Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM


DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM SARJANA

SOAL-TAKE HOME
SEMESTER GENAP THN 2020/2021
TOXICOLOGI-S1
Dosen : Dr. rer.nat Budiawan Nama : Eva Dwi Yanti
Sifat Ujian. : TAKE HOME/PJJ NPM : 1806206933
Tanggal : Rabu, 23 Juni 2021 Kelas : Toksikologi
Waktu. : Jam 10.00 WIB

Ttd. /Scan:
===========================================================================

Instruksi Ujian:
Panduan Umum:

• Mahasiswa mengisi Surat Statement of Authorship (terlampir dibawah)


• Pastikan koneksi internet lancar untuk memastikan jawaban terkirim melalui email atau
media lain sesuai kesepakatan dengan Dosen pengampu matakuliah. Waktu ujian
dikumpulkan selambatnya hari Sabtu, 26 Juni 2021 jam. 17.00wib untuk pengiriman jawaban
melalui link google drive http://bit.ly/THToksikS1. Keterlambatan pengiriman jawaban akan
dikenakan finalti/reduksi nilai bahkan didiskualifikasi.

Panduan khusus:

• Jawaban untuk soal pilihan atau pilihan ganda diberi tanda Bold atau silang (X) sebagaimana
petunjuk
• Jawaban harus jelas dan Kerjakan secara mandiri, tidak diperbolehkan mencontoh teman
dan hindari plagiat dengan kesamaan tulisan maks.30 % dari teman/mahasiswa lainnya (kerja
mandiri)
• Setiap halaman diberi infomasi untuk tiap nomor jawaban soal (jika ada soal pilihan) Jawaban
dan disertakan surat pernyataan kejujuran akademik dibuat dalam format dikumpulkan
melalui link google drive http://bit.ly/THToksikS1
• Pastikan email sudah terkirim (cek di folder sent dan foto/print screen sebagai lampiran)
BAGIAN I
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat, disertai alasan memilih jawaban
tersebut, yang ditulis pada bagian yang telah disediakan.

1. LD50 menyatakan :
a. Efek yang dihasilkan dari pemberian suatu dosis ambang (threshold) sebesar 50 mg
b. Dosis yang dapat menyebabkan 50% dari bagian hati (liver) mengalami kerusakan
c. Prakiraan tingkatan dosis yang dapat mematikan 50% dari sekelompok hewan
uji yang diberikan dosis yang spesifik.
Alasan saudara :
LD50 (Letal Dose 50% of Responses) yaitu dosis suatu zat pada LD50 dapat memberikan
respons kematian sebanyak 50% dari total orang yang mengonsumsinya. LD50 merupakan
dosis toksikan yang mematikan terhadap 50% populasi hewan uji. Sebagai contoh, kafein
murni memiliki LD50 200mg/kg, artinya dosis 200 mg/kg sangat mematikan bagi 50% orang
yang mengonsumsi kafein tersebut. Seseorang dengan berat badan 50 kg kemungkinan
(probability 50%) akan mati jika mengonsumsi kafein sebanyak 10 gr, dengan perhitungan :
Dosis kafein = Berat badan x LD50
= 50 kg x 200 mg/kg (dose) = 10.000 mg atau 10gr.
Maka dapat disimpulkan, Kaefin – LD50 200 mg/kg akan mematikan jika dikonsumsi
sebanyak 10gr oleh seseorang dengan berat badan sebesar 50 kg.
2. Siapa dari berikut yang menerima dosis aspirin terbesar ?
a. Seorang wanita dewasa yang beratnya 63 kg dan menelan 300 mg aspirin
b. Seorang remaja laki-laki yang beratnya 68 kg dan menelan 600 mg aspirin
c. Anak balita yang beratnya 10 kg dan menelan 100 mg aspirin
d. Seekor monyet yang beratnya 2,5 kg dan menelan 50 mg aspirin
Alasan saudara :
Dosis aspirin = Berat badan (kg) x LD50
a. Dosis wanita dewasa = 63 kg x 300 mg = 18.900 mg/kg
b. Dosis remaja laki-laki = 68 kg x 600 mg = 40.800 mg/kg
c. Anak balita = 10 kg x 100 mg = 1.000 mg/kg
d. Seekor monyet = 2,5 kg x 100mg = 250 mg/kg
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan yang menerima dosis aspirin terbesar
yaitu seekor monyet dengan berat badan 2,5 kg menerima dosis aspirin sebesar 250mg/kg.

