Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

EKSTRAKSI CORPAL PELURU

A. Definisi
Corpus alienum (benda asing) istilah ini sering digunakan di dunia medis,contohnya ada
orang luka tembak dengan peluru masih ada di dalam tubuh belum diambil berarti corpus
alienum peluru.
Ekstraksi Corpal peluru adalah Suatu tindakan pengambilan benda asing (peluru) pada
regio pelvis melalui luka penetrasi kulit.

B. Indikasi
Indikasi Ekstraksi Corpal Peluru yang potensial menimbulkan
1. Infeksi,
2. Keracunan,
3. Migrasi ketempat lain

C. Manfaat
Manfaat ekstraksi corpal peluru adalah untuk mengambil benda asing (peluru) yang bisa
mengakibatkan nyeri, dan rasa tidak nyaman apabila tidak diambil benda asing tersebut.

D. Prosedur
1) Instrumen dan Bahan
a. Instrumentasi Dasar
Jumlah
No Jenis Instrument
(Buah)
1 Duk Klem 5
2 Disinfeksi Klem Buaya 1
3 Pinset Cirurgis 2
4 Pinset Anatomis 2
5 Scalpel Handle no 3 1
6 Mosquito Klem 2
7 Pean Bengkok 4
8 Pean manis 1
9 Koher Lurus 2
10 Gunting Metzembaum 1
11 Gunting Benang 1
12 Gunting Mayo 1
13 Needle Holder 2

b. Instrumentasi Tambahan
Jumlah
No Jenis Instrument
(Buah)
1 Sen Miller 2
2 Langen beck 2
3 Pinset anatomis manis 1
c. Instrumentasi Penunjang
Jumlah
No Jenis Instrument
(Buah)
1 Waskom 3
2 Bengkok 3
3 Cucing 2
4 Couter 1

d. Set Linen
Jumlah
No Jenis Linen
(Buah)
1 Scort steril 4
2 Duk besar 4
3 Duk kecil 4
4 Sarung meja mayo 1
5 Handuk steril 4

e. Bahan habis pakai


Jumlah
No Jenis Bahan
(Buah)
1 Plat diatermi 1
2 Hand scoen steril ukuran 6,5 / 7,5 / 8 4/4/4
3 Tulle Dressing (Sofra-Tulle) 1
4 Mess 15 1
5 Underpad steril 2
6 Underpad on 1
7 Benang polipropilene ukuran 4-0 1
8 Benang poliglikolic acid 3-0 3
9 Benang silk ukuran 2-0 tanpa jarum / dengan jarum 1/1
10 NaCl 0,9 % Secukupnya
11 Deppers 5
12 Kasa Steril 30
13 Povidone iodine 10 % 50 cc
14 Plester 1
15 Spuit 10 cc 1
16 Jarum no.23 1
17 Marker 1

2) Persiapan
a. Memeriksakan faal hemostasis saat pasien berada di rawat inap
b. Mempuasakan pasien 6 - 8 jam sebelumnya.
c. Meminta pasien mencukur rambut-rambut halus disekitar daerah yang akan dioperasi
pada saat pasien masih di ruangan rawat inap.
d. Mengganti baju pasien dengan baju operasi saat pasien berada di premedikasi.
e. Melepas semua perhiasan pasien termasuk jika pasien memiliki gigi palsu.
f. Periksa rekam medik pasien terutama nomor register dan lembar inform
consent tindakan operasi.
3) Pelaksanaan
1. Sebelum tindakan operasi, dilakukan pembiusan umum.
2. Dalam posisi tengkurap, dokter memulai operasi dengan terlebih dahulu menentukan
tanda kedalaman dan lebar benda asing tersebut dibantu dengan alat imaging x-ray
3. Dokter akan membuat sayatan sesuai ukuran yang telah ditentukan.
4. Supaya lebih cepat dalam insisi menggunakan alat diatermi lebih cepat dan
mengurangi resiko perdarahan
5. Selanjutnya operator meraba benda asing, apabila benda asing itu sulit untuk diambil,
maka dilakukan x-ray ulang untuk menentukan dimana lokasi benda asing tersebut.
6. Waktu operasi untuk tindakan operasi dapat berlangsung 30 menit hingga 1 jam.
E. Perawatan Perioperatif
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai
sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke
meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intra operatif dimulai sejak
pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang
pemulihan. Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra
operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya.

KOMPETENSI PRE OPERATIF

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi
baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
A. Persiapan Psikologi
Pada Pre Operatis hal hal yang perlu dikaji sebagai berikut
1. Pengetahuan tentang peristiwa prosedural tindakan sebelum operasi.
2. Pengetahuan alat alat khusus yang diperlukan.
3. Pengetahun prosedur pembedahan dan lingkungan operasi (meliputi dokter operator,
dokter anastesi, dan perawat).
4. Pengetahuan pengobatan setelah operasi.

