutuhkan.
AUDIO Audio diaktifkan dari jam 07.00-13.00 suster, jam13.00 Audio diaktifkan dari jam 07.00- Ada renungan pagi, doa, dan
berhenti, karena jam istirahat selain itu jam13.00 saya 13.00 suster instrument mulai pukul
bertugas di perpustakaan rumah sakit dan bila saya ada di 07.00-13.00
PC karena tidak ada komputer diruangan itu sehingga
untuk pencatatan saya kerjakan di PC. Hal itu juga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

memudahkan jika ada yang membutuhkan layanan PC


(PC)

Jumlah 1. Itu juga tergantung kasusnya ter, biasanya pasien dan 1. tergantung kasusnya (PJP Jumlah pertemuan
pertemuan keluarganya kalau sudah tenang ya sudah cukup, dan bila .IC, PC ) pendampingan/konseling
(PJP) dan mereka konsultasi lagi ya kita layani. Tapi biasanya cuma 2. sekali (PJP. IC, SS, Rm) hanya satu kali (PJP. IC, SS,
dinyata sekali (IC) 3. mereka sudah mencari Rm), ada tindak lanjut bila
kan Selesai 2. biasanya terjadi hanya satu kali, tidak pernah ada kasus alternative, saya rasa ada kasus tertentu/pasien
(PS) yang terlalu serius (PJP.Rm) mereka sudah bisa membutuhkan kehadiran
3. Biasanya ketika mereka sudah mencari alternative- mandiri; sudah merasa konselor lagi.
alternatif dan sudah cocok dengan dirinya. Saya rasa senang, mau apa sudah Dinyatakan cukup dan
mereka sudah bisa mandiri, saya menghindari adanya direncanakan (PS.PC) selesai bila:
ketergantungan, menghibur-hibur, memang aranya tidak 1. tidak ada kasus yang
kesana, dan saya rasa ia sudah bisa (SS). terlalu serius
4. Mungkin sekali dilihat, ternyata dia sudah merasa senang, 2. pasien sudah mengalami
mau apa sudah direncanakan, biasanya ya sudah jalan perubahan dan mencari
sendiri. (SS) alternatif-alternatif yang
5. tergantung sus, biasanya sekali. Biasanya saya cocok dengannya.
menawarkan apakah saya perlu datang atau tidak? Jika ya 3. pasien dipercaya bahwa
saya akan hadir lagi. (PC) bisa mandiri.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Kerja sama 1. Suster, saya merasa sebagai dokter, belum menjalin 1. belum menjalin kerjasama Ada kerjasama dan relasi
(PKs) kerjasama dengan unit PC, dalam penanganan pasien- 2. bekerja sama dengan baik yang baik antara tenaga PC
pasien di ruang rawat inap (PKs.D1) (PKs.P1, PKs.P2, PKs.IC, dengan tim medis (dokter
2. Ya, selama ini kami bekerja sama dengan baik sus PKs.P4, PKs.S) dan perawat), karena
(PKs.P1) 3. kerjasama selama ini sebatas layanan ini diterima sebagai
3. Ya suster selama ini ada kerjasama sus (PKs.P2) pemberitahuan, dan bagian yang saling
kerjasama selama ini sebatas pemberitahuan, pemberian pemberian layanan berkesinambungan dan
layanan sakramental (2.1). sakramental (Rm). tidak bisa terpisah-pisah (Pks
4. Ya ter relasinya cukup baik, petugas PC sering P1, P2, P3, P4, IC, S). hal
menanyakan tentang jumlah pasien dan agamanya,dan yang berbeda diungkapkan
perawat sering menghubungi petugas PC saat ada seorang responden yang
permintaan sakramen perminyakan dari keluarga pasien menyatakan belum menjalin
(PKs.P3) kerjasama. (PKs.D1).

5. ada ter (PKs.P4)


6. Iya ter, terjalin kerjasama yang baik antara para perawat
dan petugas PC oleh karena kesinambungan yang tidak
bisa terpisah-pisah. Misalnya: dari unit perawatan memberi
motivasi dan tawaran untuk perminyakan pada pasien,
kemudian perawat menyampaikan kepada petugas PC dan
petugas PC menghubungi romo dan melakukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pendampingan pada saat perminyakan; bila ada px yang


membutuhkan konseling, dari perawatan juga
menghubungi ke PC dan selalu direspon dengan baik
(PKs.IC).
7. sejauh yang saya tahu ada kerjasama dan relasi yang baik
antara petugas PC dengan para perawat (PKs.S).
Langkah- 1. Proses konseling selama ini banyak dilakukan sambil 1. keluarga dipanggil ke ruang Fase/tahap proses konseling:
langkah PC dokter melakukan visite (bedsite counseling). Tetapi untuk perawat; pasiennya sendiri 1. Pembukaan: membangun
(PLL) kasus-kasus penyakit yang tidak bisa sembuh. Prosesnya: diupayakan agar mendapatkan hubungan pribadi dengan
keluarga dipanggil ke ruang perawat untuk mendapat informasi-informasi yang konseli (berkunjung,
penjelasan detail, sedangkan untuk pasiennya sendiri tidak menambah stress menyapa, perkenalan,
diupayakan agar mendapatkan informasi-informasi yang 2. Saya berusaha mengenal dan pertanyaan basa-
tidak menambah stress pada yang bersangkutan (PLL.D1) mereka, Awalnya kita perlu basi, serta menemani)
2. Biasanya mbak Ac…melihat status untuk mengetahui mengenal latar belakang “Saya berusaha
identitas dan kasus pasien-pasien yang akan dikunjungi, pasien, pekerjaannya, “pak, mengenal mereka,
setelah itu baru berkunjung (PLL.P1) bu…nopo sing dirasake?”, Awalnya kita perlu
3. Sebelum kunjungan biasanya meminta ijin kepada kepala kebiasaannya bagaimana? mengenal latar belakang
ruangan atau penanggung jawab saat itu suster; kemudian (PLL.D1) pasien, pekerjaannya,
menanyakan pada petugas tentang pasien dan keluarga. 3. meminta ijin kepada kepala “pak, bu…nopo sing
Kira-kira pasien mana saja yang perlu dilakukan ruangan (PPL.P2, PPL.P2.1, dirasake?”, kebiasaannya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

kunjungan PC atau ada kasus istimewa (PPL.P2) PLL.P4) bagaimana?” (PLL.D1)


4. Minta ijin petugas yang bertugas waktu itu (KP); 4. menanyakan pada petugas 2. Penjelasan: menerima
Menanyakan kepada petugas, px mana saja yang perlu tentang keadaan pasien dan ungkapan konseli apa
dikunjungi; Langsung mengadakan konseling; Melakukan keluarga, mana saja yang adanya, serta
pendokumentasian data pasien yang dikunjungi; Petugas perlu dilakukan kunjungan PC mendengarkan
yang bertugas saat itu menandatangani buku kegiatan PC atau ada kasus istimewa dengan penuh perhatian.
(PPL.P2.1) (PLL.P2, PLL.P2.1, PPL.S) Berusaha menentukan
5. sebelum ke pasien biasanya petugas PC melihat status 5. melihat status untuk jenis masalah masalah
pasien, melihat tentang catatan keadaan pasien mengetahui identitas dan dan pendekatan
sebelumnya, dan kadang menanyakan ke petugas ruangan kasus pasien-pasien yang konseling yang
tentang keadaan pasien (PPL.P3) akan dikunjungi (PLL.p2, sebaiknya diambil. Ini
6. petugas PC meminta ijin dulu ke penanggungjawab PLL.IC), melihat tentang belum terlalu Nampak,
ruangan untuk melakukan kunjungan pasien (PPL.P4) catatan keadaan pasien biasanya langsung
7. petugas PC menanyakan identitas px termasuk agamanya sebelumnya (PPL.P3). pemberian informasi dan
dan kondisinya secara garis besar; (PPL.IC) 6. berkunjung, langsung ke saran.
8. sejauh saya tahu “ya”, karena sebelum pelayanan pastoral ruangan (PPL.P1) “memahami situasi
care melakukan kunjungan terlebih dahulu datang dan 7. mengadakan konseling orang sakit, biasanya
bertanya tentang pasien-pasien yang dirawat di RS di (PPL.P2.1) dengan me-nyapa,
kantor perawatan unit tersebut bertanya kepada perawat 8. Melakukan memberi peluang kepada
ruangan mengenai pasien yang dirawat saat itu, penyakit pendokumentasian data pasien untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

yang diderita pasien (PPL.S) pasien yang dikunjungi; PC menceritakan


9. biasanya saya kunjungan pasien dan keluarga pasien sus, (PPL.P2.1) permasalah-annya;
nah untuk langkah-langkahnya itu biasanya seperti ini sus, 9. melihat status pasien setelah itu kita
saya datang langsung ke ruangan, setelah itu melihat status (agamanya, sakitnya, dokter, mendengarkannya
pasien (agamanya apa?, sakitnya, dokter, asalnya), ya asalnya) dengan penuh kesabaran
sudah kalau selesai kunjungan biasanya keruangan lagi 10. melakukan pendekatan 1) dan kesempatan yang
untuk melakukan pencatatan; (pertama melakukan menyapa,& menemani;2) lebih bertemu dengan
pendekatan dengan berkunjung, menyapa, dan menemani; memberikan pendampingan pasien” (S).
2) memberikan pendampingan untuk menggali sejauh untuk menggali sejauh mana 3. Penggalian latar
mana apa yang dialami pasien pada saat itu; 3) menanggapi apa yang dialami pasien pada belakang masalah:
ungkapan pasien; 4) memberikan saran) (PLL.Pc) saat itu; 3) menanggapi mengadakan analisis
10. memahami situasi orang sakit, setelah itu; Memancing ungkapan pasien; 4) mem- kasus, sesuai dengan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana berikan saran (PLL.Pc) pendekatan konseling
(bagaimana...., lalu....oya...). Pasti suster sudah mengerti 11. memahami situasi orang sakit yang dipilih.
itu (sambil tertawa), peneliti iya Romo tetapi teori dengan 12. Memancing dengan per- “Menanyakan: sakit yang
praktek kan kadang berbeda; menguatkan mereka, orang tanyaan-pertanyaan yang dirasakan,cari tahu apa
sakit tidak bisa disamakan dengan orang pada umumnya sederhana (bagaimana..,lalu.... yang menjadi ganjalan
(PLL.Rm) o..ya...) (masalah) yang dialami.
11. Saya mencari data pasien: phisik, agama, data dari 13. Menguatkan mereka Dari situ saya bisa
perawat. Dengan gambaran yang didapat, kemudian 14. mencari data pasien; menangkap dimana ada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

