Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

ORGANISASI MANAJEMEN DAN PERILAKU ORGANISASI

VISI MISI, RENCANA STRATEGI, DAN ANALISI TOWS

DOSEN:

dr. Widodo J.P, MS., MPH., Dr.PH

DISUSUN OLEH:

K022202029 AZIS MOHPUL


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Teriring salam dan doa semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita sekalian dalam menjalankan aktifitas keseharian. Aamiin
Tugas ini merupakan salah satu kajian kepustakaan yang dilakukan untuk
memahami manfaat Organisasi Manajemen dan Perilaku Organisasi Rumah sakit
secara khusus manfaatnya terhadap Pengembangan Rumah Sakit. Banyak hal yang
menyebabkan penyusunan dokumen ini yakni selain sebagai syarat bagi mata kuliah ”
Organisasi Manajemen dan Perilaku Organisasi Rumah sakit” juga dapat menjadi
tambahan referensi bagi pengembangan pengetahuan tim penyusun dalam memahami
istilah atau hal-hal yang berkaitan dengan Organisasi Manajemen dan Perilaku
Organisasi Rumah sakit.
Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih atas pihak-pihak yang membantu
dan mendukung tersusunnya makalah ini. Saran dan masukan sangat penyusun
harapkan demiperbaikan penyusunan makalah selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat memenuhi syarat perkuliahan
dandimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Billahi Taufik Walhidayah

Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


1. Visi Misi
a. Definisi
Visi berasal dari kata bahasa Inggris ‘vision’. Dalam The Contemporary English-Indonesian
Dictionary kata Vision sebagai kata benda artinya: 1). Daya lihat atau penglihatan, 2).
Pemandangan, 3). Khayalan atau bayangan yang terlihat dalam mimpi atau dalam angan-angan,
4). Daya khayal, 5). Hantu, 6). Sesuatu yang sangat indah atau seseorang yang sangat cantik.
Sedangkan Vision sebagai kata kerja artinya: melihat atau mengkhayalkan (Salim,1990:2238).
Sedangkan kata visi sebagaimana dimaksud dalam konteks organisasi dikenal dalam ungkapan
‘vision statement’ atau ‘mission statement’. Dalam berbagai referensi kedua kata ungkapan itu
sering dipertukarkan untuk menyampaikan pengertian yang sama.
Menurut Drohan (dalam Cardani,2000:1), “a vision statement pushes the association toward some
future goal or achievement”, sedangkan mission statement diartikan sebagai, “guides current,
critical, strategic decision making”.
Menurut penulis lain, Abraham (dalam Cardani, 2000:1), “a mission statement is an enduring
statement of purpose for an organization that identifies the scope it operations in product and
market terms, and reflects its values and priorities”. Selanjutnya dikatakan Abraham, perusahaan
besar maupun kecil memerlukan pernyataan misi sebagai sumber arah, sebagai kompas, yang
membuat para pekerja, pelanggan, juga pemilik saham mengetahui mengapa mereka berada di
situ dan mau menuju ke mana.
Sedangkan menurut Stone (dalam cardani, 2000:1), corporate mission statement …are the
operational, ethical, and financial guiding lights of companies. They are not simply mottoes or
slogans; they articulates the goals, dreams, behavior, culture, and strategies of companies”.
b. Merumuskan Pernyataan Visi dan Misi yang Baik
Menurut Cristopher Bart (dalam Cardani, 2000:1) pernyataan visi dan misi yang baik
menyajikan keunikan organisasi, alasan keberadaan, dan mendorong pelbagai stakeholder
bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu pernyataan misi yang baik memungkin
pengalokasian sumber daya organisasi yang terfokus yang mengharuskan organisasi untuk
menyampaikan pertanyaan sulit yang ditujuakan kepada dirinya sendiri: apa bisnis kita?
Mengapa kita mesti ada? Apa yang ingin kita capai?
Menurut Mary Campbell (2000:1), terdapat beberapa prinsip dasar yang mesti
diterapkan dalam setiap organisasi (bisnis). Tujuan, atau alasan keberadaan yang sering
disebut dengan misi atau visi, adalah salah satu di antara prinsip itu. Jika organisasi berusaha
dengan sungguh-sungguh berusaha untuk mencapai misinya maka ia akan memiliki identitas
organisasi. Jika sebuah bank umpamanya, menyatakan bahwa misinya untuk “melayani
kebutuhan finansial customernya”, namun jarang memberikan pinjaman kepada customernya,
maka pada bank tersebut telah terjadi kesenjangan antara misi dan identitasnya.
Bagi Campbell, merumusakan pernyataan misi adalah, “is simply a matter of
expressing why you do what you do in 50 words or less”. Langkah awal untuk membuatnya
yaitu bekerjasama dengan para karyawan, customer, dan kelompok lainnya untuk mengetahui
sebera besar nilai produk yang dimiliki organisasi.
Menurut Campbell organisasi perlu pernyataan misi karena beberapa alasan. Pertama,
to serve as basis for making decisions. Jika organisasi tahu siapa dirinya, organisasi akan
dengan percaya diri membuat keputusan. Kedua, to unite your team. Dengan misi organisasi
memiliki alat pemersatu. Ketiga, misi sebagai daya tarik dan alat untuk memperhanakan
customer. Terakhir, pernyataan misi adalah untuk membentuk mitra sejati, karena misi
memperlihatkan komitmen sekaligus integritas organisasi.
Menurut Bailey (dalam Cardani, 2000:2) pernyataan visi yang dikembangkan dengan
baik akan mendatangkan beberapa keuntungan potensial bagi organisasi meliputi pemberian
arah, fokus, kebijakan, makna, tantangan, dan daya hidup (gairah).
Visi dan misi akan selalu memberi petunjuk kepada organisasi arah mana yang harus
ditempuh. Karena itu jalannya organisasi akan lebih pasti dan mengurangi tindakan-tindakan
coba-coba. Dengan visi dan misi yang baik organisasi juga diberi kekuatan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang fokus sehingga rangkaian kegiatan yang dilakukannya berakumulasi
pada hasil yang signifikan.
Visi misi yang baik memberikan batasan-batasan pembuatan kebijakan mengenai apa
yang dapat dan tidak dapat ditempuh oleh para pemimpin organisasi. Dengan demikian
kesalahan membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi akan jauh
berkurang.
Visi misi yang baik akan memberikan makna terhadap apa yang dilakukan oleh orang-
orang dalam organisasi. Sebagaimana diketahui manusia yang menggerakkan organisasi pada
dasarnya bukan mesin. Mereka dapat bekerja sepenuh hati jika memahami apa makna
tindakan-tindakan itu bagi organisasi dan bagi keyakinan-keyakinan mereka sendiri. Visi
yang baik memberikan makna terhadap setiap tindakan yang mereka lakukan.
Selain itu, visi misi yang dikembangkan dengan benar memberikan tantangan bagi
setiap individu untuk berprestasi. Visi yang baik selalu menjadi inspirasi untuk lahirnya ide-
ide baru, temuan-temuan baru, dan halhal kreatif lainnya. Terakhir, visi misi yang baik
menghadirkan suasana organisasi yang kondusif untuk hadirnya semangat hidup dan
kegairahan berorganisasi. Suasana seperti ini akan mendorong warga organisasi menjadi lebih
produktif tanpa harus merasakan adanya tekanan.
c. Unsur-Unsur dalam Visi dan Misi
Pernyataan visi dan misi yang baik harus mempertimbangkan berbagai unsur penting
yang harus menjadi pertimbangan sebelum pernyataan visi misi dirumuskan. Unsur pertama
yang harus dipertimbangkan adalah audiens sasaran (target audience). Unsur ini menghendaki
rumusan visi dan misi menyatakan kepada siapa rumusan ini ditujukan, atau siapa
stakeholders organisasi itu. Kelompok-kelompok penting yang harus ada dalam audiens
sasaran adalah karyawan, pemilik saham, pelanggan, dan masyarakat.
Unsur kedua yang harus diperhatikan dalam permusan visi misi organisasi adalah
rentang cakupannya. Ada pernyataan visi dan misi yang demikian singkat yang diungkapkan
dalam satu kalimat, namun ada pula yang panjang, di dalamnya mencakup rumusan tentang
visi, misi, filsafat, tujuan, rencana, dan strategi.
Unsur ketiga adalah mengenai bahasa yang akan digunakan dalam rumusan visi misi.
Penggunaan kalimat dan pemilihan kata harus sedemikian rupa sehingga memenuhi standard
bagi perumusan visi misi yang baik. Menurut Abraham (dalam Cardani, 2000:2), “a mission
statements should be writen to encourage commitment and to energize all employees toward
fulfilling the mission”. Seperti ditegaskan oleh Drohan juga, “If you make the language too
flowery and cumbersome a great mission statement may not be taken seriously” (dalam
Cardani, 2000:2).
Unsur lain yang harus dipertimbangkan adalah bahwa pernyataan visi misi harus
bertahan dalam jangka waktu tertentu sehingga tidak cepat usang dan tetap memiliki makna
bagi keberadaan organisasi dalam jangka waktu yang lama.
Bart telah melakukan riset mengenai kaitan misi dengan performa organisasi.
Organisasi-organisasi yang dalam visi dan misinya mengungkapkan mengenai tujuan
nonfinansial, pernyataan nilai, standard perilaku yang spesifik, identifikasi strategi kompetisi
organisasi, pernyataan visi, dan ungkapan mengenai tujuan untuk memuaskan kebutuhan dan
harapan kelompok-kelompok stakeholder, memiliki performa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan organisasi yang tidak memilikinya (dalam Cardani, 2000:3).
Menurut Drohan, merumuskan pernyataan misi bukan satu hal yang mudah karena hal
itu harus dilakukan sebagai bagian dari proses perencanaan stategis organisasi. Proses ini
harus dimulai dari analisis mengenai lingkungan, kemudian diikuti oleh pengembangan dan
pembuatan skala prioritas sasaran dan tujuan. Setelah dua langkah ini maka misi yang akan
dirumuskan menjadi lebih jelas.
Dalam perumusan pernyataan misi perlu ditentukan siapa yang akan membuatnya.
Untuk mengerjakan hal itu dapat dibuat suatu panitia perumusan yang mewakili unsur
manajemen atau unsur-unsur yang lebih luas lagi dalam organisasi, bahkan kalau diperlukan
dapat melibatkan kalangan luar organisasi.