3. Sistim Syaraf Pusat, adalah organ yang rentan terhadap toksikan dikarenakan :
a. Otak membutuhkan energi tinggi yang bergantung pada suplai glukosa dalam darah
b. Otak bergantung pada transpor ion melalui membran dalam jaringan syaraf
c. Otak tersusun atas banyak membran yang harus meneruskan informasi melalui
rongga ekstraselular
d. Di dalam Otak terjadi transfer informasi melalui pelepasan neurotransmitter
yang banyak jenisnya

Alasan saudara :
Sistem saraf merupakan serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf tersusun oleh milyaran neuron yang berorganisasi
dengan berbagai macam jaringan. Sebagian besar neuron ini berlokasi dalam otak (brain
stem) dan sumsum tulang belakang (spinal cord) sehingga dikenal dengan sistem saraf pusat.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis yang mengandung sel-sel saraf yang
disebut neuron dan sel-sel penyokong. Otak merupakan tempat yang paling rentan terhadap
kerusakan oksidatif, hal ini dikarenakan mengandung Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA),
mempunyai kadar oksigen yang tinggi dan relatif rendah antioksidan. Otak merupakan salah
satu organ dengan kandungan lemak yang tinggi (≤ 80%) sehingga otak rentan terhadap
serangan radikal bebas.
Toksisitas sistem saraf merupakan kerusakan toksikan pada sel-sel sistem saraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang) dan sistem saraf tepi (saraf di luar sistem saraf pusat). Jenis-
jenis neurotoksisitas adalah neuronopati (cedera neuron), aksonopati (cedera akson),
demielinasi (robeknya selubung mielin), dan gangguan neurotransmisi. Neurotransmisi
merupakan proses yang bergantung pada kecukupan bahan untuk mensintesis
neurotransmitter. Neurotransmitter merupakan senyawa kimiawi dalam tubuh yang bertugas
untuk menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel saraf target. Sel-sel target ini
dapat berada di otot, berbagai kelenjar, dan bagian lain dalam tubuh. Neurotransmiter
memiliki peran yang sangat penting untuk otak dalam mengatur kinerja berbagai sistem
tubuh.

========================================================
BAGIAN II : Essay (Uraian jawaban dapat dikerjakan di lembar jawaban atau
dilampirkan)

1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan “Konsep ADME” dalam ilmu Toksikologi?
Jawab :

Gambar 1. Prinsip-prinsip kunci Farmakokinetik – studi tenntang efek tubuh terhadap obat diwakili dalam akronim ADME.

Dalam ilmu toksikologi, ADME (Absorption, Distribution, Metabolism, & Excrection)