mengunjungi pasien dan keluarga bila ada yang jaga; mengunjungi pasien dan masalah yang didengar
Menanyakan: sakit yang dirasakan,cari tahu apa yang keluarga; bertanya; dan klarifikasi dengan
menjadi ganjalan (masalah) yang dialami. Menangkap (mendengarkan pasien dan keluarga”
12. Menangkap: dimana masalah yang didengar dan klarifikasi dan klarifikasi); pemberian (SS)
dengan pasien dan keluarga. saran dan alternatif yang 4. Penyelesaian masalah:
13. Menyarankan beberapa alternatif yang sesuai dengan sesuai; kontrak waktu; pamit menyalurkan arus
kondisi pasien dan pasien membuat pilihan untuk pemikiran konseli.
15. dilihat dari kasus atau
dijalankan. “maka saat itu saya
diagnose & masalah-masalah
14. Selesai dan pamit. Bila perlu kontrak waktu untuk ketemu mengajak mereka utk
yang sedang dipikirkan;
lagi (PLL.SS). berpikir, juga memberi
konseling;, 1) kita memberi
15. saya mencari datanya dulu, kondisi bagaimana, hasil alternative-alternatif,
gambaran secara medis
pemeriksaan lab bagaimana, mencari informasi ke perawat disamping itu juga tak
kepada pasien, 2) kita
kira-kira pasien butuh bantuan apa?, jadi saya datang tidak terlepas dari campur
memberi dukungan secara
kosong-kosong. Saya datang kepx sudah tahu dan punya tangan Tuhan, sambil
psikis (senyum, sapaan,
gambaran, kira-kira saya bisa memberi apa pada mereka. mengajak mereka untuk
pujian/komunikasi
Awalnya saya memperkenalkan diri, kemudian tanya tetap berdoa. Jika
teraupetik), 3) memberi
gejala yang dirasakan, dan memang segala penyakit itu mungkin saya ajak
motivasi kepada pasien
memiliki gejala yang berbeda karena secara ilmu saya tahu berdoa, menganjurkan
supaya mau makan, 4)
dan mengingat itu. Kemudian baru secara ekonomi, saya doa Rosario jika
memberikan saran supaya
jelaskan untuk pengobatan selanjutnya, biaya dan mungkin bagi keluarga
banyak berdoa, membaca
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

kondisinya bagaimana, pasti secara kejiwaan, mereka ada kitab suci, dan novena bagi yang menjaganya.” (SS)
rasa sedih, cemas, maka saat itu saya mengajak mereka umat katolik (P1). 5. Penutup : mengakhiri
utk berpikir, juga memberi alternative-alternatif, disamping 16. 1) meminta ijin pada pasien hubungan pribadi dengan
itu juga tak terlepas dari campur tangan Tuhan, sambil atau keluarga, menjelaskan konseli “memberi
mengajak mereka untuk tetap berdoa. Jika mungkin saya maksud dan tujuan yang akan motivasi kepada pasien
ajak berdoa, menganjurkan doa Rosario jika mungkin bagi dilakukan; 2) setuju dilakukan supaya mau makan
keluarga yang menjaganya. Saya sampai follow up untuk pendampingan & bimbingan; Selesai dan pamit.
hari selanjutnya mereka biasanya lebih baik (PLL.SS) 3) bila tidak setuju kita Mengajak berdoa jika
16. ya hari pertama nampak kecemasan….kemudian baru menerima dengan lapang mungkin. Bila perlu
mengecek latar belakang dari data yang saya pelajari dada; 4) saat akan melakukan kontrak waktu untuk
sebelumnya, saya menyapaikan kelengkapan data, kegiatan pendampingan dan ketemu lagi (PLL.SS)”;
perawatan dan arahnya kemana, sehingga mereka semakin bimbingan, PC melihat menguatkan mereka,
paham dan senang. Dan itu memang yang diharapkan oleh medical raport dan orang sakit tidak bisa
mereka, karena kadang mereka kosong dan tidak mengerti menanyakan agama apa yang disamakan dengan orang
apa-apa, kalau dari penjelasan, saya menanyakan gejala- dianut pasien (agar sesuai) pada umumnya”
gejalanya, maka mereka lansung menerima dan (P2). (PLL.Rm)
mengiyakan, mereka senang dan memperoleh 17. melakukan pendekatan
pemahaman, supaya nanti ditolong diberi obat, sehhg emosional, jika pasien kritis
paham dan mengerti. Mereka justru mengharapkan melihat situasi pasien;
penjelasan-penjelasan seperti itu. (PTK.SS)/LL Memberikan pengertian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17. dilihat dari kasus atau diagnose yang sedang dihadapi kepada keluarga tentang
pasien terlebih dahulu, kemudian masalah-masalah yang kondisi pasien; Menganjurkan
sedang dipikirkan lalu konseling; ada suster, begini pasien agar berdoa sesuai
biasanya yang saya lakukan, 1) kita memberi gambaran agama dan kepercayaan
secara medis kepada pasien, 2) kita memberi dukungan pasien; Menenangkan
secara psikis (senyum, sapaan, pujian/komunikasi keluarga bahwa dokter dan
teraupetik), 3) memberi motivasi kepada pasien supaya petugas kesehatan sudah
mau makan, 4) memberikan saran supaya banyak berdoa, berusaha sekuat tenaga.
membaca kitab suci, dan novena bagi umat katolik (P1). 18. komunikasi dengan pasien;
18. langkah-langkahnya: 1) meminta ijin pada pasien atau mendekati keluarga pasien
keluarga, menjelaskan maksud dan tujuan yang akan untuk menggali informasi
dilakukan; 2) bila setuju langsung dilakukan tentang keadaan pasien
pendampingan & bimbingan; 3) bila tidak setuju kita sehari-hari; mengulas dan
menerima dengan lapang dada; 4) saat akan melakukan menanyakan ke pasien-pasien
kegiatan pendampingan dan bimbingan, PC melihat juga kebiasaan–kebiasaan
medical raport dan menanyakan agama apa yang dianut yang menyenangkan bagi
pasien (agar sesuai) (P2). pasien
19. P2.1: 19. menyapa px/keluarga px
 melakukan pendekatan emosional, jika pasien sambil memberikan sentuhan;
kritis melihat situasi pasien. Melakukan pendekatan agar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 Memberikan pengertian kepada keluarga tentang px merasa nyaman dengan


kondisi pasien. bahasa yang halus,bukan
 Menganjurkan pasien agar berdoa sesuai agama mendikte tetapi memberi
dan kepercayaan pasien. dukungan.
 Menenangkan keluarga bahwa dokter dan petugas 20. sudah terkaji kemudian kita
kesehatan sudah berusaha sekuat tenaga. memberikan arahan, support
20. Biasanya kami melakukan komunikasi dengan pasien. Dari ke pasien (px)/keluarga dan
jawaban dan respon pasien kami bisa menangkap masalah bila perlu kami menanyakan
pasien, bila tidak ada respon yang baik dari pasien saya ke px/keluarga apakah perlu
mendekati keluarga pasien untuk menggali informasi mendatangkan pendeta/pak
tentang keadaan pasien sehari-hari. Dari situ saya bisa kyai/romo untuk doa
mendekati pasien dengan sedikit mengulas dan bersama/sakramen (PLL.IC).
menanyakan ke pasien-pasien juga kebiasaan–kebiasaan 21. memberi peluang kepada
yang menyenangkan bagi pasien, sehingga pasien bisa pasien untuk menceritakan
merespon, dan mungkin sedikit lebih terbuka denga permasalahnnya;
masalahnya dan mau berceritera pada saya (P3). mendengarkannya dengan
21. ICU: langkah-langkahnya: (teknik komunikasi) penuh kesabaran dan
 Kami menyapa px/keluarga px sambil memberikan kesempatan yang lebih
sentuhan (jabat tangan sambil mengenalkan diri). bertemu dengan pasien
 Menanyakan bagaimana yang dirasakan pada saat ini. (PLL.S)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

 Melakukan pendekatan agar px merasa nyaman dengna


bahasa yang halus,bukan mendikte tetapi memberi
dukungan.
 Dengan demikian biasanya px/keluarga akan lebih
terbuka dan kemudian bercerita/menyampaikan
beberapa hal.
 Bila sudah terkaji kemudian kita memberikan arahan,
support ke px/keluarga dan bila perlu kami
menanyakan ke px/keluarga apakah perlu
mendatangkan pendeta/pak kyai/romo untuk doa
bersama/sakramen.
 Bila memang memerlukan kami kemudian
menghubungi petugas PC dan kami menyiapkan segala
keperluannya.
22. Biasanya dengan menyapa, memberi peluang kepada
pasien untuk menceritakan permasalahnnya;
mendengarkannya dengan penuh kesabaran dan
kesempatan yang lebih bertemu dengan pasien (S).
23. Tahap; perkenalan, kemudian menayakan keadaannya (apa
yg dikeluhkan, menopo pak,bu ingkang diraosaken)-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

kemudian setelah mereka cerita (karena biasanya mereka


langsung bercerita sus), setelah itu biasanya saya
mengajaknya untuk mempercayai Tuhan bahwa tidak ada
yang mustahil. Bila mereka mengalami kepahitan terhadap
saudaranya, biasanya saya beri ayat KS Yes 59: 1-2,
terhadap oranglain 1YOh 1:9; dan saya mengajak mereka
untuk terbuka terhadap kesalahan-kesalahannya.
Mendengarkan berdoa, memberikan peneguhan bahwa
Tuhan mengasihi, asal kita percaya Tuhan tidak pernah
membuang kita.

