Anda di halaman 1dari 41

Beton Prategang

Beton Bertulang

Tegangan tekan diterima oleh beton dan tegangan tarik oleh tulangan, pada daerah
tarik terlihat adanya retak-retak, perlu diperhatikan kontrol lendutan dan lebar
retak yang terjadi.

Beton Prategang

Seperti halnya beton bertulang, beton prategang juga merupakan struktur


komposit antara 2 bahan yaitu beton dan baja tetapi dengan mutu tinggi.
BAJA YANG DIPAKAI DISEBUT TENDON YANG DIKELOMPOKKAN
DAN MEMBENTUK KAKU. DI DAERAH YANG DIPERKIRAKAN
AKAN TIMBUL TEGANGAN TARIK, DIPASANG TENDON YANG
DIBERI TEGANGAN AWAL.
BETON PRATEGANG BETON BERTULANG

 Fungsi tulangan ( tendon ) :  Fungsi tulangan :


Untuk menciptakan tegangan awal Untuk memikul tegangan / gaya
tarik.
 Penampang :
 Penampang :
Sebelum terjadi beban
Sebelum terjadi beban

 Setelah ada beban


 Setelah ada beban

1
BETON PRATEGANG BETON BERTULANG

 Transfer tegangan karena  Transfer tegangan karena lekatan


jangkar / angkur karena
lekatan

 Efisiensi  Efisiensi

I gross > I Crack I Crack > I gross


( Lebih efisien )
 Mutu Beton  Mutu Beton

F\s\up 6( ` ≥ 40 Mpa F\s\up 6( ` = 20 – 35 Mpa

 Dasar Perencanaan :  Dasar Perencanaan :

Teori Elastis Teori Ultimate

Keuntungan / kelebihan Beton Prategang / Pratekan :

2
 Mengurangi atau menghapus penurunan.
 Penampang yang digunakan yaitu penampang utuh
 Penampang struktur lebih kecil / langsing
 Karena penampang seluruhnya tertekan, maka tidak ada retak

Kerugian Beton Prategang / Pratekan :

 Memerlukan keahlian khusus


 Pelaksanaan memerlukan teknologi canggih
 Relatif mahal

BETON PRATEGANG

1. Sistem Pre – tensioning

2. Sistem Post – tensioning

1). Pretensioning

Tendon lebih dahulu ditarik antara blok – blok angkur yang tegang (rigid),
beton selanjutnya dicor dan dipadatkan sesuai dengan bentuk serta ukurannya,
setelah beton mengeras dilepaskan dari alat pra penarikan dan prategang ditransfer
kebeton.

 Kabel dipotong pada usia 1 – 2 hari


Dibuat dipabrik
 Transfer tegangan melalui lekatan
 Ukuran dan bentuk standar
 Panjang terbatas → untuk mempermudah pengangkutan
 Kabel tidak bisa parabola

3
Kelebihan Pre – tension

 Kontrol Kualitas lebih baik


 Mempercepat waktu konstruksi
 Penegangan tendon terkontrol
 Bentuk bisa seragam

Kerugiannya :

 Panjang terbatas
 Harus diangkut

Penerapan gaya prategang terhadap beton disebut “Transfer” dari gaya


prategang.

2). Post - tensioning

Beton lebih dulu dicetak dengan memasukan saluran atau alur untuk
menempatkan tendon. Apabila beton sudah cukup kuat, maka kawat bernutu
tinggi ditarik dengan menggunakan bantalan dongkrak pada permukaan ujung
batang dan kawat diangkurkan dengan pasak atau mur. Gaya – gaya diteruskan ke
beton oleh angkur ujung dan juga apabila kabel melengkung melalui tekanan
radial antara kabel dan saluran. Ruang antara tendon dan saluran pada umumnya
di growt setelah penarikan.

4
Angkur Duct

 Bisa di pabrik / dilokasi


 Bentuk : - Lokasi → Flexible
- Pabrik → Standart
 Transfer tegangan melalui angkur
 Transfer dini ( 14 hari ) → Flexible
Kelebihan Post – tension
 Bentuk / panjang bebas
 Waktu stressing lebih longgar
 fci (usia) > Pre – tension → Losses berkurang
Problem beton pratekan adalah kehilangan tegangan :
 Perpendekan elastis → secara langsung
 Susut beton → penguapan dan waktu
 Rangkak pada beton dan baja → perpendekan yang terjadi karena beban dan
waktu
KEHILANGAN TEGANGAN UNTUK DESAIN :
Tipe Kehilangan Pre - Tension Post - Tension
1. Perpendekan Elastis 3% 1%
dan lenturan beton.
2. Rangkak Beton 6% 5%
3. Susut Beton 7% 6%
4. Rangkak pada baja 2% 3%
Jumlah 18% 15%

Pada umumnya faktor reduksi diambil 0,8 untuk Pre – Tension dan 0,85 untuk
Post – Tension. Fpe

