Anda di halaman 1dari 12

Desain kurikulum

A. Pengertian Desain Kurikulum


Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli, diantaranya
adalah:
1) Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang memberi
dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.
Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
2) Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah menyangkut pola
pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum
dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal
berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.
3) Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang
berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan
struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum
subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa.
Dari uraian di atas dapat diambil ke. simpulan bahwa Desain kurikulum merupakan
suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada
berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-
unsur dari kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip
pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya

B. Bentuk-Bentuk Desain Kurikulum


1. Subject Centered Design
Subject centered design curriculum merupakan bentuk desain yang paling popular,
paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum di
pusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-
mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena
terpisah-pisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curriculum.
Subject centered design berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan
pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk mewariskannya
kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject matter
tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic curriculum. Model
design curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan
dari model desain kurikulum ini adalah:
1. Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnaka,
2. Para pengajarnya tidak perlu disiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang
diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.

Beberapa kritik yang juga merupakan kekurangan model desain ini, adalah:

1. Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan


kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan,
2. Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif,
3. Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan demikian
pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis. Atas dasar tersebut, para
pengkritik menyarankan perbaikan ke arah yang lebih terintegrasi, praktis, dan
bermakna serta memberikan peran yang lebih aktif kepada siswa.

Ada tiga bentuk Subject centered design yaitu:

1. The Subject Design


The subject design curriculum merupakan bentuk desain yang paling murni dari
subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk
mata- mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Orang-orang Yunani dan
kemudian Romawi mengembangkan Trivium dan Quadrivium. Trivium meliputi
gramatika, logika, dan retorika, sedangkan Quadrivium meliputi matematika, geometri,
astronomi, dan musik. Pada saat itu pendidikan tidak diarahkan pada mencari nafkah, tetapi
pada pembentukan pribadi dan status social (Liberal Art). Pendidikan hanya diperuntukkan
bagi anak-anak golongan bangsawan yang tidak usah berkerja mencari nafkah.
Pada abad 19 pendidikan tidak lagi diarahkan pada pendidikan umum (Liberal Art),
tetapi pada pendidikan yang lebih yang bersifst praktis. Berkenaan dengan mata
pencaharian (pendidikan vokasional). Pada saat itu mulai berkembang mata-mata pelajaran
fisika, kimia, biologi, bahasa yang masih bersifat teoretis, juga berkembang mata-mata
pelajaran praktis seperti pertanian, ekonomi, tata buku, kesejahteraan keluarga,
keterampilan dan lain-lain. Isi pelajaran diambil dari pengetahuan, dan nilai-nilai yang
telah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Para siswa dituntut untuk mengetahui semua
pengetahuan yang diberikan, apakah mereka menyenangi atau tidak, membutuhkannya
atau tidak. Karena pelajaran- pelajaran tersebut diberikannya secara terpisah-pisah, maka
siswa mengetahuinya pun terpisah-pisah pula. Tidak jarang siswa menguasai bahan hanya
pada tahap hafalan, bahan dikuasai secara verbalistis.
Lebih rinci kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah:

1) Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas dari yang lainnya.

2) Isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-kejadian yang hangat,
yang sedang berlangsung saat sekarang.

3) Kurikulum ini kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman para


perserta didik.

4) Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran


di dalam mempelajari dan menggunakannya.

5) Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatikan cara penyampain.


Cara penyampaian utama adalah ekspositori yang meyebabkan peranan siswa pasif.

Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini


mempunyai beberapa kelebihan. Karena kelebihan-kelebihan tersebut bentuk kurikulum ini
lebih banyak dipakai.

1) Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun secara sitematis logis,
maka penyusunannya cukup mudah.

2) Bentuk ini sudah dikenal lama, baik oleh guru-guru maupun orang tua, sehingga
lebih mudah untuk dilaksanakan.

3) Bentuk ini memudahkan para perserta didik untuk mengikuti pendidikan di


perguruan tinggi, sebab pada perguruan tinggi umumnya digunakan bentuk ini.

4) Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode utamanya adalah
metode ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi.

5) Bentuk ini sangat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan warisan
budaya masa lalu.

