Anda di halaman 1dari 8

I.

SKENARIO

Anak A, laki-laki, usia 10 tahun, dibawa orang tuanya ke puskesmas karena lemas dan
tampak pucat sejak 1 minggu ini. Selain itu, anak A juga sering mengeluhkan nyeri perut
yang hilang timbul, dan mudah lelah ketika sedang bermain bersama teman-temannya.
Keluhan-keluhan tersebut telah dirasakan sejak 2 bulan terakhir.

Anak A sehari-hari sering bermain dengan temannya di sekitar lahan perkebunan yang
berlokasi di dekat rumahnya tanpa menggunakan alas kaki. Sehari-harinya anak A jarang
membersihkan diri setelah bermain di kebun.

Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan pasien tampak sakit sedang, TD 110/80, Temp
37°C, Nadi 110x /menit, RR 28 x/menit.

Pada pemeriksaan fisik spesifik:


Kepala : konjungtiva anemis
Thorax : tak ada kelainan
Abdomen : nyeri tekan abdomen +, bising usus meningkat
Ekstrimitas : tak ada kelainan
Kulit : pallor +
Pada pemeriksaan lab darah didapatkan Hb 8 mm/Hg, MCV 76 fL MCH 29 pg.
Hitung jenis leukosit/Diff count : 0/4/60/30/6

Pada pemeriksaan tinja:


Makroskopis ditemukan darah samar +
Mikroskopis:
 Pemeriksaan langsung (wet direct smear) dengan eosin dan lugol 2% ditemukan telur
berbentuk ovale ukuran 50µ x 40µ berdinding satu lapis transparan berisi sel morula.
 Pemeriksaan dengan teknik katokatz ditemukan jumlah telur telur yang dijumpai pada
seluruh pemeriksaan lapangan pandang sebanyak 300 telur, berkarakteristik oval,
dinding satu lapis transparan, dan dikategorikan infeksi intensitas sedang.
 Pemeriksaan dengan kultur sediaan tinja ditemukan larva dengan dengan rongga
mulut (buccal cavity) yang panjang dan “pointed tail”.

Setelah pemeriksaan menyeluruh dokter mendiagnosis Anak A menderita anemia karena


kecacingan.
II. KLARIFIKASI ISTILAH

Istilah Arti/Makna Sumber


Eosin zat bening spt hablur merah berupa bubuk, KBBI
dipakai untuk mewarnai sutra wol dan juga
dipakai dalam kosmetik

Setiap golongan pewarna atau pencelup yang dorland


bewarna merah mawar, semuanya merupakan
turunan bromin fluoresin; eosin Y garam
natrium tetrabromofluoresin, lebih banyak
dihunakan dalam prosedur histologi dan
laboratorium
Konjungtiva anemis Kondis dimana konjungtiva seseorang pucat Dorland ed.
karena darah tidak sampai ke perifer yang bisa 29
menjadi salah satu tanda anemia
Pallor pucat, seperti pada kulit Dorland
MCV Mean Corpuscular Volume ; pengukuran Jurnal
volume atau ukuran rata-rata pada sel darah Universitas
merah, yang didapatkan dari perhitungan rumus: Sam
MCV = [HCT (%) x 10/RBC (million/cmm)] fL. Ratulangi
Teknik Katokatz Metode yang digunakan untuk menentukan Jurnal Unair
adanya infestasi STH dan intensitas infestasi
STH dihitung dengan jumlah telur per gram
feses (EPG).
Bising usus Aliran udara dan cairan yang ditimbulkan Repository
gerakan peristaltik. Poltekkes
TJK
Diff count Jumlah relatif leukosit–Neutofil, basofil, McGraw-
eusinofil, monosit, limfosit- dalam sirkulasi Hill Concise
perifer, dinyatakan dalam persentase jumlah Dictionary
leukosit total of Modern
Medicine
MCH Mean Corpuscular Haemoglobin ; perhitungan Jurnal
jumlah hemoglobin rata-rata dalam satu sel Universitas
darah merah, yang didapatkan dari rumus: MCH Sam
= [Hb (g/dL)/RBC (million/cmm)] pg. Ratulangi