2. Level Strategi/ rentsra

Perencanaan strategic dulu lebih dikenal dengan istilah perencanaan jangka panjang. Kini
penyebutan rencana strategic lebih popular. Istilah ini mengandung nuansa strategic, yaitu
bersifat menyeluruh (comprehensive), cermat (thoughtful), dan tepat-tempat (well-palced).
(McNamara,1999).
Istilah strategi itu sendiri pada mulanya “dominan” digunakan dalam kemiliteran. Oleh karena
itu, maka dapat dikatakan bahwa istilah perencanaan strategic bermula dikemiliteran (Guralnic,
1986;Dinukil Lerner,1999)
Dalam Organisasi Nonmiliter, perencanaan strategic itu muncul pertama kali muncul pada tahun
1950-an dan semakin popular dipergunakan sekitar tahun 1960-an sampai pertengan tahun 1970-
an, yaitu ketika banyak orang yang yakin bahwa perencanaan strategic merupakan jawaban
terhadap segala permasalahan yang dihadapi oleh organisasi. Setelah mengalami
kepopuleranpada tahun-tahun tersebut perencanaan strategic disihkan dan dilupakan selama
beberapa dekade. Baru pada tahun 1990-an perencanaan strategik terhidupkan kembali karena
dianggap merupakan proses yang memberikan kemanfaatan dalam konteks tertentu
(Minstberg,1994;Dinukil Lerner,1999)
Perencanaan strategik dirumuskan McNamara(1999an) sebagai penetapan arah akan kemana
suatu organisasi tahun mendatang dan tahun-tahun selanjutnya menuju, disertai dengan penetapan
cara bagaimana organisasi tersebut akan sampai ke tujuan dimaksud. Policastro menyatakan
bahwa perencanaan strategic merupakan suatu cara untuk menetapkan tujuan jangka panjang dan
mengarahkan sesuatu organisasi kepencapaian tujuan tersebut.
a. Komponen Perencanaan strategik
Komponen Kegiatan utama perencanaan strategik menurut McNamara (1999a) terdiri atas
Strategic analisys (analisys/ kajian strategis) setting strategic direction (penetapan arah-tujuan
strategik), dan action planning (Perencanaan tindakan)
- Melakukan analisis strategik
Analisis (kajian) strategik merupakan kegiatan semacam “pencermatan” terhadap
keadaan lingkungan organisasi. Lingkungan mencakup lingkungan luar (eksternal) dan
lingkungan dalam (internal). Salah satu alat atau instrument yang sangat popular untuk
melakukan analisis strategik adalah Analisis SWOT, (TOWS, OTSW, dan WOTS)
- Penetapan arah dan tujuan
Penetapan arah dan tujuan yaitu apa yang harus dilakukan terkait dengan berbagai
permasalahan (isu-isu) penting dan peluang yang dihadapi yang mencakup berbagai hasil
karya yang harus dicapai, serta berbagi metode untuk mencapai hasil karya tersebut
- Perencanaan Tindakan
Prencanaan tindakan (kegiatan) secara cermat menjabarkan bagaimana tujuan-tujuan
strategik akan dicapai, yang dinyatakan dengan sasaran-sasaran khusus, atau hasil
tertentu, dari setiap tujuan strategik. Menurut McNamara(1999) setiap sasaran kerap kali
dikaitkan dengan taktik untuk mencapainya. Taktik merupakan salah satu metode yang
diperlukan untuk mencpai sasaran. Dengan kata lain, taktik merupakan strategi jitu,
hanya dalam ukuran yang lebih kecil.
Perencanaan tindakan (kegiatan) juga merupakan penetapan tanggungjawab dan batas
waktu dari setiap sasaran. Dalam perencanaan kegiatan terdapat juga metode monitoring
(memantau) dan mengevaluasi pelaksanaan rencana tersebut. Dalam perncanaan kegiatan
disusun juga suatu rencana tahunan yang akan dikerjakan pada tahun berikutnya.
Selain itu anggaran budget dapaqt juga dicantumkan dalam rencana strategik, rencana
tahunan, ataupun rencana kerja. Anggaran menentukan besaran uang yang diperuntukan
bagi sumber-sumber yang diperlukan dalam melaksanakan rencana tahunan.