Tehnik 1. khususnya yang katolik ya, jadi memang baik sakit ringan, 1. Pertama pasrah, saya sering 1 Penerimaan (kita sabar
Komunikasi berat, sedang penting untuk membangkitkan mentalnya. minta doa “pak, bu bantu doa menunggu, tidak
PC (PTK) Pertama pasrah, saya sering minta doa “pak, bu bantu doa ya”, saya hanya sebagai memaksa, pelan-pelan
ya”, saya hanya sebagai perantara saja, yang membantu perantara saja, yang (2x) menyadarkan px
tetap yang di atas. Itu suster yang secara umum yang bisa membantu tetap yang di atas untuk terbuka (D1); kita
saya berikan. Bahwa proses pengobatan tidak hanya proses 2. bu, pak…nggih bantu doa ya tidak bisa memaksa, lho
medis, karena Gusi Allah juga turut bekerja. Karena ada biar cepat sembuh kok ceritanya kesana
pengalaman suster, ketika saya jadi dokter muda, ketika 3. Ketika kita ragu-ragu kemari, kita berusaha
pasien kita sembuh saya merasa wah hebat. Hal itu biasanya kita Tanya kepada megikuti alurnya.
berbalik, suatu ketika saya mempunyai pasien yang rawat keluarga yang menjaga (PTK.SS)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

jalan, hari-hari waktu ringan datang pada saya, suatu ketika 4. kita sabar menunggu, tidak 2 Klarifikasi pikiran
dia datang dalam keadaan yang berat (jantung), pikiran memaksa, pelan-pelan (2x) “Tanya ada rencana apa?
saya bahwa orang ini tidak ada harapan mungkin tinggal menyadarkan px untuk Kenapa demikian?” (SS)
menunggu beberapa hari saja, eh..ternyata sembuh dan terbuka 3 Pemberian saran
pulang dalam keadaan sehat, satu bulan kemudian dia 5. menjelaskan (PTK.D1) (PTK.IC; D1)
datang kondisi lebih baik dari kondisi awal dia datang, 6. kita menganjurkan untuk ikut 4 Ajakan melanjutkan
mungkin sudah rasa tidak enak ternyata dia meninggal di BPJS. Kita memberi solusi (bagaimana...., lalu.......)
rumah sakit. Yang datang dalam kondisi ga sehat ternyata dengan menjelaskan cara- 5 Pemberian informasi
pulang dalam keadaan sehat, eh ternyata sebaliknya. Orang caranya dan bagaimana (cara dan bagaimana
yang saya pikir “sehat”, ternyata meninggal. sejak saat itu prosedurnya (PTK.D1) prosedurnya misalnya
saya sadar bahwa dokter itu ga ada apa-apanya.; secara 18. tergantung masing-masing tentang BPJS?)
umum ya…itu tadi, bu, pak…nggih bantu doa ya biar cepat pribadi, itu tidak bisa (PTK.D1)
sembuh ; Ada suster yang kadang kita tidak bisa terang- dijadikan pedoman. Karena 6 tergantung masing-
terangan menyampaikan penyakitnya misalnya kanker, tipe-tipe tiap pasien berbeda masing pribadi. Karena
karena kalau terang-terangan pasien down tidak mau (PTK.SS) tipe-tipe tiap pasien
makan dan minum, maka kita menjelaskan bahwa di rumah 19. awalnya saya Tanya berbeda (PTK.SS)
sakit ini kurang lengkap fasilitasnya maka kita rujuk ke rumahnya dimana? Dengan 7 Pertanyaan hal tertentu
rumah sakit yang lebih lengkap dan akan mendapat siapa?. Akhirnya ceritanya (rumahnya dimana?
penanganan yang lebih baik. Tapi ada pasien yang lebih mengalir, dan kita perlu sabar dengan siapa?)
kuat dan ingin tahu, gak apa-apa dok saya sudah siap kok! menunggu, kita tidak bisa 8 Refleksi perasaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

(PTK.D1) memaksa, lho kok ceritanya 9 Mengarahkan dan


2. jadi memang kedekatan dokter khusus dan semuanya, saya kesana kemari, kita berusaha memberi penjelasan,
yakin mempercepat proses pengobatan apalagi kalau px megikuti alurnya. Tanya ada dengan menghindari kata
yakin dan percaya pada kita. Karena kalau ga yakin apapun rencana apa? Kenapa “harus”, tetapi lebih
obat yang yang diberikan tidak ada efeknya. Saya berusaha demikian? → ada Empati menggunakan kata
mengenal mereka, Awalnya kita perlu mengenal latar (PTK.SS) “sebaiknya”
belakang px, pekerjaannya, “pak, bu…nopo sing 20. memperkenalkan diri, 10 memberi peneguhan saat
dirasake?”, kebiasaannya, karena kadang penyakitnya ada kemudian saya juga mengakhiri, jika perlu
kaitannya dengan pekerjaannya. Misalnya px mengeluh menanyakan bagaimana hari bertemu kita
boyokya sakit, ternyata hariannya sering angkat-angkat ini?, apa yang dirasakan? menyediakan waktu
berat. Kesehariannya pekerjaannnya bagaimana, berarti pendekatan secara halus dan (PTK.PC)
pelan-pelan kita harus modifikasi. Kemudian kalau tidak mendikte.
memang dikedokteran, medis, memang penanganan selain Mengarahkan, memberi 11 Komunikasi non-verbal
dengan obat-obatan atau tindakan seringkali memang penjelasan, menghindari kata (kontak mata, pandangan
secara psikis penting juga khususnya ini suster px “harus”, tetapi menggunakan yang bersahabat, teduh,
psikosomatis. Bahwa awal-awalnya badannya sehat, tetapi kata “sebaiknya”. sehingga orang merasa
karena ada masalah dia tidak mau makan, tidak bisa tidur, 21. memberikan sentuhan sebagai diterima dan dihargai
juga yang perokok tidak makan hanya merokok saja bentuk dukungan yaitu senyum, sentuhan/jabat
akhirnya terkena mag. Pendekatan kita teorinya memang berjabat tangan dan tangan,memegang
harus holistic, mungkin sama dengan di BK. Kalau yang memegang tangan pasien, pundak, fokus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

psikosomatis ini psikisnya tidak ada intervensi, salam sambil tersenyum focus mendengarkan,
penyakitnya tidak akan sembuh. Kadang suami istri mendengarkan, mengangguk, )
bertengkar, kalau yang pribadi malah kadang kita tidak manatap/kontak mata yang ASPEK LAIN:
bisa apa-apa (PTK.D1) menunjukkan pandangan 1. Pendekatan secara
3. pada kenyataannya ga semua px jujur, mungkin ada dokter yang bersahabat, teduh, saya halus dan tidak
yang lansung marah bila px terlambat untuk datang berusaha menghargai, jangan mendikte
berobat, walau penyakit fisik mereka tidak selalu jujur sampai pandangan ketempat 2. Mendengarkan
(PTK.D1). lain (mengangguk, tersenyum, mereka sampai
4. Ketika kita ragu-ragu biasanya kita Tanya kepada keluarga ya kadang-kadang) (PTK selesai , walaupun
yang menjaga, ternyata sudah satu bulan NVb) ada kalanya cara
(PTK.D1).misalnya px, dengan kasus HIV, AIDS, 22. memberi pengarahan dan juga pikir mereka yang
seringkali mereka malu, ia tahu penyakitnya dianggap ditawarkan untuk tidak sesuai/Empati
tabu, px 1-2 hari belum mau terbuka, kita sabar menunggu, dipanggilkan romo paroki (ciri konselor efektif)
tidak memaksa, pelan-pelan menyadarkan px untuk atau boleh mencari romo 3. ada rasa percaya,
terbuka. Karena ada ketakutan untuk pengobatam sendiri, demikian yang mereka sampai
selanjutnya. Biasanya saya bilang “pak,bu, untuk beragama lain bila butuh terbuka, mau
penyakitnya jika ditangani dengan baik, maka hasilnya didoakan oleh pemuka agama, bercerita dan pasien
juga lebih baik. Nah untuk itu kita juga perlu tahu diperbolehkan. hanya saran, meminta hanya
bagaimana gejala dan juga sebabnya, tapi kalau tidak mau keputusan tetap pada mereka untuk pribadi
terus terang, kita tidak tahu penyebabnya , kita nanganinya kita tidak bisa memaksakan 4. Komunikasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

juga susah ”. kalau bapak, ibu mau jujur maka akan saran kita. (PTK.IC) teraupetik/ada
mempermudah dalam penangannya. Kalau tidak cepat (PTK.Vb) empatinya yaitu kita
memperoleh pengobatan yang tepat, akan dapat berakibat ikut merasakan apa
pada orang-orang yang anda sayangi (istri,anak). Untuk itu 23. ada rasa percaya, mereka yang dirasakan oleh
perlu pelan-pelan, sabar, dan pengertian. Maka suster saya sampai terbuka, mau bercerita px, sehingga
berharap ada pendampingan secara psikis diluar medis, dan pasien meminta hanya permasalahan yang
Karena mereka meskipun 90% kita curigai HIVpun tidak untuk pribadi (rahasia) ada bisa
mau diperiksa, kita tidak bisa memaksa karena ada 24. Untuk mengakhiri biasanya dikomunikasikan,
peraturan pemerintah bahwa pemeriksaan darah harus atas saya mengatakan ”memang mencari solusi,
persetujuan pasien. Maka untuk mendorong agar px mau, orang hidup tidak terlepas sehingga sangat
itu harusnya ada konseling, dokterpun ada pelatihan untuk dari kesulitan dan masalah”, penting memahami
itu. (PTK.D1). tetapi bagaimanapun kita bisa apa yang dirasakan,
5. biasanya dengan pelan-pelan dan sabar kita memberi tahu mengolah dalam hidup dialami px jadi lebih
suster, pak…bu…kita lihat dulu hasil lab, nah untuk itu mengarahkan ke kepercayaan keempati ya.
harus periksa darah. Belum tentu penyakitnya seperti apa dan menyarankan untuk (PTK.P2)
yang bapak, ibu takutkan. Kalaupun benar supaya cepat membawa dalam doa.
memperoleh penanganan, secepatnya dan jika sembuh, Mengajak pasien untuk
maka bapak, ibu akan hidup seperti orang normal. Selalu menerima yang terjadi
saya bilang suster, termasuk mereka yang harus cuci darah, sebagai rencana Tuhan,
biasanya mereka kalau sudah rasa enak tidak mau cuci kemudian jika perlu bertemu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

darah, kadang mereka punya uang tetap tidak mau cuci kita menyediakan waktu
darah. Saya bilang “pak,bu mumpung penyakitnya masih (PTK.PC)
ringan bila teratur cuci darah dan minum obat, maka
apabila teratur dilakukan bapak,ibu, akan sehat lagi”,
bapak, ibu bisa bekerja dan mencari uang, tapi kalau sudah
berat… ada uang tapi kita tidak bisa buat apa-apa. Atau
yang harusnya minum obat teratur, berhenti karena sudah
merasa enak. Dokter dituntut untuk punya ilmu yang
lengkap, selain medis juga komunikasi, mungkin seperti
BK, konseling “ya..holistik” (PTK.D1) biasanya saya
menjelaskan dan ada yang tetap tidak mau ya akhirnya
meninggal. Untuk yang tidak mampu biasanya dan masih
bisa biasanya intensitasnya tidak sebanyak yang kaya. Juga
kita menganjurkan untuk ikut BPJS. Kita memberi solusi
dengan menjelaskan cara-caranya dan bagaimana
prosedurnya (PTK.D1).
6. memahami situasi orang sakit, setelah itu; Memancing
dengan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana
(bagaimana...., lalu.......). Pasti suster sudah mengerti itu
(sambil tertawa), peneliti iya Romo tetapi teori dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