Contoh perhitungan kehilangan Tegangan.
Fpi

5
1. Sebuah balok beton prategang, lebar 200 mm dan tinggi 300 mm diberi
prategang dengan kawat-kawat ( luas = 160 mm2 ) yang di letakkan dengan
eksentrisitas konstan 50 mm, yang membawa suatu tegangan awal sebesar
1000 N/mm2. Bentangan balok tersebut 10 m. Hitunglah persentase
kehilangan tegangan pada kawat kalau balok tersebut :
a.Pre – Tension ( Pratarik )
b. Post – Tension ( Pasca tarik )
Bila diketahui data sebagai berikut :
Es = 210 KN/mm2
Ec = 35 KN/mm2
Relaksasi tegangan baja 5% dari tegangan awal
Susut beton 300.10-6 Untuk Pratarik
200.10-6 Untuk Pascatarik
Rangkak ultimate 40. 10-6 mm/mm per N/mm2 Pratarik
20. 10-6 mm/mm per N/mm2 Pascatarik
Penggelinciran pada angkur = 1 mm
Koefisien gesekan untuk pengaruh gelombang = 0,0015 / m
PENYELESAIAN

Gaya Prategang awal ( P ) = As . fpi = 160 . 1000 = 1,6 . 105 N


Luas Penampang Beton ( Ac ) = 200 . 300 = 6 . 104 mm2
Es 210
Rasio Modulus   = 35
= 6
Ec
Momen Inersia penampang beton ( I ) = ( 1/12 ) . 200 . 3003 = 45 . 107 mm4
Tegangan beton pada ketinggian baja ( fc ) :
P P.e 1,6.10 5 1,6.10 5.50.50
fc  ( )e    7 N / mm 2
Ac I 6.10 4 45.10 7

KEHILANGAN TEGANGAN
Tipe Kehilangan Balok Pre-tension (N/mm2) Balok Post-tension

6
(N/mm2)
1). Deformasi Elastis Beton =
α e . fc 6x7 -
2). Relaksasi tegangan pada baja
= 5% . fpi 0,05 x 1000 = 50 0,05 x 1000 = 50
3). Rangkak beton
= εcc . fc . Es 40 . 10-6 . 7.210.103 = 58,8 20 . 10-6 . 7.210.103 = 58,8

4). Susut beton


= εcs . Es 300 . 10-6 . 210.103 = 63 200 . 10-6 . 210.103 = 42
5). Penggelinciran pada angkur
= Es . Δ / L - 210.103 . 1 / 10 . 103 = 21
6). Pengaruh gesekan
= k . fpi . L→ L dlm meter - 0,0015 . 1000 . 10 = 1
Kehilangan Total 213 157,4
Prosentase Kehilangan Total 21,38% 15,74%

DESAIN
Sebelum membuat distribusi tegangan kita harus membuat perjanjian tanda
seperti dibawah ini :
Perjanjian tanda
 ( - ) Tekan

7
 ( + ) Tarik
 Baja
1 Akibat gaya pendongkrak yang bekerja pada kabel :
0,8 fpu atau 0,94 fpy.
2 Tendon Pratarik “segera setelah peralihan” gaya prategang atau tendon-
tendon pasca tarik setelah penjangkaran/pengangkuran = 0,70 fpu.
 Beton
 Kondisi Awal
- Beban DL ( berat sendiri balok ) dan Pi
- Usia Post-tension 14 hari
Umumnya
- Pre-tension 2 hari
- Loss η = 1 → tegangan penuh → belum terjadi --- loss
- Loss Post-tension 15%
- Pre-tension 20%
- Tegangan ijin fci = 0,6 .f”ci MPa
fci = 0,25 . ( √fci ) Mpa
 Kondisi Akhir
- Beban DL, LL dan Peff
- Usia 28 hari
- Loss Post-tension 15% → η = 0,85
- Pre-tension 20% → η = 0,8
`
- Tegangan ijin fc = 0,45 . f c MPa
,
Ft = 0,25 . f c Mpa
 Kehilangan prategang perkiraan :
- Loss Post-tension 15%
- Pre-tension 20%

Distribusi Tegangan

 Akibat beban mati dan hidup

8
h

M DL M LL M DL  M LL

Zt Zt Zt

- - -

h + =

+ +
M DL M LL M DL  M LL
Zb Zb Zb

Tegangan akibat Tegangan akibat Tegangan akibat beban


beban mati beban hidup mati dan beban hidup

 Akibat Tendon Konsentriss

P
A
h -

Tegangan akibat tendon konsentris

 Akibat Tendon Eksentris

9
h P
e

P P

M = P.e M = P.e

P P.e P P.e
Zt  
A A Zt

+
+ =
- -

-
P.e P P.e
 
Zb A Zb

Tegangan akibat Tegangan lentur Tegangan


Tegangan akibat P.e Resultan
langsung / beban
aksial

Distribusi Tegangan Balok Prategang

10
 Kondisi Awal
Pada kondisi awal beban yang bekerja hanya beban akibat berat sendiri (DL)

h P Pi
e I
Za  
Ya
S

P Pi.e M DL
A Zt Zt
+ -
+ +
-
h
+
-
Pi.e M DL
Zb Zb
ehingga tegangan sisi atas ( ft ) :

