Oleh :
SEMESTER 6 KELAS C
ADMINISTRASI PUBLIK
2021
KATA PENGANTAR
Yang pertama segala puji adan syukur atas rahmat Allah yang maha kuasa. Sehingga
diberi kemudahan dalam segala hal. Termasuk dalam menyusun makalah ini. Yang kedua
salam untuk nabi tercinta Muhammad yang selalu menjadi motivator dan motivasi dalam
mengemban ilmu di zaman yang kontemporer seperti saat ini. Kemudian terimakasih teruntuk
orang tua kami di rumah yang senantiasa mensuport dalam perkuliahan. Kemudian kepada
dosen pembimbing, yang senantiasa member kita pengetahuan dalam hal pengantar ilmu
perbandingan administrasi public maupun dalam bait bait kalimat yang memotivasi. Makalah
ini memuat Pengaruh tentang motivasi dalam nilai – nilai etika aparatur negara. Dalam
membuat makalah tentu mungkin ada penyusunan yang belum sempurna. Namun kami
berusaha untuk menghindari kesalahan dalam menyusun makalah ini sebagai daripada tugas
yang harus dipenuhi tanggung jawab dalam mengerjakannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. LandasanTeori 3
B. Hubungan Motivasi Dengan Etika 8
C. Pengaruh Kedudukan Motivasi Dalam Nilai – Nilai Etika 9
Aparatur Negara
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu faktor yang dapat mendorong kinerja organisasi adalah motivasi
karyawan (Wukir, 2013:115). Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh pihak manajemen bila mereka menginginkan setiap karyawan dapat
memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan instansi. Karena dengan
motivasi, seorang karyawan akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan
tugas yang dibebankan kepadanya.
1
Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
B. Rumusan permasalahan
Dari latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas pada makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sesuatu di mana
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral.[butuh rujukan] Etika mencakup analisis
dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of
Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis
(practical philosophy).
Sebagai cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia, etika memberikan
standar atau penilaian terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, etika terbagi menjadi
empat klasifikasi yaitu:
Etika Deskriptif: Etika yang hanya menerangkan apa adanya tanpa memberikan
penilaian terhadap objek yang diamati.
Etika Normatif: Etika yang mengemukakan suatu penilaian mana yang baik dan
buruk, dan apa yang sebaiknya dilakukan oleh manusia.
Etika Individual: Etika yang objeknya manusia sebagai individualis. Berkaitan
dengan makna dan tujuan hidp manusia
3
Etika Sosial: Etika yang membicarakan tingkah laku manusia sebagai makhluk
sosial dan hubungan interaksinya dengan manusia lain. Baik dalam lingkup
terkecil, keluarga, hingga yang terbesar bernegara.
Klasifikasi di atas menegaskan bahwa etika erat kaitannya dengan penilaian. Karena
pada hakikatnya etika membicarakan sifat manusia sehingga seseorang bisa dikatakan
baik, bijak, jahat, susila atau sebagainya. Secara khusus etika ada pada prinsip manusia
sebagai subjek sekaligus objek, bagaimana manusia berperilaku atas tujuan untuk
dirinya sendiri dan tujuan untuk kepentingan bersama.
Jenis etika
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya
adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat. Etika termasuk dalam filsafat, karena
itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui
unsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut
akan dijelaskan dua sifat etika:
4
kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki
kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri
argumentasi yang tahan uji.
Etika Teologis Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama,
etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat
memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari
etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam
etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika
filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika teologis adalah etika
yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta
memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang
Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan
etika teosentris.
Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis, Terdapat perdebatan mengenai posisi etika
filosofis dan etika teologis di dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara
kedua etika ini, ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan di
atas, yaitu:
5
sejajar. Hal tersebut dapat diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang
sejajar.
Pengertian Motivasi
6
teori yang ada hingga saat ini yang digunakan oleh manajer pelaksana di organisasi-
organisasi di dunia dalam menjelaskan motivasi karyawan.
Teori hierarki kebutuhan Maslow, Teori motivasi yang paling terkenal adalah Teori
Hierarki Kebutuhan milik Abraham Maslow. Beliau membuat hipotesis bahwa dalam
setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar,
haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari
bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan
persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi
diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Teori X dan teori Y, Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah
mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang
didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa
kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka
terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut. Ada empat asumsi yang
dimiliki manajer dalam teori X.
7
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat manusia dalam teori
X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y.
Pada hakikatnya etika membicarakan sifat manusia sehingga seseorang bisa dikatakan
baik, bijak, jahat, susila atau sebagainya. Secara khusus etika ada pada prinsip manusia
sebagai subjek sekaligus objek, bagaimana manusia berperilaku atas tujuan untuk
dirinya sendiri dan tujuan untuk kepentingan bersama.
8
Landasan teori di atas menyimpulkan bahwa dalam setiap etika terdapat motivasi
manusia dalam melakukan setiap perbuatan. Hubungan sebab akibat atau saling
beriringan karena terdapat motivasi dalam etika (alsan perbuatan manusia menuju
bagaimana manusia berperilaku atas tujuannya) dan nilai etika dalam setiap motivasi
(nilai perilaku manusia di dalam alasan tindakannya).
Pengaruh kedudukan motivasi dalam nilai – nilai etika Aparatur Negara adalah
signifikan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 5 ayat (2) tentang Kode etik dan kode perilaku
pegawai ASN memiliki motivasi disetiap poinnya, karena untuk menciptakan kode etik
dan kode perilaku pegawai ASN diperlukan alsan (motivasi) dalam mencapai tujuan
yang baik dan bijak. Dalam setiap perilaku individu ASN juga memiliki subjek dan
objek dimana masing masing mereka memiliki alasan (motivasi) dalam setiap tindakan
dan perilaku.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaruh kedudukan motivasi dalam nilai – nilai etika Aparatur Negara adalah
signifikan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 5 ayat (2) tentang Kode etik dan kode perilaku
pegawai ASN memiliki motivasi disetiap poinnya, karena untuk menciptakan kode etik
dan kode perilaku pegawai ASN diperlukan alsan (motivasi) dalam mencapai tujuan
yang baik dan bijak. Dalam setiap perilaku individu ASN juga memiliki subjek dan
objek dimana masing masing mereka memiliki alasan (motivasi) dalam setiap tindakan
dan perilaku.
B. Saran
Penulis menyadari akan hal kekeliruan atau ketidak sempurnaan makalah. Maka dari itu
penulis mengharap kritik dan saran sebagai koreksi makalah untuk lebih baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
K. Bertens. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 25.
Eka Darmaputera. 1987. Etika Sederhana Untuk Semua: Perkenalan Pertama. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 94.
J.A.B. Jongeneel. 1980. Hukum Kemerdekaan Jilid 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 15-
16.
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta:
Salemba Empat. Hal.222-232
Cut Zurnali, 2004, Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Terhadap Perilaku Produktif
Karyawan Divisi Long Distance PT Telkom Tbk, Tesis, Unpad, Bandung.
11
12
13