merupakan konsep penting yang menjelaskan dampak potensial suatu bahan kimia atau obat
pada sistem kehidupan dalam konteks biologi seluler dan biokimia. ADME umumnya
digunakan untuk menggambarkan dampak obat atau senyawa farmasi. Namun, konsep
ADME berlaku untuk senyawa non-farmasi, termasuk yang berasal dari paparan toksik.
Berikut penjelasan ADME :
a. Absorption (Penyerapan)
Penyerapan menggambarkan bagaimana proses bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
Penyerapan berikaitan dengan pergerakan bahan kimia dari tempat awal (pemberian) ke
aliran darah.
Terdapat empat rute utama paparan :
➢ Inhalasi melalui sistem pernapasan : bahan kimia berupa gas, uap atau partikulat
yang terhirup dan dapat dikeluarkan atau disimpan dalam sistem pernapasan.
➢ Dermal melalui kulit atau kontak mata.
➢ Tertelan melalui sistem pencernaan : penyerapan melalui pencernaan
➢ Injeksi : memperkenalkan bahan langsung ke aliran darah. Injeksi dapat terjadi
melalui cedera mekanis dari “benda tajam”.
b. Distribution (Distribusi)
Selanjutnya senyawa harus dapat berpindah dari tempat penyerapan ke tempat lain agar
dapat didistribusikan. Tidak semua senyawa bergerak dengan mudah dan biasanya
gerakan paling sering melalui aliran darah. Secara umum, terdapat empat cara utama
untuk molekul kecil dapat melintasi membran lipid biologis, yaitu :
➢ Difusi pasif, yaitu difusi terjadi melalui membran lipid dari konsentrasi tinggi ke
rendah.
➢ Penyaringan, yaitu difusi terjadi melalui pori-pori berair dari konsentrasi tinggi
ke rendah.
➢ Transportasi khusus, yaitu transportasi dibantu oleh molekul pembawa dan
bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.
➢ Endositosis, yaitu transportasi mengambil bentuk pinositosis untuk cairan dan
fagositosis untuk padatan.

Banyak mekanisme transportasi untuk bahan kimia tertentu yang tidak diketahui,
sehingga kita dapat menilai potensi toksisitasnya menggunakan variabel lain seperti
berat molekul, ionisasi (pKa), dan koefisien partisi oktanol/air (logP).

c. Metabolism (Metabolisme)
Senyawa mulai dipecah dalam tubuh oleh enzim di hati yang disebut dengan sistem
Sitokrom P450. Enzim tersebut dapat mengubah bahan kimia menjadi Reactive Oxygen
Species (ROS), intermediet reaktif, radikal bebas dan lainnya. Sebagai contoh, reaksi
redoks dan potensial, dengan transfer elektron mempengaruhi toksisitas ahan kimia pada
tingkat intraseluler.

d. Excrection (Ekskresi)
Ekskresi sebagian besar terjadi melalui ginjal sebagai urin atau feses. Ekskresi
tergantung pada proses filtrasi ginjal di glomerolus dan sebagai besar didasarkan pada
ukuran molekul dan muatan. Beberapa molekul dapat dikeluarkan melalui kulit sebagai
keringat dan sebagian lagi dapat dikeluarkan melalui paru-paru melalui pertukaran
gas. Jika ekskresi bukanlah proses yang lengkap, molekul atau produk sampingan
metabolisme dapat terakumulasi dan berdampak buruk pada sistem kehidupan.

2. Jelaskan mengapa dalam system metabolisme/biotransformasi Xenobiotika


terbentuk/dihasilkan senyawa peroksida/ROS yang berbahaya bagi tubuh kita..?
Jawab :
Xenobiotik adalah bahan kimia yang terdapat di dalam tubuh namun tidak
dibutuhkan/diharapkan oleh tubuh makhluk hidup atau tidak diharapkan terdapat dalam
jumlah yang berlebihan. Contohnya yaitu obat-obatan, insektisida, zat kimia tambahan pada
makanan (pemanis, pewarna dan pengawet) dan zat karsinogen lainnya. Xenobiotik
umumnya tidak larut air, sehingga jika masuk tubuh tidak dapat diekskresi. Untuk dapat
diekskresi xenobiotik harus dimetabolisme menjadi zat yang larut, sehingga bisa diekskresi.
Penumpukan xenobiotik di dalam tubuh → efek toksik.