2. The Disciplines Design


Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih
menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak dari hal yang sama
tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada Subject design belum ada kriteria yang
tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika,
psikologi
dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject. Pada disciplines design
criteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau
subject dan bukan adalah batang tubuh keilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan
apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan. Untuk menegaskan hal itu
mereka menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah disiplin-disiplin ilmu. Menurut
pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama dari hal itu
adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang teguh
pada disiplin-disiplin ilmu seperti: fisika, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.

Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan, disciplines design tidak seperti subject
design yang menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman
(understanding). Para peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar
suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga
didorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (modes of inquiry and
discovery). Hanya dengan menguasai hal-hal itu, kata mereka, peserta didik akan
memahami masalah dan mampu melihat hubungan berbagai fenomena baru.

Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan ekspositori yang


menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi mengunakan pendekatan inkuiri dan
diskaveri. Disciplines design sudah mengintegrasikan unsure-unsur progresifisme dari
Dewey. Bentuk ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design.
Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tetapi
juga dapat memelihara integritas intelektual pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik
tidak hanya menguasai serentetan fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep,
hubungan dan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukkan beberapa kelebihan bentuk, desain ini masih
memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat memberikan pengetahuan yang
terintegrasi. Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau
kehidupan. Ketiga, belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta
didik. Keempat, susunan kurikulum belum efesien baik untuk kegiatan belajar maupun
untuk penggunaannya. Kelima, meskipun sudah lebih luas dibndingkan dengan subject
design tetapi secara akademis dan intelektual masih cukup sempit.
3. The Broad Fields Design
Baik subject design maupun disciplines design masih menunjukkan adanya
pemisahan antara mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan
tersebut adalah mengembangkan the board fields design. Dalam model ini mereka
menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu
bidang studi seperti sejarah, geografi, dan ekonomi digabung menjadi ilmu pengetahuan
social, aljabar, ilmu ukur, dan berhitung menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapkan para siswa yang
dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialitis, dengan pemahaman yang
bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak digunakan di sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama, di sekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi
diperguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama, karena dasarnya bahan
yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah masih
memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya secara sistematis dan teratur. Kedua,
karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat
hubungan antara berbagai hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum ini.
Pertama kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mampu menguasi bidang yang
luas, tetapi untuk tingkat yang lebih tinggi, apalagi diperguruan tinggi sukar sekali. Kedua,
karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetil, yang
diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali,
tidak menggambarkan kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi
siswa, dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun
kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan subject design, tetapi model ini tetap
menekankan tujuan penguasaan bahan dan informasi. Kurang menekankan proses
pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi.

2. Learner-Centered Design
Sebagai reaksi sekalus penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan subject
centered design berkembang learner centered design. Desain ini berbeda dengan subject
centered, yang bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan budaya, dan
karena itu mereka mengutamakan peranan isi dari kurikulum.
Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Di dalam
pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah perserta didik sendiri.
Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar-mengajar, mendorong dan
memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah
tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya potensi untuk berbuat, berprilaku,
belajar dan juga berkembang sendiri. Learned centered design bersumber dari konsep
Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik.
Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.
Ada dua ciri utama yang membedakan desain model learner centered dengan
subject centered.

– Learner centered design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta


didik dan bukan dari isi. Kedua, learner centered bersifat not-preplanned (kurikulum tidak
diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas pendidikan. Organisasi kurikulum didasarkan atas
masalah- masalah atau topik-topik yang menarik perhatian dan dibutuhkan peserta didik
dan sekuensnya disesuaikan tingkat perkembangan mereka.

Ada beberapa variasi model ini salah satunya yaitu the activity atau experience
design.
The Activity atau Experience Design

Model desain ini berawal pada abad 18, atas hasil karya dari Rousseau dan Pestalozzi,
yang berkembang pesat pada tahun 1920/1930-an pada masa kejayaan pendidikan
progresif.