B. Persiapan Fisiologi
1. Diet sebelum tindakan pembedahan.
2. Persiapan Perut / Pemberian lavement.
3. Persiapan Kulit (pembersihan area bedah dari rambut atau bulu badan)
4. Hasil Pemeriksaan (Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-
lain.
5. Persetujuan Operasi / Informed Consent

C. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK)
1. Mencegah Cidera
a. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).
b. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
c. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
d. Lepas perhiasan
e. Bersihkan cat kuku.
f. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
g. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
h. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
i. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap
tromboplebitis.
j. Kandung kencing harus sudah kosong.
k. Catatan tentang persiapan kulit (tanda lokasi pembedahan).
a) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN)
b) Pemberian premedikasi
c) Pengobatan rutin.
d) Data antropometri (BB, TB)
e) Informed to Consent
f) Pemeriksan laboratorium.
2. Pemberian Obat Premedikasi

D. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah


A. Data Subyektif
a) Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
1. Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
1. Tempat
2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan
setelah di bedah.
4. Kegiatan rutin sebelum operasi.
5. Kegiatan rutin sesudah operasi.
6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
2. Pengalaman bedah terdahulu
1. Bentuk, sifat, roentgen
2. Jangka waktu
b) Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
1. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang
dianjurkan.
2. Metode-metode penyesuaian yang lazim.
3. Agama dan artinya bagi pasien.
4. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
5. Keluarga dan sahabat dekat
1. Dapat dijangkau (jarak)
2. Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
6. Perubahan pola tidur
7. Peningkatan seringnya berkemih.
c) Status Fisiologi
1. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong
komplikasi-komplikasi pascabedah.
2. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
3. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
4. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
5. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah
orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
6. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
7. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai
terbebas dari nyeri setelah operasi.
B. Data Obyektif
1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan
(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.
3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk
(cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas
dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca
bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum
bedah vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat
duduk, koordinasi waktu berjalan.
C. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
a. Takut
b. Cemas
c. Resiko infeksi
d. Resiko injury
e. Kurang pengetahuan
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
berhubungan keperawatan selama 1 x 15
1. Gunakan pendekatan yang
dengan menit diharapkan klien tidak
menenangkan
tindakan cemas lagi dengan kriteria
2. Jelaskan prosedur selama tindakan
operasi atau hasil :
operasi
pembedahan
3. Temani pasien untuk memberikan
1. Mengidentifikasi,
keamanan dan mengurangi takut
mengungkapkan dan
4. Identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan tehnik untuk
5. Dengarkan dengan penuh perhatian
mengontol cemas
6. Anjurkan kepada pasien
2. Vital sign dalam batas normal
menggunakan teknik relaksasi (nafas
- TD : 120/80 mmHg
dalam)
- RR : 15-20 x/menit.
7. Anjurkan kepada pasien untuk selalu
- N : 80-100 x/menit
berdoa sesuai agamanya.
3. Ekspresi wajah
menunjukkan berkurangnya
cemas.

KOMPETENSI INTRA OPERATIF


Pada stase intra operatif terdapat beberapa hal yang harus dipahami oleh petugas kamar
operasi .
A. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1. Anggota steril
1) Ahli bedah utama / operator
2) Asisten ahli bedah.
3) Scrub Nurse / Perawat Instrumen
2. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
1) Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2) Perawat sirkulasi

B. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.


1. Persiapan Psikologis Pasien
2. Pengaturan Posisi
 Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien.
 Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
a. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
b. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan
kakinya ditutup dengan duk.
c. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.
d. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan
terjadinya pertukaran udara.
e. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya thrombus.
f. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
g. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
h. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
i. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
3. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
4. Penutupan Daerah Steril
5. Mempertahankan Surgical Asepsis
6. Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
7. Monitor dari Malignant Hyperthermia
8. Penutupan luka pembedahan
9. Perawatan Drainase
10. Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.

C. Pengkajian
1. Selama dilaksanakannya operasi
a. Pengkajian mental (Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar /
terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan
terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi
prosedur tersebut.)
b. Pengkajian fisik
- Tanda-tanda vital
- Infus
- Pengeluaran urin
- Transfusi

D. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan
operasi adalah sebagai berikut :
1. Cemas
2. Resiko perlukaan/injury
3. Resiko penurunan volume cairan tubuh
4. Resiko infeksi
5. Kerusakan integritas kulit

E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Resiko defisit  Fluid balance Fluid management :
volume cairan  Hydration
1. Monitor status hidrasi (kelembaban
b.d perdarahan  Nutritional Status :
membran mukosa, nadi adekuat,
aktif Food and Fluid Intake
tekanan darah ortostatik)
(berlangsungnya Setelah dilakukan
2. Monitor vital sign
proses tindakan keperawatan
3. Monitor masukan makanan / cairan
pembedahan) selama 1 jam
selama proses pembedahan
diharapkan defisit
4. Monitor status perdarahan
volume cairan tidak
5. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
terjadi dengan
berlebih muncul meburuk
Kriteria Hasil :
6. Atur kemungkinan tranfusi
1. Tekanan darah, nadi,
7. Persiapan untuk kemungkinan tranfusi
suhu tubuh dalam batas
normal
2. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan Infeksi control , intra operatif (6545)