Metabolisme dan biotransformasi xenobiotikterjadi secara bertahap; misalnya, dalam kasus


xenobiotik hidrofobik, ini dikhususkan untuk menghasilkan gugus fungsi dalam senyawa
ini (fase I) yang berfungsi sebagai tempat berlabuh untuk senyawa hidrofilik yang
digabungkan dengannya (fase II). Transformasi ini kemudian memungkinkan untuk
transportasi dan ekskresi (fase III) metabolit xenobiotik. Biotransformasi menghasilkan
Reactive Oxygen Species (ROS) melalui banyak reaksi baik secara langsung melepaskan
ROS sebagai bagian dari reaksi masing-masing dan secara tidak langsung sebagai
konsekuensi dari produk yang dihasilkan oleh transformasi xenobiotik (Gambar 1). ROS
merupakan konsekuensi alami dari biotransformasi menggunakan reaksi redoks dan
memanfaatkan keberadaan oksigen. Transfer elektron ke molekul oksigen akan
menghasilkan pembentukan superoksida dan turunannya, seperti hidrogen peroksida. ROS
dikenal sebagai modulator dariproses pensinyalan seluler dengan mengganggu kaskade
pensinyalan pada beberapa tingkat, termasuk pada tingkat regulator transkripsi.

Gambar 2. Xenobiotik dan pembentukan spesies ROS. ROS dihasilkan selama metabolisme xenobiotik melalui oksidasi,
reduksi, serta proses hidrolitik.

Singkatnya, xenobiotik memicu adaptasi yang bergantung pada xenosensor dari


metabolisme xenobiotik, dan secara paralel, melalui metabolisme xenobiotik, berkontribusi
pada pembentukan ROS dan pada regulasi peristiwa pensinyalan seluler yang bergantung
pada ROS.

Reaksi-reaksi radikal di dalam tubuh merupakan penyebab atau mendasari berbagai keadaan
patologis suatu penyakit. Diantara senyawa-senyawa ROS, radikal hidroksil (OH•)
merupakan radikal bebas yang paling reaktif atau berbahaya karena mempunyai tingkat
reaktivitas sangat tinggi. Radikal hidroksil (OH•) dapat merusak tiga jenis senyawa yang
penting untuk mempertahankan ketahanan sel yaitu :
1. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran sel.
2. DNA yang merupakan piranti genetik dari sel.
3. Protein yang memegang berbagai peran penting seperti enzim, reseptor, antibodi, dan
pembentuk matriks serta sitoskeleton.
3. Apakah yang dimaksud Reaksi Fenton & Reaksi Haber- Weise terkait
metabolisme/pembentukan ROS, jelaskan!
Jawab :

Gambar 3. Reaksi Fenton dan Haber Weise

Reaksi Fenton dan Haber Weise saling berkelanjutan. Reaksi Fenton terjadi antara logam
transien seperti besi (Fe3+) bereaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) menghasilkan ferri
(Fe3+), radikal hidroksil (OH•), dan ion hidroksil (OH-). Selanjutnya, (OH-) bereaksi dengan
H2O2 untuk menghasikan superoksida (O2-), ion hidrogen (H-) dan air (H2O). Reaksi Haber
Weise terjadi antara (O2-) dengan (H2O2) menghasilkan (OH•) dan (O2).

Reaksi Fenton dan Haber Weise berperan penting dalam stres oksidatif yang menyebabkan
banyak penyakit. Radikal bebas ROS dan RNS menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif
terutama dihasilkan oleh reaksi Fenton dengan penghilangan satu elektron dari oksigen
molekuler (O2) menghasilkan pembentukan superoksida (O2-) yang sering menghasilkan
spesies ROS seperti (H2O2) dan (OH•).
Lampiran 1:

SURAT PERNYATAAN KEJUJURAN AKADEMIK


(Statement of Authorship)

Dalam ihal sian jawaban soal mata kuliah Toxikologi;,

Nama : Eva Dwi Yanti

NPM : 1806206933

Saya menyatakan dengan sejujurnya bahwa:

• Saya tidak menerima dan atau tidak memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada
teman saya.
• Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain dan mengakui nya sebagai
pekerjaan saya.
• Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia.

Jakarta , 23 Juni 2021

(Eva Dwi Yanti)

Anda mungkin juga menyukai