Pi Pi .e M DL
fa      Fti
Za Za Za Rumus ini berlaku untuk
tendon eksentris, bila letak
tendon konsetris maka e = 0
 Sehingga tegangan sisi bawah :
Pi Pi .e M DL
fb      Fci
A Zb Zb

 Kondisi Akhir
Pada kondisi akhir beban yang bekerja adalah beban akibat berat sendiri dan
akibat beban hidup. Karena pada kondisi akhir sudah terjadi kehilangan tegangan
maka beban prategang dikalikan η.
Peff = Pi. η

Peff Peff .e  M DL  M LL  e
A Zt Zt
+ -
+ +
-
h
+
-
Peff .e  M DL  M LL  e 11
Zb Zb
 Sehingga tegangan sisi atas ( ft ) :
 .Pi  .Pi .e M DL  M LL
ft      Fc,
A Zt Zt

Atau

Peff Peff .e M DL  M LL
ft      Fc,
A Zt Zt
Rumus ini
berlaku untuk
 Sehingga tegangan sisi bawah : tendon
 .Pi  .Pi .e M DL  M LL eksentris, bila
fb      Ft letak tendon
A Zb Zb
konsetris maka
e=0
Atau

Peff Peff .e M DL  M LL
fb      Ft
A Zb Zb

Penampang kritis
Penampang kritis adalah penampang yang menanggung momen maksimum.
Contoh :

12
Pre-tension kabel lurus

h
e

Kondisi Awal :

- Pi . e
+

MDL

+
=

 –

Penampang Kritis di tumpuan


+
Kondisi Akhir :

3
2

 Kabel Melengkung

13
Kondisi Awal :

+ - Pi . e

MDL
+
=

- Penampang krits di tengah bentang

Kondisi akhir :

MDL + MLL
+

+
Penampang kritis di tengah bentang

Contoh Soal :
 Diketahui :

14
41

80 cm
cm
1 WBS + WDL + WLL POT 1-1

cm
39

27 cm
12cm
1

L = 12 m
40
ASP

WDL = 15 KN/m
WLL = 10 KN/m
Asp = 2000 mm2
F\s\up 6( `) = 35 Mpa
F\s\up 6( `) = 30 Mpa
Gaya Prategang Awal ( Pi ) = 1400KN
Kehilangan Prategang = 20%
Es
n 7
Ec

Ditanya :
Tegangan – tegangan yang terjadi pada kedua kondisi :
Kondisi Awal ?
Kondisi Akhir ?
( “hanya ditinjau ditengah bentang” )
Penyelesaian :
Wbs = 0,4 . 0,8 . 24 = 7,68 KN/m
Mbs = 1/8 . Wbs . L2 = 1/8 . 7,68 . 122 = 138,24 KNm
MD = 1/8 . WD . L2 = 1/8 . 15 . 122 = 270 KNm
ML = 1/8 . WL . L2 = 1/8 . 10 . 122 = 180 KNm

15
Mi = Mbs =138,24 KNm
Ms = Mbs + MD + ML = 588,24 KNm
Letak Garis Netral :

y
 Ay

 0,4 * 0,8 * 0,4  {(7  1)(0,002 * 0,8)}
A 0,4 * 0,8  {( 7  1)(0,002)}
0,13616
  0,41m
0,332 ( Dari sisi atas )

ya = 0, 41 m
yb = 0,8 - 0, 41 m = 0,39 m
e = yb – 12 = 39 - 12 = 27 cm
It = [(1/12)b.h3 + b.h {(0,5. h - yb)2} + ( n – 1 ) Asp . e2
= (1/12) . 0,4 . 0,83 + 0,4 . 0,8 ( 0.5*0.8 – 0,4 )2 + ( 7 – 1 ) 0,002 . 0,272
= 0,01797 cm4
I 0,01797
Za  t   0,043829268  0,0438m 3
ya 0,41
I t 0,01797
Zb    0,046076923  0,061m 2
yb 0,39

Tegangan – tegangan Awal :