praktek kan kadang berbeda; menguatkan mereka, orang


sakit tidak bisa disamakan dengan orang pada umumnya
(PLL.Rm)
7. pernah ada ya itu, px yang minum obat 20 biji, awalnya
dia cuek, main hp, asik sms, namun lama-lama dia bisa
terbuka, saya lama duduk menunggu, Ooo….itu tergantung
masing-masing pribadi, itu tidak bisa dijadikan pedoman.
Karena tipe-tipe tiap pasien berbeda (PTK.SS)
8. awalnya saya Tanya rumahnya dimana? Dengan siapa?
Ternyata sendirian, ada orang tuanya tapi tidak mau ikut.
Akhirnya ceritanya mengalir, dan kita perlu sabar
menunggu, kita tidak bisa memaksa, lho kok ceritanya
kesana kemari, kita berusaha megikuti alurnya. Tanya ada
rencana apa? Kenapa demikian? (PTK.SS)
9. biasanya saya memberi salam terlebih dahulu (sugeng
enjing, dll), karena disini di daerah suster…., jadi sebagian
besar menggunakan bahasa jawa, sambil berjabat tangan.
Saya juga memperkenalkan diri, kemudian saya juga
menanyakan bagaimana hari ini?, apa yang dirasakan?,
biasanya sambil memegang tangan. Mereka biasanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

merespon suster, kemudian secara otomatis mereka


langsung cerita. Dalam komunikasi dengan pasien maupun
keluarga pasien biasanya, saya melakukan pendekatan
secara halus dan tidak mendikte suster. Maksudnya begini
ter, biasanya saya mendengarkan mereka sampai selesai
suster, walaupun ada kalanya cara pikir mereka yang tidak
sesuai. Setelah itu baru saya mengarahkan dan memberi
penjelasan, dengan menghindari kata “harus”, tetapi lebih
menggunakan kata “sebaiknya”. Sehingga mereka tidak
merasa digurui, juga kita tidak memaksakan untuk ikut kita
kok. He..he…iya tho? Oya..Dalam mendengarkan juga
perlu kontak mata suster, tapi kontak mata yang
menunjukkan pandangan yang bersahabat, teduh, sehingga
orang merasa diterima dan dihargai. Oya saya juga sering
memberikan sentuhan sebagai bentuk dukungan yaitu
berjabat tangan dan memegang tangan pasien terutama
yang kondisinya kritis. Biasanya kita temani sampai tenang
suster…; biasanya saya menjelaskan suster untuk
perawatan di ICU dengan segala alat dan obatnya, hal itu
memang mahal. Biasanya saya menyarankan untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

mengurus BPJS, kemudian juga bisa menitipkan uang yang


ada di bagian administrasi, demi kebaikan pasien. biasanya
pasien di ICU sering mengalami kecemasan suster, mereka
melihat segala peralatan medis yang macam-macam
merasa cemas dan takut. Tetapi setelah dijelaskan mereka
menjadi lebih tenang dan pasrah. Juga untuk mereka yang
mengungkapkan keinginannya untuk dibabtis biasanya kita
memberi pengarahan dan juga ditawarkan untuk
dipanggilkan romo paroki atau boleh mencari romo
sendiri, demikian yang beragama lain bila butuh didoakan
oleh pemuka agama, diperbolehkan. Tetapi biasanya itu
hanya saran suster, keputusan tetap pada mereka kita tidak
bisa memaksakan saran kita. (PTK.IC)
10. Kalau saya untuk memancing saya tidak lihai/tidak pintar,
saya lebih focus mendengarkan, memegang, manatap saya
berusaha menghargai, jangan sampai pandangan ketempat
lain. apakah mereka yg lbh aktif? Ya sus, saya kok rasanya
gimana tidak enak ya. Biasanya lebih dulu mendengarkan
(mengangguk): bisanya selingan sus (mengangguk,
tersenyum, ya kadang2) ya tidak terlalu banyak, tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

secara langsung mengungkapkan? Bagaimana pak bisa


tidur? Bisa istirahat? Karena jam kunjung tidak terbatas,
banyak nyamuk. Ketika dapat pelatihan memang tidak
boleh banyak bertanya, justru lebih memancing, biasanya
saya memberi salam sambil tersenyum, mereka respon,
tapi memang jika pas sedang kondisi pasien kurang bagus
(misalnya: semalam tidak bisa tidur, sehingga ia butuh
tidur saat itu) maka pasien kurang merespon kita, atau
karena penyakitnya maka pasien kurang merespon, tapi
keluarganya biasanya yang merespon. Tetapi yang sering
terjadi kita tersenyum saja mereka sudah merespon kita
kok. Intinya mereka menerima kita. (PTK.PC)
11. Setelah itu saya menanyakan kondisi (bagaimaana
istirahatnya, pekembanganya, menuya bagaimana, dll?
Mungkin ada yang merasa tidak sesuai dengan kebiasaan
mereka, sehingga terkejut (PTK.PC). kalau yang seperti
disampaikan suster ke pasien, saya tidak sampai sus.
Biasanya saya dengan senyum, sentuhan, saya kadang
tidak bercerita banyak, biasanya mereka langsung cerita.
Menurut pengalaman pribadi adalah ada rasa percaya,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

mereka sampai terbuka, mau bercerita dan pasien meminta


hanya untuk pribadi. Untuk mengakhiri biasanya saya
mengatakan ”memang orang hidup tidak terlepas dari
kesulitan dan masalah”, tetapi bagaimanapun kita bisa
mengolah dalam hidup mengarahkan ke kepercayaan dan
menyarankan untuk membawa dalam doa. Mengajak
pasien untuk menerima yang terjadi sebagai rencana
Tuhan, kemudian jika perlu bertemu kita menyediakan
waktu. Setelah selesai, bila jk ada waktu saya akan datang
lg (PTK.PC)
12. Saya tidak menguasai teori, tapi saya pernah mendapat
waktu kuliah. Yaitu melalui komunikasi verbal dan non
verbalnya. Berdasarkan pengalaman sejak menjadi imam.
13. Komunikasi teraupetik, contoh kongkritnya: menggunakan
bahasa yang halus, dan juga tegas bila keluarga maupun
pasien tidak mengerti-mengerti . misalnya: ada ibu bersalin
yang tetap minta supaya lahir normal, padahal dokter
menyarankan supaya operasi. Maka perawat perlu
memberi penjelasan demi mementingkan keselamatan ibu
dan anak. (P1)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14. untuk masalah konseling jujur saya tidak menguasai suster.


Tetapi biasanya saya menggunakan komunikasi teraupetik.
Komunikasi teraupetik yang sering saya lakukan itu bahwa
ada empatinya yaitu kita ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh px, sehingga permasalahan yang ada bisa
dikomunikasikan, mencari solusi, sehingga sangat penting
memahami apa yang dirasakan, dialami px jadi lebih
keempati ya. Secara toritis saya tidak bisa sus (PTK.P2)
15. yang jelas tidak boleh ada paksaan, untuk komunikasi
awal-awal ya..perkenalan, keluhannya apa, kemudian
orang yang mengalami psikosomatis sama dengan yang
tidak psikosomatis pendekatannya berbeda,mungkin
hampir sama. Tapi mungkin lebih sulit (PTK.P2)

16. Tidak ada paksaan, memahami, ada kontrak waktu, boleh


mengungkapkan, menjaga kerahasiaan, kalau ada tekanan-
tekanan kita mungkin bisa membantu mungkin privasinya
privasinya yang harus dijaga karena kerahasiaan perlu
dijaga, kalau ujung-ujungnya keluarga kan bisa tho sus?
Biasanya untuk yang penyakit biasanya terbuka, sehingga
kalau makin terbuka dokter akan mudah untuk melakukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pemeriksaan dan diagnose. Untuk yang psikosomatis


memang agak sulit, perlu membongkar dan membuat
mereka percaya
17. caranya memancing?! Bagaimana ya sus? Emm…mengalir
apa adanya, biasanya dari hati ke hati (PTK.P2)
Dampak PC 1. ”….., pendampingan yang dapat mengarahkan pasien 1. dapat membangkitkan Dampak dari layanan
(H.Dp.) untuk pasrah kepada Sang Pencipta, percaya sepenuhnya semangat untuk konseling pastoral,yaitu:
bahwa Tuhan adalah sang Maha pengasih dan penyayang, sembuh/harapan (PDp.D1); 1. Bagi pasien :
akan dapat membangkitkan semangat untuk sembuh. Tidak kesadaran bahwa kesembuhan a. dapat membangkitkan
hanya sembuh dari penyakit fisiknya saat ini, tapi juga tersebut juga datangnya dari semangat pasien untuk
kesadaran bahwa kesembuhan tersebut juga datangnya dari Tuhan, sikap pasrah (secara sembuh/memunculkan
Tuhan (secara spiritual ada rasa ketergantungan kepada spiritual ada rasa harapannya untuk
HASIL