Berikut beberapa ciri utama activity atau experience design. Pertama, struktur kurikulum
ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan ciri ini
guru hendaknya:

1) Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik,

2) Membantu para siswa memlih mana yang paling penting dan urgen. Hal ini cukup
sulit, sebab harus dapat dibedakan mana minat dan kebutuhan yang sesungguhnya dan
mana yang hanya angan-angan. Untuk itu guru harus menguasai benar perkembangan dan
karakteristik peserta didik.

– Karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik,
maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru
dengan para siswa. Demikian juga tujuan yang akan dicapai, sumber-sumber belajar,
kegiatan
belajar dan prosedur evaluasi, dirumuskan bersama siswa. Istilah yang mereka gunakan
adalah teacher –student planning.

– Ketiga, desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah. Di


dalam proses menemukan minatnya perserta didik menghadapi hambatan atau kesulitan-
kesulitan tertentu yang harus diatasi. Kesulitan-kesulitan tersebut menunjukkan problema
nyata yang dihadapi perserta didik. Dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah
tersebut, peserta didik melakukan proses belajar yang nyata, sungguh-sungguh bermakna,
hidup dan relevan dengan kehidupannya. Berbeda dengan subject design yang menekankan
isi, activity design lebih mengutamakan proses (keterampilan memecahkan masalah).

Ada beberapa kelebihan dari desain kurikulum ini, Pertama, karena kegiatan
pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, maka motivasi belajar
bersifat intrinsik dan tidak perlu dirangsang dari luar. Fakta-fakta, konsep, keterampilan
dan proses pemecahan dipelajari peserta didik karena hal itu mereka perlukan. Jadi belajar
benar- benar relevan dan bermakna. Kedua, pengajaran memperhatikan perbedaan
individual. Mereka turut dalam kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya,
demikian juga kalau mereka melakukan kegiatan individual. Ketiga, kegiatan-kegiatan
pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi
kehidupan di luar sekolah.
Beberapa kritik yang menunjukkan kelemahan dilontarkan terhadap model desain
kurikulum ini diantaranya:

1) Penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok dan memadai
untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan. Kehidupan dunia modern sangat
kompleks, peserta didik belum tentu mampu melihat dan merasakan kebutuhan-kebutuhan
esensial.

2) Kalau kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik, dasar apa
yang digunkan untuk menyusun struktur kurikulum. Kurikulum tidak mempunyai pola dan
struktur. Kedua kritik ini tidak semuanya benar, sebab beberapa tokoh activity design telah
mengembangkan stuktur ini. Dewey dalam sekolah loboratoriumnya menyusun struktur
disekitar kebutuhan manusia, kebutuhan social, kebutuhan untuk membangun, kebutuhan
untuk meneliti dan bereksperimen dan kebutuhan untuk berekspresi dan keindahan.

3) Activity design curriculum sangat lemah dalam kontinuitas dan sekuens bahan. Dasar
minat peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat untuk menyusun sekuens, sebab
minat mudah sekali berubah karena pengaruh perkembangan, kematangan dan factor-
faktor lingkungan. Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengatasi kelemahan ketiga ini:
 Usaha untuk menemukan sekuens perkembangan kemampuan mental peserta didik,
seperti perkembangan kemampuan kognitif dari Piaget,
 Penelitian tentang pusat-pusat minat yang lebih terinci dijadikan dasar penyusunan
sekuens kurikulum.
 Kritik terhadap model desain kurikulum ini dikatakan tidak dapat dilakukan oleh guru
biasa. Kurikulum ini menuntut guru ahli general education plus ahli psikologi
perkembangan dan human relation. Model desain ini sulit menemukan buku-buku
sumber, karena buku yang ada disusun berdasarkan subject atau discipline design.
Kesulitan lain adalah apabila peserta didik akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi,
sebab di perguruan tinggi digunakan model subject atau discipline design.