Sisi Atas :
Pi Pi .e M i
fa   
At Z a Za

Pi Pi .e. y a M i . y a
fa   
At It It

1400 1400.0,27.0,39 138,24.0,39


fa     1253,45KN / m 2
0,332 0,01797 0,01797
f a  1,2535MPa

16
Pada serat teratas terjadi tegangan [ (+) tarik ] sebesar 1,2535 MPa, maka
tegangan tekan ijin =0,25 . √fci = 0,6 . √30 = 1,37 Mpa .
Jadi serat teratas memenuhi syarat.
Sisi Bawah :
Pi P .e M i
fb   i 
At Zb Zb
1400 1400.0,27.0,39 138,24.0,39
fb   
0,332 0,01797 0,01797
fb  9420,3KN / m 2  9,42MPa

Pada serat terbawah terjadi tegangan [ (-) tekan ] sebesar 9,42 MPa, maka
tegangan tarik ijin = 0,25 . fci = 0,6 . 30 = 18 Mpa.
Jadi serat teratas memenuhi syarat.
Tegangan – tegangan Akhir :
Sisi Atas Sisi Atas :
 .Pi Pi .e M i
fa   
At Za Za

Pi  .Pi .e. ya M i . ya


fa   
At It It

0,8.1400 0,8.1400.0,27.0,41 588,24.0,41


fa     9895,2 KN / m 2
0,332 0,01797 0,01797
f a  9,895MPa

Pada serat teratas terjadi tegangan [ tekan ] sebesar 9,895 MPa, maka tegangan
tekan ijin =0,45 . f\s\up 6( ` = 0,45 . 35 = 15,75 Mpa .
Jadi serat teratas memenuhi syarat.

17
Sisi Bawah :
.Pi .Pi .e Mi
fb   
At Zb Zb
0,8.1400 0,81400.0,27.0,39 588,24.0,39
fb   
0,332 0,01797 0,01797
fb  2830 KN / m 2  2,83MPa

Pada serat terbawah terjadi tegangan [ (+) tekan ] sebesar 9,42 MPa, maka
tegangan tarik ijin = 0,25 . fci = 0,6 . 30 = 18 Mpa.
Jadi serat teratas memenuhi syarat.
Desain Penampang untuk menahan lenturan.
 Lengan momen untuk gaya dalam bervariasi antara 50% h - 80% h dengan
rata – rata 0,65 h
MT
Peff  T  Untuk MDL > 20% - 30% MT
0,65h
MT = MDL + MLL

Luas tendon ( As ) = Peff / fse


= MT / (0,65. fse )
Luas beton ( Ac ) :
C = T = As . fse
Tegangan serat teratas maximum fc = 0,45.f\s\up 6( ` maka untuk pendahuluan
diambil 50 % dari tegangan ijin maksimum fc :
C A .f
fc   s se
Ac Ac

Karena fc diambil hanya 50% maka :


As . f se
0,5 f c 
Ac
As . f se
Ac 
0,5 f c

 Bila MDL relatif kecil terhadap MT maka :


Peff = T = ML / (0,5.h)

18
Contoh :

tf = 0,2h
bf = 0,5h
1

h = 65 cm
L = 13 m

qL = 380 kg/m2
f\s\up 6( ` = 420 kg/m2 Bw = 0,25h
Jawab :
Ac = bf.tf+(h-tf)bw
= 0,5h . 0,2h + 0,8h . 0,25h
= 0,3h2
Taksir tinggi balok (1 / 17L) s/d (1 / 25L) = 76,47 cm
h diambil 65 cm
Ac = 1267,5 cm2
qbs = 0,12675 . 2500 = 316,875 kg/m
MDL = 1/8 . 316,875 . 132 = 6693,98 kgm
MLL = 1/8 . 380 . 132 = 8027,5 kgm
MT = 6693,98 + 8027,5 = 14721,48 kgm
MDL / MT = 6693,98 / 14721,48 = 0,455 > 0,3
Peff = MT / 0,65h = 14721,48 / 0,65 . 0,65
= 34843,74 kg
As . f se
Ac   As . f se  Peff  fc  0,45. f c`  0,45.420  189kg / cm 2
0,5. f c
34843,74
Ac   368,72cm 2  1267,5cm 2
0,5.189

19
h diambil 55 cm
Ac = 907,5 cm2
qbs = 0,09075 . 2500 = 226,875 kg/m
MDL = 1/8 . 226,875 . 132 = 4792,73 kgm
MLL = 1/8 . 380 . 132 = 8027,5 kgm
MT = 4792,73 + 8027,5 = 12820,23 kgm
MDL / MT = 4792,73 / 12820,23 = 0,374 > 0,3
Peff = MT / 0,65h = 12820,23 / 0,55 . 0,65
= 35860,78 kg
As . f se 35860,78
Ac    379cm 2  907,5cm 2
0,5. f c 0,5.189

bf = 0,5 . 55 = 27,5 cm =28 cm


tf = 0,2 . 55 = 11 cm
bw = 0,25 . 55 = 13,25 cm = 14 cm
tf = 11

bf = 28
h = 55 cm

Desain dengan teori Elastik, tanpa tarikan pada beton :


o MDL/MT kecil
Bw = 14
c.g.s dibawah kern e - kb = MDL / Pi akibat Pi
fa = 0
Pi .h
fb   0,6 f `ci`
Ac . y a
Sehingga
P .h
Ac  i
f b .ya

20
Akibat Peff e + kb = MT/Peff
fb = 0
Pi .h
fa   0,45 f `c`
Ac .eb
Sehingga
P .h
Ac  i
f a .eb

o MDL/MT besar
e - kb = MDL/Pi
MT
Peff 
e  ka
peff .h
Ac 
fa. yb
Pi  e M DL / Pi  
Ac  1  
fb  ka 
Contoh untuk soal sebelumnya :
Ac = 28 . 11 + 44 . 14 = 924 cm2
11 .28.5,5  44.14.33
ya   23,83cm
11 .28  44.14

I = (1/12).28.113 + (1/12).14.443 + 28,11(23,83 – 5,5)2 + 44.11 (33 – 23,83)2


= 246670,61 cm4
r2 = I/Ac = 266,96/924 = 266,96 cm
2
r 266,96
ka    8,565cm
yb 31,17

r2 266,96
kb    11,203cm
ya 23,83
M DL 4792,73.0,8
e  kb    0,1069 m  10,69cm → η = 0,8
Pi 35860,78
e  k a  10,69  8,565  11,203  30,458cm
12820,23.100
Peff   42091,5cm
30,458
42091,5
Pi   52614,38cm
0,8

21
p ef f .h 42091,5.10.550
Ac    39296,9mm 2
f a . yb 0,45.42.311,7
 4792,73.10 4 
 e106,9  112 ,03  
P  e M DL / Pi   526143,8  526143,8 
Ac  i 1   
 1 
fb  ka  0,6.30 85,65
 
 
 72858,3mm 2  728,6cm 2

Jadi Penampang cukup.


Penentuan daerah kern atau inti penampang.
Apabila gaya prategang bekerja didalam daerah kern atau inti penampang, maka
tdak akan mengakibatkan terjadinya tegangan tarik pada penampang tersebut.
Kern atau inti tergantung pada bentuk geometri penampang yang bersangkutan
dan tidak tergantung pada besarnya gaya aksial ataupun tegangan – tegangan ijin
yang disyaratkan.
Pi Pi .e I
f ti   Za 
A Za ya

Tidak terjadi tegangan tarik maka fti = 0 , sehingga


e = kb

Pi P .e. y a I
 i  e. y a
A I A

I r2
 r 2 sehinggakb 
A ya
 .Pi  .Pi .e
fb  
A Zb
fb  0
Pi P .e. y b I
 i   e. y b  e  k a
A I A
Sehingga
r2
ka  
yb

22
Bentuk Lengkung Tendon
o Selubung Bawah
eb = kb + amin
M bs
Amin 
Pi
r2
kb 
ya
I
r2 
A

o Selubung Atas
ea = amax - kb
MT
Amax 
Peff
r2
ka 
yb
I
r2 
A

Eksentrisitas tambahan agar memungkinkan terjadinya tarik terbatas pada serat


atas :
f ti . Ac .k b
eb, 
Pi

Eksentrisitas tambahan agar memungkinkan terjadinya tarik terbatas pada serat


bawah :
f t . Ac .k b
ea, 
Peff

23
Contoh :
Suatu beton Prategang Post-tension dengan tendon prategang berbentuk parabolik
(draped). Tentukanlah selubung yang membatasi untuk lokasi tendon sehingga
tegangan serat beton yang membatasi tidak pernah terlampaui. Tinjaulah
penampang tengah bentang (1/2 L), seperempat bentang (1/4 L), Tumpuan atau
ujung balok sebagai penampang – penampang yang menentukan. Dengan data dan
gambar sebagai berikut :
 Diketahui :
Pi = 2431 KN
Pefff = 2004 KN
F\s\up 6( ` = 40 MPa
F\s\up 6( ` = 30 MPa
Momen akibat beban mati ( beban sendiri ) adalah 281 KNm
Momen akibat beban mati dan beban hidup adalah 859 KNm
27 cm

30 cm
78 cm
105 cm

27 cm

45 cm

 Ditanya ?
Tinjau penampang tengah bentang (1/2 L), seperempat bentang (1/4 L),
Tumpuan atau ujung balok sebagai penampang – penampang yang
menentukan ?

24
 Penyelesaian :
I = (1/12) . 30 . 513 + 2 . (1/12) . 45 . 273 + 2 . 45 . 27 . 392
= 4175280 cm4
A = 30 . 51 + 2 . 27 . 45 = 3960 cm2
r2 = 4175280 / 360 = 1054,464 cm2
Karena simetris maka ka = kb = r2 / ya = 1054,464 / 52,5 = 20,1 cm
o Di tengah Bentang ( ½ L )
 Selubung Bawah :
amin = Mbs / Pi = 281 / 2431 = 11,6 cm
eb= kb + amin = 20,1 + 11,6 = 31,6 cm
 Selubung Atas :
MT = Mbs + MDL + MLL = 281 + 859 = 1140 KNm
amax = MT / Peff = 1140 / 2004 = 0,569 m = 56,9 cm
ea = amax - ka = 56,9 – 20,1 = 36,8 cm
o Diseperempat Bentang ( ¼ L) :
MT = Mbs + MDL + MLL = 281 + 859 = 1140 KNm
M ¼ L = 0,75 . Mmax
Mbs = 0,75 . 281 = 210,75 KNm
MT = 0,75 . 1140 = 855 KNm
 Selubung Bawah :
amin = MDL / Pi = 680,625 / 2488 = 0,27356 m = 27,356 cm
eb= kb + amin = 23,1 + 27,356 = 50,45631 cm
 Selubung Atas :
amax = MT / Peff = 855 / 2004 = 0,427 m = 42,7 cm
ea = amax - ka = 42,7 – 20,1 = 22,6 cm
o Di Tumpuan Bentang :
 Selubung Bawah :
eb = 28,54 cm
 Selubung Atas :
ea = -23,1 cm

25
Eksentrisitas tambahan agar memungkinkan terjadi tarik terbatas pada
serat atas :
f ti . A.kb f ti,  0,25 f ,
 0,25 30  1,369MPa
eb,  ci

Pi
1,3693.396000.201
eb,   44,83mm
2431000
Eksentrisitas tambahan agar memungkinkan terjadi tarik terbatas pada
serat bawah :
f t . A.k a f t ,  0,5 f ,
 0,5 42  3,240MPa
ea,  c

Peff

3,61.396000.201
ea,   143,4mm
2004000

20,1
22,6 22,6
28,8 31,7 36,8 28,8 20,1

26
Setelah memperhitungkan eksentrisitas tambahan :
Tumpuan :
ea2 = ea – e\s\up 6( ` = -20,1 – 14,34 = -34,44 cm
eb2 = eb + e\s\up 6( `= 20,1 – 4,48 = 24,58 cm
Tengah Bentang :
ea2 = ea – e\s\up 6( ` = 36,8 - 14,34 = 22,46 cm
eb2 = eb + e\s\up 6( `= 31,7 + 4,48 = 36,18 cm
Seperempat Bentang ( ¼ L) :
ea2 = ea – e\s\up 6( ` = 22,6 – 14,34 = 8,26 cm
eb2 = eb + e\s\up 6( `= 28,8 + 4,48 = 33,28 cm

27
Penampang Komposit
o Batang ( balok ) prategang pracetak digunakan bersambungan dengan beton
yang dicor langsung ditempat ( In-situ ), sedemikian rupa sehingga batang-
batang tersebut bersifat sebagai kesatuan monolit di bawah beban-beban
kerja.
 Keuntungan :
- Ukuran unit prategang dapat dikurangi karena pengaruh kerja
komposit.
- Menghemat beaya
Kondisi Awal :

 - Tekan ; + Tarik

Pi Pi .e M bs
A Za Za
+ -
-
=
e

- +
Pi Pi .e M bs
A Zb Zb

Tegangan sisi atas ( fa ) :


Pi Pi .e M bs
fa    
A Za Za
Tegangan sisi bawah ( fb ) :
Pi Pi .e M bs
fb    
A Zb Zb

28
Kondisi Akhir : M LL  M DL
Z a,
Peff Peff .e M bs M DLslab
A Za Za Za -

+ - -

-
+
- + +

Peff Peff .e M bs M DL M LL  M DL
A Zb Zb Zb Z b,

Inti Penampang Komposit


Balok Tunggal
1 r2
I  .b.h 3 kb 
c.g.c
12 ya
h c.g.c

r2
b I ka  
r 
2
yb
A

Balok Komposit :
1 1
hf .bf . hf  bw( h  hf ){hf  (h  hf )}
ya  2 2
hf .bf  bw( h  hf )
Bf

hf ya

Bw

29
2 2
 
I  b f .h f .  bw . h  h f   bf .hf  ya  h f    bw  h  h f   h f   h  h f    y a 
1 3 1 3  1  1 
12 12  2   2  

Contoh :
Buatlah desain sistem struktur sebuah balok prategang komposit di atas dua buah
dengan bentang 27,5 m. Balok adalah penampang standar tipe III,dengan tebal
plat komposit 150 mm. Beban desain untuk struktur :
Diketahui :
- Beban mati sistem komposit
- Beban mati tambahan WDL = 960 N/m
- Beban hidup WLL = 2400 N/m
- Mutu bahan :
Beton prategang f\s\up 6( ` = 31 Mpa, f\s\up 6( ` = 42 Mpa
Beton plat f\s\up 6( ` = 28 Mpa
Kehilangan tegangan 20%
Penyelesaian :
Ambil c.g.s dari bawah = 127 mm
f ti  0,25 f ci, f c  0,5 f c,

f ti  0,45 f c, f ti  0,6 f c,
Sifat – sifat beton penampang balok pracetak :
A = 3613.102 mm2
I = 522.108 mm4
γbeton = 2400 kg/m3
Yb = cb = 515 mm
Yb = ca = 628 mm
E = 515-127 =388 mm
Wbs = 24 . 0,3613 = 8,6712 KN/m
I 522.10 8 I 522.10 8
Za    83,121.10 6 mm 3 Zb    101,359.10 6 mm 3
ya 628 yb 515
1 1
Mbs  Wbs.L2  8,6712.27,5 2  819,699 KNm
8 8

30
Kondisi awal
Pi Pi .e M bs
fa    
A Za Za

tegangan ijin serat teratas = 0,25√f\s\up 6( `) = 0,25√31 = 1,392 Mpa


Pi Pi .388 819699000
1,392   2
 6

3613.10 83,121.10 83,121.10 6
11,2535  1,9001.10 6 Pi
Pi  5,9229.10 6 N  5923KN

Pi Pi .e M bs
fb    
A Zb Zb
tegangan ijin serat terbawah = 0,6fci = 0,6 . 31 = 18,6 Mpa
Pi Pi .388 819699000
 18,6   2
 6

3613.10 101,359.10 101,359.106
 26,687  6,596.10 6 Pi
Pi  4,046.10 6 N  4046 KN

Digunakan Pi = 4000 KN
Jumlah strand = 4000/(0,7 . 183,4) = 4000/130 = 30,8
Digunakan 30 buah strand ø12,7 mm
Pi = 0,7 . 183,4 . 30 = 3851,4 KN ≤ 4046 KN

31
cgs
8 * 50 = 400
8 * 100 = 800
8 * 150 = 1200
8 * 200 = 1200
∑ = 3600
cgs = 3600/30 = 120 mm
e = 515 – 120 = 395 mm
Pi = 3852 KN
Kondisi Awal ( fb sebenarnya )
3852.103 3852.103 819699000
fb   2
 6
  17,359MPa
3613.10 101,359.10 101,359.106

Serat terbawah 17,359 MPa ( tekan ) < tegangan tekan ijin = 18,6 Mpa
Tegangan pada plat, lebar efektif plat 2299 mm :
150.2299.1218  3613.10 2.515
yb,   858,31mm
150.2299  3613.10 2
y a,  1143  858,31  284,69mm
A` 150.2299  3613.102  706,15mm 2
1
I ` 522.108  3613.10 2  858,31  515 
2
2299.1503
12
 150.2299 284,69  75  140.109 mm 4
2

32
Momen ditengah bentang :
Wslab = 24 . 150 . 2299 . 10-6 = 8,276 KN/m
MDL = 1/8 . 960 . 27,52 = 90,15 KNm
MLL = 1/8 . 2400 . 27,52 = 226,98 KNm
MSlab = 1/8 . 8,276 . 27,52 = 782,34 KNm
Peff = 0,8 . 3852 = 3082 KN

f cplat  
M LL  M DL

 90,75  226,98.106.285  0,6468
Za 140.109

Serat teratas plat tekan 0,6468 < fc = 0,45 . 28 = 12,6Mpa ... ( aman )
Tegangan teratas pada balok prategang.
M bs  M DL
Z a`
Peff Peff .e M bs M DLSLAB
A Za Za Za -

+ - -

- + + +

M DLslab
Peff 3082.10 3 Peff Peff .e M bs Zb M bs  M DL
  8,53Mpa
A Zb Zb Z b`
A 3613.10 2
Peff .e 3082.10 3.395
  14,646Mpa
Za 83,121.10 6
M bs  M DLslab 819699.10 3  782340.10 3
  19,2736Mpa
Za 83,121.10 6
M bs  M LL 226,98.10 6  90,75.10 6
  0,6468Mpa
Za 140.10 9

33
Y\s\up 6( `) = 284,69 mm
tebal plat = 150 mm
f a, 
 284,69  150  0,6468  0,292Mpa
284,69
0,6408
F\s\up
6( `) 150

284,69

f a  8,53  14,646  19,2736  0,292  13,4496Mpa

Serat teratas balok tertekan sebesar 13,4496 Mpa < fc = 0,45.42 = 18,9 Mpa...
(Aman)
Tegangan terbawah pada balok prategang

fb  
Peff

Peff .e

 M bs  M DLslab    M LL  M DL 
A Zb Zb z B,

3082.103 3082.103.395  819,699  782,32106  226,98  90,75106.858,31


   
3613.10 2 101,359.106 101,359.10 6 140.10 9
 8,5303  12,014  15,806  1,948  2,7903Mpa

