Anda di halaman 1dari 6

WALIPITU DI BALI 

Petunjuk-petunjuk keradaan Walipitu:

”Wis Kaporo nyoto ing telatah Bali iku kawengku dining pitu piro-piro Wali cubo wujudno”. Artinya : Di
daerah Bali telah nyata dihuni oleh tujuh para Wali coba wujudkan.

”Ono sawijining pepunden dumunung ono ing telatah susunaning siti sasandingan pamujaan agung kang
manggon sak duwuring tirto kang kadarbeni dining suwitaning pandito ojo sumelang”. Artinya : ada
suatu tempat yang dipuja – puja berada di atas tanah susun berdampingan Pura Agung terletak diatas
air yang memelihara seorang Pendeta jangan ragu-ragu.

”Waspadakno pitu iku kaperang dadi papat”. Artinya: Waspadalah tujuh itu terbagi menjadi empat.

”Pitu kaperang dadi papat iku pangertene, Kapisan wis kaparo nyoto, kapindo Istijrot wujude kembar,
kaping telu wis lahir ning durung wujud, kaping papat, liyo bongso”. Artinya : tujuh dibagi empat itu
pengertiannya; Pertama telah nyata, kedua Istijrot wujudnya kembar, ketiga sudah lahir tetapi belum
wujud, yang keempat lain bangsa.

Raden Mas Sepuh/Pangeran Amangkuningrat (Keramat Pantai Seseh)

Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi (Keramat Bukit Bedugul)

Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid di (Keramat Pantai Kusamba)

Habib Ali Zainal Abidin Al Idrus (Keramat Karangasem)


Syeh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi (Keramat Karangasem)

Syeh Abdul Qodir Muhammad (Keramat Karangrupit)

Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih di Jembrana

1.Wali Seseh Mengwi, Pangeran Mas Sepuh, Syeh Achmad Chamdun Choirussoleh (Kapisan wis kaparo
nyoto)

Raden Amangkurat atau Raden Mas Sepuh/Pangeran Mas Sepuh dengan gelar Syeikh Achmad
Chamdiun Choirussaleh putra Raja Mengwi ke VII Cokorda I, ibunya dari Blambangan wilayah
Banyuwangi, Jawa Timur. Pangeran Mas Sepuh masa kecil dalam asuhan ibunya dalam lingkungan Islam.
Setelah dewasa ingin berbakti pada ayahnya tapi untuk menjalankan niatnya banyak ujian tapi tetap
diterima dengan sabar hati dan tidak mudah dendam selalu memaafkan pada orang-orang yang
menghambat perjalanannya.

Makam ini terletak di Pantai Seseh, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang
berdampingan dengan Pura Agung di Tanah Lot. 

2.Wali Bukit Bedugul, Syeh Habib Umar Bin Maulana Yusuf Al-Maghribi (Kapisan wis kaparo nyoto)

Pada tahun 1963 M Gunung Agung meletus. Letusannya mengeluarkan lahar panas, bebatuan besar dan
kecil serta abu. Sehingga memporak porandakan Bali dan sebagian Jawa Timur. 
Makam kuno milik Syeh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi saat setelah letusan selesai nampak tidak
mengalami perubahan dan terkena dampak letusan.  Padahal bangunan makam hanya tersusun dari
tumpukan bata merah tanpa semen.

Makam ini letaknya di Bukit Bedugul kabupaten Tabanan Bali

3.Wali Kusamba, Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al-Khamid  (Kapisan wis kaparo nyoto)

Semasa hidupnya Habib Ali mengajar bahasa Melayu kepada Raja Dhalem I Dewa Agung Jambe dari
Kerajaan Klungkung. Sang raja menghadiahkan seekor kuda kepadanya sebagai kendaraan dari
kediamannya di Kusamba menuju istana Klungkung. Suatu hari, pulang mengajar di istana, ia diserang
oleh kawanan perampok. Ia wafat dengan puluhan luka di tubuhnya.

Jenazahnya dimakamkan di ujung barat pekuburan desa Kusamba. Malam hari selepas penguburan,
terjadi keajaiban. Dari atas makam menyemburlah kobaran api, membubung ke angkasa, memburu
kawanan perampok yang membunuh sang Habib. Akhirnya semua kawanan perampok itu tewas
terbakar. Kaum muslimin setempat biasa menggelar haul Habib Ali setiap Ahad pertama bulan Sya’ban.

Makam ini terletak di tepi pantai Desa Kusamba Kec. Dawah Kab Kelungkung Bali.

4.Habib Ali Bin Zaenal Abidin Al-Idrus (kapindo Istijrot wujude kembar)
Habib Ali Zainal Abidin al-Idrus  (wafat pada 9 Ramadhan 1403 H / 19 Juni 1982) dikenal sebagai ulama
besar yang arif bijaksana, dan banyak santri yang mengaji kepadanya yang berasal dari Bali, Lombok dan
sekitarnya. Semasa hidupnya, beliau menjadi juru kunci makam kuno itu dan dimakamkan di samping
makan kuno tersebut.

Keterangan ini diperoleh dari Habib Muhdar, beliau adalah putra Habib Ali bin Zaenal Abidin Al Idrus
sekaligus juru kunci makam ayahnya.

5.Syeh Maulana Yusuf Al-Baghdi (kapindo Istijrot wujude kembar)

Di dalam satu cungkup makam kembar tersebut terdapat makam tua/kuno berjajar dengan makam Ali
bin Zainal Abidin al-Idrus. Menurut masyarakat, makam kuno inilah yang dikeramatkan sejak zaman
dahulu. Makam ini diperkirakan berusia 350—400 tahun. Adapun mengenai nama, sejarah, dan dari
mana asalnya, tidak satu pun yang tahu, bahkan juru kuncinya pun tidak tahu. Sebagian kalangan
menyebutkna bahwa makam ini adalah makam dari Syekh Maulana Yusuf al-Baghdi al-Maghri.

Keramat Kembar (4 dan 5) Karangasem terletak di Jalan Raya Subangan di Desa Bungaya Kangin,
Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem

6.Wali Negara & Datuk Lebai-Melayu, Habib Ali Bin Umar Bafaqih (kaping telu wis lahir ning durung
wujud)

Habib Ali Bafaqih lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, datang ke Bali pada tahun 1917 dan sebelumnya
belajar agama di Mekkah. Pada tahun 1935 beliau mendirikan Pondok Pesantren Syamsul Huda yang
telah meluluskan ribuan ulama & da'i. Santri-santrinya berasal dari berbagai daerah di tanah air. Faktor
inilah yang diduga menjadi sebab ramainya para paziarah. Habib Ali wafat pada 1997 dalam usia 107
tahun. Selain menguasai ilmu Al-Qur'an, Habib Ali juga dikenal sebagai pendekar silat yang tangguh.

Sebagai catatan penting pada waktu penemuan Wali Pitu, Wali ke tujuh belum berwujud. Wujud yang
dimaksud adalah wujudnya makam sebab orangnya masih hidup. 

Habib Ali Bafaqih diidentifikasi sebagai Wali ke-7, karena memakai nama samaran “ Qoblal Wujud ” yang
berarti belum wujud.

Habib Ali Bin Umar Bafaqih yang meninggal pada 27 Pebruari 1998 M dan sejak itulah wai ke-7
mewujud. 

Makam terletak di Kompleks Pondok Pesantren Syamsul Huda: Jln. Nangka No. 145, Loloan Barat,
Negara, Jembrana.

7.Wali Karangrupit, The Kwan Lie, Syech Abdul Qodir Muhammad (kaping papat, liyo bongso)

“Wus kapasten sawijining pepunden ono ing sandinging sesembahan wujuding selo kang sumare ing
pareging samudra kang kudu denrekso.”

artinya: sudah dipastikan ada satu yang dikeramatkan berada di samping Pura tepi laut yang harus
dirawat dan dipelihara.
Makam yang terkenal dengan sebutan Keramat Karang Rupit ini afalah makam seorang muslim asal
Tiongkok bernama asli The Kwan Pao Lie, disingkat The Kwan Lie, yang bergelar Syeh Abdul Qodir
Muhammad. 

Syeh Abdul Qodir Muhammad, Beliau adalah murid Syeh Syarif Hidayat Sunan Gunung Jati Cirebon,
Tatar Sunda. 

Para peziarah, muslim maupun Hindu, biasanya banyak berkunjung pada hari Rabu terakhir (Rabu
Wekasan) bulan Shafar. 

The Kwan Pao Lie berasal dari Tiongkok, mengembara ke Bukit Temasek (sekarang menjadi Stadion
Nasional Singapura). 

Di Tumasek beliau berjumpa dengan Zaenal Abidin dan Habib Husin. 

Setelah dari Tumasek kemudian berpindah ke Palembang dan terakhir ke Tatar Sunda. Di Tatar Sunda
tepatnya di  Caruban/Cirebon beliau berjumpa dengan Syeh Syarif Hidayat Sunan Gunung Jati. 

The Kwan Pao Lie saat setelah selesai menuntur ilmunya, beliau diantar Sunan Gunung Jati ke Pulau
Bali. 

Makam Keramat Karang Rupit terletak di Desa Temukus (Labuan Aji), Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng.

Anda mungkin juga menyukai