3. Problem Centered Design


Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan
manusia (man centered). Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan manusia
atau peserta didik secara individual, problem centered design menekankan manusia dalam
kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat.
Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi
bahwa manusia sebagai makhluk social selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama
ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula.
Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalh social yang mereka
hadapi untuk meneingkatkan kehidupan mereka.
Konsep-konsep ini menjadi landasan pula dalam pendidikan dan pengembangan
kurikulum. Berbeda dengan learner centered, kurikulum mereka disusun sebelumnya
(preplanned). Isi kurikulum berupa masalah-masalah social yang dihadapi peserta didik
sekarang dan yang akan datang. Sekuens bahan disusun berdasarkan kebutuhan,
kepentingan dan kemampuan peserta didik. Problem centered design menekankan pada isi
maupun perkembangan peserta didik. Minimal ada dua variasi model desain kurikulum ini,
yaitu The Areas of Living Design, dan The Core Design.
a. The Areas of Living Design
Perhatian terhadap bidang-bidang kehidupan sebagai dasar penyusunan kurikulum
telah dimulai oleh Hebert Spencer pada abad 19, dalam tulisan yang berjudul What
Knowledge is of most worth? Areas of living design seperti learner centered design
menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Dalam prosedur belajar ini
tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang bersifat isi (content
objectives)
diintegrasikan. Penguasaan informasi-informasi yang lebih bersifat pasif tetap dirangsang.
Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata
dari perserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Strategi yang sama juga digunakan dalam subject centered design, tetapi
pelaksanaannya mengalami kesulitan, sebab dalam desain tersebut hubungan mata
pelajaran dengan bidang dan pengalaman hidup peserta didik sangat kecil. Sebaliknya
dalam the areas of living hubungannya besar sekali. Tiap pengalaman peserta didik sangat
erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain
merangkumkan pengalaman-pengalaman social peserta didik. Dengan demikian, desain ini
sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan
hidupnya dalam masyarakat.
Desain ini mempunyai beberapa kebaikan dibandingkan dengan bentuk desain-
desain lainnya. Pertama, the areas of living design merupakan the subject matter design
tetapi dalam bentuk yang terintegrasi. Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problem-
problem kehidupan social. Kedua, karena kurikulum diorganisasikan disekitar problem-
problem peserta didik dalam kehidupan social, maka desain ini mendorong penggunaan
prosedur belajar pemecahan masalah. Prinsip-prinsip belajar aktif dapat diterapkan dalam
model desain ini. Ketiga, menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang relevan, yaitu untuk
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan. Melalui kurikulum ini para peserta didik
akan memperoleh pengetahuan, dan dapat menginternalisasi artinya, keempat desain
tersebut menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang fungsional, sebab diarahkan pada
pemecahan masalah peserta didik, secara langsung dipraktikkan dalam kehidupan. Lebih
dari itu kurikulum ini membawa peserta didik dalam hubungan yang lebih dekat dengan
masyarakat. Kelima, motivasi belajar datang dari dalam diri peserta didik, tidak perlu
dirangsang dari luar.

Beberapa kritik dilontarkan dan menunjukkan kelemahan model desain ini diantaranya:

 Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial
(penting) sangat sukar, timbul organisasi isi kurikulum yang berbeda-beda.
 Sebagai akibat dari kesulitan pertama, maka lemahnya atau kurangnya integritas dan
kontinuitas organisasi isi kurikulum.
 Desain tersebut sama sekali mengabaikan warisan budaya, padahal apa yang telah
ditemukan pada masa lalu penting untuk memahami dan memecahkan masalah-
masalah masa kini.
 Karena kurikulum hanya memusatkan perhatian pada pemecahan masalah social pada
saat sekarang, ada kecenderungan untuk mengindroktrinasi peserta didik dengan
kondisi yang ada, peserta didik tidak melihat alternatif lain, baik yang mengenai masa
lau maupun masa yang akan datang, desain tersebut akan mempertahankan status quo.
 Sama halnya dengan kritik terhadap learner centered design, baik guru maupun buku
dan media lain tidak banyak yang disiapkan untuk model tersebut sehingga dalam
pelaksanaannya akan mengalami beberapa kesulitan.

b. The Core Design


The core design kurikulum timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject
design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih
mata-mata pelajaran/bahan ajar tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya
dikembangkan di sekitar core tersebut. Karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang
teori tentang core design yang didasarkan atas pandangan progresif. Menurut konsep ini
inti-inti bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan social.
Terdapat banyak variasi pandangan tentang the core design. Mayoritas memandang
core curriculum sebagai suatu model pendidikan atau program pendidikan yang
memberikan pendidikan umum. Pada beberapa kurikulum yang berlaku di Indonesia
dewasa ini, core curriculum disebut kelompok mata kuliah atau pelajaran dasar umum, dan
diarahkan pada pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi dan social. Kalau
kelompok mata kuliah/pelajaran spesialisasi diarahkan pada penguasaan keahlian/kejuruan
tertentu, maka kelompok mata pelajaran ini ditujukan pada pembentukan pribadi yang
sehat, baik, matang, dan warga masyarakat yang mampu membina kerja sama yang baik
pula.
The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan
berwawasan luas, bukan spesialis. Di samping memberikan pengetahuan, niali-nlai dan
keterampilan social, guru-guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap
perkembangan social pribadi peserta didik.

Ada beberapa variasi desain core curriculum yaitu:

1) The separate subject core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar-mata
pelajaran, beberapa mata pelajaran yang dipandang mendasari atau menjadi inti mata
pelajaran lainnya dijadikan core.

2) The correlated core. Model desain ini pun berkembang dari the separate subjects
design, dengan jalan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat hubungannya.
3) The fused core. Kurikulum ini juga berpangkal dari separate subject,
pengintegrasiannya bukan hanya antara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih banyak.
Sejarah, geografi, antropologi, sosiologi, ekonomi dipadukan menjadi studi
kemasyarakatan. Dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah umum yang dapat
diinjau dari berbagai sudut pandang.

4) The activity/experience core. Model desain ini berkembang dari pendidikan progresif
dengan learner centerd design-nya. Seperti halnya pada learner centered, the
activity/experience core dipusatkan pada minat-minat dan kebutuhan peserta didik.

5) The areas of living core. Desain model ini berpangkal juga pada pendidikan progresif,
tetapi organisasinya berstruktur dan dirancang sebelumnya. Berbentuk pendidikan umum
yang isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul di masyarakat. Bentuk desain ini
dipandang sebagai core design yang paling murni dan paling cocok untuk program
pendidikan umum.

6) The social problems core. Model desain ini pun merupakan produk dari pendidikan
progresif. Dalam beberapa hal model ini sama dengan the areas of living core.
Perbedaannya terletak pada the areas of licing core didasarkan atas kegiatan-kegiatan
manusia yang universal tetapi tidak berisi hal yang controversial, sedangkan the social
problems core di dasarkan atas problema-problema yang mendasar dan bersifat
controversial. Beberapa contoh masalah social yang menjadi tema model core design ini
adalah kemiskinan, kelaparan, inflasi, rasialisme, perang senjata nuklir, dan sebagainya.
Hal-hal di atas adalah sesuatu yang mendesak untuk dipecahkan dan berisi suatu
controversial bersifat pro dan kontra. The areas of living core cenderung memelihara dan
mempertahankan kondisi yang ada, sedang the social problems core mencoba memberikan
penilaian yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai social dan pribadi yang berbeda.

Langkah Mendesain Kurikulum

1. Menentukan hal-hal esensial yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran dan domain.
2. Identifikasi domain tujuan pembelajaran
3. Identifikasi tipe peluang belajar yang mungkin
4. Menentukan desain kurikulum yang cocok
5. Menyiapkan desain kurikulum secara tentative
6. Identifikasi persyaratan implementasi
Karakteristik Desain Kurikulum

Desain Cara mengorganisir


kurikulum Sumber tujuan pembelajaran
Mata pelajaran yang harus Disiplin ilmu (contoh;
Subject matter dipelajari Kimia)
Kompetensi
khusus Kompetensi yang dipersyaratkan Modul pembelajaran
Sifat manusia Sifat yang dipelajari Klarifikasi nilai
Fungsi sosial Kebutuhan sosial Aktivitas kemasyarakatan
Kebutuhan
individu Kebutuhan dan minat individu Belajar mandiri
Sumber:
http://dica718.blogspot.co.id/2014/04/desain-kurikulum.html
https://imanbella.wordpress.com/2012/05/29/makalah-tentang-desain-kurikulum/

Anda mungkin juga menyukai