berhubungan tindakan keperawatan
dengan selama 1 x 30 menit
tindakan invasif diharapkan klien tidak
1. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
: operasi atau mengalami resiko
tangan
tinakan infeksi dengan kriteria
2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
pembedahan hasil :
tindakan keperawatan
1. Klien bebas dari tanda 3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
dan gejala infeksi alat pelindung
2. Vital sign dalam batas 4. Pertahankan lingkungan aseptik selama
normal proses pembedahan
- TD : 120/80 mmHg 5. Berikan terapi antibiotik bila perlu
- RR : 15-20 x/menit 6. Monitor tanda dan gejala infeksi
- .N : 80-100 x/menit. 7. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
- S : 36,5 ºC -37ºC 8. · Monitor tanda-tanda vital.

3 Resiko cedera Setelah dilakukan Surgical precousen Aktifitas


behubungan tindakan keperawatan
1. Tidurkan klien pada meja operasi
dengan proses selama 1 x 30 menit
dengan posisi sesuai kebutuhan
pembedahan diharapkan klien tidak
2. Monitor penggunaan instrumen, jarum
mengalami resiko
dan kasa
injuri/cedera dengan
3. Pastikantidak ada instrumen, jarum atau
kriteria hasil :
kasa yang tertinggal dalam tubuh klien
1. Klien terbebas dari
cedera
2. Dapat mengetahui
pemakaian intrumen,
jarum dan kasa.
Dengan tertinggalnya
benda asing dapam
tubuh klien dapat
menimbulkan bahaya

KOMPETENSI POST OPERASI

A. Fase Pasca Anaesthesi


Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan keperawatan yang
dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang
dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
B. Mempertahankan ventilasi pulmonari
1. Mengatur posisi jalan napas aman.
2. Saluran nafas buatan.
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian
anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan
sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan
lendir harus dibantu dengan suction.
3. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat
menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam
setelah pasien sadar.
C. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling
sering terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit
sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.
D. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk
mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan
yang keluar juga harus dimonitor.
E. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang
pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah
kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat
diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter. Pada
pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak
merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan
diberitahu apa yang sedang dilakukan.
B. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi.
Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang
pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2-3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
- Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau
> dari 90 mmHg.
- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
- Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
- Meningkatnya kegelisahan pasien
- Tidak BAK + 8 jam post operasi.

C. Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room


Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :
1. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.
2. Tanda-tanda vital harus stabil.
3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.
7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindahkan.
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.

D. Pengangkutan Pasien keruangan


Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
- Keadaan penderita serta order dokter.
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-
waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.

E. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi


1) Pengkajin awal
1. Status Respirasi
Melipuiti :
- Kebersihan jalan nafas
- Kedalaman pernafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas
2. Status sirkulatori
Meliputi :
- Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
3. Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran
4. Balutan
Meliputi :
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
5. Kenyamanan
Meliputi :
- Terdapat nyeri
- Mual
- Muntah
6. Keselamatan
Meliputi :
- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7. Perawatan
Meliputi :
- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat
dan jumlah drainage.
8. Nyeri
Meliputi :
- Waktu
- Tempat.
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan
2) Data Subyektif
Tanyakan apa yang dirasakan setelah pulih sadar meliputi mual, pusing, lemas, dan nyeri.
3) Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
4) Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur
pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang
menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi
serta ekspresi wajah.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis,
dan manifestasi klinik post operasi.
Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :
4. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
5. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
6) Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
A. Diagnosa Umum
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan
(penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang
gerak.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan
elektrolit.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia,
lemah, nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
7) Intervensi

Diagnosa NOC NIC


Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management
berhubungan keperawatan selama 1 x 15
1. Sediakan lingkungan yang
dengan kondisi post menit diharapkan klien tidak
aman untuk klien
operasi mengalami resiko jatuh dengan
2. Identifikasi kebutuhan
kriteria hasil :
keamanan klien, sesuai dengan
1. Klien terbebas dari Fall Risk kondisi fisik dan fungsi kognitif
2. Menggunakan fasilitas klien dan riwayat penyakit
kesehatan yang ada terdahulu klien
Semaksimal mungkin 3. Pasang side rail tempat tidur
3. Mampu mengenali 4. Menyediakan tempat tidur yang
perubahan status kesehatan nyaman dan bersih
atau tindakan operasi 5. Pindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
6. Berikan penjelasan pada klien
atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Aleq Sander, 2010. Ekstraksi Corpus Alienum Di Kepala Dan Leher. Diakses dari
https://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/18/ekstraksi-corpus-alienum-di-kepala-dan-
leher/ pada tanggal 04 November 2017 pukul 19.10 WIB
Bangun Pasaribu, 2016. Eksplorasi Corpus Alienum Manus (D) pada Tn.S dengan diagnose
Eksplorasi Tekstraksi Corpus. Diakses darihttp://antibodo.blogspot.co.id/2016/12/eksplorasi-
corpus-alienum-manus-d-pada.html pada tanggal 04 November 2017 pukul 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai