Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Sistem ekresi adalah sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak
diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan seperti urin. Dalam farmakokinetik,
urin dapat digunakan sebagai salah satu objek pemeriksaan selain plasma darah, untuk penentuan
beberapa parameter farmakokinetik. Data ekresi obat lewat urine dapat dipakai untuk memperkirakan
bioavailabilitas. Agar dapat diperkirakan yang sahih, obat harus dieksresi dengan jumlah yang bermakna
di dalam urine dan cuplikan urine harus dikumpulkan secara lengkap. Jumlah kumulatif obat yang
dieksresi dalam urine secara langsung berhubungan dengan jumlah total obat yang terabsorbsi. Di dalam
percobaan cuplikan urine dikumpulkan secara berkala setelah pemberian produk obat. Tiap cuplikan
ditetapkan kadar obat bebas dengan cara yang spesifik. Kemudian dibuat grafik yang menghubungkan
kumulatif obat yang dieksresi terhadap jarak waktu pengumpulan (Corwin, 2000).

Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga biasa disebut o-
hidroksibenzaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak
cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat. Turunan terpenting dari asam
salisilat ini adalah asam asetil salisilat yang lebih dikenal dengan asetosal atau aspirin. Berbeda dengan
asam salisilat, asam asetil salisilat memiliki efek analgesik, antipiretik dan antiinflamasi yang lebih besar
jika dibandingkan dengan asam salisilat. Penggunaan obat ini sangat luas di masyarakat dan digolongkan
ke dalam obat bebas. Selain sebagai standar dalam menilai efek obat sejenis. Asam salisilat memiliki
struktur sebagai berikut: (Austin, 1984).

Gambar 1. Struktur Asam Salisilat

Obat golongan salisilat merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan, karena
mempunyai sifat analgesik, antipiretik, antiinflamasi, antireumatik, dan yang paling mutakhir adalah
sebagai antiagregasi trombosit (antitrombotik) atau antiplatelet (Beckman Coulter, 2003). Salisilat
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan obat, di antaranya topikal, tablet, serbuk, dan supositoria. Aspirin
berbeda dengan derivat asam salisilat lainnya karena mempunyai gugus asetil. Gugus asetil inilah yang
nantinya mampu menginaktivasi enzim siklooksigenase, sehingga obat ini dikenal sebagai AINS yang
unik karena penghambatannya terhadap enzim siklooksigenase bersifat ireversibel (Majeed et al., 2003),
sementara AINS lainnya menghambat enzim siklooksigenase secara kompetitif sehingga bersifat
reversibel (Roy, 2007).

Kadar aspirin pada urin dapat diukur menggunakan spektroskopi UV-Vis. Kompleks warna yang
dihasilkan diabsorpsi pada panjang gelombang maksimum 525 nm (Bhise dkk. 2010). Adapun tujuan dari
praktikum kali ini adalah untuk Menentukan ekskresi urinari asam asetilsalisilat dalam bentuk bebas dan
terkonjugasi.

Daftar Pustaka
Austin, 1984, “Shreve’s Chemical Process Industries”, 5th ed. McGraw-Hill Book Co, Singapura.

Beckman Coulter. 2003. Salicylate (SALY), Bulletin 9282 tdm 9, Beckman Cuolter, Inc.
www.beckmancoulter.com, diakses pada 3 maret 2015.

Bhise, S.B., Dhawale, S.C., Dias, R. J. Mali, S.K.K., 2010. Laboratory Manual of Biopharmaceutics &
Pharmacokinetics. India: Trinity Publishing House, hal. 87.

Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Majeed B., Bhatti H.N., Fatima K., 2003, Renal handling of Aceylsalicylic acid in female volunteers,
Pakistan J Biol Sci 6(13): 1191‐1194.

Anda mungkin juga menyukai