Serat terbawah balok pratekan :


Tertekan sebesar 2,7903 Mpa < fc = 0,45.42 = 18,9 Mpa

34
KUAT LENTUR KOMPONEN PRATEGANG

Persyaratan daktail :

 p . ps Aps
 0,36.1 p 
f c, b.d

C = 0,85 f\s\up 6( ` a . b
A = β1 . c
T = Aps . fps = ρp . b . d . fps
persamaan menentukan batas maksimum letak garis netral c = 0,423d dari serat
tepi tertekan apabila kuat momen Mn tercapai. Bila c = 0,423d maka :
C = 0,85 . f\s\up 6( ` . b . β1 . 0,423d = 0,36 β1 . f\s\up 6( ` . b . d
Kesetimbangan : T = C sehingga,
T = 0,36 β1 . f\s\up 6( ` . b . d
Aps . fps = 0,36 β1 . f\s\up 6( ` . b . d
Aps . f ps  ps . f ps
 0,36 1  0,36.1
f c,b.d f c,

 ps . f ps
Sehingga agar daktail =  0,36.1
f c,

C= T
0,85 . f\s\up 6( ` . b . a = Aps . fps
Aps . f ps
a
0,85. f c, .b

Z = d–½a
Mn = C1 . Z = T.Z → Syarat ø Mn > Mu
= Aps . fps ( d – ½ a )

 Tendon Pratekan dengan lekatan ( dengan grouting ) atau Bonded :

35
  p . p . f pu 
f ps  f pu 1  
 1. f c, 
γp = 0,28 untuk f py ≥ 0,9 pada kabel bebas tegangan
f pu
f py
γp = 0,40 untuk = 0,85
f pu

 p . f ps
 0,36.1   p
f c,

 Tendon Pratekan tanpa lekatan ( tanpa grouting ) atau Unbonded :


 (L/h) ≤ 35
fps = fse + y0 + ( f\s\up 6( `) / 100ρp )
fps ≤ fpy
fps ≤ fpy + 400
 (L/h) ≥ 35
fps = fse + y0 + ( f\s\up 6( `) / 100ρp )
fps ≤ fpy
fps ≤ fpy + 200

Soal :
Hitung kapasitas momen untuk keadaan bonded dan unbonded pada balok
prategang komposit pada soal sebelumnya. Bila tegangan putus baja prategang
1860 Mpa dan fpy = 0,85 fpu
Penyelesaian :
Untuk Bonded
Aps = 30 . 98,71 = 2961,3 mm2
d = 1293 – 120 = 1173 mm
  p . p . f pu 
f ps  f pu 1  
  .
1 cf ,

Aps 2961,3
p    0,001098
b.d 2299.1173

f\s\up 6( `) = 28 Mpa → β1 = 0,85

f py
 0,85
f pu 36
→ γp = 0,4

 0,4.0,001098.1860 
f ps  18601    1796,2 Mpa
 0,85.28 
 p . f ps
p 
f c,
0,001098.1796,2
p   0,0704  0,36.1  0,36.0,85  0,306 Daktail
28

Aps . f ps
a
0,85. f c, .b
2961,3.1796,2
a  97,21mm  150mm
0,85.28.2299

Jadi Stressing beam / balok pada plat ... ( Oke )


Mu = 1,2 ( 819,699 + 782,34 + 90,75 ) + 1,6 ( 226,98 ) = 2394,5 KNm
Mn = T(d–½a)
= 1796,2 . 2961,3 { 1173 - ( 97,21/2 ) }
= 5980754895 Nmm
= 5981 KNm
Mu = 2394,5 KNm < 0,8 . Mn = 0,8 . 5981 = 4785 KNm.........( oke ).
Untuk Unbonded
L / h = 27500 / 1293 =21,67 < 35
Kehilangan prategang 20% : ( fse = 0,8 . fpi )
fpi = 0,7 . fpu = 0,7 . 1860 = 1302 Mpa
fse = 0,8 . fpi = 0,8 . 1302 = 1041,6 Mpa
fps = fse + y0 + ( f\s\up 6( `) / 100ρp )
= 1042 + 70 + (28 / 100 . 0,001098 )
= 1367,01 Mpa
Aps . f ps
a
0,85. f c, .b
2961,3.1367,01
a  73,98mm  74  150mm
0,85.28.2299
Jadi Stressing beam / balok pada plat ... ( Oke )
Mu = 1,2 ( 819,699 + 782,34 + 90,75 ) + 1,6 ( 226,98 ) = 2394,5 KNm

37
Mn = T(d–½a)
= 1367,01 . 2961,3 { 1173-( 74 / 2 ) }
= 4598671946 Nmm
= 4599 KNm
Mu = 2394,5 KNm < 0,8 . Mn = 0,8 . 4599 = 4785 KNm.........( oke ).

38
39
40
41

Anda mungkin juga menyukai