Tuhan) (H.Dp.D1). ketergantungan kepada sembuh. Menumbuhkan


2. kebutuhan manusia khususnya pasien rawat inap bukan Tuhan) (PDp.D1, S; SS). kesadaran bahwa
hanya kesehatan fisik,tapi juga mental spiritual yang 2. pasien lebih bisa menerima kesembuhan tersebut
semuanya saling mempengaruhi (H.Dp.D2) keadaan yang dialaminya juga datangnya dari
3. ya, dengan adanya PC akan berdampak pada kejiwaan sehingga dokter dapat Tuhan (secara spiritual
pasien, pasien lebih bisa menerima keadaan yang melakukan pengobatan ada rasa ketergantungan
dialaminya sehingga dokter dapat melakukan pengobatan dengan baik (Dp.D3, PC, P3, kepada Tuhan) (PDp.D1,
dengan baik (H.Dp.D3). S); keluarga bisa menerima S; SS).
4. biasanya itu nampak dalam ekspresi wajahnya suster, keadaan pasien (P2, PC, P2.1) b. Pasien dan keluarganya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

mereka yang awalnya serem, tidak mau melihat berubah 3. mereka yang awalnya serem, mampu untuk terbuka
mau tersenyum (H.Dp.IC)//adanya perubahan sikap tidak mau melihat berubah dan menerima keadaan
5. Biasanya sudah menyadari sus, ia mulai tahu apa yg boleh mau tersenyum (HDp.IC) diri sakit, sehingga
dan tidak boleh, itu kan secara fisik sus, kmudian dari 4. awalnya gelisah menjadi pasien lebih kooperatif
pribadinya biasanya mereka sudah mulai menerima tenang/lerem, merasa ada terhadap para perawat
keadaannya (H.DP.PC) penghiburan dan mendapat dan tim medis yang
6. maaf suster untuk itu saya tidak bisa memberi jawaban, perhatian sehingga pasien dan merawatnya. Hal ini
apakah mereka sungguh-sungguh sembuh atau tidak, saya keluarganya merasa senang sangat membantu
tidak tahu pasti, karena kenyataannya: dan berterima kasih kelancaran proses
 Ada yang awalnya sakit menjadi sembuh (HDp.Rm, SS). pengobatan
 Ada yang sakit dan terus sakit, kemudian 5. menjadi lebih terbuka dan c. Membawa perubahan
 Ada yang sakit kemudian meninggal. pasrah/percaya kepada yang perasaan dan sikap yaitu
Hal itu adalah misteri dan hanya Tuhan yang punya merawat (kooperatif)” yang awalnya gelisah
kuasa.Ketiga hal di atas juga berdasarkan pengalaman saya (HDp.P1; P2; P2.1; P3) menjadi tenang, yang
pribadi ketika saya sakit maupun ketika mendampingi awalnya serem (marah,
orang sakit. Pernah ada pasien yang terkena serangan murung) berubah mau
mendadak, memperoleh perawatan dan kemudian dokter tersenyum.
menyatakan bahwa angkat tangan, saat itu hanya diminta d. Pasien dan keluarga
untuk berdoa dan memberi sakramen perminyakan. merasakan penghiburan,
E..ternyata justru terjadi mujijat orang tersebut sembuh karena memperoleh
sampai sekarang. Hal itu menjadi pengalaman iman bagi perhatian dari layanan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pasien dan keluarganya, juga untuk saya ter. Bagi saya konseling pastoral.
pendampingan pastoral adalah panggilan Tuhan, bukan 2. Bagi konselor, semakin
sekedar tugas. Saya yakini bahwa dari pelayanan ini, memperkuat pengalaman
Tuhan mau memanggil dan membentuk saya. Hal itu juga imannya “Tuhan
karena saya pernah sakit berat beberapa bulan, suster tahu mengasihi saya”
tho? Tuhan mengasihi saya.
Dampaknya, iya itu tadi awalnya gelisah menjadi
tenang/lerem, merasa ada penghiburan dan mendapat
perhatian sehingga pasien dan keluarganya merasa senang
dan berterima kasih (H.Dp.Rm)//perubahan perasaan
1. menjadi lebih terbuka dan percaya kepada yang
merawat.P1
2. pasien lebih tenang dan kooperatif; keluarga mau
menerima keadaan pasien apa adanya (H.Dp.P2).
3. pasien dan keluarga lebih tenang dan menerima keadaan
pasien (pasien kritis) dengan lebih tenang dan pasrah
dengan tenaga kesehatan (H.Dp.P2.1).
4. Selama ini pasien bisa lebih menerima dengan keadaannya
walaupun belum sepenuhnya dan berusaha untuk lebih
sabar, dibuktikan pasien sudah mau/ kooperatif dalam
segala tindakan yang perawat berikan (H.Dp.P3).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. pasien dan keluarga menjadi lebih tenang dan lebih bisa


menerima (H.Dp.IC).
6. pasien menerima keadaan diri, mempunyai semangat hidup
dan harapan yang lebih dan pasrah kepada Tuhan
(H.Dp.S).
7. Awalnya mereka gelisah kemudian pelan-pelan menjadi
tenang & merespon kita . Ada juga yang awalnya putus asa
kemudian setelah dikunjungi merasakan adanya harapan
(H.Dp.SS)//perubahan perasaan dan sikap
Manfaat 1. Saya rasa pendampingan secara spiritual yang dapat 1. Bagi Pasien 1. Bagi Pasien:
(H.Mf) mengarahkan pasien untuk pasrah kepada Sang Pencipta, a. dapat memuji Tuhan/SS Pasien yang memperoleh
percaya sepenuhnya bahwa Tuhan adalah sang Maha b. pasien menjadi lebih layanan ini menjadi
pengasih dan penyayang, akan dapat membangkitkan tenang, sebagai termotivasi, mental
semangat untuk sembuh. Tidak hanya sembuh dari penyemangat, sehingga mereka juga dikuatkan,
penyakit fisiknya saat ini, tapi juga kesadaran bahwa lebih kooperatif dan lebih tenang, dan
kesembuhan tersebut juga datangnya dari Tuhan (secara membantu mempercepat bersikap kooperatif
spiritual ada rasa ketergantungan kepada Tuhan), Karena proses penyembuhan terhadap perawatan
ada pengalaman suster ketika saya jadi dokter muda, ketika (D1//1, P2//8) medis. Mereka mampu
pasien kita sembuh saya merasa wah hebat. Hal itu c. bisa mengungkapkan menerima keadaan
berbalik,…… sejak saat itu saya sadar bahwa dokter itu ga masalah tentang dirinya dan pasrah, serta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ada apa-apanya (H.Mf.D1); memang sangat bermanfaat ya pelayanan yang diterima berharap kepada Tuhan
suster, karena dengan mengetahui penyakitnya dan atau masalah pribadi yang
kemungkinan-kemungkinan bagaimana perjalanan mungkin ingin
penyakitnya, pasien dan juga keluarganya bisa diungkapkan (Hmf.P1) 2. Pasien & Keluarganya
bekerjasama dengan baik dengan dokter dan pihak RS d. pasien lebih mampu Mereka menjadi lebih
untuk proses penanganan penyakitnya.; kemudian mental menerima keadaan dan tenang/lerem, merasa
pasien juga dikuatkan, sehingga keinginan untuk pasrah kepada Tuhan dikuatkan, memperoleh
baik/sembuh selalu ada. Semangat yang kuat untuk (D1//1;S//11) penghiburan, dukungan,,
sembuh dapat mempercepat proses penyembuhan; Untuk e. mereka merasakan dan harapan, meskipun
kasus-kasus penyakit yang tidak bisa sembuh tujuan penghiburan, ketenangan, penyakitnya berat
konseling agar pasien dan keluarga siap dan harapan. mereka siap meng-
menghadapinya/pasrah kepada Tuhan.; kemudian bagi RS f. mental pasien juga hadapinya dan pasrah
juga bermanfaat karena pasien akan menceritakan dikuatkan, sehingga kepada Tuhan. Mereka
pengalaman-pengalamannya selama dirawat di RS kepada keinginan untuk baik/ bisa bekerjasama dengan
teman-teman/sanak keluarganya (tentang hal-hal yang sembuh selalu ada tim medis.
positip, termasuk layanan PC), sehingga akan terbangun Semangat yang kuat 3. Bagi keluarga pasien:
penilaian masyarakat, bahwa pelayanan di RS adalah untuk sembuh dapat a. keluarga merasa
baik/menyeluruh. Dengan demikian dapat meningkatkan mempercepat proses pasien selalu di-
jumlah kunjungan pasien/masyarakat ke RS (Mf.D1) penyembuhan perhatikan, keluarga
2. bagi pasien dan keluarga: pasti mereka merasa lega dan (HMf.D1//1) lebih tenang dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

plong ya.., karena mereka merasa didengarkan, karena 2. Pasien dan Keluarganya: sabar menghadapi
selama ini tidak ada yang mendngarkan atau didengarkan a. bisa bekerjasama dengan masalah yang terjadi
tapi sudah ada pikirannya sendiri jadi langsung menvonis, baik dengan dokter dan (IC/10;P2/8 P2.1/9);
mengadili, sehingga ketika sudah mendengarkan mereka pihak RS untuk proses b. keluarga pasien akan
puas karena didengarkan ; memuji Tuhan, melihat penanganan penyakitnya merasa puas,
kehadiranku sbg kehadiran Tuhan yang menunjukkkan (D1/1; P2//8) pelayanan
kebaikan, macem-macemlah; oya,,biasanya perawat minta b. Untuk kasus yang kerohanian bisa
sendiri dan mneyampaikan bahwa px tidak mau omong, berat/tidak bisa sembuh : dirasakan oleh
tidak mau makan. Maka saya mengunjungi dan pasien dan keluarga siap pemeluk agama lain
menjelaskan akibatnya dan juga risiskonya bila hal itu menghadapinya /pasrah (P2)//8
diterus-teruskan, maka setelah itu dia mau walau awalnya kepada Tuhan (D1//1) c. keluarga merasakan
sedikit, perawat akan menyampaikan perkembangan px c. pasti mereka merasa lega dukungan
dan memberikan feedback, malah kadang minta bantuan, dan plong ya.., karena penghargaan/respect
kita memang saling kerjasama; untuk saya ini sebagai mereka merasa dari RS
pelayanan misi. Jadi bukan untuk saya, tapi ini adalah didengarkan (SS//2) Jadi dari layanan KP ini
komitmen tugas misi (Mf.SS) d. senang dikunjungi merasa keluarga pasien
3. Saya pikir ya sangat bermanfat ya sus, karena dengan diperhatikan (Mf.PC) merasakan bahwa pasien
memperoleh pelayanan ini kan pasien menjadi lebih e. biasanya pasien dan mendapat perhatian,
tenang, tentu keluarga pasien juga merasakan adanya keluarganya menjadi sehingga mereka merasa
penghargaan/respect dari rumah sakit pada pasien; nah… lebih tenang/lerem, adanya penghargaan/
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dari pengalaman itu maka juga ada manfaatnya bagi mereka juga merasa respect dari pihak RS.
Rumah Sakit bila pasien pulang dengan rasa puas yang dikuatkan dan merasakan Keluarga pasien merasa
tinggi maka diharapkan akan menceritakan pengalaman kegembiraan, kemudian puas atas pelayanan
saat sakit dan saat dirawat kepada orang lain. Ya istilahnya pasien maupun rohani, dukungan yang
mempromosikannya (Mf.D3) keluarganya menjadi siap yang diberikan membuat
4. Apa ya sus?saya merasa bersyukur, kalau mereka sudah akan keadaan yang akan keluarga menjadi lebih
bisa tersenyum saya kan juga dapat sus? Apakah maksud terjadi di kemudian. tenang dan sabar dalam
mbak, mbak juga mengalami sukacita? Ya sus,,,saya Selain itu juga Pasien dan menghadapi masalah
mendapat energy positip dari mereka, sehingga saya juga keluarganya merasa yang terjadi.
menjadi semangat ter (Mf.IC). ditemani, diperhatikan, 4. Bagi Rumah Sakit
5. Pasien dan keluarga senang dikunjungi merasa dan memperoleh a. Pasien mengalami
diperhatikan (HMf.PC//5) dukungan (Rm//6) kepuasan dari
6. Apa ya…? Ya itu, biasanya pasien dan keluarganya 3. Keluarga pasien: layanan ini, sehingga
menjadi lebih tenang/lerem, mereka juga merasa dikuatkan a. keluarga merasakan akan
dan merasakan kegembiraan, kemuadian pasien maupun adanya penghargaan/ meceritakan/mempro
keluarganya menjadi siap akan keadaan yang akan terjadi respect dari rumah sakit mosikan ke orang
di kemudian. Selain itu juga Pasien dan keluarganya pada pasien (D3//3); lain (meningkatkan
merasa ditemani, diperhatikan, dan memperoleh dukungan; b. keluarga dapat memberi jumlah kunjungan
Sekali lagi suster, soal sembuh itu bukan saya. Hal itu saya dukungan kepada pasien pasien)
percayai sebagai karya Roh kudus; Secara pribadi untuk tidak putus b. Meningkatkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

sebenarnya pengalaman iman saya juga dikembangkan, asa/berpengharapan tinggi kualitas/mutu


selain mereka yang saya dampingi. Menumbuhkan iman (HMf.S//11) pelayanan RSK Budi
bagi pelayan pastoral, pasien dan c. keluarga merasa pasien Rahayu.
keluarganya.(HMf.Rm//6) selalu diperhatikan, 5. Bagi Pelayan Pastoral:
7. bagi pasien dan keluarga: bisa mengungkapkan masalah keluarga lebih tenang dan membuahkan
tentang pelayanan yang diterima atau masalah pribadi yang sabar menghadapi pengalaman iman dan
mungkin ingin diungkapkan, manfaat yang diperoleh oleh masalah yang terjadi juga kesembuhan.
pasien yaitu adanya perubahan, yaitu dari keadaan pasien (IC/10;P2/8 P2.1/9); Semakin membuat
dan keluarga yang gelisah saat menunggu kelahiran d. keluarga pasien akan konselor meyakini
menjadi tenang (H.Mf.P1) merasa puas, pelayanan apapun buah yang
8. bagi pasien: sebagai penyemangat, sehingga lebih kerohanian bisa dirasakan dirasakan oleh pasien
kooperatif dan membantu mempercepat proses oleh pemeluk agama lain dan keluarganya adalah
penyembuhan; bagi keluarga: keluarga merasa pasien (P2)//8 buah dari Roh Kudus.
selalu diperhatikan, keluarga lebih tenang dan sabar 4. Bagi RS: Semakin membuatnya
menghadapi masalah yang terjadi; bagi rumah sakit: a. dapat meningkatkan rendah hati bahwa
keluarga pasien akan merasa puas, pelayanan kerohanian jumlah kunjungan pasien kesembuhan adalah
bisa dirasakan oleh pemeluk agama lain (H.Mf.P2) /masyara-kat ke RS misteri Tuhan. Hanya
9. bagi pasien, yaitu pasien akan lebih tenang; bagi keluarga, (Mf.D1)=D3//3 Tuhan yang memiliki
yaitu keluarga lebih tenang dan menerima keadaan pasien; b. bagi rumah sakit yaitu kuasa, memunculkan
bagi RS,yaitu meningkatkan mutu pelayanan terutama di meningkatkan mutu demi kesadaran bahwa dirinya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

bidang pelayanan RS (H.Mf.P2.1). kualitas pelayanan RS tidak ada apa-apanya


10. manfaat konseling bagi pasien: px menjadi lebih tenang (S)//11; P2.1//10 (Rm//, D1//1)
dan merasa diperhatikan; bagi keluarga pasien: keluarga px 5. bagi Konselor:
menjadi lebih tenang dan senang karena merasa a. saya mendapat energy
diperhatikan ( H.Mf.IC). positip dari mereka,
sehingga saya juga
11. bagi pasien lebih mampu menerima keadaan dan pasrah
menjadi semangat suster
kepada Tuhan; bagi keluarga dapat memberi dukungan
(Mf.IC).
kepada pasien untuk tidak putus asa/berpengharapan
b. saya percayai sebagai
tinggi; bagi rumah sakit yaitu meningkatkan mutu demi
karya Roh kudus; Secara
kualitas pelayanan RS(H.Mf.S)
pribadi sebenarnya
12. manfaatnya bagi px: mereka merasakan penghiburan,
pengalaman iman saya
ketenangan, dan harapan.( H.Mf.Pc.1)
juga dikembangkan,
selain mereka yang saya
dampingi. Menumbuhkan
iman bagi pelayan
pastoral, pasien dan
keluarganya. (Rm)
c. saya sadar bahwa dokter
itu ga ada apa-apanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

(D1)/1

Usulan & 1. Maka suster saya berharap ada pendampingan secara psikis 1. ada pendampingan secara Jadi yang menjadi harapan
Harapan diluar medis, Karena mereka meskipun 90% kita curigai psikis diluar medis oleh beberapa responden
/U&H HIVpun tidak mau periksa darah, kita tidak bisa memaksa 2. Psikolog harusnya sudah terkait layanan konseling
karena ada peraturan pemerintah bahwa pemeriksaan darah menjadi kebutuhan rumah pastoral di RSK Budi
harus atas persetujuan pasien. Maka untuk mendorong agar sakit, masa mendatang perlu Rahayu:
px mau, itu harusnya ada konseling, dokterpun ada adanya tenaga psikolog/ 1. perlu adanya
pelatihan untuk itu; Psikolog harusnya sudah menjadi suster yang memiliki basic pendampingan secara
kebutuhan rumah sakit, karena saya rasa pasien lebih puas konseling yang focus di psikis di luar medis.
jika fisiknya sehat dan masalah lain juga bisa dibantu bidang ini (H.Us.D1, P2) 2. perlu adanya psikolog/
untuk diselesaikan gitu. Pengobatan yang fisikpun butuh 3. pelayanan pastoral di rumah konselor di RSK, yang
didampingi juga secara psikis juga (Hrp.D1); pada masa sakit perlu ditingkatkan lagi, focus di bidang ini.
mendatang perlu adanya tenaga psikolog, ataupun kalau yang merupakan ciri khas RS 3. Pelayanannya perlu
tidak ada paling nggak orang yang mendapat pelatihan katolik dan mungkin bisa ditingkatkan lagi.
konseling, syukur jika ada suster yang memiliki basic menjadi pelayanan unggulan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

konseling. Saat ini untung terbantu adanya suster …, tapi di RS katolik (Usl.D2)
harapannya bahwa ada satu yang focus dibidang ini.
Karena px lebih memilih suster daripada awam. Aura
suster beda dengan awam (Usl.D1)
2. perlu lebih ditingkatkan pelayanan pastoral di rumah sakit,
yang merupakan ciri khas RS katolik dan mungkin bisa
menjadi pelayanan unggulan di RS katolik (Usl.D2)
3. Masukannnya ada tenaga konseling ter, memang saat ini
ada Sr…yang terlibat, namun bila belliau pergi. Tidak ada
pendelegasian, maka KR yang bertanggungjawab atas px
diruangan itu. Kalau KR sibuk, siapa?

Hal yang 1. Bagi saya suster pasien adalah keluarga saya, bagaimana 1. pasien adalah keluarga saya, 1. Adanya kerjasama dan
mendukung saya memanusiakan mereka yang merupakan keluarga kita. memanusiakan mereka, rasa memiliki para tim
Kita sebagai perawat suster sebenarnya diajarkan untuk 2. Secara keilmuan kita medis (dokter, perawat,
dapat memberi perawatan secara menyeluruh. Secara sebenarnya sudah dibekali suster), terhadap
keilmuan kita sebenarnya sudah dibekali, namun untuk untuk dapat memberi kesembuhan menyeluruh
bisa memberikan secara mendalam waktu kita tidak cukup. perawatan secara menyeluruh para px, sehingga ada
Selain merawat, sekarang tuntutan administrasi juga (IC) usaha untuk melakukan
banyak yaitu pencatatan-pencatatan apalagi sekarang ini 3. mencari tahu dan banyak konseling meskipun
mendekati akreditasi (Dk.IC) membaca. tidak secara mendalam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Usaha-usaha untuk mengatasinya: untuk mengatasi saya 4. Tersedianya sarana telephon


tidak putus asa, berusaha, saya harus tahu kenapa menolak.
Mungkin karrna malam tidak bisa istirahat, maka ia butuh
untuk tidur, walau ada tantangan penolakan saya tidak
nglokro, saya mencari tahu kenapa, dan tetap semangat
sus.... Dari semangat itu membuat kita mencari tahu,
mencari solusi ”mungkin waktunya yang tidak pas”. Lebih
banyak membaca, ada tentang novel guru dengan murid,
saya mengibaratkan saya dengan pasien, saya
menyerasikan dan mempraktikkan apa yang saya baca dari
lapangan. (HDk.Pc)
3. Tersedianya sarana telephon untuk mempermudah
menghubungi antara unit PC dan unit-unit yang lainnya;
Jaraknya dekat dan mudah dijangkau; Ada keterbukaan
komunikasi yang baik dengan petugas PC dan perawat di
ruangan (PC) seandainya bila tidak bisa biasanya saya
4. Tanya yang lebih menguasai teori “suster S…”. hal itu
sangat membantu karena beliau mempunyai teori dan
biasanya kita bisa lihat panduannya via online. Bila tidak
bisa saya minta bantu beliau, karena ada trik-triknya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

(HDk.P2)

Hambatan 1. Hambatannya ter? Yaitu pertama tidak adanya tenaga 1. tidak adanya tenaga konseling Hambatan yang dialami
konseling ditempat ini suster, sebenarnya saya tergerak dan 2. terbatasnya tenaga (Hbt.D1, terkait pelayanan konseling
bisa sedikit-sedikit memberikan tetapi karena keterbatasan Hbt.IC, PC) pastoral dirumah sakit ini
waktu dan tenaga sehingga tidak bisa mendalam; karena 3. pemahaman px dan keluarga adalah terbatasnya tenaga
tenaga dokter umum terbatas sehingga harus dobel-dobel yang kurang, serta pendidikan konseling, selain itu yang
pekerjaan. Sepertinya bisa berjalan baik, tapi beberapa hal yang rendah (SS) bertugas secara khusus
tidak bisa terselesaikan terutama yang terkait dengan 4. jadwal jam kunjung tidak dibidang itu kurang
pendokumentasian/administrasi (Hbt.D1) ada/24jam (SS) memahami perannya. Terkait
2. Gimana ya ter,disini itu kendalanya karena terbatasnya 5. pengetahuan tentang latar belakang pendidikan
tenaga, sehingga pelayanan konselingnya kurang optimal konseling yang kurang, yang tidak sesuai. Sedangkan
(Hbt.D2) kurang percaya diri (PC) ada dokter ataupun suster,
3. emm….apa ya ter? Ini biasanya KP sudah berjalan, tetapi 6. cuek dan hanya berfokus pada perawat yang dapat
ternyata ada yang kritis sehingga proses tersebut terhenti perawatan medis saja (P2) melakukan konseling, namun
karena kita lebih mengutamakan yang kritis. Kita memang kurang optimal dan
memberi tahu, bisa dilanjutkan sesudah menangani pasien menyeluruh karena ada
tersebut . “apakah karena keterbatasan tenaga?” iya suster, pekerjaan pokok yang harus
bisa dikatakan demikian (Hbt.IC); Secara keilmuan kita menjadi utama. Mereka tidak
sebenarnya sudah dibekali, namun untuk bisa memberikan memiliki waktu yang cukup
secara mendalam waktu kita tidak cukup. Selain merawat, (Hbt.IC).Tidak semua
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

sekarang tuntutan administrasi juga banyak yaitu perawat memiliki passion


pencatatan-pencatatan apalagi sekarang ini mendekati dalam bidang itu, walaupun
akreditasi (Dk.IC) mereka sebenarnya dibekali
4. hambatannya ya itu…pemahaman px dan keluarga, dan dipanggil untuk itu
memang disini mayoritas kel menengah kebawah jadi (merawat secara holistik).
tingkat pemahaman mereka rendah, bila mereka tidak
paham maka saya mngunakan bahasa yang dapat
dimengerti oleh mereka (Hbt.SS)
5. Pendidikan juga, kadang mereka sulit memahami, alur
berpikirnya dan wawasannya sedikit, sehingga saya harus
mengulang-ulang.
6. iya, pernah ketika konseling baru dimulai dan pasien
sudah mulai terbuka, konseling terhenti karena banyak
tamu yang kunjung, maka saya hentikan dan saya
mempersilakan mereka untuk menemui tamunya dan
membuat janji lagi “mbak, pak, karena banyak tamu, temui
mereka dulu nanti kita janjian lagi untuk bertemu”
(Hbt.SS).
7. saya menyadari saya kurang pandai sus, ha..ha...ya ini
CPUnya, keterbatasan pengetahuan, ada rasa kurang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

percaya diri latar belakang pendidikan, pengalaman


kurang. Karena ada pengalaman disisi lain ada yang
memberi support. Bapaknya menerima; Masuk ke pasien
ada rasa canggung, kadang ada pasien yang menolak,
Keterbatasan tenaga (Hbt.PC).
8. waktu ke px banyak sebetulnya bisa, tapi ada beberapa tipe
dari kami yang cuek dan hanya berfokus pada perawatan
medis saja.untuk saya banyak waktu (Hbt.P2)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Hasil Wawancara Terhadap Pasien

Nama/Usia : Tn. L/44 tahun


Agama : katolik
1. Bagaimana perasaan anda ketika mendapat kunjungan dari petugas pastoral?
“ pertama saya merasa terkejut, saya binggung “ada apa?” (S3.1).
“ Iya, saya kaget dan binggung, kok tiba-tiba ada orang asing “kok boleh
masuk ICU”. Padahal keluarga sendiri dibatasi, saya pikir saudara istri
saya yang tidak saya kenal. Saya tidak tahu kalau ada layanan doa dari
rumah sakit” (S3.1).
2. Apakah saat awal mengunjungi tidak langsung menjelaskan, sehingga
membuat anda kaget?
“iya, kemudian beberapa saat baru memperkenalkan? setelah bapak …
menjelaskan kedatangannya untuk memberikan dorongan, motivasi dan
mengajak berdoa, saya sungguh berterimakasih” (S3.2).
3. Saat didoakan saya melihat bapak sungguh-sungguh menghayatinya, benarkah
demikian?
“ memang benar, dalam suasana panik dan khawatir saya berdoa sendiri,
saya terus berdoa Bapa Kami dan Salam Maria, tapi saya merasa sendiri
karena tidak ada interaksi, interaksinya terbatas. Kemudian ada pak I…
dan tim datang berdoa, sehingga apa yang menjadi doa dan harapan saya
tersalurkan (disatukan). Karena di ICU tidak ada interaksi, terpisah dengan
keluarga, sehingga doa sendiri merasa tidak terhubung” (S3.3).
4. Setelah didoakan, saya melihat bapak sangat semangat dan antusias untuk
bercerita “respirator anda lepas dan anda mensharingkan pengalaman anda
sebelum sakit”, nampak ada sukacita, benarkah demikian?
“iya sus, gimana ya ada kehadiran yang empati, komunikasi dua arah
sehingga membuat saya terbuka untuk cerita. Ada ungkapan kemudian ada
respon, juga ada kerinduan untuk menyampaikan apa yang saya alami
(cerita kembali tentang peristiwa yang dialaminya)” (S3.4).

185
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Pak awalnya anda tidak terlalu antusias untuk berbicara, tetapi kemudian
semangat untuk bercerita. Faktor apakah yang mendorong anda untuk
terbuka?
“ ya..itu suster karena ada empati, maka menumbuhkan pada seseorang
untuk percaya dan terbuka” (S3.5).
6. Anda tadi sudah mengungkapkan kehadiran yang empati, menurut anda
apakah mereka (pak I…, mbak A…) sudah menunjukkan keramahan, empati,
mampu mendengarkan dalam berkomunikasi dengan anda?
“ iya, tapi supaya tidak terlalu kaku. Karena kemarin itu suasananya kaku”
(S3.6).
7. Apakah yang anda maksudkan komunikasi yang lebih hidup?
“ iya..karena awalnya saya memang merasa binggung, dan suasananya
kaku” (S3.7).
8. Pak, apakah kunjungan dari PC membuat suasana batin anda berubah?
Mungkin yang awalnya panic menjadi tenang, atau pengalaman lainnya?
“ iya saya sungguh berterima kasih untuk layanan ini, saya juga menjadi
lega. Gimana ya orang sakit itu butuh untuk didengarkan, ingin
menyampaikan harapannya untuk sembuh. Kalau dokter…”paling ya
tunggu…”. Tidak mungkin bisa mendengarkan keluhan kita” (S3.8).
9. Menurut anda apakah layanan semacam ini penting diadakan bagi pasien?
“ sangat penting, karena pada posisi sulit “saat orang mengalami sakit”, ia
butuh teman, empati, dan dorongan. Terlebih dirumah sakit katolik Budi
Rahayu ini suster, karena RS ini menjadi pusat pilihan rakyat Blitar.
Dengan layanan ini orang sakit bisa menyampaikan harapannya (rindu
untuk sembuh), mendapat motivasi, dan dukungan. Lebih baik lagi jika
ada Romo, suster biarawati, karena berbeda sus. Ada sugesti yang
berbeda” (S3.9).
10. Menurut anda, apakah layanan konseling pastoral sangat penting bagi pasien?
“ iya sangat penting, dengan persaudaraan dan keakraban. Hal itu sangat
penting suster, karena pasien dapat menyampaikan harapannya (minta doa,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

didengarkan) untuk sembuh. Itu bisa mengobati pasien, tidak hanya medis.
Tetapi batin pasien juga lega” (S3.10).
11. Pak, setelah anda mengalami secara langsung layanan PC, dapatkah anda
mensharingkan manfaat apa yang anda dapatkan dari layanan ini?
“ ya itu tadi, pasien dapat menyampaikan harapannya, termotivasi, dan
juga memperoleh dorongan atau semangat. Selain itu pasien dapat
menceritakan apa yang dialaminya, karena kalau mengeluh pada dokter
paling ya di jawab “tunggu ya lihat dulu” (S3.11).
12. Pak Paul tadi sudah bercerita banyak bahwa selama ini tidak pernah sakit
sekalipun, meskipun pekerjaan dan aktifitas padat. Nah dari pengalaman sakit
dan harus istirahat total makna apa yang anda dapatkan dari pengalaman ini?
“ ya suster…, saya menyadari bahwa manusia ada batasnya. Sekuat-
kuatnya manusia, ada yang lebih kuat yaitu DIA, Tuhan. (Kemudian
bercerita tentang aktivitasnya). Saya sudah merasa sakit, tapi saya
mengatakan pada diri saya bahwa saya masih sanggup untuk melanjutkan
perjalanan, justru saat “saya merasa kuat” ternyata ya itulah titik puncak
bahwa ternyata saya jatuh. Tuhan menyadarkan saya “bahwa saya tetap
manusia terbatas”. Sekarang saya harus berhati-hati” (S3.12).
13. Adakah masukan untuk layanan di sini terkait pelayanan konseling pastoral?
“ supaya layanan konseling ditetapkan suster, ada tenaga khusus sehingga
secara periodik bisa mendampingi pasien yang membutuhkan. Selain itu
juga penting bagi konselor yang ramah, bisa mencairkan suasana, sehingga
kedatangannya tidak terlalu kaku. Sesungguhnya saat sakit, pasien butuh
seseorang yang bisa mendengarkan untuk menyampaikan ungkapan
hatinya” (S3.13). “Terima kasih banyak. Saya masih mohon doanya untuk
kesembuhan saya” (S3.14).