III. IDENTIFIKASI MASALAH

No. Masalah O-E Concern


1. Anak A, laki-laki, usia 10 tahun, dibawa orang + VVVV
tuanya ke puskesmas karena lemas dan tampak
pucat sejak 1 minggu ini.
2. Selain itu, anak A juga sering mengeluhkan + VVV
nyeri perut yang hilang timbul, dan mudah lelah
ketika sedang bermain bersama teman-
temannya. Keluhan-keluhan tersebut telah
dirasakan sejak 2 bulan terakhir.
3. Anak A sehari-hari sering bermain dengan + V
temannya di sekitar lahan perkebunan yang
berlokasi di dekat rumahnya tanpa menggunakan
alas kaki. Sehari-harinya anak A jarang
membersihkan diri setelah bermain di kebun.
4. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan pasien + VV
tampak sakit sedang, TD 110/80, Temp 37°C,
Nadi 110x /menit, RR 28 x/menit.
5 Pada pemeriksaan fisik spesifik: + VV
. Kepala : konjungtiva anemis
Thorax : tak ada kelainan
Abdomen : nyeri tekan abdomen +, bising usus
meningkat
Ekstrimitas : tak ada kelainan
Kulit : pallor +
Pada pemeriksaan lab darah didapatkan Hb 8
mm/Hg, MCV 76 fL MCH 29 pg.
Hitung jenis leukosit/Diff count : 0/4/60/30/6

6 Pada pemeriksaan tinja: + VV


. Makroskopis ditemukan darah samar +
Mikroskopis:
 Pemeriksaan langsung (wet direct smear)
dengan eosin dan lugol 2% ditemukan telur
berbentuk ovale ukuran 50µ x 40µ
berdinding satu lapis transparan berisi sel
morula.
 Pemeriksaan dengan teknik katokatz
ditemukan jumlah telur telur yang dijumpai
pada seluruh pemeriksaan lapangan
pandang sebanyak 300 telur,
berkarakteristik oval, dinding satu lapis
transparan, dan dikategorikan infeksi
intensitas sedang.
 Pemeriksaan dengan kultur sediaan tinja
ditemukan larva dengan dengan rongga
mulut (buccal cavity) yang panjang dan
“pointed tail”.

7 Setelah pemeriksaan menyeluruh dokter + VVV


. mendiagnosis Anak A menderita anemia karena
kecacingan

IV. ANALISIS MASALAH

1. Anak A, laki-laki, usia 10 tahun, dibawa orang tuanya ke puskesmas karena lemas dan
tampak pucat sejak 1 minggu ini.
a. Mengapa anak A mengalami kondisi lemas dan tampak pucat berdasarkan
scenario? (mekanisme) 1
b. Bagaimana perilaku dan sifat anak laki-laki di umur 10 tahun yang dapat
menyebabkan kondisi seperti di scenario? 4 (pencegahan)
2. Selain itu, anak A juga sering mengeluhkan nyeri perut yang hilang timbul, dan
mudah lelah ketika sedang bermain bersama teman-temannya. Keluhan-keluhan
tersebut telah dirasakan sejak 2 bulan terakhir.
a. Mengapa keluhan nyeri perut yang dialami oleh anak A hilang timbul? 4
b. Bagaimana mekanisme nyeri perut? 4
c. Bagaimana mekanisme mudah lelah? 1
d. Mengapa keluhan tersebut dirasakan selama 2 bulan (kenapa lama sekali)? 3
3. Anak A sehari-hari sering bermain dengan temannya di sekitar lahan perkebunan
yang berlokasi di dekat rumahnya tanpa menggunakan alas kaki. Sehari-harinya anak
A jarang membersihkan diri setelah bermain di kebun.
a. Apa hubungan perilaku anak A yang sering bermain tanpa alas kaki dan jarang
membersihkan diri dengan terinfeksi parasit? 4
b. Bagaimanakah cara menjaga kebersihan pada anak usia 10 tahun? (edukasi
cara menjaga kebersihan pada anak-anak) 4
c. Apakah ada hubungan penyakit kecacingan ini dengan bermain di kebun? 3
(siklus)
d. Apakah jenis parasit yang mungkin dapat menginfeksi melalui kulit karena
anak A sering bermain tanpa alas kaki? 3
4. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan pasien tampak sakit sedang, TD 110/80,
Temp 37°C, Nadi 110x /menit, RR 28 x/menit.
a. Bagaimana hasil pemeriksaan fisik umum yang normal pada anak usia 10
tahun? 5
b. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik anak A? 5
5. Pada pemeriksaan fisik spesifik:
Kepala : konjungtiva anemis
Thorax : tak ada kelainan
Abdomen : nyeri tekan abdomen +, bising usus meningkat
Ekstrimitas : tak ada kelainan
Kulit : pallor +
Pada pemeriksaan lab darah didapatkan Hb 8 mm/Hg, MCV 76 fL MCH 29 pg.
Hitung jenis leukosit/Diff count : 0/4/60/30/6

a. Bagaimana interpretasi hasil diff count berdasarkan scenario? 5


b. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan lab darah? 6
c. Bagaimana patofisiologi dari adanya nyeri tekan abdomen dan bising usus
yang meningkat? 4
d. Bagaimana cara menghitung jenis leukosit/diff count? 6
e. Apa penyebab dari konjungtiva anemis? 1
f. Apa penyebab dari pallor pada kulit? 1
g. Apakah ada keterkaitan antara konjungtiva anemis dan terjadinya pallor pada
kulit? 1
6. Pada pemeriksaan tinja:

Makroskopis ditemukan darah samar +


Mikroskopis:
 Pemeriksaan langsung (wet direct smear) dengan eosin dan lugol 2% ditemukan
telur berbentuk ovale ukuran 50µ x 40µ berdinding satu lapis transparan berisi sel
morula.
 Pemeriksaan dengan teknik katokatz ditemukan jumlah telur telur yang dijumpai
pada seluruh pemeriksaan lapangan pandang sebanyak 300 telur, berkarakteristik
oval, dinding satu lapis transparan, dan dikategorikan infeksi intensitas sedang.
 Pemeriksaan dengan kultur sediaan tinja ditemukan larva dengan dengan rongga
mulut (buccal cavity) yang panjang dan “pointed tail”.
a. Parasit apa yang ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis tinja? 2
b. Bagaimana morfologi parasit yang ditemukan? 3
c. Apa saja metode yang digunakan dalam pemeriksaan tinja? 2
d. Bagaimana siklus hidup parasit yang menginfeksi anak A? 3
e. Bagaimanakah prosedur pemeriksaan dengan teknik wet direct smear? 2
f. Bagaimanakah prosedur pemeriksaan dengan teknik katokatz? 2
g. Bagaimana penanganan yang dapat dilakukan terhadap orang yang terinfeksi
jenis parasit ini? 4
h. Apa saja kategori infeksi dan apa saja penentu-penentu dari tingkatan infeksi
itu sendiri? 4
i. Bagaimana mekanisme penularan parasit tersebut dan bagaimana penanganan
yang dapat dilakukan terhadap penularan tersebut? 3
j. Apakah penyebab ditemukannya darah samar pada pemeriksaan makroskopis
tinja? 2
k. Bagaimana epidemiologi parasit penyebab infeksi pada anak A? 3
7. Setelah pemeriksaan menyeluruh dokter mendiagnosis Anak A menderita anemia
karena kecacingan.
a. Bagaimana mekanisme terjadinya anemia pada kasus kecacingan? 1
b. Bagaimana tatalaksana yang dapat diberikan kepada anak A? 1
c. Bagaimana hubungan hasil pemeriksaan lab darah dengan diagnosis anemia
pada anak A? 1,6

V. LEARNING ISSUE

1. Anemia
a. Jenis-jenis anemia
b. Hubungan dengan infeksi kecacingan
c. Mekanisme anemia
d. Treatment
e. Gejala
2. Pemeriksaan tinja
a. Pemeriksaan langsung
b. Pemeriksaan katokatz
c. Pemeriksaan kultur sediaan tinja (Harada-Mori)
3. Nematoda
a. Jenis cacing
b. Morfologi telur cacing dan cacing dewasa
c. Siklus hidup cacing (keluhan)
d. Epidemiologi
4. Infeksi hookworm
a. Diagnosis
b. Pengobatan
c. Pencegahan
d. Gejala klinis
5. Pemeriksaan fisik
6. Pemeriksaan lab darah
a. Diff count
b. MCV
c. MCH

What I How I
What I What I Don’t
No. Learning Issues Need To Will
Know Know
Prove Learn
Jurnal/
text book
Jurnal/
text book

Anda mungkin juga menyukai