3. Analisis TOWS
Konsep pemasaran jelaslah memiliki dasar yang lebih kuat daripada konsep penjualan.
Disamping analisa SWOT, penting juga dilakukan analisa TOWS. Sangat penting untuk melihat
apa ancaman yang akan kita hadapi daripada melihat peluang terlebih dahulu. Tapi tentu saja, ada
bahayanya jika terlalu banyak memikirkan ancaman. Kapan bisa maju? Oleh karena itu, perlu
melihat ancaman terlebih dahulu, baru kemudian mencari peluang dari ancaman tersebut. Dan
begitu pula, lebih baik untuk melihat apa kelemahan orang terlebih dahulu, kemudian apa
kelebihannya. Jika terlalu fokus pada kelebihan seseorang, maka dengan mudahnya melupakan
kelemahannya dan melalaikan ancaman. Akan lebih baik jika menggunakan pendekatan TOWS
daripada SWOT. Jika TOWS melihat dari dalam ke luar, maka SWOT menggunakan pendekatan
sebaliknya, melihat dari luar ke dalam (Anonim, 2005). Matriks strategi TOWS merangkai
perangkat pencocokan yang penting membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi
yaitu strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST
(Strengths-Threaths) dan strategi WT (Weakness-Threaths). Mencocokkan faktor-faktor eksternal
dan internal kunci merupakan bagian yang sulit dalam mengembangkan Matriks TOWS dan
memerlukan penilaian yang baik (David, 2004).
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang
eksternal. Semua manajer menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi di mana kekuatan
internal dapat dipakai untuk memanfaatkan tren dan peristiwa eksternal. Organisasi umumnya
akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT supaya mereka dapat masuk ke dalam situasi di
mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Jika perusahaan mempunyai kelemahan besar,
perusahaan akan berusaha keras untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Kalau
menghadapi ancaman besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar dapat
memusatkan perhatian pada peluang (David, 2004).
Strategi WT bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang
eksternal. Kadang-kadang peluang eksternal yang besar ada, tetapi kelemahan internal sebuah
perusahaan membuatnya tidak mampu memanfaatkan peluang itu (David, 2004). Strategi ST
menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman
eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat pasti selalu menghadapi ancaman
frontal dalam lingkungan eksternal (David, 2004). Strategi WT merupakan taktik defensif yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah
organisasi yang dihadapkan pada berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal,
sesungguhnya dalam posisi yang berbahaya. Faktanya, perusahaan itu mungkin harus berjuang
agar dapat bertahan, atau melakukan merger, rasionalisasi, menyatakan pailit atau memilih
dilikuidasi (David, 2004).
Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor
eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu: a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats (O and T). dimana
faktor ini menyangkut dengan kondisikondisi yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi
dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri (industry
environment), ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya. b. Faktor
internal Faktor ini akan mempengaruhi terbentuknya strength and weaknesses (S dan W) dimana
faktor ini menyangkut kondisi yang terjadi dalam perusahaan, dimana hal ini turut mempengaruhi
terbentuknya pembuatan keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi
semua manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penelitian
dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan budaya perusahaan (corporate culture).
Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang
menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi/perusahaan sehingga
dapat sisesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi/perusahaan. Matriks ini
meghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T
dan strategi W-T.7

Referensi

Hamdan Y.2001. Pernyataan Visi Dan Misi Perguruan Tinggi. Volume.17;hal. 90-103

Amirin, T. (2005) “Model-Model Perencanaan Strategik,” Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(1), p.


26.

Retnowati ND, 2011. Analisis CSF, SWOT dan TOWS Studi Kasus: PT Intan Pariwara Klaten.
Jurnal Buana Informatika. Volume 1. Hal. 31-37

Anda mungkin juga menyukai