Hasil Wawancara Terhadap Keluarga Pasien

Nama : Tn. A//suami pasien


Usia : 55 th
Agama : katolik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Terkait pelayanan di rumah sakit ini, setelah bapak mengalami secara


langsung dalam mendampingi ibu yang sedang sakit. Bagaimana kesan bapak
terhadap rumah sakit ini?
“ pelayanannya sangat memuaskan, suster perawat selalu memberi jawab
bila pasien ataupun keluarga butuh informasi. Istri saya juga merasa lebih
baik karena mendapat perhatian dari perawat, suster dan juga paroki serta
perhatian dari lainya, sehingga istri saya merasa senang dan badanya lebih
enak” (KP1.1).
2. Bagaimana pak perasaan bapak setelah mengalami kunjungan(PC) dan juga
terima komuni dari RS?
“ Perasaan saya menjadi senang sus atas kunjungan, bila dibandingkan
dengan di RS Negeri. Perawatnya bersahabat ada nilai(+)nya dalam
pelayanan rohani bangga dengan pelayanan rumah sakit ini. Istri saya
sering cerita, kalau ada yang kunjung dari petugas Rumah sakit.ia merasa
senang, karena diperhatikan dan didoakan” (KP1.2).
3. Apakah yang dimaksudkan bapak adalah mbak A.. dan pak I..?
“ mungkin itu suster, saya lupa” (KP1.3).
4. Bapak setelah mengalami langsung kunjungan apakah anda merasakan bahwa
ini bermanfaat bagi pasien? Jika bermanfaat dapatkah anda menceritakannya
terutama bagi ibu?
“wahh…sangat bermanfaat? Manfaat yang saya alami saat menjaga istri
saya adalah:
a. Bahwa kami mengalami pertumbuhan iman, merasa terhubung
kembali dengan Tuhan saat bertemu dengan utusan Tuhan : Suster,
Romo dan ASIM karena memang sudah lama kami tidak ke Gereja,
istri saya sakit, membuat keluarga merasa jauh dari Tuhan(istri dan
anak),
b. Menguatkan iman lebih dari itu membuat kami dekat dengan Tuhan
bisa menjalin relasi semakin mendalam kemudian layanan ini
membuat keluarga menjadi dekat karena mengalami pelayanan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pastoral yang sifatnya cinta kasih kepada sesama yang sifatnya begitu
besar.
c. Mendukung penyembuhan sepenuhnya bagi pasien” (KP1.4).
5. Menurut bapak apakah layanan pastoral ini bermanfaat bagi pasien?
“sangat bermanfaat” (KP1.5).
6. Bisakah bapak menyebutkan, apa saja manfaatnya? Tolong sebutkan!
“berdasarkan pengalaman lansung selama menjaga istri saya, saya dapat
menarik kesimpulan bahwa layanan rohani memiliki manfaat sebagai
berikut:
a. Pasien merasa lebih bahagia setelah mendapat kunjungan dan doa,
pasien menceritakan kepada keluarga setelah mendapat kunjungan itu.
b. Pasien dan keluarga percaya bahwa kesembuhan diperoleh melalui
obat juga melalui pelayanan rohani yang diberikan di Rumah Sakit ini”
(KP1.6).
7. Dari kesadaran yang anda temukan, rencana apakah yang selanjutnya akan
anda lakukan?
“Rencana jangka pendek: akan pergi kegereja lagi” (KP1.7).
8. Menurut anda apakah layanan konseling pastoral penting?
“Sangat penting pelayanan konseling bagi umat Katolik/Kristen demi
kesembuhan sepenuhnya (secara menyeluruh)” (KP1.8).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Hasil wawancara dengan pasien (S1).

Nama : Ny. Tk // pasien


Usia : 47 th
Agama : katolik
1. Ibu bagaimana perasaannya setelah mendapat kunjungan dari PC?
“Sangat senang ketika dikunjungi dan terhibur” (S1.1).
2. Bisakah ibu menceritakan manfaat yang diperoleh dari kunjungan PC:
 Kehadiran Suster dan tim yang menghibur, menyembuhkan, mendapat
berkat dari Tuhan atas doa-doa Tim layanan rohani semakin membuat
saya mengalami kesembuhan.
 Ada harapan untuk bisa sembuh, terdukung.
 Rasa damai, kehadiran yang mendukung merasa didekatkan kepada
Tuhan,
 Akan selalu ke gereja bersama keluarga bila sudah sembuh (S1.2).
3. Masukan :
 Penting adanya suster (S1.3).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HASIL OBSERVASI

Hari/Tgl Pukul Aspek Hasil pengamatan


Senin-Sabtu. 07.15- 1. Perencanaan a. Dari awal penelitian hingga akhir, peneliti
03-23 Juni, 14.30 a. Sasaran terlibat setiap hari. Dari hasil pengamatan
28 Juli- 04 b. Petugas terlihat bahwa setiap hari yang mendapat
Agustus c. Ruangan
layanan konseling pastoral adalah semua
2015. d. Sarana-
prasarana pasien rawat inap.
e. Media b. Ada Suster SSpS dan petugas pastoral
f. Metode care (PC) yang setiap hari mengadakan
program KP kunjungan ke ruang-ruang paviliun.
c. Terdapat satu ruang PC.
d. Di ruang PC terdapat satu unit (komputer,
tape, microfon, lemari buku, telephon
penghubung antar unit RSK Budi
Rahayu), dua pasang meja dan arsip-arsip
PC.
e. Media yang ada Salib, Rosario, kitab suci,
buku lagu baik puji syukur maupun
madah bakti, CD/DVD lagu rohani atau
profan.
f. Metode pelayanan konseling pastoral,
kunjungan setiap hari untuk semua pasien.

03-23 Juni, 08.30- 2. Pelaksanaan a. Konseling pastoral dilaksanakan setiap


28 Juli- 04 10.00 KP hari, mulai pukul 08.30-10.00, 10.30-
Agustus 2015 WIB, a. Jadwal 12.15. Bila pasien masih membutuhkan
10.30- pelaksana
12.30 dilanjutkan setelah makan siang pada
an KP
WIB. b. Pengguna pukul 13.30-14.30. Bagi umat katolik
an metode yang sudah di Baptis setiap hari Senin,
13.30 - KP Rabu, Jumat, dapat mengikuti misa
14.30 melalui siaran radio RSK Budi Rahayu
WIB
mulai pukul 05.30-06.10 WIB dan
menerima komuni dari Romo yang
mempersembahkan misa pada hari itu.
Pada hari Minggu pasien menerima
komuni dari asisten imam atau suster
SSpS pada pukul 08.45WIB.
b. Pelayan pastoral melakukan kunjungan
setiap hari, dengan menyapa, tersenyum,

190
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

mendengarkan, memberikan dukungan


dengan sentuhan, dan memberikan
alternatif-alternatif, serta saran-saran
sesuai kebutuhan pasien ataupun keluarga
pasien.

3/06/15 3. Hasil KP a. Seorang ibu pasien rawat inap pasca


4/06/15 Dampak/ operasi/muslin merasa terharu dan senang
8/06/15 perubahan yang karena dikunjungi. Pasien merasa
6/06/15 dialami pasien terdukung karena memperoleh perhatian,
9/06/15 dia awalnya merasa sendirian di ICU.
11/6/ 15 b. Pasien/muslim merasa gembira setelah
13/6/15 memperoleh inspirasi dari suster SSpS.
20/6/15 Dia yang awalnya mengalami ketakutan
akan sakitnya, menjadi siap dan mampu
berpikir positip, serta ada harapan untuk
kesembuhannya.
c. Pasien menjadi lega dan terdukung, serta
gembira.
d. keluarga pasien gembira dan ulang-ulang
minta doa untuk kesembuhan anaknya.
Awalnya pasien (anak) tidak mau melihat,
asik dengan tabletnya. Petugas PC
menyapa, menggoda, diakhir mau sedikit
melihat, dan hari-hari berikutnya menjadi
lebih gembira dan mau merespon.
e. Pasien dan Keluarga pasien merasakan
menjadi lebih tenang.
f. Pasien yang awalnya tidur terus, pada
akhirnya mau terbuka, senang atas
kehadiran petugas pastoral. Ia menjadi
lebih semangat dan berani mengambil
keputusan untuk proses pengobatan
selanjutnya.
g. Pasien dan suaminya terbuka bahwa
selama ini tidak pernah ke gereja. Ada
sebuah kerinduan dan harapan untuk
kembali berdoa bersama.
h. Pasien yang mengalami kegelisahan
menjadi tenang saat di doakan petugas
PC. Keluarga yang menjaga terlihat lebih
tenang tenang, saat memperoleh dukungan
dari petugas PC yaitu sentuhan dipundak.

191
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Jenis Pelayanan Pastoral Care RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur


Karya pelayanan Pastoral Care bagi para pasien yang dirawat di Rumah Sakit
Budi Rahayu ini dikemas dalam beberapa jenis yakni:

a. Pendampingan Pastoral antara lain:


• Pendampingan pasien
• Pendampingan keluarga
b. Pewartaan antara lain:
• Siaran Radio / Audio Pastoral
• Siaran Misa Kudus dari kapel RSK
• Poster dinding
c. Perpustakaan antara lain:
• Adminstrasi perpustakaan
• Penempatan buku pada rak sesuai dengan klasifikasinya.
• Penambahan koleksi buku dan majalah
d. Liturgi, doa dan sakramen antara lain:
• Misa Hari Orang Sakit Se- Dunia
• Misa Pasien setiap hari kamis
• Pelayanan Sakramen Perminyaan dan Babtis dan Tobat.
• Pelayanan doa.

2. PENDAMPINGAN PASTORAL ( KONSELING PASTORAL )


RSK Budi Rahayu Blitar-Jawa Timur
a. Pengertian
Pendampingan/konseling Pastoral adalah Proses memberikan pertolongan
Psikologis, spiritual yang terbatas kepada pasien yang sedang mengalami
persoalan dan membutuhkan bantuan.

b. Tujuan
1) Mendampingi pasien dalam menggumuli pengalaman hidupnya, sehingga
pasien mampu menemukan makna hidupnya yang lebih dalam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2) Membangkitkan potensi yang ada pada diri pasien agar mampu mengambil
keputusan untuk menghadapi persoalan hidupnya.
c. Kebijakan
1) Pendampingan pasien terbuka untuk semua pasien yang dirawat di RSK.
Budi Rahayu tanpa memandang suku, agama dan ras.
2) Pendampingan pasien dilakukan du ruang rawat inap pasien dan bila
memungkinkan pasien dapat datang di Kantor Pastoral Care.
3) Pasien dapat memilih sendiri pendamping dari petugas Pastoral Care yang
dipandang cocok untuk konsultasi.

d. Prosedur
1) Pendampingan oleh petugas pastoral care dilakukan pada jam kerja pukul
07.00–14.30 WIB. Hari minggu dan hari libur nasional petugas pastoral
care libur.
2) Pasien yang memerlukan pendampingan datang ke kantor pastoral care
atau memanggil melalui keluarga atau perawat di masing-masing pavilion.
3) Petugas pastoral care mengadakan kunjungan ke ruang rawat inap pasien.
4) Bila satu sessi konsultasi belum tuntas dapat dilaksanakan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai