Anda di halaman 1dari 366

ModulSIK

2014

MODUL SISTEM INFORMASI KESEHATAN


Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRAT Manado

Konsep Dasar dan


Penerapan Sistem
Informasi Kesehatan
Modul Kuliah
Sistem Informasi
Kesehatan
KONSEP DASAR DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Penyusun:

Tim Pengajar FKM-UNSRAT

 Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRAT


Kampus UNSRAT Manado
Telepon (0431)863886, 863786 • Fax (0431)822568, 827532
Homepage: http://www.unsrat.ac.id

i
Daftar Isi
Daftar Isi i

BAB 1 Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan 1

BAB 2 Peran Sistem Informasi Kesehatan dalam Manajemen Kesehatan 13

BAB 3 Sistem Informasi Manajemen 23

BAB 4 Pendekatan Sistem dan Pengembangan SIK 41

BAB 5 Identifikasi Kebutuhan Informasi dan Penetapan Indokator 73

BAB 6 Pengumpulan Data Secara Rutin dan Sewaktu-waktu 91

BAB 7 Proses Mengolah Data Menjadi Informasi 119

BAB 8 Manajemen Sistem Informasi Kesehatan 139

BAB 9 Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 154

BAB 10 Sistem Informasi Rumah Sakit 190

BAB 11 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas 213

BAB 12 Sistem Informasi Geografis dan Penerapannya 255

Kepustakaan 303

Lampiran-Lampiran iii

ii
BA
FKM - UNSRAT

1
Konsep
Dasar
Sistem
Informasi
Kesehatan
Organization without
Information is nothing.

K eberh
asilan
manaj
emen
keseh
atan
sangat
ditent
ukan
antara
lain
oleh
tersedi
anya

1
d
Untuk
a
mendapatkan
t
data dan
a
informasi
kesehatan yang
d
berkualitas
a
diperlukan
n
suatu sistem
informasi
i
kesehatan yang
n
adekuat.
f
Pembangunan
o
Sistem
r
Informasi
m
Kesehatan yang
a
adekuat dalam
s
menghasillkan
i
informasi yang
berkualitas
k
dalam
e
pengambilan
s
keputusan di
e
bidang
h
kesehatan
a
membutuhkan
t
pengetahuan
a
konsep dasar
n
system
.
informasi
kesehatan itu
D
sendiri dan
a
dasar-dasar
t
dalam
a
pengembangan
1
n ara konseptual
y dan aplikasi
a Sistem
. Informasi
Kesehatan, kita
U
mulai dengan
n
memahami
t
konsep dasar
u
Sistem
k
Informasi
Kesehatan yang
d
berisi definisi
a
dan kerangka
p
dasar Sistem
a
Informasi
t
Kesehatan.

l
e
b Konsep Dasar
i Sistem
h 1. Pengertian Sistem

Pengert
m
ian sistem
e
yang
m
menekankan
a
pada
h
komponen-
a
komponennya
m
seperti yang
i
disampaikan
oleh beberapa
s
ahli di bawah
e
ini:
c
1
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

a. ―Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yg terintegrasi dengan maksud yang


sama untuk mencapai suatu tujuan ― (McLeod, 1995)
b. ―Gabungan dari beberapa komponen yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
umum‖ (Sauerborn dan Lippeveld, 2000)
c. ‖Suatu tatanan dimana terjadi suatu kesatuan usaha dari berbagai unsur yang saling
berkaitan secara teratur menuju pencapaian tujuan dalam suatu lingkungan tertentu‖
Sedangkan pengertian sistem Pengertian sistem yang menekankan pada
prosedur, menurut pendapat FitzGeald (1981) yang dikutif oleh Sauerborn dan Lippeveld
(2000) : ―sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan , berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu sasaran tertentu‖.
Pengertian sistem yang menekankan komponen-komponennya merupakan definisi
yang lebih luas dan banyak diterima, karena kenyataannya suatu sistem dapat terdiri dari
beberapa subsistem atau sistem bagian.
Ciri yang mendasari suatu sistem adalah :

a. Pencapaian suatu tujuan

b. Mempunyai struktur tertentu

c. Terdiri dari komponen-komponen

d. Adanya kesatuan usaha berbagai komponen

e. Saling berhubungan yang teratur

2. Komponen-Komponen Sistem

Berdasarkan komponen-komponennya bentuk sistem terdiri dari:


a. Sistem Sederhana, yang hanya terdiri dari 3 komponen, yaitu: masukan (input),
proses (process), dan keluaran(output).
b. Sistem dengan Pengendalian Umpan Balik, yang terdiri dari komponen-komponen
masukan, proses, keluaran, pengendalian, umpan balik dan lingkungan.

2
FKM - UNSRAT

Saling berhubungan fungsional yang teratur antar komponen-komponen sistem


digambarkan pada gambar 1.1 sebagai berikut :

Gambar 1.1

Hubungan fungsional antar komponen sistem

Kontrol

Masukan
Keluaran

Proses

Balikan

Sumber : Siregar, 1992

Komponen-komponen fungsional yang melandasi sistem menurut Siregar (1992) yaitu


sebagai berikut :
a. Masukan ada 2 macam :
 Masukan yang diolah oleh proses sistem (materi atau masalah)
 Masukan yang dibutuhkan untuk mengolah dalam proses sistem.
b. Proses
Proses merupakan komponen sistem yang berfungsi untuk mengolah sehingga
dihasilkan keluaran atau kegiatan yang mengubah masukan menjadi keluaran.
c. Keluaran
Keluaran merupakan hasil kerja langsung dari suatu sistem, bentuknya harus nyata,
dapat dilihat dan diukur.
d. Umpan balik
Umpan balik merupakan kegiatan dalam sistem dimana dengan adanya umpan balik
ini dapat dilakukan penyesuaian secara otomatis terhadap masukan dan proses
sehingga diperoleh keluaran yang sesuai.

3
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

e. Kontrol
Kontrol berfungsi untuk mengendalikan kerja sistem sehingga proses-proses yang
dilakukan sistem dapat menghasilkan keluaran sesuai dengan tujuan.
f. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat dimana sistem hidup. Lingkungan mempunyai
pengaruh terhadap sistem dan sebaliknya lingkungan dapat dipengaruhi sistem
(Siregar,1992).

Data dan Informasi


1. Pengertian Data dan Informasi

Data merupakan bentuk jamak dari kata datum (Latin) yang berarti
sebagian kecil dari informasi atau sebuah fakta yang diketahui atau
diperkirakan yang digunakan sebagai dasar dari teori, kesimpulan atau
inferens.
Data itu sendiri mempunyai arti informasi yang faktual merupakan fakta-fakta
atau gambaran-gambaran yang didapat dari eksperimen atau survey yang
digunakan sebagai dasar dalam perhitungan atau penyusunan kesimpulan.
Dalam sistem informasi (ilmu komputer) data merupakan informasi
perhitungan dari pengolahan komputer berupa angka, teks, gambar, suara
dalam bentuk yang cocok untuk penyimpanan dan pengolahan oleh komputer.
Dalam statistik data adalah himpunan angka-angka yang merupakan
nilai dari unit sampel kita sebagai hasil dari mengamati/mengukur.
Ditinjau dari jenis data dapat kita tentukan :
a. Data diskrit : data dalam bentuk bilangan bulat atau data yang didapat dari
hasil perhitungan. Misalnya : jumlah anak dalam keluarga, jumlah penderita
TBC Paru dll.
b. Data kontinyu : data dalam bentuk rangkaian data yang dapat dalam
bentuk desimal dan didapatkan dari pengukuran. Misalnya : Tinggi Badan,
berat badan, panjang badan dll.

4
4
FKM - UNSRAT

c. Data kuantitatif : data dalam bentuk bilangan (numerik) misalnya jumlah


balita yang diimunisasi dll.
d. Data kualitatif : data yang dalam bentuk kualitatif (kategorial). Misalnya :
pernyataan terhadap KB setuju, kurang setuju, tidak setuju.
Ditinjau dari sumbernya data dibagi atas :
a. Data primer : data yang dikumpulkan oleh penelitinya sendiri.
b. Data sekunder : data yang diambil dari suatu sumber dan biasanya data itu
sudah dikompilasi lebih dahulu oleh instansi atau yang punya data.
Sedangkan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sauerborn meringkasnya
menjadi kumpulan fakta atau data yang sangat berguna.

2. Transformasi Data menjadi Informasi

Menurut Siregar (1992), alih bentuk data menjadi informasi melalui empat
langkah pokok yaitu pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data dan
analisis data. Selanjutnya diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 1.2. Transformasi Data Menjadi Informasi Dengan Empat Langkah

Pengumpulan Data Analisis & Penyimpulan


Pengolahan Data Penyajian Data
Data Infor masi

Tabel

Instrumen Pengumpulan Data


Basis Data Grafik

Chart

Sumber: Siregar, 1992

5
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Proses pengumpulan data diawali dengan ketersediaan data pada sumber


data baik dalam bentuk hasil pencatatan dan pelaporan ataupun hasil survei.
Pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun dengan bantuan
perangkat komputer
Proses pengolahan data atau transformasi adalah kegiatan-kegiatan
mengubah data menjadi informasi dengan cara tertentu sesuai dengan keperluan
terhadap informasi yang dihasilkan. Umumnya terdapat empat kelompok cara
pengolahan data yaitu klasifikasi, sortir, kalkulasi dan kesimpulan.

Klasifikasi adalah mengelompokkan data berdasarkan kesamaan


karakteristik ke dalam grup atau kelas. Sebagai contoh data PHBS dikelompokan
dahulu berdasarkan karakteristik datanya antara lain nama Desa, nama
Kecamatan dan Kabupaten. Selanjutnya mengelompokan data kepala keluarga
kemudian kelompok kondisi PHBS perilaku, pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan.
Kalkulasi adalah kegiatan pengolahan data dalam bentuk penghitungan
angka-angka (arithmetic). Manipulasi angka-angka dari data disebut kalkulasi
berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pemangkatan,
pengakaran dan sebagainya.
Sortir merupakan prosedur penyusunan data dengan urutan. Penyortiran
dapat dilakukan dengan dua urutan yaitu urutan angka dan urutan abjad. Hal ini
dimaksudkan terutama untuk memudahkan pencarian data catatan pada waktu
data catatan ditampilkan pada layar monitor ataupun setelah dicetak menjadi
informasi hardcopy.
Penyimpulan dimaksudkan agar data menjadi bernilai melalui proses
pemadatan atau peringkasan dari deretan data yang telah diinput dan diolah.
Sederetan angka-angka dapat diolah menjadi kesimpulan baik dalam bentuk
jumlah, persentase, pengurangan dan manipulasi lainnya sehingga memberi nilai
dari data tersebut menjadi suatu informasi.

6
FKM - UNSRAT

Sistem Informasi
1. Pengertian Sistem Informasi

Menurut Siregar (1995) sistem informasi adalah suatu sistem yang dapat
menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan
tepat waktu untuk semua macam proses pengambilan keputusan pada berbagai
jenjang dalam suatu organisasi
Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang menyediakan
informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana mengoperasikan sistem
informasi, dan orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan sistem informasi tersebut. Orang-orang
dalam sistem informasi membuat prosedur untuk mengolah dan memanipulasi data
sehingga menghasilkan informasi dan menyebarkan informasi tersebut ke lingkungan.

Model dasar sistem adalah masukan, pengolahan, dan keluaran. Fungsi


pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan
diolah dalam waktu periode sebelumnya. Oleh karena itu pada model sistem
informasi ditambahkan pula media penyimpan data (data base) maka fungsi
pengolahan informasi bukan lagi mengubah data menjadi informasi tetapi juga
menyimpan data untuk penggunaan lanjutan.
Skema dasar sistem informasi dapat ditunjukkan pada Gambar 1.3 (Davis, 1999).

INPUT OUTPUT
PROSES

PENYIMPANAN

Gambar 1.3 Model Dasar Sistem Informasi

Model dasar ini berguna dalam memahami bukan saja keseluruhan sistem
pengolahan informasi, tetapi juga untuk penerapan pengolahan informasi secara

7
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

tersendiri. Setiap penerapan dapat dianalisis menjadi masukan, penyimpanan,


pengolahan dan keluaran.

Keberhasilan suatu sistem informasi sangat bergantung pada sistem basis


data. Semakin lengkap, akurat dan mudah dalam menampilkan kembali data yang
ada dalam sistem basis data maka akan semakin tinggi kualitas sistem informasi
tersebut. Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling
berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan
digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam
basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut (Jogiyanto, 1999).

2. Komponen Sistem Informasi

Komponen sistem informasi berdasarkan Burch dan Grudnisky (1986),


seperti dikutip oleh Jogianto (1999) disebut dengan istilah blok bangunan yang
terdiri dari:
a. Blok masukan, merupakan input data yang masuk ke dalam sistem
informasi, termasuk didalamnya adalah metode-metode dan media yang
digunakan, biasanya berupa dokumen-dokumen dasar.
b. Blok model, terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik
yang akan memanipulasi data masukan dan data yang tersimpan di basis data
dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang
diinginkan.
c. Blok keluaran, merupakan produk sistem informasi berupa informasi yang
berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan
manajemen serta semua pemakai sistem.
d. Blok teknologi, yang merupakan perangkat kerja untuk menerima masukan,
menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan
mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian sistem secara
keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi, perangkat
lunak, dan perangkat keras.

8
FKM - UNSRAT

e. Blok basis data, merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu
dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan
perangkat lunak untuk mengubahnya. Data di dalam basis data perlu
diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga informasi yang dihasilkan
berkualitas.
f. Blok kendali, merupakan mekanisme yang dirancang dan diterapkan untuk
meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun
bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat cepat diatasi.
Kesatuan dari komponen-komponen tersebut dapat digambarkan seperti
pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Komponen Sistem Informasi

Data Diolah Informasi


INPUT MODELES OUTPUTASI

TEKNOLOGI
BASIS DATA

KONTROL

Sumber: Jogiyanto, 2003

3. Jenis-Jenis Sistem Informasi

Sistem informasi dikembangkan untuk berbagai tujuan, sehingga terdapat


beberapa jenis sistem informasi, diantaranya:

9
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

a. Sistem pengolahan transaksi, adalah sistem informasi yang


terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data dalam jumlah
besar untuk transaksi bisnis rutin dan inventarisasi. Sistem ini merupakan
sistem tanpa batas yang memungkinkan organisasi bisa berinteraksi dengan
lingkungan eksternal.
b. Sistem otomasi perkantoran, sistem yang dipakai untuk menganalisis
informasi sedemikian rupa untuk mengubah data atau menggantikannya
dengan cara-cara tertentu sebelum membaginya atau menyebarkannya secara
keseluruhan, kepada organisasi dan kadang-kadang di luar itu.
c. Sistem kerja pengetahuan, adalah sistem yang mendukung para pekerja
profesional seperti ilmuwan, insinyur dan doktor untuk membantu mereka
menciptakan pengetahuan baru dan memungkinkan mereka menerapkannya
pada organisasi atau masyarakat.
d. Sistem informasi manajemen, merupakan sistem yang menghasilkan
informasi untuk kepentingan manajerial atau proses-proses manajemen
(perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian) kegiatan organisasi.
e. Sistem pendukung keputusan, merupakan sistem informasi
terkomputerisasi di atas sistem informasi manajemen yang lebih menekankan
pada fungsi mendukung pengambilan keputusan di seluruh tahapnya,
walaupun keputusan akhir masih tetap wewenang khusus pembuat
keputusan.
f. Sistem ahli dan kecerdasan buatan, merupakan sistem yang
menggunakan pendekatan kecerdasan buatan untuk menyelesaikan masalah
melalui pengguna bisnis dan secara efektif menggunakan pengetahuan
seorang ahli untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam suatu organisasi.

Sistem Informasi Kesehatan


1. Batasan Sistem Informasi Kesehatan

Beberapa batasan sistem informasi kesehatan:

10
FKM - UNSRAT

a. ―Sistem informasi kesehatan adalah mekanisme pengumpulan, pengolahan,


analisis dan pengiriman informasi yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan
dan mengoperasikan pelayanan kesehatan dan juga untuk penelitian dan
pelatihan.‖8
b. ―Sistem informasi kesehatan adalah sejumlah komponen dan prosedur yang
terorganisir dengan tujuan untuk menghasilkan informasi untuk meningkatkan
keputusan manajemen pelayanan kesehatan pada setiap tingkat sistem
kesehatan.‖2

2. Komponen Sistem Informasi Kesehatan

Seperti sistem lainnya, sistem informasi kesehatan terdiri dari komponen


yang saling berhubungan yang dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu: 2
a. Proses informasi, yang terdiri dari: 2

i. Pengumpulan data
ii. Pengiriman data
iii. Pengolahan data
iv. Analisis data
v. Penyajian informasi
Pemantauan dan penilaian proses tersebut memungkinkan gabungan
masukan yang benar menghasilkan tipe keluaran yang benar pada waktu yang
tepat.
Sistem informasi dapat menyediakan informasi yang tepat dan relevan
hanya jika setiap komponen proses informasi terstruktur dengan baik.
b. Manajemen sistem informasi, yang terdiri dari: 2

i. Sumber daya sistem informasi kesehatan meliputi orang-orang


(perencana, manajer, ahli statistik, ahli epidemiologi, pengumpul data),
perangkat keras (register, telepon, komputer), perangkat lunak (kertas
karbon, format laporan, program pengolah data) dan sumber dana.
ii. Aturan-aturan organisasi, misalnya penggunaan standar diagnosa dan
penanganan, uraian tugas petugas, prosedur manajemen distribusi,

11
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

prosedur pemeliharaan komputer yang memungkinkan efisiensi


penggunaan sumber daya sistem informasi kesehatan.
Oleh karena itu dalam merancang atau merancang kembali sistem
informasi kesehatan dibutuhkan penekanan pada pengaturan yang sistematis
setiap komponen baik proses informasi maupun manajemen sistem informasi
tersebut.2

3. Masalah-masalah Sistem Informasi Kesehatan

Pada banyak negara sistem informasi kesehatan tidak adekuat dalam


menyediakan dukungan dalam manajemen program. Lippeveld (2000)
menyimpulkan alasannya dalam lima hal:
a. Irelevansi informasi yang didapat dengan kebutuhan
b. Kualitas data yang kurang
c. Duplikasi data dan tidak efisiennya informasi
d. Tidak tepat waktu dalam melaporkan dan menindaklanjuti
e. Informasinya kurang berguna
Menurut Bambang dkk. (1991) terdapat beberapa masalah pada sistem
informasi kesehatan di Indonesia diantaranya:
a. Data yang harus dicatat dan dilaporkan di unit-unit operasional sangat
banyak, sehingga beban para petugas menjadi berat.
b. Proses pengolahan data menjadi lama, sehingga hasil pengolahan data
menjadi lama, menyebabkan hasilnya menjadi tidak tepat waktu ketika
disajikan dan diumpanbalikkan.
c. Data yang dikumpulkan terlalu banyak dibanding kebutuhannya, maka banyak
data yang akhirnya tidak dimanfaatkan.
Keney (1999)11 menyimpulkan bahwa terdapat beberapa masalah dalam
pengumpulan data kesehatan maternal diantaranya kualitas, kelengkapan dan
ketersediaan infromasi yang tidak adekuat yang menyebabkan keterbatasan
dalam penggunaanya untuk menetapkan kebijakan.

12
BA
FKM - UNSRAT

2
P
e
r
P a
n

S
i
s
t
e
m

I
n
f
o
13
r n
m a
a j
s e
i m
e
K
n
e
s K
e e
h s
a e
t h
a a
n t
a
D
n
a
l embang
unan
a kesehatan

m pada
hakikatnya
adalah upaya
M yang

a dilaksanakan

13
ol ntuk
e meningkatkan
h kesadaran,
s kemauan, dan
e kemampuan
m hidup sehat
u bagi setiap
a orang agar
k terwujud
o derajat
m kesehatan
p masyarakat
o yang setinggi-
n tingginya dapat
e terwujud,
n sebagai
b investasi bagi
a pembangunan sumber
daya manusia yang
n
produktif secara sosial
g dan ekonomis.
s Penyele
a nggaraan
y pembangunan
a kesehatan
n dilaksanakan
g melalui
b pengelolaan
e pembangunan
rt kesehatan
u yang disusun
j dalam Sistem
u Kesehatan
a Nasional.
n Komponen
u pengelolaan
13
k 1. Upaya kesehatan,
e 2. Penelitian dan
pengembangan
s
kesehatan,
e
3. Pembiayaan
- kesehatan,
h 4. Sumber daya
manusia kesehatan,
a
5. Sediaan farmasi, alat
t
kesehatan, dan
a makanan,
n 6. Manajemen,
informasi, dan
t
regulasi kesehatan,
e dan
r 7. Pemberdayaan
masyarakat.
s
Tantan
e
gan
b
pembangunan
u
kesehatan
t
menuntut
di
adanya
k
dukungan
el
sumber daya
o
yang cukup
m
serta arah
p
kebijakan dan
o
strategi
k
pembangunan
k
kesehatan
a
yang tepat.
n
Namun,
d
seringkali para
al
pembuat
a
kebijakan di
m
bidang
t
kesehatan
u
13
m tusan yang
e tepat karena
n keterbatasan
g atau
al ketidaktersedia
a an data dan
m informasi yang
i akurat, tepat,
k dan cepat.
e Data dan
s informasi
ul merupakan
it sumber daya
a yang sangat
n strategis dalam
d pengelolaan
al pembangunan
a
m

h
al
p
e
n
g
a
m
bi
la
n
k
e
p
u
13
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

kesehatan yaitu pada proses manajemen, pengambilan keputusan, kepemerintahan dan


penerapan akuntabilitas.
Sistem Informasi merupakan ―jiwa‖ dari suatu proses manajemen, demikian pula
Sistem Informasi Kesehatan merupakan ―jiwa‖ dari manajemen kesehatan. Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) sebagai bagian penting dari manajemen kesehatan terus
berkembang selaras dengan perkembangan organisasi. Dengan adanya perubahan
sistem kesehatan mengakibatkan terjadinya perubahan pada SIK, namun sayangnya
perubahan sistem kesehatan di lapangan tidak secepat dengan yang diperkirakan oleh
para pengambil keputusan.
Hal ini tampak nyata ketika sistem kesehatan berubah dari sentralisasi ke
desentralisasi, SIK tidak berfungsi sebagaimana layaknya. SIK yang selama ini telah
dikembangkan, (meskipun masih terfragmentasi) secara Nasional tidak berfungsi, alur
laporan dari pelayanan kesehatan ke jenjang administrasi kabupaten/kota hingga ke
pusat banyak yang terhambat.
SIK membantu dalam proses pengambilan keputusan untuk (a) pelaksanaan
pelayanan kesehatan sehari-hari, (b) intervensi cepat dalam penanggulangan masalah
kesehatan, dan (c) untuk mendukung manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota,
provinsi dan pusat terutama dalam penyusunan rencana jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang. SIK yang baik adalah sistem informasi yang mampu
menghasilkan data/informasi yang akurat dan tepat waktu.
SIK telah digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan sehari-hari
yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit,
terutama dalam penanganan pasien dan intervensi penanggulangan masalah kesehatan.
Sebaliknya dalam hal manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan
pusat, SIK belum banyak berperan karena belum menghasilkan data/informasi yang
akurat dan tepat waktu.

Manajemen Kesehatan
Secara umum manajemen merupakan suatu kegiatan untuk mengatur orang lain
guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Hal ini berdasarkan
beberapa pendapat ahli berikut :

14
FKM - UNSRAT

1. Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang /lebih untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang
tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja. (Evancevich)
2. Manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu tujuan diselenggarakan
dan diawasi (Encyclopaedia of sosial sciences)
3. Manajemen membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan orang lain dan
fungsi-fungsinya dapat dipecahkan sekurang-kurangnya 2 tanggung jawab utama
(perencanaan dan pengawasan)
4. Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang lain (Robert D. Terry).
Dalam bidang kesehatan masyarakat, manajemen kesehatan adalah suatu
kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas
kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.
Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen
umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan
sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo,
2003)
Sedangkan Fungsi manajemen, menurut beberapa ahli mengandung berbagai
komponen sebagai berikut :
1. Menurut L. Gullick manajemen mengandung beberapa unsur antara lain Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgetting
2. Menurut George Terry – Planning, Organizing, Actuating, Controlling
3. Menurut Koonzt O’ Donnel – Planning, Organizing, Staffing, Directing, Controlling
4. Menurut H. Fayol – Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling
Berbagai komponen fungsi manajemen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternative kegiatan untuk
pencapaiannya.
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

15
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating) atau fungsi


penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar mereka
mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan
ketrampilan yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses
untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
Dari sisi manajemen berdasarkan sasaran, terdapat tiga jenis manajemen
kesehatan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yaitu
manajemen pasien/klien, manajemen unit kesehatan, dan manajemen sistem kesehatan.

1. Manajemen Pasien/Klien

Fungsi utama dari manajemen pasien/klien adalah memberikan pelayanan


kesehatan kuratif, preventif dan promotif yang bermutu kepada pasien dan klien, baik di
tingkat pelayanan kesehatan dasar maupun di tingkat pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu dirumuskan secara berbeda sesuai dengan
tingkat pelayanannya. Di tingkat pelayanan kesehatan dasar, peiayanan kesehatan yang
bermutu berarti pelayanan kesehatan yang paripuma (komprehensif), terintegrasi, dan
berkelanjutan. Fokusnya adalah pada pasien dan klien dengan lingkungan sosio-kultural
terdekatnya. Mutu pelayanan kesehatan di tingkat rujukan sangat tergantung kepada
masukan yang berupa sumber daya manusia dan teknologi. Karena itu, mutu pelayanan
rujukan dapat dilihat dari kecanggihan teknologinya.
Pemakai informasi di tingkat manajemen pasien/klien adalah para penyelenggara
pelayanan kesehatan, yaitu dokter, bidan, dan petugas paramedik lainnya. Di samping itu
juga para kader kesehatan dan para dukun. Suatu Sistem Informasi Kesehatan yang
dirancang dengan baik akan merupakan dukungan utama bagi peningkatan mutu
pelayanan kesehatan yang mereka selenggarakan. Informasi yang mereka butuhkan itu
akan digunakan untuk membuat keputusan yang tepat, misalnya:
 Tanggal, diagnosis, dan pengobatan yang diberikan dalam kunjungan yang lalu
akan membantu si pemberi pelayanan kesehatan dalam membuat keputusan

16
FKM - UNSRAT

terhadap seorang penderita tuberkulosis yang berkunjung ke Puskesmas (dalam


rangka keparipurnaan pelayanan).
 Seorang anak usia 2 tahun dibawa oleh ibunya karena menderita bercak-bercak
pada kulit dan diare. Punyakah pemberi pelayanan informasi yang iepat untuk
mengetahui apakah anak tersebut menderita campak dan apakah ia telah
divaksinasi? (dalam rangka integrasi pelayanan).
 Dalam rangka memutuskan vaksin apa yang akan diberikan kepada seorang anak
usia 8 bulan yang dibawa ibunya ke Puskesmas, petugas kesehatan perlu
mengetahui jenis vaksin apa yang pernah didapat si anak dan bilamana
didapatnya (dalam rangka keparipurnaan dan kelanjutan pelayanan).
 Hasil-hasil patologis dari spesimen biopsi cervix akan membantu ahli bedah
memutuskan perlu-tidaknya melakukan histerektomi (dalam rangka kelanjutan
pelayanan).

2. Manajemen Unit Kesehatan

Tujuan manajemen umum dari suatu unit kesehatan adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan terhadap suatu penduduk tertentu di dalam wilayah kerja
pelayanannya dengan sumber daya yang ada. Unit-unit kesehatan dapat diklasifikasikan
menurut tingkat konsentrasi sumber dayanya menjadi: unit-unit pelayanan kesehatan
dasar dan unit-unit pelayanan kesehatan rujukan. Setiap jenis unit kesehatan memiliki
fungsi-fungsi manajemennya sendiri. Namun demikian pada dasamya fungsi-fungsi itu
dapat dibedakan atas fangsi-fungsi pemberian pelayanan kesehatan, dan fungsi-fungsi
administratif.
Fungsi-fungsi pemberian pelayanan kesehatan ditetapkan berdasarkan kebutuhan
kesehatan dari masyarakat yang dilayani oleh unit kesehatan yang bersangkutan. Unit
pelayanan kesehatan dasar memberikan paket pelayanan pemeliharaan kesehatan
umum. Terdapat banyak perbedaan dalam bentuk penyediaan pelayanan kesehatan
dasar ini, yaitu misalnya apotik, Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Klinik,
Balai Kesehatan Masyarakat, dan lain-lain. Sarana-sarana yang berbeda ini bisa jadi

17
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

memiliki fungsi yang berbeda pula. Beberapa di antaranya hanya memberikan pelayanan
kuratif. Tetapi yang lain seperti Puskesmas misalnya memiliki paling sedikit lima jenis
pelayanan, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, kesehatan
lingkungan, dan pengobatan (pelayanan kuratif). Kerapkali tersedianya tenaga kesehatan
merupakan faktor pembeda dalam fungsi atau jenis pelayanan dari unit-unit pelayanan
kesehatan dasar.
Unit-unit pelayanan kesehatan rujukan seperti rumah sakit dan klinik rawat jalan
khusus menyediakan pelayanan dan teknik-teknik yang kerumitannya tidak dapat
ditangani oleh unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah Sakit Kabupaten/Kota merupakan
unit pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (primer), Rumah Sakit Provinsi
merupakan unit pelayanan kesehatan rujukan tingkat kedua (sekunder), dan Rumah
Sakit Pusat merupakan unit pelayanan kesehatan rujukan tingkat ketiga (tersier). Di
Rumah Sakit Kabupaten/Kota harus diselenggarakan paling sedikit empat pelayanan
spesialistik, yaitu: obsetrik dan genekologi, anak, bedah, dan penyakit dalam.
Informasi yang disiapkan dengan baik di unit-unit kesehatan akan membantu
pembuatan keputusan-keputusan dalam unit kesehatan tersebut. Contohnya adalah
sebagai berikut:
 Suatu Puskesmas harus memberikan pengobatan kepada pasien-pasien
tuberkulosis. Kepala Puskesmas ingin mengetahui berapa orang pasien di antara
mereka yang berobat ke Puskesmas yang menghentikan pengobatan sebelum
waktunya (angka "drop out"). Informasi ini dapat digunakan untuk memutuskan
perlu-tidaknya melakukan peningkatan kegiatan tindak lanjut (follow up) terhadap
para pasien tuberkulosis.
 Salah satu fungsi dari Puskesmas adalah memberikan pelayanan perawatan
prakelahiran (prenatal care) kepada semua perempuan hamil di wilayah kerjanya,
dan merujuk mereka yang berisiko ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Dalam
beberapa bulan terakhir, sejumlah perempuan dari desa-desa sekitar dilaporkan
meninggal pada saat melahirkan atau tidak lama setelah melahirkan. Kepala
Puskesmas dan bidan Puskesmas ingin mengetahui berapa orang perempuan dari
antara perempuan yang diperkirakan hamil di wilayah kerja Puskesmas
memperoleh pelayanan prenatal care. Informasi ini akan membantu mereka

18
FKM - UNSRAT

dalam mereorganisasi kegiatan-kegiatan prenatal care secara lebih efektif.


 Sebuah Rumah Sakit Kabupaten dengan 200 tempat tidur menyediakan
pelayanan rawat inap kepada sekitar 200.000 penduduk. Selama setahun, tempat
tidur yang disediakan selalu penuh, dan kerapkali bahkan digunakan tempat tidur
lipat tambahan untuk merawat pasien. Dalam hal ini Direktur Rumah Sakit ingin
mengetahui berapa rata-rata lama menginap (ALOS - Average Length Of Stay)
dari pasien-pasien di setiap instalasi untuk memutuskan perlu-tidaknya
menambah tempat tidur, atau mengubah prosedur pengeluaran pasien.
 Rumah Sakit rujukan tersier berfungsi sesuai dengan anggaran tahunan yang
tersedia. Pemasukan dana berasal dari subsidi pemerintah, dari pembayaran
asuransi kesehatan, dan dari pembayaran para pasien. Dalam rangka menyusun
anggaran tahunan, Direktur Umum dan Keuangan akan memerlukan data dan
informasi tentang pemasukan tahun lain menurut sumbernya, dan pengeluaran-
pengeluaran tahun lalu menurut pusat-pusat biaya.

3. Manajemen Sistem Kesehatan

Tujuan dari manajemen Sistem Kesehatan adalah untuk mengkoordinasikan dan


memberikan dukungan perencanaan dan manajemen kepada tingkat penyedia pelayanan
kesehatan. Beberapa contoh dari fungsi manajemen Sistem Kesehatan adalah sebagai
berikut:
a. penetapan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan kesehatan;
b. koordinasi lintas sektoral;
c. perencanaan strategis dan penyusiinan program kesehatan;
d. penganggaran dan alokasi sumber daya finansial;
e. pengorganisasian sistem, termasuk mekanisme rujukan;
f. pengembangan tenaga kesehatan, termasuk pendidikan berkelanjutan;
g. manajemen sumber daya, mencakup keuangan, tenaga kesehatan, dan informasi
kesehatan;
h. manajemen dan distribusi peralatan, bahan, dan obat;
i. surveilans penyakit;

19
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

j. penyehatan lingkungan;
k. pengawasan terhadap pelayanan-pelayanan kesehatan.
Fungsi-fungsi manajemen terhadap sistem kesehatan berbeda antara satu tingkat
administrasi dengan tingkat administrasi lainnya. Fungsi-fungsi itu ditetapkan dengan
mengacu pembagian kewenangan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Menurut UU No. 22 tahun 1999, Daerah Provinsi memiliki kewenangan
desentralisasi terbatas, sedangkan Daerah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan
desentralisasi luas. Di lain pihak, Pemerintah Pusat diizinkan oleh UU tersebut untuk
mendelegasikan kewenangan kepada Daerah Provinsi sebagai wakil dari Pemerintah
Pusat (dekonsentrasi). Kewenangan dekonsentrasi ini tidak boleh didelegasikan sampai
ke tingkat Kabupaten/Kota. Dengan demikian, UU memberikan kewenangan
dekonsentrasi ini secara luas kepada Daerah Provinsi.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom, yang merupakan tindak lanjut atau
penjabaran dari UU No. 22 tahun 1999, mengurai kewenangan desentralisasi terbatas
Daerah Provinsi ini.
Sedangkan kewenangan dekonsentrasi untuk Daerah Provinsi, karena memang
tidak diatur dalam PP No. 25 tahun 2000, didapat dari Surat Edaran Menteri Kesehatan &
Kesejahteraan Sosial R.I. (SE Menkes & Kesos) No. 1107 tahun 2000.

UU No. 22 tahun 1999 menyatakan bahwa Daerah Kabupaten/Kota memiliki


kewenangan desentralisasi luas. Kewenangan Daerah Kabupaten/ Kota di bidang
kesehatan juga tidak diatur dalam PP No. 25 tahun 2000 karena UU No. 22 tahun 1999
pada dasarnya meletakkan semua kewenangan pemerintahan pada Daerah Kabupaten/
Kota (kecuali lima kewenangan sebagaimana disebut dalam Pasal 7 UU No.22 tahun
1999). Namun demikian, demi kejelasan, Menteri Kesehatan & Kesejahteraan Sosial
dalam Kepmenkes & Kesos Nomor 1747/Menkes-Kesos/ SK/XII /2000 tentang Pedoman
Penetapan Standar Pelayanan Minimal Dalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota,
merinci kewenangan untuk Daerah Kabupaten/Kota yang disebut sebagai kewenangan
minimal.

20
FKM - UNSRAT

Peran Sistem Informasi Kesehatan


Pada hakikatnya suatu Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berjalan sendiri.
Sistem Informasi Kesehatan merupakan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang
komprehensif, yang memberikan pelayanan kesehatan secara terpadu, meliputi baik
pelayanan kuratif, pelayanan rahabilitatif, maupun pencegahan penyakit, dan
peningkatan kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan harus dapat mengupayakan
dihasilkannya informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di berbagai
tingkat Sistem Kesehatan. Sistem Kesehatan memang terdiri atas berbagai tingkat sejak
dari tingkat paling bawah, tingkat menengah, sampai ke tingkat pusat. Dengan
berlakunya konsep desentralisasi dan otonomi daerah, Sistem Kesehatan di setiap tingkat
harus dapat mandiri (selfpropeled), walaupun berkaitan satu sama lain.
Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia yang berlaku saat ini, tingkat-
tingkat itu adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Kecamatan, di mana terdapat Puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar
lain.
b. Tingkat Kabupaten/Kota, di mana terdapat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah
Sakit Kabupaten/Kota, dan rujukan primer lain.
c. Tingkat Provinsi, di mana terdapat Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit Provinsi,
dan pelayanan rujukan sekunder lain.
d. Tingkat Pusat, di mana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan
pelayanan kesehatan rujukan tersier lain.
Setiap tingkat menyediakan pelayanan kesehatan yang berbeda, memiliki sumber
daya yang berbeda, dan mempraktekkan fungsi-fungsi manajemen yang berbeda pula.
Idealnya, sumber daya harus sebanyak mungkin terdapat di kecamatan agar masyarakat
memiliki akses yang optimal terhadap pelayanan kesehatan. Akan tetapi dalam rangka
desentralisasi ternyata dihadapi banyak kendala, khususnya berkaitan dengan
ketenagaan, sarana dan peralatan, yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan
ekonomi negara.
Fungsi khusus yang dimiliki setiap tingkat mengakibatkan perbedaan dalam
pengambilan keputusan. Dari sisi manajemen, fungsi-fungsi dalam Sistem Kesehatan

21
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) Manajemen Pasien/Klien, (2)
Manajemen Unit Kesehatan, dan (3) Manajemen Sistem Kesehatan.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit kesehatan berkaitan secara
langsung dengan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif kepada
masyarakat. Dalam hal ini tercakup interaksi antara petugas-petugas unit kesehatan
dengan masyarakat di wilayah pelayanannya. Manajemen pasien/klien dan manajemen
unit dipraktikkan baik di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas dan lain-lain), pelayanan
kesehatan rujukan (Rumah Sakit dan lain-lain), serta di Dinas Kesehatan. Keputusan-
keputusan yang dibuat dalam rangka manajemen pasien/klien dan manajemen unit
kesehatan disebut keputusan-keputusan operasional. Manajer, dalam manajemen
pasien/klien adalah semua petugas kesehatan yang melayani pasien/klien. Sedangkan
manajer dalam manajemen unit adalah pimpinan dari unit yang bersangkutan (Kepala
Puskesmas, Direktur Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan). Manajemen Sistem
Kesehatan berfungsi memberikan dukungan manajerial dan koordinasi terhadap tingkat
manajemen unit kesehatan dan manajemen pasien/klien. Keputusan-keputusan yang
dibuat dalam rangka manajemen sistem kesehatan disebut keputusan-keputusan
strategis. Adapun manajer dalam manajemen Sistem Kesehatan adalah Kepala Dinas
Kesehatan dan pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusannya (stakeholders).
Dengan mengenali fungsi spesifik dari setiap tingkat manajemen kesehatan, akan
dapat dikenali pula siapa saja pemakai informasi kesehatan (yaitu para manajer
kesehatan) dari keputusan-keputusan apa yang harus mereka buat. Hal ini akan
membantu dalam perumusan kebutuhan informasi di setiap tingkat dan penetapan data
apa yang harus dikumpulkan, cara dan instrumen pengumpulannya, pengiriman datanya,
prosedur pengolahan datanya, pengemasan informasinya, dan penyajian informasinya.

22
BA
FKM - UNSRAT

3
Sistem
Informasi
Manajeme
n

S istem
Informasi
Manajemen
adalah sebuah
sistem yang
cukup
kompleks.
Sistem ini
dapat berjalan
dengan baik
apabila semua
proses
didukung
dengan
teknologi yang
tinggi, sumber
daya yang
23
b manajemen, dan
pengambilan keputusan
e
dalam sebuah organisasi.
r
Sistem
k
Informasi
u
Manajemen
al
bertujuan
it
menghasilkan
a
informasi yang
s,
berguna untuk
d
perusahaan.
a
Kegiatan ini
n
mendukung
y
proses bisnis
a
perusahaan
n
dan perlu
g
diperhatikan
p
untuk
al
kelangsungan
in
perusahaan.
g
Oleh karena
p
itu, komitmen
e
perusahaan
n
untuk
ti
menjalankan
n
Sistem
g
Informasi
k
Manajemen
o
haruslah
m
sangat tinggi
it
agar proses
m
yang terjadi
e
dilantai
n
produksi
p
menjadi
e
23
m ormasi yang
e dihasilkan oleh
n sistem
g informasi dapat
u berguna bagi
n manajamen,
t maka analis
u sistem harus
n mengetahui
g kebutuhan-
k kebutuhan
a informasi yang
n dibutuhkannya,
b yaitu dengan
a mengetahui
gi kegiatan-
p kegiatan untuk
e masing-masing
r tingkat (level)
u manajemen
s dan tipe
a keputusan
h yang
a diambilnya.
a Berdasarkan
n pada
. pengertian-
S pengertian di
u atas, maka
p terlihat bahwa
a tujuan
y dibentuknya
a Sistem
in Informasi
f Manajemen
23
23
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Konsep Dasar Sistem Informasi Manajemen


Definisi dan Struktur Sistem Informasi Manajemen

Pendekatan sistem serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang


memastikan bahwa masalah dipahami, solusi alternative dipertimbangkan dan solusi yang
dipilih bekerja.
Sistem informasi manajemen (manajement information system atau sering dikenal
dengan singkatannya MIS) merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi
untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan
manajemen.
SIM (sistem informasi manajemen) dapat didefenisikan sebagai kumpulan dari
interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah
data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di
dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian.
Secara teori, komputer tidak harus digunakan di dalam SIM, tetapi kenyataannya
tidaklah mungkin SIM yang komplek dapat berfungsi tanpa melibatkan elemen komputer.
Lebih lanjut, bahwa SIM selalu berhubungan dengan pengolahan informasi yang
didasarkan pada komputer (computer-based information processing).
SIM merupakan kumpulan dari sistem-sistem informasi. SIM tergantung dari besar
kecilnya organisasi dapat terdiri dari sistem-sistem informasi sebagai berikut :
1. Sistem informasi akuntansi (accounting information system),menyediakan informasi
dari transaksi keuangan.
2. Sistem informasi pemasaran (marketing information system), menyediakan informasi
untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan
penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.
3. Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information
system).
4. Sistem informasi personalia (personnel information systems)
5. Sistem informasi distribusi (distribution information systems)
6. Sistem informasi pembelian (purchasing information systems)
7. Sistem informasi kekayaan (treasury information systems)

24
FKM - UNSRAT

8. Sistem informasi analisis kredit (credit analiysis information systems)


9. Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development
information systems)
10. Sistem informasi teknik (engineering information systems)
Semua sistem-sistem informasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan
informasi kepada semua tingkatan manajemen, yaitu manajemen tingkat bawah (lower
level management), managemen tingkat menengah (middle level management) dan
manajemen tingkat atas (top level management).
Top level management dengan executive management dapat terdiri dari direktur
utama (president), direktur (vise-president) dan eksekutif lainnya di fungsi-fungsi
pemasaran, pembelian, teknik, produksi, keuangan dan akuntansi. Sedang middle level
management dapat terdiri dari manajer-manajer devisi dan manajer-manajer cabang.
Lower level management disebut degan operating management dapat meliputi mandor
dan pengawas.
Top level management disebut juga dengan strategic level, middle level
management dengan tactical level dan lower management dengan tehcnical level.

Gambar 3.1. Informasi dan SIM untuk semua tingkat manajemen

Evolusi/Perkembangan Konsep Sistem Informasi Manajemen

Pendekatan sistem serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang

25
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

memastikan bahwa masalah dipahami, solusi alternative dipertimbangkan dan solusi yang
dipilih bekerja.
Gagasan sebuah sistem informasi untuk mendukung manajemen dan
pengambilan keputusan telah ada sebelum dipakainya komputer, yang memperluas
kemampuan keorganisasian untukmenerapkan sistem semacam itu. Perluasan
kemampuan tersebut sedemikian menyolok sehingga SIM dianggap sesuatu yang baru
karena baru kini dapat dipakai. Banyak dari gagasan yang merupakan bagian SIM
berkembang/ berevolusi dari bagian ilmu pengetahuan lain.
Ada empat bidang pokok konsep dan pengembangan sistem yang sangat penting
dalam melacak asala mula konsep SIM yaitu: (1) akuntansi manajerial; (2) ilmu
pengetahuan manajemen; (3) teori manajemen; dan (4) pengolahan komputer.

Akuntansi Manajerial

Disini perlu dianggap bahwa bidang akuntansi dibagi atas dua bidang pokok, yaitu
akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial. Akuntansi keuangan (financial accounting)
berhubungan dengan pengukuran pendapatan dalam suatu periode tertentu, misal dalam
satu bulan atau satu tahun (laporan rugi-laba/income statement) dan melaporkan status
keuangan pada akhir periode (neraca). Karena sebuah organisasi beroperasi secara terus
menerus sepanjang waktu, pengukuran pendapatan untuk suatu jangka waktu tertentu
meliputi pertanyaan-pertanyaan pengukuran penerimaan dalam suatu periode dan
mengenali serta membandingkan biaya yang timbul untuk menghitung laba.
Sistem pelaporan untuk organisasi yang dikembangkan oleh akuntansi manajerial
pada umumnya mencerminkan gagasan akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting) dan akuntansi keuntungan (profitability accounting). Laporan tersebut
disusun untuk menunjukkan adanya penyimpangan dari rencana prestasi dan sebab-
sebab penyimpangan tersebut.
Analisis biaya dipakai dalam akuntansi manajerial untuk menentukan biaya yang
paling relevan dalam pengambilan keputusan. Biaya yang relevan ini dapat berupa biaya
penuh (full cost), biaya langsung (direct cost), biaya marjinal (marginal cost), biaya
penggantian (replacement cost), biaya peluang (opportunity cost) atau lain-lainnya.

26
FKM - UNSRAT

Akuntansi manajerial juga menggunakan teknik keputusan yang berorientasi pada


biaya seperti penganggaran modal, analisis impas dan penetapan harga transfer.
Singkatnya, akuntansi keuangan adalah sebuah sistem informasi dengan aturan dan
pengolahan ke arah menyuguhkan informasi yang tepat bagi penanam modal dan
pemberi kredit. Akuntansi manajerial adalah sebuah sistem informasi yang berorientasi
pada manajemen internal serta pengendalian dan karenanya berhubungan erat dengan
SIM.

Ilmu Pengetahuan Manajemen

Ilmu manajemen atau penelitian operasional adalah penerapan metode ilmiah dan
teknik-teknik analisis kuantitatif terhadap masalah manajemen. Beberapa di antara
konsep-konsep pokoknya adalah:
1. Penekanan ancangan sistematis dalam pemecahan persoalan dan penerapan metode
ilmiah pada penelitian.
2. Memakai model matematis dan prosedur matematis serta statistis dalam analisis.
3. Bertujuan mencari keputusan optimal atau kebijakan optimal.
Ilmu pengetahuan manajemen dalam penyelesaiannya cenderung memakai
kriteria ekonomis atau teknik daripada kriteria perilaku, dengan penekanan metode teknis
dalam memecahkan persoalan. Keberhasilan ilmu pengetahuan manajemen di dalam
organisasi yang paling menyolok adalah pada persoalan operasional dan keputusan
taktis. Misalnya manajemen sediaan barang (inventory management) telah mendapat
perhatian besar, demikian pula penjadualan produksi, penentuan letak pabrik, penjaluran
angkutan (transportation routing), dan analisis penanaman modal.
Beberapa teknik umum sehubungan dengan ilmu pengetahuan manajemen
adalah:
1. Pemrograman linier (linear programming)
2. Pemrograman integer (integer programming)
3. Pemrograman dinamis (dynamic programming)
4. Teori pengantrian (queueing theory

27
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

5. Teori permainan (game theory)


6. Teori keputusan (decision theory)
7. Simulasi (simulation)
Ilmu pengetahuan manajemen adalah sebuah perkembangan penting dalam
sistem informasi manajemen berdasarkan komputer, karena ilmu pengetahuan
manajemen telah mengembangkan prosedur-prosedur untuk analisis dan pemecahan
berdasarkan komputer dalam banyak jenis persoalan keputusan. Ancangan sistematis
dalam pemecahan persoalan, pemakaian model, teknik-teknik ilmu pengetahuan
manajemen, dan algoritma pemecahan berdasarkan komputer umumnya digabungkan
dalam rancangan SIM.

Teori Manajemen

Dalam memahami evolusi konsep SIM, perkembangan terakhir dalam teori


manajemen cukup pesat. Bila dalam ilmu pengetahuan manajemen perkembangannya
menekankan optimisasi sebagai tujuan, maka teori manajemen sekarang menekankan
pemuasan dan mempertimbangkan keterbatasan manusia dalam mencari pemecahan.
Sejumlah periset manajemen telah memusatkan perhatian pada segi-segi keperilakuan
dan motivasi pada struktur keorganisasian serta sistem dalam organisasi.
Perkembangan dalam teori manajemen ini penting untuk merancang SIM, karena
membantu dalam memahami peranan sistem manusia/mesin serta bermanfaat untuk
mengembangkan model-model keputusan.

Pengolahan Komputer

Semula komputer tidak direncanakan untuk pengolahan informasi, tetapi kini


terutama justru diterapkan dalam bidang ini. Persyaratan teknis sebuah sistem informasi
manajemen berdasarkan komputer secara singkat dapat dilihat pada tabel 3.1.

28
FKM - UNSRAT

Tabel 3.1. Persyaratan Teknis SIM berbasis komputer

Pengguna Sistem Informasi Manajemen

Pendekatan sistem serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang


memastikan bahwa masalah dipahami, solusi alternative dipertimbangkan dan solusi yang
dipilih bekerja.
Kebanyakan pengguna sistem informasi manajemen berbasis komputer seperti
terlihat pada tabel 3.2.

29
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Tabel 3.2. Pengguna SIM berbasis komputer

Petugas administrasi dapat merasakan bertambahnya kebutuhan akan masukan


(input) pada saat upaya SIM dimulai dan sebuah data base sedang disusun. Prosedur
baru untuk mengendalikan data akan ditetapkan. Proses administrasi akan berubah
dengan memakai alat-alat online seperti unit peraga, alat pencetak, dan alat untuk
memasukkan data.
Para petugas di seluruh bagian organisasi akan diminta melaporkan informasi
yang sebelumnya mereka simpan dalam arsip atau ―catatan rahasia‖ mereka sendiri. Para
penyelia tingkat pertama akan membutuhkan lebih banyak masukan data tetapi akan
merasakan peningkatan besar dalam pemerolehan informasi. Informasi keadaan juga
akan dicapai secara jauh lebih mudah. Model-model keputusan dapat membantu
perkiraan pertama dalam pemecahan persoalan misalnya penjadualan.
Laporan cenderung menjadi lebih informatif dan cepat. Analisis dan laporan
khusus lebih mudah diperoleh. Umpan balik berbagai prestasi menjadi lebih besar
frekuensinya. Staf ahli yang membantu manajemen tingkat lebih tinggi mendapat
manfaat besar dari kemampuan SIM. Database diselidiki untuk kemungkinan sesuatu
persoalan. Datanya dianalisis guna menemukan pemecahan yang mungkin.
Model perencanaan dipakai untuk menghasilkan pendekatan pertama rencana

30
FKM - UNSRAT

yang akan diperiksa manajer. Model dasar tersebut memberikan cara-cara penelitian dan
rancangan, sementara para staf ahli merumuskan data untuk kebutuhan manajerial.
Manajer pada semua tingkat mempunyai kemampuan baru untuk memperoleh
informasi yang relevan dengan fungsi mereka. Untuk pengambilan keputusan, sistem
tersebut dapat memberikan saran pemecahan yang optimal secara langsung atau dapat
memberikan analisis manusia/mesin dan prosedur keputusan untuk membantu dalam
mencapai sebuah keputusan yang baik. Sebagai contoh, seorang manajer untuk suatu
sediaan barang akan memprogram pengambilan keputusan dalam banyak kasus,
misalnya perihal jumlah pesanan. Dalam situasi rumit seperti pesanan sebuah tempat
muatan kendaraan untuk mencapai pembelian yang ekonomis, mungkin algoritma
optimisasi tidak dipakai, tetapi sebuah prosedur keputusan diadakan untuk membantu
manajer dalam mencapai sebuah pemecahan yang memuaskan. Perencanaan dibantu
oleh model perencanaan disertai sebuah dialog manusia/mesin untuk mengadakan
percobaan pemecahan.
Secara ringkas, pengolahan rutin paling sedikit terpengaruh oleh penerapan
ancangan SIM. Petugas administrasi akan menyiapkan data yang kurang lebih sama,
tetapi akan terdapat persyaratan data tambahan, dan semakin banyak alat onlie dipakai.
Persyaratan data pada semua tingkat personalia akan berkembang, tetapi akan terjadi
peningkatan tersedianya informasi terbaru yang akurat. Laporan, jawaban atas
permintaan informasi, analisis, perencanaan dan pengambilan keputusan akan mendapat
pengolahan dan dukungan informasi lebih baik.

Pokok-Pokok Sistem Informasi Manajemen

Sebuah sistem informasi manajemen bukanlah sekedar suatu perkembangan


teknologis. SIM berhubungan dengan organisasi dan dengan manusia pengolahnya. Oleh
sebab itu pemahaman utuh terhadap sistem informasi keorganisasian berdasarkan
komputer harus juga termasuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan
informasi, pemakaian informasi, dan nilai informasi.
Pendekatan sistem serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang
memastikan bahwa masalah dipahami, solusi alternative dipertimbangkan dan solusi yang

31
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

dipilih bekerja.
Sebuah sistem informasi manajemen mengandung elemen-elemen fisik sebagai
berikut:
1. Perangkat keras komputer
2. Perangkat lunak
a. Perangkat lunak sistem umum
b. Perangkat lunak terapan umum
c. Program aplikasi
3. Database (data yang tersimpan dalam media penyimpanan komputer)
4. Prosedur
5. Petugas Pengoperasian
Dalam hal penerapan, sebuah subsistem terapan yang lengkap terdiri dari:
1. Program untuk melaksanakan pengolahan komputer
2. Prosedur untuk membuat terapan menjadi operasional (formulir, petunjuk untuk
operator, petunjuk untuk pemakai, dan seterusnya).
Subsistem terapan dapat diuraikan dalam bentuk fungsi keorganisasian yang
mendukung (pemasaran, produksi, dan sebagainya) atau dalam bentuk jenis kegiatan
yang tengah dilaksanakan.

Subsistem fungsi keorganisasian

Fungsi-fungsi keorganisasian agak terpisah dalam hal kegiatan dan ditentukan


secara manajerial sebagai tanggung jawab sendiri-sendiri. Karena itu sebuah SIM dapat
dipandang sebagai sebuah gabungan sistem-sistem informasi, sebuah sistem untuk
setiap fungsi utama keorganisasian. Subsistem-subsistem akan berbeda pada organisasi
satu dengan lainnya.
Tetapi gagasan dasarnya tetap sama untuk mengenali fungsi-fungsi pokok atas
mana subsistem dapat dirancang. Subsistem ini dapat pula dibagi menjadi beberapa
subsistem yang lebih kecil sepeti terlihat pada tabel 3.3.

32
FKM - UNSRAT

Tabel 3.3. Subsitem Fungsional Pokok SIM

Sebagai contoh, subsistem personalia dapat dibagi lagi menjadi perekrutan


personalia, catatan personalia, penilaian personalia, dan administrasi gaji.

Subsistem Kegiatan

Satu ancangan lain untuk memahami struktur sebuah sistem informasi adalah
dalam bentuk subsistem yang melaksanakan berbagai kegiatan. Beberapa subsistem
kegiatan akan bermanfaat bagi lebih dari satu subsistem fungsi keorganisasian;
sedangkan lainnya mungkin akan berguna untuk hanya satu fungsi.
Contoh subsistem kegiatan pokok seperti terlihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4. Subsitem Fungsional Pokok SIM

Subsistem kegiatan ini memakai data di dalam data base dan kemampuan

33
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

mendapat kembali yang berada dalam sistem manajemen data base.

Konsep Organisasi dan Manajemen


Struktur Keorganisasian

Struktur keorganisasian adalah susunan sub-subsistem dengan hubungan


wewenang dan tanggung jawabnya. Ada beberapa struktur dasar yang banyak
digunakan. Keadaan dalam mana setiap struktur menguntungkan menjadi dasar untuk
mengubah struktur keorganisasian dalam menanggapi perubahan kondisi, seperti
perbaikan sistem pengolahan informasi dan perbaikan dalam sistem keputusan.

Struktur Hirarki

Struktur keorganisasian dasar adalah sebuah struktur hirarki dengan manajemen


puncak paling atas dalam bagan, manajemen menengah/madya di tengah, dan
manajemen bawahan di tempat paling bawah.

Gambar 3.2. Organisasi hirarki dasar dengan spesialisasi fungsional


dan hubungan lini serta staf.

Bagan berbentuk sebuah piramida karena manajemen puncak jumlahnya relatif

34
34
FKM - UNSRAT

sedikit terhadap manajemen tingkat lebih rendah. Organisasi dalam gambar 3.2.
tersusun secara fungsional; yaitu sub-subsistem pokok di bawah direktur merupakan
fungsi organisasi seperti manufaktur, pemasaran dan akuntansi.

Spesialisasi

Organisasi membagi pekerjaan atas tugas-tugas khusus hingga menimbulkan


spesialisasi. Akuntan dalam fungsi akuntansi mengkhususkan dalam akuntansi. Petugas
pemasaran mengkhususkan dalam pemasaran. Spesialisasi dapat berlanjut sedemikian
sehingga dalam sebuah fungsi terdapat para spesialis untuk bidang-bidang lebih kecil-
perpanjakan, riset pasar, dan seterusnya.

Hubungan Lini dan Staf

Lini (garis utuh) menjelaskan wewenang perintah langsung dari fungsi-fungsi


dalam organisasi. Manajer pemasaran menerima laporan dari para manajer penjualan.
Para manajer penjualan menerima laporan dari para wiraniaga. Wewenang mengalir dari
atas ke bawah. Posisi-posisi staf (garis putus) berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
pendukung seperti analisis dan konsultasi. Mereka tidak memiliki wewenang atas petugas
operasi. Bila para ahli riset pemasaran merumuskan sebuah strategi pemasaran baru, ahli
tersebut tidak dapat melaksanakannya dengan memerintah para wiraniaga
menggunakannya. Manajer pemasaran harus diyakinkan dahulu dan harus
memerintahkan penggunaannya pada para manajer penjualan, yang akan memberi
instruksi pada para wiraniaga.

Wewenang dan Tanggung jawab

Wewenang adalah hak untuk memerintah (kepemimpinan). Bila seseorang


memiliki tanggung jawab untuk sebuah kegiatan, ia harus memiliki wewenang.
Wewenang dibuktikan melalui pengendalian atas sumber daya, ganjaran, dan fungsi, dan
pelimpahan kuasa untuk mengambil keputusan sehubungan dengan hal-hal tersebut.

35
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Rentang Kendali

Rentang kendali (span of control) menunjukkan banyaknya bawahan yang diawasi


oleh seorang penyelia (yaitu banyaknya yang melapor pada sang atasan). Jumlah ini
tidak ditentukan berdasarkan teori manajemen tradisional, tetapi secara mudahnya
adalah bahwa jumlahnya harus kecil (tiga sampai tujuh). Riset terakhir menunjukkan
bahwa rentang kendali yang efektif tergantung pada banyaknya komunikasi yang
diperlukan antara atasan dengan bawahannya. Akibatnya, batas pengolahan informasi
pada manusia menjadi variabel pembatasnya.

Interaksi Manusia dalam Organisasi

Teori manajemen pada mulanya agak bersifat mekanis dalam pandangannya atas
interaksi manusia. Tujuan para anggota sebuah organisasi dianggap konsisten dengan
tujuan organisasi (atau setidaknya terlebur dengan tujuan organisasi). Para karyawan
dianggap konsisten dengan tujuan organisasi). Para karyawan dianggap menanggapi
positif terhadap wewenang dan didorong oleh imbalan keuangan. Gerakan hubungan
kemanusiaan yang dimulai dengan telaah Hawthorne yang terkenal antara tahun 1927
dan 1932 telah membentuk konsep tentang organisasi sebgai sebuah sistem sosial.
Motivasi ternyata didasari oleh lebih dari sekedar imbalan ekonomis. Kelompok
kerja, rekan sekerja dan sebagainya ternyata penting. Gaya kepemimpinan dianjurkan
yang lebih meningkatkan kepuasan pekerja dalam organisasi. Hasil-hasil riset keperilkuan
(behavioral research) tidak menunjuk kepada seperangkat tunggal prinsip tertentu, tetapi
sebagian besar riset memperlihatkan perlunya mempertimbangkan kebutuhan manusia
dalam merancang organisasi.
Motivasi adalah alasan seseorang untuk menjalankan sesuatu kegiatan. Hal ini
biasanya dijelaskan dalam istilah dorongan atau kebutuhan manusia. Kebutuhan
seseorng manusia tidak tetap. Kebutuhan ini berubah dari waktu ke waktu bersamaan
dengan tingkat karirnya, dan sementara kebutuhan tertentu mendapat lebih banyak
kepuasan.
Sebuah klasifikasi yang bermanfaat tentang kebutuhan umum manusia adalah
sebuah hirarki yang dikembangkan oleh Abraham Maslow. Ia menyebut lima kebutuhan

36
FKM - UNSRAT

dasar, tetapi kebutuhan yang lebih tinggi menjadi semakin mendesak hanya bila
kebutuhan lebih rendah telah cukup terpuaskan. Hirarki lima kebutuhan dasar manusia
menurut Abraham Maslow dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Hirarki Lima Kebutuhan Manusi menurut Maslow

Dinamika Kelompok

Dalam sebuah organisasi, seorang individu biasanya dimiliki oleh satu atau
beberapa kelompok kecil. Mereka mungkin berupa kelompok keorganisasian formal
seperti regu kerja produksi atau dapat pula berdasarkan kepentingan bersama seperti
latar belakang budaya, profesi, tujuan rekreasi (kalb bowling), atau parkir kendaraan.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kelompok kecil adalah faktor penting yang
mempengaruhi hubungan antara individu dengan organisasi.

Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang membujuk atau memotivasi


sebuah kelompok menuju pencapaian suatu tujuan atau beberapa tujuan tertentu.
Bagian ini meninjau pilihan pandangan tentang bagaimana sebuah organisasi harus
dikelola dan menguraikan teori mengenai kepemimpinan.

37
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Perencanaan dan Pengendalian

Rencana adalah satu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
Perencanaan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan guna mencapai tujuan tersebut. Bagian ini mensurvai persoalan menetapkan
tujuan dalam organisasi dan ciri tingkat-tingkat perencanaan yang berlainan.
Menetapkan Tujuan

Orang telah terbiasa tentang tujuan-tujuan sebuah organisasi seakan organisasi


adalah sesuatu yang terpisah dari para anggotanya. Seperti diungkapkan oleh Cyert dan
March, orang memiliki tujuan; tetapi satu kumpulan orang yang tidak mempunyai tujuan.
Akibatnya tujuan sebuah organisasi mewakili serangkaian kendala yang dihadapi
organisasi melalui para pesertanya. Bila organisasi dianggap sebagai gabungan individu
yang masing-masing memiliki tujuan, maka tujuan yang dikejar gabungan mewakili
kompromi antara para anggotanya. Tujuan berubah bila ada perubahan keanggotaan
gabungan dan bila ada perubahan dalam tujuan para anggota.
Kompromi tadi pada umumnya sangat terbatasi oleh struktur yang ada. Melalui
mekanisme seperti prosedur pengoperasian aturan keputusan, dan anggaran,
kesepakatan gabungan menjadi agak permanen. Para individu dalam sebuah organisasi
hanya memiliki waktu terbatas untuk proses perundingan/kompromi, sehingga hasilnya
cenderung bukan sesuatu yang baru tetapi berdasarkan keadaan atau peristiw terakhir.
Perhatian tidak dipusatkan pada semua maslah secara serempak, tetapi umumnya secara
berurutan sesuai kebutuhan. Tujuan dalam sebuah organisasi cenderung mengandung
kontradiksi, tetapi alat-alat bantu seperti kelenturan organisasi digunakan untuk
―meredam‖ keadaan tidak konsisten ini.
Tujuan perusahaan bisnis umumnya dinyatakan dalam bentuk tujuan untuk laba,
saham pasar, penjualan, sediaan barang, dan produksi. Semua ini harus dinyatakan
dalam istilah operasional. Bila tujuan tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif, maka
tujuan pengganti dapat digantikan untuk program ini. Tujuan ―membuat tempat kerja
yang nyaman‖ tidaklah operasional. ―Mengurangi pergantian karyawan menjadi 4%‖
akan lebih berarti dalam istilah operasional.
Bila sasaran-sasaran dinyatakan secara jelas dan operasional, ini akan

38
FKM - UNSRAT

membentuk landasan untuk mencapai tujuan. Bila setiap manajer membantu dalam
menyusun tujuan dan cara untuk mencapainya kemudian diukur seberapa jauh sudah
dicapai, maka perusahaan telah menggunakan apa yang disebut sebagai ―manajemen
berdasarkan sasaran‖.

Hirarki Perencanaan

Sebuah hirarki tingkat-tingkat perencanaan yang berlainan dapat dikenali


berdasarkan cakrawala perencanaan tiap tingkatan. Tiga tingkatan yang sering disebut
dalam bacaan adalah perencanaan strategis, perencanaan taktis, dan perencanaan
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.
Perencanaan strategis berhubungan dengan pertimbangan jangka panjang.
Keputusan yang harus diambil berhubungan dengan bidang usaha dalam mana
perusahaan berada, pasar tempat menjualnya, bauran produk dan seterusnya.
Perencanaan taktis (juga disebut sebagai pengendalian manajemen) berhubungan
dengan cakrawala perencanaan jangka menengah. Disini termasuk cara sumber daya
dicapai dan diatur, penstrukturan kerja, dan petugas yang dibutuhkan serta pelatihannya.
Perencanaan taktis dicerminkan dalam anggaran pengeluaran modal, rencana
penyusunan staf tiga tahunan dan seterusnya.
Perencanaan operasional berhubungan dengan keputusan untuk operasi yang
sedang berjalan. Penetapan harga, tingkat produksi, tingkat sediaan barang dan
seterusnya dicerminkan dalam sebuah rencana operasinal, misalnya sebuah anggaran
tahunan.

Pengendalian

Pengendalian adalah kegiatan mengukur penyimpangan dari prestasi yang


direncanakan dan mengerakkan tindakan korektif. Unsur-unsur dasar pengendalian
adalah :
1. Sebuah standar spesifikasi prestasi yang diharapkan. Ini berupa sebuah anggaran,
sebuah prosedur pengoperasian, sebuah algoritma/aturan keputusan dan sebagainya.
2. Sebuah pengukuran prestasi nyata

39
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

3. Sebuah perbandingan antara prestasi yang diharapkan dengan kenyataan


4. Sebuah laporan penyimpangan kepada unit pengendali, misal seorang manajer
5. Seperangkat tindakan yang dapat dilakukan olehunit pengendali (manajer) untuk
mengubah prestasi mendatang bila sekarang kurang memuaskan.
6. Dalam hal tindakan unit pengendali gagal membawa prestasi nyata yang kurang
memuaskan ke arah yang diharapkan, adanya sebuah metode untuk tingkat
perencanaan/pengendalian lebih tinggi untuk mengubah satu atau beberapa kondisi
seperti unit pengendali/manajer baru, atau revisi atas standar prestasi.

40
BA
FKM - UNSRAT

4
P
e
n
d
e
k
a
t
a
n

S
i
s
t
e

41
m m

d I
a n
n f
o
P
r
e
m
n
a
g
s
e
i
m
b K
a e
n s
g e
a h
n a
t
S
a
i
n
s
t

P
e
41
engemb
a ndakny
n a
g diselara
a skan
n dan
diintegr
S asikan
i dengan
s upaya
t menata
e kembali
m Sistem
Kesehat
I an dan
n Manaje
f men
o Kesehat
r an.
m Penataa
a n kembali
s Sistem
i Informasi
Kesehatan
K merupakan
e suatu
s tantangan dan
e pekerjaan yang
h cukup rumit.
a Tatanan Sistem
t Kesehatan
a merupakan
n kerangka dasar
yang baik
h dalam upaya
e menata
41
k Jarang
e sekali proses
m penataan
b kembali Sistem
al Informasi
i Kesehatan
Si merombak
st total Sistem
e Kesehatan
m suatu negara
I atau daerah.
n Menurut
f pengalaman,
o proses
r penataan
m kembali Sistem
a Informasi
si Kesehatan
K secara
e komprehensif
s bahkan kerap
e kali menjumpai
h kegagalan.
a Lebih baik
t penataan
a kembali Sistem
n Informasi
. Kesehatan itu
S difokuskan
e pada aspek-
p aspek yang
a kurang
n berfungsi
j dalam Sistem
a Kesehatan.
41
A m kaitannya
t dengan proses
a penataan
u kembali Sistem
di Kesehatan
r yang sedang
e berlangsung.
n
c
a
n

a
k
a
n
d
a
n
di
s
el
e
n
g
g
a
r
a
k
a
n
d
al
a

41
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang
memastikan bahwa masalah dipahami, solusi alternative dipertimbangkan dan solusi yang
dipilih bekerja.
berdasarkan sasaran, terdapat tiga jenis manajemen kesehatan yang diperlukan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yaitu manajemen pasien/klien,
manajemen unit kesehatan, dan manajemen sistem kesehatan.

Tahap dan Langkah Pendekatan Sistem

1. Usaha Persiapan
Mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah atau menyediakan orientasi
sistem. Langkah :
 Memandang perusahaan sebagai suatu sistem = menggunakan model sistem
umum perusahaan.
 Mengenali sistem lingkungan = menempatkan perusahaan sebagai suatu
sistem dalam lingkungannya.
 Mengidentifikasi subsistem perusahaan = subsistem sebagai bentuk area-area
fungsional, tingkat-tingkat manajemen sebagai subsitem, arus sumber daya
sebagai dasar membagi perusahaan menjadi subsistem.

2. Usaha Definisi
Yaitu kegiatn identifikasi masalah (suatu masalah ada atau akan ada), memahami
masalah (mempelajari untuk mencari solusi) dan pemicu masalah (sinyal umpan balik
yang menunjukkan hal-hal lebih baik atau buruk).
Langkah-langkah :
 Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem : Tiap tingkatan manajemen adalah
suatu subsistem.
Yang dilakukan oleh seorang manajer : mempelajari posisi sistem
dihubungkan dengan lingkungan, menganalisis sistem menurut subsistem-

42
FKM - UNSRAT

subsistem.
 Menganalisis bagian sistem dalam urutan tertentu. Pada saat mempelajari tiap
tingkat system, elemen-elemen sistem dianalisis secara berurutan :
o Mengevalusai standar : Standar harus sah, realistic, dimengerti,
terukur.
o Membandingkan output sistem dengan standar
o Mengevaluasi Manajemen
o Mengevaluasi pemrosesan Informasi
o Mengevaluasi input dan sumber daya input
o Mengevaluasi proses tranformasi
o Mengevaluasi sumber daya output

3. Usaha Solusi
Langkah-langkah
 Mengidentifikasi solusi alternative
Manajer harus mengidentifikasi bermacam-macam cara untuk memecahkan
permasalahan yang sama. Contoh : computer tidak dapat menangani volume
aktifitas kegiatan perusahaan, alternatifnya : menambah computer, mengganti
computer, mengganti dengan jarinagan computer.
 Mengevaluasi solusi alternative atau mempertimbangkan kerugian dan
keuntungan dari setiap alternative
 Memilih solusi terbaik atau mengambil satu alternative
 Menerapkan solusi terbaik
 Membuat tindak lanjut untuk memastikan bahwa solusi itu efektif. Manajer
harus memastikan solusi mencapai kinerja yang direncanakan.

Pemecahan Masalah

Masalah merupakan suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan


kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar biasa. Jadi pemecahan masalah
berarti tindakan memberikan respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya

43
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

atau memanfaatkan peluang keuntungannya. Oleh karena itu masalah penting untuk
dipecahkan.
Jenis-jenis masalah :
1. Masalah terstruktur; apabila terdiri dari elemen dan hubungan antar elemen yang
semuanya dipahami oleh pemecah masalah.
2. Masalah tak terstruktur; berisi elemen-elemen atau hubungan antar elemen yang
tidak dipahami oleh pemecah masalah.
3. Masalah semi terstruktur, masalah yang berisi sebagian elemen-elemen atau
hubungannya yang dimengerti oleh pemecah masalah.
Elemen-elemen pemecahan masalah dapat digambarkan seperti di bawah ini.

Gambar 4.1 Elemen-elemen pemecahan masalah

Standar menggambarkan keadaan yang diharapkan apa yang harus dicapai oleh
sistem. Informasi menggambarkan keadaan saat ini atau apa yang sedang dicapai oleh
sistem.
Perbedaan antara masalah dan gejala dimana gejala adalah kondisi yang
dihasilkan oleh masalah. Untuk memberikan ilustrasi ini, kita ambil contoh, seorang
manajer dihadapkan pada suatu gejala seperti laba yang rendah. Dalam hal ini ada
masalah penyebab laba rendah. Jadi dalam kaitan ini, masalah adalah penyebab dari
suatu persoalan, atau penyebab dari suatu peluang.

44
FKM - UNSRAT

Sistem Informasi dan Pengambilan Keputusan


Pengertian Pengambilan Keputusan

Secara etimologis kata decide berasal dari bahasa latin de yang berarti off dan
kata caedo yang berarti to cut. Hal ini berarti proses kognitif cut off sebagai tindakan
mimilih diantara beberapa alternatif kemungkinan. Ada beberapa pengertian pengambilan
keputusan menurut para ahli yaitu :
1. Max (1972), Decision Making is commanly difined as choosing from among
alernatives (pengambilan keputusan merupakan pemilihan dari beberapa alternatif).
2. Shull (1970:67) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses
kesadaran manusia terhadap fonumena individual maupun sosial berdasarkan
kejadian faktual dan nilai pemikiran, yang mencakup aktivitas perilaku pemilihan satu
atau bebrapa alternatif sebagai jalan keluar untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
3. George R Terry dalam Igbal Hasan (2002:9), Pengambilan keputusan adalah
pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada.
4. S.P Siagian dalam Iqbal Hasan (2002:10), Pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat.
Dari beberapa pengertian pengambilan keputusan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan adalah sebuah hasil dari pemecahan masalah, jawaban
dari suatu pertanyaan sebagai hukum situasi, dan merupakan pemilihan dari salah satu
alternatif-alternatif yang ada, serta pengakhiran dari proses pemikiran tentang masalah
atau problema yang dihadapi, adapun hasil dari pengambilan keputusan adalah
keputusan(decision) .
Pengambilan keputusan menurut George R. Terry dalam Iqbal Hasan (2002:6)
didasarkan pada lima (5) hal yaitu :
1. Intuisi, pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki
sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan

45
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

berdasarkan intuisi mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya


antara lain :
a. Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
b. Pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada umumnya
c. Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan tersebut sangat
berperan.
Kelemahan dari intuisi adalah :
a. Keputusan yang diambil relatif kurang baik
b. Sulit mencari alat pembandingnya sehingga sulit diukur kebenarannya
c. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2. Pengalaman, Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis karena berdasarkan pengalaman seseorang dapat
memperkirakan keadaan sesuatu serta dapat memperhitungkan untung ruginya dan
baik buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman seseorang dapat
menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja sudah
menemukan cara penyelesaiannya.
3. Fakta, pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang
sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil
keputusan dapat lebih tinggi sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat
itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang, pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pemimpin terhadap bawahannya atau orang yang lebih rendah kedudukannya.
Kelebihan dari pengambilan keputusan berdasar wewenang antara lain :
a. Kebanyakan penerimanya adalah bawahan
b. Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
c. Memiliki otentisitas (otentik)
Kelemahannya antara lain :
a. Dapat menimbulkan sifat rutinitas
b. Mengasosiasikan dengan praktek diktatotial
c. sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat
meninmbulkan kekaburan.

46
FKM - UNSRAT

5. Rasional, pada pengambilan keputusan ini keputusan yang dihasilkan bersifat


objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai
dalam batas kendala tertentu sehingga dapat dikatakan mendekatai kebenaran atau
sesuai dengan apa yang diinginkan.

Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

Masalah dan konflik terdapat di mana-mana. Beberapa di antaranya bersifat


sederhana dan deterministik, sedangkan yang lain bersifat sangat kompleks dan
probabilistik serta dapat menimbulkan pengaruh yang besar. Pengambilan keputusan
dapat bersifat rutin dan memiliki struktur tertentu atau dapat juga bersifat sangat
kompleks dan tidak berstruktur. Terdapat dua jenis pengambilan keputusan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan terprogram.
2. Pengambilan keputusan tidak terprogram.

1. Pengambilan keputusan terprogram :


Jenis pengambilan keputusan ini mengandung suatu respons otomatik terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang
bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan
jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis adalah mengetahui jenis-jenis
keputusan ini dan memberikan atau menyediakan metode-metode
untuk melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja. Agar
pengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal ini
dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu
algoritma untuk membuat keputusan rutin dan otomatik.
Dalam kebanyakan organisasi terdapat kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan
pengambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan
prosedur pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan
keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-tugas
yang lebih penting.

47
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

2. Pengambilan keputusan tidak terprogram.


Ini menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah'masalah yang tidak
jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses-
proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang dapat
didefinisikan.
Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter'parameter
yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk
menjawab masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan
keputusan, ditambah dengan bantuan sistem infofmasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan keputusan tidak terprogram dengan baik.
Perluasan fasilitas-fasilitas pabrik, pengembangan produk baru, pengolahan dan
pengiklanan kebijaksanaan-kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan
perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-
keputusan yang tidak terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh
pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan,
administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan
mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung
kepada mutu informasi yang mendasari tugas ini.
Pandangan terhadap pengambilan keputusan adalah bahwa proses ini merupakan
proses penggunaan informasi yang rasional, bukan proses yang emosional, Dalam hal ini,
kesukaran-kesukaran dalam pengambilan keputusan dapat dikaitkan kepada:
1. Informasi yang tidak cukup; dan
2. Maksud dan tujuan yang tidak dispesifikasikan secara jelas.
Pengambil keputusan mempunyai suatu cara untuk dapat memahami informasi
yang menentukan efisiensi pengolahan informasinya. Pengetahuan seseorang yang lalu
digabungkan dengan kecakapannya mengolah informasi akan menentukan
kesanggupannya untuk mengambil keputusan.

Tingkat-Tingkat Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan berkisar dari sangat rutin dan baku (terprogram) sampai

48
FKM - UNSRAT

kompleks (tidak dapat diprogram). Untuk maksud klasifikasi, maka pada dasarnya ada
tiga tingkat pengambilan keputusan.
1. Pengambilan keputusan tingkat strategis
Pengambilan keputusan strategis dicirikan oleh sejumlah besar ketidak pastian dan
berorientasi ke masa depan. Keputusan-keputusan ini menetapkan rencana jangka
panjang yang akan mempengaruhi keseluruhan organisasi. Pengambilan keputusan
tingkat strategis misalnya perluasan pabrik, penentuan produksi, penggabungan,
penggolongan, pengeluaran modal dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa strategi yang diputuskan itu berhubungan dengan perencanaan jangka
panjang dan meliputi penentuan tujuan, penentuan kebijaksanaan, pengorganisasian,
dan pencapaian keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
2. Pengambilan keputusan tingkat taktis.
Pengambilan keputusan taktis berhubungan dengan kegiatan jangka pendek dan
penentuan sumber daya untuk mencapai tujuan. Jenis pengambilan keputusan ini
berhubungan dengan bidang-bidang seperti perumusan anggaran, analisis aliran
dana, penentuan tata ruang pabrik, masalah kepegawaian, perbaikan produksi serta
penelitian dan pengembangan. Bila pengambilan keputusan strategis sebagian besar
mengandung kegiatan perencanaan yang menyeluruh, pengambilan keputusan taktis
memerlukan gabungan dari kegiatan perencanaan dan pengawasan. Jenis keputusan
ini memiliki potensi yang kecil untuk melaksanakan pengambilan keputusan
terprogram.. Untuk sebagian besar aturan-aturan keputusan dalam pengambilan
keputusan taktis tidak tersusun dan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap
kebiasaan sehari-hari dan peraturan yang mengatur sendiri.
3. Pengambilan keputusan tingkat teknis.
Pada tingkat teknis, standar-standar ditentukandan output bersifat deterministik
(sifatnya menentukan). Pengambilan keputusan teknis adalah suatu proses yang
dapat menjamin bahwa tugas-tugas spesifik dapat dilaksanakan dalam cara efektif
dan efisien. Tingkat ini lebih ditekankan pada fungsi pengawasan dan sedikit sekali
fungsi perencanaan. Pada tingkat ini pengambilan keputusan terprogram dapat
dilaksanakan. Contoh jenis pengambilan keputusan ini adalah penerimaan atau
penolakan kredit, pengendalian proses, penentuan waktu, penerimaan, pengiriman,

49
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

pengawasan inventaris dan penempatan karyawan.


Suatu tingkat pengambilan keputusan yang berlainan memerlukan jenis informasi
yang berbeda pula. Para analis harus menyadari jenis-jenis pengambilan keputusan ini di
dalam sistem informasi guna memenuhi keperluan yang berbeda-beda, karena
informasi yang akan dihasilkan tergantung kepada keperluan-keperluan ini.
Perlu diperhatikan dan dipahami secara jelas bahwa dalam prakteknya di antara
berbagai golongan pangambilan keputusan ini sering batas-batasnya kabur dan malahan
sering tumpang tindih. Walaupun garis-garis pemisahnya tidak jelas atau kabur, namun
sebagai seorang analis harus menyadari akan adanya jenisjenis pengambilan keputusan
ini dan bagaimana sistem informasi dapat dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang
berlainan, sebab informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akan tergantung kepada
kebutuhan-kebutuhan ini.
Dalam banyak organisasi, keputusan-keputusan strategis dan taktis lebih banyak
diambil berdasar intuisi, pengalaman dan kemampuan interpretasi, daripada berdasar
informasi dari sistem informasi formal.
Dalam lingkup manajemen usaha dan proyek, masalah yang muncul hampir
seluruhnya merupakan masalah yang usulan pemecahannya perlu
dipertanggungjawabkan, bahkan terkadang seluruh prosesnya perlu diungkapkan untuk
dapat diperiksa.
Hal ini menuntut penggunaan pendekatan yang bersifat formil. Sebagai contoh,
keputusan suatu perusahaan untuk mengembangkan produk tidaklah dapat dilaksanakan
secara intuitif. Seluruh tahapan perlu dipaparkan untuk meyakinkan pemegang saham,
direksi, bagian teknik, bagian produksi dan pemasaran bahwa produk baru tersebut
dapat dibuat dan memang akan menguntungkan perusahaan. Melalui pendekatan formal
semacam ini, maka keputusan tidak saja dibuat akan tetapi diungkapkan pada semua
pihak yang berkepentingan, sebagai usaha utama untuk meyakinkan pihak lain.
Pendekatan formal ini membutuhkan sistematika yang jelas, masuk akal, seluruh
tahapannya mengikuti urutan yang benar dan kesimpulan akhir merupakan hasil yang
konsisten dari seluruh proses. Informasi yang disusun secara teratur dan sistematik dan
selalu diperbaharui maka ia akan merupakan sarana pengambilan keputusan tidak lain
merupakan usaha pentransformasian. Informasi ke dalam bentuk usulan atau alternatif.

50
FKM - UNSRAT

Inti dari sistem informasi manajemen adalah penyusunan informasi secara teratur
dan sistematik mengikuti struktur organisasi dan digunakan untuk mendukung proses
pengambilan keputusan manajemen. Dalam lingkup keputusan yang bersifat rutin maka
sistem informasi manajemen merupakan alat Bantu yang sangat diperlukan karena
informasi yang terolah dengan baik dapat memberi arah pada keputusan yang baik
tinggal menambahkan faktor pertimbangan yang perlu dihasilkan oleh pengambil
keputusan.
Satu langkah yang lebih kontemporer lagi, adalah dengan memasukkan beberapa
aspek dari mekanisme keputusan ke dalam sistem informasi manajemen tersebut,
sehingga pengambil keputusan pada dasarnya hanyalah tinggal memilih saja.

Peranan Sistem Informasi dalam Pengambilan Keputusan

Setiap manajer akan menghadapi masalah dan situasi yang berbeda. Perbedaan
ini akan membuat seorang akan memilih jenis keputusan yang berbeda sesuai dengan
masalah dan situasi yang dihadapinya. Handoko (2003) membagi dua jenis keputusan.
Ada yang yang disebut keputusan yang diprogram (programmed decisions) yaitu
keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur, dan dilakukan
berulang-ulang. Sementara itu ada pula keputusan-keputusan yang tidak diprogram
(non-programmed), yaitu keputusan berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas,
atau tidak biasa. Pada jenis keputusan ini seorang pengambil keputusan perlu
mempertimbangkan keputusan dengan mencari banyak informasi yang relevan dengan
masalahnya.
Selama kurang lebih tiga dekade terakhir telah terjadi perkembangan informasi
secara pesat. Bentuk informasi kini ditemukan sangat bervariasi. Dulu orang hanya
mengenal informasi dalam bentuk lisan dan tulisan. Namun sejak tahun 1975 sudah
mulai diperkenalkan informasi dalam bentuk elektronik (Verhoeven, 1999). Dalam sektor
kesehatan, informasi ditemukan dalam bentuk yang sangat beragam. Sejumlah besar
jurnal dan artikel menjamur di setiap bagian. Belum lagi informasi yang bisa didapat dari
pertemuan ilmiah yang sering dilakukan oleh profesional. Kemajuan teknologi di sektor
kesehatan juga membuat informasi dapat diakses dengan media elektronik, sehingga

51
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

para pengguna informasi menjadi semakin dekat dengan isu terkini.


Sorian and Baugh (2002) melakukan sebuah penelitian pada para pengambil
kebijakan di sektor kesehatan Amerika. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa para
pekerja yang lebih muda menyukai informasi dalam bentuk elektronik, sementara pekerja
yang lebih tua menyukai informasi dalam bentuk kertas. Para profesional di kantor
pemerintah lebih memilih informasi dari sumber yang dapat dipercaya, dan menurut
mereka karyawan kantor pemerintah adalah kunci dari sumber data dan informasi.
Format dari informasi juga penting bagi para responden. Mereka lebih memilih informasi
dengan paragraf yang pendek dan format dalam bentuk diagram atau tabel yang lebih
memudahkan mereka membuat kesimpulan dan keputusan.
Pemilihan media informasi yang dipercaya akan berbeda pada setiap individu.
Informasi dalam bentuk elektronik dirasa canggih dan memudahkan untuk sebagian
orang, namun juga masih jarang digunakan. Hal ini disebabkan karena pengguna
kesulitan mencari kata kunci untuk informasi yang dibutuhkan, atau karena tidak bisa
menggunakan alat tersebut secara teknis.
Dalam kehidupan seorang manajer, pengambilan keputusan menjadi hal yang
sangat penting dan kerap dilakukan. Fungsinya akan semakin penting bila itu berkaitan
dengan perencanaan jangka panjang atau sebuah keputusan investasi. Parker (1989)
memberikan gambaran perbedaan level manajemen. Dimana setiap level memiliki
tanggung jawab yang berbeda sehingga jenis keputusan yang akan diambil pun akan
berbeda.
Upper-level management : bertanggung jawab dalam mengarahkan masa depan
organisasinya. Level ini lebih berkonsentrasi pada perencanaan strategik, menetapkan
tujuan, serta merencanakan rencana jangka panjang organisasi.
Middle-level management : mengurus perencanaan taktis organisasinya,
memastikan karyawan telah mengerjakan pekerjaanya dengan maksimal, serta
mengontrolnya.
Lower-level management : mengerjakan rencana yang sudah ditargetkan oleh
level atasnya.

52
FKM - UNSRAT

Gambar 4.2. Tingkat Manajemen (Parker,1989)

Pengambilan keputusan melalui sebuah proses. Sementara itu ada beragam


model proses pengambilan keputusan. Dalam gambar 4.3, Sauerborn, (2000)
menggambarkan model pengambilan keputusan yang dimulai dari pengumpulan sumber-
sumber yang akan memberikan data-data melalui prosedur tertentu. Data tersebut
kemudian harus ditransformasikan menjadi sebuah informasi. Selanjutnya informasi ini
kemudian digunakan dalam pembuatan keputusan.

Gambar 4.3. Idealized relationship between data, decisions, resourches, and programmes
(Sauerborn,2000)
Model lain lagi yang disebut The Knowledge-driven model oleh Van Lohuizen
(1986). Langkah pertama dari proses pengambilan keputusan adalah mengumpulkan
data. Melalui sebuah proses seleksi dan reduksi data tersebut akan menjadi informasi.

53
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Pemrosesan dan analisis terhadap informasi akan menghasilkan pengetahuan yang baru.
Pengetahuan ini selanjutnya diproses untuk memberikan pengertian yang mendalam.
Setelah melewati proses justifikasi kemudian pengertian dapat memberikan arti dalam
pembuatan keputusan.

Gambar 4.4. The Knowledge-driven Model of Decision-making (Van Lohuizen, 1986)

Proses pembuatan keputusan model klasik oleh Lasswell (1975)


mengidentifikasikan tujuh langkah yang dimulai dari adanya masalah. Model ini
menekankan pada kebutuhan mendesak yang harus diselesaikan dalam masalah yang
dihadapi. Kebutuhan ini dimasukkan dalam daftar. Lalu dipilih perkiraan-perkiraan solusi.
Setelah dipertimbangkan keuntungan dan kerugian dari pilihan-pilihan tersebut maka
selanjutnya dipilih yang terbaik. Pilihan tersebut kemudian dilakukan, dimonitor,
kemudian dievaluasi.

Gambar 4.5. The Classical Model of the Decision-making Process (Lasswell,1975)

Beberapa model yang digambarkan di atas hanya sebagian dari model


pengambilan keputusan yang dapat diadopsi oleh seorang pengambil keputusan. Pada

54
FKM - UNSRAT

kenyataannya yang ditemukan seringkali tidak sesederhana bahwa ketika masalah


datang dan banyak informasi dikumpulkan kemudian masalah dapat terpecahkan. Banyak
hal dapat mempengaruhi proses pembuatan keputusan. Seorang Manajer ketika
mengambil sebuah keputusan mungkin perlu mempertimbangkan kepentingan pemberi
dana bagi institusi/perusahaannya, komunitas di sekitarnya, atau pendapat profesional
lain. Seorang manajer mungkin kadang juga perlu berkaca pada pengalaman masa lalu
sebelum mengambil keputusan. Lain lagi dengan seorang manajer institusi pemerintah
yang banyak dipengaruhi oleh kepentingan politik dalam mengambil keputusan. Beragam
pengaruh tersebut dapat menjadi masalah sekaligus tantangan yang menarik bagi
pengambil keputusan.
Dukungan sistem informasi manajemen pada pembuatan keputusan dalam suatu
organisasi dapat diuraikan menurut tiga tahapan, proses pembuatan keputusan, yaitu
pemahaman, perancangan (design), dan pemilihan. Dukungan SIM biasanya melibatkan
pengolahan, file komputer maupun non komputer.
Pada tahap pemahaman hubungannya dengan SIM adalah pada proses
penyelidikan yang meliputi pemeriksaan data baik dengan cara yang telah ditentukan
maupun dengan cara khusus. SIM harus memberikan kedua cara tersebut. Sistem
Informasi sendiri harus meneliti semua data dan mengajukan permintaan untuk diuji
mengenai situasi-situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi
harus menyediakan saluran komunikasi untuk masalah-masalah yang diketahui dengan
jelas agar disampaikan kepada organisasi tingkat atas sehingga masalah-masalah
tersebut dapat ditangani. Pada tahap ini juga perlu ditetapkan kemungkinan-
kemungkinannya. Dukungan SIM memerlukan suatu data base dengan data masyarakat,
saingan dan intern ditambah metode untuk penelusuran dan penemuan masalah-
masalah.
Pada tahap perancangan (design), kaitannya dengan SIM adalah membuat
model-model keputusan untuk diolah berdasarkan data yang ada serta memprakarsai
pemecahan-pemecahan alternatif. Model-model yang tersedia harus membantu
menganalisis alternatif-altematif. Dukungan SIM terdiri dari perangkat lunak statistika
serta perangkat lunak pembuatan model lainnya. Hal ini melibatkan pendekatan
terstruktur, manipulasi model, dan sistem pencarian kembali data base.

55
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Pada tahap pemilihan, SIM menjadi paling efektif apabila hasil-hasil perancangan
disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan keputusan. Apabila telah
dilakukan pemilihan, maka peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk
umpan balik dan penilaian kemudian.
Dukungan SIM pada tahap pemilihan adalah memilih berbagai model keputusan
melakukan analisis kepekaan (analisis sensitivitas) serta menentukan prosedur pemilihan.
Dukungan SIM untuk pembuatan keputusan terdiri dari suatu database yang lengkap,
kemampuan pencarian kembali database, perangkat lunak statistika dan analitik liainnya,
serta suatu dasar model yang berisi perangkat lunak pembuatan model-model keputusan.
Pada dasarnya peranan SIM tersebut pada proses pemahaman, .yang
menyangkut penelitian lingkungan untuk kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan.
Istilah pemahaman di sini mempunyai arti sama dengan pengenalan masalah. Kemudian
pada proses perancangan serta pada prosed pemilihan.
Sering orang menyatakan bahwa komputer akan mengambil keputusan, ini
merupakan suatu pemyataan yang salah kaprah dan tidak mengetahui letak peranan
komputer serta bagaimana suatu proses pengambilan keputusan dilakukan. Keputusan
sebenarnya hanya dapat diambil atau dilakukan oleh manusia.
Oleh karena itu, manusia pengambil keputusan harus selalu menjadi bagian dari
suatu pemilihan. Suatu algoritma keputusan, suatu aturan keputusan atau suatu program
komputer hanya membantu dengan memberikan dasar untuk suatu keputusan, akan
tetapi pemilihan keputusan dilakukan oleh seorang manusia. Pernyataan komputer
mengambil keputusan pada umumnya didasarkan atas anggapan bahwa beberapa
keputusan dapat diprogramkan, sedangkan keputusan-keputusan yang lain tidak. Hal ini
mengingatkan bahwa klasifikasi tentang keputusan terprogram dan tidak terprogram
sangat penting untuk perancangan SIM. Ada suatu kecenderungan di antara para
perancang SIM untuk beranggapan, bahwa suatu database (pusat data) saja akan
banyak memperbaiki pengambilan keputusan. Pandangan demikian sebenarnya telah
mengabaikan akan adanya tiga unsur dalam pengambilan keputusan yang berperan
penting, yaitu; data, model atau prosedur keputusan, dan pengambil keputusan, itu
sendiri. Oleh karena itu pengambilan keputusan dapat diperbaiki dengan data yang lebih
baik, model keputusan yang lebih baik, atau pengambil keputusan yang lebih baik (lebih

56
FKM - UNSRAT

terlatih, lebih banyak pengalaman, dan sebagainya).


Pada dasarnya, suatu sistem informasi memiliki sifat yang hampir sama dengan
sistem produksi yang mengkonversikan bahan baku menjadi produk yang mungkin
langsung digunakan oleh konsumen atau menjadi bahan baku untuk fase
konversi berikutnya. Sistem informasi mengkonversi data kasar menjadi suatu laporan
yang dapat dipakai atau menjadi input untuk proses lanjutan.
Banyak manajemen yang tidak puas dengan sistem informasi mereka dan secara
tajam langsung menyalahkan sistem komputer. Tiga alasan yang dapat menimbulkan hal
ini adalah:
1. Besarnya harapan yang tidak terpenuhi.
2. Tidak tepatnya analisis sistem
3. Sindroma komputer yaitu anggapan bahwa komputer mampu menanggulangi segala
kelemahan manajemen.
Komputer hanya dapat dimanfaatkan bila telah dianalisis berdasarkan
perbandingan biaya dengan efektifitasnya dan digunakan secara layak. Keunggulan
komputer sebagai suatu alat terletak di dalam kemampuannya mengolah data yang
banyak dan kompleks serta melakukan perhiturgan-perhitungan yang rumit dalam waktu
yang singkat.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kemauan orang-orang di dalam
manajemen untuk bersikap terbuka dalam menyampaikan masalah-masalah yang ingin
dibantu pemecahannya dengan menggunakan komputer.

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem baru untuk


menggantikan sistem lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Sistem lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu:
1. Adanya permasalahan pada sistem lama, berupa:
a. Adanya gangguan dalam sistem lama menyebabkan sistem tersebut tidak

57
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan


b. Pertumbuhan organisasi yang menyebabkan harus disusunnya sistem baru
2. Untuk memperoleh peluang
Perkembangan teknologi informasi yang cepat memberikan kemungkinan
peningkatan penyediaan informasi yang dapat mendukung dalam proses pengambilan
keputusan manajemen.

3. Adanya instruksi
Penyusunan sistem baru dapat terjadi karena adanya instruksi atasan, misalnya
Peraturan Pemerintah.
Jika sistem baru sudah terbentuk maka diharapkan akan terjadi peningkatan sistem
tersebut yang meliputi:
 Kinerja, yang dapat diukur dari beban kerja dan waktu respon. Beban kerja
adalah jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan pada saat tertentu. Waktu
respon adalah rata-rata waktu yang tertunda diantara dua transaksi atau
pekerjaan ditambah dengan waktu respon untuk menanggapi pekerjaan
tersebut.
 Informasi, terjadi peningkatan kualitas informasi yang disajikan.
 Ekonomis, terjadi peningkatan manfaat atau keuntungan atau penghematan
biaya.
 Pengendalian, terjadi peningkatan pada pengendalian untuk mendeteksi dan
memperbaiki kesalahan serta kecurangan yang terjadi.
 Efisiensi, terjadi peningkatan efisiensi operasi yang dapat diukur dengan cara
keluaran dibagi masukan.
 Pelayanan, terjadi peningkatan pelayanan yang diberikan oleh sistem.
Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan, mulai sistem itu
direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara.
Bila operasi sistem yang dikembangkan masih terjadi permasalahan kritis tidak teratasi
dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan lagi suatu sistem untuk
mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap yang pertama, yaitu tahap perencanaan
sistem. Siklus ini disebut dengan siklus hidup pengembangan sistem. Siklus hidup

58
FKM - UNSRAT

pengembangan sistem merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan


tahapan utama dan langkah-langkah dalam proses pengembangannya.
Tahapan utama siklus hidup pengembangan sistem terdiri dari:
1. Perencanaan sistem 12,15
Perencanaan sistem yang terdiri dari estimasi kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga
kerja dan dana yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan sistem serta
untuk mendukung operasionalisasi setelah diterapkan. Pada tahap ini dilakukan
penilaian kelayakan sistem baik secara teknis, ekonomi dan organisasi.

2. Analisis sistem 12,15


Langkah-langkah pada analisis sistem hampir sama dengan yang dilakukan dalam
mendefinisikan proyek-proyek sistem pada tahap perencanaan. Perbedaannya
terletak dalam ruang lingkup tugasnya. Pada analisis sistem, ruang lingkup tugasnya
lebih terinci yaitu dilakukan penelitian terinci sedangkan pada tahap perencanaan
sifatnya hanya penelitian pendahuluan. Langkah-langkah dasar yang harus dilakukan
adalah:
 Mengidentifikasi masalah pada sistem lama
 Memahami kerja sistem lama
 Menganalisis sistem lama
 Membuat laporan hasil analisis
3. Desain sistem 12,15
Tahap ini mempunyai dua tujuan utama yaitu:
Untuk memenuhi kebutuhan pada pemakai sistem
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada
pemrogram komputer yang terlibat.
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
 Merancang pemodelan sistem yaitu model fisik dan logik dengan
menggunakan sistem bagan alir.
 Merancang model pemasukan data atau komponen masukan pada sistem
 Merancang tampilan keluaran dan laporan sistem
 Merancang basis data sistem

59
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

 Merancang tampilan menu sistem


 Merancang teknologi sistem
 Merancang pengendalian system
4. Pelaksanaan sistem 12,15
Tahap implementasi sistem merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk
dioperasikan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan ini
adalah:
 Pemrograman atau pengkodean sistem
 Pengujian sistem
 Dokumentasi
 Pemilihan dan pelatihan personil
 Pemilihan tempat dan instalasi perangkat keras dan perangkat lunak
 Penggantian Sistem
5. Perawatan sistem 12,15
Setelah sistem terpasang, maka sistem tersebut harus dipertahankan. Pemeliharaan
sistem diadakan karena dua alasan. Pertama, untuk memperbaiki kesalahan dalam
perangkat lunak. Alasan kedua adalah untuk meningkatkan kemampuan perangkat
lunak dalam merespons perubahan kebutuhan-kebutuhan organisasi.

Konsep Dasar Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

Berdasarkan manual pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan


yang dikeluarkan WHO (2004), tahap-tahap pengembangan sistem informasi kesehatan
adalah sebagai berikut:
1. Peninjauan kembali sistem yang sudah ada.
Prinsip: jangan hapus atau tinggalkan sistem yang sudah ada; bangun kekuatan dan
belajar dari kelemahan-kelemahan yang ada.
Langkah-langkah:
a. Buat inventarisasi format-format, buku register dan alat lainnya yang digunakan
untuk mencatat dan meringkas data pada setiap tingkat.
b. Menyelidiki kualitas data yang dikumpulkan menggunakan format yang ada pada
setiap tingkat. Aspek-aspek yang diselidiki adalah:

60
FKM - UNSRAT

 Keakuratan
 Kelengkapan
 Ketepatan
 Ketepatan waktu
c. Tentukan masalah yang dihadapi dengan sistem pengumpulan data yang ada
pada setiap tingkat, termasuk waktu dan alur informasi.
d. Tentukan keadaan komponen lain sistem yang ada sekarang seperti:
 Pengolahan data
 Analisis data
 Desiminasi data
 Persediaan dan logistik
 Pengembangan petugas
 Koordinasi, kerjasama dan komunikasi dengan dan antara unit-unit pada
Kementerian Kesehatan dan organisasi-organisasi lain di luar kementerian.
e. Identifikasi aspek-aspek sistem yang dibutuhkan untuk:
 Tetap ada
 Diubah
 Dihapus
f. Buatlah ringkasan hasil pengkajian dalam laporan resmi.
g. Diskusikan hasil kajian dengan pengambil kebijakan yang tepat
2. Menetapkan kebutuhan data dari unit yang sesuai dengan sistem kesehatan
Prinsip:
a. Tingkat administrasi yang berbeda dalam sistem kesehatan mempunyai peran
yang berbeda sehingga memiliki kebutuhan data yang berbeda
b. Tidak semua data yang dibutuhkan dihasilkan melalui sistem pengumpulan data
rutin. Data yang jarang dibutuhkan atau yang hanya diperlukan oleh beberapa
orang dapat dihasilkan melalui penelitian khusus atau survey sampel.
Langkah-langkah:
a. Tentukan peran/fungsi dari tiap-tiap tingkat, untuk setiap program-program pokok. Umumnya
sebagai berikut:
Tingkat Administratif Fungsi
Desa Penemuan kasus, pelayanan kesehatan
Kabupaten Pengawasan dan Supervisi
Propinsi Perencanaan program, evaluasi

61
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Nasional Perumusan Kebijakan

b. Identifikasi indikator yang dibutuhkan dari setiap tingkat untuk melaksanakan


fungsinya. Perlu diingat bahwa beberapa tingkat, terutama tingkat adminstrasi
yang lebih tinggi membutuhkan data yang berasal dari kementerian atau bidang
lainnya yang berhubungan dengan sektor kesehatan.
c. Tentukan rumus dan identifikasi variabel atau elemen data yang dibutuhkan untuk
menghitung indikator-indikator.
d. Tentukan sumber dari elemen-elemen data yang berbeda yang dibutuhkan baik
untuk pembilang dan penyebut dari setiap indikator. Sumber utama dapat
berupa:
 Data rutin yang dihasilkan dari sistem informasi kesehatan kementerian
kesehatan
 Penelitian khusus dan survey yang dilaksanakan oleh Kementerian
kesehatan sesuai kebutuhan
 Sistem informasi lainnya yang berhubungan dengan kesehatan dibawah
tanggung jawab para agen atau institusi lainnya (contohnya: sistem
registrasi vital yang biasanya dibawah BPS dan data gizi yang dikumpulkan
oleh Kementrian Pertanian).
3. Menentukan alur data yang paling tepat dan efektif.
Prinsip:
a. Tidak semua data yang dikumpulkan pada tingkat tertentu disampaikan ke tingkat
yang lebih tinggi.
b. Data yang paling rinci harus disimpan pada sumbernya dan laporan yang
diperlukan untuk tingkat yang lebih tinggi hanya minimal.
Langkah-langkah:
a. Tentukan data apa yang akan dilaporkan dan kepada siapa. Hal ini mencakup:
 Identifikasi variabel/indikator yang dibutuhkan untuk dilaporkan pada
tingkat yang lebih tinggi
 Identifikasi unit yang paling tepat dan pejabat yang akan disampaikan
laporannya.
Faktor utama yang menentukan dari langkah ini adalah fungsi dari kantor
dan/atau orang yang akann disampaikan data tersebut dalam hubungannya
dengan informasi yang dihasilkan dan penggunaan informasi tersebut.

62
FKM - UNSRAT

b. Tentukan frekkwensi pelaporan pada setiap tingkat, dengan mempertimbangkan


faktor-fakto berikut:
 Kebutuhan dari setiap tingkat
 Seberapa umum kejadian yang diamati
Laporan akan kejadian yang jarang atau yang jarang dibutuhkan (seperti jumlah
kampanye imunisasi di desa) dapat dilaporkan tiap 4 bulan atau tiap semester
daripada bulanan.
c. Tentukan bentuk format data yang akan dilaporkan pada setiap tingkat.
 Bentuk data mentah atau ringkas.
 Bentuk cetakan atau file elektronik.
d. Buatlah diagram alur (flow chart) yang menunjukkan alur informasi dari perifer ke
tingkat yang lebih tinggi. Contohnya dapat ditunjukkan pada gambar 5.1.
4. Merancang alat pengumpulan dan pelaporan data.
Prinsip:
a. Kemampuan petugas dalam mengisi format harus diperhatikan.
b. Alat pengumpulan dan pelaporan data yang paling efektif adalah sederhana dan
singkat.
Langkah-langkah:
a. Buat rancangan awal dari setiap format yang dibutuhkan, gunakan sebagai
petunjuk daftar indikator yang digunakan unt uk program. Langkah ini
memerlukan modifikasi format yang sudah ada ataupun membuat format baru.
b. Bandingkan rancangan awal format yang dibuat dengan daftar indikator untuk
meyakinkan bahwa data yang dibutuhkan dapat dihasilkan dari format tersebut.
c. Presentasikan rancangan awal format kepada petugas yang sesuai dan diskusikan
dengan mereka aspek-aspek format baru berikut ini:
 Bagaimana perbandingannya dengan format lama ?
 Apa keuntungan dan kerugian format baru ?
 Perubahan apa yang dibutuhkan pada format baru untuk meningkatkan
keuntungan dan meminimalisasi kerugian.
 Untuk negara-negara yang mempunyai banyak dialek, penting untuk
menerjemahkan format ke dalam dialek utama yang digunakan di daerah.
d. Siapkan rancangan buku panduan pengisian format baru tersebut.
e. Uji coba penggunaan format baru sesuai dengan buku panduan.
f. Kaji hasil uji coba.

63
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

g. Modifikasi format dan buku panduan berdasarkan hasil uji coba.


5. Mengembangkan prosedur dan mekanisme pengolahan data.
Prinsip:
a. Cara data SIK diolah harus konsisten dengan tujuan pengumpulan data dan
rencana analisis dan penggunan data.
Langkah-langkah:
a. Kaji keuntungan dan kerugian pengolahan manual dibandingkan dengan
menggunakan komputer, dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini:
 Biaya
 Ketersediaan petugas dengan latar belakang/tingkat teknis ahli untuk
menggunakan sistem komputerisasi; terutama keahlian perangkat lunak
petugas pada level paling bawah dimana komputer akan digunakan.
 Ketersediaan dukungan teknis jika terjadi kerusakan perangkat keras.
b. Jika sistem komputerisasi digunakan, tentukan tingkat paling bawah dimana
komputer digunakan untuk mengolah data. Diantara yang penting yang
dipertimbangkan dalam memilih tingkat ini adalah ketersediaan petugas terlatih
untuk pemeliharaan sistem.
c. Tentukan spesifikasi pengembangan perangkat lunak, dikonsultasikan dengan
pengguna data pada tingkat yang berbeda. Aspek-aspek penting yang harus
dipertimbangkan adalah:
 Laporan ringkas secara rutin dihasilkan
 Mekanisme/pemeriksaan kontrol kualitas data harus menjadi bagian dari
perangkat lunak tersebut.
 Kebutuhan analisis data dari pengguna data.
d. Kembangkan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk pengolahan data pada
setiap tingkat dimana komputer digunakan, berdasarkan spesifikasi yang
diperlukan. Juga mungkin dapat dilakukan perangkat lunak yang dirancang
menghasilkan keluaran yang mirip dengan SIK yang sudah ada, hanya
membutuhkan sedikit penyesuaian dari perangkat lunak tersebut. Keputusan
selanjutnya diambil apakah mengembangkan perangkat lunak yang baru atau
yang sudah ada tetapi dimodifikasi.
e. Uji coba perangkat lunak tersebut, perhatikan:
 Identifikasi cacat perangkat lunak
 Kemampuan perangkat lunak menghasilkan data yang diinginkan

64
FKM - UNSRAT

 Kemampuan petugas menggunakannya.


f. Buat dan uji coba buku panduan perangkat lunak tersebut.
g. Rancang program pelatihan untuk melatih petugas dalam menggunakan
perangkat lunak tersebut.
6. Mengembangkan dan melaksanakan program pelatihan penyedia data dan pengguna
data.
Prinsip:
a. Program pelatihan harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan tingkat kelompok
sasaran.
Langkah-langkah:
a. Lakukan kajian kebutuhan pelatihan untuk penyedia dan pengguna data. Empat
jenis pelatihan yang biasanya dilakukan. Diantaranya:
 Pelatihan bagi pelatih
 Pelatihan bagi penyedia data pada tingkat perifer tentang cara pengisian
format
 Pelatihan operator komputer dalam penggunaan perangkat lunak dan
perangkat keras.
 Pelatihan petugas pada tingkat yang berbeda tentang penggunaan data.
Kajian kebutuhan yang terpisah harus dilakukan dari tiap jenis pelatihan.
Variabel-variabel yang harus dikumpulkan pada kajian kebutuhan pelatihan adalah
sebagai berikut:
 Fungsi-fungsi dasar dari setiap petugas yang berhubungan dengan SIK
 Peningkatan dari pelatihan sebelumnya pada kinerja fungsi tersebut
 Kapan pelatihan diterima
 Ketepatan pelatihan sebelumnya yang dapat meningkatkan kinerja fungsi
yang diharapkan
 Keinginan terhadap area pelatihan
b. Kembangkan kurikulum dari setiap jenis pelatihan, berdasarkan hasil kajian
kebutuhan pelatihan. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
 Kelompok sasaran (untuk siapa?)
 Isi (Apa ?)
 Strategi (Bagaimana ?)
 Lamanya (Berapa lama ?) – menunjukkan total lamanya program pelatihan

65
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

sesuai alokasi waktu dari setiap topik dalam pelatihan.


Keluaran dari langkah ini adalah silabus kursus dari setiap program pelatihan yang
akan dilakukan.
c. Susun materi pelatihan. Materi pelatihan berikut yang diusulkan:

Jenis Pelatihan Materi Pelatihan Isi


Pelatihan Penyedia Kamus Data Daftar indikator, rumus, definisi,
Data sumber data
Panduan untuk Pe- Panduan pengisian format
nyedia Data
Pelatihan pengguna Panduan untuk peng- Analisis, interpretasi dan peng-
data guna data gunaan data,
Pelatihan operator Panduan penggunaan Panduan rinci (dengan contoh)
komputer perangkat lunak penggunaan perangkat lunak;
komputer troubleshooting
Pelatihan bagi Panduan pelatih Panduan tentang bagaimana
Pelatih melaksanakan program pelatihan
untuk penyedia data dan
pengguna data; strategi pelatihan,
petunjuk penggunaan panduan
untuk pengguna data dan
penyedia data.

Peserta pelatihan bagi pelatih (TOT) harus diberikan salinan kamus data, panduan
bagi penyedia data dan panduan bagi pengguna data.
d. Perbanyak materi pelatihan. Karena ada peluang beberapa perubahan pada
format, stuktur dan isi materi pelatihan harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi,
maka jumlah salinan yang diperbanyak harus dibatasi.
e. Rumuskan rancangan evaluasi program pelatihan. Ini penting untuk menentukan
kegiatan pelatihan yang dilaksanakan, karena sebagian besar rancangan evaluasi
memerlukan data dasar tingkat pengetahuan peserta.
f. Identifikasi peserta yang paling tepat untuk setiap jenis pelatihan berdasarkan
tugas dan tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan menghasilkan,
mengelola dan menggunakan data.

66
FKM - UNSRAT

Strategi yang efisien yang digunakan adalah mengidentifikasi dan melatih


petugas. Jika strategi ini digunakan, penting untuk mempertimbangkan distribusi
geografis peserta pelatihan bagi pelatih (TOT).
g. Lakukan pelatihan bagi penyedia data.
h. Lakukan pelatihan bagi pengguna data. Ini biasanya dilaksanakan setelah data
yang cukup dari SIK telah terkumpul sebagai contoh selama pelatihan.
i. Evaluasi program pelatihan, termasuk materi pelatihan yang digunakan.
7. Uji coba sistem dan jika perlu, merancang ulang sistem pengumpulan data, alur data,
pengolahan data dan penggunaan data.
Prinsip:
a. Sistem harus diuji cobakan pada kondisi sebisa mungkin yang menggambarkan
keadaan yang sebenarnya biasa terjadi selama pelaksanaannya.
Langkah-langkah:
a. Siapkan petunjuk untuk uji coba sistem. Ini mencakup pertanyaan-pertanyaan
berikut:
 Dimana ? pemilihan tempat uji coba akan dilaksanakan. Dibutuhkan
pengembangan kriteria pemilihan tempat uji coba. Ini termasuk faktor
teknis seperti tingkat keahlian atau kualifikasi dari petugas pada daerah
tersebut, atau pertimbangan praktis seperti dekatnya area, adanya
dukungan infrastruktur atau tingkat kerjasama petugas.
 Siapa ? Siapa yang mengikuti uji coba ? ini penting untuk tipe penyedia
data dan pengguna data yang berbeda yang berparisipasi pada uji coba.
 Apa ? Apa tujuan khusus dari uji coba ? Terutama, aspek-aspek apa dari
SIK yang diuji coba ? Apakah tujuan-tujuan yang berbeda harus diambil
untuk mencapai tujuan tersebut ?
 Bagaimana ? Alat dan cara apa dari pengumpulan data yang digunakan
untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan secara sistematis agar ujicoba
format efektif ?
 Berapa lama ? Untuk berapa lama uji coba akan dilaksanakan ?
b. Berikan orientasi bagi petugas yang terlibat dalam uji coba sistem.
 Sampaikan kepada mereka tujuan dan prosedur uji coba.
 Latih pengguna data dan penyedia data pada area uji coba pada sistem
yang baru.
c. Laksanakan kegiatan uji coba.

67
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

d. Buat laporan hasil uji coba.


e. Rumuskan rekomendasi, berdasarkan hasil uji coba.
8. Mengawasi dan menilai sistem
Prinsip:
a. Tujuan pengawasan dan penilaian tidak dititikberatkan pada apa yang salah dan
sanksinya; tetapi lebih kepada aspek-aspek positif sistem yang membuatnya
bekerja dan mengidentifikasi ketika terjadi kesalahan sebagai dasar perbaikan
sistem.
Langkah-langkah:
a. Susun rencana pengawasan dan penilaian sistematis dari sistem.
 Apa yang akan diawasi dan dinilai ?
 Bagaimana akan dilakukan pengawasan dan penilaian ?
 Siapa yang akan melakukan ?
 Seberapa sering akan dilakukan ?
 Bagaimana hasilnya didesiminasi secara sistematis ?
 Bagaimana tindakan yang dihasil dari hasil evaluasi dilakukan ?
b. Identifikasi sumber daya yang dibutuhkan dalam melaksanakan rencana
pengawasan dan penilaian.
c. Prioritaskan kegiatan-kegiatan berdasarkan ketersediaan sumber daya yang
dibutuhkan.
d. Laksanakan rencana pengawasan dan penilaian.
e. Dokumentasi dan diseminasi hasil kegiatan pengawasan dan penilaian.
f. Buat rekomendasi berdasarkan hasil kegiatan pengawasan dan penilaian.
9. Mengembangkan desiminasi data dan mekanisme umpan balik.
Prinsip:
a. Cara yang efektif memotivasi prosedur data adalah melakukan secara tetap
umpan balik positif maupun negatif dari keadaan data yang dihasilkan petugas.
Langkah-langkah:
a. Tentukan cara yang paling efektif dan efisien untuk desiminasi data yang
dihasilkan dari SIK dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
 Kepada siapa data harus didesiminasi ? kebutuhan kelompok sasaran perlu
dipertimbangkan.
 Apa yang seharusnya didesiminasi ? Ini tidak hanya mencakup keluaran
SIK, tetapi juga umpan balik kepada siapa yang menggunakan informasi

68
FKM - UNSRAT

dan apakah/bagaimana mereka menggunakannya.


 Seberapa sering data didesiminasi kepada kelompok sasaran yang
berbeda?
 Dalam bentuk format apa data didesiminasi kepada setiap kelompok
sasaran yang berbeda ? Seluruh cakupan format dan tempat desiminasi
data harus dipertimbangkan.
b. Identifikasi tenaga, dana dan sumber daya lain untuk melaksanakan rencana
desiminasi data.
c. Prioritaskan cara yang berbeda desiminasi data untuk dipakai berdasarkan
kebutuhan dan ketersediaan sumber daya.
d. Laksanakan kegiatan desiminasi data.
e. Kembangkan dan terapkan sebuah sistem pengawasan dan penilaian kegiatan
desiminasi dan umpan balik yang dilakukan. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
 Cakupan- seberapa luas materi diikuti sasaran pendengar.
 Efek dari sistem umpan balik bagi petugas.
 Derajat penggunaan oleh sasaran pendengar- apakah mereka benar
menggunakan data yang disampaikan dengan menggunakan materi yang
telah disiapkan secara berbeda.
10. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan.
Prinsip:
a. Pengembangan SIK biasanya berkembang menurut waktu. Ini merupakan usaha
yang dinamis ketika manajer dan petugas bekerja keras untuk tetap maju.
Langkah-langkah:
a. Tinjau ulang hasil kegiatan pengawasan dan penilaian yang dilaksanakan
terhadap SIK pada tahun berjalan.
b. Identifikasi aspek-aspek dari SIK yang membutuhkan pengembangan lanjut untuk
memfasilitasi fungsi utama sistem. Pertanyaan dasar harus dijawab adalah ‖
Kemana kita pergi selanjutnya ? Aspek-aspek yang mungkin perlu diperhatikan
adalah:
 Peningkatan dan institusionalisasi prosedur untuk memastikan kontrol
kualitas data.
 Tingkatkan kapasitas untuk melaksanakan penelitian khusus dan survey
sampel.

69
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

 Tetapkan mekanisme koordinasi untuk penggunaan horisontal data yang


dihasilkan dari program vertikal.
 Kembangkan strategi untuk menciptakan dan/atau mendukung petugas
ada tingkat yang berbeda agar menggunakan data untuk perencanaan,
pengelolaan dan penilaian program.
 Tingkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program yang terlibat dalam
aspek-aspek yang berbeda dari SIK.
 Padukan dan koordinasikan inisiatif-inisiatif sektor dan organisasi donor
yang terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan SIK.
c. Identifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk menerapkan pilihan-pilihan yang
berbeda dalam peningkatan SIK. Ini mencakup jenis-jenis sumber daya khusus
dari setiap kegiatan perluasan yang direncanakan; kebutuhan pembiayaan (jika
ada); dan sumer dukungan yang diinginkan untuk setiap jenis sumber daya yang
dibutuhkan.
d. Prioritaskan pilihan yang berbeda berdasarkan derajat dan urgensi kebutuhan dan
ketersediaan sumber daya untuk pelaksanaan yang tepat.
e. Siapkan jadwal pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berbeda dari perluasan SIK.
f. Lakukan kegiatan-kegiatan yang berbeda yang dibutuhkan untuk peningkatan SIK
yang diinginkan.
g. Awasi dan nilai efek dari aspek baru yang diterapkan pada SIK.

Penataan Kembali Sistem Informasi Kesehatan

Sistem Informasi Kesehatan memberikan dukungan informasi kepada proses


pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Dengan
demikian, Sistem Informasi Kesehatan harus sesuai dengan struktur manajemen
kesehatan dari Sistem Kesehatan. Pertanyaannya adalah: bagaimana cara yang praktis
untuk mengupayakan agar Sistem Informasi Kesehatan yang selama ini kurang memadai
dapat diubah menjadi alat manajemen yang efektif ?
Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan hendaknya diselaraskan dan diintegrasikan dengan upaya menata kembali
Sistem Kesehatan dan Manajemen Kesehatan. Penataan kembali Sistem Informasi
Kesehatan merupakan suatu tantangan dan pekerjaan yang cukup rumit. Khususnya bila
dikaitkan dengan birokrasi pemerintahan kita. Selain faktor-faktor metodologi, yang

70
FKM - UNSRAT

dapat juga mempengaruhi keberhasilan proses reformasi ini adalah keadaan politik,
sosio-budaya, dan administrasi. Dalam uraian selanjutnya akan dibahas secara singkat
tentang aspek-aspek metodologi dari penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan.
Tatanan Sistem Kesehatan sebagaimana telah dikemukakan di atas merupakan
kerangka dasar yang baik dalam upaya menata kembali Sistem Informasi Kesehatan.
Sepanjang proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan, model Sistem
Kesehatan itu akan digunakan sebagai acuan konseptual bagi setiap tahap dari proses.
Jarang sekali proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan merombak
total Sistem Kesehatan di suatu daerah. Menurut pengalaman, proses penataan kembali
Sistem Informasi Kesehatan secara komprehensif bahkan kerap kali menjumpai
kegagalan. Lebih baik, penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan itu difokuskan
kepada aspek-aspek yang kurang berfungsi dalam Sistem Kesehatan. Atau direncanakan
dan diselenggarakan dalam kaitannya dengan proses penataan kembali Sistem Kesehatan
yang sedang berlangsung. Contohnya, reformasi dalam sistem manajemen keuangan
akan memerlukan pula reformasi terhadap Sistem Informasi Kesehatan yang berfokus
pada informasi keuangan. Sebelum dilakukan proses penataan kembali Sistem Informasi
Kesehatan, diperlukan suatu evaluasi yang mendalam tentang kekuatan dan kelemahan
dari Sistem Informasi Kesehatan yang ada. Selanjutnya, penataan kembali Sistem
Informasi Kesehatan difokuskan kepada bidang-bidang yang kurang berfungsi atau yang
merupakan prioritas bagi daerah yang bersangkutan.
Agar dapat dilakukan evaluasi yang sistematis terhadap Sistem Informasi
Kesehatan yang ada, kelima "subsistem" berikut dari Sistem Informasi Kesehatan
seyogianya diperhatikan:
a. Surveilans Epidemiologi untuk penyakit-penyakit menular tertentu, kondisi-kondisi
lingkungan tertentu, dan faktor-faktor risiko;
b. Pelaporan Rutin dari pelayanan-pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat,
Puskesmas, dan Rumah Sakit;
c. Pelaporan Program Kesehatan Khusus seperti pemberantasan tuberkulosis,
pemberantasan malaria, kesehatan ibu dan anak, dan kesehatan sekolah;
d. Pelaporan Administratif seperti pelaporan pembiayaan kesehatan (JPKM, dan lain-
lain), pelaporan pegawai/tenaga kesehatan, pelaporan obat dan logistik kesehatan,
pelaporan keuangan, pelaporan pendidikan dan pelatihan, pelaporan penelitian dan
pengembangan, dan dokumentasi kesehatan;
e. Registrasi Vital untuk kelahlran, kematian, dan perpindahan penduduk.

71
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan agar terpadu dengan


Sistem Kesehatan dapat diuraikan ke dalam lima tahap sesuai dengan dua komponen
utama dari Sistem Informasi Kesehatan sebagaimana telah diuraikan di atas. Tiga tahap
yang pertama berkaitan dengan pengembangan proses pengelolaan informasi, yaitu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan indikator.
2. Menetapkan kebutuhan data, sumber-sumber data dan membuat instrumen-
instumen, serta menyelenggarakan pengumpulan data.
3. Merumuskan prosedur-prosedur pengiriman dan pengolahan data, serta
menyelenggarakan pengolahan, analisis data, dan pengemasan informasi.
Sedangkan dua tahap terakhir berkaitan dengan penataan struktur manajemen
Sistem Informasi Kesehatan untuk menjamin berlangsungnya proses pengelolaan
informasi kesehatan dan digunakannya informasi kesehatan tersebut, yaitu:
4. Merencanakan sumber daya bagi Sistem Informasi Kesehatan.
5. Merumuskan dan menetapkan peraturan-peraturan bagi manajemen Sistem Informasi
Kesehatan.
Pendekatan semacam ini dimaksudkan untuk menyesuaikan atau memadukan
secara cermat setiap tahap penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan dengan Sistem
Kesehatan yang ada. Dalam setiap "subsistem" yang dipilih untuk ditata kembali harus
tetap diingat bahwa ketersediaan informasi dan jaminan digunakannya informasi tersebut
dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan utama. Ketersediaan dan jaminan
penggunaan ini harus ada di setiap tingkat administrasi (sejak tingkat terbawah sampai
ke pusat) dan bagi fungsi-fungsi manajemen yang sesuai (pasien/klien, unit kesehatan,
dan sistem kesehatan).

72
BA
FKM - UNSRAT

5
I
d
e
D n
t
i
f
i
k
a
s
i

K
e
b

73
u e
t t
u a
h p
a a
n n

I I
n n
f d
o i
r k
m a
a t
s o
i r

d alam
Pokok Bahasan
a yang lalu telah

n dijelaskan
bahwa agar
efektif dan
P efisien suatu Sistem

e Informasi Kesehatan
harus terkait dan
n sesuai dengan
73
p informasi dan indikator.
e Perumu
n san kebutuhan
g informasi dan
o indikator ini
r dilakukan atas
g dasar analisis
a fungsi
ni terhadap
s pelayanan
a kesehatan,
si dengan fokus
a pada
n manajemen
Si pasien/klien,
st manajemen
e unit kesehatan,
m dan
manajemen
K sistem
e kesehatan.
s Penataan
e kembali Sistem
h Informasi
a Kesehatan
t memang harus
a didahului
n dengan
s mengidentifika
e si kekuatan
t dan kelemahan
e agar kita dapat
m memfokuskan
p kepada hal-hal
a yang belum
73
b akan secara
e langsung untuk
rf membuat
u keputusan.
n Misalnya,
g tingkat
si ketersediaan
d obat tertentu
e dapat dengan
n mudah
g mendorong
a diambilnya
n keputusan
b tentang
ai perlunya
k. segera
S memesan obat
ej tersebut.
u Namun
m demikian,
la dalam banyak
h hal
d penggunaan
a secara
t langsung data
a mentah
d semacam ini
a tidaklah
p mungkin. Oleh
a karena itu,
t indikator-
di indikator yang
g tepat akan
u membantu kita
n dalam
73
m esuai bagi
e pengambilan
n keputusan.
g Sampai
u saat ini
b kebutuhan
a informasi
h biasanya hanya
d ditentukan di
a pusat. Dengan
t adanya
a kebijakan
m desentralisasi,
e maka
n kebutuhan
t informasi itu
a harus
h dirumuskan di
m berbagai
e tingkat
n administrasi,
ja termasuk di
di tingkat yang
in paling bawah.
f Kecenderungan
o
r
m
a
si
y
a
n
g
s
73
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

saat ini menunjukkan bahwa perumusan kebutuhan informasi harus didasarkan kepada
konsensus di antara para pelaku, yaitu yang mencakup baik para pengelola data dan
informasi maupun para pemakai informasi, khususnya para pengambil keputusan.
Kepentingan produsen maupun konsumen informasi harus dipertimbangkan.
Selain Sistem Informasi Kesehatan harus menghasilkan informasi yang
mencerminkan kebutuhan konsumen dan perencana, sistem ini juga harus dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik setempat. Walaupun Menteri Kesehatan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial No. 724 tahun 2001
telah menetapkan adanya indikator-indikator menuju Indonesia Sehat 2010, sebaiknya
keputusan ini dipandang oleh Daerah sebagai acuan saja. Dari daftar indikator yang
terdapat dalam keputusan dapat diidentifikasi indikator-indikator yang diperlukan sampai
ke tingkat nasional. Selebihnya Daerah seyogianya mengembangkan sendiri indikator-
indikator yang memang sesuai dengan kebutuhan informasi setempat. Dengan demikian
maka visi Provinsi Sehat, atau Kabupaten Sehat, atau Kota Sehat kelak akan dapat
dicapai karena manajemen kesehatan ke arah itu benar-benar didukung oleh Sistem
Informasi Kesehatan.

Kerangka Umum
Di bawah ini disajikan kerangka umum dalam perumusan kebutuhan informasi
dan indikator. Kerangka umum ini didasarkan juga kepada premis bahwa informasi yang
dihasilkan adalah dalam rangka mendukung pengambilan keputusan di semua tingkat
administrasi kesehatan.

Langkah ke-1: Melaksanakan analisis fungsi di setiap tingkat manajemen


dan administrasi kesehatan

Merumuskan kebutuhan informasi harus diawali dengan menganalisis fungsi-


fungsi dari berbagai tingkat manajemen dan Sistem Kesehatan. Analisis fungsi ini harus
difokuskan kepada: (1) masalah-masalah kesehatan prioritas, (2) tujuan dan strategi
untuk memecahkannya, (3) program dan pelayanan-pelayanan unggulan untuk

74
FKM - UNSRAT

mengatasi dan mencegah masalah-masalah kesehatan prioritas tersebut, (4) pelaksana


(pemerintah maupun swasta/masyarakat) dan sumber daya yang sangat diperlukan
untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan unggulan, serta (5)proses-proses manajemen
yang penting untuk merencanakan, memantau dan mengendalikan pelayanan kesehatan
serta sumber dayanya. Hal ini mencakup baik fungsi-fungsi pelayanan kesehatan untuk
individu, pelayanan kesehatan masyarakat, maupun pengembangan Sistem Kesehatan.

Langkah ke-2: Mengidentiflkasi kebutuhan informasi dan memillh indikator

Bila program dan pelayanan-pelayanan kesehatan unggulan serta sumber


dayanya telah dapat ditentukan, maka akan mudah untuk mengidentifikasi informasi
yang relevan guna memantau berfungsinya Sistem Kesehatan. Berdasarkan kepada
kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi, dirumuskanlah indikator-indikator yang
sesuai. Perlu kiranya diingat bahwa indikator yang ditetapkan hendaklah seminimal
mungkin. Oleh karena itu diperlukan pertimbangan yang cerdas (expert judgement)
dalam memilih indikator, berkaitan dengan ketepatannya, kekhasannya, dan
kemampuannya mengukur. Selain itu juga perlu dipertimbangkan kemungkinan
mengumpulkan datanya. Tercakup dalam hal ini adalah penentuan sumber data,
ketersediaan sumber daya untuk mengumpulkan data tersebut, frekuensi pengumpulan,
cara mengolah data, dan lain-lain.
Tentu saja, selain hal-hal tersebut di atas, satu hal yang harus selalu diingat
adalah bahwa kebutuhan informasi dari seluruh pelaku Sistem Kesehatan harus
diperhatikan. Perumusan kebutuhan informasi menggunakan kerangka ini akan
membantu untuk menghasilkan suatu Sistem Informasi Kesehatan yang proaktif, dinamis,
dan berorientasi kepada kegiatan (action oriented).
Namun demikian, apa yang akan dijelaskna dalam Pokok Bahasan ini bukanlah
sesuatu yang harus diterapkan secara kaku. Tujuannya adalah memberikan tuntunan
dalam rangka merumuskan kebutuhan informasi yang berorientasi kepada kegiatan dan
menetapkan indikator-indikatornya. Dengan demikian akan dapat dibatasi banyaknya
informasi dan indikator yang harus dikelola oleh Sistem Informasi Kesehatan. Pada
gilirannya, hal ini akan berdampak kepada meningkatnya mutu data yang dikumpulkan.

75
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Langkah-langkah yang ditempuh merupakan proses yang interaktif. Artinya, di


setiap langkah apa pun kita boleh saja kembali ke langkah sebelumnya untuk
memperbaiki langkah sebelumnya itu. Jadi, daftar indikator yang akhirnya didapatkan
pun masih mungkin untuk ditinjau kembali dan disempurnakan.

Analisis Fungsi Manajemen


Pencatatan dan pelaporan rutin dalam Sistem Informasi Kesehatan harus
mendukung tiga jenis fungsi manajemen (yaitu manajemen pasien/ klien, manajemen
unit kesehatan, dan manajemen Sistem Kesehatan) yang ada di setiap tingkat
administrasi (Kabupaten/Kota dan Provinsi).
Dengan dimulainya kebijakan Otonomi Daerah pada awal tahun 2001
kewenangan di bidang kesehatan telah dibagi-bagikan ke tingkat Kabupaten /Kota dan
tingkat Provinsi. Sehubungan dengan hal tersebut maka kini giliran masing-masing
tingkat administrasi itu untuk merumuskan bagaimana Sistem Kesehatan dan Manajemen
Kesehatan setempat.
Secara umum pembagian penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen di setiap
tingkat administrasi dapat dilihat dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Pembagian fungsi manajemen di tingkat Kecamatan, Kabupaten/


Kota dan Provinsi
Fungsi-fungsi Manajemen
Tingkat
Manajemen Manajemen Manajemen
Administrasi
Sistem Kesehatan Unit Kesehatan Pasien/Klien
Kecamatan
Tidak ada Di Puskesmas Di Puskesmas
Di RS Pemda+ Di RS Pemda+
Kabupaten/Kota Di Dinkes swasta, dll swasta, dll
Di Dinkes Di Dinkes
Di RS Pemda+ Di RS Pemda+
Provinsi Di Dinkes swasta, dll swasta, dll
Di Dinkes

Berikut ini akan diberikan contoh fungsi-fungsi manajemen di tingkat Kecamatan

76
FKM - UNSRAT

(yaitu di Puskesmas) dan di tingkat Kabupaten/Kota (yaitu di Rumah Sakit Umum Daerah
dan Dinas Kesehatan). Fungsi-fungsi yang dicantumkan hanya sebagian saja, yaitu yang
dianggap sebagai unggulan dan perlu mendapat prioritas untuk didukung oleh Sistem
Informasi Kesehatan.

1. Fungsi Manajemen di Puskesmas

Sesuai dengan hasil analisis fungsi terhadap fungsi manajemen dari sejumlah
Puskesmas, dapat disajikan daftar prioritas fungsi manajemen Puskesmas sebagai
berikut.
a. Manajemen Pasien/Klien
Kegiatan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas pada dasarnya
dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu (i) pelayanan kesehatan individu, yang
biasanya dilakukan di dalam gedung Puskesmas, dan (ii) pelayanan kesehatan
masyarakat, yang biasanya dilakukan di luar gedung Puskesmas.
Adapun fungsi manajemen pasien yang seyogianya diberi prioritas untuk
didukung oleh Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas tersebut adalah sebagai berikut:
Pelayanan kesehatan individu (dalam gedung): (1) Manajemen pasien/klien pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA & KB), (2) Manajemen
pasien/klien pelayanan gizi, (3) Manajemen klien pelayanan imunisasi, dan (4)
Manajemen pasien/klien pelayanan pengobatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat (luar gedung): (1) Manajemen klien penyuluhan
kesehatan masyarakat, (2) Manajemen pasien/klien pemberantasan penyakit menular,
dan (3) Manajemen klien upaya penyehatan lingkungan.

b. Manajemen Unit Puskesmas


Berkaitan dengan manajemen pasien/klien, sebagai manajer Puskesmas, Kepala
Puskesmas melakukan manajemen terhadap penyelenggaraan pelayanan-pelayanan
kesehatan oleh Puskesmas. Yaitu untuk mengetahui seberapa jauh mutu pelayanan-
pelayanan itu secara umum dan bagaimana efektivitas dan efisiensinya.
Oleh karena dukungan Sistem Informasi Kesehatan difokuskan dulu kepada

77
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

fungsi-fungsi manajemen pasien/klien tersebut di atas, maka fungsi manajemen unit


Puskesmas pun akan mengikuti pola itu. Manajemen unit Puskesmas yang akan
mendapat prioritas dukungan dari Sistem Informasi Kesehatan adalah sebagai berikut:
i) Manajemen pelayanan KIA & KB, pelayanan gizi, penyuluhan kesehatan masyarakat,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, dan pengobatan.
ii) Manajemen sumber daya tenaga kesehatan, obat, sarana, dan keuangan untuk
pelaksanaan pelayanan KIA & KB, pelayanan gizi, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, dan pengobatan.

2. Fungsi Manajemen di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Sesuai dengan analisis fungsi terhadap fungsi manajemen sejumlah RSUD


Kabupaten/Kota, dapat disajikan daftar prioritas fungsi manajemen Rumah Sakit sebagai
berikut:
a. Manajemen Pasien/Klien
Rumah Sakit pada dasarnya merupakan unit pelayanan kesehatan rujukan,
sehingga fungsi utamanya adalah melaksanakan pelayanan medik. RSUD Kabupaten/
Kota adalah unit pelayanan rujukan primer, yaitu rujukan pertama dan pelayanan
kesehatan dasar seperti Puskesmas.
Banyak kegiatan pelayanan medik yang diselenggarakan di RSUD Kabupaten/
Kota. Namun yang kiranya perlu mendapat prioritas dukungan dari Sistem Informasi
Kesehatan adalah: (i) Pelayanan Rawat Jalan, (ii) Pelayanan Rawat Inap, (iii) Pelayanan
Rawat Darurat, (iv) Pelayanan Penunjang Medik (terutama: gizi, farmasi. laboratorium,
dan radiologi), dan (v) Pelayanan Kamar Operasi.

b. Manajemen Unit Rumah Sakit


Sebagai manajer Rumah Sakit, Direktur dan para Wakil Direktur Rumah Sakit
melaksanakan manajemen terhadap kegiatan pelayanan yang diselenggarakan oleh
Rumah Sakit. Yaitu untuk menjaga mutu dan efektivitas serta efisiensi dari pelayanan-
pelayanan tersebut.
Oleh karena dukungan Sistem Informasi Kesehatan Rumah Sakit akan

78
FKM - UNSRAT

diprioritaskan kepada fungsi-fungsi manajemen pasien/klien tersebut di atas, maka fungsi


manajemen unit Rumah Sakit pun akan mengikutinya. Manajemen unit Rumah Sakit yang
akan mendapat prioritas dukungan Sistem Informasi Kesehatan adalah sebagai berikut:
i) Manajemen pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Darurat, Penunjang Medik,
dan Kamar Operasi.
ii) Manajemen sumber daya tenaga kesehatan, obat, sarana, dan keuangan untuk
pelaksanaan pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap, Rawat Darurat, Penunjang Medik, dan
Kamar Operasi.

3. Fungsi Manajemen di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Sesuai dengan hasil analisis fungsi terhadap fungsi manajemen dari sejumlah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat disajikan daftar prioritas fungsi manajemen
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai berikut.
a. Manajemen Klien
Kegiatan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan pada hakikatnya hanyalah
pelayanan kesehatan masyarakat. Adapun fungsi manajemen klien yang menjadi prioritas
untuk didukung oleh Sistem Informasi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
tersebut adalah: (i) Penyehatan lingkungan tempat-tempat umum, (ii)Penyehatan
lingkungan permukiman, (ii) Pembinaan kesehatan kerja di kantor/ perusahaan, (iv)
Surveilans epidemiologi penyakit dan penanggulangan wabah, (v)Kewaspadaan pangan
dan gizi, (vi) Penanggulangan penyalahgunaan napza, (vii)Pembinaan mutu dan
keamanan industri rumah tangga makanan dan minuman, dan (viii) Pembinaan terhadap
pengobatan tradisional.

b. Manajemen Unit Dinas Kesehatan


Manajemen unit Dinas Kesehatan juga dikaitkan dengan manajemen klien, yaitu
dari segi keaktifannya dan pendayagunaan sumber daya dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat yang sudah ditetapkan.
Dengan demikian, maka fungsi manajemen unit Dinas Kesehatan yang seyogianya
mendapat prioritas dukungan Sistem Informasi Kesehatan adalah sebagai berikut:

79
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

i) Manajemen pelayanan penyehatan lingkungan tempat-tempat umum, penyehatan


lingkungan permukiman, pembinaan kesehatan kerja di kantor/perusahaan, surveilans
epidemiologi penyakit dan penanggulangnn wabah, kewaspadaan pangan dan gizi,
penanggulangan penyalahgunaan napza, pembinaan mutu dan keamanan industri rumah
tangga makanan dan minuman, pembinaan terhadap pengobatan tradisional.
ii) Manajemen sumber daya tenaga kesehatan, peralatan, dan keuangan untuk
pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat tersebut.

c. Manajemen Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota


Manajemen Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dipantau dan dievaluasi melalui
dua aspek, yaitu: (i) hasil dari Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota yang berupa
pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan, dan (ii) kinerja kerjasama lintas sektor antara
sektor kesehatan dengan sektor-sektor terkait.
 Pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten/Kota: (i) Derajat kesehatan,
(ii) Lingkungan sehat, (iii) Perilaku sehat, dan (iv) Pelayanan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau.
 Kinerja Kerjasama Lintas Sektor:
Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki Kabupaten/Kota di bidang kesehatan, maka
kinerja sektor kesehatan dalam rangka mencapai Visi Pcmbangunan Kesehatan
meliputi; (i) Perencanaan kesehatan, (ii) Pendayagunaan tenaga kesehatan,
(iii)Pembinaan dan pengendalian sarana kesehatan, (iv) Pembinaan pembiayaan
kesehatan melalui JPKM/Askes/Dana sehat, (v) Penyediaan obat pelayanan kesehatan
dasar esensial, (vi) Koordinasi dan bimbingan kegiatan Puskesmas, (vii)Pelayanan
perawatan pasien di Rumah Sakit, (viii) Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan,
serta (ix) Penelitian dan pengembangan kesehatan.
Sedangkan kinerja sektor-sektor lain terkait yang penting di Kabupaten/Kota meliputi:
(i) Keluarga Berencana: Promosi KB dan Pembinaan Keluarga, (ii)Pendidikan:
Peningkatan usaha kesehatan sekolah (UKS), (iii) Agama: Promosi kesehatan
lingkungan di tempat-tempat ibadah, pesantren, dan majelis taklim, (iv)Pertanian:
Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan peternakan, (v)Prasarana wilayah:
Pemenuhan kebutuhan air bersih dan Pengelolaan sampah, (vi)Perindustrian:

80
FKM - UNSRAT

Pencegahan pencemaran oleh industri kecil, (vii) Perkoperasian: Pengembangan


koperasi sebagai Bapel JPKM, (viii) Sosial: Penertiban/pembinaan wanita tuna susila
(WTS), dan (ix) Swasta/Masyarakat: Penyelenggaraan pelayanan kesehatan skala
Kab.

Identifikasi Kebutuhan Informasi


Informasi yang diidentifikasi di setiap tingkat administtasi adalah informasi yang
berorientasi kepada tindakan, yaitu pengambilan keputusan dalam tiga jenis manajemen
(manajemen pasien/klien, manajemen unit kesehatan, dan manajemen Sistem
Kesehatan).
1. Informasi Untuk Manajemen Pasien/Klien

Walaupun banyak data tentang pasien dapat diperoleh pada saat yang
bersangkutan datang ke pelayanan kesehatan, tidak semua data itu perlu dicatat dan
disimpan. Hanya data yang amat penting untuk informasi bagi kontinuitas, integrasi,
keparipurnaan, dan kerasionalan pelayanan kesehatan yang perlu dicatat dan disimpan.
Inti dari pengumpulan data di Puskesmas dan Rumah Sakit untuk manajemen
pasien/klien adalah rekam medik (medical record) dari individu-individu pasien/klien.
Sesungguhnya bila sistem rujukan antara Puskesmas dan Rumah Sakit berjalan dengan
baik, Rumah Sakit cukup melanjutkan pengisian rekam medik pasien/klien yang telah
dilakukan di Puskesmas.
Sebagian besar informasi yang diolah dari data rekam medik digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam melayani individu-individu pasien/klien. Informasi tentang
pasien/klien di tingkat manajemen pasien/klien di Puskesmas sangat penting artinya
karena akan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien/klien dan menentukan mutu data yang digunakan di tingkat-tingkat
manajemen/administrasi selanjutnya (Rumah Sakit, Kabupaten/Kota dan Provinsi). Peran
informasi kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan akan semakin besar apabila
data rekam medik juga dilengkapi dengan data sensus terhadap penduduk yang tinggal
di wilayah kerja Puskesmas. Ciri-ciri utama dari mutu pelayanan kesehatan adalah

81
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

kontinuitas, integrasi, keparipurnaan, dan kerasionalan pelayanan kesehatan, yang


kesemuanya itu dapat ditingkatkan melalui dukungan Sistem Informasi Kesehatan.
Bila kita lanjutkan contoh di atas, khususnya fungsi manajemen Puskesmas, maka
akan dapat diidentifikasi kebutuhan informasi sebagai berikut.
Manajemen Pasien/Klien Pengambil Keputusan Informasi yg dibutuhkan
1. KIA&KB Bidan  pasien ibu.
 Keadaan pasien bayi/anak.
2. Gizi Pelaksana Gizi  Keadaan gizi pasien/klien.
3. Imunisasi Juru imunisasi  Kekebalan pasien/klien.
4. Pengobatan Dokter  Keadaan pasien pengobatan.
5. Penyuluhan Kesehatan Penyuluh Kesehatan  Persebaran Strata PHBS
Masyarakat dari keluarga-keluarga
pasien/ klien di wilayah kerja.
6. Pemberantasan Petugas Pemberantasan  Persebaran kasus penyakit
Penyakit Menular Penyakit Menular di masyarakat wilayah kerja.
7. Pcnychatan Lingkungan Sanitarian  Persebaran rumah, kakus,
pemb.sampah, persediaan air
sehat di wilayah kerja

2. Informasi untuk Manajemen Unit Kesehatan

Untuk manajemen unit kesehatan diperlukan dua jenis informasi, yaitu:


(a) informasi tentang penggunaan atau cakupan pelayanan yang diselenggarakan, dan
(b) informasi tentang sumber daya unit kesehatan yang bersangkutan. Rincian
informasinya tergantung kepada jenis unit kesehatan itu (apakah Puskesmas, Rumah
Sakit, atau lainnya), dan jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya.
Untuk memberikan informasi tersebut umumnya data pelayanan kesehatan (data
pasien/klien) dikombinasi dengan data tentang penduduk di wilayah kerja unit kesehatan
bersangkutan. Hal ini penting untuk mengetahui apakah pelayanan yang digunakan oleh
penduduk tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka.
Informasi tentang sumber daya yang dimiliki unit kesehatan akan memberikan
indikasi tentang bagaimana berfungsinya unit kesehatan tersebut. Yaitu apakah unit
kesehatan itu memiliki cukup sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan misi,
tugas pokok dan fungsinya. Tercakup di dalamnya mengenai memadai atau tidaknya
infrastuktur (bangunan, dan lain-lain), peralatan, bahan/logistik, prosedur-prosedur untuk

82
FKM - UNSRAT

pengambilan keputusan, staf yang terlatih dan bermotivasi tinggi, dan lain scbagainya. Di
samping itu juga apakah modal dan sumber daya yang ada digunakan secara efisien.
Melanjutkan contoh di atas, khususnya fungsi manajemen Puskesmas, akan dapat
diidentifikasi kebutuhan informasi sebagai berikut:
Manajemen Unit Puskesmas Pengambil Keputusan Informasi yang dibutuhkan
1. KIA&KB Kepala Puskesmas  Seberapa banyak kematian
ibu & bayi di wilayah kerja.
 Seberapa banyak ibu hamil
berkunjung ke Pusk. (Kl, K4).
 Seberapa banyak ibu
melahirkan ditolong Pusk.
 Seberapa banyak bayi dan
anak yang dibawa berkunjung
ke Puskesmas.
 Seberapa banyak peserta KB
di antara PUS
2. Gizi Kepala Puskesmas  Persebaran status gizi ibu
hamil yg berkunjung ke Pusk.
 Persebaran status gizi bayi
dan anak yang berkunjung ke
Puskesmas.
3. Imunisasi Kepala Puskesmas  Seberapa banyak bayi, anak
balita, ibu hamil tlh imunisasi.
4. Pengobatan Kepala Puskesmas  Pola penyakit yang diobati
di Puskesmas.
 Persebaran kasus penyakit
di masyarakat wilayah kerja.

 Seberapa banyak masyarakat


wilayah kerja yang berobat
ke Puskesmas.
5. Penyuluhan Kesehatan Kepala Puskesmas  Persebaran Strata PHBS
Masyarakat dari keluarga pasien/klien.
 Seberapa aktif kegiatan
penyuluhan kesehatan oleh
Puskesmas.
6. Pemberantasan Penyakit Kepala Puskesmas  Persebaran kasus penyakit
Menular di masyarakat wilayah kerja.
 Seberapa aktif kegiatan
pemberantasan penyakit oleh
Puskesmas.
7. Penyehatan Lingkungan Kepala Puskesmas  Persebaran rumah, kakus,
pemb.sampah, persediaan air

83
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

sehat di wilayah kerja.


 Seberapa aktif kegiatan
penyehatan lingkungan oleh
Puskesmas.
8. Tenaga Puskesmas Kepala Puskesmas  Kecukupan tenaga
Puskesmas terhadap beban
kerja per-kategori tenaga.
 Kehadiran kerja (absensi)
9. Obat Kepala Puskesmas  Ketersediaan obat esensial
 Kerasionalan penggunaan
obat
10. Peralatan Kepala Puskesmas  Kecukupan peralatan
kesehatan terhadap petugas.
 Kondisi peralatan kesehatan
yang ada.
11. Keuangan Kepala Puskesmas  Besar dana per-tahun dan
sumber-sumbernya.
 Perimbangan antara dana
untuk investasi, operasional,
pemeliharaan.

3. Informasi Untuk Manajemen Sistem Kesehatan

Informasi yang dibutuhkan untuk manajemen Sistem Kesehatan tergantung


kepada tingkat administrasinya (Kabupaten/Kota, Provinsi, atau Nasional). Informasi ini
diperlukan untuk mengetahui apakah Sistem Kesehatan setempat berfungsi dengan baik.
Dibutuhkan dua jenis informasi untuk manajemen Sistem Kesehatan, yaitu: (a)
informasi tentang seberapa jauh pencapaian visi Pembangunan Kesehatan, dan (b)
informasi tentang bagaimana kinerja kegiatan-kegiatan dalam mencapai visi tersebut.
Menggunakan contoh di atas, yaitu fungsi manajemen di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dapat diidentifikasi kebutuhan informasi sebagai berikut:
a. Pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten/Kota
Pencapaian
Pengambil Keputusan Informasi yg dibutuhkan
Aspek-Aspek Visi

1. Derajat Kesehatan Forum Kerjasama LS  Besamya masalah kematian


bayi, ibu dan anak balita
 Besamya masalah penyakit

84
FKM - UNSRAT

tertentu
 Status gizi masyarakat
2. Perilaku Sehat Forum Kerjasama LS  Pelaksanaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
3. Lingkungan Sehat Forum Kerjasama LS  Kondisi kesehatan perumahan
penduduk
4. Pelayanan kesehatan Forum Kerjasama LS  Kecukupan tersedianya sarana
yg bermutu dan pelayanan kesehatan
terjangkau  Banyaknya masyarakat yang
menggunakan sarana
pelayanan kesehatan

b. Kinerja Kerjasama Lintas Sektor


Kegiatan
Pengambil Keputusan Informasi yg dibutuhkan
Kerjasama LS

1. Perencanaan Forum Kerjasama LS  Seberapa besar perhatian


Kesehatan Forum Kerjasama LS thd kesehatan
2. Pendayagunaan tenaga Forum Kerjasama LS  Kecukupan jumlah berbagai
kesehatan jenis tenaga kesehatan
3. Pembinaan dan Forum Kerjasama LS  Keaktifan pembinaan dan
pengendalian sarana pengendalian sarana pelayanan
kesehatan kesehatan
4. Pelayanan pembiayaan Forum Kerjasama LS  Keberhasilan pembinaan
kesehatan melalui Bapel
JPKM/Askes/Dana Forum Kerjasama LS  Kecukupan persediaan obat
Sehat pelayanan kesehatan dasar
5. Penyediaan obat Forum Kerjasama LS esensial.
pelayanan kesehatan  Kinerja kegiatan Puskesmas
dasar esensial Forum Kerjasama LS (KIA, KB, Gizi, Imunisasi,
6. Koordinasi dan bimbi- Forum Kerjasama LS Pengobatan, PKM, Kesling).
ngan kegiatan Forum Kerjasama LS  Mutu dan pemanfaatan rawat
Puskesmas inap RS.
7. Pelayanan perawatan  Pemanfaatan rawat jalan RS.
pasien di RS Forum Kerjasama LS  Apakah RS mencemari
Forum Kerjasama LS lingkungan.
8. Pengembangan SIK  Perkembangan Sistem
Informasi Kesehatan
9. Penelitian dan pengem- Forum Kerjasama LS  Ketersediaan dana untuk pene-
bangan kesehatan litian dan pengembangan kes.
10. Promosi/Konseling KB Forum Kerjasama LS  Keaktifan kegiatan promosi/
& Pembinaan Keluarga konseling KB.
Forum Kerjasama LS  Keaktifan kegiaitan pembinaan

85
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Forum Kerjasama LS keluarga.


11. Peningkatan Usaha Forum Kerjasama LS  Keaktifan kegiatan UKS di
Kesehatan Sekolah Sekolah & madrasah
12. Promosi kesehatan ling Forum Kerjasama LS  Keaklifan kegiatan promosi
kungan di tempat- kesehatan lingkungan di tempat
tempat ibadah, pesan- Forum Kerjasama LS ibadah, pesantren, dan majelis
tren,dan majelis taklim. taklim.
13. Intensifikasi pertanian  Keberhasilan intensifikasi
tanaman pangan & tanaman pangan & petemakan.
peternakan.
14. Pemenuhan kebutuhan  Keberhasilan upaya pemenuhan
air bersih. kebutuhan masyarakat akan air
bersih.
15. Pengelolaan sampah.  Keberhasilan pengelolaan
sampah.
16. Pencegahan pencema-  Keberhasilan upaya pencegahan
ran oleh industri kecil. pencemaran oleh industri kecil.
17. Pengembangan kopera-  Keberhasilan pengembangan
si sebagai Bapel JPKM. koperasi sebagai Bapel JPKM
18. Penertiban/pembinaan  Keberhasilan penertiban/
wanita tuna susila pembinaan WTS.
19. Penyelenggaraan pela-  Kinerja pelayanan kesehatan
yanan kesehatan swas- swasta yang diselenggarakan.
ta lingkup Kab/Kota.

Penetapan Indikator
Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan
atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan
keadaan secara keseluruhan, tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang
keadaan keseluruhan tersebut sebagaii suatu pendugaann (proxy) Misalnya, insidens
diare yang didapat dari mengolah data kunjungan pasien Puskesmas hanya menunjukkan
sebagian saja dari kejadian diare yang melanda masyarakat (yaitu mereka yang
mengunjungi Puskesmas saja).
Indikator sedapat mungkin harus mengarah kepada dilakukannya tindakan.
Namun demikian, dalam banyak hal, untuk sampai kepada dilakukannya tindakan,

86
FKM - UNSRAT

informasi yang dikemas dari indikator yang ada masih perlu dilengkapi dengan informasi
dari investigasi lebih lanjut. Misalnya setelah dilakukannya kunjungan ke lokasi untuk
menggali informasi kualitatif atau setelah dilakukannya penelitian/kajian khusus.
Indikator adalah ukuran yang bersifat kuantitatif, dan umumnya terdiri atas
pembilang (numerator) dan penyebut (denominator). Walaupun dapat juga dibuat
indikator yang hanya berupa pembilang (numerator), khususnya untuk sesuatu yang
sangat langka tetapi penting. Pembilang adalah jumlah kejadian yang sedang diukur.
Sedangkan penyebut yang umum digunakan adalah besarnya populasi sasaran berisiko
dalam kejadian yang bersangkutan (misalnya: anak balita, ibu hamil, dan sebagainya).
Indikator yang mencakup pembilang dan penyebut sangat tepat untuk memantau
perubahan dari waktu ke waktu dan membandingkan satu wilayah dengan wilayah lain.
Sesuai dengan uraian dalam definisi indikator, terdapat paling sedikit empat jenis
indikator, yaitu: (1) indikator berbentuk absolut, (2) indikator berbentuk proporsi, (3)
indikator berbentuk angka atau rate, dan (4) indikator berbentuk rasio. Indikator
berbentuk absolut adalah indikator yang hanya berupa pembilang saja, yaitu jumlah dari
sesuatu hal/ kejadian. Biasanya digunakan untuk sesuatu yang sangat jarang, seperti
misalnya kasus meningitis di Puskesmas. Indikator berbentuk proporsi adalah indikator
yang nilai resultantenya dinyatakan dengan persen karena pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut. Misalnya proporsi Puskesmas yang memiliki dokter terhadap
seluruh Puskesmas yang ada. Indikator berbentuk angka atau rate adalah indikator yang
menunjukkan frekuensi dari suatu kejadian selama waktu (periode) tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam bentuk per 1000 atau per 100.000 populasi (konstanta atau k). Angka
atau rate adalah ukuran dasar yang digunakan untuk melihat kejadian penyakit karena
angka merupakan ukuran yang paling jelas menunjukkan probabilitas atau risiko dari
penyakit dalam suatu masyarakat tertentu selama periode tertentu. Misalnya angka
malaria di kalangan anak balita yang dihasilkan dari pembagian jumlah kasus malaria
anak balita (pembilang) oleh jumlah populasi anak balita di pertengahan tahun
(penyebut). Indikator berbentuk rasio adalah indikator yang pembilangnya bukan
merupakan bagian dari penyebut. Misalnya rasio bidan terhadap penduduk suatu
Kabupaten.
Selain keempat jenis indikator tersebut, dikenal pula apa yang disebut Indeks

87
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

atau Indikator Komposit (Composite Indicator). Yaitu suatu istilah yang digunakan untuk
indikator yang lebih rumit (complex), memiliki ukuran-ukuran yang multidimensional yang
merupakan gabungan dari sejumlah indikator. Indeks ini biasanya dikembangkan melalui
penelitian khusus karena penggunaannya secara praktis sangat terbatas. Misalnya, akhir-
akhir ini untuk mengukur beban akibat penyakit (burden of disease), WHO menyarankan
digunakannya DALE (Disability-Adjusted Life Expectancy). Yaitu nilai harapan hidup sejak
lahir, yang berupa tahun-tahun yang bebas dari ketidakmampuan akibat kematian
prematur atau kasus-kasus ketidakmampuan yang terjadi sepanjang waktu tertentu.
Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan indikator, sesuai dengan
bagaimana mereka akan digunakan. Umumnya digunakan klasifikasi dengan berpegang
pada pendekatan sistem, sehingga terdapat: (1) indikator hasil atau keluaran , yang
dapat dibedakan lagi ke dalam indikator "output" dan indikator "outcome", (2)
indikator proses, dan (3) indikator masukan, yang dapat dibedakan lagi ke dalam
indikator sumber daya dan indikator determinan. Namun demikian kadang kala dijumpai
kesulitan dalam pengkalisifikasian ini secara tajam karena kekurang-jelasan konsep
dalam kategorisasi.
Indikator dapat pula diklasifikasikan menurut program. Memang pengklasifi-kasian
dengan cara ini dapat mendorong terjadinya vertikalisasi kegiatan dan
mengakibatkan membengkaknya jumlah indikator. Namun demikian, bila dalam peng-
klasifikasian tersebut selalu diacu pembagian kewenangan dan tugas sebagaimana telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang ada, maka masalah yang
mungkin timbul akan dapat dicegah.
Untuk menyedarhanakan penetapan indikator, maka uraian indikator, baik untuk
tingkat Kabupaten/Kota maupun untuk tingkat Provinsi, sesuai dengan kebutuhan
informasi, dikelompokkan ke dalam dua kategori saja, yaitu:
1. Indikator Hasil atau Keluaran , yaitu yang mengindikasikan informasi
tentang pencapaian visi Pembangunan Kesehatan, yang meliputi unsur-unsur (a)
derajat atau status kesehatan, (b) perilaku sehat, (c) lingkungan sehat, serta (d)
pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.
2. Indikator Kinerja, yaitu yang mengindikasikan baik keadaaan masukan
maupun proses dalam rangka kerjasama lintas sektor, yang mencakup sektor

88
FKM - UNSRAT

kesehatan dan sektor-sektor lain terkait. Klasifikasi di sini tidak berdasar program,
melainkan berdasar sektor atau lembaga.
Berikut ini disajikan contoh indikator untuk masing-masing informasi,
sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
No.724 tahun 2001.

Informasi Indikator
- Informasi tentang tingkat kesakitan di - Angka kesakitan penyakit-penyakit
masyarakat Kabupaten /Kota. penting
- Informasi tentang status gizi - Proporsi anak balita dengan gizi baik
masyarakat Kabupaten/Kota.
- Informasi tentang seberapa banyak - Persentase sekolah tanpa pecandu
sekolah bebas penyalahgunaan NAPZA NAPZA
- Informasi tentang seberapa banyak - Persentase rumah sehat
rumah sehat telah menjadi hunian
penduduk di Kabupaten/ Kota
- Informasi tentang seberapa banyak - Rasio tiapjenis sarana terhadap
sarana kesehatan telah tersedia di penduduk
Kabupaten/Kota.
- Informasi tentang seberapa banyak - Persentase penduduk peserta
penduduk Kab./Kota ikut JPKM/Dana JPKM/Dana Sehat/Askes
Sehat/Asuransi Kesehatan.
- Informasi tentang pengawasan - Persentase tempat umum yang rutin
kesehatan lingkungan tempat-tempat diawasi
umum.
- Informasi tentang keberhasilan upaya - Persentase kecamatan tanpa wabah
surveilans dan pencegahan wabah.
- Informasi tentang seberapa jauh - Persentase sarana pengobatan
pengobatan tradisional dapat diawasi. tradisional yang terdaftar
- Informasi tentang kecukupan persedia- - Persentase pensediaan obat terhadap
an obat pelayanan kesehatan dasar kebutuhan
esensial.
- Informasi tentang kecukupan jumlah - Rasio berbagai jenis tenaga kesehatan
berbagai jenis tenaga kesehatan. thd penduduk
- Informasi tentang upaya penyediaan - Persentase sarana pendidikan yang
sarana kesehatan lingkungan yang baik memiliki sarana kesehatan lingkungan
di sekolah, madrasah, dan sarana yang baik
pendidikan lain.
- Informasi tentang kegiatan penyuluhan - Frekuensi kegiatan penyuluh keseatan
terhadap pemuka agama mengenai lingkungan bagi pemuka agama
kesehatan lingkungan.
- Informasi tentang terbebasnya warga - Angka kesakitan penyakit-penyakit
dari penyakit yang berasal dan hewan. zoonosis

89
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

- Informasi tentang cakupan pelayanan - Persentase keluarga yang berlangganan


air PDAM. air PDAM
- Informasi tentang penertiban dan - Persentase WTS yang tinggal di
pembinaan WTS. lokalisasi

Penutup
Orang senang mengatakan bahwa Sistem Informasi Kesehatan yang baik tidak
akan ada gunanya apabila Manajemen Kesehatan yang harus didukungnya masih buruk.
Namun dari uraian di atas tersirat bahwa pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
yang diawali dengan identifikasi kebutuhan informasi diharapkan dapat memicu
perbaikan Manajemen Kesehatan. Yaitu dimulai dengan perbaikan manajemen
pasien/klien dan dilanjutkan dengan manajemen unit kesehatan serta manajemen Sistem
Kesehatan.
Ketepatan kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi dapat pula menghasilkan
Sistem Informasi Kesehatan yang kurang memadai bilamana tidak berhasil ditetapkan
indikator-indikator yang esensial. Indikator yang esensial itu harus mengacu kepada sifat-
sifat indikator yang baik, yaitu spesifik dan sensitif. Spesifik artinya bahwa indikator
tersebut khusus menggambarkan informasi yang bersangkutan dan tidak tercampur-baur
dengan hal-hal lain. Misalnya, angka kematian tidak dapat digunakan untuk
menggambarkan informasi tentang pelayanan kesehatan karena angka kematian
dipengaruhi oleh banyak faktor selain pelayanan kesehatan. Sedangkan sensitif artinya
bahwa perubahan yang kecil saja dalam hal yang akan diketahui informasinya dapat
tergambarkan dengan indikator tersebut. Misalnya proporsi anak balita dengan gizi baik
mungkin dapat menjadi indikator yang sensitif bagi keadaan gizi masyarakat karena anak
balitalah yang seharusnya mendapat makanan yang baik.

90
BA
FKM - UNSRAT

6
P
e
n
D g
u
m
p
u
l
a
n

D
a
t
a

91
R
alam
Poko

u k
Baha
t san

i yang
lalu
n kita
telah

d mem
bahas
a bagai

n mana
memi

S lih
indika
e tor

w
yang
sesua

a i
untuk
k meny

t usun
infor
u masi

- bagi
peng
w ambil

a an
keput
k usan

t
di
berba

u gai
tingk
91
a mengumpulkan data
untuk indikator-indikator
t
tersebut.
Data
a
dapat
d
dikumpulkan
m
dengan
i
berbagai
n
macam cara.
i
Untuk
s
memudahkann
t
ya, kita akan
r
mengelompokk
a
an cara
s
mengumpulkan
i
data itu ke
.
dalam dua
golongan,
P
yaitu:
e
(1) metode
r
rutin, dan (2)
t
metode
a
sewaktu-waktu
n
(non-rutin).
y
Pengumpulan
a
data secara
a
rutin dilakukan
n
untuk data
yang berasal
s
dari unit
e
kesehatan.
l
Data ini
a
dikumpulkan
n
atas dasar
j
catatan atau
u
91
r g ke unit
e kesehatan
k maupun yang
a dilayani di luar
m gedung unit
pelayanan.
m Pengumpulan
e data secara
di rutin umumnya
k dilakukan oieh
p petugas unit
a kesehatan.
si Akan tetapi
e pengumpulan
n data secara
/ rutin juga
kl dapat
ie dilakukan oleh
n masyarakat
b (kader
ai kesehatan).
k Bentuk lain
y dari
a pengumpulan
n data secara
g rutin adalah
b registrasi vital.
e Adapun
r pengumpulan
k data sewaktu-
u waktu
n umumnya
j dilakukan
u melalui survei,
n survei cepat
91
( Tidak
k ada satu pun
u cara
a pengumpulan
n data yang
ti dapat
t mengumpulkan
a semua data
ti untuk
f perencanaan
a dan
t manajemen
a kesehatan.
u Suatu Sistem
k Informasi
u Kesehatan
al umumnya
it menggunakan
a kombinasi dari
ti kedua cara
f) yaitu baik
d metode rutin
a maupun
n metode
st sewaktu-
u waktu.
di Alasannya
- adalah karena
st adanya
u perbedaan sifat
di dan kegunaan
k dari data yang
h diperoleh
u dengan
s masing-masing
91
m tin umumnya
e diarahkan
t untuk
o mendapatkan
d data yang
e berbasis
t pelayanan
e
rs
e
b
u
t.
P
e
n
g
u
m
p
ul
a
n
d
a
t
a
s
e
c
a
r
a
r
u
91
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

kesehatan dan data tentang mereka yang secara rutin menggunakan pelayanan
kesehatan tersebut.
Di daerah di mana penggunaan pelayanan kesehatan sangat rendah,
pengumpulan data secara rutin biasanya sukar dilaksanakan. Untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih paripurna tentang masalah kesehatan yang dihadapi, diperlukan
pengumpulan data dengan cara lain, yaitu survei dan sejenisnya. Atau, pengumpulan
data secara rutin diperluas cakupannya sehingga meliputi data dari masyarakat. Data
untuk angka kematian misalnya, dapat diperoleh dari unit-unit kesehatan atau dan
registrasi vital. Tetapi kerapkali data untuk angka kematian itu diperoleh melalui
penelitian prospektif atau survei retrospektif terhadap penduduk. Secara nasional kita
memiliki Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), Surve Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI), Sensus Penduduk
(SP), dan lain-lain.

Pengertian Pengumpulan Data Rutin dan Sewaktu-waktu


Fungsi manajemen yang akan menggunakan data dan jenis indikatornya kerapkali
menentukan bagaimana cara pengumpulan data yang paling tepat. Untuk lebih jelasnya
dapat disimak tabel 1 di halaman berikut.
Data untuk memantau program kesehatan yang sedang berjalan lebih mudah dan
lebih efisien didapat dengan pengumpulan data secara rutin. Sedangkan data untuk
mengevaluasi dampak (derajat kesehatan, lingkungan sehat, perilaku sehat, dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan) akan lebih baik bila dikumpulkan sewaktu –waktu.
Namun demikian perlu diingat bahwa data yang sudah diperoleh melalui
pengumpulan data secara rutin dan sewaktu-waktu pun kerap kali tidak cukup untuk
memahami penyebab dari masalah-masalah kesehatan. Khususnya di daerah
Kabupaten/Kota. Biasanya orang lalu menambahinya dengan penyelidikan secara
informal atau mencari informasi kualitatif melalui diskusi dengan individu-individu atau
dengan kelompok-kelompok. Selain itu ditambah lagi dengan data sekunder dan sektor-
sektor lain terkait.
Pilihan cara pengumpulan data juga berkaitan dengan ciri-ciri tertentu dari cara

92
FKM - UNSRAT

itu sendiri seperti misalnya kerumitan dan biayanya. Metode pengumpulan data sewaktu-
waktu seperti sensus atau survei dengan sampel besar umumnya memerlukan biaya
banyak, peralatan canggih, dan tenaga pelaksana yang terlatih. Untuk melaksanakan
pengumpulan data semacam ini Dinas Kesehatan mungkin memerlukan bantuan teknis
dari Perguruan Tinggi atau Departemen Kesehatan.
Cara apa pun yang digunakan, yang penting data yang dikumpulkan adalah data
yang memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan informasi dan indikator Untuk
dapat menetapkan data yang sesuai dengan indikator yang dibutuhkan, maka indikator-
indikator yang sudah ditetapkan dalam Pokok Bahasan III selanjutnya diterjemahkan ke
dalam bentuk kebutuhan data. Misalnya sebagaimana contoh berikut.
Informasi Indikator
- Angka kematian bayi - Jumlah bayi mati
- Jumlah kelahiran hidup
- Proporsi anak balita dengan gizi baik - Jumlah anak balita dengan gizi baik
- Jumlah seluruh anak balita
- Persentase penduduk yang - Jumlah penduduk tidak merokok
tidak merokok - Jumlah seluruh penduduk
- Persentase rumah sehat - Jumlah rumah sehat
- Jumlah seluruh rumah
- Rasio bidan terhadap penduduk - Jumlah bidan
- Jumlah penduduk

Kaitan antara Pengumpulan Data Rutin dan Sewaktu-


waktu
Sebagaimana telah disebutkan di atas, pengumpulan data secara rutin dan
pengumpulan data sewaktu-waktu haruslah saling mengisi. Penjelasannya adalah:
Untuk membantu para manajer kesehatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berbeda. Kerap kali metode sewaktu-waktu digunakan untuk menjajagi penyebab-
penyebab dan kekurangan atau kelemahan yang teridentifikasi dari pelaporan rutin.
Misalnya, di suatu daerah diketahui melalui laporan rutin bahwa pelayanan kesehatan ibu

93
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

dain anak di Puskesmas sangat sedikit mendapat kunjungan anak. Suatu survei
sederhana yang dilakukan terhadap para ibu mengungkap informasi bahwa bagi para ibu
tidak masuk akal untuk membawa anaknya yang tidak sakit ke Puskesmas. Karena itu,
mereka sulit mencari alasan meninggalkan rumah membawa anaknya.
Metode rutin dan metode sewaktu-waktu saling melangkapi dalam hal sumber datanya.
Metode rutin umumnya berbasis sarana/pelayanan kesehatan dan mengumpulkan
data dari sebagian masyarakat saja. Di daerah-daerah di mana penggunaan sarana
kesehatannya rendah, informasi yang didapat dari sistem informasi yang berbasis
sarana/pelayanan kesehatan saja akan sangat menyesatkan (bias). Sebaliknya, metode
sewaktu-waktu berbasis masyarakat, sehingga dapat diungkap informasi tentang latar
belakang sosial budaya masyarakat, harapan-harapannya, perilakunya, dan lain-lain
secara lebih lengkap.
Metode rutin dan metode sewaktu-waktu saling melengkapi dalam kaitannya dengan
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam
metode rutin digunakan untuk mengumpulkan data dari sebagian masyarakat, yaitu
mereka yang berkunjung ke unit-unit kesehatan. Karena metode sewaktu-waktu
digunakan untuk mengumpulkan data dari keseluruhan masyarakat (walaupun secara
sampling), maka dalam membuat instrumennya harus diperhatikan juga instrumen yang
digunakan dalam metode rutin.
Melihat uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil-hasil pengumpulan data
secara sewaktu-waktu harus diperbandingkan atau dipertautkan dengan hasil-hasil
pengumpulan data secara rutin. Jadi antara metode rutin dan metode sewaktu-waktu
tidak hanya pada tingkat pangkalan datanya, melainkan juga sampai ke tingkat analisis
dan penyusunan informasinya.

Pengumpulan Data Secara Rutin


1. Sumber Data

Pengumpulan data secara rutin dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis


berdasarkan sumber datanya, yaitu: (1) pengumpulan data unit kesehatan,

94
FKM - UNSRAT

(2) pengumpulan data masyarakat, dan (3) pengumpulan data registrasi penduduk.
Memang terdapat tumpang-tindih di antara ketiga jenis pengumpulan data ini, sehingga
umumnya Sistem Informasi Kesehatan lalu menggunakan gabungan dari ketiganya.

Pengumpulan Data Unit Kesehatan


Jenis pengumpulan data rutin yang paling umum adalah pengumpulan data
berbasis pelayanan atau unit kesehatan. Dalam hal ini data dicatat oleh petugas-petugas
kesehatan yang bekerja di unit kesehatan sambil melaksanakan kegiatan pelayanan
sehari-hari. Cara pengumpulan data ini memang merupakan cara paling mudah untuk (a)
mengumpulkan data pasien /klien, (b) memantau penggunaan sumber daya, dan (c)
surveilans penyakit.
Contoh data minimal yang perlu dicatat dan dikumpulkan dari pasien/ klien di unit
kesehatan adalah:
Identitas: nama, alamat, jenis kelamin, usia, kepala/anggota keluarga, dan status sosial-
ekonomi keluarga.
Tindakan yang berkaitan dengan risiko: status imunisasi, tindak lanjut berkaitan dengan
resiko lain (perawatan antenatal, penimbangan balita. dan lain-lain).
Untuk wanita: jumlah dan usia anak, kontrasepsi, penyakit selama masa hamil, dan
pasca-persalinan.
Data penting tentang episode penyakit (khususnya untuk penyakit kronis, infeksi HIV,
gangguan-gangguan perinatal pada bayi, penyakit-penyakit selama masa kanak-kanak).
Data tentang faktor-faktor risiko lain dan alergi-alergi.
Data tersebut di atas dari semua pasien/klien selanjutnya dapat dihimpun dalam
suatu pangkalan data pasien/klien, baik dalam bentuk file kartu-kartu (manual) ataupun
file dalam komputer.
Namun demikian pengumpulan data unit kesehatan ini juga sekaligus memiliki
banyak masalah. Misalnya buruknya mutu data yang terkumpul, terlalu banyaknya waktu
petugas kesehatan tersita untuk pencatatan, bahwa agregat datanya tidak mencerminkan
gambaran kesehatan masyarakat secara umum, dan lain-lain.
Betapa pun, pengumpulan data secara rutin di unit-unit kesehatan dapat menjadi
alat yang bermanfaat bagi perencanaan dan manajemen. Selain itu ia dapat juga menjadi

95
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

pemicu ditingkatkannya secara berkelanjutan iklim manajemen di unit-unit kesehatan


pemerintah (misalnya Puskesmas atau Rumah Sakit).
Salah satu cara untuk mengatasi masalah mutu data untuk pemanfaatannya di
tingkat administrasi yang lebih tinggi adalah dengan menggunakan titik-titik sentinel. Dari
titik-titik sentinel ini diminta untuk dilaporkan data yang lebih lengkap sebagai tambahan
terhadap pencatatan dan pelaporan data yang berlaku umum. Pelaporan sentinel pada
dasarnya juga merupakan bagian dari pelaporan data berbasis pelayanan/unit
kesehatan. Untuk itu staf dari sejumlah unit kesehatan terpilih (misalnya Puskesmas atau
Rumah Sakit) diberi pelatihan khusus dan disupervisi secara khusus pula untuk
mengumpulkan dan melaporkan data tertentu (data penyakit atau kegiatan). Hasil dari
daerah sentinel biasanya memang lebih lengkap dan lebih akurat. Jika dirasakan bahwa
unit-unit kesehatan di daerah terpencil tidak mungkin memberikan data yang cepat dan
akurat, maka pendekatan sintinel ini cukup baik untuk dilakukan, khususnya untuk
surveilans penyakit.
Masalah bahwa data dari unit kesehatan tidak mewakili keadaan masyarakat yang
sebenamya, dapat diatasi dengan memperluas pengumpulan data rutin sehingga
mencakup data dari masyarakat. Misalnya, dengan meningkatkan pelaporan dari para
bidan di desa atau dengan mengembangkan pencatatan dan pelaporan oleh para kader
kesehatan.
Masalah lain dari pengumpulan data rutin yang juga kita jumpai adalah
terpecahnya sistem menjadi sistem-sistem pengumpulan data khusus program-program
kesehatan. Sistem-sistem khusus itu cenderung berjalan sendiri-sendiri sebagai sistem-
sistem informasi "vertikal". Misalnya, pcmberantasan malaria memiliki sistem informasi
vertikal sendiri, demikian pula pemberantasan tuberkulosis, imunisasi, penyehatan
lingkungan, dan lain-lain. Masing-masing mengembangkan aparat sendiri, infrastruktur
sendiri, dan aturan-aturan sendiri sehingga terlepas satu sama lain. Walau berat, betapa
pun integrasi antar mereka harus diupayakan.

Pengumpulan Data Masyarakat


Pengumpulan data masyarakat dapat digunakan untuk berbagai tujuan, yaitu
antara lain:

96
FKM - UNSRAT

a. Memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masyarakat oleh petugas kesehatan


atau oleh kader kesehatan.
b. Mendapatkan data yang lebih mewakili (representatif) tentang derajat kesehatan dan
lingkungan, termasuk kelahiran dan kematian, keadaan pertanian, keadaan
pendidikan, dan lain-lain.
c. Membantu perencanaan pelayanan-pelayanan kesehatan agar lebih terjangkau oleh
masyarakat.
Sebagaimana dikemukakan di atas, pengumpulan data masyarakat dapat
merupakan perluasan dari pengumpulan data rutin pelayanan kesehatan. Petugas-
petugas kesehatan yang bertugas di masyarakat seperti para sanitarian dan bidan yang
selalu berkunjung ke keluarga-keluarga atau menyelenggarakan pelayanan di desa-desa,
dapat diberi tugas tambahan sebagai pencatat dan pengumpul data masyarakat. Akan
lebih efektif lagi bilamana mereka dapat dibantu oleh para kader kesehatan.
ula-mula dapat dilakukan sensus kesehatan keluarga, yaitu semua keluarga yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dikumpulkan data dasar dan daia kesehatannya. Data
dasar dan data kesehatan dari keluarga tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Identitas Keluarga: alamat lengkap (termasuk desa dan kecamatannya).
b. Anggota Keluarga: kepala keluarga, isteri/suami, anak, dan lain-lain yang dirinci ke
dalam nama, jenis kelamin, tanggal lahir/usia, pendidikan terakhir, pekerjaan
terakhir, kondisi kesehatan (penyakit kronis, gizi, cacat fisik, cacat mental), dan
perilaku sehat (merokok/tidak, pecandu Napza/tidak, mandi per-hari, sikat gigi per-
hari, dll).
c. Kepesertaan Kepala Keluarga dan atau Isteri/Suami dalam Keluarga Berencana:
menjadi peserta atau tidak, dan metode kontrasepsi apa yang digunakan.
d. Fasilitas Kesehatan Lingkungan Keluarga: rumah, sumber air, jamban, tempat
sampah, kandang temak, dan lain-lain.
e. Keadaan Ekonomi Keluarga: penghasilan keluarga, pengeluaran keluarga untuk
kesehatan (per-hari atau per-minggu atau per-bulan), dan status ekonomi (apakah
termasuk keluarga miskin/bukan).
f. Kepesertaan Kepala Keluarga dan atau Isteri/Suami dalam Pembiayaan
Kesehatan Praupaya: menjadi peserta atau tidak, dan jenis pembiayaan praupaya

97
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

yang diikuti(dana sehat atau askes atau JPKM atau lainnya).


Semua data keluarga yang didapat dan sensus ini kemudian dijadikan pangkalan
data (data base) di Puskesmas atau Dinas Kesehatan. Bilamana Puskesmas atau Dinas
Kesehatan memiliki komputer yang cukup besar kemampuannya, maka dapat dibuat
pangkalan data dalam komputer tersebut (computerized data base). Bagi anggota
keluarga yang kemudian ternyata menjadi pasien/klien Puskesmas, pangkalan data ini
akan diinteraksikan dengan pangkalan data pasien/klien, sehingga pangkalan data
keluarga kemudian diperbarui (updated). Bagi mereka yang tidak menjadi pasien/klien
Puskesmas, peremajaan (updating) data dari pangkalan data keluarga dilakukan dengan
laporan dari petugas kesehatan (misalnya bidan di desa) atau dari kader kesehatan.
Untuk itu perlu dikembangkan formulir peremajaan (updating) yang harus diisi dan
dilaporkan secara berkala (misalnya seminggu sekali) ke Puskesmas.

Pengumpulan Data Registrasi Penduduk


Pengumpulan data dari registrasi penduduk juga merupakan bagian penting dari
pengumpulan data secara rutin. Bersama dengan data sensus, data registrasi penduduk
merupakan sumber penting untuk menghitung angka kelahiran dan angka kematian.
Namun demikian, registrasi penduduk saat ini belum bisa banyak diharapkan, khususnya
berkaitan dengan pencatatan kematian. Dengan fasilitasi dari Badan Pusat Statistik dan
Departemen Dalam Negeri & Otonomi Daerah, diharapkan setiap Daerah akan dapat
menata dan mengembangkan registrasi penduduk ini.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Mutu dan digunakan atau tidaknya data yang dikumpulkan secara rutin sangat
ditentukan oleh relevansi, kesederhanaan, dan tata-letak (layout) dari instrumen
pengumpulan datanya. Berikut ini akan kita bahas mengenai perancangan formulir
pengumpulan data dan penggunaannya, untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam
meninjau kembali formulir-formulir pengumpulan data yang telah ada (kartu status
pasien/rekam medik, formulir SP2TP, formulir SPRS, dan lain-lain).

98
FKM - UNSRAT

Instrumen Untuk Data Manajemen Pasien/Klien


Instrumen untuk pengumpulan data pasien/klien dapat berbentuk berbagai
macam - selembar kertas, selembar kartu yang dicetak, sebuah buku, atau file
(worksheet) komputer. Apa pun bentuknya, tujuan utamanya adalah untuk mencatat
data yang dapat digunakan membantu para pemberi pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayanannya kepada pasien/klien.
Kartu rekam medik merupakan salah satu jenis instrumen pengumpul data
pasien/klien yang digunakan untuk mencatat (merekam) data yang berkaitan dengan
status kesehatan pasien orang-perorang. Di Puskesmas, kartu rekam medik ini dikenal
dengan sebutan kartu status pasien. Isi dan format dari kartu rekam medik ini
sebenarnya tergantung dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Namun
demikian, untuk Puskesmas tentu tidak boleh kurang dari pelayanan kesehatan dasar
wajib, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, kesehatan lingkungan,
dan pengobatan (pelayanan kuratif). Sedangkan untuk Rumah Sakit Kabupaten/Kota
tentu tidak boleh kurang dari pelayanan kesehatan rujukan primer wajib, yaitu obstetrik
dan ginekologi, anak, bedah, dan penyakit dalam.
Jenis lain dari instrumen pengumpulan data pasien/klien adalah formulir
laboratorium (formulir permintaan atau pun hasil), formulir pelayanan penunjang medik
lain (formulir rotgen, dan lain-lain), dan formulir rujukan pasien.
Untuk kejadian-kejadian penyakit akut di pelayanan kesehatan dasar (misalnya
Puskesmas), catatan tentang diagnosis sederhana dan perlakuan (treatment) terhadap
pasien kiranya cukup memadai. Catatan ini dibuat di formulir sederhana yang diberikan
kepada pasien atau disimpan di unit kesehatan. Tujuannya adalah sebagai pengingat
bagi pemberi pelayanan kesehatan pada saat seorang pasien kembali lagi ke unit
pelayanan yang bersangkutan. Untuk kejadian-kejadian penting lain (misalnya kehamilan,
anak balita, atau penyakit kronis), diperlukan data atau variabel pencatatan yang lebih
banyak.
Kartu rekam medik Rumah Sakit dapat berisi catatan terinci tentang keadaan
pasien saat masuk, hasil-hasil laboratorium, jadwal diagnosis dan perlakuan yang
berlangsung, dan catatan-catatan tindak lanjut secara harian bahkan mungkin per-jam
tergantung kondisi pasien. Untuk kartu rekam medik rawat inap dapat pula disediakan

99
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

kolom catatan yang berisi ringkasan kesimpulan tentang kondisi pasien dan kemajuan
manajemen pasien yang bersangkutan.
Kartu rujukan harus memiliki sedikitnya dua bagian, yaitu: (a) bagian yang diisi
oleh unit pelayanan kesehatan yang mengirim/merujuk pasien, dan (b) bagian yang diisi
oleh unit pelayanan penerima kiriman/rujukan. Bila pasien rujukan itu setelah ditangani
kemudian dikembalikan ke unit pelayanan kesehatan pengirim, maka bagian b diisi
penjelasan tentang perlakuan dan hasil-hasil perlakuan yang dilakukan unit pelayanan
kesehatan rujukan, serta tindak lanjut apa yang harus dilakukan oleh unit pelayanan
kesehatan pengirim.
Perdebatan yang selalu timbul dalam hal ini adalah: siapa yang sebaiknya
menyimpan kartu rekam medik - pasien/klien atau unit kesehatan? Konsep yang
menyatakan bahwa kartu pasien sebaiknya dipegang oleh pasien sendiri muncul pada
saat diperkenalkan "Kartu Menuju Sehat" (KMS). Kartu yang berisi perkembangan
pertumbuhan bayi ini memang diberikan kepada para ibu pemilik bayi. Kartu itu
merupakan sarana yang baik untuk merangsang peran serta para ibu dalam
mengupayakan kesehatan bayi-bayinya. Tetapi kenyataan memang menunjukkan bahwa
banyak ibu yang kemudian menghilangkan kartunya. Jadi, apa tidak sebaiknya kartu
pasien itu disimpan oleh unit pelayanan kesehatan? Sulit untuk memberikan jawaban
yang memuaskan.
Mungkin jalan yang terbaik adalah dengan melakukan kombinasi. Misalnya seperti
yang dilakukan di beberapa Rumah Sakit (RS Persahabatan, salah satunya), kartu rekam
medik disimpan oleh unit kesehatan, dan kepada pasien diberikan kartu kecil (lebih baik
jika dibuat dari plastik seperti kartu kredit) yang mencantumkan nama dan nomor
registrasi dari pasien yang bersangkutan.
Untuk efisiensi tindak lanjut pasien/klien, dapat digunakan apa yang disebut
"sistem file pengingat". Teknologi yang sederhana tetapi tepatguna ini terdiri atas dua
penyimpan file, misalnya dua buah filing cabinet gantung atau dua buah kotak kayu.
Kotak yang pertama, disebut "kotak hari", dibagi ke dalam 31 slot. Kotak kedua, yaitu
"kotak bulan", dibagi ke dalam 12 slot. File-file pengingat sangat bermanfaat untuk
pasien dengan penyakit kronis seperti tuberkulosis atau hipertensi, dan untuk hal-hal
yang bersifat preventif. Begitu pasien selesai dilayani dan pulang, kartu catatan mediknya

100
FKM - UNSRAT

dimasukkan ke dalam "slot hari" atau "slot bulan" sesuai dengan tanggal tindak-lanjutnya
(kartu dimasukkan ke dalam "slot bulan" apabila tindak lanjutnya tidak di bulan yang
sama dengan saat pelayanan). Dengan melihat kartu-kartu yang masih tertinggal di "slot
hari" yang sudah lewat, akan diketahui pasien-pasien yang melewatkan/mengabaikan
tindak-lanjutnya. Pada akhir bulan, semua kartu yang terdapat di "slot bulan" depan,
dipindahkan ke "slot-slot hari" sesuai dengan tanggal yang tercantum.
Tata-letak (layout) kartu pencatatan adalah sesuatu yang penting diperhatikan
dalam membuat instrumen pengumpulan data pasien/klien. Terutama jika kartu itu
disimpan oleh pasien/klien sendiri. Misalnya, butir-butir data seyogianya disusun dengan
urutan yang baik dan standar, sehingga memudahkan petugas pemberi pelayanan
kesehatan saat pemeriksaan. Untuk itu pada kartu sebaiknya sudah tercantum daftar
penyakit atau masalah kesehatan yang tercetak.
Kartu atau formulir pasien jarang yang mudah dimengerti (self-explanatory).
Kerapkali digunakan singkatan-singkatan untuk menghemat tempat, dan istilah-istilah
serta prosedur-prosedur tidak diberi penjelasan atau definisi. Jika mungkin, sebaiknya di
bagian tertentu dari kartu atau formulir dicantumkan kepanjangan dari singkatan-
singkatan yang digunakan. Boleh juga di balik kartu itu dicantumkan petunjuk pengisian.
Tetapi jika tidak mungkin, maka "Buku Petunjuk" harus dibuat dan petugas-petugas
kesehatan harus dilatih dalam hal pengisian dan penggunaan kartu.
Jika digunakan bantuan komputer dalam pengumpulan data pasien/ klien, maka
harus diperhatikan agar perangkat lunak untuk "data entry" mudah digunakan dan
bersifat interaktif (user-friendly).

Instrumen Untuk Data Manajemen Unit Kesehatan


Di tingkat manajemen unit kesehatan, data dikumpulkan dalam rangka membantu
staf unit kesehatan tersebut mengambil keputusan-keputusan operasional. Keputusan-
keputusan ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu (a) keputusan yang
berkaitan dengan manajemen penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dan (b) keputusan
yang berkaitan dengan manajemen sumber daya. Karena itu, instrumen pengumpulan
datanya pun mengikuti penggolongan itu.
• Instrumen Untuk Data Pelayanan Kesehatan

101
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Tujuan utama dari pencatatan pelayanan kesehatan adalah untuk mengumpulkan


data bagi perencanaan dan manajemen pelayanan-pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan di unit kesehatan. Misalnya, data pelayanan antenatal yang sudah
diagregat dan dikombinasikan dengan data kependudukan akan menghasilkan informasi
tentang cakupan pelayanan antenatal. Atau hasil olahan data pengobatan pasien dapat
digunakan untuk membuat informasi tentang sebaran geografis pasien.
Selain itu, data pelayanan kesehatan juga berguna bagi manajemen Sistem
Kesehatan. Data ini diagregat dan dikirim sebagai laporan ke tingkat adminstrasi
kesehatan lebih tinggi (misalnya Dinas Kesehatan Kabupaten). Atau petugas dari tingkat
administrasi lebih tinggi (misalnya Dinas Kesehatan Kabupaten) akan menggunakan
agregat data itu untuk mengetahui mutu pelayanan suatu unit kesehatan (misalnya
Puskesmas) pada saat melakukan supervisi dan bimbingan.
• Instrumen Untuk Data Sumber Daya
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang berbagai jenis
sumber daya, yaitu: tenaga, peralatan, bahan, alat transpor, obat dan vaksin, serta dana.
Hanya data yang memang diperlukan untuk pengambilan keputusan yang
sebaiknya dikumpulkan. Data sumber daya juga termasuk data yang diperlukan untuk
manajemen Sistem Kesehatan, sehingga agregatnya perlu dikirim ke tingkat adminstrasi
lebih tinggi.
Bentuk catatan pelayanan kesehatan yang paling umum dijumpai adalah Buku
Register, di mana pasien atau klien dicatat berurutan dalam hal nama dan ciri-ciri
demografiknya (misalnya usia dan jenis kelamin). Kemudian kolom-kolom berikutnya
disediakan untuk mencatat data bagi indikator pelayanan kesehatan seperti kunjungan,
diagnosis, status gizi, dan sebagainya.
Register juga dapat digunakan untuk pasien rawat inap. Register ini jika
dikombinasi dengan catatan tentang perubahan-perubahan pasien di bangsal, akan dapat
memberikan secara cepat informasi tentang pemakaian tempat tidur dan lama
perawatan.
Untuk instrumen pengumpulan data unit kesehatan, tata-letak yang baik dan
sederhana sangatlah penting karena dapat mempengaruhi ketepatan (accuracy) data.
Kolom-kolom dalam register dan ruang kosong untuk "tally" misalnya, harus cukup

102
FKM - UNSRAT

lebar/luas untuk mencatat data yang diperlukan. Tajuk-tajuk kolom harus jelas
menunjukkan data apa yang harus diisikan ke dalam kolom tersebut. Bentuk "checklist"
dapat pula digunakan karena lebih mudah dan cepat pengisiannya serta lebih cepat pula
dalam mengagregasikannya. Misalnya untuk data "usia" dapat digunakan pilihan ( ) di
bawah 1 tahun, ( ) lebih 1 tahun - di bawah 5 tahun, ( ) 5 tahun - 10 tahun dan
seterusnya. Petugas tidak perlu lagi menulis, melainkan hanya membuat tanda (misalnya
V atau X) di dalam ( ) yang sesuai. Sedangkan urutan dari data yang harus dicatat dalam
kartu atau register sebaiknya mengikuti urutan (sekuen) dari prosedur pelayanan
kesehatan yang akan dilakukan petugas pemberi pelayanan.
Hal-hal yang berlaku untuk komputerisasi pencatatan data pasien/ klien, juga
berlaku untuk pencatatan data unit kesehatan. Hal ini karena pada hakikatnya keduanya
harus terkait secara erat. Oleh karena itu sebaiknya komputerisasi data unit kesehatan
harus dilakukan sekaligus dengan komputerisasi data pasien/klien. Namun demikian,
untuk unit kesehatan yang besar, sebelum mengambil keputusan untuk
mengkomputerkan pencatatan data, perlu dikaji dulu ketersediaan sumber daya seperti
tenaga pengelola serta sarana-sarana penyedia dan pemelihara perangkat keras dan
perangkat lunak.

Instrumen Untuk Data Manajemen Sistem Kesehatan


Sebagai bagian dari sistem informasi rutin berbasis unit/pelayanan kesehatan,
data untuk manajemen Sistem Kesehatan dapat diperoleh melalui dua sumber, yaitu
(a) melalui data agregat yang dilaporkan unit-unit kesehatan, dan (b) melalui
pengumpulan data primer. Data primer yang dimaksud di sini adalah data yang
dikumpulkan langsung oleh petugas-petugas dari Dinas Kesehatan secara berkala sambil
melakukan supervisi dan bimbingan.
• Instrumen Laporan Unit Kesehatan
Dalam sistem informasi rutin berbasis unit/pelayanan kesehatan, sebagian besar
data yang diperlukan untuk manajemen Sistem Kesehatan dikumpulkan oleh unit-unit
kesehatan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi juga mendapat
"laporan" dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota). Jumlah formulir laporan, isi laporan,
dan frekuensi pengiriman tergantung kebutuhan para perencana kesehatan dan manajer

103
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Sistem Kesehatan di tingkat administrasi kesehatan bersangkutan. Data yang dilaporkan


terutama berkaitan dengan derajat kesehatan masyarakat, pelayanan-pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, dan sumber daya yang digunakan. Agar terjamin
penggunaan informasinya, maka sebaiknya hanya data yang diperlukan untuk informasi
pengambilan keputusan di tingkat administrasi yang lebih yang dikirim sebagai laporan.
Prinsip ini juga berlaku dalam kaitannya dengan frekuensi pelaporan. Misalnya, jika data
tentang pemakaian obat hanya akan dianalisis setahun sekali oleh Dinas Kesehatan untuk
menetapkan standar paket-paket penyediaan obat bagi unit kesehatan, maka laporannya
pun cukup dilakukan setahun sekali saja.
Sebagaimana diutarakan di depan, sistem informasi rutin cenderung terkotak-
kotak akibat tekanan dari para perencana dan manajer proyek atau program kesehatan.
Setiap program atau proyek nasional membuat sendiri formulir laporannya, tanpa
berkoordinasi satu sama lain. Akibatnya, petugas-petugas kesehatan di tingkat bawah
dibebani setiap minggu, setiap bulan, setiap tiga bulan, setiap enam bulan, setiap tahun,
mengisi berbagai jenis formulir laporan yang banyak sekali duplikasinya. Oleh karena itu,
salah satu tantangan dalam menata kembali Sistem Informasi Kesehatan adalah
merampingkan dan mengintegrasikan berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang
ada. Sedapat mungkin diupayakan agar pelaporan dari unit-unit kesehatan dibuat
komprehensif (terpadu dalam satu pelaporan) dan dikirim melalui jalur hubungan
manajerial yang baku. Misalnya dengan cara mengembangkan profil-profil kesehatan
(Profil Puskesmas, Profil Rumah Sakit, Profil Kesehatan Kabupaten, dan lain-lain).
• Instrumen Pengumpulan Data Primer
Sebagaimana dikemukakan di atas, data yang diperlukan untuk manajemen
Sistem Kesehatan juga dapat dikumpulkan oleh staf Dinas Kesehatan dalam rangka
supervisi dan bimbingan rutin ke unit-unit kesehatan. Berdasarkan kepada pedoman
standar untuk pelayanan-pelayanan kesehatan yang akan disupervisi, dapat dibuat
"checklist" untuk dibawa oleh petugas supervisi. Dengan "checklist" ini akan terkumpul
data yang dapat digunakan oleh supervisor tadi untuk mengevaluasi pelayanan
kesehatan yang disupervisinya. Dengan "cheklist" itu, data dikumpulkan dari pemeriksaan
terhadap kartu rekam medik (kartu status) Puskesmas dan kartu-kartu pelayanan
lainnya, dari observasi langsung petugas yang sedang melayani, atau kadang kala juga

104
FKM - UNSRAT

dari wawancara dengan pasien/klien yang baru selesai menjalani pengobatan. Data yang
terekam dalam "cheklist" selanjutnya dapat diagregat dan diolah lebih lanjut di Dinas
Kesehatan.
Tata-letak (layout) dari formulir dapat membantu ketepatan pengisian maupun
kemudahan penggunaannya oleh supervisor. Banyak dari hal-hal yang berlaku untuk
penyusunan tata-letak kartu rekam medik pasien/klien dan formulir pencatatan
pelayanan kesehatan juga berlaku dalam hal ini. Sedapat mungkin, formulir itu mudah
dimengerti (self-explanatory) dan membatasi digunakannya singkatan-singkatan yang
tidak lazim. Urutan data juga penting diperhatikan.
Kerap kali sebuah laporan harus dikirimkan ke berbagai pihak. Untuk itu
diperlukan beberapa salinan (duplikat) laporan. Di daerah di mana mudah dan murah
pelayanan fotokopi, duplikat laporan dapat dibuat dengan memfotokopi laporan asli. Di
daerah lain dapat dilakukan pengetikan menggunakan karbon walaupun hal ini sedikit
merepotkan. Tetapi cara yang paling baik sebenarnya adalah dengan komputerisasi
dimana kemudian dapat digunakan fasilitas jaringan komunikasi antar komputer,
khususnya internet. Dalam tatanan yang demikian ini maka, satu laporan dapat dikirim
serentak ke sejumlah sasaran tanpa perlu membuat duplikatnya.

3. Merancang Dan Melaksanakan Pengumpulan Data

Dalam proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan rutin, perancangan


dan pelaksanaan sistem pengumpulan data rutin ddilakukan segera setelah tahap
identifikasi kebutuhan informasi dan indikator. Perencana yang bertanggungjawab dalam
hal ini harus menjawab sejumlah pertanyaan praktis. Misalnya saja:
 Instrumen pengumpulan data apa saja yang diperlukan dan berapa banyak masing-
masingnya agar dapat memenuhi kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi?
 Apakah instrumen yang telah ada dapat digunakan? Atau perlu dimodifikasi?
 Jika diperlukan instrumen baru, bagaimana membuatnya?
 Bagaimana cara memperkenalkan instrumen pengumpulan data yang baru?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu jelas akan menentukan ruang
lingkup dan waktu yang dibutuhkan untuk penataan kembali sistem informasi kesehatan

105
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

rutin. Biasanya, instrumen pengumpulan data yang telah ada tidak sama sekali diabaikan,
melainkan ditinjau untuk dimodifikasi. Dengan begitu akan banyak dihemat waktu dalam
pembuatan instrumen pengumpulan data. Namun jika ternyata instrumen yang ada
memang sama sekali tidak bisa dipakai, pembuatan instrumen baru harus dilakukan
dengan cermat dan hati-hati. Konsensus harus didapat termasuk dengan para pelaksana
pencatatan dan pengumpul data di tingkat administrasi lebih rendah. Jika tidak, maka
tidak akan terdapat komitmen dan motivasi dari para pelaksana ini. Pengalaman
menunjukkan bahwa salah satu penyebab buruknya mutu data yang kita peroleh adalah
karena ketiadaan motivasi dari petugas-petugas kesehatan yang harus mencatat
dan mengumpulkannya. Selain itu, karena asal-muasal semua data dalam Sistem
Informasi Kesehatan adalah dari pasien/klien, maka harus benar-benar diupayakan
agar pengumpulan data ini terjamin (kecepatan, kebenaran, dan cakupannya).
Sehubungan dengan perlunya diupayakan kecepatan dan kebenaran data yang
masuk dari tingkat "akar rumput", maka sebaiknya Sistem Informasi Kesehatan yang
dikembangkan diawali dengan cakupan yang tidak terlalu luas dulu (start small). Ini
diperoleh dengan mencermati kegiatan analisis fungsi. Yaitu walaupun dari analisis fungsi
itu dijumpai banyak sekali fungsi untuk Puskesmas misalnya, dapat dilakukan pentahapan
dan pemrioritasan terhadap fungsi-fungsi mana yang akan terlebih dulu didukung oleh
Sistem Informasi Kesehatan (selama kurun waktu tertentu). Demikian pun berlaku untuk
Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan. Selanjutnya, bila dukungan ini telah berjalan dengan
baik, barulah cakupan fungsi yang akan didukung diperluas.
Proses perancangan dan pelaksanaan pengumpulan data secara rutin dapat
ditempuh dalam tiga tahap, yaitu: (a) penetapan instiumen-instrumen pengumpulan data
yang diperlukan, (b) pembuatan format-format instrumen dan pengujian, serta (c)
penerapan instrumen-instrumen baru pengumpulan data.

Penetapan Instrumen-instrumen Yang Dibutuhkan


Fase pertama dalam perancangan kembali pengumpulan data secara rutin adalah
membandingkan kebutuhan data (yang berasal dari kebutuhan informasi dan indikator)
yang telah ditetapkan dengan instrumen-instrumen pengumpulan data yang telah ada.
Cara yang praktis untuk itu adalah dengan menggunakan format pembantu sebagaimana

106
FKM - UNSRAT

dalam Tabel 6.1 di bawah ini.


Tabel 6.1 Format untuk membantu mengkaji instrumen pengumpulan data
yang telah ada

Kebutuhan Data Dapat diperoleh Dapat diperoleh Dapat diperoleh


tanpa modifikasi dengan modifikasi dengan
dari instrumen yang dari instrumen yang mencantumkan dlm
ada, yaitu ada, yaitu instrumen yang ada

Analisis semacam ini juga akan membantu identifikasi tumpang-tindih yang terjadi
di antara instrumen-instrumen yang telah ada. Dengan mengenali tumpang-tindih
tersebut, maka akan dapat dilakukan integrasi beberapa instrumen. Dengan demikian
besar kemungkinan akan diperoleh instrumen baru yang lebih sedikit jenisnya dan lebih
sederhana (tidak terlalu banyak butir-butir datanya), namun tetap memenuhi kebutuhan.
Tentu saja instrumen yang masih dapat digunakan sepenuhnya, tidak perlu dihapus.
Aspek-aspek yang cukup penting untuk diperhatikan dalam rangka peningkatan
pengumpulan data secara rutin adalah (a) standarisasi definisi kasus, (b) standarisasi
prosedur manajemen kasus, dan (c) standarisasi prosedur pengumpulan data. Tanpa
definisi yang baku tentang apa yang disebut kasus baru suatu penyakit dan apa itu
kunjungan ulang untuk suatu episod yang sama, maka data tentang kecenderungan
penyakit menjadi sulit dianalisis. Misalnya bila di suatu Puskesmas setiap kunjungan
tuberkulosis selalu dicatat sebagai kasus baru, sedangkan di Puskesmas lain kunjungan
tuberkulosis oleh pasien yang sama hanya dicatat sekali. Membandingkan data
tuberkulosis antara dua Puskesmas tersebut tentu tidak ada artinya sama sekali. Lebih
lanjut, informasi tentang mutu pelayanan kesehatan juga menjadi subyektif bila prosedur
manajemen kasus tidak distandarisasi.

Pembuatan Format Instrumen dan Pengetesan


Pembuatan format dapat sangat membantu dalam upaya menjamin penggunaan

107
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

yang lebih baik terhadap informasi yang dihasilkan. Terutama dalam rangka pengambilan
keputusan untuk manajemen pasien/klien (format yang dibutuhkan adalah kartu rekam
medik dan formulir pelaporannya).
Bila keputusan telah diambil berkaitan dengan instrumen-instrumen mana yang
akan direvisi, mana yang akan dihapus, dan apa saja yang akan dibuat baru, maka
pembuatan format-formatnya dapat diserahkan kepada sebuah Tim yang ahli dalam hal
itu. Tim ini harus memperhatikan berbagai issu berkaitan dengan cara pembuatan
formulir dan tata-letak (layout) setiap instrumen. Pertanyaan-pertanyaan khas yang
harus dijawab antara lain adalah:
 Bagaimana urutan yang baik dari butir-butir dalam formulir?
 Bagaimana kalimat-kalimat yang baik untuk setiap butir (pemilihan kata-katanya agar
tidak disalahtafsirkan, tata bahasanya, dan lain-lain)?
 Apakah formulir perlu dilengkapi gambar? Bila ya, gambar apa saja?
 Di mana diletakkan kepanjangan dari singkatan-singkatan (bila ada)?
 Di mana diletakkan petunjuk cara pengisian dan penggunaan? Apakah perlu dibuat
buku tersendiri/terpisah?
 Untuk kartu rekam medik, apakah ini untuk disimpan oleh pasien/klien atau oleh unit
kesehatan?
 Untuk formulir data unit kesehatan, apakah akan digunakan buku register atau
lembar-lembar "tally"?
 Data apa saja yang akan dimasukkan ke komputer?
 Haruskah kartu atau formulir dicetak berwarna?
Pembuatan formulir adalah proses dengan banyak tahapan dan bersifat iteratif
(dapat kembali ke tahap yang telah lewat dan melakukan revisi, bila perlu). Perhatian
harus dicurahkan secara sungguh-sungguh agar data dapat dicatat tanpa keraguan dan
agar kartu atau formulir dapat diisi/digunakan dengan mudah. Hal ini akan dapat
diketahui pada saat dilakukan pengetesan (pretest).
Tidak ada aturan baku dalam menentukan jumlah unit kesehatan dan kurun
waktu untuk pengetesan instrumen. Idealnya, sampel unit kesehatan untuk pengetesan
harus serepresentatif mungkin. Variabel penting yang perlu diperhatikan adalah lokasi
dari unit kesehatan yang digunakan untuk pengetesan (perkotaan versus pedesaan,

108
FKM - UNSRAT

berbagai tatanan budaya, berbagai daerah dengan bahasa berbeda), kondisi stafnya
(kompetensi, beban kerja), keadaan peralatan dan perlengkapan, dan pola penggunaan
unit kesehatan oleh masyarakat. Kurun waktu untuk pengetesan sebaiknya cukup
panjang agar dapat dikaji seluruh aspek yang berkaitan dengan proses
pengumpulan data. Menurut pengalaman diperlukan antara 3-6 bulan untuk pengetesan
ini. Semua aspek dari instrumen pengumpulan data harus dikaji selama masa ujicoba,
yaitu meliputi:
 Kelayakan: Mungkinkah dilakukan pengumpulan data dengan formulir tersebut di unit
kesehatan yang bersangkutan? Misalnya, punyakah unit itu laboratorium (untuk
pengumpulan data penyakit)?
 Relevansi: Apakah data yang dikumpulkan dapat digunakan di unit kesehatan
bersangkutan untuk manajemen pasien/klien?
 Beban: Seberapa beban waktu dan upaya yang harus ditanggung staf unit kesehatan
untuk mengisi instrumen pengumpulan data?
 Tata-letak (layout): Apakah urutan butir-butir datanya bagus? Cukupkah ruang
kosong untuk mengisikan data?
 Kejelasan: Apakah petunjuk pengisian/penggunaannya jelas dan membantu?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas dapat diperoleh melalui
observasi oleh Tim Pengkajian dan melalui komentar-komeniai langsung dari para
petugas pencatat/pengumpul data. Untuk itu perlu disiapkan "cheklist" atau kuesioner
untuk dijawab.
Berdasarkan kepada hasil-hasil pengetesan (pretesting), instrumen-instrumen
kemudian diperbaiki dan difinalisasi untuk dilaksanakan penerapannya. Jika temyata
perbaikannya cukup banyak, maka diperlukan pengetesan untuk yang kedua kalinya.

Penerapan Instrumen-instrumen Baru


Tahap terakhir dari penataan kembali pengumpulan data secara rutin adalah
penerapan instrumen-instrumen dan prosedur-prosedur baru di unit-unit kesehatan.
Proses ini melibatkan sedikitnya tiga kegiatan, yaitu: (a) pencetakan dan distribusi
instrumen-instrumen, (b) pelatihan petugas kesehatan mengenai prosedur pengumpulan
data, dan (c) penghentian penggunaan instrumen-instrumen lama.

109
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Pencetakan dan distribusi instrumen-instrumen baru pengumpulan data


sebenarnya merupakan proses yang menjemukan dan dapat merupakan hambatan bagi
kelancaran proses penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan. Untungnya dengan
kemajuan luar biasa di bidang percetakan, yaitu dengan dimanfaatkannya komputer,
pekerjaan pencetakan sekarang menjadi jauh lebih ringan. Akan tetapi distribusi
tampaknya miasih merupakan masalah, oleh karena masih sangat tergantung kepada
tranportasi. Oleh karena distribusi ini harus direncanakan dengan baik, khususnya
disinkronkan dengan jadwal pelatihan petugas. Jangan sampai terjadi sesudah pelatihan
dan kembali ke unitnya masing-masing, petugas belum dapat menerapkan sistem baru
karena instrumen-instrumennya belum ada.
Pelatihan bagi petugas mungkin akan lebih efektif dan efisien bila dilakukan di
Kabupaten/Kota. Namun demikian hendaknya diupayakan jangan terlalu lama dan
diselenggarakan secara bergelombang. Dengan demikian fungsi unit-unit (Puskesmas
dan Rumah Sakit) tidak terlalu terganggu karena ditinggalkan petugasnya. Lebih baik lagi
bila pelatihan ini dapat diintegrasikan sekaligus dengan pelatihan-pelatihan teknis
program atau pelayanan kesehatan. Selain itu, pelatihan hendaknya tidak terbatas pada
bagaimana mengisi kartu atau formulir, tetapi juga bagaimana menggunakan
informasinya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Langkah terakhir adalah penghentian penggunaan instrumen-instrumen lama.
Langkah ini penting terutama bila memang terjadi perubahan yang sangat besar. Namun
demikian, langkah ini hendaknya dilakukan secara cermat, agar jangan sampai terjadi
kekosongan di unit-unit kesehatan. Pastikan dulu bahwa semua unit kesehatan telah
menerima instrumen-instrumen baru, sebelum dilakukan penghentian secara resmi
instrumen-instrumen lama. Mungkin baik pula dipertimbangkan penghentian secara
bertahap, sesuai dengan perkembangan distribusi instrumen-instrumen baru. Risikonya
memang adalah bahwa selama masa transisi, Dinas Kesehatan harus menangani dua
sistem sekaligus.

Pengumpulan Data Sewaktu-waktu


Sebagaimana telah dibahas di muka, pengumpulan data secara rutin dilakukan

110
FKM - UNSRAT

bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan sehari-hari di unit-unit kesehatan.


Kebalikannya, pengumpulan data sewaktu-waktu dilakukan secara "ad hoc", sesuai
dengan keperluan, dalam rangka melengkapi data yang didapat secara rutin.
Terdapat berbagai metode untuk mengumpulkan data sewaktu-waktu. Secara
umum, metode-metode tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu (1)
kajian cepat atau "rapid assessment", (2) survei, dan (3) surveilans demografik. Adapun
perbedaan ketiga metode tersebut dapat diringkaskan dalam Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Perbedaan antara ketiga golongan metode pengumpulan data sewaktu-waktu
Metode Ilmu yang dibutuhkan Hasilnya
1. Kajian Cepat Antropologi, Manajemen Persepsi thd pelayanan kesehatan,
keyakinan dan perilaku sehat
2. Survei Epidemiologi, Sosiologi, Estimasi angka kesakitan,
Ekonomi penggunaan pelayanan kesehatan,
pengeluaran rumah tangga untuk
kesehatan
3. Surveilans Demografi Dampak program: kematian pada
Demografik jenis kelamin dan usia tertentu,
atau berdasar penyebabnya;
fertilitas pd kelompok usia ttt

1. Kajian Cepat (Rapid Assessment)

Para manajer kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan harus memiliki


pengetahuan tentang tatanan sosio-budaya masyarakat di wilayah kerja unit
kesehatannya. Juga tentang perilaku sehat dari penduduk. Kesemuanya itu diperlukan
agar mereka dapat merancang dan melaksanakan pelayanan kesehatan yang efektif.
Dilema yang mereka hadapi adalah bahwa pencatatan dan pelaporan rutin tidak
memberikan informasi mendalam tentang perilaku masyarakat yang diperlukan untuk
meningkatkan "efektivitas" dari intervensi-intervensi kesehatan. Sementara itu,
penelitian-penelitian sosial - baik sosiologi maupun antropologi - terlalu mahal untuk
diselenggarakan dan dan memakan waktu terlalu lama. Padahal para pengambil
keputusan itu menginginkan informasi yang relatif segera. Oleh karena itu maka
sejumlah ahli menyarankan diselenggarakannya metode kualitatif secara sangat terfokus.

111
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Mereka menamakan metode itu kajian cepat (rapid assessment). Contoh penggunaan
dari metode ini adalah: pengkajian terhadap risiko sosial dari penyakit-penyakit,
pengkajian terhadap persepsi masyarakat terhadap tindakan pencegahan, dan lain-lain.
Kajian cepat ini masih dapat diurai ke dalam berbagai metode lagi, yaitu
observasi, wawancara, diskusi kelompok fokus (focus group discussion), dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri utama dari kajian cepat adalah: (a) jarak waktu yang pendek antara
pengumpulan data dan penyajian hasilnya, (b) digunakannya kombinasi antara metode
kualitatif dan metode kuantitatif, dan (c) orientasinya kepada tindakan, sehingga para
pengambil keputusan terlibat dalam menentukan apa yang akan dikaji.
Berikut ini disajikan secara ringkas penjelasan tentang observasi, wawancara
perorangan, dan diskusi kelompok fokus.

Observasi
Pengamat-pengamat yang telah dilatih diminta untuk mengikuti interaksi antara
dua orang, biasanya antara pasien dengan pemberi pelayanan. Para pengamat ini
umumnya tidak ikut terlibat dalam interaksi, walaupun hanya sekedar bertanya atau
memberikan komentar.
Observasi banyak digunakan untuk mengkaji mutu pelayanan kesehatan. Praktek-
praktek pelayanan kesehatan hasil pengamatan dibandingkan dengan apa yang
tercantum dalam standar pelayanan, baik dalam aspek teknis medisnya maupun
aspek kemanusiaannya (kepedulian). Observasi juga dapat digunakan untuk mengkaji
alur pasien dan waktu tunggu pasien di unit-unit pelayanan kesehatan.

Wawancara Perorangan
Metode ini merupakan metode yang paling dekat dengan metode antropologi
yang baku. Individu-individu dipilih berdasar kriteria tertentu. Untuk mendapatkan
sebanyak-banyaknya variasi pengalaman mereka. Wawancara biasanya diselenggarakan
di tempat yang tidak asing bagi responden (orang yang diwawancara). Di sini tidak
digunakan daftar pertanyaan (kuesioner), dan wawancara berlangsung secara bebas
seperti percakapan biasa. Namun demikian, pewawancara tetap harus memiliki pedoman
wawancara yang tersimpan dalam ingatannya, sehingga dapat membimbing percakapan

112
FKM - UNSRAT

kepada issu-issu tertentu. Agar tidak kaku, pewawancara tidak sibuk mencatat,
melainkan merekam pembicaraan menggunakan tape recorder. Setelah selesai
wawancara, rekaman itu kemudian ditranskripsi (ditulis) dan dikode menurut konsep-
konsep yang dikaji.

Diskusi Kdompok Fokus


Diskusi Kelompok Fokus atau Focus Group Disccusion (FGD) melibatkan
sekelompok kecil orang (7-12 orang) yang menjadi sasaran pengkajian. Peserta tidak
dipilih secara acak (random) melainkan berdasar kriteria tertentu. Misalnya mereka yang
tidak pendiam dan senang berdiskusi, masing-masing diperkirakan memiliki sudut
pandang yang berbeda, dan lain-lain. Seorang fasilitator menggunakan butir-butir issu
yang telah ditetapkan merangsang para peserta diskusi untuk menyampaikan
pandangan-pandangan mereka dan membahasnya. Fasilitator ini biasanya dibantu oleh
seorang pencatat yang memperhatikan dan mencatat hal-hal penting sesuai dengan
pedoman pengkajian.
Umumnya diskusi tidak berlangsung lama, yaitu kira-kira satu setengah jam. Agar
FGD berjalan baik dan benar diperlukan pelatihan fasilitator dan pencatat. Fasilitator
harus pandai-pandai memandu jalannya diskusi, sehingga diskusi tidak didominasi oleh
satu atau dua orang saja. la juga tidak perlu terlalu kaku berpegang pada urutan butir-
butir issu yang menjadi pedomannya. Bilamana diskusi tentang suatu butir issu
menyinggung butir issu lain yang tidak berurutan, peluang itu tak boleh dilewatkan.
Fasilitator dapat segera mengajak peserta diskusi untuk membahas butir issu tadi.
Sebagaimana dengan wawancara, setelah selesai diskusi, hasil pencatatan kemudian
dikode menurut konsep-konsep yang dikaji.

2. Survei

Metode survei tidak dapat dijelaskan dengan baik dalam kesempatan yang
terbatas ini. Oleh karena itu, berikut ini hanya akan dijelaskan secara ringkas dua jenis
survei yang sering dilakukan di bidang kesehatan, yaitu (a) survei kesehatan rumah
tangga, dan (b) survei pengguna pelayanan kesehatan.

113
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Survei Kesehatan Rumah Tangga


Survei ini merupakan pengkajian terhadap rumah tangga yang pemilihan
sampelnya dilakukan secara gabungan antara metode acak (random) dengan metode
mengikuti kriteria tertentu (purposive). Tujuannya adalah untuk mengungkap berbagai
aspek kesehatan dari keluarga, seperti kesakitan, perilaku dalam mencari pertolongan
kesehatan, dan pengeluaran keluarga untuk kesehatan.
Walaupun survei semacam ini dapat menghasilkan data yang sangat tinggi
validitas dan ketepatannya, tetapi memerlukan biaya yang besar dan waktu
penyelenggaraan yang lama. Karena merupakan data yang diperoleh dari sampel, maka
untuk menggeneralisasi hasilnya juga diperlukan kecermatan. Sejak tahun 1972,
Departemen Kesehatan telah melaksanakan enam kali Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT), yaitu pada tahun 1972, 1980, 1985/86, 1992, 1995, dan 2001. Dua SKRT
terakhir dilakukan secara terpadu dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang
diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS juga mengumpulkan data
kesehatan dalam cakupan terbatas melalui Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) yang telah diselenggarakan sebanyak empat kali, yaitu tahun 1991, 1994, dan
1997 dan 2003.

Survei Kesehatan Nasional


Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) adalah pengembangan dari SKRT, yaitu
pengintegrasian SKRT dengan Susenas dan SDKI. Surkesnas akan diselenggarakan dalam
siklus tiga tahunan, yaitu 2001, 2004, 2007, 2010, dan seterusnya. Pengintegrasian
dilakukan melalui pemakaian rancangan sampling yang sama, penggunaan format
instrumen (kuesioner) yang seragam, kolaborasi dalam persiapan survei,
pelatihan,pelaksanaan lapangan, dan pemanfaatan data.
Surkesnas akan melibatkan potensi Daerah dan diharapkan dapat digunakan
sebagai sarana advokasi dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan kemampuan
Daerah. Dengan demikian, model Surkesnas diharapkan dapat memacu kemauan dan
kemampuan Daerah untuk menyelenggarakan Survei Kesehatan Daerah (Surkesda).
Tujuan umum Surkesnas adalah tersedianya data kesehatan berbasis masyarakat
(community based) untuk keperluan perencanaan, pemantauan, dan penilaian program

114
FKM - UNSRAT

pembangunan kesehatan. Secara khusus Surkesnas 2001 akan: (1) merancang modul
kesehatan untuk Susenas 2001 serta menganalisis dan melaporkan kajian kesehatan
berdasar data Susenas 2001, (2) merancang modul KIA sebagai bagian dari SDKI 2002
serta menganalisis dan melaporkan kajian kesehatan berdasar data SDKI 2002, (3)
merancang studi morbiditas SKRT 2001 serta melaksanakan pengumpulan data,
menganalisis dan melaporkan kajian data morbiditas, (4) merancang studi mortalitas
SKRT 2001 serta melaksanakan pengumpulan data, menganalisis dan melaporkan kajian
data mortalitas, (5) merancang studi tindak lanjut ibu hamil SKRT 2001 serta
melaksanakan pengumpulan data, menganalisis dan melaporkan kajian data ibu hamil.
Surkesnas diselenggarakan dengan prinsip jaringan, kolaborasi, kemitraan, dan
keterlibatan klien. Penanggung jawab Surkesnas adalah Departemen Kesehatan (c.q.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) di mana terdapat Tim Peneliti Inti dan
Sekretariat. Untuk mendukung pelaksanaan Surkesnas di masing-masing Propinsi,
dibentuk Sekretariat Surkesnas Provinsi. Tenaga lapangan (pengumpui data) untuk SKRT
direkrut dari tenaga kesehatan di Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Puskesmas, yaitu
yang terdiri dari dokter iimum, bidan dan teknisi laboratorium. Sedangkan data kesehatan
pada modul kesehatan Susenas dan SDKI dikumpulkan oleh tenaga BPS (staf BPS,
mantis, dan mitra). Pembentukan Sekretariat Surkesnas Provinsi dan penggalangan
tenaga lapangan dari Daerah merupakan bagian dari upaya pemberdayaan Daerah dan
awal pengembangan kemampuan tenaga Daerah ke arah terselenggaranya Surkesda.
Untuk panduan lebih lanjut tentang bagaimana mengolah data Susenas untuk
kepentingan daerah dapat dirujuk Modul Pengolahan Data Susenas.

Survei Pengguna Pelayanan Kesehatan


Survei pengguna pelayanan kesehatan atau biasa disebut juga survei pemakai
adalah alat yang cukup efisien untuk mengkaji persepsi dari sebagian masyarakat yaitu
mereka yang menggunakan pelayanan kesehatan. Survei ini telah banyak digunakan
dalam rangka mengetahui kepuasan konsumen terhadap pelayanan kesehatan yang
diterimanya dan persepsi mereka terhadap mutu pelayanan tersebut. Penyederhanaan
dari metode ini adalah dalam bentuk penyediaan kotak-kotak keluhan/saran di unit-unit
pelayanan kesehatan. Namun demikian cara ini tidak begitu efektif karena sifatnya yang

115
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

sangat tidak terstruktur. Lamanya pengumpulan data tidak dapat diitetapkan dan jumlah
respondennya pun tidak tentu. Demikian pula issu yang masuk umumnya juga tidak
terfokus.

3. Surveilans Demografik

Dampak upaya kesehatan dapat dirumuskan sebagai menurunnya kesakitan atau


menurunnya fertilitas. Sebagai ukuran kesakitan dapat digunakan morbiditas, seperti
misalnya kejadian dan lama berlangsungnya penyakit, tingkat ketidakmampuan akibat
sakit; atau mortalitas seperti misalnya angka kematian pada kelompok usia tertentu atau
menurut penyebabnya. Sebagai ukuran fertilitas, dampak dinyatakan dalam bentuk
angka-angka fertilitas pada usia tertentu dan angka fertilitas total sebagai ukuran tunggal
(integrasi dari angka-angka fertilitas usia tertentu). Kesemuanya itu dapat dikatakan
sebagai estimasi terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Estimasi terhadap derajat kesehatan saat ini memegang peran penting dalam
perumusan kebijakan kcsehatan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Sebagian besar kebijakan dan proyek kesehatan selalu mencantumkan rnening-
katnya derajat kesehatan sebagai tujuannya. Peningkatan derajat kesehatan ini
dinyatakan sebagai menurunnya angka mortalitas, morbiditas, atau fertilitas.
 Penetapan prioritas pelayanan kesehatan didasarkan kepada kajian-kajian tentang
efektivitas-biaya, dengan menggunakan perbedaan antara derajat kesehatan saat ini
dan estimasi derajat kesehatan sesudah intervensi sebagai varaibel dampak.
Keputusan-keputusan yang diambil dan kelak berdampak jauh ke depan,
berlandaskan kepada estimasi ini.
 Berdasar kepada estimasi efektivitas-biaya, ditetapkan pula paket-paket pelayanan
kesehatan dasar.
 Dalam konteks peningkatan mutu pelayanan kesehatan, banyak orang berpendapat
bahwa dampak upaya kesehatan merupakan sesuatu yang penting untuk
diperhitungkan.
 Indikator-indikator derajat kesehatan digunakan untuk menilai kemajuan
pembangunan suatu negara atau daerah.

116
FKM - UNSRAT

Walaupun indikator-indikator derajat kesehatan penting artinya bagi perumusan


dan penilaian kebijakan, namun indikator-indikator tersebut tidak pernah diukur secara
langsung. Terdapat lima alasan yang umumnya dikemukakan berkaitan dengan hal ini.
a. Banyak orang beranggapan bahwa dampak dari intervensi-intervensi kesehatan dapat
dinilai melalui panel dari ahli-ahli yang membahas hasil-hasil penelitian yang
berkaitan.
b. Biaya yang diperlukan untuk mengkaji dampak upaya kesehatan diperhitungkan
sangat tinggi.
c. Waktu yang diperlukan agar intervensi kesehatan menunjukkan dampaknya yaitu 3-
5 tahun tidak memungkinkan dikumpulkannya data dampak dalam waktu segera
sebagaimana diharapkan oleh para pengambil keputusan
d. Banyak orang beranggapan bahwa indikator-indikator derajat kesehatan merupakan
hasil kerja berbagai sektor. Dengan demikian tidaklah relevan untuk menyatakan
bahwa perubahan dalam indikator derajat kesehatan harus merupakan hasil
perubahan dalam pclayanan kesehatan.
e. Terdapat cara lebih murah untuk mendapatkan informasi berharga mengenai dampak
upaya kesehatan, yaitu dengan menggunakan survei demografi dan kesehatan

Penutup
Untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi manajemen kesehatan Daerah.
Sistem Informasi Kesehatan Daerah harus mengumpulkan data dengan berbagai metode
yang meliputi tidak hanya metode rutin, melainkan juga metode sewaktu-waktu.
Metode pengumpulan data sewaktu-waktu digunakan untuk mencari data guna
mengisi kesenjangan informasi yang didapat dari metode pengumpulan data rutin. Data
tertentu seperti data dampak kesehatan dan perilaku kesehatan memang sulit untuk
diperoleh melalui pengumpulan data rutin yang berbasis sarana/pelayanan kesehatan.
Pengumpulan data secara rutin akan dapat mencakup data seperti itu apabila diperluas
dengan memasukkan petugas kesehatan di desa (sanitarian atau bidan) dan kader
kesehatan sebagai pengumpul data dari masyarakat. Akan tetapi, survei cepat atau
survei biasa dapat pula digunakan untuk mengumpulkan data tersebut dari masyarakat di
wilayah kerja unit kesehatan secara sewaktu-waktu. Mungkin cara ini bahkan lebih murah

117
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

dibanding memperluas cakupan pelaporan rutin sampai ke masyarakat.


Instrumen pengumpulan data merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan
karena dari situlah bermula validitas dan keakuratan data. Oleh karena itu, pengelolaan
instrumen sejak dari perancangannya, pengetesan-nya, pencetakan dan distribusinya
harus dilaksanakan dengan cermat. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
konsistensinya terhadap kebutuhan informasi, indikator, dan data yang telah ditetapkan
di tahap sebelumnya.

118
BA
FKM - UNSRAT

7
P
r
o
D s
e
s

M
e
n
g
o
l
a
h

D
119
a
pengertian
yang

t sederhana,
Sistem
a Informasi
Kesehatan
M adalah suatu

e proses
pengumpulan

n data,
pengolahan
j data menjadi

a informasi, dan
diseminasi
d informasi

i dalam Sistem
Kesehatan.

I
Proses ini
memerlukan

n kebijakan dan
melibatkan
f para petugas

o kesehatan
serta sejumlah
r prosedur, dan

m mungkin juga
menggunakan bantuan
a komputer.
Sebagai
s mana

i disebutkan
dalam Pokok

a Bahasan

la terdahulu,

m Sistem

119
I mponen yang
n saling berkait,
f yang dapat
o dikelompokkan
r ke dalam dua
m entitas, yaitu
a (1) proses
si informasi, dan
K (2) manajemen
e Sistem
s Informasi
e Kesehatan.
h Melalui proses
a informasi, data
t mentah
a (masukan)
n diolah dan
m diubah menjadi
e informasi
m dalam bentuk
ili yang "dapat
ki digunakan"
s dalam
e pengambilan
p keputusan
e (keluaran).
r Proses
a informasi
n ini dapat
g diurai
k menjadi:
a (1) pengumpulan data,
(2) pengiriman data, (3)
t
pengolahan data, (4)
k analisis data, serta
o (5) penyajian data dan
119
informasi h perihal
untuk
pengiriman
digunakan
dalam data, yaitu
manajemen
tentang
.
bagaimana
D
data disalurkan
al
di antara para
a
pelaksana
m
Sisiem
Kesehatan.
P
Selain itu juga
o
tentang
k
pengolahan
o
data, yaitu
k
tentang
B
bagaimana
a
data mentah
h
diproses dan
a
diubah menjadi
s
informasi yang
a
berguna dan
n
dapat
in
dimengerti
i
oleh para
a
petugas
k
kesehatan.
a
n
ki
t
Pengiriman
a Data
t Dalam bentuknya
yang paling
el sederhana,
a pengiriman data
adalah penyaluran
a

119
119
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

data mentah dari suatu tingkat administrasi kesehatan atau dari lapangan ke tingkat
administrasi kesehatan lebih tinggi atau ke penyelenggara survei dalam suatu Sistem
Kesehatan, untuk diolah.
Disadari bahwa data mentah yang terkumpul di suatu tingkat administrasi atau
dari lapangan belum tentu sesuai bentuk ataupun mutunya dengan tindakan-tindakan
yang akan didukungnya dalam manajemen kesehatan. Oleh karena itu, untuk
medapatkan kesesuaian dengan manajamen kesehatan. data tersebut harus diolah
sehingga menjadi informasi yang berguna untuk mendukung tindakan-tindakan di tingkat
administrasi yang bersangkutan. Untuk data rutin, data itu harus dipilih dan kemudian
data terpilih dikirim ke tingkat administrasi lebih tinggi.
Jadi, pengiriman data pada dasarnya adalah proses bagaimana data ditransfer di
antara para pelaku Sistem Kesehatan, sehingga dijamin bahwa di setiap tingkat
administrasi, semua keputusan administratif, politis maupun manajerial didasarkan
kepada informasi yang sesuai. Tugas dari pengiriman data adalah menjamin tersedianya
data yang sesuai untuk pengambilan keputusan.
Suatu Sistem Informasi Kesehatan yang baik akan menjamin bahwa data yang
dikirim akan relevan tidak saja bagi pengambilan keputusan di tingkat administrasi lebih
tinggi, tetapi juga bagi manajemen sehari-hari di tingkat Puskesmas dan Rumah Sakit. Ini
berarti bahwa perhatian terhadap mutu data harus dimulai sejak dari tingkat "akar
rumput" (yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten/Kota).
Berikut kita akan membahas dua jenis pengiriman data, yaitu pengiriman data
secara vertikal dan pengiriman data secara horizontal. Pengiriman data vertikal adalah
pengiriman data dari suatu tingkat administrasi kesehatan atau dari lapangan ke tingkat
administrasi kesehatan di atasnya atau ke penyelenggara survei. Sedangkan pengiriman
data horizontal adalah pengiriman data dari satu pelaku ke pelaku Sistem Kesehatan
yang lain dalam satu tingkat administiasi.

1. Pengiriman Data Vertikal

Sebagaimana disebutkan di atas, pengiriman data vertikal berfokus pada transfer


data antar tingkat administrasi kesehatan dalam Sistem Kesehatan atau dari lapangan ke

120
FKM - UNSRAT

penyelenggara survei. Dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen sebagaimana


dibahas dalam Pokok Bahasan terdahulu, dapat disampaikan contoh-contoh pengiriman
data vertikal sebagai berikut.
 Manajemen pasien/klien: rujukan rekam medik dari unit pelayanan kesehatan dasar
(Puskesmas) ke unit pelayanan kesehatan spesialistik (Rumah Sakit), atau sebaliknya.
 Manajemen unit kesehatan: pengiriman laporan ringkas tetapi cukup terinci tentang
persentase anak yang telah diimunisasi di suatu wilayah kerja Puskesmas ke Dinas
Kesehatan Kabupaten. Atau pengiriman data tentang sikap masyarakat terhadap
pelayanan Puskesmas, dari lapangan ke penyelenggara survei di Dinas Kesehatan.
 Manajemen Sistem Kesehatan: pengiriman laporan ringkas tetapi cukup terinci
tentang kejadian penyakit dari Puskesmas-Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten ke
Dinas Kesehatan Kabupaten dalam rangka surveilans penyakit. Atau pengiriman data
tentang kemampuan masyarakat membayar pelayanan kesehatan, dari lapangan ke
penyelenggara survei di Dinas Kesehatan Provinsi.
Bila diperhatikan kondisi saat ini, maka pengiriman data vertikal di daerah,
khususnya data rutin, akan mengikuti jalur komunikasi administratif (hirarkhis). Akan
tetapi bila komputerisasi Sistem Informasi Kesehatan di suatu Daerah Provinsi sudah
berhasil diwujudkan, sehingga setiap unit kesehatan telah memiliki komputer dan setiap
komputer sudah terhubung secara langsung ke komputer induk (server) di Dinas
Kesehatan Provinsi melalui jaringan komputer luas, maka bisa jadi akan terbentuk pola
pengiriman data vertikal yang non-hirarkhis.
Bila dibuat perbandingan antara pengiriman data vertikal dengan jalur
administrasi dan pengiriman data vertikal dengan jaringan komputer luas, memang jauh
lebih baik yang menggunakan jaringan komputer luas. Dengan menggunakan jaringan
komputer luas, pengiriman data menjadi jauh lebih cepat (boleh dikatakan "seketika"),
mutu data jauh lebih terjamin dan aksesibiltas terhadap data pun menjadi jauh lebih
besar. Akan tetapi penggunaan komputer dan jaringan luas untuk pengiriman data ini
memang menjadi lebih rumit penyiapan dan pemeliharaannya. Diperlukan keahlian
khusus (yaitu telematika) untuk penyiapan dan pemeliharaan itu. Biaya investasi mungkin
lebih tinggi, tetapi biaya operasional mungkin akan lebih rendah (karena tidak diperlukan
lagi pencetakan dan distribusi instrumen serta pengiriman fisik laporan).

121
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

2. Pengiriman Data Horizontal

Pengiriman data horizontal yang bermakna transfer data di antara pelaku Sistem
Kesehatan di satu tingkat administrasi cenderung untuk meningkat. Kecenderungan ini
akibat akan semakin baiknya kerjasama lintas sektor di suatu Daerah dalam rangka
mencapai visi Pembangunan Kesehatan di Daerah tersebut. Juga karena semakin
diharusskannya komuniasi antara unit-unit kesehatan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders), termasuk konsumen dan masyarakat umum.
Terdapat paling sedikit tiga fungsi yang didukung oleh proses pengiriman data
horizontal ini. Pertama, pengiriman data yang secara langsung dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Misalnya data tentang persepsi masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, data perubahan anggaran kesehatan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), dan lain-lain. Kedua, pengiriman data yang perlu diproses dulu
sebelum digunakan untuk pengambilan keputusan. Misalnya data mentah dari apotik-
apotik, data mentah dari sekolah-sekolah atau pesantren-pesantren, atau data mentah
dari lintas sektor lainnya. Ketiga, pengiriman umpan-balik, yaitu data yang berada di
Bank Data Dinas Kesehatan yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Misalnya yang diperlukan oleh Bappeda untuk perencanaan APBD, yang diperlukan
kantor Bupati untuk menyusun laporan tahunan kepada DPRD, dan lain-lain.
Sebagaimana pengiriman data vertikal, pengiriman data horizontal juga dapat
sangat ditingkatkan kecepatan dan ketepatannya bila telah digunakan jaringan komputer
luas. Apa lagi jika Dinas Kesehatan atau unit-unit kesehatan telah dapat memanfaatkan
Internet untuk menyajikan datanya. Yaitu melalui pembuatan dan pengelolaan situs atau
website atau homepage di Internet.

Pengolahan Data
Tujuan dari pengolahan data adalah dihasilkan dan disajikannya informasi yang
dapat membantu proses pengambilan keputusan di setiap tingkat administrasi kesehatan.
Proses pengolahan data ini dapat dilakukan secara manual ataupun dengan

122
FKM - UNSRAT

menggunakan bantuan komputer. Cara apa pun yang digunakan, pada dasarnya
pengolahan data mencakup tiga langkah pokok, yaitu: (1) pembersihan data,
(2) pembuatan ringkasan untuk analisis, dan (3) analisis data dan pengemasan informasi.

1. Pembersihan Data

Betapa pun, data mentah kerap kali mengandung hal-hal yang menyebabkan
kekurangtepatan atau kurang konsostensi. Pada umunya tidak ada data mentah yang
bebas dari kesalahan. Oleh karena itu, data mentah perlu dievaluasi, diverifikasi dan
diperbaiki (bila perlu). Sumber kesalahan yang umum dijumpai adalah akibat adanya
variabel yang tidak terisi (kosong), atau mungkin bahkan duplikasi. Juga akibat adanya
angka yang meragukan (misalnya seorang ibu hamil berusia 92 tahun), adanya
kontradiksi (misalnya seorang yang lahir tahun 1949 disebutkan berusia 25 tahun pada
tahun 2001), atau adanya inkonsistensi dengan apa yang telah diketahui (misalnya
dilaporkan adanya 10.000 kelahiran di suatu daerah yang diketahui jumlah wanita usia
suburnyn hanya 2.000 orang).
Jadi, pembersilian data akan menjamin proses transformasi data mentah ke
dalam tabel-tabel atau indikator-indikator akan berlangsung mulus tanpa gangguan
akibat adanya kesalahan (error). Untuk mengatasi kesalahan terdapat sejumlah yang
dapat ditempuh. Lembar laporan atau kuesioner survei dapat dirujuk ke register data
atau kartu rekam medik aslinya. Prosedur ―imputasi" atau penetapan isi variabel
yang kosong dapat dilakukan dengan menggunakan perkiraan yang cerdik (informed
guesswork). Data di dalam komputer dapat dibersihkan dengan menjalankan program
pembersih data. Namun harus disadari bahwa sebaik-baiknya upaya pembersihan kerap
kali masih saja ada kesalahan yang tersisa akibat tidak terdeteksi. Pembersihan data
pada hakikatnya adalah untuk memperkecil kesalahan yang ada, sehingga tidak
menyesatkan pengambilan keputusan.

2. Pembuatan Ringkasan untuk Analisis

Tahap kedua dari pengolahan data adalah pembuatan ringkasan data yang
berupa tabel-tabel yang berisi indikator. Tabel-tabel dan indikator- indikator ini nanti

123
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

akan digunakan untuk menganalisis dan mengemas informasi sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena itu pembuatan tabel-tabel juga harus memperhatikan arah analisisnya.
Untuk kepentingan analisis ke arah penyajian informasi tentang kesetaraan jendel
misalnya, tabel-tabel tertentu perlu menyediakan kolom terpisah bagi jenis kelamin
berbeda.
Tabel adalah sajian data atau indikator dimana data atau indikator tersebut
disusun dalam baris- baris dan kolom-kolom sedemikian rupa sehingga dapat
menunjukkan perbandingan-perbandingan. Terdapat beberapa jenis tabel, yaitu:
 Tabel Induk (Master Table). Tabel ini berisi semua data/indikator yang tersedia dari
suatu hal/keadaan secara terinci, sehingga orang dapat memperoleh gambaran
lengkap dalam satu tabel. Tabel ini biasanya digunakan sebagai dasar untuk
membuat tabel-tabel lain yang lebih singkat. Contohnya tabel induk yang berisi data
demografik penduduk suatu kecamatan (lihatLampiran).
 Tabel Teks(Text Table). Tabel ini adalah tabel kecil berisi beberapa data/indikator,
yang kelak dapat diletakkan diantara uraian atau teks. Tabel teks memang
merupakan tabel yang akan disisipkan untuk memperjelas narasi atau teks.
Contohnya tabel teks yang berisi data tentang cakupan imunisasi lengkap terhadap
anak balita di suatu kecamatan (lihat lampiran).
 Tabel Distribusi Frekuensi (Frequency Distribution Table). Tabel ini dapat berupa
Tabel Induk, tetapi dapat juga berupa Tabel Teks.Isinya adalah frekuensi kelas-kelas
atau golongan-golongan tertentu dari suatu hal/keadaan. Contohnya adalah tabel
distribusi frekuensi pasien suatu Puskesmas menurut golongan umur(lihat lampiran)
Tabel yang dibuat harus memenuhi syarat tertentu, yaitu jelas, merupakan suatu
kesatuan (unitas), akurat, dan ekonomis. Bentuk tabel harus diatur sedemikian rupa
sehingga memperlihatkan semua isi tabel secara jelas dan terang. Jika dalam tabel
tersebut terdapat angka atau kolom yang ingin dibandingkan satu sama lain, maka hal
tersebut harus diungkapkan secara sistematik. Tiap tabel juga harus merupakan sebuah
unit. Pada hakikatnya tabel adalah jalan pintas untuk menyatakan fakta-fakta dan tiap
tabel harus merupakan suatu unit yang nyata tentang subyek yang ingin dipaparkan.
Jangan menggunakan sebuah tabel untuk membandingkan banyak hal dalam banyak
kategori, karena yang demikian itu akan membingungkan. Tiap butir dalam tabel harus

124
FKM - UNSRAT

diperiksa beberapa kali, sehingga isi dari butir-butir tersebut benar-benar akurat. Tabel
juga harus ekonomis, yaitu tidak terlalu besar, walaupun juga tidak terlalu kecil.

3. Analisis Data dan Pengemasan Informasi

Setelah data diringkas dalam bentuk tabel-tabel, maka langkah selanjutnya adalah
memadukan data atau indikator yang terdapat dalam tabel-tabel tertentu sesuai dengan
informasi yang akan dihasilkannya. Kegiatan ini disebut dengan analisis data.
Terdapat empat jenis analisis data, yaitu: (a) analisis deskriptif, (b) analisis
komparatif, (c) analisis kecenderungan, dan (d) analisis hubungan.
 Analisis Deskriptif adalah memadukan data atau indikator dalam tabel-tabel sehingga
dapat memberikan kejelasan tentang keadaan atau ciri-ciri sesuatu. Misalnya
kejelasan tentang bagaimana penggunaan pelayanan rawat inap Rumah Sakit oleh
masyarakat di suatu provinsi.
 Analisis Komparatif adalah memadukan data atau indikator dalam tabel-tabel
sehingga dapat diperoleh perbandingan antara dua atau beberapa hal/keadaan.
Misalnya antara satu kecamatan dengan kecamatan lain, antara sektor pemerintah
dengan sektor swasta, dan lain-lain.
 Analisis Kecenderungan adalah memadukan data atau indikator dalam tabel-tabel
sehingga dapat ditunjukkan perkembangan suatu hal/keadaan dari waktu ke waktu.
Misalnya perkembangan kunjungan Puskesmas dari bulan ke bulan atau dari tahun ke
tahun.
 Analisis hubungan adalah memadukan data atau indikator dalam tabel-tabel
sehingga dapat ditunjukkan ada/tidaknya hubungan (biasanya kausal) antara satu
hal/keadaan dengan satu atau beberapa hal/keadaan lain yang dianggap sebagai
faktor pengaruhnya. Analisis ini dapat dilakukan secara hipotetik (berdasar teori yang
berlaku), tetapi dapat juga (lebih baik) dilakukan melalui penghitungan statistik
(misalnya dengan regresi).
Kegiatan analisis data tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengemas informasi.
Artinya, dalam melakukan analisis data, sekaligus sudah harus diperhitungkan untuk
siapa hasil analisis itu akan diberikan. Sebagaimana dikemukakan di depan, informasi

125
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Kesehatan akan diberikan kepada para pengambil
keputusan dari pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya (stakeholders). Setiap
kategori pemakai informasi tersebut pasti memiliki minat yang berbeda karena masing-
masing mengemban fungsi yang berbeda pula. Analisis tentang kasus malaria di suatu
Kabupaten misalnya, harus dikemas secara berbeda untuk konsumsi Kepala Dinas
Kesehatan, untuk konsumsi Bupati, atau untuk konsumsi Bappeda dan DPRD. Untuk
konsumsi Kepala Dinas Kesehatan yang akan memutuskan bagaimana upaya
pemberantasan malaria harus ditingkatkan, dapat disampaikan analisis deskriptif tentang
penyebaran kasus malaria menurut kecamatan, dan juga tentang sumber daya yang
tersedia. Untuk konsumsi Bupati yang akan mengambil keputusan tentang perlu/tidaknya
peningkatan upaya pemberantasan malaria, informasi tentang malaria ini akan lebih
mengena bila dalam bentuk analisis kecenderungan jumlah kasus (misalnya
menunjukkan peningkatan jumlah kasus dari tahun ke tahun) yang dilengkapi dengan
analisis komparatif (misalnya dibandingkan dengan Kabupaten tetangga). Untuk
konsumsi Bappeda dan DPRD yang akan memutuskan disetujui/tidaknya usulan anggaran
pemberantasan malaria, informasi tentang malaria akan lebih tepat dalam bentuk analisis
kecenderungan jumlah kerugian Daerah (dalam Rupiah) akibat semakin banyaknya
penduduk yang terserang malaria (sehingga tidak produktif untuk beberapa lama).
Terdapat berbagai macam bentuk kemasan atau sajian informasi. Bila informasi
sudah cukup jelas ditampilkan dalam bentuk tabel (misalnya tabel teks), maka biarkan
saja informasi tersebut dalam kemasan tabel. Tetapi informasi lain mungkin lebih tepat
bila dikemas dalam bentuk-bentuk lain, yaitu:
a. Histogram atau Bar Chart, yaitu sajian distribusi frekuensi yang berupa gambar
balok-balok. Interval kelasnya digambarkan sepanjang sumbu horisontal,
sedangkan frekuensinya digambarkan sepanjang sumbu vertikal. Kelas terendah
diletakkan paling kiri pada sumbu horisontal.
b. Poligon Frekuensi, yaitu sajian distribusi frekuensi untuk data yang bersifat
berlanjut (kontinyu). Data yang kontinyu apabila disajikan dalam bentuk Histogram,
balok- baloknyn akan berhimpitan (overlap), sehingga gambar bida kelihatan ruwet.
Agar tidak kelihatan ruwet, titik-titik tengah yang terletak di puncak-puncak balok
dihubungkan dengan garis lurus, kemudian bidang yang terbentuk diblok/diwarnai/

126
FKM - UNSRAT

diarsir dan dinyatakan sebagai gambaran frekuensi.


c. Line Diagram, yaitu grafik yang berbentuk garis untuk menggambarkan
perkembangan atau perbandingan dua atau lebih hal/keadaan.
d. Bar Diagram, yaitu grafik yang berbentuk balok-balok untuk menggambarkan
perkembangan atau perbandingan beberapa hal/ keadaan. Terdapat tiga jenis Bar
Diagram yaitu Single Bars, Subdivided Bars, dan Multiple Bars.
e. Pie Diagram, yaitu grafik berbentuk lingkaran yang terbagi ke dalam beberapa
bagian untuk menggambarkan beberapa hal/keadaan yang merupakan bagian-
bagian dari suatu keseluruhan.
f. Scatter Diagram, yaitu grafik yang berupa kumpulan titik-titik yang berserak
yang menyajikan sepasang pengamatan (data) dari suatu hal/ keadaan (yang
diletakkan pada sumbu horisontal dan sumbu vertikal) untuk memperlihatkan
ada/tidaknya hubungan antara keduanya.
g. Pictogram, yaitu grafik yang berupa gambar bentuk-bentuk nyata seperti gambar
orang, gambar tempat tidur, gambar kapsul, dan lain-lain.
h. Peta, yaitu grafik yang diwujudkan dalam bentuk peta suatu daerah di mana bagian-
bagiannya menunjukkan distribusi frekuensi. Peta ini terutama digunakan untuk
menunjukkan distribusi sesuatu dikaitkan dengan geografi.
Contoh-contoh bentuk kemasan tersebut di atas dapat dilihat dalam Lampiran,
dan untuk panduan lebih lanjut tentang pengolahan data ini dapat dirujuk Modul
Manajemen Data Kesehatan.

Penggunaan Komputer
Dewasa ini komputer di sebagian besar wilayah Indonesia bukan lagi merupakan
barang langka. Namun demikian untuk menggunakan komputer dalam pengolahan data
atau Sistem Informasi Kesehatan, faktor-faktor berikut perlu dipertimbangkan:
1. Kerumitan analisis. Kerumitan yang dimaksud di sini bukan tentang prosedur
statistik, melainkan tentang cara dan bentuk penyajian setelah data diolah. Bila
kemasan informasi yang dihasilkan hanya dalam bentuk tabel belaka, maka
penggunaan komputer tidak terlalu perlu. Tetapi jika dikehendaki adanya kemasan-

127
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

kemasan informasi berupa grafik, chart, peta, dan lain-lain, maka penggunaan
komputer akan sangat membantu.
2. Berfungsinya sistem yang ada. Jika Sistem Informasi Kesehatan belum ditata
kembali sehingga berfungsi dengan baik, maka penggunaan komputer memang
"cost- effective". Tetapi bila Sistem Informasi Kesehatan masih tidak teratur, belum
didasarkan kepada kebutuhan informasi, data yang dikelola buruk mutunya, dan
belum mengacu kepada indikator-indikator yang sudah dibakukan sehingga tidak
mungkin dilakukan perbandingan-perbandingan, penggunaan komputer tidak banyak
artinya. Ada kata-kata bijak yang layak untuk diingat dalam hal ini, yaitu "Jika Anda
dapat melakukannya secara manual, penggunaan komputer akan membuatnya lebih
efisien. Tetapi jika Anda belum dapat melakukannya secara manual, penggunaan
komputer justru akan memperparah keadaan."
3. Volume data yang diolah. Jika volume data yang diolah sangat sedikit, penggunaan
komputer tidaklah efisien. Kecuali jika penggunaan komputer tersebut tidak hanya
untuk mengolah data, tetapi juga untuk menangani pekerjaan-pekerjaan administrasi
seperti mengetik, menyimpan arsip, dan lain-lain.
4. Tenaga Pengelola komputer. Jika di suatu tempat sulit didapatkan tenaga yang
mampu mengoperasikan dan memelihara komputer, maka penggunaan komputer
mungkin akan mengundang banyak masalah. Tetapi, mengangkat seorang yang
memiliki kemampuan khusus di bidang komputer kerapkali juga sulit karena standar
gaji yang tidak memadai. Jalan tengah yang mungkin ditempuh adalah memberikan
bekal tambahan di bidang komputer kepada tenaga statistisi.
Pembahasan tentang penggunaan komputer dalam pengolahan data atau dalam
Sistem Informasi Kesehatan selalu berdasar pada empat masalah penting, yaitu (1)
perangkat keras, (2) perangkat lunak, (3) pangkalan data, dan (4)jaringan.

1. Perangkat Keras

Dengan telah majunya teknologi komputer, dewasa ini komputer mikro menjadi
perangkat keras yang dapat digunakan di mana pun karena kemampuannya yang besar
dengan bentuk fisik yang kecil. Namun demikian, untuk lebih meningkatkan lagi

128
FKM - UNSRAT

kemampuan komputer mikro itu, banyak perangkat keras lain yang dapat ditambahkan.
Oleh karena itu berikut ini akan disajikan secara singkat uraian tentang perangkat-
perangkat keras tersebut.
a. Komputer Mikro. Bila ingin aman, memang sebaiknya dibeli komputer mikro yang
bermerek (branded), seperti IBM, Compac, Hewlet-Packard, atau Acer. Tetapi harga
komputer bermerek ini memang relatif sangat tinggi. Oleh karena itu, dapat saja
dibeli komputer yang tidak bermerek (istilah populernya "komputer jangkrik"),
asalkan diperhatikan benar ciri-ciri pokoknya. Ciri-ciri pokok itu meliputi kecepatan
prosesor, kapasitas memori, dan kapasitas harddisk. Komputer itu sebaiknya yang
Modular sehingga mudah untuk mengganti komponen-komponennya bila terjadi
kerusakan atau bila ingin ditingkatkan kemampuannya. Komponen-komponen yang
biasanya diganti-ganti adalah harddisk, floppy disk (disket) drives, video adapters,
dan power supply. Sering kali terdapat pula CD-ROM drive untuk memainkan
Compact Disc.
b. Tenaga Listrik. Aliran listrik yang stabil sangat vital bagi komputer, karena
komponen-komponen dalam Central Processing Unit (CPU) komputer sangat peka
terhadap fluktuasi tenaga listrik. Jika tenaga listrik tidak stabil (tegangan sering
naik/turun), maka sebaiknya dipasang stabiliser. Bila aliran listrik sering padam
secara tiba-tiba, maka sebaiknya dipasang batere cadangan atau uninterruptible
power supply (UPS) untuk setiap komputer. Atau dapat pula digunakan komputer
notebook (portable) yang memiliki cadangan tenaga dari batere. Bila memungkinkan
dapat pula didayagunakan tenaga matahari (solar panel) untuk power supply
komputer. Guna mencegah kebakaran atau kerusakan komputer, sebaiknya instalasi
listrik memiliki kabel bumi (earth wires).
c. Pencetak (Printer). Terdapat tiga jenis pencetak (printer) yang dapat dipilih, dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing, yaitu Dot matrix, Inkjet, dan Laser.
Tabel berikut meringkas kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis printer.

129
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Tabel 7.1 Jenis Printer dengan kelebihan dan kekurangannya

Jenis Printer Kelebihan Kekurangan


Dot Matrix Satu-satunya printer yang Bekerjanya pelan, suaranya
dapat digunakan untuk gaduh, membutuhkan kertas
formulir dengan banyak khusus (continuous form).
bagian (multipart) dalam Tidak dapat mencetak warna-
manajemen barang (inven- Warni
tory) dan billing. Juga satu-
satunya printer yang dapat
digunakan untuk stensil
sehingga dapat digunakan
untuk penggandaan secara
lebih murah.

Ink-Jet Hasil cetaknya bermutu baik. Relatif lambat, walaupun


Dapat mencetak warna warni lebih cepat dibanding dot
dengan biaya rendah. matrix. Tinta dapat berce-
Menggunakan kertas biasa ceran. Bila dikehendaki hasil
(bukan continuous form) cetak yang bagus, di-
perlukan kertas khusus yang
mahal.

Laser Hasil cetaknya paling baik. Mahal harganya, mahal


Dapat mencetak warna-warni. pengoperasiannya, dan mahal
Bekerja paling cepat, sehingga pula pcmeliharaannya. Apa
cocok untuk mencetak laporan lagi yang dapat mencetak
yang panjang. Menggunakan warna-warni.
kertas biasa (bukan
continuous form)

d. Jaringan. Bila dikehendaki hubungan antara satu komputer dengan komputer lain
secara lokal, maka dapat dipasang fasilitas jaringan lokal (local area network). Yang
saat ini cukup populer adalah fasilitas jaringan Ethernet atau 10Base-T. Bentuk
konfigurasi jaringannya biasanya adalah konfigurasi bintang, menggunakan kabel
seperti kabel telepon dengan penghubung-penghubung (jacks) Modular yang
dirangkai melalui serangkaian concentrator, jika jarak antara satu komputer dengan
komputer lain cukup jauh biasanya digunakan kabel serat optik untuk
menghubungkannya.
e. Modem. Dengan berkembangnya Internet, tampaknya bermanfaat pula bila komputer
yang ada dapat digunakan untuk mengakses Internet melalui telepon. Untuk itu bagi

130
FKM - UNSRAT

setiap komputer perlu dipasang modem. Selain untuk mengakses Internet, dengan
dipasangnya modem, komputer dapat digunakan untuk mengirim dan menerima
pesan-pesan elektronik (electronic mail atau e-mail), fax, dan files. Agar dapat
bekerja secara leluasa, sebaiknya untuk hubungan komputer ke komputer ini
disediakan sambungan telepon tersendiri.
f. Penyimpan Cadangan Data. Untuk mencegah hilangnya data karena rusak atau
terhapus, sebaiknya disediakan sarana untuk menyimpan cadangan data (backup
data). Sarana ini dapat berupa portable tape drive atau Bernoulli-type portable hard
drive yang dihubungkan ke komputer melalui parallel port. Bila tidak, maka setiap kali
harus dilakukan penyimpanan cadangan data ke dalam floppy disk (disket).

2. Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang terbaik adalah yang dibuat khusus untuk Sistem Informasi
Kesehatan yang sedang dikembangkan. Namun perlu disadari bahwa pembuatan
perangkat lunak khusus ini, bila menggunakan jasa pembuat perangkat lunak (software
house), memerlukan biaya yang cukup banyak. Oleh karena itu berikut ini disajikan
uraian secara ringkas tentang perangkat-perangkat lunak standar, yang dapat digunakan
dalam komputerisasi Sistem Informasi Kesehatan.
a. Perangkat Lunak Otomasi Perkantoran. Walaupun komputerisasi yang dilakukan
adalah dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan, perangkat lunak otomasi
perkantoran diperlukan juga. Terutama untuk tujuan pembuatan laporan naratif.
Perangkat lunak dari jenis ini yang harus dimiliki minimal adalah paket pengolah kata
(word processor) dan electronic spread-sheet. Kedua paket tersebut dapat pula
dimanfaatkan untuk keperluan berjaringan, yaitu misalnya diintegrasikan dengan
pelayanan jaringan dalam rangka e-mail. Untuk panduan lebih lanjut tentang hal ini
dapat dirujuk Modul Otomasi Perkantoran dalam Bidang Kesehatan dan Modul
Petunjuk Penggunaan E-mail.
b. Perangkat Pengembangan Aplikasi. Sebagian besar perangkat lunak untuk aplikasi
Sistem Informasi Kesehatan dibuat dengan menggunakan perangkat lunak
manajemen pangkalan data komersial generasi ketiga dan keempat untuk komputer

131
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

mikro. Bahasa-bahasa pemrograman tingkat rendah seperti C atau Pascal juga


digunakan, tetapi penggunaannya membutuhkan keahlian yang tinggi dalam
pemrograman komputer. Di samping itu, perangkat lunak yang dihasilkan cenderung
sulit untuk modifikasi dan pemeliharaannya. Sebagian besar perangkat lunak untuk
aplikasi Sistem Informasi Kesehatan juga dibuat dengan perangkat lunak yang dapat
mengkompilasi program-program yang boleh digunakan tanpa membayar royalti atau
lisensi.
c. Perangkat Lunak Manajemen Pangkalan Data. Perangkat lunak apa pun yang
digunakan untuk manajemen pangkalan data, hendaknya diingat agar perangkat
lunak itu mudah digunakan. Mudah yang dimaksud di sini termasuk pengertian "user
friendly" atau interaktif, yaitu membimbing pemakainya, sehingga mereka yang awam
komputer pun dapat menggunakannya. Akan lebih baik jika bahasa yang digunakan
untuk interaksi adalah bahasa Indonesia. Untuk panduan lebih lanjut tentang hal ini
dapat dirujuk Modul Manajemen Pangkalan Data.
d. Perangkat Lunak Analisis Statistik. Untuk dapat menganalisis data secara efektif, ke
dalam komputer sebaiknya dipasang perangkat lunak analisis statistik. Di pasar dapat
dijumpai banyak paket perangkat lunak ini. Untuk analisis sederhana di Puskesmas
misalnya, Epi Info cukup memadai. Perangkat lunak yang dibuat oleh Centers for
Disease Control and Prevention di Amerika Serikat ini mudah digunakan khususnya
untuk menganalisis data survei epidemiologis kecil-kecilan. Misalnya pada saat
terjadinya wabah di suatu desa. Perangkat lunak ini memiliki berbagai macam alat
untuk membuat kuesioner, memasukkan (entri) data, menganalisis data, dan
membuat sajian dalam bentuk tabel atau grafik. Karena sudah menjadi milik
masyarakat (public domain), maka untuk memperolehnya pun tidak memerlukan
banyak biaya. Perangkat lunak komersial yang saat ini juga banyak pemakainya
adalah Microsoft Excel. Jika data yang diolah cukup banyak, maka perlu dipasang
paket perangkat lunak yang lebih canggih seperti SAS, JMP, atau SPSS. Untuk
panduan lebih lanjut tentang penggunaan Epi Info dan SPSS dapat dirujuk Modul
Penggunaan Epi Info dan Modu Penggunaan SPSS.
e. Perangkat Lunak Informasi Geografi. Bentuk analisis yang semakin dirasakan
pentingnya dalam Sistem Informasi Kesehatan adalah analisis yang berkaitan dengan

132
FKM - UNSRAT

penyebaran dan kecenderungan geografis dari pelayanan kesehatan. Perangkat lunak


yang digunakan untuk analisis ini adalah yang dikenal dengan perangkat lunak
Geographic Information System (GIS). Perangkat lunak ini sangat membantu dalam
pemetaan penyebaran dan cakupan dari pelayanan kesehatan. Juga sebagai alat
untuk mengidentifikasi sasaran kegiatan pelayanan kesehatan berdasarkan wilayah
kerja. Beberapa perangkat lunak GIS telah dibuat oleh lembaga-lembaga non-
komersial,seperti misalnya IDRISI oleh dark University, PopMap oleh United
Nation Population Fund, dan Epi Map oleh WHO bekerjasama dengan Centers for
Disease Control and Prevention. Untuk panduan lebih lanjut tentang hal ini dapat
dirujuk Modul Penggunaan Sistem Informasi Geografis.
f. Perangkat Lunak Penyajian Grafik. Penyajian dalam bentuk grafik memegang peran
penting dalam Sistem Informasi Kesehatan. Walaupun sejumlah perangkat lunak
pengolah kata dan spreadsheet juga dapat menghasilkan grafik, ada baiknya juga
dimiliki perangkat lunak yang khusus menghasilkan grafik. Perangkat lunak semacam
ini akan sangat membantu pada saat diselenggarakan penyajian multimedia atau
penayangan slides. Yang saat ini cukup banyak digunakan adalah Power Point, juga
Harvard Graphic, Corel, dan lain-lain. Untuk panduan lebih lanjut tentang hal ini dapat
dirujuk buku-buku petunjuk (manual) penggunaan perangkat lunak yang ingin
digunakan.
g. Perangkat Lunak Utilitas. Salah satu perangkat lunak utilitas yang semakin dirasakan
pentingnya adalah perangkat lunak antivirus. Perangkat lunak antivirus seperti
Norton, McAfee Virus Scan, dan lain-lain sebaiknya dipasang di setiap komputer untuk
mencegah masuknya virus ke dalam komputer tersebut. Akan tetapi, oleh karena
virus-virus baru selalu muncul, maka sebaiknya perangkat lunak antivirus itu
diperbarui secara berkala. Kini perbaruan perangkat lunak antivirus dapat dilakukan
melalui Internet. Perangkat lunak utilitas lain yang perlu adalah misalnya perangkat
lunak untuk perbaikan perangkat keras (hardware troubleshooting), perangkat lunak
untuk membuat data cadangan (backup), perangkat lunak untuk pemeliharaan
harddisk, dan perangkat lunak untuk komunikasi. Untuk panduan lebih lanjut tentang
hal ini dapat dirujuk buku-buku petunjuk (manual) penggunaan perangkat lunak yang
ingin digunakan.

133
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

3. Pangkalan Data

Pangkalan data adalah sekumpulan data yang disimpan dalam komputer secara
teratur sehingga dapat dilakukan penemuan kembali secara mudah dan cepat Dalam
suatu pangkalan data dapat disimpan, ditemukan kembali, dan dimodifikasi banyak sekali
data.
Terdapat dua jenis pangkalan data, yaitu (a) pangkalan data tree structured dan
(b) pangkalan data relasional. Pangkalan data tree structured menyimpan data secara
hirarkhis, di mana setiap butir dalam pangkalan data disusun secara logik Yaitu
misalnya, "Kabupaten" berisi "Kecamatan", dan "Kecamatan" berisi "Desa". Pangkalan
data relasional tersusun dari beberapa satuan (entitas) yang mirip seperangkat catatan
(records). Misalnya "Entitas Anak" berisi empat bidang (field) yaitu "Nama", "Umur",
"Berat Waktu Lahir", dan "Nama Ibu". Entitas ini akan berkait dengan "Entitas Ibu" yang
berisi empat bidang, yaitu "Nama", "Umur", "Status Kesehatan", dan "Alamat". Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 7.1.

Gambar7.1 Pangkalan Data Tree Structured dan Relasional

Dalam pangkalan data tree structured, data dapat disusun secara (a) sekuensial
atau (b) tree structured. Untuk jelasnya dapat disimak Gambar 7.2.

134
FKM - UNSRAT

Gambar 7.2. Susunan data dalam pangkalan data tree structured

Misalnya kita akan mencari kembali suatu catatan/rekaman (record) yang berisi
tentang Desa 3, yang ada di Kecamatan b, Kabupaten N. Bila data tersusun secara
sekuensial, maka komputer akan membaca record demi record – Aa1, Aa2, Aa3, Ab1,
dan seterusnya sampai ketemu record Nb3. Proses pencarian kembali tersebut akan lebih
cepat bila data tersusun secara tree structured. Dalam hal ini komputer mula-mula akan
mencari di strata "Kabupaten" sampai menemukan Kabupaten N. Setelah itu, computer
akan menelusur Kecamatan, tetapi hanya Kecamatan yang ada di Kabupaten N, sampai
menemukan Kecamatan b. Selanjutnya komputer akan menelusur Desa-desa yang ada di
kecamatan b sampai ketemu Desa 3.
Dalam pangkalan data relasional, pencarian kembali data akan berlangsung
secara berbeda. Misalnya kita ingin menemukan record tentang ibu yang memiliki bayi
dengan berat badan waktu lahir 2.000 gram. Dalam hal ini pertama-tama komputer akan
menggabung "Entitas Anak" dengan "Entitas Ibu" sehingga diperoleh "Entitas Baru".
Penggabungan ini dengan menggunakan field "Nama Ibu" yang merupakan field yang
sama-sama dimiliki baik oleh "Entitas Anak" maupun "Entitas Ibu". Records yang berada
dalam "Entitas Baru" kemudian ditelusur, sehingga ditemukan Ibu-ibu yang memiliki Anak
dengan Berat Lahir 2.000 gram. Secara umum dapat dikatakan bahwa banyak data set
statistik yang memiliki struktur mirip dengan susunan pangkalan data realasional. Untuk
panduan lebih lanjut tentang hal ini dapat dirujuk Modul Manajemen Pangkalan Data.

135
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

4. Jaringan . .

Jaringan atau network adalah gabungan komputasi dengan komunikasi, yaitu


suatu sistem komputer yang memungkinkan seorang pemakai yang menggunakan
terminal di tempat yang terpisah dapat berinteraksi secara elektronik dengan komputer
pusat. Interaksi ini dilakukan dengan menggunakan modem dan sambungan telepon atau
perangkat lain. Sebuah komputer dapat bertukar informasi dengan komputer-komputer
lain dan bahkan "meminjam" processing unit-nya melalui sebuah janngan.
Terdapat beberapa jenis jaringan menurut tatanan fisiknya atau topologinya.
Yang cukup dikenal ada tiga, yaitu (a) topologi bintang, (b) topologi cincin, dan (3)
topologi bus. Topologi Bintang adalah tatanan di mana setiap komputer terminal
dihubungkan secara langsung dengan komputer pusat yang berfungsi sebagai prosesor
dan pengatur pengiriman data dari satu terminal ke terminal lain. Topologi cincin adalah
tatanan dimana semua komputer dalam janngan berhubungan secara setara dalam suatu
lingkaran, dan setiap paket data berjalan mengelilingi lingkaran dengan membawa
"tanda" yang menunjukkan terminal mana pengirim atau penerima data tersebut.
Sedangkan Topologi Bus adalah tatanan yang merangkai semua komputer dalam
jaringan dengan satu kabel "tulang punggung" (backbone) yang memiliki penghenti
sinyal (signal terminator) di kedua ujungnya. Konfigurasi ini dikenal juga sebagai
Ethernet, yang merupakan salah satu jaringan paling disukai saat ini. Lebih jelasnya
dapat disimak Gambar 7.3.
Gambar 7.3. Topologi-topologi jaringan komputer

136
FKM - UNSRAT

Jaringan lokal atau local area network (LAN) adalah jaringan yang
menghubungkan sejumlah komputer dalam satu gedung menggunakan kabel atau
gelombang radio. Sedangkan jaringan luas atau wide area network (WAN) adalah
jaringan yang menghubungkan sejumlah komputer dengan fasilitas komunikasi jarak
jauh. Dalam LAN terdapat satu komputer pusat yang disebut server, yang mengendalikan
jaringan dan biasanya dilengkapi dengan program-program komputer yang umum dipakai
dan pangkalan data.
WAN menghubungkan komputer-komputer di berbagai tempat yang berjauhan
melalui sambungan telepon, gelombang mikro, atau Internet. Internet adalah sebuah
jaringan skala dunia dari jaringan- jaringan komputer. Saat ini sudah lebih dari 100 juta
komputer tergabung dalam Internet untuk saling bertukar informasi dengan topik-topik
yang tak terhingga banyaknya. Kita dapat mengakses berbagai macam informasi yang
bermanfaat yang berada di tempat atau bahkan negara lain dengan "mengunjungi
homepage yang terpampang di World Wide Web (WWW). WWW inilah yang akan
memberitahu kita lokasi elektronik dari sumber informasi tertentu yang ditulis dengan
HTML (hypertext markup language). Sudan tentu, kita pun dapat membuat homepage
untuk menyajikan informasi yang kita miliki agar dapat diakses oleh siapa pun.

Penutup
Telah dibahas tiga hal penting dalam kaitannya dengan manajemen data, yaitu
mengupayakan mutu data, pengiriman data, dan pengolahan data. Pembahasan tentang
mutu data berkisar pada hal-hal yang dapat mempengaruhi mutu data dan bagaimana
upaya untuk mendapatkan data yang baik. Pembahasan tentang pengiriman data
menyangkut perihal bagaimana data ditransfer di antara pelaku-pelaku Sistem Kesehatan
dalam rangka mengupayakan agar keputusan-keputusan baik administratif, politik
maupun manajemen didasarkan kepada informasi yang dapat diandalkan (realible).
Dalam hal ini telah dibahas pengiriman data secara vertikal dan pengiriman data secara
horizontal. Sedangkan pembahasan tentang pengolahan data menyangkut perihal
bagaimana data mentah diproses untuk mengubahnya menjadi informasi yang berguna
bagi para pelaku Sistem Kesehatan. Dalam pembahasan ini tercakup uraian tentang

137
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN

pembersihan data, pembuatan tabel-tabel sebagai ringkasan data, dan pembuatan


sajian-sajian informasi dalam berbagai bentuk.
Telah dibahas pula tentang penggunaan komputer dalam pengolahan data pada
khususnya dan Sistem Informasi Kesehatan pada umumnya.

138
BA
FKM - UNSRAT

8
M
a
n
M a
j
e
m
e
n

S
i
s
t
e
m

139
I
a Sistem
Informasi

n Kesehatan,
sebagaimana
f mengelola

o sistem-sistem
yang lain,
r memerlukan

m manajemen
yang baik.
a Oleh karena

s
Sistem
Informasi

i Kesehatan

harus
K
e
terdapat di semua
tingkat

s administrasi
e
kesehatan
h (Operasional,

a Kabupaten/Kot
a, dan
t Provinsi), maka

a
manajemen
Sistem

n Informasi
Kesehatan pun harus
e diselenggarakan di
semua tingkat
n administrasi kesehatan
g tersebut.

el Pokok

ol Bahasan ini

139
ti ara ilmiah dan
d berpanjang-
a panjang,
k melainkan
a hanya akan
k membahas hal-
a hal yang
n bersifat praktis.
m Asumsinya,
e semua peserta
n sudah
g memahami
u uraian secara
r teoritis tentang
ai manajemen
k secara umum.
a
n
p Pengertian
e Manajemen
ri Sistem
h
Informasi
al
Kesehatan
m
Harold
a
Koontz,
n
seorang pakar
a
manajemen,
j
menyatakan
e
bahwa
m
manajemen itu
e
dapat didekati
n
dari berbagai
s
sudut, yaitu (1)
e
dari sudut
c
139
p rilaku manusia,
r (4) dari sudut
o sistem sosial,
s (5) dari sudut
e teori
s, keputusan, dan
( (6) dari sudut
2 matematik.
) Dari
d sudut proses
a dikatakan
ri bahwa
s "manajemen
u adalah proses
d mengupayakan
u agar segala
t sesuatu dapat
e dilaksanakan
m oleh orang-
pi orang yang
ri bekerja dalam
s, suatu
( organisasi."
3 Dari sudut
) empiris
d dikatakan
a bahwa
ri "manajemen
s adalah kajian
u terhadap
d pengalaman-
u pengalaman
t dalam
p memecahkan
e masalah untuk
139
di erilaku
t manusia
e dikatakan
r bahwa "karena
a manajemen
p
k
a
n
d
al
a
m
s
it
u
a
si
/
y
a
n
g
la
in
".
D
a
ri
s
u
d
u
t
p
139
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

bersangkut-paut dengan manusia, maka inti dari manajemen adalah hubungan pribadi
antar manusia". Dari sudut sistem sosial dikatakan bahwa "manajemen harus
memperhatikan saling-kait antar berbagai budaya yang dibawa oleh anggota-anggota
organisasi". Dari sudut teori keputusan dikatakan bahwa "gerak dari manajemen
ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan-keputusan‖.
Sedangkan dari sudut matematik dikatakan bahwa "pengambilan keputusan dapat
didukung dengan model-model matematik seperti riset operasi, dan lain-lain".
Kesemuanya itu juga berlaku bagi manajemen Sistem Informasi Kesehatan.
Selanjutnya Harold Koontz menyatakan bahwa sebagai suatu proses, manajemen
terdiri atas kegiatan-kegiatan: (1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengem-
bangan tenaga, (4) bimbingan dan pengarahan, serta (5) pengendalian. Hal ini pun
berlaku pula bagi manajemen Sistem Informasi Kesehatan.
Theo Lippeveld, Rainer Sauerbom, dan Claude Bodart dalam buku Design and
implementation of health information system (WHO, 200) menyatakan bahwa pada
hakikatnya apa yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan manajemen adalah berkaitan
dengan sumber daya. Dalam tahap perencanaan, maka yang dilakukan adalah
menetapkan pengalokasian dana, tenaga, peralatan, waktu, dan lain-lain untuk mencapal
tuiuan yang telah ditetapkan. Dalam pengorganisasian dan pengembangan tenaga, yang
dilakukan adalah menetapkan pembagian tugas dan fungsi dan orang-orang atau
kelompok-kelompok orang, yang kemudian diwadahi dalam suatu struktur. Dalam
bimbingan dan pengarahan, yang dilakukan adalah mengupayakan keseimbangan antara
sumber daya manusia dengan sumber daya lain, agar tenaga-tenaga yang ada dapat
bekerja dengan baik. Selain itu juga diciptakan organisasi pembelajaran dan diterapkan
teknik-teknik motivasi yang sesuai bagi orang-orang yang bekerja. Sedangkan dalam
pengendalian, yang dilakukan adalah penetapan kebijakan dan peraturan-peraturan yang
diperlukan sebagai rambu-rambu agar orang-orang selalu bekerja dalam koridor yang
sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Atas dasar ini maka mereka
menyatakan bahwa walaupun manajemen Sistem Informasi Kesehatan secara terinci
mungkin berbeda antara satu Daerah dengan Daerah lain, tetapi pada hakikatnya sama,
yaitu secara konseptual membutuhkan suatu struktur manajemen. Struktur manajemen
terhadap Sistem Informasi Kesehatan mencakup paling sedikit dua komponen yaitu (1)

140
FKM - UNSRAT

sumber daya, dan (2) peraturan perundang-undangan. Pengembangan kedua komponen


inilah yang berbeda antara satu Daerah dengan Daerah lain, dan bervariasi pula dalam
keluasan serta kedalamannya.
Sumber daya penting yang harus diperhatikan meliputi tenaga, perangkat keras
komputer, perangkat lunak komputer, bahan-bahan, dan dana. Sedangkan peraturan
perundang-undangan diperlukan untuk menjamin penggunaan yang optimum terhadap
sumber daya bagi Sistem Informasi Kesehatan.

Kebutuhan Sumber Daya


Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan tidak hanya harus
mempertimbangkan kebutuhan informasi, melainkan juga sumber daya yang tersedia di
suatu daerah. Keberhasilan atau kegagalan Sistem Informasi Kesehatan di waktu-waktu
yang lalu banyak berkaitan dengan masalah-masalah sumber daya di tingkat operasional
(yang merupakan titik menentukan dalam pengumpulan data) dan juga di tingkat
Kabupaten/Kota.

1. Tenaga

Di banyak Daerah, kalau tidak boleh dikatakan semua Daerah, proses


pengumpulan data merupakan sesuatu yang sangat mengganggu. Perawat atau bidan
harus menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengisi laporan. Padahal waktu itu
sebenarnya sangat berharga bagi pelayanan pasien atau klien. Oleh karena itu dalam
penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan, haruslah diingat bahwa tugas utama
pemberi pelayanan kesehatan adalah melayani pasien/klien. Tugas mencatat data
haruslah dirumuskan sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu tugas utama
tersebut. Sedangkan untuk tugas membuat laporan sebaiknya dipertimbang-kan adanya
tenaga khusus (misalnya Statistisi) yang sekaligus mengelola Sistem Informasi
Kesehatan.
a. Di Unit Pelayanan Kesehatan Dasar
Di unit pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, tenaga kesehatan bertugas

141
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

melaksanakan manajemen pasier/klien agar dapat dicapai pelayanan kesehatan kuratif


dan preventif yang efektif. Oleh karena itu tugas-tugas administratif, termasuk
pencatatan data, haruslah sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu tugas
melayani pasien/klien. Mengumpulkan data yang dapat dan harus digunakan setempat
untuk menjaga dan meningkatkan pelayanan kesehatan adalah tugas utama dari
pengelola Sistem Informasi Kesehatan di unit itu. Mengumpulkan data di luar itu hanya
akan menambah beban dan merupakan pemborosan tenaga yang sebenarnya terbatas.
Pembagian tugas di bidang informasi kesehatan antara tenaga kesehatan dan
tenaga informasi (misalnya Statistisi) di unit pelayanan kesehatan dasar adalah sebagai
berikut.
Tenaga kesehatan;
1) Mencatat data pasien/klien sebagai bagian dari pelayanan kesehatan yang
diselenggarakannya,
2) Setiap hari (usai jam pelayanan) menghitung data yang dicatat dan
menyerahkannya kepada Statistisi.
Statistisi:
1) Mengagregat data harian yang diserahkan oleh para petugas kesehatan.
2) Membuat laporan bulanan/kuartalan ke Dinas Kesehatan.
3) Menghitung cakupan wilayah untuk pelayanan-pelayanan penting dan membuat
petanya.
4) Memantau indikator-indikator kunci menggunakan grafik, tabel atau bentuk-
bentuk lain.
5) Mengolah dan menganalisis data serta menyajikan informasi untuk manajemen dan
mendiskusikannya dengan Pimpinan Unit.
6) Mengolah dan menganalisis data serta menyajikan informasi untuk masyarakat dan
mendiskusikannya dengan para kader dan pemuka masyarakat.
7) Membantu para kader untuk menyelenggarakan sensus, registrasi vital, dan survei
mawas diri.
Apabila Statistisi yang bersangkutan tidak memiliki latar belakang pendidikan di
bidang kesehatan, maka keterlibatan Pimpinan Unit atau tenaga kesehatan yang ditugasi,
sangat penting dalam analisis data.

142
FKM - UNSRAT

b. Di Rumah Sakit Kabupaten/Kota


Rumah Sakit memerlukan Sistem Informasi Kesehatan yang tugas utamanya
melayani fungsi-fungsi klinik dan administratif yang secara langsung dapat
meningkatkan mutu pelayanan. Fungsi klinik mencakup rekam medik, hasil diagnosis,
akses kepada kode diagnosis dan prosedur standar (misalnya ICD-10), catatan untuk
informasi esensial tentang pasien (evaluasi terhadap risiko obstetrik), atau peringatan
bila terjadi ketidaksesuaian obat dan kontra indikasi. Sedangkan fungsi administratif
mencakup arus pasien antara registrasi dan instalasi-instalasi, akuntansi dan penagihan,
serta inventarisasi perbekalan farmasi.
Sistem Informasi Kesehatan di Rumah Sakit memantau kondisi keuangan Rumah
Sakit, mutu pelayanan, jenis dan volume pelayanan, lama perawatan, angka kematian,
dan angka kesakitan.
Sebagaimana di unit pelayanan kesehatan dasar, tugas pencatatan data
pelayanan di Rumah Sakit juga dibebankan kepada para pemberi pelayanan kesehatan
atau tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain). Selanjutnya
pengelolaan data rekam medik itu sebaiknya diserahkan kepada tenaga khusus, yaitu
Perekam Medik. Sedangkan tugas pencatatan data administratif dibebankan kepada
tenaga administratif (tata usaha, kepegawaian, logistik, dan lain-lain). Selanjutnya
pengelolaan catatan data administratif sebaiknya diserahkan kepada tenaga khusus, yaitu
Statistisi. Perekam Medik dan Statistisi ini secara bersama-sama bertanggung jawab
terhadap pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan dari Rumah Sakit yang bersangkutan.
Pembagian tugas di bidang informasi kesehatan antara tenaga kesehatan, tenaga
administrasi, dan tenaga informasi (yaitu Perekam Medik dan Statistisi) di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut.
Tenaga Kesehatan:
1) Mencatat data pasien/klien sebagai bagian dari pelayanan kesehatan yang
diselenggarakannya.
2) Setiap hari (usai jam pelayanan) menghitung data yang dicatat dan
menyerahkannya kepada Perekam Medik.
Tenaga Administrasi:
1) Mencatat data administrasi sebagai bagian dari pelayanan administratif yang

143
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

diselenggaraknnya.
2) Setiap hari (usai jam pelayanan) menghitung data yang dicatat dan
menyerahkannya kepada Statistisi.
Tenaga Informasi (Perekam Medik dan Statistisi):
1) Mengagregat data harian pasien dan data harian administrasi yang diserahkan oleh
tenaga kesehatan dan tenaga administrasi.
2) Membuat laporan bulanan/tiga bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Memantau kegiatan-kegiatan Rumah Sakit yang esensial (penerimaan pasien, lama
perawatan, kematian, waktu tunggu, dan waklu pelayanan).
4) Memantau kesehatan keuangan Rumah Sakit (khususnya Cost Recovery).
5) Mengevaluasi berfungsinya sistem rujukan.
6) Mengolah dan menganalisis data serta menyajikan informasi dan mendis-
kusikannya dengan Pimpinan Rumah Sakit.
7) Mengupayakan penggunaan informasi untuk peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit.

c. Di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus memberikan dukungan informasi kepada
unit-unit kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain) di wilayahnya. Di samping
itu, Sistem Informasi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota juga harus
menyediakan informasi bagi manajemen Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota, yaitu
dengan memenuhi kebutuhan informasi dari Kepala Dinas Kesehatan, Forum Kerjasama
Lintas Sektor, dan pihak-pihak berkepentingan (stake holders) lainnya.
Di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebaiknya diangkat minimal dua orang
Statistisi senior (paling rendah Ajun Statistisi Muda, golongan II/d) sebagai tenaga purna-
waktu pengelola Sistem Informasi Kesehatan yang purna-waktu. Walaupun tugas-tugas
yang ada mungkin dapat ditangani hanya oleh seorang Statistisi, tetapi sebaiknya
diangkat dua orang Statistisi. Hal ini agar tugas tetap dapat dijalankan apabila salah
seorang dari mereka berhalangan. Lagi pula, dengan dikerjakan oleh dua orang tugas-
tugas akan lebih cepat selesai dan mutunya mungkin dapat lebih baik. Akan lebih baik
lagi bila untuk Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten/Kota dapat diperbantukan

144
FKM - UNSRAT

secara paruh-waktu tenaga Epidemiolog.


Tenaga pengelola Sistem Informasi Kesehatan sebaiknya dilibatkan dalam
kegiatan bimbingan dan supervisi ke unit-unit kesehatan, karena mereka juga harus
memberikan bimbingan dalam pengumpulan data. Adapun-tugas mereka secara lebih
lengkap adalah sebagai berikut:
1) Mengagregasi data yang dikirim (melalui laporan) oleh unit-unit kesehatan.
2) Mengumpulkan data dari sektor-sektor terkait di luar kesehatan.
3) Memantau indikator-indikator kunci dan menyusun Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota serta mendistribusikannya.
4) Membuat laporan tiga bulanan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
5) Membuat dan atau meremajakan peta cakupan pelayanan wilayah
Kabupaten/Kota.
6) Mengolah dan menganalisis data serta menyajikan informasi dan mendis-
kusikannya dengan Kepala Dinas Kesehatan, Kepala-kepala Subdinas Kesehatan dan
Forum Kerjasama Lintas Sektor.
7) Melakukan bimbingan dan supervisi kegiatan informasi kesehatan di unit-unit
kesehatan.

d. Di Dinas Kesehatan Provinsi


Dinas Kesehatan Provinsi bertugas mengkoordinasikan, mengawasi dan
membimbing Dinas-dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Demikian juga dalam hal
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Informasi yang dihasilkan juga harus dapat
memenuhi kebutuhan untuk penyelenggaraan manajemen Sistem Kesehatan Provinsi,
yaitu kebutuhan dari Kepala Dinas Kesehatan, para Kepala Subdinas Kesehatan, dan
Forum Kerjasama Lintas Sektor.
Di Dinas Kesehatan Provinsi sebaiknya juga diangkat minimal dua orang Statistisi
senior (paling rendah Ajun Statistisi Madya, golongan III/a) sebagai tenaga purna-waktu
pengelola Sistem Informasi Kesehatan. Juga akan lebih baik apabila dapat diperbantukan
secara paruh-waktu tenaga Epidemiolog senior.
Tugas Statistisi di Dinas Kesehatan Provinsi ini adalah sebagai benkut:
1) Mengagregasi data yang dikirim (melalui laporan) oleh Dinas-dinas Kesehatan

145
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Kabupaten/Kota.
2) Mengumpulkan data dari sektor-sektor terkait di luar kesehatan
3) Memantau indikator-indikator kunci dan menganalisis variasi besaran indikator antar
Kabupaten/Kota.
4) Menyusun Profil Kesehatan Provinsi dan mendistribusikannya.
5) Membuat laporan tiga bulanan ke Departemen Kesehatan.
6) Membuat dan atau meremajakan peta cakupan pelayanan wilayah Provinsi.
7) Mengolah dan menganalisis data serta menyajikan informasi dan mendiskusi-
kannya dengan Kepala Dinas Kesehatan, Kepala-kepala Subdinas Kesehatan, dan
Forum Kerjasama Lintas Sektor.
8) Melakukan bimbingan dan supervisi kegiatan informasi kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

2. Pelatihan Tenaga

Efektivitas Sistem Informasi Kesehatan dalam menyediakan dukungan informasi


kepada para pengambil keputusan, manajer, dan pemberi pelayanan kesehatan
tergantung kepada adanya tenaga-tenaga pengelola yang terlatih. Tenaga pengelola
Sistem Informasi Kesehatan tidak hanya harus menguasai teknik-teknik pengelolaan
data, melainkan juga harus akrab dengan definisi kasus dan standar-standar pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu kepada mereka harus diberikan pelatihan-pelatihan secara
terencana. Untuk efisiens pelatihan bagi tenaga pengelola Sistem Informasi Kesehatan di
Daerah seyogianya diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen
Kesehatan.
Pelatihan untuk tenaga pengelola Sistem Informasi Kesehatan mencakup
pelatihan dasar, kursus-kursus penyegar, pelatihan pengembangan, dan bimbingan
reguler dalam supervisi. Pelatihan dasar diberikan sekaligus untuk memenuhi
persyaratan menduduki jabatan fungsional Statistisi. Dalam buku Pedoman Jabatan
Fungsional Statistisi di lingkungan Departemen Kesehatan R.I. disebutkan bahwa syarat
untuk pengangkatan pertama kali sebagai Statistisi adalah:
a. Berstatus sebagai pegawai negeri sipil.

146
FKM - UNSRAT

b. Berijazah serendah-rendahnya Diploma I bidang Statistik atau SMTA ditambah


pendidikan/pelatihan bidang Statistik.
c. Memiliki pengetahuan dan atau pengalaman dalam bidang tertentu yang
berhubungan dengan kegiatan perstatistikan.
d. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 minimal bernilai baik.
e. Sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
Oleh karena Statistisi ini bekerja di bidang kesehatan dan sesuai dengan
perkembangan penerapan teknologi komputer, maka pelatihan dasar bagi Statistisi
sebaiknya juga mancakup materi epedemiologi dan penggunaan komputer.
Pelatihan-pelatihan pengembangan, selain untuk menambah kemampuan di
bidang Statistik, sebaiknya juga diarahkan agar para Statistisi selalu dapat
mengikuti perkembangan teknologi komputer atau telematika.

3. Peralatan dan Bahan

Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tugas-tugas Sistem Informasi


Kesehatan, pemerintah harus menyediakan cukup peralatan dan bahan bagi Sistem
Informasi Kesehatan di berbagai tingkat administrasi. Selain itu, diperlukan juga prosedur
pengadaan, penyimpanan, dan distribusi yang efektif, sehingga bahan-bahan itu tersedia
pada saat dibutuhkan.
Contoh dari peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk Sistem Informasi
Kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Kartu rekam medik pasien/klien (untuk Puskesmas dan Rumah Sakit).
b. Kartu indeks pasien/klien.
c. Register untuk pasien rawat jaian dan lembar untuk "tally".
d. Register untuk pasien rawat inap dan lembar untuk "tally".
e. Register perawatan ibu.
f. Register khusus (keluarga berencana, HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit-
penyakit penting lainnya).
g. Register data masyarakat (outreach).

147
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

h. Karton/kertas lebar untuk membuat chart dari indikator-indikator kunci.


i. Formulir-fbrmulir catatan dan laporan keuangan.
j. Kartu stok obat.
k. Formulir-formulir laporan bulanan/tiga bulanan.
l. Pedoman-pedoman.
m. Alat-alat tulis.
n. Kalkulator.
o. Komputer (perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan-bahan), termasuk peralatan
periferi dan peralatan untuk berjaringan.

4. Dana

Dana merupakan sumber daya yang paling penting, karena semua sumber daya
lain dan kegiatan-kegiatan Sistem Informasi Kesehatan sangat ditentukan oleh
ketersediaan dana.
Dana yang disediakan mencakup dana untuk investasi, dana untuk kegiatan, dan
dana untuk pemeliharaan sumber daya. Ketiga komponen dana itu hendaknya
berimbang. Setiap investasi, apakah itu berupa rekrutmen tenaga atau pengadaan
peralatan, harus diimbangi dengan biaya untuk operasionalisasi dan pemeliharaannya.
Dana untuk pemeliharaan tenaga adalah berupa dana untuk pendidikan/pelatihan.
Sangat sulit untuk menetapkan berapa dana yang diperlukan untuk
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Dalam kondisi terbatasnya kemampuan
keuangan pemerintah, lebih baik pengembangan Sistem Informasi Kesehatan yang
menyesuaikan dengan kemampuan Pemerintah Daerah menyediakan dana untuk itu.
Untuk Daerah-daerah yang mendapat alokasi dana melalui proyek-proyek tertentu,
penyediaan dana untuk Sistem Informasi Kesehatan pun harus mempertimbangkan
kemampuan Daerah untuk melanjutkannya.

148
FKM - UNSRAT

Peraturan Perundang-undangan
Tersedianya sumber daya untuk Sistem Informasi Kesehatan saja tidaklah cukup.
Seperangkat peraturan perundang-undangan diperlukan untuk menjamin penggunaan
yang optimum terhadap sumber-sumber daya yang ada dalam mendukung proses
menghasilkan informasi. Peraturan perundang-undangan itu yang diperlukan itu berupa
(1) aturan untuk manajemen Sistem Informasi Kesehatan secara menyeluruh, (2)
standar untuk pengumpulan data, (3) aturan dalam rangka pengiriman dan pengolahan
data serta pelaporan, (4) aturan berkaitan dengan kerahasiaan dan privasi, (5) aturan
dan standar berkaitan dengan pelatihan, (6) aturan tentang pengadaan dan distribusi
peralatan dan bahan, dan (7) aturan berkaitan dengan jaminan mutu.

1. Aturan Untuk Manajemen Sistem Informasi Kesehatan

Salah satu dan keputusan-keputusan awal yang dihadapi Daerah dalam menata
kembali Sistem Informasi Kesehatannya adalah di mana meletakkan tanggung jawab
untuk manajemen Sistem Informasi Kesehatan tersebut. Letak dari unit yang
bertanggung-jawab terhadap manajemen Sistem Informasi Kesehatan menunjukkan
seberapa jauh informasi kesehatan dianggap penting di Daerah tersebut. Letak ini juga
menentukan seberapa besar daya jangkau yang dimiliki oleh unit tersebut.
Di Daerah yang menghargai pentingnya Sistem Informasi Kesehatan, unit
penanggung-jawabnya diletakkan cukup tinggi di dalam struktur organisasi Dinas
Kesehatan. Selain cukup tinggi, letaknya pun sedemikian rupa sehingga daya jangkaunya
mencakup seluruh Dinas Kesehatan (misalnya dengan meletakkannya langsung di bawah
Kepala Dinas, atau di bawah Kepala Bagian Tata Usaha, dan bukan di bawah salah satu
Kepala Subdinas).
Pengaturan tentang letak unit penanggung jawab Sistem Informasi Kesehatan
tentu harus tercantum dalam Peraturan Daerah tentang organisasi Dinas Kesehatan.
Aturan juga harus dibuat tentang bagaimana menjamin agar Sistem Informasi
Kesehatan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan informasi dari mereka yang
berkepentingan (stakeholders) terhadap Pembangunan Daerah di bidang Kesehatan.
Juga aturan yang menjamin diperolehnya data yang bermutu dan berlangsungnya
pengirman data baik secara vertikal maupun horizontal.

149
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

2. Standar Untuk Pengumpulan Data

Data akan dapat diperbandingkan hanya apabila dikumpulkan dengan


menggunakan pendekatan yang sama. Atau jika data itu telah divalidasi bahwa
pendekatan yang berbeda menghasilkan data yang sama. Untuk itu maka diperlukan
standar prosedur, baik prosedur pengumpulan data maupun prosedur validasi data.
Standar pengumpulan data juga mencakup definisi-definisi yang jelas tentang
kasus baik untuk klinik maupun pelayanan-pelayanan lain. Karena adanya perbedaan
kemampuan petugas, maka pedoman tentang standar harus dibuat sesuai dengan
tingkat kemampuan petugas. Misalnya, untuk Rumah Sakit, pedoman tentang definisi
kasus dapat diambil dari ICD-9 atau ICD-10. Tetapi untuk Puskesmas mungkin cukup
digunakan kategorisasi penyakit berdasar gejala. Para petugas pelayanan rawat jalan
harus dapat membedakan pasien baru dan pasien lama untuk penyakit yang sama. Selain
itu perlu adanya aturan yang menjamin agar data dilaporkan dengan cara yang sama di
semua unit kesehatan. Misalnya, jika kasus tertentu harus dilaporkan menurut golongan
umur, maka semua unit kesehatan harus mematuhi hal ini. Jika tidak, maka data yang
terkumpul tidak dapat dianalisis dari segi umur.

3 Aturan Pengiriman dan Pengolahan Data serta Pelaporan

Data akan digunakan hanya jika data itu tersedia pada saat dibutuhkan. Untuk itu
diperlukan aturan yang menetapkan tentang jadwal yang jelas dan realistik bagi
pengiriman data. Jadwal ini mencakup pengiriman dan tingkat administrasi terendah
sampai pengiriman dari Kabupaten/Kota ke Provinsi. Jadwal ini sekaligus juga akan
menunjukkan kapan setiap unit kesehatan harus menyelesaikan pengolahan datanya.
Jadwal yang pasti juga harus ditetapkan untuk pengiriman umpan-balik serta
pelaksanaan bimbingan dan supervisi. Jadwal untuk umpan-balik dan supervisi
seyogianya disamakan karena keduanya saling menunjang.
Kegiatan administrasi, termasak manajemen keuangan dan persediaan, biasanya
dilaporkan bulanan atau tiga bulanan. Sedangkan inventarisasi tenaga, inventarisasi
peralatan, dan kondisi fisik dari unit kesehatan dapat dilaporkan setahun sekali. Periode
laporan apa pun yang dipilih, jadwal yang pasti harus ditetapkan dan dikomunikasikan ke

150
FKM - UNSRAT

seluruh unit kesehatan. Jika interval pelaporan cukup panjang, maka diperlukan sistem
pengingat atau teguran.

4. Aturan Tentang Kerahasiaan dan Privasi

Pasien/klien berharap agar kerahasiaan dan privasinya dilindungi pada saat ia


memberikan data tentang dirinya kepada petugas kesehatan. Oleh karena itu diperlukan
pengaturan yang menjamin bahwa informasi tentang pasien/klien tidak keluar dari unit
kesehatan dan dapat keluar hanya atas izin/sepengetahuan pasien/klien bersangkutan.
Sebagai prinsip, semua data pasien/klien harus dianggap suatu yang bersifat
rahasia. Prinsip ini tidak boleh dilanggar, walaupun kepada keluarga pasien/klien. Namun
demikian terdapat beberapa perkecualian di mana privasi tadi harus dikalahkan, yaitu
kewajiban untuk melindungi masyarakat dari ancaman kesehatan yang serius. Penyakit-
penyakit tertentu yang wajib dilaporkan termasuk dalam kategori ini.

5. Aturan dan Standar Untuk Pelatihan

Sebagaimana disebutkan di muka, para pengelola Sistem Informasi Kesehatan


memerlukan pelatihan, baik berupa kursus penyegar maupun pelatihan pengembangan.
Untuk menjaga mutu pelatihan diperlukan berbagai macam aturan dan standar.
Harus dibuat aturan yang menetapkan siapa (unit mana) yang bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pelatihan dan berhak mengeluarkan sertifikat pelatihan. Perlu
pula disusun pedoman prosedur untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan (training
need assessment). Juga perlu ditetapkan standar penyelenggaraan pelatihan (kurikulum
pelatihan, lama pelatihan, kualifikasi pelatih, dan lain-lain) serta standar modul pelatihan.
6. Aturan Pengadaan dan Distribusi Peralatan dan Bahan

Dalam rangka pengadaan peralatan, maka yang penting diupayakan adalah


adanya standar yang akan memudahkan dalam perawatan dan pengembangannya
(merek yang sama, konfigurasi yang serupa, dan lain-lain). Standar ini misalnya akan
memungkinkan dilakukannya tukar-menukar suku cadang. Dalam hal perangkat lunak
komputer, standarisasi akan memudahkan dalam pelatihan penggunaan perangkat lunak

151
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

tersebut. Hal yang sama berlaku untuk bahan-bahan atau instrumen seperti kartu rekam
medik, register, formulir laporan, dan lain-lain.
Distribusi peralatan dan bahan untuk Sistem Informasi Kesehatan sebaiknya
menggunakan sistem distribusi yang digunakan untuk obat dan alat/bahan kesehatan.
Hal ini akan memudahkan dalam pemantauannya karena sistem distribusi obat dan
alat/bahan kesehatan umumnya sudah berjalan cukup lama.
Berakitan dengan pengaturan dan standarisasi pengadaan dan distribusi peralatan
dan bahan, kiranya perlu diatur juga prosedur penyimpanan dan pemeliharaannya.

7. Aturan Tentang Jaminan Mutu

Pelatihan petugas dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan tidak menjamin akan
diperolehnya data yang bermutu dan dipatuhinya pelaporan. Karena itu masih diperlukan
aturan-aturan yang dapat menambah jaminan akan mutu data. Aturan ini adalah tentang
bimbingan dan supervisi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke unit-unit kesehatan,
dan dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas-dinas Kesehatan Kahupaten/Kota.
Bimbingan dan supervisi harus terstruktur dan harus secara sistematis
mengevaluasi kegiatan-kegiatan Sistem Informasi Kesehatan menggunakan "checklist".
Tidak semun hal harus dicakup dalam bimbingan dan supervisi. Petugas bimbingan dan
supervisi sebaiknya memfokus hanya pada hal-hal yang memerlukan peningkatan.

Penutup
Manajemen Sistem Informasi Kesehatan akan menjamin terselenggaranya dengan
baik fungsi Sistem Informasi Kesehatan dalam mengembangkan lingkungan yang kaya
akan informasi. Selain itu, juga akan menjamin berperannya dengan baik Sistem
Informasi Kesehatan dalam perencanaan dan manajemen kesehatan (manajemen
pasien/klien, manajemen unit kesehatan, dan manajemen Sistem Kesehatan).
Landasan bagi manajemen Sistem Informasi Kesehatan adalah struktur
manajemen yang solid, yang mencakup sumber daya dan peraturan perundang-
undangan yang diperlukan untuk mendukung proses dari Sistem Informasi Kesehatan.

152
FKM - UNSRAT

Bab ini telah memberikan petunjuk tentang bagaimana merencanakan,


mendapatkan dan mengelola sumber daya Sistem Informasi Kesehatan yang efisien
dengan situasi pembiayaan yang diberikan. Juga dijelaskan bagaimana menyusun aturan-
aturan organisasi yang menjamin kualitas dan ketepatan waktu informasi yang
dihasilkan. Manajer Sistem Informasi Kesehatan di tingkat nasional, regional dan daerah
memegang peran penting dalam mengembangkan dan menerapkan aturan-aturan ini dan
menyesuaikannya dengan aturan negara.

153
BAB
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESE
HATAN

9
S
i
s
D t
e
m

I
n
f
o
r
m
a
s
i

K
154
e
lama
meng

s emba
ngka
e n

h Siste
m
a Infor

t masi
Kese
a hatan

n
Nasio
nal
(SIKN
d AS),

i yaitu
seme

I
njak
dicipt

n akan
nya
d Siste

o m
Penca
n tatan

e dan
Pelap
s oran

i Terpa
du
a Puske
smas
epartemen (SP2T
Kesehatan P)
sudah sejak pada
154
Pengembangan SIKNAS Menengah
ini semakin ditingkatkan Nasional Tahun
dengan dibentuknya 2010-2014,
Pusat Data Kesehatan maka Rencana
pada tahun 1984. Strategis
Namun demikian, Kementerian
walau sudah terjadi Kesehatan
banyak kemajuan, mengalami
pengembangan SIKNAS revisi dengan
ini masih menghadapi Visi
hambatan-hambatan Pembangunan
yang bersifat klasik, yang Kesehatan
akhirnya menimbulkan 2010- 2014 ‖
masalah-masalah klasik Masyarakat
pula, yaitu berupa kurang Sehat yang
akurat, kurang sesuai Mandiri dan
kebutuhan, dan kurang Berkeadilan‖.
cepatnya data dan
informasi yang disajikan.
Untuk mendukung Kedudukan SIK
Reformasi di bidang dalam Sistem
Kesehatan, jelas strategi Kesehatan Nasional
pengembangan SIKNAS
(SKN)
harus diubah. Reformasi
Sejalan
di bidang Kesehatan
dengan
telah menetapkan Visi
perubahan Visi
Pembangunan Kesehatan
Pembangunan
yang tercermin dalam
Kesehatan
motto "INDONESIA
yang tercermin
SEHAT 2010". Dengan
dalam Visi
adanya perubahan
Kementerian
dinamis pembangunan
Kesehatan
kesehatan dan adanya
2010-2014 ‖
penyesuaian dengan
Masyarakat
Rencana Jangka
154
Sehat yang Mandiri dan

154
FKM - UNSRAT

Berkeadilan‖, maka motto menjadi Indonesia Cinta Sehat yang juga sangat ditentukan
oleh pencapaian Provinsi-provinsi Sehat, Kabupaten-kabupaten Sehat, dan Kota-kota
Sehat. Bahkan juga oleh pencapaian Kecamatan-kecamatan Sehat dan Desa-desa Sehat.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku ―Design and
Implementaiton of Health Information System‖ (2000) bahwa suatu sistem
informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu
sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan
informasi bagi proses pengambilan keputusan semua jenjang. Sistem informasi harus
dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen. WHO juga menyebutkan bahwa SIK
merupakan salah satu dari 6 ―building blocks‖ atau komponen utama dalam suatu
sistem kesehatan. Enam komponen Sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service Delivery / Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
2. Medical products, vacines, and technologies / Produk Medis, Vaksin, dan Teknologi
Kesehatan
3. Health Workforce / Tenaga Kesehatan
4. Health System Financing / Sistem Pembiayaan Kesehatan
5. Health Information System / Sistem Informasi Kesehatan
6. Leadership and Governance / Kepemimpinan dan Pemerintahan
SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu sistem
kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari komponen
tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai kasus kesehatan
dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu dalam meningkatkan efisiensi
dan transparansi proses kerja. Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari dari tujuh
subsistem, yaitu :
1. Upaya kesehatan;
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan;
3. Pembiayaan kesehatan;
4. Sumber daya manusia kesehatan;
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan
7. Pemberdayaan masyarakat.

155
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem
manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Subsistem manajemen dan informasi
kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan,
administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan
mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna. Dengan subsistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna dapat mendukung penyelenggaraan keenam subsistem
lain dalam sistem kesehatan nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Terdapat beberapa prinsip Informasi Kesehatan dalam SKN diantaranya:
a. Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan yang
berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
b. Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang
administrasi kesehatan.
c. Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk
pengambilan keputusan.
d. Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan
tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
e. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data melalui
cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara nonrutin (yaitu survei,
dan lain-lain).
f. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang
berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.
Pada uraian Bentuk Pokok Informasi Kesehatan disebutkan bahwa Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dikembangkan dengan memadukan sistem
informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait. Sumber data sistem
informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan
yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang diperoleh dari survai, survailans
dan sensus. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan serta manajemen

156
FKM - UNSRAT

kesehatan. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi diselenggarakan


secara berjenjang, terpadu, multidisipliner dan komprehensif. Penyajian data dan
informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui masyarakat secara luas untuk
pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
Agar Sistem Kesehatan Nasional dapat bergerak, maka setiap penyelenggara
harus bergerak pula. Artinya, setiap penyelenggara harus melaksanakan Manajemen
Kesehatan yang efektif, efisien dan strategis dalam mendukung pencapaian Visi
Pembangunan Kesehatan setempat. Oleh karena Sistem Informasi pada hakikatnya
dikembangkan untuk mendukung Manajemen Kesehatan, maka setiap penyelenggara
Sistem Kesehatan harus memiliki Sistem Informasi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa SIKNAS adalah suatu sistem informasi yang dibangun dari kesatuan Sistem-sistem
Informasi dari para penyelenggara Sistem Kesehatan Nasional.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedudukan Sistem
Informasi Kesehatan sangat penting dalam menunjang keberhasilan Manajemen
Kesehatan yang merupakan salah satu Subsistem SKN.

Masalah-masalah SIK di Indonesia


Pada perkembangannya Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia selalu
menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang akhirnya menimbulkan
masalah-masalah klasik pula, yaitu berupa kurang akurat, kurang sesuai kebutuhan, dan
kurang cepatnya data dan informasi yang disajikan.
Berdasarkan penelitian Bambang dkk. (1991) terdapat beberapa masalah pada
sistem informasi kesehatan di Indonesia diantaranya:
d. Data yang harus dicatat dan dilaporkan di unit-unit operasional sangat banyak,
sehingga beban para petugas menjadi berat.
e. Proses pengolahan data menjadi lama, sehingga hasil pengolahan data menjadi lama,
menyebabkan hasilnya menjadi tidak tepat waktu ketika disajikan dan
diumpanbalikkan.
f. Data yang dikumpulkan terlalu banyak dibanding kebutuhannya, maka banyak data
yang akhirnya tidak dimanfaatkan.
Masalah-masalah klasik di atas akan diuraikan secara jelaskan berikut ini.

157
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Sistem Informasi Kesehatan masih Terfragmentasi

Sebagaimana diketahui, di Departemen Kesehatan terdapat berbagai Sistem


Informasi Kesehatan yang berkembang sejak lama, tetapi satu sama lain kurang
terintegrasi. Sistem-sistem Informasi Kesehatan tersebut antara lain adalah:
a. Sistem Informasi Puskesmas
b. Sistem Informasi Rumah Sakit
c. Sistem Sun'eilans Terpadu
d. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
e. Sistem Informasi Obat
f. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan, yang mencakup:
 Sistem Informasi Kepegawaian Kesehatan
 Sistem Informasi Pendidikan Tenaga Kesehatan
 Sistem Informasi Diklat Kesehatan
 Sistem Informasi Tenaga Kesehatan
g. Sistem Informasi IPTEK Kesehatan/Jaringan Litbang Kesehatan
Masing-masing sistem informasi tersebut cenderung untuk mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya sendiri. Akibatnya
unit-unit terendah (operasional) seperti Puskesmas dan Rumah Sakit yang harus
mencatat data dan melaporkannya menjadi sangat terbebani. Dampak negatifnya adalah
berupa kurang akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan data.
Fragmentasi juga terjadi dalam kancah lintas sektor. Derajat kesehatan
masyarakat sesungguhnya sangat ditentukan oleh sektor-sektor yang berkaitan dengan
perilaku manusia dan kondisi lingkungan hidup, di samping oleh sektor kesehatan. Akan
tetapi selama ini informasi yang berasal dari sektor-sektor terkait di luar kesehatan tidak
pemah tereakup dalam Sistem Informasi Kesehatan. Hal ini terutama disebabkan kurang
jelasnya konsep kerjasama lintas sektor, sehingga tidak pernah dirumuskan secara
konkrit peran atau kegiatan penting apa yang perlu dilakukan oleh sektor-sektor terkait
bagi suksesnya pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(critical success factors).

158
FKM - UNSRAT

Sebagian Besar Daerah Belum Memiliki Kemampuan Memadai

Walaupun Otonomi Daerah sudah dilaksanakan sejak awal tahun 2001, tetapi
fakta menunjukkan bahwa sebagian besar Daerah Kabupaten dan Daerah Kota belum
memiliki kemampuan yang memadai, khususnya dalam pengembangan Sistem Informasi
Kesehatannya. Selama berpuluh-puluh tahun kemampuan tersebut memang kurang
dikembangkan, sehingga untuk dapat membangun Sistem Informasi Kesehatan yang
baik, Daerah masih memerlukan fasilitasi.
Beberapa Daerah Provinsi tampaknya sudah mulai mengembangkan Sistem
Informasi Kesehatannya karena adanya berbagai proyek pinjaman luar negeri (ADB3,
CHN3, HP5, PHP, dan lain-lain). Akan tetapi tampaknya pengembangan yang dilakukan
masih kurang mendasar, kurang komprehensif, dan tidak mengatasi masalah-masalah
klasik yang ada. Setiap proyek cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan
sendiri dan kurang memperhatikan kelangsungan sistem. Banyak fasilitas komputer
akhirnya kadaluwarsa (out of date) atau rusak sebelum Sistem Informasi Kesehatan
yang diinginkan terselenggara. Yang belum rusak pun pada umumnya bervariasi baik
dalam spesifikasi perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya, sehingga satu sama
lain tidak bersesuaian (compatible).

Pemanfaatan Data dan Informasi oleh Manajemen Belum Optimal

Sistem informasi dengan manajemen adalah ibarat sistem saraf dengan jaringan
tubuh. Sistem saraf yang baik pun tidak akan ada artinya apabila jaringan tubuh yang
ditopangnya mati (nekrosis). Apa lagi bila ternyata sistem sarafnya pun buruk pula.
Selama ini manajemen kesehatan yang dipraktekkan, khususnya di Daerah dan
tingkat operasional (Rumah Sakit, Puskesmas, dan lain-lain) tidak pernah jelas benar.
Puskesmas mengalami kelebihan beban yang sangat hebat ( overburdened) karena
adanya "keharusan dari atas" untuk melaksanakan sedemikian banyak program
kesehatan. Jangankan untuk berperan sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan, untuk
melaksanakan "tugas dari atas" saja sudah tidak sempurna.Rumah sakit masih
terombang-ambing antara manajemen yang harus menghasilkan profit atau manajemen
lembaga sosial. Daerah tidak kunjung dapat merumuskan Sistem Kesehatan Daerahnya

159
MODUL KULIAH SISTEM INFORMASI KESEHATAN

karena masih belum jelasnya Otonomi Daerah.


Kegalauan dalam manajemen kesehatan tersebut sudah barang tentu sangat
besar pengaruhnya bagi pemanfaatan informasi. Segala sesuatu yang serba "dari atas"
juga menyebabkan para manajer tidak pernah memikirkan perlunya memanfaatkan data
untuk mendukung inisiatifnya.

Pemanfaatan Data dan Informasi Kesehatan oleh Masyarakat


Kurang Dikembangkan

Akhir-akhir ini minat masyarakat untuk memanfaatkan data dan informasi,


termasuk di bidang kesehatan, sesungguhnya tampak meningkat secara nyata. Hal ini
terutama karena dipacu oleh revolusi di bidang telekomunikasi dan informatika
(telematika) akibat makin meluasnya penggunaan komputer danjaringannya ( intranet
dan internet). Namun demikian, tuntutan masyarakat yang meningkat ini tampak kurang
berkembang di bidang kesehatan karena kurangnya respon.

Pemanfaatan Teknologi Telematika Belum Optimal

Kelemahan ini sebenarnya merupakan penyebab dari timbulnya kelemahan nomor


4 di atas. Masalahnya tampaknya bukan karena biaya untuk teknologi telematika yang
memang besar, tetapi lebih karena apresiasi terhadap penggunaan teknologi telematika
yang masih kurang, akibat pengaruh budaya (kultur). Dalam banyak hal, rendahnya
apresiasi ini juga dikarenakan alasan-alasan yang masuk akal, yaitu rasio manfaat-biaya
(cost-benefit ratio) yang kurang memadai. Investasi untuk teknologi telematika yang
begitu besar belum dapat dijamin akan menghasilkan manfaat yang sepadan.
Lingkaran setan ini memang sulit ditentukan dari mana untuk memulai
memutuskannya. Namun demikian tentunya akan ideal apabila dapat dilakukan
pendekatan serempak mengembangkan pemanfaatan teknologi telematika dalam Sistem
Informasi Kesehatan yang dilandasi dengan upaya menggerakkan pemanfaatannya
(terutama melalui pengembangan praktek-praktek manajemen yang benar).

160
FKM - UNSRAT

Dana untuk Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Terbatas

Kelemahan ini pun berkait dengan masalah rasio biaya-manfaat yang masih
sangat rendah. Padahal selain investasi, Sistem Informasi Kesehatan juga memerlukan
biaya yang tidak sedikit untuk pemeliharaannya. Banyak investasi yang sudah dilakukan,
khususnya yang berupa pemasangan komputer, pelatihan petugas, pencetakan formulir,
dan lain-lain akhirnya tidak berlanjut karena ketiadaan dana untuk mendukung
kelangsungannya. Apa lagi selama ini ketersediaan dana Daerah umumnya kurang
mencukupi. Oleh karena itu, pemeliharaan Sistem Informasi Kesehatan yang dalam
kenyataannya "tidak bermanfaat", tentu akan kecil prioritasnya dalam pengalokasian
dana.

Kurangnya Tenaga Purna-waktu untuk Sistem Informasi Kesehatan

Selain dana, kelangsungan Sistem Informasi Kesehatan juga sangat ditentukan


oleh keberadaan tenaga purna-waktu yang mengelolanya. Selama ini di banyak tempat,
khususnya di Daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang
merangkap jabatan atau tugas lain. Di beberapa tempat memang dijumpai adanya
tenaga-tenaga purna waktu. Akan tetapi mereka itu dalam kenyataan tidak dapat
sepenuhnya bekerja mengelola data dan informasi karena imbalannya yang kurang
memadai. Untuk memperoleh imbalan yang cukup, maka mereka bersedia melakukan
pekerjaan apa saja (diluar pengelolaan data dan informasi) yang ditawarkan oleh
program atau proyek-proyek lain. Kelemahan ini masih ditambah dengan kurangnya
keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang informasi, khususnya teknologi
informasi dan manfaatnya.
Selama ini sudah terdapat jabatan-jabatan fungsional untuk para pengelola data
dan informasi, yaitu Pranata Komputer dan Statistisi, yang memberi tunjangan jabatan
sebagai imbalan. Namun demikian untuk dapat memangku jabatan-jabatan tersebut
diperlukan persyaratan tertentu yang sulit dipenuhi oleh para pengelola data dan
informasi kesehatan.

161
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional


Situasi SIK di Indonesia

Kebutuhan terhadap data/informasi yang akurat makin meningkat namun


ternyata sistem informasi saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang akurat,
lengkap dan tepat waktu. Berbagai masalah masih dihadapi dalam penyelenggaraan SIK,
diantaranya adalah belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara kesehatan
terutama penyelenggara SIK terhadap SIK. Penyelenggaraan SIK itu sendiri masih belum
dilakukan secara efisien, terjadi ―Redundant‖ data, dan duplikasi kegiatan, selain itu
kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada data yang tidak sesuai
dengan kebutuhan, ketepatan waktu laporan juga masih rendah, sistem umpan balik
tidak berjalan optimal, pemanfaatan data/informasi di tingkat
daerah (Kabupaten/Kota) untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan
manajemen masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini antara
lain karena adanya ―overlapping‖ kegiatan dalam pengumpulan, dan pengolahan data,
di setiap unit kerja di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu kegiatan
pengelolaan data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Hal
tersebut merupakan masalah-masalah yang dihadapi SIK saat ini dan perlu dilakukan
upaya untuk perbaikan dan penguatannya.
Pada tahun 2007, Pusat Data dan Informasi telah melakukan evaluasi SIK dengan
mengguna-kan perangkat Health Metricts Network-World Health Organization (HMN-
WHO). Evaluasi ini meliputi 6 komponen utama SIK yaitu sumber daya (meliputi
pengelolaan dan sumber daya), indikator, sumber data, manajemen data (pengumpulan;
pengolahan dan analisis data), kuali-tas data, diseminasi dan penggunaan data. Hasil
yang diperoleh adalah ―ada tapi tidak ade-kuat‖ untuk sumber daya (47%),
indikator (61%), sumber data (51%), kualitas data (55%), penggunaan dan diseminasi
data (57%) serta ―tidak adekuat sama sekali untuk manajemen data (35%). Secara
umum, hasil ini menunjukkan bahwa keseluruhan SIK masih dalam status ―Ada tapi
tidak adequat‖ dan masih perlu ditingkatkan. Pada gambar di bawah dapat dilihat hasil
capaian untuk komponen-komponen SIK.

162
FKM - UNSRAT

Gambar 9.1. Hasil Evaluasi SIK Tahun 2007

Pengelolaan sistem informasi kesehatan nasional saat ini masih terfragmentasi


dimana pengelola program dan pemangku kepentingan mempunyai sistem informasi
yang tersendiri. Banyaknya sistem informasi yang ―stand alone‖ serta ditambahkan
dengan sistem informasi yang dibangun oleh pemangku kepentingan Kementerian
lainnya di luar Kementerian
Kesehatan, Pemerintah daerah dan juga program bantuan donator. Hal ini
mengakibatkan banyaknya duplikasi kerja dalam pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan petugas di lapangan sehingga berdasar hasil penilaian di tahun 2010, Dinas
Kesehatan Provinsi harus melaporkan secara rutin 301 tipe laporan dan memakai 8 jenis
SIK (aplikasi software) yang berbeda.
Permasalahan SIK ini semakin mulai tampak jelas sejak pelaksanaan
desentralisasi pada tahun 2004, cukup banyak puskesmas, rumah sakit, dinas
kabupaten/kota dan dinas provinsi yang menginvestasikan dana untuk upaya modernisasi
SIK dengan pemakaian TIK tanpa adanya pedoman atau panduan. Sebagai akibatnya
saat ini terdapat beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang memiliki software
aplikasi yang berbeda dari segi data, struktur, dan fungsi yang dikumpulkan sehingga
data tidak dapat direkapitulasi di tingkat Provinsi karena tidak dapat berkomunikasinya
software-software tersebut.
Kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam pengelolaan SIK juga

163
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

menjadi faktor yang mengakibatkan lemahnya SIK terutama dalam hal manajemen data.
Jumlah SDM yang tersedia di lapangan masih kurang bila dibandingkan dengan jumlah
inisiatif penguatan SIK secara manual ataupun terkomputerisasi.
Dari evaluasi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan hingga saat ini, dapat
disimpulkan isu-isu strategis yang perlu menjadi prioritas untuk ditanggulangi dalam
rencana pengembangan dan penguatan SIK. Isu strategis tersebut adalah :
1. Kemampuan Pengelolaan SIK masih terbatas, antara lain tentang landasan hukum,
kerja sama dan koordinasi.
2. Data dan informasi serta indikator yang perlu dikumpulkan dan digunakan belum
seluruhnya dan setepatnya ditetapkan.
3. Kemampuan sumber data untuk menyediakan data dan informasi pada umumnya
masih lemah.
4. Kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta informasi masih belum
menyeluruh, tepat mekanisme dan belum terselenggara secara efektif serta efisien.
5. Dukungan sumber daya terutama sumber daya manusia, Teknologi Informasi dan
Komunikasi, sarana dan prasarana serta pembiayaan masih terbatas.
6. Kemampuan pengembangan dan peningkatan mutu data dan informasi kesehatan
masih kurang.
7. Data dan informasi yang dihasilkan belum sepenuhnya didesiminasikan kepada para
pemangku kepentingan yang berkaitan dan belum digunakan dengan semestinya.

Visi dan Misi

Sistem Informasi merupakan ―jiwa‖ dari suatu institusi, demikian pula Sistem
Informasi Kesehatan merupakan ―jiwa‖ dari institusi kesehatan. Kondisi Sistem Informasi
Kesehatan yang kuat akan mampu mendukung upaya-upaya dari Institusi Kesehatan.
Penguatan Sistem Informasi Kesehatan secara tidak langsung akan turut pula
memperkuat Sistem Kesehatan Nasional. Agar Visi dan Misi Sistem Informasi Kesehatan
tercapai maka upaya penguatan harus terarah, saling terkait dan dengan langkah-
langkah dan strategi yang jelas dan komprehensif oleh karena itu perlu disusun suatu
Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan.

164
FKM - UNSRAT

Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


192/Menkes/Sk/VI/2012 tentang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi
Kesehatan Indonesia maka strategi pengembangan SIKNAS mengacu pada Keputusan
tersebut dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511/Menkes/SK/ V/2002 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Untuk itu Visi yang ditetapkan untuk pengembangan SIKNAS mengacu pada
Kepmenkes Nomor 192 Tahun 2012 dan mendukung visi Kementerian Kesehatan yaitu: ‖
Terwujudnya Sistem Informasi Kesehatan terintegrasi pada tahun 2014
yang mampu mendukung proses pembangunan kesehatan dalam menuju
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ‖.
Guna mendukung misi kementerian kesehatan dan untuk mencapai visi SIK,
ditetapkan misi dari SIK dengan mengacu pada isu-isu strategis dan masukan komponen
SIK menurut HMN-WHO, sebagai berikut:
1. memperkuat pengelolaan SIK yang meliputi landasan hukum, kebijakan dan program,
advokasi dan koordinasi.
2. menstandarisasi indikator kesehatan agar dapat menggambarkan derajat kesehatan
masyarakat.
3. memperkuat sumber data dan membangun jejaringnya dengan semua pemangku
kepentingan termasuk swasta dan masyarakat madani.
4. meningkatkan pengelolaan data kesehatan yang meliputi pengumpulan, penyim-
panan, dan analisis data, serta diseminasi informasi.
5. memperkuat sumber daya Sistem Informasi Kesehatan yang meliputi pemanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi, sumber daya manusia, pembiayaan, sarana dan
prasarana.
6. Memperkuat kualitas data kesehatan dengan menerapkan jaminan kualitas dan
sistem pengendaliannya.
7. meningkatkan budaya penggunaan data dan informasi untuk penyelenggaraan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien serta untuk mendukung tata kelola
kepemerintahan yang baik dan bagi masyarakat luas.

165
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Kebijakan
Penyelenggaraan Misi dalam rangka mencapai Visi diatas dilakukan dengan
memperhatikan rambu-rambu dalam koridor kebijakan sebagai berikut:
1. Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka mewujudkan SIK
yang terintegrasi, yang dapat menyediakan data secara real time yang mudah diakses
dan berfungsi sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support
System).
2. Penguatan manajemen SIK pada semua tingkat sistem kesehatan dititik-beratkan
pada ketersediaan standar operasional yang jelas, pengembangan dan penguatan
kapasitas SDM,dan pemanfaatan TIK, serta penguatan advokasi bagi pemenuhan
anggaran.
3. Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan statistik
vital melalui upaya penyelenggaraan Registrasi Vital di seluruh wilayah Indonesia dan
upaya inisiatif lainnya.
4. Penetapan kebijakan dan standar SIK dilakukan dalam kerangka desentralisasi di
bidang kesehatan.
5. Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan, pengolahan, analisis,
penyimpanan, diseminasi dan pemanfaatan data/ informasi dalam kerangka kebijakan
SIK terintegrasi.
6. Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai kebutuhan dari para
pemangku kepentingan dan dapat diakses dengan mudah, serta memperhatikan
prinsip-prinsip kerahasiaan dan etika yang berlaku di bidang kesehatan dan
kedokteran.
7. Pemanfaatan TIK dilakukan dalam menuju upaya pengumpulan data
disaggregate/individu.
8. Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan dilaksanakan dengan
menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan lintas sektor terkait serta terpadu
dengan pengembangan SDM kesehatan lainnya.
9. Pengembangan dan penyelenggaraan SIK dilakukan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan termasuk lintas sektor dan masyarakat madani.

166
FKM - UNSRAT

10. Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi terhadap pimpinan di semua
tingkat dan pemanfaatan forum-forum informatika kesehatan yang ada.
11. Peningkatan penggunaan solusi-solusi eHealth untuk mengatasi masalah
infrastruktur, komunikasi, dan kekurangan sumberdaya manusia dalam sistem
kesehatan.

Strategi Pengembangan SIKNAS

Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan, maka
ditetapkan Strategi Pengembangan SIKNAS yang juga dalam rangka mendukung
pencapaian misi SIKNAS sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan menetapkan kebijakan dan standar SIK.
2. Melakukan evaluasi dan standarisasi indikator kesehatan serta memperbaiki tatacara
pemuktahirannya.
3. Memperkuat pengumpulan data kesehatan berbasis fasilitas dan komunitas.
4. Membangun mekanisme aliran data kesehatan dari lintas sektor.
5. Memperkuat manajemen SIK pada semua tingkat sistem kesehatan.
6. Meningkatkan dan menyelenggarakan sistem pengumpulan, penyimpanan dan
diseminasi data secara sistematis melalui penggunaan TIK
7. Melakukan advokasi dan koordinasi dalam upaya memperkuat sumber daya SIK.
8. Advokasi dan koordinasi penggunaan TIK di sektor kesehatan sebagai alat untuk
meningkatkan manajemen dan pelayanan kesehatan
9. Memperkuat pendanaan, SDM dan infrastruktur
10. Mendorong tersedia dan terlaksananya prosedur yang menjamin kualitas data
11. Mendorong budaya dan melembagakan penggunaan informasi dalam manajemen
kesehatan
12. Mendorong budaya penggunaan informasi di masyarakat luas

Mengembangkan dan menetapkan kebijakan dan standar SIK


Sistem Informasi Kesehatan yang ada saat ini masih terfragmentasidan dikerjakan
oleh berbagai unit atau program. Kebutuhan akan data dan informasi, menyebabkan

167
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

masing-masing unit atau program melakukan inisiatif untuk membuat dan


mengembangkan sistem informasi sendiri. Belum adanya peraturan SIK yang
komprehensif, serta belum tersedianya pedoman teknis dan standar, menjadikan sistem
informasi yang ada di unit atau program menjadi tidak terintegrasi dan tidak harmonis.
Dalam rangka harmonisasi pengintegrasian SIK, regulasi, kerangka kerja dan
pedoman-pedoman teknis serta standar perlu disusun dan diperkuat. Pedoman-pedoman
teknis ini akan diarahkan pada SIK yang memanfaatkan TIK, baik untuk model manual,
transisi, maupun komputerisasi. Dalam penyusunan peraturan dan pedoman, diperlukan
koordinasi aktif dan masukan dari semua pemangku kepentingan SIK baik dalam
lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta
diluar Kementerian Kesehatan seperti Kementerian Komunikasi dan Informasi, Badan
Pusat Statistik, Kementerian Dalam Negeri, BKKBN, Bappenas, Perguruan Tinggi,
lembaga donor, organisasi massa, LSM dan lain-lain.
Kebijakan dan standar yang dikembangkan akan bersifat mengikat bagi setiap
pelaku yang terkait dengan SIK, baik dari segi pembiayaan, SDM, dan teknis
pelaksanaan. Dengan demikian, dapat dipastikan seluruh pemangku kepentingan
memahami model sistem informasi yang baru dan peran mereka di dalam sistem
tersebut. Diharapkan SIK dapat berjalan harmonis dan terintegrasi dengan adanya aturan
yang jelas dan terstandar. Peraturan perundangan ini akan mengakomodir kebutuhan
akan struktur organisasi SIK yang bervariasi di tiap daerah. Sehingga kedudukan para
pengelola SIK menjadi jelas dalam struktur organisasi/institusi tempat dia bekerja.
Komite Ahli dan Tim Perumus penyusun rancangan Peraturan Pemerintah,
pedoman dan roadmap yang beranggotakan para ahli dan semua pemangku kepentingan
SIK bertugas melakukan rapat koordinasi guna memberikan masukan terkait kebijakan
dan standar SIK. Selanjutnya setelah regulasi, roadmap dan standar SIK tersusun,
Komite Ahli dan Tim Perumus penyusun PP, pedoman dan roadmap akan digabung
menjadi Komite Ahli SIK.Untuk memastikan inisiatif SIK senantiasa terkoordinasi, Komite
Ahli SIK akan mendiskusikan isu-isu terkini SIK secara rutin, serta memberikan
rekomendasi terhadap pelaksanaan Roadmap SIK. Hasil rekomendasi dari Komite Ahli SIK
akan dilaksanakan melalui kelompok kerja yang dibangun dari berbagai pemangku
kepentingan SIK.

168
FKM - UNSRAT

Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:


1. Menyusun rancangan Peraturan Pemerintah untuk SIK.
2. Menyusun Pedoman SIK.
3. Mensosialisasikan RPP, standar/pedoman SIK.
4. Membentuk Komite Ahli penyusun RPP, pedoman dan roadmap yang melakukan
pertemuan secara berkala.
5. Membentuk Tim Perumus penyusun RPP, pedoman dan roadmap yang melakukan
pertemuan secara berkala.
6. Membentuk Komite Ahli SIK yang melakukan pertemuan secara berkala.
7. Membentuk Kelompok Kerja untuk menindaklanjuti rekomendasi Komite Ahli SIK.

Melakukan evaluasi dan standarisasi indikator kesehatan serta


memperbaiki tatacara pemuktahirannya
Indikator kesehatan yang ada saat ini sangat banyak, beberapa terjadi tumpang
tindih satu dengan lainnya (duplikasi), dikelola oleh berbagai pihak, serta tidak
terstandar. Hal ini membebani petugas di lapangan dalam penggumpul datanya karena
terlalu banyak, terkadang datanya tidak bisa dikumpulkan (terlalu sulit), sehingga
mengaki-batkan indikator tidak bisa dipantau. Kondisi ini menyebabkan indikator yang
ada saat ini belum dapat menggambarkan situasi kesehatan secara nyata dan
membebani petugas kesehatan di lapangan.
Untuk memperkuat indikator kesehatan, akan dilakukan koordinasi di tingkat
Pusat. Koordinasi dengan semua pemangku kepentingan dilakukan untuk mengevaluasi
indikator-indikator kesehatan yang ada, mencari duplikasi serta mengevaluasi kesesuaian
dengan standar internasional.Selanjutnya akan disusun dan ditetapkan suatu indikator
kesehatan standar.
Saat ini pengelolaan indikator kesehatan dilakukan oleh berbagai pihak, hal ini
menyebabkan terjadinya indikator yang tidak terstandar. Di masa depan, bila standar
indikator kesehatan yang dikelola satu pintu telah terwujud, Pusdatin sebagai
penanggungjawab akan berkordinasi dengan semua pemangku kepentingan dalam
memastikan standar indikator ini senantiasa termuktahirkan. Untuk ini, akan disusun

169
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) yang mengambarkan mekanisme koordinasi


pemuktahiran yang harus disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melakukan evaluasi dan standarisasi indikator yang ada.
2. Membuat SPO untuk pemuktahiran indikator kesehatan.
3. Sosialisasi dan advokasi penerapan SPO pemuktahiran indikator kesehatan
4. Melakukan review periodik terhadap dataset minimal yang digunakan dan
dikoordinasikan ke program-program di dalam dan ke luar lingkungan Kementerian
Kesehatan

Memperkuat pengumpulan data kesehatan berbasis fasilitas dan komunitas.


Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan saat ini termasuk juga sistem
pengumpulan data masih belum terintegrasi. Situasi saat ini petugas kesehatan di
lapangan dibebani dengan tanggung jawab pelaporan bermacam-macam format dari
berbagai program dan unit, yang pada dasarnya informasinya sama. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya duplikasi data dan data tersebar dimana-mana, serta menjadi
tidak memadai sebagai dasar pengambilan keputusan.
Seluruh pemangku kepentingan terkait SIK perlu berkoordinasi untuk melakukan
inisiatif pengintegrasian sistem pelaporan dari unit pelayanan kesehatan melalui standar
pelaporan baru yang akan menghilangkan duplikasi dan memenuhi semua kebutuhan
dari berbagai program dan unit. Pusdatin akan mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pengumpulan data/ informasi kesehatan termasuk untuk data survei dan sensus. Upaya
ini dimulai dengan memperbaiki pencatatan dan pelaporan indikator kesehatan dengan
merevisi petunjuk teknis SIP (Sistem Informasi Puskesmas) dan SIRS (Sistem Informasi
Rumah Sakit). Mengembangkan mekanisme dan prosedur pengumpulan data
berdasarkan jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan untuk mendapatkan
data dari pelayanan Pemerintah maupun Swasta.
Selain itu akan dikembangkan sistem pencatatan dan pelaporan indikator
kesehatan yang bersumber dari unit-unit pelayanan kesehatan yang lainnya seperti Balai
Kesehatan/UPTP/UPTD dan lain-lain. Sehingga pengumpulan data kesehatan dapat

170
FKM - UNSRAT

terintegrasi dalam SIK. Agar data/informasi terkumpul menjadi lengkap dan akurat perlu
adanya koordinasi tukar-menukar data/informasi kesehatan di setiap tingkat administrasi.
Sehingga perlu disusun suatu SPO koordinasi tukar-menukar data.
Saat ini, sistem statistik vital masih lemah sehingga diperlukan inisiatif penguatan
seperti melakukansample registration system (SRS). Balitbangkes dengan bekerjasama
dengan pemangku kepentingan terkait akan mengembangkan SRS untuk mendapatkan
model yang efektif dan feasible. Pelatihan otopsi verbal bagi petugas lapangan akan
diperkuat agar penyebab kematian (cause of death) dapat diperoleh. Dalam upaya
mendukung SRS Pusdatin akan menjajaki pemanfaatan teknologi mHealth untuk
pengumpulan dan pengiriman statistik vital ke tingkat pusat.
Upaya pembangunan kesehatan masyarakat perlu dipantau dengan melakukan
pengumpulan data komposit berupa Indeks Pembangunan Kesehatan yang diperoleh dari
hasil riset berbasis masyarakat dan atau fasilitas. Untuk memantau kesetaraan dan
keadilan gender akan dikembangkan Indeks Kesetaraan dan Keadilan gender. Selain itu
akan dikumpulkan data sosial budaya kesehatan yang merupakan faktor-faktor diluar
kesehatan yang mempengaruhi kesehatan,serta data tumbuhan obat, jamu yang
dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Agar dapat mengetahui instalasi farmasi yang
sesuai standar, akan dilakukan inventaris dari sarana penyimpanan, sarana distribusi dan
sarana penunjang di instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota. Pengembangan eHealth
terutama telemedicine memerlukan master patient index agar data dapat bertransaksi,
yang akan dikumpulkan dari fasilitas kesehatan, selain itu akan dikembangkan pula
diseases registry.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan:
1. Menyederhanakan sistem pencatatan dan pelaporan indikator dengan merevisi
petunjuk teknis SIP (Sistem Informasi Puskesmas) dan SIRS (Sistem Informasi
Rumah Sakit).
2. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan data/ indikator kesehatan
bersumber dari unit -unit lainnya yang terkait dengan SIK
3. Melakukan penguatan koordinasi tukar-menukar data kesehatan di semua tingkat
4. Melakukan studi SRS (Sample Registration System)
5. Mengembangkan dan memperluas inisiatif mHealth untuk pengumpulan data statistik

171
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

vital (melalui otopsi verbal), sebagai solusi sementara


6. Melaksanakan pelatihan otopsi verbal bagi petugas kesehatan di lapangan
7. Melakukan sosialisasi pelaksanaan registrasi vital ke semua pelaksana dan pemangku
kepentingan terkait.
8. Menyusun Indeks Pembangunan Kesehatan meliputi : IPKM (Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat), Indeks Puskesmas, Indeks Rumah Sakit, Indeks
Laboratorium dan lain-lain.
9. Mengembangkan Indeks Kesetaraan dan Keadilan Gender
10. Menyusun daftar sosial budaya terkait kesehatan, tumbuhan obat, jamu yang
dimanfaatkan masyarakat Indonesia.
11. Mengembangkan Master Patient Index dan diseases registry.
12. Melakukan inventarisasi sarana penyimpanan, sarana distribusi dan sarana penunjang
di instalasi farmasi provinsi/kabupaten/kota.

Membangun mekanisme aliran data kesehatan dari lintas sektor.


Saat ini data kesehatan yang bersumber dari lintas sektor yang penting untuk
menjadi dasar melakukan upaya atau intervensi pembangunan kesehatan tidak selalu
mudah diakses. Data ini merupakan data kesehatan yang bersumber dari survei atau
sensus ataupun dari fasilitas lintas sektor yang meliputi data terkait kesehatan
lingkungan, iklim, cuaca, data kesehatan terkait pariwisata, kegiatan lalu lintas
kendaraan/transportasi, ketenagakerjaan, terkait masalah sosial, hukum dan lain-lain. Hal
ini karena belum terjalinnya kerjasama dan tata hubungan kerja terkait aliran data
tersebut. Untuk mengatasinya perlu dilakukan koordinasi untuk mengidentifikasi
data/informasi dan sumbernya serta disusun suatu standar prosedur operasional
mekanisme dan hubungan kerja tentang aliran dan pertukaran data kesehatan dengan
pemangku kepentingan terkait. Selanjutnya akan dijajaki untuk menyusun keputusan
bersama Kementerian/Badan tentang mekanisme dan hubungan kerja terkait
aliran/pertukaran data kesehatan tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melakukan identifikasi data/informasi yang bersumber dari lintas sektor

172
FKM - UNSRAT

2. Menyusun SPO mekanisme dan hubungan kerja tentang aliran dan pertukaran data
kesehatan bersama lintas sektor.
3. Menyusun keputusan bersama Kementerian/Badan tentang mekanisme dan
hubungan kerja terkait aliran/pertukaran data kesehatan.
4. Membentuk kelompok kerja lintas sektor untuk koordinasi operasional tentang aliran
dan pertukaran data kesehatan.

Memperkuat manajemen SIK pada semua tingkat sistem kesehatan.


Dengan adanya payung hukum SIK berupa peraturan perundang-undangan,
diharapkan seluruh komponen SIK akan dapat dikelola dengan lebih baik. Pusdatin selaku
koordinator SIK bersama dengan unit lain serta lintas sektor perlu melakukan upaya
peningkatan manajemen SIK. Hal ini akan dimulai dari penataan manajemen SIK di
tingkat Kementerian Kesehatan melalui suatu rangkaian kegiatan pengembangan
organisasi yang meliputi pengkajian fungsi, beban kerja, dan kompetensi petugas.
Selanjutnya akan disusun petunjuk teknis pengelolaan SIK untuk di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Upaya penguatan SIK telah banyak dilakukan, tetapi upaya yang dilakukan unit-
unit maupun daerah saat ini masih belum terdata. Oleh sebab itu sebelum melaksanakan
upaya penguatan manajemen SIK akan dilakukan inventarisasi seluruh inisiatif dalam
upaya penguatan SIK dan mengkoordinasikan pelaksanaannya.
Penataan manajemen SIK juga akan dilakukan dengan menyusun standar
kodefikasi. Saat ini standar kodefikasi tentang wilayah, Puskesmas, Rumah Sakit, Apotek,
KKP, B/BTKL, Laboratorium Kesehatan Daerah, Pedagang Besar Farmasi, obat dan hasil
laboratorium serta standar klasifikasi penyakit telah ada namun perlu dimutakhirkan dan
diadaptasi dengan kebutuhan di Indonesia. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit serta
kodefikasi tindakan akan dikembangkan menggunakan ICD, ICD IX CM dan ICHI
(International Codification of Health Intervention) serta Snomed CT untuk mendapatkan
terminologi klinis. Sarana dan pelayanan pengobatan tradisional dan komplementer dan
pelayanan kesehatan lain yang belum dikodefikasi akan dilakukan penyusunan standar
kodefikasinya. Standar kodefikasi dan klasifikasi yang telah tersusun dan termutakhirkan

173
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

ini akan disosialisasikan dan dikoordinasikan dengan seluruh pemangku kepentingan.


Tugas Pemerintah Pusat termasuk pengelola SIK di pusat adalah melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program. Saat ini belum tersedia
standar petunjuk bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi terhadap SIK. Oleh sebab itu
langkah penguatan manajemen SIK perlu dilakukan pula dengan menyusun petunjuk
teknis bimbingan teknis, termasuk supervisi suportif dan on the job training, serta
monitoring dan evaluasi SIK.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Menyusun petunjuk teknis pengelolaan SIK dilingkungan Kementerian Kesehatan.
2. Melakukan inventarisasi seluruh inisiatif dalam upaya penguatan SIK dan
mengkoordinasikan pelaksanaannya termasuk untuk inisiatif baru.
3. Menyusun dan memuktahirkan standar kodefikasi :
a. Menyusun petunjuk teknis kode klasifikasi penyakit dan tindakan yang telah
diadaptasi.
b. Menyusun pedoman pelaksanaan dan petunjuk teknis kode unit pelayanan
kesehatan dan fasilitas kesehatan (Puskesmas, RS,
Laboratorium,Instalasi/gudang farmasi, Balai Besar dan Balai, Politeknik
Kesehatan) yang mukta-hir.
c. Menyusun dan mengembangkan kode obat-obatan, hasil laboratorium.
d. Menyusun dan mengembangkan kode sarana kesehatan tradisional dan
komplementer.
4. Melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan standar kodefikasi.
5. Melakukan pelatihan kode klasifikasi penyakit yang mutakhir (ICD).
6. Menyusun standar petunjuk teknis pelaksanaan bimbingan teknis dan monitoring
evaluasi SIK.
7. Mengembangkan dan melakukan pelatihan analisis dan pemanfaatan data.
8. Melakukan pemetaan fasilitas kesehatan dan geocoding.

174
FKM - UNSRAT

Meningkatkan dan menyelenggarakan sistem pengumpulan, penyimpanan dan


diseminasi data secara sistematis melalui penggunaan TIK.
Informasi harus memenuhi berbagai kebutuhan dari para pemangku kepentingan
dan dapat diakses dengan mudah, akurat, dan tepat waktu. Oleh karena itu,
pengembangan penggunaan TIK akan fokus pada tiga kegiatan, yaitu pengumpulan,
penyimpanan, serta diseminasi data dan informasi. Inisiatif ini akan menjadi model SIK
yang diperbaharui.
Keterbatasan dana yang ada dapat menyebabkan hambatan dalam upaya
modernisasi SIK. Dalam memenuhi kebutuhan untuk memodernisasi SIK perlu dilakukan
koordinasi penjajakan pendanaan dari mitra lokal, nasional, dan internasional.
Kementerian Kesehatan akan membantu Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi ke
Pemerintah Daerah maupun mengupayakan bantuan luar negeri yang tidak mengikat.
Untuk memastikan keberlanjutan SIK yang sudah komputerisasi, Kementerian Kesehatan
akan melakukan advokasi agar Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran operasional
dan pemeliharaan SIK secara rutin.
Saat ini belum ada mekanisme pertukaran informasi diantara para pemangku
kepentingan sistem informasi. Dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah pengembangan
kebijakan dan Standar Prosedur Operasional untuk pertukaran informasi dengan
penekanan pada prinsip keamanan dan kerahasiaan data/informasi.
Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang telah memiliki infrastruktur yang
dibutuhkan untuk mendukung operasional komputer dan penggunaan TIK akan didorong
menerapkan SIK model baru, yang mengumpulkan data individu/ disaggregate.
Perangkat lunak generik akan dikembangkan untuk Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota/Provinsi dan RS. Daerah dapat tetap menggunakan perangkat lunaknya
apabila telah dipastikan sesuai atau memenuhi standar yang telah ditentukan dalam
pedoman SIK, agar data dapat mengalir antara daerah dan Bank Data Pusat. Perangkat
lunak ini memungkinkan terjadinya proses otomatisasi di Puskesmas dan RS dalam
pengumpulan dan pengiriman data individu /disaggregat ke Pusat.
Di tingkat Pusat, akan dikembangkan sebuah ―data warehouse‖/ Bank Data untuk
menyimpan data/informasi. Data warehouse ini akan memiliki platform koneksi untuk

175
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

pertukaran data ke sistem informasi di unit pelayanan kesehatan baik yang generik
maupun yang tidak. Pusdatin juga akan mengembangkan suatu portal online terpusat
untuk diseminasi informasi sehingga memudahkan akses informasi kesehatan.
―Metadata dictionary ― juga akan disusun dalam rangka penyempurnaan manajemen
SIK. Metadata sangat diperlukan untuk memahami informasi yang disimpan dalam ―data
warehouse―.
Agar sistem baru dapat berlangsung dan terjamin pelaksanaannya di semua
tingkat, perlu dikembangkan dan diterapkan suatu strategi change management. Untuk
itu akan dibuat suatu petunjuk pelaksanaan strategi change management, yang dapat
menjadi acuan bagi semua tingkat dalam pelaksanaannya.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksan
1. Mengembangkan program TIK untuk mengumpulkan, menyimpan, dan diseminasi
data yang sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan.
2. Menjajaki kerjasama pendanaan nasional, internasional dan lokal untuk modernisasi
SIK (komputerisasi).
3. Mengembangkan kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk
mekanisme pertukaran data/informasi diantara pemangku kepentingan dan sistem
informasi dengan penekanan pada prinsip keamanan dan kerahasiaan data/
informasi.
4. Mengembangkan perangkat lunak generik SIKDA.
a. Mengembangkan perangkat lunak SIKDA generik puskesmas dan Dinas
Kesehatan.
b. Mengembangkan perangkat lunak SIKDA generik RS.
5. Menerapkan SIKDA generik di Kabupaten/Kota yang belum mempunyai SIKDA
elektronik.
6. Membangun Data Warehouse / Bank Data untuk meningkatkan penyelenggaraan
manajemen data.
7. Membangun struktur database dan metadata.
8. Mengadopsi protokol untuk pertukaran data dan interoperability.
9. Menyusun dan melakukan sosialisasi data dictionary.
10. Menyusun dan mengembangkan petunjuk strategi change management untuk
menjamin kelangsungan penerapan sistem baru.

176
176
FKM - UNSRAT

Melakukan advokasi dan koordinasi dalam upaya memperkuat sumber daya


SIK.
Kualitas Manajemen SIK dapat ditingkatkan melalui penguatan sumber daya SIK,
melalui peningkatan kapasitas SDM, penyediaan anggaran, dan infrastruktur. Penguatan
ini dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian pengembangan SIK pada semua tingkat
yang mengacu pada peraturan dan pedoman operasional yang telah ditetapkan.
Agar upaya penguatan sumber daya SIK dapat terlaksana, maka diperlukan
advokasi kepada pemangku kepentingan terutama dalam kaitan penyediaan anggaran
yang didukung dengan adanya Peraturan Daerah/Gubernur/Bupati/Walikota tentang SIK.
Ketersediaan anggaran menjadi penting karena SIK memerlukan infrastruktur penunjang
dan upaya pemeliharaannya.
Sebagai bahan acuan advokasi SIK, akan dikembangkan penelitian bekerjasama
dengan Perguruan Tinggi tentang ―pemakaian TIK dalam penguatan sistem pengelolaan
informasi kesehatan terhadap dampak kesehatan dan menentukan investasi minimal
(cost per unit) yang diperlukan untuk pelaksanaan penggunaan TIK‖. Hasil penelitian ini
akan diadvokasikan kepada pimpinan tingkat nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota agar
mendapatkan dukungan pendanaan untuk implementasi, operasional, dan pemeliharaan
TIK bagi pengelolaan informasi kesehatan
Upaya berikutnya adalah advokasi kepada pemangku kepentingan terkait
peningkatan kapasitas SDM SIK. Penguatan SDM SIK dilakukan dengan pelembagaan
penggelola SIK sebagai jabatan fungsional. Akan diupayakan pembentukan jabatan
fungsional SIK (Informatika Kesehatan) pada semua tingkat dengan jenjang karir yang
jelas.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah agar mengalokasikan anggaran
operasional dan pemeliharaan SIK secara rutin yang diperkuat antara lain dengan
Peraturan tentang SIK.
2. Melakukan penelitian tentang ―pemakaian TIK dalam penguatan sistem pengelolaan
informasi kesehatan terhadap dampak kesehatan dan menentukan investasi minimal
yang diperlukan untuk pelaksanaan penggunaan TIK‖.

177
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

3. Melakukan assessment untuk pelembagaan tenaga pengelola SIK melalui jabatan


fungsional dan terhadap jumlah, jenis dan cara capacity building tenaga SIK (Training
Need Assessment).
4. Pelembagaan tenaga pengelola SIK sebagai pejabat fungsional.
a. Menyusun rancangan Jabatan fungsional Informatika Kesehatan dan
memproses ke Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan.
b. Memproses rancangan Jabatan fungsional Informatika Kesehatan sampai ke
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
c. Penyusunan petunjuk teknis Jabatan fungsional Informatika Kesehatan.
d. Pembentukan Tim Penilai Jabatan fungsional Informatika Kesehatan.

Advokasi dan koordinasi penggunaan TIK di sektor kesehatan sebagai alat


untuk meningkatkan manajemen dan pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan TIK dapat mengubah sistem manajemen dan pelayanan kesehatan
secara mendasar. Manfaat penerapan TIK dalam bidang kesehatan diantaranya
mencakup pengurangan waktu tunggu untuk pasien, pengurangan kesalahan medis,
peningkatan efisiensi, transparansi, dan kualitas pelayanan, perencanaan dan
penggunaan sumberdaya yang lebih baik, sehingga manajemen sistem kesehatan
menjadi lebih baik. Diantara beberapa contoh pemanfaatan TIK dalam bidang kesehatan
(biasa disebut eHealth) adalah Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, Sistem
Informasi Manajemen Farmasi dan inventaris, telemedicine, e-learning, mHealth dan
internet. Saat ini penerapan TIK di pelayanan kesehatan masih relatif rendah.
Penggunaan model mHealth dan teknologi Telemedicine akan lebih dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan
dan kepulauan sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010
dan Nomor 3 tahun 2010.
Selain itu pemanfaatan TIK juga akan dikembangkan untuk memperkuat
administrasi pemerintahan agar efisien dan efektif, serta transparan. Pemanfaatan ini
dilakukan dengan mengembangkan atau memperluas penggunaan aplikasi eGovernment.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:

178
FKM - UNSRAT

1. Mengembangkan model mHealth dan Telemedicine untuk mengatasi masalah


infrastruktur, komunikasi, dan kekurangan sumber daya manusia dalam sistem
kesehatan.
2. Mengembangkan eGoverment untuk mendukung manajemen dan pelayanan
kesehatan.

Memperkuat pendanaan, SDM dan infrastruktur.


Sumber daya SIK harus dijamin ketersediaannya, agar SIK dapat berjalan baik.
Perlu ada dukungan pendanaan yang berkesinambungan baik di pusat maupun daerah
melalui advokasi. Penguatan SDM SIK dilakukan dengan perencanaan kebutuhan tenaga
SDM SIK, pengadaan tenaga SDM SIK melalui pelatihan sesuai kebutuhan,
pendayagunaan tenaga SDM SIK meliputi pendistribusian, pemanfaatan dan
pengembangan, pembinaan dan pengawasan mutu tenaga SDM SIK. Langkah
selanjutnya adalah penguatan SDM SIK pada semua tingkat yang dilakukan melalui
perluasan kursus singkat ―Pemantapan Tenaga SIK‖ dan peningkatan koordinasi dengan
pemangku kepentingan terkait. Pelatihan rutin yang telah berjalan saat ini perlu
diperkuat dengan meningkatkan koordinasi dengan Badan PPSDM Kesehatan dalam
penyelenggaraan pelatihan SDM SIK baik di tingkat Pusat dan Daerah. Pengembangan
program kursus singkat ―Pemantapan Tenaga SIK‖ akan dilakukan melalui kerjasama
dengan Perguruan Tinggi yang akan menjadi ―center of excelent‖ SIK. Hal ini bertujuan
untuk menyediakan materi atau kurikulum standar bagi petugas kesehatan yang bekerja
pada bidang SIK.
Selain itu akan dilakukan pula kajian terhadap pemanfaatan jaringan SIK yang
ada di Kabupaten/kota, untuk mengetahui kendala-kendala dalam pemanfaatannya.
Sehingga dapat dilakukan optimalisasi pemanfaatan jaringan SIK di Kabupaten/kota yang
telah tersambung dan demikian pula di Kabupaten/kota yang baru tersambung. Advokasi
kepada pemangku kepentingan terkait dilakukan untuk meningkatkan infrastuktur melalui
perluasan dan pemeliharaan sambungan jaringan ke seluruh Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dan Unit Pelayanan Kesehatan (antara lain RS dan Puskesmas).
Diharapkan perluasan sambungan jaringan dapat bekerja sama dengan Kementerian
Komunikasi dan Informatika sehingga dapat memanfaatkan jaringan backbone

179
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

komunikasi nasional.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengupayakan penyediaan insentif kinerja bagi pelaksana pengelolaan SIK di
kabupaten/kota,dan provinsi.
2. Memperkuat SDM SIK di semua tingkat melalui :
a. Perencanaan kebutuhan tenaga SDM SIK melalui kajian
b. Pengadaan tenaga SDM SIK melalui pelatihan formal SIK
c. Perluasan perguruan tinggi center of excellent yang melaksanakan program
pemantapan informasi kesehatan bagi petugas SIK.
3. Melakukan kajian tentang optimalisasi pemanfaatan jaringan SIK di Kabupaten/kota.
4. Mengupayakan penyediaan Peralatan TIK untuk Kabupaten/kota dan puskesmas di
daerah terpencil, tertinggal dan kepulauan.
5. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan dengan :
a. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan ke seluruh Dinas Kese-
hatan Kabupaten/kota.
b. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan ke seluruh puskesmas.
c. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan ke seluruh RS Pemerintah.
d. Memperluas dan memelihara sambungan jaringan ke seluruh unit kesehatan
vertikal lainnya (UPT).
e. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait antara lain Kementerian
Komunikasi dan Informasi
6. Membangun Disaster Recovery Center (DRC) untuk memback up data center
7. Memperkuat pertukaran data melalui penyediaan infrastuktur pertukaran data.
8. Memenuhi standar kompetensi individu pengelola SIK, serta layanan mutu dan
manajemen keamanan informasi infrastruktur.

Mendorong tersedia dan terlaksananya prosedur yang menjamin kualitas data


Kualitas data masih merupakan masalah di bidang kesehatan. Data yang ada
masih belum akurat, belum lengkap dan belum up to date. Karena data belum
mempunyai kualitas yang baik sehingga data ini pun belum layak untuk dipergunakan

180
FKM - UNSRAT

sebagai bahan pembuat keputusan oleh pimpinan.


Meningkatkan kualitas data dapat dicapai dengan mendorong tersedianya dan
terlaksananya prosedur yang menjamin kualitas data dengan cara mengembangkan SPO
pengelolaan data dari semua jenjang administrasi. Prinsip jaminan kualitas dan sistem
pengendaliannya harus tergambarkan dalam aktivitas pencatatan data dalam SPO
pelayanan kesehatan. Selanjutnya akan disusun pedoman evaluasi kualitas data, dan
dilakukan pelatihan evaluasi kualitas data, serta dilakukan evaluasi terhadap kualitas data
secara rutin.
Data yang berkualitas salah satunya dapat dicapai dengan menerapkan jaminan
kualitas decision-making and improved service outcomes. Untuk menjamin kualitas data
akan dikembangkan suatu sistem evaluasi kualitas data atau ―Data Quality Self-
assessment (DQS)‖. DQS akan dilakukan secara rutin terhadap data yang dikumpulkan
dan diumpanbalikkan ke Dinas Kesehatan dan sumber/pengirim data lainnya untuk
memperbaiki kualitas data secara terus-menerus. Selain itu akan dilakukan pelatihan
tentang kualitas data yang memasukkan unsur penggunaan ICD dan klasifikasi standar,
sistem registrasi vital dan International Health Regulation.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengembangkan SPO pengelolaan data dari semua jenjang administrasi dan
memasukkan prinsip jaminan kualitas data dan sistem pengendaliannya dalam semua
SPO pelayanan kesehatan.
2. Menyusun pedoman evaluasi kualitas data.
3. Melakukan pelatihan evaluasi kualitas data.
4. Melakukan evaluasi kualitas data rutin dan diumpanbalikkan ke Dinas Kesehatan dan
sumber/pengirim data lainnya.
5. Melakukan pelatihan kualitas data termasuk penggunaan ICD dan klasifikasi standar,
sistem registrasi vital dan International Health Regulation.

Mendorong budaya dan melembagakan penggunaan informasi dalam


manajemen kesehatan.
Kesadaran tentang pentingnya menggunakan data / informasi dalam proses
bekerja perlu ditumbuhkan dan dikembangkan, terutama pada Pimpinan/Manajer dari

181
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

sistem kesehatan dan sektor terkait. Apabila pimpinan/manajer telah menyadari


kebutuhan data/ informasi yang akurat secara cepat, petugas kesehatan yang melayani
para manajer ini secara alami akan mementingkan pengumpulan, penyimpanan, dan
penyebarluasan informasi yang akurat.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan data
dan informasi ditingkat para Manajer dapat dilakukan dengan cara mengadakan
lokakarya dan atau pelatihan tentang pemanfaatan data dan informasi. Dalam hal ini,
Pusdatin akan bekerjasama dengan Pusdiklat Aparatur dan Pusdiklat Tenaga Kesehatan
untuk memperkuat kurikulum pendidikan dan pelatihan penjenjangan struktural agar
semua Manajer kesehatan mendapatkan pengetahuan tentang pemanfaatan data yang
terkini. Selain itu, Pusdatin bersama Pusdiklat Aparatur dan Pusdiklat Tenaga Kesehatan
akan menyusun materi lokakarya untuk memperluas budaya pemanfaatan data dalam
pengambilan keputusan. Diharapkan semua orang baik para pemangku kepentingan
maupun para staf mendapatkan pengetahuan tentang manfaat pengambilan keputusan
dan perencanaan kegiatan dengan menggunakan data berbasis bukti.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengembangkan dan atau mengadopsi tools analisis data sebagai alat penunjang
pemanfaatan data dalam pembuatan keputusan.
2. Mengembangkan dan menyelenggarakan lokakarya Pemanfaatan data untuk
melakukan advokasi.
3. Melakukan penyusunan materi pemanfaatan data dan informasi bagi aparatur dan
tenaga kesehatan untuk memperkuat kurikulum pendidikan, pelatihan dan
penjenjangan.
4. Menyusun dan melakukan regular diseminasi informasi terhadap laporan yang
meliputi indikator utama kesehatan termasuk MDG.

Mendorong budaya penggunaan informasi di masyarakat luas.


Dalam rangka mewujudkan sistem kepemerintahan yang baik, penggunaan data
dan informasi dalam pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, dan perencanaan,
menjadi hal yang penting. Informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang dapat

182
FKM - UNSRAT

memberikan gambaran tentang sesuatu hal. Data dapat pula menjadi knowledge dan
wisdom. Sehingga pertukaran informasi menjadi hal yang penting dalam
mengembangkan wawasan. Untuk itu, perlu dibentuk suatu wadah atau forum- forum
Informatika Kesehatan di Indonesia yang diselenggarakan secara rutin. Pusdatin
berperan memfasilitasi penyelenggaraan forum–forum informatika tersebut, yang
bertujuan untuk menyatukan semua pemangku kepentingan dalam upaya membuat
jejaring dan pertukaran pengetahuan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mendukung dibentuknya wadah atau forum informatika kesehatan untuk memajukan
kesadaran/pengembangan TIK dalam penggunaan informasi.

Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional


SIK Nasional yang diharapkan adalah SIK Terintegrasi yaitu sistem informasi yang
menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi dengan berbagai cara
yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat
melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain. Hal ini melingkupi
sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten
(data set yang sama). Aliran informasi antar sistem sangat bermanfaat bila data dalam
file suatu sistem diperlukan juga oleh sistem yang lainnya, atau output suatu sistem
menjadi input bagi sistem lainnya. Bentuk fisik dari SIK Terintegrasi adalah sebuah
aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan aplikasi lain (aplikasi sistem informasi
puskesmas, sistem informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara
interoperable terjadi pertukaran data antar aplikasi. Dengan SIK Terintegrasi, data entri
hanya perlu dilakukan satu kali sehingga data yang sama akan disimpan secara elektronik
dan bisa dikirim dan diolah. SIK Terintegrasi yang berbasis elektronik adalah strategi
pengembangan yang akan diadopsi untuk meringankan beban pencatatan dan pelaporan
petugas kesehatan di lapangan. Dalam rangka mewujudkan SIK Terintegrasi,
dikembangkan model SIK Nasional yang menggantikan sistem yang saat ini masih
diterapkan di Indonesia. Model ini memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi tetapi tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang

183
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (seperti pasokan listrik dan peralatan


komputer serta jaringan internet). Kedepan semua pemangku kepentingan SIK bisa
bergerak menuju ke arah SIK Komputerisasi dimana proses pencatatan, penyimpanan
dan diseminasi informasi bisa lebih efisien dan efektif serta keakuratan data dapat
ditingkatkan.
Bila digambarkan model SIK yang terintegrasi adalah seperti pada gambar 8.2.
Pada model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait, yaitu :
1. Sumber Data Manual
2. Sumber Data Komputerisasi
3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan
4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
5. Bank Data Kesehatan Nasional

Gambar 9.2. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

184
FKM - UNSRAT

Fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta wajib


menyampaikan laporan sesuai standar dataset minimal dan jadwal yang telah ditentukan.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan
pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan dikirimkan dalam
bentuk hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke dinas kesehatan
kabupaten/kota. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan
dikirim dalam bentuk softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung
dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Petugas
kesehatan di lapangan (bidan desa, perawat desa/perawat perkesmas, posyandu,
polindes) melapor kepada puskesmas yang membinanya, berupa data rekapan/agregat
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Selanjutnya akan dikembangkan program mobile health (mHealth) dengan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga data individual dapat langsung masuk ke
Bank Data Kesehatan Nasional. Di dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan hardcopy
dari semua fasilitas pelayanan kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan
pemerintah pusat) akan dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy yang
diterima, akan diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik selanjutnya semua bentuk
laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan
hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari unit
pelayanan kesehatan milik Provinsi. Informasi yang bersumber dari luar fasilitas
kesehatan (misalnya kependudukan) akan diambil dari sumber yang terkait (contohnya
BPS) dan dimasukkan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Semua pemangku
kepentingan yang membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses informasi yang
diperlukan dari bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kemenkes.

Implementasi Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Implementasi model SIK Nasional akan dilakukan secara bertahap :


1. Tahap 1 – Pengembangan fasilitas Bank Data Kesehatan Nasional dan platform
(dashboard) diseminasi informasi. Bank Data Kesehatan Nasional menyimpan data

185
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

kesehatan individu (data disaggregat), data survei, sensus, penelitian dan data lintas
sektor. Platform desiminasi informasi akan berperan sebagai pintu utama akses data
kesehatan dimana semua pemangku kepentingan dan pemakai data kesehatan bisa
mengakses secara online dari mana saja dan melakukan ‖data mining‖ atau
pembuatan laporan secara fleksibel dan terkomputerisasi. Pelaksana tahap ini adalah
Pusdatin Kemenkes.
2. Tahap 2 – Implementasi SIK komputerisasi di semua komponen sistem kesehatan
(puskesmas, RS, dinkes kabupaten/kota/provinsi). Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah mengalokasikan dana dan melaksanakan implementasi ini secara bertahap.
3. Tahap 3 – Pengembangan dan Implementasi mHealth untuk petugas kesehatan di
lapangan. Melihat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki
banyak lokasi terpencil, mHealth perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, pelaporan, dan pembelajaran.
4. Tahap 4 - Pengembangan dan Implementasi e-Health lainnya, termasuk telemedicine,
distance learning, dll.

SIKDA Generik

Sistem Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik ini adalah upaya dari Kemenkes dalam
menerapkan standarisasi Sistem Informasi Kesehatan, sehingga dapat tersedia data dan
informasi kesehatan yang akurat, tepat dan cepat, dengan mendayagunakan teknologi
informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan dalam bidang
kesehatan di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Kementerian Kesehatan. SIKDA Generik
merupakan aplikasi elektronik yang dirancang untuk mampu menjembatani komunikasi
data antar komponen dalam sistem kesehatan nasional yang meliputi puskesmas, rumah
sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian
Kesehatan. SIKDA Generik terdiri dari 3 aplikasi sistem informasi elektronik yaitu Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas, Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan, dan
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. SIKDA Generik ini akan didistribusikan kepada
seluruh fasilitas kesehatan dalam rangka pengembangan SIK komputerisasi.

186
FKM - UNSRAT

Pengorganisasian

Tanggung Jawab Pemerintah dalam Menentukan Kebijakan Sistem Informasi


Kesehatan
Pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk menetapkan strategi
pengembangan dan pengelolaan SIK. Semua pemangku kepentingan SIK mempunyai
kewajiban untuk mengikuti penetapan dan kebijakan yang ditentukan serta mempunyai
peran untuk memperkuat SIK di Indonesia. Koordinasi lintas sektor merupakan hal yang
penting karena SIK bukan hanya tanggung jawab bidang kesehatan tetapi juga bidang
lain yang terkait di setiap jenjang. Di tingkat provinsi/kabupaten/kota, pelaksanaan SIK
juga harus didukung oleh suatu kebijakan yang memperkuatnya sebagai pijakan
pelaksanaan bagi pengelola SIK di daerah. Setiap daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
membuat peraturan daerah mengenai SIK yang sejalan dengan SIK Nasional. Selain itu
Kepala fasilitas pelayanan kesehatan juga dapat mengeluarkan keputusan terkait SIK
sesuai wilayah kerjanya, untuk memastikan pelaksanaan operasional.
Tugas dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan dan pengembangan SIK merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pem-bagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, sebagai berikut:
5. Pemerintah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus
pengelolaan dan pengembangan SIK skala nasional dan fasilitasi pengembangan SIK
daerah.
6. Pemerintah Daerah Provinsi mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan
mengurus pengelolaan SIK skala Provinsi.
7. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur
dan mengurus pengelolaan SIK skala Kabupaten/Kota.
Pemerintah daerah dapat melakukan pengembangan SIK dalam skala terbatas
dan mengikuti standar yang ditetapkan pemerintah.

187
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Organisasi
Pengelolaan SIK merupakan suatu hal yang penting dan tidak mudah sehingga
memerlukan unit khusus yang fokus dan kompeten. Pengelolaan SIK diselenggarakan
oleh semua tingkatkan manajemen kesehatan di pusat maupun daerah dan melibatkan
semua pemangku kepentingan (bidang kesehatan dan selain bidang kesehatan). Berikut
ini diuraikan organisasi penyelenggara di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
pelayanan kesehatan.

Penyelenggara Tingkat Pusat


Penyelenggara SIK di pusat dikoordinasikan dan difasilitasi oleh Pusat Data dan
Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan sebagai pusat jaringan SIK Nasional. Dalam
rangka memperkuat koordinasi SIK Nasional dibentuk Dewan SIK Nasional. Dewan SIK
Nasional terdiri atas semua pemangku kepentingan dan terdiri dari komite ahli, tim
perumus, dan kelompok kerja. Tugas dan mekanisme kerja Dewan SIK Nasional akan
ditentukan kemudian.

Penyelenggara Tingkat Provinsi


Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang
petunjuk teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang menangani
data dan informasi di dinas kesehatan provinsi seyogyanya dibentuk UPT Dinas (UPTD).
Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat Provinsi perlu dibentuk Tim SIKDA. Tim
SIKDA terdiri dari:
 Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
 Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
 Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
 Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat provinsi

Penyelenggara Tingkat Kabupaten/Kota


Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang
petunjuk teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang menangani
data dan informasi di dinas kesehatan kabupaten/kota seyogyanya dibentuk UPT Dinas

188
FKM - UNSRAT

(UPTD). Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat Kabupaten/Kota perlu juga


dibentuk Tim SIKDA. Tim SIKDA terdiri dari:
 Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
 Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
 Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota

Penyelenggara Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat dasar, rujukan dan jaringannya baik
milik pemerintah dan swasta, harus memiliki unit/tim yang menangani SIK. Untuk di
pelayanan kesehatan tingkat dasar dibentuk tim pengelola SIK/data yang terdiri dari staf
dengan kompetensi pengelolaan SIK dan TIK. Di rumah sakit di bentuk unit yang
menangani sistem informasi dan komunikasi seperti yang diamanatkan dalam UU No 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

189
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN
BAB

10
R
Sistem Informasi Rumah
Sakit
umah
merupakan
salah
sakit

satu
sarana
kesehatan
yang
berfungsi
untuk
melakukan
upaya
kesehatan
dasar atau
kesehatan
rujukan dan
atau upaya
kesehatan
penunjang,
yang dapat
juga
digunakan
untuk
kepentingan
pendidikan
dan pelatihan serta
pengembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi di bidang
190
kesehatan. Undang-undang Tentang pengembangan dan

Kesehatan juga mengharuskan bahwa


pelayanan kesehatan yang diberikan di
rumah sakit harus dapat
dipertanggungjawabkan dari segi mutu
dan perkembangan ilmu kedokteran terkini.
Dalam mencapai itu peran manajemen
sangat penting disamping sumber daya pendukung.
Dengan pelayanan yang semakin
kompleks diharapkan rumah sakit
menyediakan informasi yang adekuat
dalam mendukung terciptanya manajemen
pelayanan dan administrasi yang bermutu
untuk meningkatkan kinerja rumah sakit.
Disinilah peran Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) dikatakan penting, sebagai
tulang punggung manajemen rumah sakit.

Konsep Dasar Sistem Informasi


Rumah Sakit (SIRS)
Pengertian Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem informasi rumah sakit


adalah suatu tatanan yang berurusan
dengan pengumpulan data, pengolahan
data, penyajian informasi, analisa dan
penyimpulan informasi serta penyampaian
informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan
rumah sakit.
Sistem informasi rumah sakit
bertugas menyiapkan informasi untuk
kepentingan pelayanan rumah sakit.
Subsistemnya antara lain : subsistem

190
FKM - UNSRAT

subsistem operasional.
Menurut Wandaningsih (1995), ada beberapa aspek penting dari sistem informasi
rumah sakit yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Aspek kualitas
Kualitas suatu aspek informasi tergantung pada tiga (3) hal, seperti keakuratan,
ketepatan waktu, dan manfaat informasi bagi rumah sakit.
2. Aspek dimensi
Terdapat 6 (enam) dimensi informasi yang menunjukkan besar kecilnya suatu
informasi, yaitu : sistem informasi, jenis informasi, metode pengukuran yang dipakai,
waktu kebutuhan informasi, tempat pengambilan keputusan yang membutuhkan
informasi, penggunaan informasi oleh pengambil keputusan

Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit

Menurut Austin (1983), secara umum sistem informasi rumah sakit dapat
digolongkan menjadi :
a. Sistem informasi klinik atau medik
Sistem ini dirancang untuk membantu proses audit medis yang dapat menjamin agar
standar mutu pelayanan selalu dipenuhi.
b. Sistem informasi administrasi
Sistem ini dirancang untuk membantu memantau kegiatan pendayagunaan sumber-
sumber untuk pelayanan medis, seperti sistem informasi akuntansi, sistem informasi
logistik dan sistem informasi ketenagaan.
c. Sistem informasi manajemen perencanaan dan pengawasan
Sistem informasi ini ditujukan untuk perencanaan evaluasi penampilan rumah sakit
dan juga untuk menilai dampak pelayanan di masyarakat.

Tujuan Sistem Informasi Rumah Sakit

Menurut Siregar (1986), administrasi rumah sakit, anggota dewan rumah sakit
dan staf medis menggunakan sistem informasi untuk mendukung hal-hal berikut :
a. Jaminan oleh kualitas pelayanan

191
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Informasi klinik dari catatan medis penderita bagi proses kesehatan untuk menilai
pelaksanaan diagnostik dan pengobatan di rumah sakit. Sistem Informasi rumah sakit
yang menggunakan komputer dapat menelusuri data seperti ini untuk penilaian
tindakan perbaikan.
b. Perbaikan biaya dan peningkatan produksi
Sistem informasi dengan komputer sangat baik untuk melakukan analisa biaya dan
laporan produksi yang dapat digunakan untuk administrasi rumah sakit untuk
memperbaiki efektifitas kegiatan. Sistem ini dapat mengintegrasi informasi klinik dan
keuangan.
c. Analisa penggunaan dan penaksiran permintaan
Sistem informasi rumah sakit yang lengkap dapat menyajikan penggunaan pelayanan
rumah sakit baik sekarang maupun masa lalu. Informasi ini berguna untuk analisa
efektifitas penggunaan sumber daya dan merupakan dasar bagi peramalan
permintaan masyarakat.
d. Perencanaan program dan evaluasi
Informasi yang digunakan untuk ketiga tujuan diatas merupakan masukan utama
untuk menilai pelayanan saat ini. Bila digabung dengan proyeksi tentang perubahan
penduduk yang dilayani maka sistem ini membantu peramalan program mana yang
akan datang.
e. Penyederhanaan laporan internal dan eksternal
Setiap rumah sakit memerlukan pencatatan yang akurat mengenai informasi medis
dan keuangan.
f. Penelitian klinis
Terutama bagi rumah sakit yang beraliansi dengan institusi pendidikan. Dengan
sistem informasi yang baik maka ini dapat menyajikan informasi bagi kebutuhan studi
longitudinal dan perbandingan.
g. Pendidikan
Sistem informasi yang baik dapat membantu dalam penalaran atau latihan
kedokteran atau profesi kesehatan lain dengan menyajikan data medis masa lalu dan
sekarang untuk kepentingan pendidikan.

192
FKM - UNSRAT

Rekam Medik
Pengertian Rekam Medik

Rekam Medis merupakan catatan yang berisikan semua informasi tentang


identitas dan riwayat seorang pasien selama menerima pelayanan medik di sebuah
organisasi kesehatan, dan disajikan secara kronologis sesuai dengan kejadiannya sampai
dengan pemeriksaan, tindakan dan pengobatan serta diagnosa akhir.

Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis

Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi


dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung
suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi
rumah sakit akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Tujuan rekam medis secara rinci akan terlihat dan analog dengan kegunaan
rekam medis itu sendiri.
Kegunaan Rekam Medis dapat dilihat dari beberapa aspek :
a) Aspek Administrasi (Administration)
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan
paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b) Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis karena rekam medis dipakai
sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan terhadap seorang pasien.
c) Aspek Hukum (Legal)
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya mengandung
jaminan hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum dan
penyediaan tanda bukti untuk penegak keadilan.
d) Aspek Keuangan (Financial)

193
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena dapat dijadikan
penetapan berapa biaya yang harus dibayar saat menerima pelayanan.
e) Aspek Penelitian (Research)
Suatu berkas rekam medis dapat dijadikan bahan penelitian karena didalamnya
berisikan informasi data medis untuk pengembangan ilmu kesehatan.
f) Aspek Pendidikan (Education)
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya disajikan
secara kronologis sesuai dengan kejadiannya mulai dari pemeriksaan, tindakan,
pengobatan dan diagnosa akhir, sehingga dapat dijadikan bahan referensi
pendidikan di bidang profesinya.
g) Aspek Dokumentasi (Documentation)
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena isinya menjadi
sumber ingatan yang harus disimpan sebagai bahan pertanggungjawaban laporan
rumah sakit.
Dari beberapa aspek kegunaan rekam medis di atas, terlihat bahwa rekam medis
tidak hanya menyangkut pasien dan pemberi pelayanan saja melainkan mempunyai
kepentingan dan kegunaan yang luas yang secara umum dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil
bagian dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan kepada pasien.
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus diberikan
kepada seorang pasien.
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien berkunjung/ dirawat di rumah sakit.
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan
pendidikan.

194
FKM - UNSRAT

7. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik terhadap


pasien.
8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan.

Perkembangan Rekam Medis di Indonesia

Rekam Medis di Indonesia telah dikenal semenjak masa pra kemerdekaan, hanya
saja masih belum dilaksanakan dengan baik, penataan atau mengikuti sistem informasi
yang benar tetapi dibuat/ dilaksanakan sesuai selera pimpinana rumah sakit tersebut.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1960, kepada semua petugas
kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam
medis. Kemudian pada tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
menyelenggarakan medical record. Bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna menunjang
terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit :
a. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date
b. Membuat medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan
Maksud dan tujuan dari peraturan-peraturan tersebut adalah agar di institusi
pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit, penyelenggaraan rekam medis dapat
berjalan dengan baik. Diharapkan dengan diberlakukannya Permenkes No. 749a tahun
1989 tentang Rekam Medis/ Medical Record yang merupakan landasan hukum, semua
tenaga medis dan paramedis di rumah sakit yang terlibat dalam penyelenggaraan rekam
medis dapat melaksanakannya. Dalam pasal 22 disebutkan bahwa hal-hal teknis yang
belum diatur dan petunjuk pelaksanaan peraturan akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

195
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Sistem Informasi Perumahsakitan di Indonesia


Sistem Informasi Perumahsakitan di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun
1972, dengan ditetapkannya Sistem Pelaporan Rumah Sakit melalui Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. No. 651/XI-AU/PK/72 tanggal 27 Nopember 1972.
Sistem pelaporan Rumah Sakit tersebut telah beberapa kali mengalami revisi, dan
revisi yang terakhir dilakukan adalah revisi ketiga dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan R.I. No. 691A/Menkes/SK/XII/84, disertai beberapa perubahan dengan adanya
SKB Direktur Jenderal Pelayanan Medik dan Direktur Jenderal PPM & PLP No.
68)/Yanmed/lnfo/SK/IV/1987 dan No. 280-I/EI/01.01.01 sebagai tindak lanjut rapat
konsultasi survailans nasional yang diadakan di Ball bulan Maret 1987, dimana telah
dicapai suatu konsensus untuk mengadakan integrasi pengumpulan data survailans
epidemiologi dari rumah sakit dalam rangka efisiensi sistem informasi.
Melalui keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.HK.00.05.
1.4.5482 tanggal 2 Januari 1997, dilakukan penyempurnaan dari isi (substansi) laporan.
Pembakuan dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit merupakan landasan di dalam upaya
memantapkan sistem informasi perumahsakitan, karena salah satu modal utama untuk
menunjang kelancaran informasi adalah tersedianya data dasar yang didapatkan dari unit
pelapor. Disamping itu tidak kalah pentingnya adalah proses tindak lanjut berupa
pengolahan serta penyajian dan analisa.

Proses Penyusunan Informasi Perumahsakitan

Penyusunan informasi perumah sakitan melalui tahapan-tahapan proses, yang


meliputi:
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan Data
3. Penyajian dan Analisa

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan mendapatkan data primer
dari rumah sakit berdasarkan Sistem Pelaporan Rumah Sakit yang berlaku.

196
FKM - UNSRAT

1. Jenis data yang dikumpulkan meliputi :


- Data kegiatan rumah sakit
- Data keadaan morbiditas pasien
- Data inventarisasi (data dasar) rumah sakit
- Data ketenagaan rumah sakit
- Data peralatan rumah sakit
a. Data Kegiatan Rumah Sakit
Dilaporkan dengan menggunakan formulir RL.1, merupakan formulir
rekapitulasi yang mencakup berbagai kegiatan rumah sakit, yaitu :
- Pelayanan rawat inap
- Pengunjung rumah sakit
- Kunjungan rawat jalan
- Pelayanan rawat darurat
- Kesehatan jiwa
- Kegiatan kebidanan dan perinatologi
- Kegiatan pembedahan (menurut gol. & Spes)
- Kegiatan radiology
- Kegiatan pelayanan khusus
- Kegiatan pemeriksaan laboratorium
- Kegiatan farmasi rumah sakit
- Kegiatan rehabilitasi medik
- Kegiatan keluarga berencana
- Kegiatan penyuluhan kesehatan
- Kegiatan kesehatan gigi dan mulut
- Kegiatan transfusi darah
- Kegiatan pelatihan/kursus/penataran
- Cara pembayaran
- Kegiatan rujukan
b. Data Keadaan Morbiditas Rumah Sakit
Data keadaan morbiditas rumah sakit terdiri dari:
1) Keadaan morbiditas individual pasien rawat inap meliputi:

197
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

- Morbiditas untuk pasien umum (formulir RL 2.1.) yang isinya


mencakup : jati diri pasien, tanggal masuk dan tanggal keluar,
diagnosis, penyebab luar cedera dan keracunan, operasi/tindakan,
keadaan keluar rumah sakit dsb.
- Morbiditas khusus untuk pasien kebidanan dan penyakit kandungan
(formulir RL.2.2.) yang isinya mencakup jati diri pasien, tanggal
masuk dan tanggal keluar, cara melahirkan, diagnosis utama,
masa gestasi, operasi/tindakan, keadaan keluar rumah sakit, tanggal
melahirkan, paritas, jumlah kelahiran hidup/mati dsb.
2) Rekapitulasi data keadaan morbiditas rawat inap di rumah sakit (formulir RL
2a, dan RL 2.a.1 untuk laporan survailans terpadu), memuat data kompilasi
penyakit/morbiditas pasien rawat inap yang dikelompokkan menurut daftar
tabulasi dasar KIP. Untuk masing-masing kelompok penyakit dilaporkan
Mengenai jumlah pasien keluar menurut golongan umur dan menurut seks,
serta jumlah pasien keluar mati.
3) RL 2.c. Data Status Imunisasi ( sebagai lampiran RL 2.a.1.), memuat informasi
tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
4) Rekapitulasi data keadaan morbiditas pasien rawat jalan di rumah sakit
(formulir RL 2.b dan RL 2.b.1 untuk laporan survailans terpadu), memuat
data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat jalan yang dikelompokkan
menurut Daftar Tabulasi Dasar KIP. Untuk masing-masing kelompok penyakit
dilaporkan mengenai jumlah kasus baru menurut golongan umur dan menurut
seks serta jumlah kunjungan.

c. Data Inventarisasi (Data Dasar) Rumah Sakit


Data keadaan morbiditas rumah sakit terdiri dari: identitas rumah sakit, surat
izin, penyelenggara, direktur rumah sakit, fasilitas kesehatan gigi, fasilitas tempat
tidur, fasilitas unit rawat jalan.

d. Data Ketenagaan Rumah Sakit


Data keadaan morbiditas rumah sakit terdiri dari:

198
FKM - UNSRAT

1) RL4, memuat rekapitulasi data jumlah tenaga yang bekerja di rumah sakit
menurut kualifikasi pendidikan dan status kepegawaian.
2) RL4.a. merupakan data individual ketenagaan rumah sakit, memuat data
pribadi, data pekerjaan, pendidikan lanjutan, pengalaman kerja, latihan
jabatan dan status kepegawaian.

e. Data Peralatan Rumah Sakit


Dilaporkan dengan menggunakan formulir:
1) RL5, memuat rekapitulasi data jumlah peralatan medik yang ada di rumah
sakit menurut sumber pengadaan dan keadannya.
2) RL5.a. merupakan data individual peralatan medik di rumah sakit, memuat
nama/jenis alat, tipe/model, kapasitas dan sebagainya.

2. Periode Pelaporan
Periode pelaporan disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan, yaitu:
a. Data Kegiatan Rumah Sakit (RL1)
Formulir RL1 dibuat setiap triwulan oleh masing-masing rumah sakit berdasarkan
pencatatan harian yang dikompilasi setiap bulan. Data yang dilaporkan mencakup
keadaan mulai tanggal 1 bulan pertama sampai dengan tanggal 30/31 bulan
ketiga padas etiap triwulan yang bersangkutan.
b. Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Nginap RL2a dikumpulkan
setahun sekali, sedangkan RL2a1 dan RL2c dikumpulkan tiap bulan mencakup
semua pasien yang keluar rumah sakit (hidup+mati) dari semua pelayanan rawat
nginap.
c. Data Keadaan Morbiditas Pasien rawat Jalan RL2b di kumpulkan setahun sekali,
sedangkan RL2b1 dikumpulkan tiap bulan mencakup semua kunjungan yang
datang berobat jalan pada semua unit rawat jalan/poliklinik.
d. Data Inventarisasi ( RL3 )
Formulir RL3 diisi satu kali dalam setahun. Data yang dilaporkan sesuai dengan
keadaan pada tanggal 31 Desember setiap tahunnya.
e. Data Keadaan Ketenagaan Rumah Sakit ( RL4 )

199
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Formulir RL4 dibuat dua kali setahun. Data yang di laporkan sesuai dengan
keadaan pada tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
f. Data Keadaan Peralatan Rumah Sakit ( RL5)
Formulir RL5 dibuat sekali setahun.Data yang di laporkan sesuai dengan keadaan
pada tanggal 31 Desember.
g. Khusus untuk data yang hanya dikirimkan ke Depkes
Seperti formulir data individual mengenai penyakit pasien rawat nginap (RL2.1,
RL2.2, & RL2.3), dibuat bagi setiap pasien yang keluar Rumah Sakit ( hidup &
meninggal) pada tangga! 1-10 bulan Februari, Mei, Agustus dan November.
Sedangkan data individual ketenagaan Rumah sakit (RL4a) dibuat untuk setiap
tenaga sesuai dengan keadaan per 31 Desember dan diperbaharui pada tahun
selanjutnya jika ada perubahan.

3. Jadwal Pengiriman Laporan


Pengiriman laporan mmah sakit menurut masing-masing formulir standar
dilaksanakan paling lambat 15 hari sesudah jangka waktu periode pelaporan yang
ditetapkan.

4. Saluran Pengiriman Laporan


Laporan dibuat rangkap (kecuali untuk laporan yang bersifat individual cukup
dibuat rangkap 2. Rangkap pertama dikirimkan langsung ke Bagian Informasi
Pelayanan Medik. Rangkap kedua dan berikutnya dikirimkan ke:
- Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tk. I
- Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tk. II
- Bagi Rumah Sakit yang tidak diselenggarakan oleh Depkes, Pemda satu exemplar
laporan dikirimkan kepada pemilik/penyelenggara Rumah Sakit yang bersangkutan.
- Arsip Rumah Sakit
Khusus formulir individual pasien rawat nginap, ketenagaan dan Peralatan (RL2.1.
RL2.2, RL2.3, RL4a dan RL5a) dibuat rangkap dua. Lembaran pertama dikirimkan ke
Bagian Informasi Pelayanan Medik, sedangkan lembaran kedua untuk arsip RS.

200
FKM - UNSRAT

Proses Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan melalui tahapan pra-komputer (manual) dan tahapan
komputer (EDP).
1. Tahapan manual meliputi:
- Registrasi Laporan Masuk
- Koreksi Dokumen dan Koding
a. Registrasi Laporan Masuk
Setiap laporan Rumah Sakit yang diterima di Bagian Informasi Pelayanan Medik di
registrasi, yaitu dicatat tanggal dan bulan laporan tersebut diterima. Pada saat
registrasi tersebut, komputer mengecek nomor kode RS yang bersangkutan.
b. Koreksi Dokumen dan Koding
Koreksi dokumen ataupun Koding dilakukan sesuai dengan jenis laporan, yaitu:
- Data kegiatan ( RL1 )
Koreksi yang dilakukan meliputi kelengkapan jumlah lembar maupun
pengisianpada tiap-tiap paragraf, khususnya beberapa paragraf yang dalam
bentuk tabel, dimana kolom-kolom dalam tabel ada korelasi nya.
- Data individual morbiditas pasien rawat nginap (RL2.1, RL2.2, RL2.3)
Pengisian kode diagnosis penyakit oleh RS tidak selalu benar dan justru ada
yang kosong, maka sebelum data tersebut diproses lebih lanjut perlu
dilakukan koreksi.
- Data morbiditas rawat nginap dan rawat jalan (RL2a, RL2a1, RL2c, RL2B
RL2b1,). Dilakukan koreksi khususnya menyangkut kelayakan golongan umur
serta jenis kelamin pasien pada golongan penyakit tertentu.
- Data inventarisasi RS ( RL3).
Kelengkapan data inventarisasi RS perlu diperbandingkan dengan data tahun
sebelumnya. Untuk itu dilakukan pengecekan manual sebelum data tersebut
di entry ke komputer, dengan demikian seandainya ada data yang
meragukan perlu dikonfirmasikan lebih dahulu ke rumah sakit yang
bersangkutan.
- Data Ketenagaan RS (RL4 & RL4a)
Data ketenagaan yang sifatnya rekapitulasi (RL4) dilakukan pengecekan total

201
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

tenaga dengan keadaan tenaga tahun sebelumnya. Apabila terjadi perbedaan


yang menyolok, maka dikonfirmasikan dengan rumah sakit yang
bersangkutan. Untuk data individual ketenagaan (RL4a) dilakukan koding
pada beberapa jenis yang sudah ada pembakuannya seperti kode jenis
tenaga, kode jabatan, dll.
- Data Peralatan RS (RL5 & RL5a)
Data peralatan yang sifatnya rekapitulasi dilakukan pengecekan jumlah
menurut sumber maupun jumlah menurut keadaan/kondisinya.
2. Tahapan komputer meliputi:
- Entry Data
- Validasi dan Balancing
- Update/Insert
- Print (output)

a. Entry data

Entry data merupakan kegiatan yang paling banyak membutuhkan waktu dan
tenaga dalam hal pengolahan data, karena memindahkan laporan satu per satu
kedalam komputer.Walaupun beberapa aspek komputer mampu mengidentifikasi
kesalahan operator, tetapi akhirnya faktor manusia pula yang menentukan.

b. Validasi dan Balancing

Untuk membersihkan data yang salah, dibuatkan list koreksi, yang pada
prinsipnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan file yang sudah baku, maka data
tersebut diperbandingkan (match) sehingga dapat diketahui cocok atau tidak.
Apabila tidak sama maka keluarlah list validasi.
Untuk list balancing akan dikeluarkan pada data-data yang dapat dikontrol
jumlahnya, baik sesuai kolom maupun barisnya. Apabila total perincian tersebut
tidak sesuai dengan jumlah yang ada maka keluarlah list balancing.
Sesuai dengan jenis formulirnya, maka data-data yang dikeluarkan dalam list
tersebut berisi kode RS, kode medical record dan sebagainya, dimana selanjut
nya diikuti dengan variabel-variabel yang salah.

202
FKM - UNSRAT

Petugas koreksi mengecek kebenaran data tersebut dengan dokumen aslinya.


Apabila temyata data dari komputer yang salah (kesalahan operator yang
mengentry) maka list diperbaiki, tetapi apabila dalam dokumen yang salah dan
kesalahannya dapat ditolerir, maka dokumen dan list diperbaiki. Tetapi untuk hal-
hal tertentu yang tidak dapat diatasi seperti umpama adanya "Penyakit
Cacar" maka perlu konfirmasi dari rumah sakit yang bersangkutan.

c. Update/Insert

Untuk list yang telah selesai dikoreksi di updatekan dan apabila ada data yang
ketinggalan di insertkan, sebagaimana proses entry data.
Untuk beberapa jenis laporan tertentu dilakukan validasi/balancing lebih dari satu
kali, hal ini untuk menjaga kualitas data.

d. Print (output)

Setelah diyakini data-data sudah bersih maka dibuatkan tabel-tabel sesuai dengan
bentuk-bentuk program komputer yang telah disiapkan.
Dalam bagan dapat digambarkan arus pengolahan data ( lihat lampiran 3).
Kelancaran arus pengolahan data sering terganggu dengan adanya laporan yang
datangnya diluarjadwal pengiriman data.

Penyajian dan Analisa


Penyajian data menurut sifatnya dapat berupa :
1. Data Deskriptif
2. Data Analitis
Kedua bentuk tersebut dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data deskriptif
masih menggambarkan keadaan apa adanya, belum memberikan gambaran makna dari
pada keadaan tsb.
Deskriptif kuantitatif menggambarkan satu keadaan dalam bentuk angka mutlak
sedangkan deskriptif kualitatif menggambarkan keadaan dalam bentuk ratio, rate,
prosentase. Kedua-duanya belum dapat memberikan gambaran kurang atau lebih
maupun baik dan kurang baik.

203
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Data analitis sudah dapat memberikan makna dari pada keadaan sesuatu, jadi
sudah bisa memberikan suatu informasi yang dapat dipakai sebagai bahan tindak lanjut
oleh decision maker.
Penyajian secara analitis kuantitatif sudah diikuti suatu pernyataan bahwa nilai
tersebut mengandung makna kurang, cukup atau lebih. Sedangkan penyajian secara
analitis kualitatif sudah ada satu pernyataan yang memberikan gambaran mutu,
kecenderungan (baik atau kurang).
Untuk menyajikan data yang bersifat analitis, mutlak perlu adanya suatu nilai
parameter dari berbagai indikator penilaian, karena pada dasarnya analisa
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dengan membandingkan antara
keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang diharapkan, sehingga dapat dilakukan
upaya tindak lanjut. Contoh: BOR suatu rumah sakit 60 %. Untuk memberikan
pernyataan apakah nilai 60% tersebut baik atau tidak harus ada suatu nilai parameter
dari BOR yang seharusnya diharapkan. Disamping itu juga harus dikaitkan dengan
indikator-indikator lain yang dipakai untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur RS yaitu LOS, TOI, BTO, karena nilai yang sama dari satu rumah sakit dengan
rumah sakit lain belum tentu memberikan gambaran tingkat efisiensi yang sama.
Penyajian data rumah sakit yang telah dilaksanakan saat ini sebagian besar masih
bersifat deskriptif, meskipun ada juga yang telah disajikan secara analitis kuantitatif. Hal
itu tidak terlepas dari berbagai faktor, diantaranya :
- Belum adanya indikator-indikator berikut nilai parameternya yang sudah dibakukan.
Kalaupun ada lebih banyak masih mengacu pada keadaan di luar negeri.
- Khusus menyangkut data ketenagaan, standard ketenagaan yang berlaku dewasa ini
(Permenkes 262) dirasakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan pelayanan
kesehatan masa kini sehingga tidak valid lagi apabila digunakan untuk merencanakan
kebutuhan tenaga, sementara standard-standard lain yang ada masih berupa
rancangan yang belum dibakukan.

Penyebaran Informasi Rumah Sakit

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik setiap tahunnya menerbitkan buku berbagai

204
FKM - UNSRAT

data rumah sakit yang meliputi:


- Daftar Rumah Sakit di Indonesia
- Kegiatan Pelayanan di Rumah Sakit (Seri 1)
- Ketenagaan Rumah Sakit (Seri 2)
- Morbiditas/Mortalitas Rumah Sakit (Seri 3)
Dari tahun ketahun, penyajian buku tersebut diupayakan untuk dapat lebih
sempurna. Buku berbagai data rumah sakit tersebut didistribusikan kepada rumah sakit
pemerintah, Kantor Wilayah Depkes Rl, Dinas Kesehatan Propinsi, Unit-Unit kerja di
Departemen Kesehatan khususnya Ditjen Pelayanan Medik serta unit-unit lain baik di
lingkungan Depkes maupun diluar Depkes yang memintanya.
Disamping itu Bagian Informasi Ditjen Pelayanan Medik juga memberikan tayanan
khusus untuk data-data lain yang belum ada di dalam publikasi berbagai data, sepanjang
data tersebut ada didalam laporan rumah sakit. Adapun data-data rumah sakit yang
dapat disajikan baik dalam bentuk tabel maupun grafik menurut jenis datanya, yaitu :

Data Kegiatan Rumah Sakit


Data yang disajikan dapat berupa resume pelayanan yang berisi angka-angka mutlak
(angka penjumlahan) maupun data yang berupa indikator-indikator (angka rata-rata
atau angka perbandingan), diantaranya :
o Jumlah penderita dirawat
o Jumlah penderita keluar hidup
o Jumlah penderita keluar mati, baik mati < 48 jam maupun mati > 48 jam
o Jumlah lamanya dirawat untuk pasien yang sudah keluar rumah sakit
o Jumlah hari perawatan rumah sakit
o Jumlah kunjungan baru rumah sakit
o Jumlah seluruh kunjungan rumah sakit
o Jumlah kegiatan kesehatan jiwa (Psikotes, Konsultasi, Terapi medikamentosa,
Play Therapy)
o Jumlah pasien rujukan dan pasien dirujuk
o Tingkat Pemanfaatan Rumah Sakit (Cara Pembayaran)
o Bed Occupancy rate (BOR)

205
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

o Length of Stay (LOS)


o Bed Turn Over (BTO)
o Turn Over Interval (TOI)
o Nett Death Rate (NDR)
o Gross Death rate (GDR)
o % mati kurang dari 48 jam
o Rata-rata kunjungan baru/hari
o Rata-rata kunjungan/hari, dsb

Data Morbiditas
Data yang dapat disajikan diantaranya :
o Pola penyakit
o Jumlah pasien menurut jenis penyakit, kelompok umur, jenis kelamin
o Nosokomial Infection rate
o "Average Post Operative Length of Stay" untuk setiap jenis penyakit dengan
operasi.
o "Average Pre Operative Length of Stay" untuk setiap jenis penyakit dengan
operasi.
o "Average Length of Stay" untuk masing-masing jenis penyakit pasien rawat
nginap
o "Case Fatality Rate", setiap jenis penyakit rawat nginap.
o "Proportional Morbidity Rate", dsb.

Data Inventarisasi Rumah Sakit


Data yang dapat disajikan diantaranya :
o Daftar rumah sakit diperinci menurut propinsi
o Daftar rumah sakit diperinci menurut jenis
o Daftar rumah sakit diperinci menurut pengelola
o Daftar rumah sakit diperinci menurut kelas
o Daftar nama Direktur rumah sakit
o Daftar perizinan rumah sakit

206
FKM - UNSRAT

o Distribusi RS dan tempat tidur menurut jenis dan pengelola RS


o Perincian tempat tidur menurut jenis pelayanan
o Perincian tempat tidur menurut kelas perawatan
o Ratio tempat tidur RS dengan penduduk
o Kecenderungan peningkatan tempat tidur rumah sakit, dsb.

Data Ketenagaan Rumah Sakit


Data yang dapat disajikan diantaranya :
o Jumlah tenaga medis menurut kualifikasi pendidikan (jenis keahlian)
o Jumlah tenaga asisten ahli menurut keahlian dan status
o Jumlah tenaga medis menurut status kepegawaian
o Jumlah tenaga paramedis perawatan menurut kualifikasi pendidikan
o Jumlah tenaga paramedis perawatan menurut status kepegawaian
o Jumlah tenaga paramedis non perawatan menurut kualifikasi pendidikan
o Jumlah tenaga paramedis non perawatan menurut status kepegawaian
o Jumlah tenaga non medis menurut kualifikasi pendidikan
o Jumlah tenaga non medis menurut status kepegawaian
o Jumlah tenaga menurut jenis dan golongan gaji
o Ratio tenaga menurut jenis dengan tempat tidur
o Ratio tenaga menurut jenis dengan kunjungan
o Kebutuhan tenaga minimal menurut jenis tenaga, dsb.

Data Peralatan Rumah Sakit


o Jumlah alat menurut jenis dan sumber pengadaannya
o Jumlah alat menurut jenis dan kondisinya

Penggunaan Indikator Program Rumah Sakit

Tujuan dan sasaran suatu program dapat berbeda tergantung dari eselon atau
tingkat perencanaan atau pelaksana yang harus melakukan monitoring atau evaluasi.
Di tingkat operasional rumah sakit, monitoring terhadap indikator program

207
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

dilakukan dengan tujuan untuk:


- Mengetahui tingkat mutu dan efisiensi pelayanan.
- Membuat perbandingan mutu dan efisiensi diantara unit-unit (bagian) di dalam rumah
sakit.
Dengan kata lain, indikator dapat dipakai untuk menilai peningkatan kemampuan
manajemen dan efisiensi serta mutu pelayanan.

Meningkatkan Kemampuan Manajemen dan Efisiensi.


Sebenamya indikator untuk sasaran ini tidak lain sama dengan indikator efisiensi
di rumah sakit. Kemampuan manajemen rumah sakit dapat diandalkan jika manajemen
dilakukan dengan efisien. Pengertian efisiensi selalu dikaitkan dengan pengertian
perbandingan antara input sumber daya (tenaga, dana, alat, metoda) dan output yang
dihasilkan dalam satuan. Secara tradisional output pelayanan di rumah sakit selalu
dinyatakan dalam bentuk Jumlah Hari Rawat, Jumlah Pasien yang Masuk Dirawat, atau
Jumlah Pasien yang Keluar.
Efisiensi Penampilan Rumah Sakit dinyatakan dalam bentuk Biaya Per Satu Hari
Rawat, Persentase Okupasi, Rata-rata Lama Hari Rawat, Bed Turnover Internal,Turnover
Rate. Apakah betul demikian ? Marilah kita lihat dua buah rumah sakit A dan B. Rumah
Sakit A adalah rumah sakit khusus merawat pasien kronis (Jiwa atau TB Paru)
mempunyai B0R 90 % dengan AvLOS 20 hari. Rumah Sakit B adalah rumah sakit umum
Kelas B dengan pelayanan spesialisasi dan sub-spesialisasi mempunyai BOR 70 % dengan
AvLOS 9 hari. Jika dua rumah sakit tersebut diperbandingkan maka jelas rumah sakit A
kurang efisien dibandingkan dengan rumah sakit B. Contoh ekstrim ini menunjukkan
bahwa memperbandingkan dua buah atau lebih rumah sakit yang berbeda dalam hal
fasilitas pelayanan yang disediakan, penggunaan teknologi pelayanan , dan sumber daya
yang tersedia akan dapat menyesatkan. Di rumah sakit B juga dirawat banyak pasien
kronis (jiwa misalnya) yang menunjukkan BOR tinggi dan AvLOS panjang untuk ruangan
pasien kronis ini, walaupun angka BOR untuk seluruh rumah sakit tercatat ± 60 %.
Perbedaan sifat pasien, perbedaan dalam hal tindakan medik dan teknologi intervensi ini
disebut dengan "Case Mix". Karena adanya "Case Mix" inilah maka harus dicari indikator
lain yang lebih sesuai untuk memperbandingkan tingkat efesiensi dari dua atau lebih

208
FKM - UNSRAT

rumah sakit, atau untuk memperbandingkan dan menggambarkan tingkat efisiensi unit
(bagian) didalam rumah sakit sendiri.
Indikator yang selama ini dipakai untuk menilai tingkat efisiensi di rumah sakit
adalah gambaran Grafik Barber- Johnson. Grafik ini digambarkan dari 4 jenis variabel,
yaitu BOR, AvLOS, Turnover Interval dan Bed Turnover Ratio. Kelemahan disini adalah
karena variabel diperoleh dari angka rata-rata, di dalam angka rata-rata ini mengandung
variasi angka yang tidak mungkin kita dapat abaikan begitu saja. Namun walaupun
begitu Grafik ini pasti sangat bermanfaat, terutama untuk memonitor kecenderungan dari
tingkat efisiensi di dalam rumah sakit itu sendiri.
Di Amerika dikembangkan indikator yang lebih tajam lagi untuk menilai tingkat
efisiensi rumah sakit dengan cara memperkecil pengaruh "Case Mix". Indikator yang
banyak digunakan adalah:
- AvLOS pasien pre-operative.
- AvLOS penyakit tertentu yang disebut dengan Tracer Conditions.
Pasien yang harus mengalami operasi biasanya diharuskan terlebih dahulu
menjalani pemeriksaan diagnostik lengkap Radiologi dan Laboratorium atau harus
masuk rumah sakit untuk observasi terhadap keadaan tertentu. Jadi pasien sudah
menggunakan sumber daya rumah sakit tidak sedikit sebelum dia di operasi. Lebih lama
pasien dirawat, atau lebih banyak dia harus menjalani tes diagnostik sebelum saatnya
dioperasi lebih banyak pasien tersebut akan menghabiskan sumber daya rumah sakit.
Disini ada unsur pemborosan yang harus diperhitungkan atau dengan kata lain ada unsur
in-efisiensi. Lebih singkat Av LOS pre-operasi, lebih hemat dan lebih efisien pelayanan
yang diberikan.
Indikator yang lebih tajam lagi untuk menilai efisiensi rumah sakit adalah dengan
cara menghitung Av LOS dari beberapa jenis penyakit tertentu (Tracer Conditions) yang
dicatat di rumah sakit. Perkembangan paling akhir terjadi di Amerika untuk mencari
indikator efisiensi rumah sakit paling andal yang sekaligus digunakan untuk menilai
tingkat mutu pelayanan. Pencarian ini dirintis lewat riset intensif menggunakan teknologi
komputer canggih. Hasilnya adalah penyusunan sekelompok diagnose penyakit yang
dinamakan sebagai Diagnosis Related Group (DRG). Di dalam DRG ini dikumpulkan 83
kelompok besar penyakit dan kemudian masih dibagi menjadi sub-kelompok sehingga

209
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

akhirnya tersusun 383 jenis penyakit. Tiap jenis penyakit dapat dikatakan mempunyai Av
LOS yang tidak berbeda panjangnya, tidak berbeda cara penanganan mediknya, dan
menghabiskan sumber daya yang kurang lebih sama besamya.
DRG disusun dari kumpulan diagnosis penyakit dari ICD ke IX WHO. Pada saat ini
DRG sudah dipergunakan oleh hampir setiap rumah sakit di Amerika untuk menghitung
unit cost penyakit, menyusun tarif, menyusun anggaran belanja, dan untuk
memperbandingkan mutu pelayanan diantara rumah sakit.

Mutu Pelayanan
Konsep dan pengertian tentang mutu pelayanan di rumah sakit agak sulit untuk
dijelaskan karena adanya persepsi sebagian orang bersifat subyektif. Terdapat banyak
sekali variabel bebas yang mempengaruhi pelayanan ini. Negara yang paling banyak
mempersoalkan penilaian mutu dan kemudian melakukan banyak sekali riset tentang
mutu pelayanan rumah sakit adalah negara Amerika. Riset ini dilakukan untuk mencari
jalan keluar dan berusaha untuk memberikan pengertian operasional tentang mutu,
mencari pendekatan untuk menilai mutu dan mencari cara yang tepat dan obyektif
sebagaimana mutu rumah sakit dilakukan. Salah satu hasil dari riset tersebut adalah DRG
yang telah dijelaskan di atas.
Pada umumnya para ahli sekarang sudah sepakat bahwa indikator untuk
membuat analisa tentang mutu pelayanan rumah sakit (bukan mengukur mutu) adalah
sebagai berikut:
a. AvLOS DRG
b. AvLOS Postoperative.
c. AvLOS Tracer Conditions.
d. Net Death Rate Hospital.
e. Infection Rate Postoperative.
f. Postoperative Death Rate.

Pemerataan Pelayanan.
Pemerataan pelayanan rumah sakit mempunyai arti orang dapat diberikan
pelayanan yang lebih banyak, cakupan pelayanan rumah sakit keluar lebih luas, atau

210
FKM - UNSRAT

lebih banyak jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit.
Pengertian pemerataan mengandung unsur wilayah kerja, jumlah penduduk,
dan kesempatan penduduk menggunakan sarana yang tersedia di rumah sakit (tempat
tidur, poliklinik, kamar operasi, unit darurat dan lain sebagainya).Pengertian pemerataan
ini mengharuskan rumah sakit mengetahui luas cakupan pelayanan yang biasanya
disebut dengan "Service Area" atau "Catchment Area" rumah sakit.
Untuk mengetahui luas service area ini ada beberapa cara. Yang paling
sederhana, akan tetapi memakan waktu lama dan rumit, adalah mencatat alamat dari
semua pasien yang pernah datang berobat di rumah sakit. Cara lain adalah menghitung
kelahiran bayi di rumah sakit dibandingkan dengan angka kelahiran bayi di masyarakat.
Rumusannya adalah sebagai berikut:

Service area X
 xZ
population Y
X = Jumlah kelahiran di rumah sakit.
Y = Jumlah kelahiran di daerah diluar mmah sakit.
Z = Jumlah penduduk di daerah.
Perhitungan ini dibuat sederhana karena adanya anggapan bahwa kelahiran
terjadi secara merata di kalangan penduduk di satu daerah.
Cara lain untuk mengetahui luas cakupan dan indikasi pemerataan, adalah
perbandingan dari jumlah pasien yang masuk dirawat nginap di rumah sakit dan jumlah
penduduk di satu daerah tertentu, yang disebut dengan : Admission Use Rate.

Permasalahan dan Upaya Pemecahannya

Pada pelaksanaan Sistem Informasi Rumah Sakit, dijumpai masalah, baik yang
dikarenakan faktor dari luar maupun faktor dari dalam. Permasalahan yang perlu segera
mendapatkan pemecahan dapat di identifikasikan sbb:

Faktor Dari Luar (Unit Pelapor)


1. Keterlambatan laporan yang menyebabkan data tidak bisa diproses secara
serentak, sehingga dampak dari pada keterlambatan tersebut adalah terjadinya

211
211
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

keterlambatan didalam penyajiannya. Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya


sanksi batas waktu akhir penyampaian laporan. Apabila sampai batas waktu yang
ditentukan data tidak masuk, dimasukkan data periode sebelumnya, dan apabila
data periode sebelumnya juga tidak masuk diambil angka perkiraan
(ekstrapolasi).
2. Kecermatan pengisian laporan seringkali kurang diperhatikan sehingga
menyebabkan bertambahnya waktu yang di pergunakan untuk proses
pengolahan (dikarenakan menunggu datangnya perbaikan). Untuk itu perlu
dilakukan pengawasan kecermatan pelaporan di rumah sakit secara berjenjang
sesuai dengan hierarkhi kewenangannya, serta melatih tenaga-tenaga pelaksana.

Faktor Dari Dalam


1. Informasi yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal di dalam proses
manajemen
2. Tidak tersedia dana (kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit) untuk keperluan
bimbingan teknis langsung ke rumah sakit.
3. Adanya kecenderungan meningkatnya jumlah laporan yang dimintakan ke rumah
sakit (penambahan secara lebih rinci, untuk keperluan program) yang
menyebabkan bertambahnya beban kerja rumah sakit dalam hal pelaporan.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pembatasan yang jelas
informasi-informasi mana yang dapat diperoleh melalui bentuk pelaporan rutin, serta
informasi-informasi mana yang hanya dapat diperoleh melalui survei atau
pengumpulan data yang bersifat insidentil.

212
FKM - UNSRAT
BAB

11
D
a
Sistem Informasi l

Manajemen Puskesmas
a
m

(SIMPUS)
S
i
s
t
e
m

K
e
s
e
h
a
t
a
n

N
a
s
i
o

213
nal puskesmas adalah sebagai ujung
tombak dalam memberikan pelayanan
kesehatan dasar kepada masyarakat yang
dikenal sebagai Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) strata pertama di setiap
kecamatan.
Puskesmas bertanggung jawab atas masalah kesehatan di
wilayah kerjanya.
Di dalam sistem kesehatan daerah
puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas pada
dinas kesehatan kota/kabupaten, dan merupakan
unit struktural pemerintah daerah kota/kabupaten.
GBHN tahun 1993 telah mengamanatkan
antara lain tentang perlunya dibangun suatu sistem
informasi yang terpadu dalam rangka meningkatkan
daya guna manajemen pembangunan. Dengan
demikian, sistem informasi perlu dikembangkan
dalam rangka mendukung kelancaran proses
manajemen institusi kesehatan pemerintah di
berbagai jenjang administrasi, termasuk di tingkat
Puskesmas.
Pengembangan sistem informasi manajemen
Puskesmas pada hakekatnya bertolak dari pemahaman
bahwa pelaksanaan SP2TP perlu ditingkatkan sehingga
tidak hanya berorientasi pada pencatatan dan
pelaporan saja, namun informasi yang dihasilkan oleh
SP2TP itu diharapkan dapat menjadi masukan bagi
peningkatan proses manajemen Puskesmas, perbaikan
pelaksanaan kegiatan bulanan maupun rencana
operasional tahunan Puskesmas, dan sebagai dasar
penggerakan pelaksanaan staf Puskesmas melalui
lokakarya mininya.

Bagi manajemen Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten,


informasi yang dipasok oleh

213
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

sistem ini perlu dikonfirmasikan dan dipadukan dengan berbagai informasi yang
dihasilkan oleh sistem lain, dalam upaya mengetahui gambaran keadaan dan masalah
kesehatan di wilayahnya. Dengan mengetahui keadaan dan masalah kesehatan secara
benar, diharapkan dapat diambil langkah-langkah pemecahan atau penanggulangannya
secara memadai.

Konsep Dasar SIMPUS


Pengertian

Pusat kesehatan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Puskesmas adalah
institusi pemerintah paling depan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat diwilayah kerjanya. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
128/MENKES/SK/II/2004, dijelaskan tentang pengertian puskesmas sebagai berikut:
‖Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja‖.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan turut membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk beberapa kegiatan pokok
kesehatan.
Hingga kini belum ada kesepakatan terhadap batasan istilah Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Definisi yang cukup memadai sebagai berikut :
"Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan
manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya". Sumber informasi utamanya adalah
SP2TP, sedangkan informasi lain yang ada, berperan sebagai pelengkap.

Tujuan SIMPUS

Tujuan umum SIMPUS adalah meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas


secara lebih berhasil-guna dan berdaya-guna, melalui pemanfaatan secara optimal data

214
FKM - UNSRAT

SP2TP dan informasi lain yang menunjang.


Sedangkan tujuan khusus SIMPUS adalah sebagai berikut:
1. Sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas
(Lokakarya Mini)
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas
(PWS dan Stratifikasi Puskesmas)
4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas.

Penyelengaraan SIMPUS

Sumber Informasi
Sebagaimana diketahui, SP2TP terdiri dari komppnen pencatatan dan komponen
pelaporan. Yang terutama dibutuhkan untuk menunjang kegiatan manajemen
Puskesmas adalah komponen pencatatannya, oleh karena informasi yang dapat
dihasilkan dari komponen ini lebih lengkap daripada komponen pelaporannya.
Pencatatan-pencatatan yang utama, antara lain adalah:
1. Kartu individu, seperti Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu TB, Kartu Rumah dan
sebagainya,
2. Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis, Register
Posyandu, dan sebagainya;
3. Laporan Kejadian Luar Biasa dan Laporan Bulanan Sentinel;
4. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK atau Family Folder), yang diberikan khusus
untuk keluarga berisiko antara lain :
- salah seorang anggotanya menderita TB Paru;
- salah seorang anggotanya menderita Kusta;
- salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi seperti: ibu hamil,
neonatus risiko tinggi (BBLR) dan balita kurang energi kronis (KEK)
- salah satu anggotanya menderita gangguan jiwa.
Di samping SP2TP juga diperlukan informasi dari instansi di luar sektor kesehatan
ataupun sumber-sumber lainnya, seperti informasi kependudukan, hasil kegiatan sektor

215
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

lain yang terkait, seperti BKKBN, Pertanian, Bangdes, Depdikbud, PU, dan lain-lain. Hasil
pengolahan data SP2TP dan informasi lainnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
manajemen Puskesmas.

Mekanisme
Mekanisme kerja SIMPUS adalah sebagai berikut:
1. Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan diinterpretasikan sesuai dengan
Petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan Data SP2TP serta Petunjuk dari masing-
masing program yang ada (seperti program ISPA, Malaria, Imunisasi, Kesehatan
Lingkungan, KIA, Gizi, Perkesmas dan sebagainya).
2. Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para penanggung-
jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan pengelola program di semua
jenjang adminstrasi.
3. Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data SP2TP dan sumber
lainnya, dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun dan tidak ada
perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase
dan sebagainya. Informasi tersebut dapat berupa laporan tahunan Puskesmas.

Pemanfaatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan SIMPUS:
1. Informasi yang diperoleh dari SP2TP dan informasi lainnya dimanfaatkan untuk
menunjang proses manajemen di tingkat Puskesmas, sebagai bahan untuk
penyusunan rencana tahunan Puskesmas, penyusunan rencana kerja operasional
Puskesmas, bahan pemantauan evaluasi dan pembinaan.
2. Informasi dari SP2TP dan sumber lainnya akan membantu Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten dalam penyusunan perencanaan tahunan, penilaian kinerja
Puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian hasil kegiatan Puskesmas,
sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan program di
wilayahnya, untuk menentukan prioritas masalah dan upaya pemecahan dan tindak
lanjutnya.
3. Informasi dari SP2TP akan membantu kelancaran perencanaan (P1), penggerakan

216
FKM - UNSRAT

pelaksanaan (P2) dan pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) program-


program, sebagai masukan untuk diskusi UDKP.

Peranan Kota/Kabupaten dalam Pembinaan SIMPUS

Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten bertugas membina Puskesmas sehingga Simpus


dapat terselenggara di setiap Puskesmas. Dalam melaksanakan tugas tersebut Kepala
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten membentuk Tim yang terdiri dari para pengelola
program serta menyediakan sarana termasuk peningkatan kemampuan dan penyediaan
sumber daya manusia.
Dalam pemanfaatan Simpus Kota/Kabupaten perlu menyadari bahwa sistem
informasi manajemen Puskesmas pada hakekatnya merupakan suatu subsistem informasi
dalam sistem informasi manajemen kesehatan Kota/Kabupaten. Sehingga masukan yang
diperoleh dari subsistem ini perlu dikonfirmasi atau dipadukan dengan subsistem
informasi lainnya sebagai dasar pemikiran untuk pengambilan keputusan di
Kota/Kabupaten.
Tugas Tim Kota/Kabupaten dalam pembinaan SIMPUS adalah :
1. Melakukan pembinaan Simpus. Dalam pembinaan ini memperhatikan pada
ketepatan waktu laporan, kualitas data, pengolahan dan pemanfaatan data oleh
Puskesmas dan oleh tingkat Kota/Kabupaten.
2. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan sistem informasi
manajemen Puskesmas.
3. Mengorganisir pertemuan berkala sesuai dengan jadwal yang disepakati di
Kota/Kabupaten, untuk membahas SIMPUS di wilayahnya.
4. Memberikan umpan-balik hasil pengawasan dan pengendalian pelaksanaan sistem
informasi manajemen Puskesmas kepada Puskesmas.
5. Mengorganisir supervisi berkala ke Puskesmas dalam rangka pembinaan pelaksanaan
SIMPUS.

217
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas


Pengertian SP2TP

Beberapa definisi komponen-komponen SP2TP:


- ―Sistem‖ adalah satu kesatuan yang terdiri dari komponen yang saling
berkaitan, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu.
- "Terpadu" diartikan sebagai gabungan berbagai macam kegiatan upaya pelayanan
kesehatan Puskesmas yang tidak tumpang tindih, sehingga dapat dihindarkan
pencatatan dan pelaporan lain, yang akan memperberat beban kerja petugas
Puskesmas.
- Puskesmas di sini sudah mencakup Puskesmas, Puskesmas dengan tempat tidur,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Bidan di desa.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa SP2TP adalah sistem


pencatatan dan pelaporan gabungan berbagai macam kegiatan upaya pelayanan
kesehatan Puskesmas dan jajarannya dalam menunjang manajemen program
Puskesmas.
Ruang Lingkup SP2TP

Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas. Oleh karena itu
mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas (Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, termasuk Bidan di desa).
Jenis data yang dikumpuikan dan dicatat da!am SP2TP adalah seluruh kegiatan di
Puskesmas yang meliputi data :
1. Umum dan demografi di wilayah kerja Puskesmas.
2. Ketenagaan di Puskesmas.
3. Sarana yang dimiliki Puskesmas.
4. Kegiatan pokok Puskesmas yasig dilakukan di dalam dan di luar gedung
Puskesmas
Variabel atau indikator yang dilaporkan adalah data/informasi yang sensitif,
mudah diperoleh, spesifik dan sederhana, serta bermanfaat untuk pemantauan dan
evaluasi, yang dapat menggambarkan aksesibilitas, masalah, manajemen dan dampak
program. Diharapkan pencatatan di Puskesmas dan laporan yang diterima di Dinas

218
FKM - UNSRAT

Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, serta Pusat, diolah dan


dimanfaatkan oleh pengambil keputusan dan penanggung jawab program guna
meningkatkan pelaksanaan programnya.
Laporan SP2TP mempergunakan sistem tahun kalender. Periode laporan dari
Puskesmas ke Kota/Kabupaten adalah bulanan dan tahunan. Periode laporan dari
Kota/Kabupaten ke Propinsi dan Pusat adalah triwulan.

Pengorganisasian

Dalam peiaksanaan SP2TP pengorganisasian di berbagai jenjang administrasi adalah


sebagai berikut:

Tingkat Puskesmas
1. Pengorganisasian.
a. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas
b. Koordinator : Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas
c. Anggota : Pelaksana Kegiatan di Puskesmas
2. Tugas Penanggung Jawab SP2TP.
a. Kepala Puskesmas bertanggung jawab atas pelaksanaan Sistem
Pencatatan dan Pelapoian Terpadu di Puskesmas.
b. Memberikan bimbingan kepada koordinator SP2TP dan para pelaksana
kegiatan di Puskesmas.
3. Tugas Koordinator SP2TP.
a. Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan
b. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP
dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
c. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan
SP2TP dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
paling lambat tanggal 31 Januari tahun berikutnya.
d. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.
e. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala

219
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Puskesmas
f. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh
Kepala Puskesmas dengan pelaksana kegiatan untuk menilai pelaksanaan
kegiatan SP2TP.
4. Tugas Pelaksana Kegiatan.
a. Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.
b. Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa
c. Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan
Puskesmas Pembantu serta Bidan di desa menjadi laporan kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan
untuk mengisi/membuat laporan SP2TP.
d. Setiap tanggal 5 mengisi/rnembuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-
masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada Koordinator P2TP
Puskestnas. Dengan rincian satu rangkap untuk arsip Koordinator SP2TP
Puskesmas dan satu rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan
ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.
e. Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya
f. Bertanggungjawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.
Tingkat Kota/Kabupaten
Di Kota/Kabupaten dibentuk Tim SP2TP dengan susunan personalia sebagai
berikut:
1. Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
b. Koordinator : Kepala Sub Bagian Tata Usaha
c. Pelaksana : Urusan Rencana dan Informasi
d. Anggota : Pengelola Program
Pengorganisasian di atas didasarkan pada struktur organisasi Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten Pola Maksimal sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri No.21/94 tentang
Pedoman Organisasi dan Tata Kerja, Dinas Kesehatan.

220
FKM - UNSRAT

Dalam hal Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten menganut Pola


Minimal, maka Koordinator Tim SP2TP Kota/Kabupaten adalah Kepala Seksi Pelayanan
Kesehatan dan sebagai pelaksananya adalah Kepala Sub Sie Puskesmas.
2. Tugas Penanggung Jawab SP2TP.
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan SP2TP.
b. Memberikan bimbingan kepada koordinator, pelaksana dan anggota tim SP2TP
c. Mengadakan pertemuan berkala setiap 3 bulan sekali untuk menilai hasil
pelaksanaan SP2TP.
d. Memanfaatkan data laporan SP2TP dalam penyusunan laporan tahunan, profil dan
perencanaan kesehatan Kota/Kabupaten.
3. Tugas Koordinator SP2TP.
a. Mengkoordinasikan laporan SP2TP yang diterima dari Puskesmas.
b. Mengkoordinir pelaksanaan entri data/pengolahan data laporan SP2TP.
c. Menyampaikan hasil olahan/rekapitulasi/hasil entri data laporan SP2TP kepada
pengelola program di Kota/Kabupaten.
d. Setiap tanggal 20 dari triwulan dimaksud mengirimkan hasil entri data/
rekapitulasi data SP2TP kepada Dinas Kesehatan Propinsi, dan Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan.
e. etiap akhir bulan Februari tahun berikutnya mengirimkan hasil entri data/
rekapitulasi laporan tahunan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktorat
Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
4. Tugas Pelaksana SP2TP.
a. Menerima laporan SP2TP dari koordinator SP2TP Kota/Kabupaten.
b. Melakukan entri data/rekapitulasi data laporan SP2TP.
c. Menyerahkan hasil entri data/rekapitulasi data laporan SP2TP kepada koordinator
SP2TP Kota/Kabupaten.
d. Mengarsipkan laporan SP2TP Puskesmas yang telah di rekap/di entri.
e. Menyimpan arsip hasil entri data/rekapitulasi data laporan SP2TP.
5. Tugas Anggota ( Pengelola Program ).
a. Menerima hasil entri/rekapitulasi data laporan SP2TP dari koordinator SP2TP.
b. Melakukan koreksi data hasil entri/rekapitulasi dan menyampaikan hasilnya

221
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

kepada pelaksana SP2TP.


c. Mengolah dan memanfaatkan hasil entri/rekapitulasi laporan SP2TP sebagai
bahan untuk umpan balik dan bimbingan teknis ke Puskesmas serta tindak lanjut
yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja program yang menjadi
tanggungjawabnya.
6. Tim SP2TP Kota/Kabupaten juga bertanggung jawab dalam pembinaan
pelaksanaan SP2TP di tingkat Puskesmas.

Tingkat Propinsi
Di Propinsi dibentuk Tim SP2TP dengan susunan personalia sebagai berikut:
1. Pengorganisasian.
Pengorganisasian di tingkat propinsi terdiri dari:
a. Pembina : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
b. Penanggungjawab : Kepala Sub Dinas Bina Program
c. Koordinator : Kepala Sub Dinas Bina Pelayanan Kesehatan
d. Pelaksana/Sekretaris I : Kepala Sie Puskesmas
II : Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Informasi
Kesehatan
e. Anggota : Pengelola Program
2. Tugas Penanggung Jawab SP2TP.
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksana SP2TP tingkat Propinsi.
b. Memberikan bimbingan kepada koordinator, pelaksana dan anggota tim
SP2TP tingkat propinsi, Kota/Kabupaten dan Puskesmas.
c. Mengadakan pertemuan evaluasi berkala setiap 6 bulan sekali dengan
koordinator, pelaksana dan anggota tim SP2TP tingkat propinsi.
3. Tugas Koordinator SP2TP.
a. Mengkoordinir laporan SP2TP yang diterima dari Kota/Kabupaten.
b. Mengirimkan laporan hasil entri/rekapitulasi data SP2TP ke pengelola program
untuk dianalisis.
c. Mengirimkan umpan balik hasil olahan/analisis program setiap triwulan ke
Kota/Kabupaten, paling lambat tanggal 20 dua bulan berikutnya dari triwulan

222
FKM - UNSRAT

yang bersangkutan.
d. Mengirimkan hasil entri/rekapitulasi data SP2TP ke Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan.
4. Tugas Pelaksana/Sekretaris I dan Sekretaris II SP2TP .
a. Mengolah laporan/entri data SP2TP yang diterima oleh koordinator SP2TP
Propinsi
b. Menyampaikan hasil olahan/entri data ke koordinator SP2TP Propinsi.
c. Mengarsipkan laporan SP2TP dari Kota/Kabupaten yang telah diolah/dientri.
d. Menyampaikan hasil olahan Propinsi ke Depkes.
5. Tugas Anggota SP2TP ( Pengelola Program ).
a. Menerima laporan hasil entri/olahan data SP2TP dari koordinator
SP2TP Propinsi,
b. Mengolah dan menganalisis laporan yang diterima dan
melaksanakan tindak lanjutnya.
6. Tim SP2TP juga bertanggung jawab dalam pembinaan pelaksanaan SP2TP di tingkat
Kota/Kabupaten.

Pengelolaan SP2TP

Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)


terdiri dari pencatatan, pelaporan dan pengolahan serta pemanfaatan data.

Pencatatan
Kegiatan pokok Puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung maupun di luar
gedung Puskesmas, Puskesmas Tempat Tidur dan Puskesmas Pembantu serta Bidan di
desa, harus dicatat. Dengan demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik,
formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti.
1. Formulir pencatatan.
Formulir pencatatan SP2TP terdiri dari :
a. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK) atau yang disebut "Family Folder".
Yang dimaksud RKK adalah himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang

223
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

memperoleh pelayanan kesehatan di Puskesmas. Adapun kegunaan RKK adalah:


 untuk mengikuti keadaan kesehatan di suatu keluarga.
 untuk mengetahui gambaran penyakit di suatu keluarga.
Penggunaan RKK diutamakan pada keluarga yang anggotanya mengidap salah
satu penyakit/kondisi, antara lain:
 salah seorang anggota keluarga adalah penderita TB Paru.
 salah seorang anggota keluarga adalah penderita Kusta.
 keluarga risiko tinggi yaitu ibu hamil risiko tinggi, neonatus risiko tinggi
(BBLR), balita kurang energi kronis (KEK).
 salah seorang anggota keluarga adalah penderita gangguan jiwa.
Keluarga yang menggunakan RKK diberi kartu tanda pengenal keluarga (KTPK)
yang merupakan alat bantu untuk memudahkan pencarian berkas/tile keluarga
yang telah terdaftar/mendapatkan pelayanan pada saat meminta pelayanan
ulang di Puskesmas.
KTPK dibuat 2 rangkap, 1 dibawa oleh keluarga pengunjung Puskesmas, dan 1
disimpan di Puskesmas.
b. Kartu Tanda Pengenal (KTP).
KTP diberikan kepada individu yang berkunjung/berobat ke Puskesmas dan
merupakan alat bantu untuk memudahkan pencarian berkas/file bagi individu
yang telah terdaftar/mendapat pelayanan pada saat meminta pelayanan ulang di
Puskesmas.
Khusus untuk akseptor KB, penyakit kusta dan TB paru mempergunakan KTP
khusus yaitu kartu KB, kartu penderita kusta dan kartu penderita TB Paru, atas
namanya sendiri. Maksud pemberian kartu ini adalah apabila yang bersangkutan
pindah, maka kartu dan rekam kesehatan/berkasnya dibawa pindah (untuk
memudahkan/mengetahui pelayanan yang telah diberikan/ didapatkan oleh yang
bersangkutan).
c. Kartu Rawat Jalan atau kartu rekam medik pasien adalah alat untuk mencatat
identitas dan status pasien yang berkunjung ke Puskesmas untuk memperoleh
pelayanan rawat jalan.
d. Kartu Rawat Tinggal atau kartu rekam medik pasien adalah alat untuk mencatat

224
FKM - UNSRAT

identitas dan status pasien yang di rawat di Puskesmas yang mempunyai ruang
rawat inap.
e. Kartu Penderita Kusta.
Kartu ini khusus untuk penderita kusta, yang berisi identitas penderita kusta yang
dilayani di gedung Puskesmas.
f. Kartu Indeks Penyakit Khusus Kusta, merupakan alat untuk mengetahui
riwayat dan perkembangan penyakit kusta.
g. Kartu Penderita TB Paru.
Kartu ini khusus untuk penderita TB Paru, yang berisi identitas penderita TB Paru
yang dilayani di gedung Puskesmas
h. Kartu Indeks Penyakit Khusus TB Paru adalah alat untuk mengetahui
keadaan dan perkembangan penyakit TB Paru pasien yang dilayani di gedung
Puskesmas.
i. Kartu Ibu adalah alat untuk mengetahui identitas dan status kesehatan serta
riwayat kehamilan ibu sampai kelahiran bayinya.
j. Kartu Anak adalah alat untuk mengetahui identitas, status kesehatan dan
pelayanan baik pelayanan preventif-promotif maupun pengobatan dan rehabilitatif
yang telah diberikan kepada balita dan anak prasekolah.
k. KMS balita adalah alat untuk mengetahui identitas dan mencatat pertumbuhan
balita dan pelayanan yang telah diperoleh oleh balita tersebut.
l. KMS anak sekolah adalah alat untuk mengetahui identitas dan mencatat
pertumbuhan dan pelayanan yang telah didapat oleh anak sekolah.
m. KMS ibu hamil adalah alat untuk mengetahui identitas dan mencatat
perkembangan kesehatan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang telah diterima
yang bersangkutan.
n. KMS Usila adalah alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik
fisik maupun psiko-sosialnya, sehingga dapat digunakan untuk memantau
kesehatannya, menemukan penyakit pada usia lanjut secara dini dan menilai
kemajuan kesehatan usia lanjut.
o. Kartu Tumbuh Kembang Balita adalah alat untuk mencatat tumbuh kembang
balita, sehingga apabila terdapat kelainan dapat dideteksi sedini mungkin

225
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

p. Kartu Rumah adalah alat untuk mengetahui dan mengikuti keadaan sanitasi
lingkungan perumahan.
q. Register.
Adalah formulir untuk mencatat/merekap data kegiatan di dalam dan di luar
gedung Puskesmas, yang telah dicatat di kartu-kartu dan catatan lainnya.
Jenis-jenis register dimaksud adalah :
1) Register Nomor Indeks Pengunjung Puskesmas
2) Register Kunjungan
3) Register Rawat Jalan
4) Register Rawat Inap
5) Register KIA
6) Register Kohort Ibu
7) Register Kohort Balita
8) Register Deteksi Tumbuh Kembang
9) Register Gizi
10) Register Kapsul Minyak Beryodium
11) Register Pengamatan Penyakit Menular
12) RegisterKusta
13) Register Pemeriksaan Kontak Penderita Kusta
14) Register Pemeriksaan Anak Sekolah (untuk Peny. Kusta)
15) Register Malaria
16) Register Pes
17) Register Antrak
18) Register Rabies
19) Register Kohort TB Paru
20) Register Kasus DBD
21) Register Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD
22) Register Acute Flaccid Paralysis (AFP)
23) Register Tetanus Neonatorum
24) Register Frambusia
25) Register Filaria

226
FKM - UNSRAT

26) Buku Inventarisasi Peralatan Puskesmas


27) Register Perawatan Gawat Darurat Puskesmas
28) Register Kohort Pembinaan Keluarga
29) Register Rawat Jalan Gigi
30) Register Laboratorium
31) Register PKM
32) Register PSM
33) Register Data Dasar Kesehatan Lingkungan
34) Register Kegiatan Kesehatan Lingkungan
35) Rekapitulasi Kegiatan Penjaringan
36) Register Kegiatan UKS
37) Register Data Dasar Sekolah
38) Register Kegiatan Posyandu
39) Register Pelayanan Kesehatan Olah Raga
40) Register Pembinaan Kelompok / Klub Olah Raga.
41) Register Perawatan Kesehatan Masyarakat untuk Keluarga dan Individu (Reg.
A).
42) Register Perawatan Kesehatan Masyarakat untuk Kelompok/Masyarakat (Reg.
B).
Untuk kegiatan Keluarga Berencana (KB), pencatatan kegiatannya
menggunakan register KB sesuai dengan pedoman dari Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

2. Mekanisme Pencatatan.
Pada prinsipnya seorang pasien yang berkunjung pertama kali atau kunjungan
ulang ke Puskesmas harus melalui loket untuk mendapatkan Kartu Tanda Pengenal atau
mengambil berkasnya dari petugas loket. Pasien tersebut disalurkan pada unit pelayanan
yang dituju. Apabila pasien mendapat pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas,
maka pasien tersebut akan dicatat dalam register yang sesuai dengan pelayanan yang
diterima.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut:

227
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Pelaporan
Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan
Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama.
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
No.590/BM/DJ/Info/V/96 diberlakukan formulir laporan yang baru. Sedangkan untuk
kebutuhan Dari II dan Propinsi diberikan kesempatan mengembangkan variabel laporan
sesuai dengan kebutuhan, dengan memperhatikan kemampuan/beban kerja petugas di
Puskesmas.
1. Formulir Laporan :
a. Laporan dari Puskesmas ke Kota/Kabupaten.
i) Laporan Bulanan.
i. Data Kesakitan(LB.1)
ii. Data Obat-obatan (LB.2)
iii. Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit Menular (LB.3)
iv. Data Kegiatan Puskesmas (LB.4)
Kegiatan Puskesmas meliputi : Kunjungan Puskesmas, Rawat Tinggal,

228
FKM - UNSRAT

Perawatan Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Medik Dasar Kesehatan Gigi,


Pelayanan JPKM, Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga, PKM,
Kesehatan Lingkungan dan Laboratorium
ii) Laporan Sentinel.
Bentuk dari laporan sentinel adalah :
i. Laporan bulanan Sentinel (LB 1 S)
Laporan ini memuat data penderita penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I), penyakit infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) dan diare, menurut umur dan status imunisasi. Puskesmas
yang membuat LB1S adalah Puskesmas yang ditunjuk (1
Puskesmas dari tiap Kota/Kabupaten) dengan periode laporan
bulanan serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten,
Dinas Kesehatan Propinsi dan Pusat (Ditjen. PPM & PLP).
ii. Laporan bulanan Sentinel (LB2S)
Laporan ini memuat data KIA, Gizi, Tetanus Neonatorum dan
penyakit akibat kerja. Hanya Puskesmas dengan ruang rawat inap
(Puskesmas RRI) yang membuat LB2S dan periode laporan
bulanan serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Dati 11, Dinas
Kesehatan Propinsi dan Pusat (Ditjen Binkesmas).
iii) Laporan Tahunan ;
Laporan ini mencakup :
i. Data Dasar Puskesmas (LT-1)
ii. Data Kepegawaian (LT-2)
iii. Data Peralatan (LT-3)
b. Laporan dari Kota/Kabupaten ke Propinsi dan Pusat.
Laporan dari Kota/Kabupaten dikirimkan ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Pusat
(Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat) dalam disket/rekapitulasi dari laporan
SP2TP.
Laporan ini terdiri dari:
i) Laporan Triwulan.
i. Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB1

229
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

ii. Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB2


iii. Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB3
iv. Hasil entri data/rekapitulasi laporan LB4
ii) Laporan tahunan :
i. Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT-1
ii. Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT-2
iii. Hasil entri data/rekapitulasi laporan LT-3

c. Laporan kejadian luar biasa (KLB) dan wabah.


Laporan ini mengacu pada Petunjuk Laporan KLB dan wabah serta Keputusan
Direktur Jenderal PPM & PLP No.451-I/PD.03.04.IS/1991 tentang Pedoman
Penyelidikan dan Penanggulangan KLB.

2. Frekuensi Pelaporan.
a. Laporan dari Puskesmas ke Kota/Kabupaten.
Laporan ini menggunakan formulir standard yang terdiri dari:
1) Laporan bulanan LB1, LB2, LB3 dan LB4, dilakukan setiap bulan dan paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten
Khusus laporan LB2, 1 kopi laporan dikirimkan pula ke Gudang Farmasi
PropinsiT (GFK).
2) Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap tanggal 10 bulan
berikutnya dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Propinsi dan
Pusat (untuk LB1S ke Ditjen PPM & PLP dan LB2S ke Ditjen Binkesmas).
3) Laporan tahunan (LT-1, LT-2, dan LT-3) dikirimkan selambat-lambatnya
tanggal 31 Januari tahun berikutnya.
Khusus untuk laporan LT-2 (data kepegawaian) hanya diisi bagi pegawai
yang baru/belum pernah mengisi formulir Data Kepegawaian
b. Laporan dari Kota/Kabupaten ke Propinsi dan Pusat.
Laporan ini dalam disket hasil entri data/rekapitulasi dari laporan SP2TP.
Frekuensi laporan adalah :

230
FKM - UNSRAT

1) Laporan triwulanan :
Laporan ini dikirimkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari
triwulan yang dimaksud kepada :
a) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
b) Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi
c) Depkes RI Cq. Ditjen Binkesmas
2) Laporan tahunan :
Laporan ini dikirimkan paling lambat akhir bulan Februari dari tahun
berikutnya, kepada:
a) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
b) Kepala Kantor Wilayah Depkes Propinsi
c) Depkes RI Cq. Ditjen Binkesmas.

3. Mekanisme Pelaporan.
a. Tingkat Puskesmas.
1) Laporan dari Puskesmas Pembantu dan laporan dari Bidan di desa
disampaikan ke pelaksana kegiatan di Puskesmas.
2) Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang dicatat baik di dalam gedung
maupun di luar gedung serta laporan yang diterima dari Puskesmas
Pembantu dan Bidan di desa.
3) Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan dimasukkan ke formulir laporan
dalam 2 rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP
Puskesmas.
4) Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk
tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan
yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Tingkat Kota/Kabupaten
1) Pengolahan data SP2TP di Kota/Kabupaten menggunakan piranti lunak
yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
2) Laporan SP2TP dari Puskesmas yang diterima oleh Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten (Koordinator SP2TP Kota/Kabupaten), disampaikan

231
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

kepada Pelaksana SP2TP untuk direkapitulasi/di entri data.


3) Hasil rekapitulasi/entri data, setiap tanggal 15 disampaikan ke pengelola
program di Kota/Kabupaten,
4) Hasil rekapitulasi/entri data, dikoreksi, diolah dan dimanfaatkan sebagai
bahan untuk umpan balik, bimbingan teknis ke Puskesmas dan tindak
lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja program.
5) Hasil rekapitulasi/entri data setiap 3 bulan di buat dalam 3 disket untuk
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Propinsi, dan Departemen Kesehatan cq.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
c. Tingkat Propinsi
1) Pengolahan dan pemanfaatan Data SP2TP di Propinsi mempergunakan
piranti lunak yang sama dengan Kota/Kabupaten.
2) Laporan dari Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, diterima oleh Dinas
Kesehatan Propinsi (Koordinator Tim SP2TP) dalam bentuk disket
diteruskan kepada Pelaksana SP2TP, untuk dikompilasi/direkapitulasi.
3) Hasil kompilasi disampaikan kepada pengelola program Propinsi untuk
diolah dan dimanfaatkan dalam rangka tindak lanjut , bimbingan dan
pengendalian yang diperlukan.
4) Hasil kompilasi yang telah di olah tersebut di umpan balikkan ke Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten.
d. Tingkat Pusat.
Hasil olahan yang dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat
paling lambat dua bulan setelah berakhimya triwulan tersebut disampaikan
kepada pengelola program terkait dan Pusat Data Kesehatan untuk dianalisis dan
dimanfaatkan serta dikirimkan ke Pusat sebagai umpan balik.

232
FKM - UNSRAT

233
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Pengolahan, Penyajian dan Interpretasi Data SP2TP

Indikator
Berdasarkan sumber data yang ada, selanjutnya dilakukan pengolahan dengan
menggunakan formula dan tabel tertentu akan dihasilkan indikator, yang meliputi:
1. Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan upaya kesehatan telah ditetapkan
oleh masing-masing program/kegiatan, seperti: cakupan vaksinasi campak, cakupan
kunjungan neonatal, cakupan pengobatan TB, cakupan antenatal K1, cakupan TT
WUS, cakupan kasus pneumonia, D/S, dan sebagainya.
2. Indikator yang menggambarkan keadaan umum/lingkungan.
Indikator keadaan umum/lingkungan yang telah ditetapkan oleh masing-masing
program/kegiatan antara lain : % pemeriksaan air bersih, % sekolah yang
melaksanakan kegiatan UKS, % rumah yang memenuhi sanitasi dasar dan
sebagainya.
3. Indikator yang menggambarkan derajat kesehatan.
Indikator yang digunakan antara lain : Pola 10 besar penyakit. Diperoleh dari
pengolahan LB1.

Ukuran Statistik dan Tendensi Sentral


Dalam penyajian dan interpretasi data dapat dipergunakan ukuran-ukuran
Statistik maupun ukuran-ukuran Tendensi Sentral, sehingga data termaksud memiliki
fonnat tertentu dan mempunyai suatu makna sebagai informasi yang berguna untuk
menarik suatu kesimpulan.
Ukuran statistik dan tendensi sentral yang umum dipergunakan adalah sebagai
berikut:

1. Ukuran - ukuran Statistik


a. Rasio.
- Rasio adalah suatu ukuran frekuensi relatif terjadinya suatu peristiwa/
kejadian dibandingkan dengan frekuensi peristiwa/kejadian yang lain

234
FKM - UNSRAT

(perbandingan antara suatu nilai dengan nilai yang lain).


- Rasio dapat juga menunjukkan tingkat hubungan atau keterkaitan antara
suatu variabel dengan variabel lainnya dan menunjukkan suatu arti tertentu.
- Rumus:
X
Rasio: xK
Y

X = Jumlah kejadian, orang, dan lain-lain yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri
tertentu.
Y = Jumlah kejadian, orang yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri tertentu,
namun ciri tersebut berbeda dengan ciri-ciri pada kelompok X.
K=1
Contoh:
i. Rasio tambal-cabut gigi (penambalan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap).
Jumlah penambalan gigi tetap adalah 100 gigi dan jumlah pencabutan gigi
tetap adalah 150 gigi, berarti rasio tambal-cabut gigi di Puskesmas tersebut
adalah :
100 gigi: 200 gigi = 1/2 atau setiap penambalan 1 gigi tetap ada
pencabutan 2 gigi tetap.
ii. Seks rasio.
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan A adalah 875
orang dan 961 orang, berarti seks rasio di Kecamatan A adalah :
961 : 875 = 1,1 atau setiap 10 orang laki-laki ada 11 orang perempuan.
b. Rate.
- Rate adalah suatu ukuran frekuensi suatu peristiwa/kejadian pada suatu
populasi tertentu, baik pada suatu saat maupun selama periode waktu
tertentu.
- Rumus:
X
Rate = xK
Y
X = Jumlah orang di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu (berdasarkan

235
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

waktu, tempat dan orang) yang mengalami suatu kejadian (kasus) selama
periode waktu tertentu.
Y = Jumlah orang dalam suatu kelompok masyarakat tertentu selama jangka
waktu yang sama dengan munculnya kasus. Biasanya populasi ini diambil dari
jumlah populasi pada pertengahan jangka waktu tertentu.
K = Suatu angka konstanta yang biasanya dibuat sehingga rate yang terkecil
yang dapat dipakai dalam perhitungan paling kurang satu desimal (4,2/100
bukan 0,42/1000).
- Dalam epidemiologi, rate dipakai sebagai "incidence rate, prevalensi rate dan
attack rate".
Contoh :
Jumlah penderita campak umur < 15 tahun yang berobat ke Puskesmas A tahun
1996 adalah 20 penderita. Jumlah penduduk berumur < 15 tahun pada wilayah
Puskesmas A adalah 1200 orang. Maka incidence rate di wilayah Puskesmas A
pada tahun 1996 adalah :
20 penderita campak berobat umur < 15 tahun x 1000
1200 penduduk berumur < 15 tahun
= 17 penderita per 1000 penduduk < 15 tahun

c. Proporsi
- Disebut pula sebagai distribusi proporsional yaitu persentase (proporsi) di
antara jurnlah keseluruhan peristiwa/kejadian dari suatu seri data yang
muncul dalam suatu kategori dari seri data termaksud.
- Rumus :
X
Proporsi = xK
Y
X = Jumlah kejadian atau penderita dan lain-lain, yang timbul dalam suatu
katagori atau subgrup tertentu dari suatu kelompok yang lebih besar.
Y = Jumlah keseluruhan dari kejadian, atau penduduk dan lain-lain muncul
pada semua kategori dari suatu seri data tertentu.
K = Selalu sama dengan 100

236
FKM - UNSRAT

Contoh :
i. Jumlah Posyandu di Puskesmas B adalah 16, dan 6 diantaranya adalah
Posyandu Pratama. Berarti proporsi Posyandu Pratama pada Puskesmas B
adalah :
6
x100% =37,5%
16
ii. Jumlah sarana air bersih di Puskesmas M adalah 100, dengan rincian Sumur
Gali (SG) 40; Penampungan Mata Air (PMA) 50; dan Sumur Pompa Tangan
(SPT) 10. Dengan demikian proporsi dari masing-masing (jenis) SAB adalah
40 % SG; 50 % PMA dan 10% SPT.

2. Ukuran - ukuran Tendensi Sentral


a. Mean (angka rata-rata)
- Mean adalah nilai rata-rata dari nilai seperangkat data.
- Pada dasarnya semua data yang berskala rasio atau interval dapat dibuat
rata-rata.
Contohnya antara lain berat badan, tinggi badan dan jumlah kunjungan.
Dengan demikian tidak semua data dibuat rata-rata.
- Namun tidak semua data dapat bermanfaat sebagai informasi dengan dihitung
angka rata-ratanya.
- Angka rata-rata (mean) hanya dapat memberikan manfaat dan dapat
dipercaya untuk data yang distribusinya normal, dalam arti tidak ada nilai
ekstrim di dalam seperangkat data termaksud.
- Rata-rata dapat menggambarkan suatu kecenderungan (trend) kejadian
yang diamati dari waktu ke waktu di dalam suatu wilayah tertentu.
- Cara perhitungannya adalah :
Dengan membagi hasil penjumlahan nilai-nilai individu dalam seperangkat
data tertentu dengan banyaknya individu dalam perangkat data tersebut.
- Rumus:

X 
 Xi
N

237
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

X = Aritmetik mean (angka rata-rata).


Xi = Nilai masing-masing individu dalam seperangkat data.
N = Banyaknya individu dalam seperangkat data.
Contoh :
Sederetan angka jumlah kunjungan Puskesmas di Puskesmas Z (Januari-
Desember1995):1025, 750, 800, 925, 850, 825. 875, 775, 1050, 800, 1000,925.
Rata-rata kunjungan Puskesmas per bulan adalah:
1025+750+800+925+850+825+875+775+1050+800+1000+925 =
n
10600 = 883
12
Apabila dalam satu bulan diperhitungkan 25 hari kerja, maka rata-rata kunjungan
perhari adalah 883 : 25 = 35 orang.

b. Median (nilai tengah).


- Median adalah sebagai angka yang membagi suatu distribusi data menjadi 2
bagian sama besamya, setelah datanya diurutkan dari yang paling kecil ke
yang paling besar.
- Median dapat diartikan pula sebagai nilai yang dimiliki oleh peristiwa/ kejadian
atau individu yang letaknya tertengah, setelah nilai-nilai individu dalam suatu
seri data diurutkan dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
- Cara untuk memperoleh nilai median dari data yang tidak berkelompok adalah
sebagai berikut:
i. Buat rangking atau urutan nilai individu dari kecil ke besar atau dari besar
ke kecil.
ii. Tentukan titik tengah dari urutan tersebut.
- Jika banyak individu adalah ganjil, maka individu yang berada di
tengah urutan nilai-nilai individu, merupakan titik tengah.
- Jika banyak individu adalah genap, maka titik tengah dari dua nilai
yang terdapat di tengah urutan nilai individu tersebut adalah titik
tengah dari seperangkat data tersebut.

238
FKM - UNSRAT

iii. Ambil nilai individu yang berada di titik tengah sebagai nilai median dalam
seperangkat data tersebut.
- Rumus :
o ganjil:
Titik Tengah = banyaknya individu dim seperangkat data + 1
2
o genap:
Titik tengah = banyaknya individu dim seperangkat data
2
Contoh :
Sederetan data yang banyaknya individu adalah genap.
- Kunjungan penderita diare di Puskesmas X (Januari-Desember 1995) adalah
58, 30, 46, 68, 84, 81, 15, 156, 79, 92, 88,96
- Buat urutan kunjungan penderita tersebut dari kecil ke besar atau besar ke
kecil.
30, 46, 58, 68, 79, 81, 84, 88, 92, 96, 156
- Titik tengah : 12 : 2 = 6
- Kunjungan penderita diare dengan urutan ke 6 dan ke 7 adalah 79 dan 80,
maka median adalah :
79+81
——— = 80
2
Median biasanya dipergunakan untuk seperangkat data, dimana terdapat nilai
individu yang ekstrim.

c. Mode (nilai terbanyak).


- Mode merupakan nilai yang paling sering muncul dalam seperangkat data.
- Mode adalah kelas interval yang mempunyai frekwensi kejadian terbesar.
- Mode tidak dapat digunakan dalam perhitunganstatistik yang lebih teliti dan
tepat.
Contoh :
Penimbangan anak balita di Posyandu Z bulan Januari 1996 ada 12 orang dengan

239
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

berat adalah 6 kg; 8 kg; 10 kg; 9 kg; 7 kg; 10 kg, 6 kg; 7 kg; 8 kg; 9 kg; 7 kg; 7
kg; maka Mode berat anak balita adalah 7 kg (karena berat anak balita 7 kg ada 4
kali atau yang terbanyak).

Pengolahan Data
Tujuan pengolahan data adalah untuk mengubah data yang telah dikumpulkan
menjadi informasi yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu.
Sebelum melakukan pengolahan data terlebih dahulu dilakukan :
a. Koreksi data (data editing).
Setiap data yang dikumpulkan atau diterima, diteliti/dicek kebenaran datanya.
Contoh : ada penderita Tetanus Neonatorum pada umur kelompok 1-4 tahun,
jelas hal ini salah. Karenanya perlu dikoreksi atau diperbaiki.
b. Tabulasi data.
Dari data yang telah dikumpulkan/diterima dibuat "Master table" (tabel utama)
yang merupakan kumpulan data dalam kelompok besar sebelum disajikan dalam
grafik atau tabel.
Dari "Master tabel" data kemudian disajikan dalam bentuk tabel sederhana (yang
hanya 1-2 variabel) atau grafik sehingga mudah dipahami.
Pengolahan data dapat dilakukan secara "Manual" (tangan) dan dengan
komputer. Pengolahan data secara "manual" biasanya menggunakan tabel.
Sedangkan pengolahan data dengan komputer perlu beberapa persyaratan antara
lain adanya "coding data", program pengolahan (untuk entri data) sudah tersedia.

Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan secara sederhana antara lain dengan cara
visualisasi dalam bentuk tabel, grafik batang, garis, dan pie (lingkaran), pemetaan
dan sebagainya.
Tujuan penyajian data dalam bentuk grafik antara lain adalah agar pembaca
dapat melihat secara cepat informasi yang ingin disampaikan tanpa harus melihat
tabel, agar menarik dan mengurangi kejenuhan dalam penyajian data/informasi serta
agar pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

240
FKM - UNSRAT

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat penyajian grafik adalah:
- arah dan tujuan analisis data
- ketersediaan data
- ketersediaan alat bantu pembuatan grafik
- ketepatan dalam memilih salah satu grafik yang akan disajikan, karena masing-
masing grafik mempunyai karakteristik informasi tersendiri.
Bentuk penyajian grafik, antara lain :
i. Grafik batang / balok ( bar chart).
Tujuan dari grafik ini adalah :
- melihat kecenderungan data / pengamatan menurut waktu (dimana
sumbu X berisi data waktu dan sumbu Y menunjukkan frekuensi nilai dari
variabel data).
- Membandingkan beberapa pengamatan data menurut tempat dan jenis
atau kategori tertentu.
ii. Grafik lingkaran ( pie chart).
Bentuk penyajian ini adalah penyajian data yang menggambarkan distribusi
dari suatu data. Biasanya grafik lingkaran penyajiannya berbentuk
persentase. Satu lingkaran menggambarkan proporsi 100%, yang terbagi
menjadi komponen-komponennya
iii. Grafik garis.
Bentuk penyajian ini untuk melihat kecenderungan dari waktu ke waktu dalam
suatu pengamatan. Pada sumbu Y dapat berupa angka mutlak, persentase,
rasio dan rate. Sedangkan pada sumbu X berisi data waktu (tahun, bulan dan
minggu atau hari tergantung kepentingan dan tujuan analisisnya).
iv. Grafik Gambar (Pictogram)
Bentuk penyajian ini digunakan untuk menggambarkan suatu visualisasi data
bagi masyarakat yang tidak biasa membaca data. Biasanya gambar yang
digunakan adalah simbol-simbol atau gambar-gambar tertentu, yang masing-
masing simbol menggambarkan jumlah tertentu,
v. Grafik Peta (Cartogram)
Bentuk dari penyajian ini untuk menggambarkan suatu data (absolut)

241
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

berdasarkan letak geografis (peta). Untuk menggambarkan jumlah


kejadian digunakan gambar sebagai simbol.
vi. Grafik Pencar (Scatter diagram)
Grafik ini dipakai untuk menyajikan hubungan (korelasi) antara dua varibel
yang saling berkaitan.
Dalam penyajian data dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) variabel, yaitu
sebagai berikut:
1. Penyajian menurut variabel tempat.
Penyajian ini dapat di buat menurut Desa, Kecamatan, Puskesmas, Posyandu dan
lain-lain.
2. Penyajian menurut variabel waktu .
Penyajian data/informasi dibuat menurut waktu yang dapat disajikan dalam
mingguan, bulanan dan tahunan.
3. Penyajian menurut variabel orang.
Dalam penyajian data menurut variabel orang dapat dikelompokkan lagi menjadi
kelompok umur, jenis kelamin maupun pekerjaannya.
Data yang dimasukkan dalam tabulasi atau visualisasi dapat berupa:
a. Angka absolut
Sebagai contoh :
- Jumlah penderita DHF/DBD per bulan di puskesmas (A) Kabupaten (X),
Tahun 1993 - 1995
Tabel: JUMLAH PENDERTTA DHF/DBD PER BULAN
DI PUSKESMAS (A) KABUPATEN (X) TAHUN 1993 -1995

Sumber:LB1(SP2TP)

242
FKM - UNSRAT

Data absolut tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Di samping itu, data
tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik garis sebagai contoh berikut ini:
Grafik
JUMLAH PENDERTTA DHF/DBD PER BULAN
DI PUSKESMAS (A) KABUPATEN (X) TAHUN 1993 -1995

b. Persentase
Sebagai contoh:
- Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk yang didampingi
tenaga kesehatan per desa selama 2 tahun dalam bentuk tabel yang
kemudian dibuat grafik batang, sehingga pola persamaan di desa dapat
dilihat kecenderungannya.
Tabel: Cakupan Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan Termasuk didampingi tenaga
kesehatan
Di Puskesmas (B), Kodya (S) Tahun 1994 dan 1995

Sumber : Register KIA (SP2TP)

243
243
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Grafik
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan
termasuk di dampingi tenaga kesehatan
di Puskesmas (B) Tahun 1994-1995

Hubungan jumlah kasus Poliomyelitis dan cakupan polio 4, dalam tabel


dan grafik.
Tabel: Jumlah Kasus Poliomyelitis dan Cakupan Polio 4
di Kabupaten (X), Tahun 1991-1995

Sumber data : Hasil pelacakan (FP1), dan LB3 (SP2TP)

Grafik: Poliomyelitis Dan Cakupan Polio 4


di Kabupaten (X), Tahun 1991-1995

244
FKM - UNSRAT

Dari LB 1 khususnya penyakit Rongga Mulut dapat disajikan dalam bentuk


tabel dan grafik sebagai berikut:
Tabel: Persentase Penyakit Rongga Mulut Penderita Rawat Jalan
di Puskesmas di Kabupaten (A), Tahun 1994

Sumber: LB1 (SP2TP)

Grafik: Persentase Penyakit Rongga Mulut


di Kabupaten (A), Tahun 1994

Dari laporan LB3 khususnya Gizi, dapat dibuat tabel dan grafik sebagai
berikut:

245
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Tabel: Cakupan Vit. A pada Anak Balita


di Kodya (A), Tahun 1994 dan 1995

Sumber: LB3 (SP2TP)


Grafik: Cakupan Vit. A pada anak balita
di Kodya (A) Tahun 1994 dan 1995

c. Rasio.
Misal: Rasio bidan di desa terhadap jumlah penduduk sasaran.
Data Rasio bidan di desa per penduduk sasaran (ibu hamil), didapat dari
jumlah bidan di desa dibagi jumlah penduduk sasaran (ibu hamil) di desa
tersebut. Sebagai contoh sebagai berikut:

246
FKM - UNSRAT

Tabel: Rasio Bidan di desa per penduduk sasaran (Ibu hamil)


Puskesmas (S) Kabupaten (A) Tahun 1994

Sumber : Ketenagaan Puskesmas (SP2TP)

Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata di Puskesmas (S) 1 (satu) bidan di
desa melayani sekitar 40 ibu hamil.

Pemanfaatan Data
Semua data dasar, data sumber daya dan kegiatan dicatat di Puskesmas,
sedangkan pelaporannya (LB1, LB2, LB3, LB4, LT1, LT2 dan LT3) yang dikirim ke
Kota/Kabupaten disesuaikan dengan kebutuhan informasi di tingkat Kota/Kabupaten,
Propinsi dan Pusat.
Dengan demikian hasil pencatatan kegiatan yang relatif lengkap tersebut dapat
digunakan sebagai data sekunder bagi Facility Based Survey.
Pemanfaatan data SP2TP harus dikaitkan dengan prioritas nasional, kesepakatan
global, keterpaduan lintas program dan sektor terkait, masalah penyakit yang berpotensi
KLB/Wabah serta efektivitas pelayanan.

A. Umum.
Informasi yang diperoleh dari pengolahan data SP2TP dapat dipergunakan atau
dimanfaatkan untuk:
1. Pemantauan.
Pemantauan diperlukan untuk mengambil tindakan perbaikan segera dan yang
paling penting untuk dilakukan di tingkat Puskesmas.

247
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambaran kesenjangan pelayanan kesehatan dapat diketahui dengan cara


membandingkan cakupan hasil pelayanan dengan target/norma yang telah
ditetapkan, misalnya:
- Cakupan imunisasi DPT3 tahun 1995 (Januari s/d Desember 1995) di
Puskesmas A mencapai 65 %. Target DPT3 di Puskesmas A 80 %. Dari data
tersebut terlihat adanya kesenjangan antara cakupan yang seharusnya
dicapai dengan kenyataan.
- Adanya kesenjangan antara jenis pelayanan juga menggambarkan adanya
"missed opportunity", misalnya kunjungan K4 mencapai 75% sedangkan
cakupan TT2 bumil hanya 60%.
- Dalam melihat kesenjangan pelayanan kesehatan dapat pula dibandingkan
dengan norma atau target untuk tingkat Kota/Kabupaten, Propinsi bahkan
Nasional.
2. Penilaian atau evaluasi
Apabila pemantauan dilakukan pada saat kegiatan dalam fase pelaksanaan dan
biasa dilakukan secara periodik, maka penilaian dilakukan setelah kegiatan selesai
dilaksanakan.
Dalam pemantauan diamati masukan, proses dan kefuaran dari suatu kegiatan.
Sedangkan penilaian melihat dampak dari kegiatan termaksud. Hasil penilaian
tidak dapat digunakan untuk segera mengambil tindakan perbaikan, tetapi harus
melalui perencanaan kembali.
Misalnya dalam kegiatan pemberantasan malaria.
Pemantauan mengamati:
a. Masukan, yaitu tenaga penyemprot, insektisida, spraycan dan lain
sebagainya.
b. Proses, bagaimana penyemprotan rumah dilakukan.
c. Keluarannya adalah jumlah rumah yang disemprot.
Penilaian akan melihat Annual Parasite Incidene (API) atau Parasite Rate (PR).
3. Mendeteksi Kemungkinan terjadinya wabah / kejadian luar biasa.
Penyakit yang harus diwaspadai kemungkinannya menjadi wabah adalah diare,
demam berdarah dengue (DBD ), campak dan malaria.

248
FKM - UNSRAT

Dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya wabah perlu dilakukan pemantauan


harian atau mingguan. Data yang dicatat dalam Register kunjungan, Register
Rawat Inap dan beberapa register penyakit menular dapat dimanfaatkan sebagai
sumber data/informasi.
Pemanfaatan data dalam Manajemen Kesehatan di Puskesmas adalah :
1. Pemanfaatan data untuk PI (Perencanaan) Tingkat Puskesmas.
a. Perencanaan di tingkat Puskesmas meliputi:
- Perencanaan awal berupa usulan kegiatan Puskesmas, kebutuhan obat-
obatan, dan kebutuhan sumber daya (sarana, tenaga dan dana) sesuai
dengan masalah dan kondisi setempat yang akan dilaksanakan untuk tahun
anggaran berikut. Dalam menyusun perencanaan ini data SP2TP dan informasi
lain yang diperlukan antara lain:
i. Data dasar seperti: vital statistik, sasaran kegiatan pokok puskesmas,
sarana, dan informasi umum lainnya yang mendukung upaya kesehatan.
ii. Data pola penyakit dan distribusi penyakit menurut tempat, waktu dan
orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan sebagainya) dari kartu
individu, register dan laporan LB1.
iii. Data permintaan dan pemakaian obat-obatan dari laporan LB2.
iv. Data cakupan kegiatan yang dihitung dari hasil kegiatan pokok Puskesmas
bersumber dari Laporan LB3 dan LB4,
- Perencanaan pelaksanaan kegiatan (POA), dibuat setelah alokasi dana
diterima oleh Puskesmas. Penyusunan POA disesuaikan dengan hasil kegiatan
pokok Puskesmas dan kondisi tenaga serta wilayah kerjanya.
- Perencanaan kegiatan bulanan, dibuat setelah pembuatan POA dengan
maksud, pembagian kerja/tugas dari setiap staf pada bulan dimaksud yang
didasari oleh hasil kegiatan bulan lalu.
2. Pemanfaatan data untuk penggerakan pelaksanaan (P2).
Lokakarya Mini bulanan yang dihadiri seluruh staf Puskesmas, membahas hasil
kegiatan bulan lalu, baik yang merupakan keberhasilan maupun yang merupakan
masalah/hambatan dengan maksud mencari penyebab hambatan dan rencana
tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan Lokakarya Mini tribulan melibatkan lintas

249
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

sektor tingkat kecamatan, berdasar hasil kegiatan tribulan dan informasi lainnya
disajikan untuk dibahas termasuk untuk ditindaklanjuti oleh yang berkepentingan.
3. Pemanfaatan data untuk pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3).
Untuk Stratifikasi, digunakan data hasil kegiatan tahunan dan hasil olahan SP2TP
termasuk pula informasi lainnya yang diperlukan. Stratifikasi adalah merupakan alat
evaluasi Puskesmas, dimana dalam Stratifikasi hasil kegiatan pokok Puskesmas
selama 1 (satu) tahun kalender dihitung dan dibandingkan dengan indikator yang
ada, sehingga diketahui tingkat/strata Puskesmas tersebut.
Data dari LB-3 dan LB-4 juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk penyusunan
laporan Triwulanan Proyek, khususnya Bagian Proyek PPKM di Kota/Kabupaten ( form
B. 1 .a). Data termaksud misalnya jumlah bumil risti yang ditangani, jumlah
persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah keluarga berisiko yang dibina.

B. Khusus
Pemanfaatan data SP2TP sebagaimana pada ruang lingkup yaitu kartu individu,
register, laporan bulanan dan tahunan adalah sebagai berikut:
1. Data yang terdapat pada kartu individu dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan
informasi mengenai:
- Kelengkapan pelayanan kepada klien.
- Rencana follow-up kasus dan penderita.
- Sebagai dasar untuk merujuk pasien.
- Sumber informasi bagi program dan sektor terkait lain.
- Alat untuk sistim isyarat dini adanya KLB/Wabah dan intervensi
penyakit/keadaan tertentu.
2. Data yang tercantum dalam Kartu Indeks Penyakit dapat dimanfaatkan untuk:
- Alat untuk sistim isyarat dini adanya KLB/Wabah dan intervensi
penyakit/keadaan tertentu.
- Sebagai alat memantau kejadian penyakit di suatu lokasi.
3. Data yang tercantum dalam register dapat dimanfaatkan untuk melihat:
- Jumlah kunjungan kasus: meningkat, menurun atau tetap.
- Menilai kelengkapan pelayanan kepada klien.

250
FKM - UNSRAT

- Rencana follow-up kasus.


- Sumber informasi bagi program dan sektor terkait lain.
- Mengetahui hasil pelayanan di masing-masing wilayah/desa
4. Data yang tercantum dalam register kohort dapat dimanfaatkan untuk:
- Menilai kelengkapan pelayanan.
- Menilai keterpaduan pelayanan.
- Memantau kesinambungan pelayanan yang diterima klien.
- Rencana follow-up kasus.
- Sumber informasi bagi program dan sektor terkait lain.
5. Data yang tercantum dalam LB1 dapat dimanfaatkan untuk:
- Gambaran pola penyakit di tingkat pelayanan kesehatan
- Gambaran mengenai distribusi penyakit menumt kelompok umur.
- Gambaran pola musiman penyakit.
- Gambaran pola minimal dan maksimal kesakitan suatu penyakit 5
tahunan.
- Kecenderungan penyakit tertentu.
- Sebagai sumber informasi untuk perencanaan, intervensi dan tindak
lanjut kasus.
- Perencanaan obat.
6. Data yang tercantum dalam LB2 dapat dimanfaatkan untuk:
- Mengendalikan tingkat stok obat.
- Perencanaan distribusi obat.
- Gambaran 10 jenis obat yang paling sering digunakan sebagai bahan
evaluasi penggunaan obat secara rasional dikaitkan dengan pola 10
penyakit terbesar.
- Merencanakan kebutuhan obat dalam setahun
7. Data yang tercantum dalam LB3 dapat dimanfaatkan untuk:
- Penghitungan cakupan program Gizi, KIA, Imunisasi dan pengamatan
penyakit menular.
- Rencana tindak lanjut program terhadap kematian maternal, kematian
neonatal. BBLR, BGM, LILA WUS < 23,5 cm, AFP, tetanus neonatorum,

251
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

demam berdarah dengue.


- Kesenjangan cakupan terhadap target.
- Melihat dropout dan missed opportunity baik program yang
bersangkutan maupun keterkaitannya dengan program lain.
8. Data yang tercantum dalam LB4 dapat dimanfaatkan untuk:
- Mengetahui jangkauan program Perkesmas, UKS, penyuluhan
kesehatan masyarakat, kesehatan olah raga, kesehatan gigi dan
kesehatan lingkungan.
- Rencana tindak lanjut program terhadap risiko pencemaran air bersih,
keluarga dengan penderita TB, kusta, tetanus neonatorum, BBLR.
- Mengetahui jangkauan pelayanan dan pemanfaatan Puskesmas,
Puskesmas dengan rawat inap, sarana laboratorium.
9. Data yang tercantum dalam LT1 dapat dimanfaatkan untuk:
- Sebagai denominator / penyebut dalam penghitungan dan pengolahan
data seperti: jumlah penduduk, jumlah keluarga, jumlah desa, jumlah
rumah, jumlah sekolah, dan sebagainya.
- Gambaran mengenai ketersediaan sarana dan fasilitas pelayanan.
- Gambaran mengenai peran serta masyarakat seperti: jumlah posyandu,
polindes, pos kesehatan pesantren, pos UKK, dukun bayi, kader, dan
sebagainya.
10. Data Kepegawaian (LT2) dimanfaatkan di Kota/Kabupaten untuk pengelolaan
ketenagaan Puskesmas.
11. Data laporan Ketersediaan dan Permintaan peralatan puskesmas (LT3)
dimanfaatkan untuk:
- Mengetahui jumlah total alat Puskesmas yang dirinci menurut fasilitas
pelayanan di Puskesmas/Puskesmas rawat inap, Puskesmas Pembantu
dan bidan di desa.
- Untuk mengetahui kebutuhan dasar alat yang diperlukan di Puskesmas
dan jumlah permintaan alat yang diajukan ke Kota/Kabupaten.
- Untuk mengetahui penerimaan alat di Puskesmas.

252
FKM - UNSRAT

Alternatif Tindak Lanjut


Dari hasil interpretasi dan pemanfaatan seperti diuraikan data di atas, dapat
diperoleh berbagai informasi penting bagi program yang sangat bermanfaat untuk
menentukan alternatif pemecahan masalah dan tindak lanjut, seperti:
1. Perbaikan input.
a. Pengerahan atau realokasi sumber daya seperti tenaga pelaksana pelayanan,
sarana pelayanan (obat-obatan, vaksin), dan biaya operasional puskesmas.
b. Perbaikan manajemen upaya kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar
dan tingkat Kota/Kabupaten seperti peningkatan kemampuan petugas,
dukungan politis, dukungan peraturan/perundang-undangan, dan sebagainya.
2. Perbaikan proses pelaksanaan kegiatan.
a. Perbaikan manajemen yang meliputi metodologi seperti pendekatan risiko,
keterpaduan pelaksanaan.
b. Peningkatan pembinaan dan supervisi.
c. Perbaikan pencatatan dan pelaporan kegiatan.
Contoh:
Hasil Interpretasi Imunisasi DPT-1

Catatan:
- K = kurang
- B = baik
- J = jelek
Setelah dilakukan interpretasi maka terlihat status dan masing-masing desa dan
untuk masing-masing desa. Berdasarkan hasil interpretasi tersebut maka ditentukan
alternatif tindakan sebagai berikut:

253
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

1. Bagi desa yang mempunyai status baik atau cukup, pola penyelenggaraan perlu
diteruskan, mungkin diperlukan beberapa penyesnaian atau peningkatan tertentu.
2. Bagi desa yang mempunyai status kurang atau terutama yang jelek diperlukan
analisa penyebab masalah, sehingga altematif tindak lanjut dapat terfokus untuk
menghilangkan penyebab masalah tersebut.
Setiap keputusan untuk tindak lanjut hams dijabarkan dalam bentuk rencana
operasional jangka pendek (1-3 bulan) sesuai dengan keadaan masalah dan
keadaan daerah (area spesifik) rencana operasional tersebut meliputi :
a. Intervensi dan kegiatan teknis termasuk penyediaan logistik yang
perlu dibicarakan dalam Lokakarya Mini Puskesmas.
b. Intervensi dan kegiatan non teknis yang perlu konsultasi dengan camat,
Tim Penggerak PKK Kecamatan dan pertemuan koordinasi tingkat
Kecamatan.

254
FKM - UNSRAT
BAB

1
2
S
i
s
P t
e
m

I
n
f
o
r
m
255
a r
s a
i p
a
G n
e n
o y
g a
r enggunaan Sistem

a Informasi Geografi
(SIG) meningkat tajam
f sejak tahun 1980- an.

i Peningkatan pemakaian
sistem ini terjadi di
s kalangan pemerintah,
militer, akademis, atau
bisnis terutama di
d negara-negara maju.

a
Perkembangan
teknologi

n digital sangat besar


peranannya dalam
perkembangan penggunaan

P SIG dalam berbagai bidang.


Hal ini dikarenakan teknologi
e SIG banyak mendasarkan pada

n teknologi digital ini sebagai alat


analisis.
e Sebelum membahas

255
p fi (SIG) lebih dalam, ada
e baiknya bila terlebih dahulu
r memahami makna, manfaat,
m dan peran SIG dalam
a penyelesaian permasalahan.
s Siapakah sebenamya yang
al dapat terbantu oleh adanya
a teknologi SIG ini? Apa
h kelebihan-kelebihan yang
a diperoleh dengan menguasai
n teknologi SIG? Bagaimana
t operasionalisasi dari teknologi
e tersebut agar mendapatkan
k hasil yang efektif dan efisien?
ni Pertanyaan-pertanyaan
s tersebut kiranya dapat menjadi
Si dasar pemahaman dalam
st usaha penguasaan teknologi
e SIG ini.
m
I
n Konsep Dasar Sistem
f Informasi Geografis
o (SIG)
r
Pengertian
m
a Seperti tergambar dari

si namanya, SIG merupakan

G sebuah sistem yang saling

e berangkaian satu dengan yang

o lain. BAKOSURTANAL

g menjabarkan SIG sebagai

r kumpulan yang terorganisir

a dari perangkat keras komputer,


perangkat lunak, data geografi,
255
d , menyimpan, memperbaiki,
a memanipulasi,
n

p
e
r
s
o
n
el
y
a
n
g
di
d
e
s
ai
n
u
n
t
u
k
m
e
m
p
e
r
ol
e
h

255
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang berreferensi geografi.


Dengan demikian, basis analisis dan SIG adalah data spasial dalam bentuk digital yang
diperoleh melalui data satelit atau data lain terdigitasi. Analisis SIG memerlukan tenaga
ahli sebagai interpreter, perangkat keras komputer, dan software pendukung.

Gambar 12.1 Pola Keterkaitan GIS


Pranoto mengartikan Sistem informasi geografis (SIG) sebagai suatu komponen
yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumber daya
manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan,
memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan,
menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Pranoto,
2001).
Secara definisi SIG adalah suatu perangkat untuk mengumpulkan, menyimpan,
menampilkan dan mengkorelasikan data spasial dari fenomena geografis untuk dianalisis
dan hasilnya dikomunikasikan kepada pemakai data bagi keperluan pengambilan
keputusan.

Manfaat SIG

Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia sebagai
ahli dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak /keras) maupun objek permasalahan.
SIG adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk
melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak
komputer untuk melakukan pengolahan data seperti:
1. Perolehan dan verifikasi

256
FKM - UNSRAT

2. Kompilasi
3. Penyimpanan
4. Pembaruan dan perubahan
5. Manajemen dan pertukaran
6. Manipulasi
7. Penyajian
8. Analisis
Pemanfaatan SIG secara terpadu dalam sistem pengolahan citra digital adalah
untuk memperbaiki hasil klasifikasi. Dengan demikian, peranan teknologi SIG dapat
diterapkan pada operasionalisasi penginderaan jauh satelit. Pengembangan teknologi
penginderaan jauh satelit dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 12.2 GIS dalam sistem digital satelit

Mengingat sumber data sebagian besar berasal dari data penginderaan jauh baik
satelit maupun terrestrial terdigitasi, maka teknologi sistem informasi geografi (SIG) erat
kaitannya dengan teknologi penginderaan jauh. Namun demikian, penginderaan jauh
bukanlah satu-satunya ilmu pendukung bagi sistem ini.
Sumber data lain berasal dari hasil survei terrestrial (uji lapangan) dan data-data
sekunder lain seperti sensus, catatan, dan laporan yang terpercaya. Secara diagram hal
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

257
257
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambar 12.3 Sistem kerja SIG

Data spasial dari penginderaan jauh dan survei terestrial tersimpan dalam basis
data yang memanfaatkan teknologi komputer digital untuk pengelolaan dan pengambilan
keputusannya.
Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital
yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam data peta
digital yang menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data, dan
hubungan antar item data. Kerincian data dalam SIG ditentukan oleh besamya satuan
pemetaan terkecil yang dihimpun dalam basis data. Dalam bahasa pemetaan kerincian itu
tergantung dari skala peta dan dasar acuan geografis yang disebut sebagai peta dasar.

Memperoleh Data SIG

Data Sistem Informasi Geografi berupa data digital yang berformat raster dan
vektor. Vektor menyimpan data digital dalam bentuk rangkaian koordinat (x,y). Titik
disimpan sebagai sepasang angka koordinat dan poligon sebagai rangkaian koordinat
yang membentuk garis tertutup. Raster menyatakan data grafis dalam bentuk rangkaian
bujursangkar yang disimpan sebagai pasangan angka menyatakan baris dan kolom dalam
suatu matriks.
Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau data foto udara digital serta
foto udara yang terdigitasi (scanning). Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi.
Masing-masing sumber data tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, terutama pada
keincian dan keluasan data yang dapat diperoleh. Dengan demikian, pemanfaatan kedua

258
FKM - UNSRAT

jenis data tersebut secara saling melengkapi sangatlah menguntungkan.


Metode digitasi dapat dilakukan secara manual dengan alat digitizer atau
menggunakan perangkat lunak dengan teknik digitasi on screen. Perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk digitasi ini misalnya AutaCAD, R2V dan lain-lain.
Perangkat keras lain sebagai alat bantu digitasi adalah scanner. Scanner akan
mengubah gambar analog (gambar pada selembar kertas) menjadi data digital elektronik
yang dapat direkam pada media magnetik seperti disk, CD dan lain-lain.
Ada sedikitnya lima metode perolehan data digital yang dikenal saat ini yaitu:
1. Digitasi peta-peta yang ada dengan menggunakan digitizer
2. Scanning peta
3. Produksi peta foto digital
4. Masukan manual dari koordinat terkomputasi dan perhitungan
5. Transfer dari sumber data digital

Pengolahan Data SIG

SIG dengan kemampuan mempunyai karakteristik sebagai perangkat pengelola


basis data (database management system-DBMS) seperti yang telah diuraikan di atas,
juga sebagai perangkat analisis keruangan ( spatial analysis) serta merupakan proses
komunikasi untuk pengambilan keputusan. Adapun dalam hal kemampuan fungsi analisis
spasial terdiri (Prahasta, 2002):
a. Klasifikasi (reclassify)
Fungsi analisis untuk mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan kembali suatu data
spasial atau atribut menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria
tertentu. Misalnya data ketinggian suatu wilayah, kepadatan penduduk yang dapat
digolongkan dalam interval tertentu..
b. Jaringan (Network)
Yaitu fungsi analisis yang merujuk data spasial titik-titik (point) atau garis-garis
(lines) sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan, fungsi ini dapat menghitung
jarak antara satu titik dengan titik lainnya. Biasanya digunakan dalam bidang
transportasi, saluran pipa air minum, saluran pembuangan.

259
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

c. Overlay
Yaitu suatu fungsi analisis yang menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data
spasial yang menjadi masukannya. Misalnya hubungan distribusi jumlah penderita
kusta dengan tingkat kepadatan penduduk.
d. Buffering
Yaitu suatu fungsi analisis yang menghasilkan data spasial baru yang berbentuk
poligon atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya.
Data spasial titik menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran
yang mengelilingi titik-titik pusatnya, misalnya seperti untuk mengetahui jarak
jangkauan pelayanan dari sarana pelayanan kesehatan.
SIG dengan pendekatan analisis keruangan ( spatial analysis) akan dapat
mengetahui pemencaran, penjalaran atau penyebaran suatu penyakit yang dikemukakan
dalam teori difusi (Bintarto, 1991), yaitu:
a. Difusi Ekspansi (expansion diffusion)
Yaitu suatu proses dimana informasi, material dan sebagainya menjalar melalui suatu
populasi dari suatu daerah ke daerah yang lain. Difusi ekspansi ada dua jenis, yaitu
1) difusi menjalar (contagious diffusion) dimana proses menjalarnya terjadi dengan
kontak yang langsung antar manusia atau antar daerah, misalnya menjalarnya
penyakit melalui kontak antar manusia, 2) difusi kaskade ( cascade diffusion) adalah
proses penjalaran atau penyebaran fenomena melalui beberapa tingkat atau hirarki.
b. Difusi Penampungan (relocation diffusion)
Yaitu merupakan proses informasi, material dan sebagainya yang didifusikan
meninggalkan daerah yang lama dan berpindah atau ditampung didaerah yang baru.
Misalnya seperti perpindahan epidemi dari suatu populasi ke populasi yang lain.
Unsur-unsur dalam proses difusi adalah 1) daerah atau area atau lingkungan
dimana proses difusi terjadi, 2) waktu ( time) dimana difusi dapat terjadi terus menerus
atau dalam waktu yang terpisah-pisah, dan 3) item yang dapat berbentuk material
seperti penduduk dan non material seperti penyakit (Bintarto, 1991)

260
FKM - UNSRAT

Penggunaan SIG dalam Kesehatan Masyarakat


Aplikasi SIG di bidang kesehatan merupakan penyediaan data atribut dan spasial
yang menggambarkan distribusi atau pola spasial penyebaran penderita suatu penyakit,
pola atau model penyebaran penyakit, distribusi unit-unit pelayanan kesehatan maupun
jumlah tenaga medis berikut fasilitas-fasilitas pendukungnya (Prahasta, 2002). Sebagian
besar data pada sistem informasi kesehatan merupakan data spasial dimana data
tersebut melekat pada area spesifik, seperti cakupan area puskesmas atau dinas
kesehatan atau pada titik geografis seperti letak rumah sakit, desa dan apotik, yang
diistilahkan sebagai georeferens.
Dalam bidang kesehatan masyarakat SIG berperan penting dalam hal:
a. Komunikasi data, yaitu SIG merupakan salah satu bentuk penyajian yang efektif dan
efisien dalam menjelaskan suatu masalah kesehatan kepada praktisi kesehatan,
pengambilan keputusan dan instansi terkait.
b. Analisis data, yaitu sebagian besar data kesehatan berupa data spasial sehingga
dapat dianalisis dengan menggunakan SIG.
c. Pengambilan keputusan, yaitu dari komunikasi data dan analisis data dapat dikatakan
SIG sangat baik dalam proses pengambilan keputusan.
d. Kerjasama lintas sektor, yaitu data SIG merupakan platform yang baku dalam
menyajikan informasi dari seluruh sektor, seperti : pendidikan, ekonomi, infrastruktur,
pertanian sehingga memberi peluang untuk membagi data antara sektor dan
kerjasama antar sektor.
Informasi lain yang penting bagi program kesehatan masyarakat, seperti
fasilitas kesehatan, sekolah, tempat perindukan nyamuk serta data epidemiologis
dapat pula ditambahkan. Sumber daya kesehatan, penyakit tertentu dan kejadian
kesehatan lain dapat dipetakan menurut lingkungan sekeliling dan
infrastrukturnya. Informasi semacam ini ketika dipetakan sekaligus akan menjadi
suatu alat yang amat berguna untuk memetakan risiko penyakit, identifikasi pola
distribusi penyakit, memantau surveilans dan kegiatan penanggulangan penyakit,
mengevaluasi aksesibilitas ke fasilitas kesehatan dan memprakirakan perjangkitan
wabah penyakit (Depkes, Ditjen P2M & PL, tanpa tahun).

261
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

SIG menggunakan ArcView GIS


Arc View merupakan sebuah software pengolah data spasial. Software ini memiliki
berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. Arc
View memiliki kemampuan dalam pengolahan atau editing, menerima atau konversi dari
data digital lain seperd CAD, atau dihubungkan dengan data image seperti format .JPG,
.TIFF, atau image gerak.

Memulai ArcView

Untuk memulai penggunaan software Arc View, panggil program ini dari start
menu.

 Klik Start
 Pilih Program
 Pilih ESRI
 Pilih ArcView GIS
Cara lain adalah dengan klik ganda pada shortcut Arc View di desktop.
Selanjutnya Arc View akan menanyakan membuat proyek baru atau
memanggil yang sudah ada. Pembuatan proyek baru dilakukan dengan
memilih opsi With a New View. Jika telah terdapat proyek yang akan diolah lebih lanjut
pilih Open an Existing Project. Hasil pengolahan data spasial dalam Arc View disimpan
dalam sebuah proyek dengan ekstensi APR.

Gambar 12.4 Jendela pembuka Arc View


Pemilihan pembuatan proyek baru akan membuka Arc View dengan isi proyek

262
262
FKM - UNSRAT

kosong. Isi proyek terdiri dari View, Tabel, Grafik, Layout, dan Script.

Gambar 12.5 Desktop Arc View


Seluruh isi dan proyek tersebut saling terkait. Namun, masing-masing isi memiliki
fungsi dan peran yang berbeda. Berikut disajikan fungsi isi dari masing-masing isi proyek:
1. View (view)
View berfungsi untuk mempersiapkan data spasial dari peta yang akan dibuat
atau diolah. Dari view ini dapat dilakukan input data dengan digitasi atau pengolahan
(editing) data spasial. View dapat menerima image dari format .jpg, CAD, Arc Info, atau
software pengolah data spasial lain. View juga dapat menerima data atau citra satelit.

Gambar 12.6 View data spasial

263
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

2. Tabel (table)
Tabel merupakan data atribut dari data spasial. Data atribut ini digunakan sebagai
dasar analisis dari data spasial tersebut. ArcView dapat membentuk jaringan basis data
dengan menggunakan fasilitas tabel ini. Arc View dapat menerima tabel dari basis data
lain seperti dBase III, dBase IV, atau INFO.
Hubungan relasional dapat dilakukan sehingga memudahkan analisis spasialnya.
Hubungan yang terbentuk ini memungkinkan pengguna data untuk mengambil dari
berbagai sumber data yang berupa tabel, teks, peta, atau gambar.

Gambar 12.7 Tabel atribut data spasial

3. Grafik (chart)
Grafik merupakan alat penyaji data yang efektif. Dengan menggunakan grafik ini,
ArcView dapat digunakan sebagai alat analisis yang baik terhadap sebuah fenomena. Arc
View memiliki variasi grafik yang beraneka ragam. Masing-masing grafik tersebut
memiliki sifat atau karakteristik terhadap tipe data yang disajikan. Grafik terhubung
dengan data atribut tabel yang berupa data numerik.

264
FKM - UNSRAT

Gambar 12.8 Grafik

4. Layout (layout)
Layout merupakan tempat mengatur tata letak dan rancangan dari peta akhir.
Penambahan berbagai simbol, label dan atribut peta lain dapat dilakukan pada Layout.

Gambar 12.9 Layout akhirpeta

5. Script (script)
Script adalah makro dalam Arc View. Dengan makro ini kemampuan Arc View
dapat diperluas dengan membuat sebuah program aplikasi yang nantinya dapat di Add
Ins pada Arc View. Program aplikasi yang dapat dibuat dengan script ini, misalnya

265
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

otomasi analisis data spasial dan lain-lain.

Arc View dapat menerima berbagai macam sumber data yang selanjutnya akan
diolah. Secara langsung ArcView dapat menerima data vektor yang berasal dari software
Arc Info. Data vektor olahan ini dapat lebih jauh diolah atau langsung disajikan dalam
layout.
Sumber-sumber data lain adalah data yang berasal dari:
- Citra satelit dengan format BSQ, BIL, BIP
- Data raster dengan format BMP, JPG, TIFF
- Data ERDAS
- Data tabular dari Arc Info, dBase

Digitasi Data Spasial

Input data spasial sering disebut dengan digitasi. ArcView memiliki kemampuan
untuk melakukan digitasi. Data hasil digitasi yang berasal dari proses input data disimpan
dalam sebuah Theme yang selanjutnya dapat diolah atau ditransfer ke software lain
untuk pengolahan lebih lanjut.

Mempersiapkan View
Untuk melakukan input data, view harus terlebih dahulu dipersiapkan dengan
cara:
 Pilih View pada jendela Project seperti di bawah ini, kemudian klik New.

Gambar 12.10 Project Window

266
FKM - UNSRAT

 ArcView akan menampilkan sebuah jendela View baru yang kosong.


View

Gambar 12.11 Jendela Project dengan sebuah View baru


Jendela view, seperti ditunjukkan pada sebelah kanan, merupakan area untuk
membuat sebuah proyek. Data spasial seperti peta atau image akan ditampilkan pada
jendela tersebut. Beberapa bagian dari view dapat dilihat pada gambar di atas.

Memperluas Format Sumber Data


Arc View dapat menerima data digitasi dari perangkat digitizer yang terinstal. Di
samping itu, Arc View dapat menerima sumber data dari berbagai data digital dengan
berbagai sistem kompresi seperti JPEG dan TIFF.
Sumber data dapat berasal dari berbagai software GIS lain seperti Arc Info, atau
software rancang bangun seperti Auto CAD. Berikut ini contoh langkah untuk
memperluas ekstensi ArcView dalam menerima sumber data lain.
 Dari menu pilih File
 Pilih Extension ...
 Arc View akan memunculkan window berikut:

267
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambar 12.12 Extension dalam sub menu File untuk memperluas format
sumber data

Gambar 12.13 Jendela pilihan format Extension


 Turunkan scrollbar untuk mencari format JPEG, beri tanda cek dengan cara mengklik
pada pilihan format JPEG tersebut.
 Klik OK
Setelah proses tersebut selesai. ArcView dapat menerima data berformat JPEG
sebagai sumber data baru.

Memasukkan Sumber Data


Sumber data yang akan dimasukkan ke dalam sebuah proyek ArcView akan
dianggap sebagai sebuah Theme baru. Theme merupakan serangkaian kenampakan
geografi dalam sebuah view. Sebuah theme sebaiknya hanya berisi satu macam tema
data. Misalnya, sebuah theme berisi data tentang peta dasar, jaringan jalan, jaringan
sungai, bentuk lahan, penutup lahan, dan lain-lain.
Setiap theme yang dibuat dapat diaktifkan atau tidak diaktifkan dari view,

268
FKM - UNSRAT

sehingga isi dari theme tersebut akan tampak pada view atau tidak tampak. Theme aktif
akan tampak pada view dengan urutan susunan yang sesuai dengan urutan menurun
theme pada daftar isi (table of content). Theme aktif ditandai dengan kesan menonjol
pada theme tersebut.
Sebuah view dapat menampung beberapa buah theme. Susunan theme dapat
diatur atau dipindahkan dengan menarik theme tersebut ke atas atau ke bawah. View
akan menampilkan beberapa buah theme yang bertipe point dan arc secara bersama-
sama dengan sebuah theme bertipe poligon. Namun jika terdapat beberapa theme yang
bertipe poligon, view hanya menampilkan theme yang susunannya paling atas. Dengan
demikian, ada baiknya jika akan menampilkan beberapa theme sekaligus, munculkan
theme yang bertipe poligon pada urutan yang paling bawah atau pertama kali dibuka.
Untuk membuat sebuah theme baru, lakukan dengan cara sebagai berikut:
 Dari menu utama pilih View, kemudian akan muncul sub menu berikut:

Gambar 12.14 Sub Menu View


 Pilih Add Theme
 Selanjutnya akan muncul jendela seperti berikut:

Gambar 12.15 Window Add Theme


 Carilah sumber data yang akan dimasukkan sebagai theme baru

269
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

 Setelah memilih sebuah sumber data, Klik OK


 ArcView akan menampilkan sebuah theme baru pada view.

Gambar 12.16 View dengan sebuah sumber data asal Auto CAD
 Aktifkan theme tersebut dengan mengklik kotak kecil di depan nama theme
 Gambar akan dimunculkan pada view sebelah kanan

Digitasi
Untuk memulai digitasi harus dibuat sebuah theme baru, disamping theme yang
sudah ada yang berisi data peta dasar. Theme baru ini akan diisi dengan data digitasi
yang didasarkan pada peta dasar pada theme yang lain. Hasil digitasi ini tidak akan rancu
atau bercampur pada peta dasar. Ingat, hasil digitasi ini berada pada sebuah theme yang
lain. Kita dapat bayangkan, theme tempat digitasi adalah sebuah plastik transparansi di
atas peta dasar.
Masing-masing theme hendaklah diisi dengan jenis coverage yang sejenis.
Misalnya, theme yang akan berisi jaringan jalan jangan dicampur dengan mendigitasi
coverage jaringan sungai. Kesalahan lokasi penyimpanan hasil digitasi akan
menyebabkan kerancuan dalam pengolahan data selanjutnya.
Tentukan terlebih dahulu tipe feature yang sesuai dengan coverage yang akan
didigitasi. Misalkan untuk mendigitasi sebuah coverage jalan, dipilih tipe feature line;
untuk coverage area, dipilih tipe feature polygon; sedangkan untuk coverage titik seperti
kota, gunung, dan tain-lain, dipilih tipe feature point.

270
FKM - UNSRAT

1. Menentukan Tipe Feature Digitasi


Langkah memulai digitasi dilakukan dengan menentukan tipe feature digitasi
sebagai berikut:
 Pilih View dari menu utama
 Pilih New Theme dari submenu view

Gambar 12.17 Jendela Tipe Feature


 Dari jendela New Theme pilihlah jenis feature yang dibutuhkan. Sebagai contoh,
untuk membuat garis pantai dipilih tipe Line.
 Klik OK
 Akan muncul jendela seperti di bawah ini:

Gambar 12.18 Jendela Lokasi Penyimpanan Thema Baru


 Beri nama pada File Name karena masing-masing theme ini akan disimpan sebagai
sebuah file baru dengan ekstensi .shp. Letakkan data digitasi Anda pada lokasi yang
benar.
Perhatikan, pada daftar isi terdapat sebuah theme baru bertanda cek. Pada button theme
terdapat sebuah kotak kecil terputus-putus. Hal ini berarti theme tersebut aktif dan siap
dilakukan editing baik berupa penambahan, perubahan, pengurangan, dan lain-lain.

271
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambar 12.19 Table Of Content Project

2. Digitasi Coverage Garis

Pada baris icon terdapat button draw line yang berfungsi untuk
menggambarkan sebuah line baru pada view yang dibuat. Saat button draw line aktif,
pointer pada view berubah menjadi tanda +. Klik sekali pada ujung garis yang akan
dibuat. Klik sekali pada tiap vertek (titik) yang merupakan sebuah belokan atau
lengkungan. Klik ganda untuk mengakhiri garis yang dibuat.

Button line lain yang dapat digunakan adalah draw line to split feature
Dengan ikon ini, setiap garis melewati garis lain yang melintang akan dianggap sebagai
objek baru. Objek garis baru yang terbentuk dapat diedit secara terpisah dari objek garis
sebelumnya.
Objek garis yang tergambar terakhir pada view dianggap sebagai sebuah objek
baru yang terpisah dengan objek-objek lain. Masing-masing objek ditandai oleh 8 titik di
sekeliling objek tersebut.
Berlatihlah melakukan digitasi dengan menggambarkan sebuah coverage.
Misalnya, garis pantai ataujalan.
Berikut adalah beberapa icon yang dapat digunakan untuk membantu digitasi:
Pointer : penunjuk objek aktif. Objek yang akan diedit harus aktif.

Zoom in : untuk membesar gambar tampilan pada view. Perbesaran


Dapat dilakukan dengan mengklik pada posisi gambar yang
akan diperbesar. Perbesaran juga dapat dilakukan dengan
memilih lokasi atau membuat rectangle pada lokasi yang

272
FKM - UNSRAT

akan diperbesar.
Zoom out : untuk memperkecil gambar tampilan pada view. Cara yang
sama dapat dilakukan seperti pada perbesaran gambar

Pan : untuk menggeser tampilan gambar pada view. Pergeseran


dilakukan dengan menekan tombol kiri mouse dan geser ke
arah yang diinginkan (drag).

Gambar 12.20 Digitasi dengan menggunakan Draw Line


Hasil digitasi dianggap sebagai sebuah objek dengan dicirikan oleh munculnya
titik di sekitar objek tersebut. Seluruh garis pada gambar tersebut merupakan satu
kesatuan yang terdiri dari beberapa vertek.

3. Digitasi Coverage Area


Digitasi coverage area memiliki sedikit perbedaan dengan coverage yang
berbentuk garis/line. Area disebut dengan poligon. Dalam hal ini, theme baru yang dibuat
harus pula bertipe feature poligon. Secara otomatis, daerah yang didigitasi akan
membentuk area dengan simbol warna tertentu.
Digitasi area diawali dengan pembuatan theme baru dengan tipe feature poligon
sebagai berikut:

Gambar 12.21 Tipe Feature Poligon

273
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Penentuan tipe feature dilakukan seperti langkah penentuan tipe feature garis.
Penentuan tipe feature ini dilakukan dengan cara:
 Klik View
 Pilih New Theme
Setelah theme ditentukan, simpanlah theme tersebut pada lokasi yang (folder)
yang sama dengan theme-theme lain dalam satu proyek. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pencarian saat dilakukan editing.

Gambar 12.22 Tentukan Lokasi Penyimpanan Theme Poligon


Gambar di atas menunjukkan lokasi penyimpanan theme pada folder
c:\eko_files\area. ArcView secara otomatis akan memberikan ekstensi .shp di belakang
nama theme tersebut.

Gambar 12.23 Simbol Theme Poligon


Perhatikan, bentuk feature yang terbentuk saat ini berbeda dengan feature pada
tipe Line. Pada tipe poligon ini, feature digambarkan dengan sebuah simbol kotak
(rectangle) dengan warna tertentu.
Warna pada simbol feature ini belum memiliki makna tertentu. dan dapat diganti
dengan warna lain. Berikut ini ikon untuk digitasi area:

274
FKM - UNSRAT

Draw Rectangle

Draw Circle
Draw Polygon

Draw Line to
Draw Line to Split Polygon
Append Polygon

Gambar 12.24 Ikon Digitasi Poligon

Draw Rectangle : Digitasi area berbentuk rectangle/kotak


Draw Circle : Digitasi area berbentuk lingkaran
Draw Polygon : Digitasi area dengan bentuk bebas
Draw Line to Split Poligon : Membentuk poligon baru dalam sebuah polygon
Draw Line to Append Poligon : Membentuk poligon baru diluar garis tepi sebuah polygon

3.1 Membuat Objek


Untuk latihan, buatlah sebuah area kotak pada view baru dengan menggunakan
draw rectangle.
 Buat sebuah Theme baru dengan tipe poligon

 Klik draw rectangle dan buat sebuah kotak baru.


 Pada jendela view terbentuk sebuah kotak dengan tanda titik objek di sekelilingnya.

Gambar 12.25 ObjekArea Rectangle


 Buatlah sebuah rectangle baru dengan ukuran yang berbeda pada jendela view

275
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

tersebut

Gambar 12.26 Penambahan Objek baru dengan draw rectangle


 Tampak sebuah objek rectangle barn dengan tanda titik objek. Kedua objek tersebut
adalah objek yang berbeda.

3.2 Memecah Objek


Objek area pada view dapat dipotong atau dipecah menjadi beberapa objek lain
dengan cara "dipotong". Pemotongan ini dilakukan dengan membuat sebuah garis
pemisah di dalam objek area tersebut. Objek dapat dipotong menjadi beberapa bagian
yang berdiri sendiri.
Pemecahan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Pilih draw line to split polygon


 Buat sebuah garis di dalam salah satu kotak tersebut dari sisi ke sisi yang lain.
Gunakan mode snap agar vertek baru menempel pada sisi kotak tersebut dengan
pasti. Snap diaktifkan dengan menggunakan klik kanan tombol mouse
 Akan terbentuk sebuah objek poligon baru di dalam poligon yang lama. Poligon baru
tersebut ditandai dengan munculnya titik-titik objek di sekeliling objek-objek tersebut.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan pada gambar berikut:

Gambar 12.27
Penambahan objek dengan menggunakan draw
line to split polygon

276
FKM - UNSRAT

Objek baru yang berupa area segitiga merupakan sebuah objek baru yang dapat
dipisahkan dengan objek induknya. Cobalah drag dan tarik keluar objek tersebut dengan
cara:

 Klik ikon pointer untuk memilih objek.


 Klik objek
 Drag objek tersebut dan tarik keluar.
 Area tersebut akan terpisah dengan objek rectangle

Gambar 12.28 Pemisahan objek hasil pemotongan

3.3 Menambah Objek


Objek dapat ditambah dengan menarik garis yang membentuk area. Objek yang
ditambahkan merupakan "perluasan" dari sebuah objek yang sudah ada. Salah satu sisi
objek harus berasal dari objek lain yang sudah ada.
Penambahan objek dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Klik Draw Line To Append Poligon


 Pointer akan berubah menjadi tanda +
 Klik kanan tombol mouse untuk mengaktifkan mode snap
 Pilih snap to vertek atau snap to boundary
 Klik pada sebuah vertek atau garis batas
 Tarik garis menjadi sebuah area seperti pada gambar 12.29.

277
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambar 12.29 Penambahan area dengan draw line to append polygon


Tampak pada contoh, terbentuk sebuah area baru yang seakan menjadi
perluasan dari objek yang sudah ada. Objek baru tersebut merupakan objek tersendiri
dan dapat dipisahkan dari objek induknya.
Cobalah objek baru tersebut dipisahkan dengan cara sebagai berikut:

 Klik ikon pointer untuk memilih objek.


 Klik objek
 Drag objek tersebut dan tarik ke tempat lain.
 Area tersebut akan terpisah seperti tampak pada contoh dan objek baru tersebut
berdiri sebagai sebuah objek baru.

Gambar 12.30 Pemisahan objek baru hasil perluasan

Menyimpan
Hasil digitasi hendaknya disimpan pada sebuah file agar dapat dilakukan editing di
kemudian hari. Proses penyimpanan merupakan penyimpanan terhadap keseluruhan
proyek tersebut. Hasil penyimpanan tidak hanya menyimpan view, namun ArcView juga
akan menyimpan data tabel, grafik, layout, dan script jika ada. Dengan demikian, dalam

278
FKM - UNSRAT

satu proyek sebenarnya terdiri dari view, tabel, grafik, layout, dan script.

Lakukan penyimpanan dengan menekan ikon save atau melalui menu utama
Arc View:
 Klik File dari menu utama
 Klik Save Project

Gambar 12.31 Sub menu File


 Pilih lokasi folder yang diinginkan.
 Beri nama file
 Klik OK
Pemberian nama file dilakukan setelah Anda menempatkan terlebih dahulu folder
yang diinginkan. Pemberian nama file sebelum penempatan posisi folder mengakibatkan
nama file dimaksud tidak masuk pada folder.

Tabel

Tabel merupakan salah satu data atribut dalam data spasial. Beberapa data dari
bagian data spasial tersebut tersimpan dalam tabel. ArcView menyediakan sarana
penyimpan dan pengubah data tabel tersebut. Di samping itu, Arc View dapat menerima
data tabel yang berasal dari dBase dan Arc Info.
Seperti pada sistem basis data lainnya, tabel pada ArcView mengenal konsep Field
dan Record. Field dapat disamakan dengan pengertian kolom pada tabel. Sedangkan
Record dapat diartikan sebagai baris dari tabel tersebut. Suatu tabel dapat dikaitkan
dengan tabel-tabel lain yang menyimpan berbagai data. Dengan demikian, tabel pada
ArcView dapat dibentuk suatu relasional yang memungkinkan pembentukan basis data.

279
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

ArcView hanya akan mengingat lokasi dari tabel yang direlasikan tanpa mengubah bentuk
fisik tabel. Dengan demikian, pengubahan tabel hasil relasional tidak mempengaruhi tabel
aslinya.
Tabel berkaitan dengan file penyimpan data spasialnya. Perubahan pada data
spasial akan mengubah data pada tabel tersebut.

Menampilkan Tabel Theme


Untuk menampilkan tabel dilakukan dengan terlebih dahulu mengaktifkan ikon

Open Theme Table . Langkah berikut adalah cara untuk membuka tabel dari sebuah
Theme:
 Dari Daftar Isi (Table of Content) view pilih theme yang akan dibuat tabelnya.
Pemilihan theme ini membuat theme yang dipilih tersebut aktif.

 Klik ikon Open Theme Table . Masing-masing feature akan menampilkan sebuah
record atau baris. Pada awalnya tabel hanya memunculkan field shape dan ID, yang
mana semua shape tergantung dari bentuk objek yang dibuat dan field ID berisi
angka nol.
 Dari menu Tabel pilih Start Editing untuk melakukan editing terhadap tabel tersebut.
Pemilihan sub menu ini mengakibatkan tabel siap diedit. (Perhatikan bentuk huruf
judul field yang menjadi tebal). Record yang siap diedit adalah record yang terblok
atau terpilih.

Gambar 12.32 Sub menu Table

Mengedit Tabel
Saat feature pada sebuah theme dibentuk ArcView secara otomatis membentuk

280
FKM - UNSRAT

sebuah tabel. Tabel tersebut berisi keterangan bentuk dan ID. Bentuk (shape)
tergantung pada jenis feature yang dibuat saat digitasi. Sedangkan ID biasanya belum
terisi atau masih dalam nilai nol.
Editing terhadap sebuah tabel mengharuskan tabel tersebut dalam keadaan siap
edit. Jika tabel belum aktif, maka aktifkan terlebih dahulu.
 Pilih Start Editing dari menu Table.

 Klik ikon Edit dari toolbar


 Pilih record yang akan diedit
 Isikan nilai record tersebut
Untuk membentuk suatu basis data yang lengkap tabel perlu ditambahkan
keterangan-keterangan lain dengan cara menambahkan kolom (field) atau direlasikan
dengan tabel lain.

Gambar 12.33 Table theme aktif


Penambahan field akan membentuk sebuah kolom baru yang kosong dari tabel
tersebut. Penambahan field dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Pilih menu Add Field dari menu Edit.
 ArcView memunculkan jendela berikut:

Gambar 12.34 Penambahan field

281
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

 Isikan nama field yang diinginkan pada baris Name.


 Tentukan tipe data yang bersangkutan. Type digunakan untuk menentukan jenis data
atau tipe data. Tipe data yang disediakan oleh ArcView adalah String untuk jenis data
huruf (alphanumeric), Number untuk jenis data angka (numeric). Boolean untuk jenis
data logika, dan Date untuk jenis data tanggal.
 Width berfungsi untuk menentukan lebar field atau jumlah digit yang yang boleh
diterima.
 Klik OK

Gambar 12.35 Tabel dengan penambahan field desa

Mengurutkan Data
Pengurutan data dilakukan atas data acak dalam tabel. Data dapat diurutkan
secara menaik (Ascending) atau menurun (Descending). Pengurutan menaik dilakukan
sebagai berikut:
 Aktifkan tabel
 Klik field yang dijadikan kunci pengurutan

 Klik ikon sort ascending


 Tabel terurutkan menaik

Gambar 12.36 Tabel terurutkan menaik berdasarkan field ID

282
FKM - UNSRAT

Pengurutan menurun adalah kebalikan dari proses pengurutan menaik. Klik ikon

sort Descending dengan field ID masih terpilih.

Gambar 12.37 Tabel terurutkan menurun berdasarkan field ID

Mengganti Nama Field


Suatu saat nama dari field perlu diubah. Pengubahan dapat dilakukan terhadap
beberapa field sekaligus. Penggantian nama field dilakukan melalui menu Properties
dalam menu Table.
Langkah mengganti nama field dari tabel adalah sebagai berikut:
 Pilih Tables
 Pilih Properties
 Arc View memunculkan window Table Properties berikut:

Gambar 12.38 Tabel Properties untuk mengubah nama field


 Isilah nama field baru pada kolom Alias. Misal Shape diganti menjadi Bentuk, ID
diganti menjadi Kode, dan Penduduk diganti menjadi Jml Penduduk.
 Klik OK. Arc View segera mengganti nama-nama field tadi dengan nama baru yang
dimasukkan pada Alias.

283
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Hasil dari penggantian tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 12.39 Tabel hasil perubahan nama field

Mengubah Ukuran Field


Untuk mengubah ukuran field lakukan langkah berikut:
 Arahkan mouse pada garis di sisi kanan dan nama field yang akan diubah ukurannya
 Drag garis tersebut ke kiri atau ke kanan

Menggeser Posisi Field


Posisi field mungkin perlu diurutkan sesuai dengan keperluan tertentu.
Penggeseran field dilakukan dengan cara berikut:
 Klik nama field yang akan digeser
 Drag ke kiri atau ke kanan

Menghapus Field
Field yang tidak diperlukan dapat dihapus untuk menyederhanakan tabel.
Langkah penghapusan field adalah sebagai berikut:
 Klik nama field yang akan dihapus
 Pilih Edit dari baris menu
 Pilih Delete Field
 Pilih Yes saat ada pertanyaan "Are you sure to delete field...?"

Menghapus Record
Menghapus record dilakukan dengan cara berikut:
 Klik record yang akan dihapus
 Pilih Edit dari baris menu
 Pilih Delete Record

284
FKM - UNSRAT

LAYOUT PETA
Peta yang telah selesai diedit harus melalui sebuah proses layout untuk siap
cetak. Layout adalah sebuah proses menata dan merancang letak-letak properti peta,
seperti judul peta, legenda, orientasi, label, dan lain-lain. Peta yang dilayout
dimaksudkan untuk memperjelas dan memberikan keterangan yang benar kepada
pengguna peta tersebut.
Peta yang telah dilayout dengan baik akan dapat digunakan sebagai bahan acuan
dalam suatu terapan tertentu. Layout membantu pengguna peta memperoleh informasi
yang akurat.

Menyiapkan Peta
Peta yang akan dilayout harus disiapkan dengan baik. Siapkan peta-peta yang
terkandung dalam theme ke dalam sebuah view. Satu buah view akan memberikan satu
buah tampilan. Aktifkan semua theme yang diperlukan untuk sebuah tampilan layout
peta. Berikut langkah-langkah mempersiapkan layout peta tersebut:
 Pilih View dari jendela proyek
 Klik New untuk membentuk sebuah view baru
 Klik ikon Add Theme untuk menambah sebuah theme ke dalam view tersebut
Misalnya, mengaktifkan theme jalan dan sebuah peta administratif.
 Aktifkan theme-theme tersebut dengan klik pada kotak cek di depan nama theme.
 Objek-objek yang terkandung dalam kedua theme tersebut akan ditampilkan pada
jendela view.
 Jika terdapat tipe feature pada theme-theme yang berupa area, maka sebaiknya
theme yang mengandung feature poligon diletakkan paling bawah. Feature yang
bertipe poligon akan menutup feature-feature lain yang berada di bawahnya.

285
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambar 12.40 Persiapan Layout Peta.


 Langkah selanjutnya adalah dengan memilih Layout dari menu View seperti dalam
gambar berikut:

Gambar 12.41 Sub menu View


 Pilih salah satu template layout peta. Template ini merupakan rancangan bentuk akhir
peta yang akan dibuat.

Gambar 12.42 Jendela Template

286
FKM - UNSRAT

 Arc View akan memberikan sebuah jendela layout yang akan mengatur berbagai
atribut peta.

Gambar 12.43 Jendela Layout Peta

Perhatikan sebuah kerangka dasar (template) layout sebuah peta. Pada template
tersebut tersedia objek judul, peta, legenda, inset, orientasi, skala, dan garis tepi.
Masing-masing objek tersebut dapat diedit atau diubah sesuai dengan fungsi dan
keterangannya.
Beberapa objek merupakan objek yang berkaitan dengan objek-objek lain.
Misalnya objek legenda berhubungan dengan objek peta, di mana jika atribut peta pada
jendela view diubah, objek legenda tersebut akan berubah pula. Hubungan masing-
masing objek tersebut dapat diputuskan jika dilakukan langkah simplify terhadap objek
tersebut. Namun sekali hubungan tersebut diputuskan, maka objek tersebut tidak dapat
dihubungkan lagi. Karena itu pertimbangkan baik-baik jika akan memutus suatu objek.
Ada baiknya jika editing objek yang membutuhkan pemutusan hubungan ini dilakukan
setelah semua objek benar-benar telah terlayout dengan baik.

287
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambar 12.44 Kerangka layout peta


Agar peta tersebut dapat tercetak sesuai dengan ukuran kertas yang ada, atur
setup pencetakannya. Pengaturan ukuran pencetakan ini dilakukan melalui menu Print
Setup dan menu File.

Gambar 12.45 Sub menu File

Dari jendela Print Setup, pilih ukuran kertas pada Paper Size. Klik drop down Size
untuk memilih ukuran kertas yang ada. Misalnya, ukuran kertas A4 untuk kertas Kuarto.
Orientation menentukan layout peta dalam posisi berdiri (portrait) atau memanjang
(Landscape).

288
288
FKM - UNSRAT

Gambar 12.46 Jendela print setup

Mengedit Judul
Judul ditempatkan pada objek judul yang terdapat di atas jendela layout. Objek
judul kosong atau belum teredit ditandai dengan nama view yang dilayout.
Klik satu kali pada objek judul tersebut. Objek judul akan terpilih dengan
menampilkan titik-titik objek di sekitamya. Untuk mengubah nama objek judul tersebut
klik ganda pada objek tersebut.

Gambar 12.47 Objek judul belum teredit


Jendela text properties muncul setelah objek judul diklik ganda. Pada jendela text
properties ini editing judul tersebut dilakukan. Blok tulisan View1, dan tulis judul yang
diinginkan.

Gambar 12.48 Jendela text properties

289
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Pada objek judul tersebut dapat diatur posisi teks dari objek. Berikut tiga buah
ikon pengatur posisi teks pada objek.

: Teks rata kiri pada objek

: Teks rata tengah / center pada objek

: Teks rata
Spasikanan
pada pada
objekobjek
diatur melalui pemilihan jarak dari vertical spacing.
Jarak baris yang disediakan adalah 1, 1.5, dan 2. Rotation Angle berfungsi untuk
menentukan kemiringan teks judul pada objek.
Ubahlah judul tersebut dengan nama peta yang diinginkan. Sebagai contoh pada
peta berikut adalah: Peta Administrasi Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo.

Gambar 12.49 Layout Kecamatan Butuh

Resolusi Grid
Objek yang ada pada layout belum tentu terletak pada tempat yang sesuai.
Kadang-kadang perlu dilakukan penyesuaian letak atau posisi objek tersebut dalam
layout. Untuk menyesuaikan dan menata letak objek tersebut, objek perlu digeser atau
diubah ukurannya sesuai dengan posisi atau ukuran yang semestinya.
Penyesuaian tata letak objek tersebut dapat dilakukan secara manual atau
terpandu dari sistem ArcView. Jika pengaturan tata letak tersebut dilakukan dengan
manual, maka objek perlu digeser atau diubah ukurannya dengan cara menggerakkan
mouse secara interaktif terhadap objek. Saat penggeseran atau pengubahan ukuran ini,

290
FKM - UNSRAT

sering dirasakan adanya kesulitan yang dikarenakan oleh resolusi grid yang kasar. Dalam
hal ini penggeseran akan mengikuti grid yang kasar tersebut.
Agar mempermudah penggeseran dan perbaikan ukuran objek maka ukuran
resolusi grid tersebut perlu diperhalus. Ukuran grid yang halus akan memudahkan
penggeseran dan pengubahan ukuran tersebut.
Ukuran grid secara default dalam jendela layout adalah 0.25, baik grid vertikal
atau grid horizontal. Ukuran ini perlu diubah dengan memperkecil nilai grid tersebut.
Ubahlah nilai tersebut menjadi 0.0025 atau 0.00025 atau nilai-nilai lain yang lebih kecil
dari nilai default.
Untuk mengubah resolusi grid tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Pilih menu Layout
 Pilih Properties
 Di layar akan muncul jendela layout properties
 Ganti nilai default grid spacing horizontal dan vertikal 0.25 dengan nilai lain yang
lebih kecil.
 Klik OK
Perhatikan perubahan yang terjadi pada jendela layout. Titik-titik grid yang ada
pada layout tidak tampak, dan jika dilakukan penggeseran objek terasa lebih halus.

Gambar 12.50 Jendela layout properties

Menggeser Objek
Dalam menggeser objek dapat dilakukan dengan cara manual atau terpandu.
Penggeseran secara manual dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Klik objek yang akan digeser
 Tunjuk objek tersebut dan drag ke suatu lokasi tertentu yang diinginkan

291
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

 Objek tersebut akan tergeser sesuai dengan pergeseran tersebut


Penggeseran secara terpandu dilakukan dengan menggunakan menu Graphics.
 Klik objek yang akan digeser
 Pilih menu Graphics
 Pilih Size and Position
 Ubahlah nilai-nilai batas pada kolom-kolom isian. Pengubahan atas suatu kolom akan
mengubah nilai kolom yang lain secara otomatis. Nilai pada kolom tersebut
merupakan batas posisi objek dari garis tepi layout.

Gambar 12.51 Jendela Size and Position

Mengedit Skala
Skala merupakan faktor yang penting dalam sebuah skala. Skala menentukan
besaran jarak yang tersimbolkan oleh sebuah garis atau jarak pada peta. Satu bagian
jarak tertentu pada peta menggambarkan suatu jarak tertentu di lapangan dengan
satuan panjang yang lebih besar. Skala 1 : 100.000 menggambarkan suatu satuan jarak
di peta satu bagian berbanding dengan jarak di lapangan 100.000 bagian dengan satuan
yang sama.
Perbandingan peta sering menggunakan satuan panjang centimeter. Dengan
perbandingan skala yang demikian, jarak satu sentimeter di peta berarti sama dengan
100.000 centimeter di lapangan atau 1 kilometer.
ArcView dapat menyajikan peta yang dibuat dengan skala yang ditentukan oleh
operator. Pengaturan skala dilakukan dengan cara berikut:
 Tunjukkan pomter pada gambar peta
 Klik ganda pada posisi peta tersebut
 ArcView akan memunculkan jendela berikut:

292
FKM - UNSRAT

Gambar 12.52 Mengubah skala peta


Skala dapat ditampilkan dalam bentuk diagram batang atau dalam bentuk angka.
Skala dalam bentuk angka, misalnya; 1:100.000, 1 : 50.000, dan lain-lain. Sedangkan
skala dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 12.53 Diagram batang skala


Gambar di atas menunjukkan sebuah skala dalam bentuk diagram batang. Skala
tersebut menggambarkan peta dalam satuan miles. Pada sebelah kiri angka 0 setiap unit
skala dibagi menjadi dua bagian. Bagian sebelah kiri 0, bentuk batang skala, unit skala,
dan satuan skala dapat diubah.
Pengubahan bentuk skala adalah sebagai berikut:
 Klik ganda pada skala
 ArcView menampilkan jendela berikut:

Gambar 12.54 Pengubahan bentuk diagram skala

293
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Mengedit Orientasi
Orientasi peta merupakan penunjuk arah peta. Simbol orientasi menjadi pedoman
bagi penentuan arah tertentu. Informasi arah sangat penting artinya bagi pengguna
peta, sehingga penempatan posisi simbol orientasi dan bentuk simbol sebaiknya pada
posisi yang mudah dilihat dan menarik.
Orientasi pada peta secara default ditampilkan dalam bentuk seperti berikut ini:

Gambar 12.55 Simbol orientasi arah peta

Arc View menyediakan beberapa bentuk simbol orientasi. Bentuk simbol orientasi
dapat diganti dengan cara klik ganda pada simbol orientasi tersebut. Lakukan langkah
berikut untuk mengganti bentuk simbol orientasi arah peta.
 Klik ganda simbol orientasi arah yang ada
 ArcView menampilkan jendela berikut:

Gambar 12.56 Bentuk simbol orientasi arah


 Pilih salah satu bentuk orientasi yang diinginkan.
 Klik OK
 ArcView telah mengganti bentuk simbol orientasi arah peta yang ada.
Bentuk simbol orientasi dapat diedit lebih jauh yang berhubungan dengan simbol
singkatan arah. Pada bentuk default orientasi arah disimbolkan dengan huruf N untuk
utara, S untuk selatan W untuk barat, dan E untuk timur.
Penggunaan simbol tersebut dapat diganti dengan simbol yang lama atau
dihilangkan sama sekali.

294
FKM - UNSRAT

Lakukan simplify terhadap objek simbol arah tersebut untuk melakukan editing.
Lebih jelasnya lakukan langkah berikut untuk mengedit bentuk simbol orientasi:
 Klik pada simbol orientasi
 Klik kanan pada simbol tersebut
 Pilih simplify

Gambar 12.57 Simplifikasi


 Bentuk simbol orientasi terpecah menjadi banyak satuan objek
 Klik di tempat kosong untuk menghilangkan titik-titik objek tersebut
 Pilih objek arah utara (N)
 Klik ganda pada simbol tersebut
 ArcView memunculkan jendela View Properties
 Ganti simbol N dengan U atau Utara
 Klik OK
Gambar berikut mempakan hasil simplifikasi dan pengeditan simbol arah.

Gambar 12.58 Simplifikasi simbol orientasi arah


Letakkan simbol orientasi pada lokasi yang mudah dilihat atau ditemukan. Drag
simbol orientasi tersebut dan geser pada tempat yang diinginkan. Gambar berikut
memberikan contoh pemindahan lokasi simbol orientasi.

295
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambar 12.59 Pengaturan letak simbol orientasi

Mengedit Legenda
Legenda adalah pedoman informasi simbol-simbol dalam peta. Simbol yang ada
dalam peta dapat berupa simbol bentuk atau simbol warna spasial. Pada ArcView legenda
berkaitan dengan theme yang aktif pada View. Legenda merupakan objek yang juga
dapat dilakukan simplifikasi. Masing-masing objek yang terpisah hasil simplifikasi dapat
diedit sesuai dengan kebutuhan. Namun perlu diingat bahwa objek yang telah
tersimplifikasi berarti telah putus hubungan dengan sumber theme pada view, sehingga
jika terjadi perubahan pada bentuk atau warna pada simbol legenda tidak akan diikuti
oleh perubahan pada peta.

Gambar 12.60 Legenda Peta teredit

296
FKM - UNSRAT

Simbol garis pada legenda berupa sebuah garis zig-zag dengan warna tertentu
sesuai dengan warna pada theme dari view yang bersangkutan. Secara umum, simbol
garis pada legenda view berupa garis lurus, sehingga simbol garis pada legenda perlu
diedit atau diluruskan. Pengubahan simbol dari bentuk garis dapat dilakukan setelah
objek legenda disimplifikasi.
 Klik ganda pada objek yang akan diedit.

 Gunakan ikon edit vertek untuk memindah titik vertek garis.


 Tunjuk vertek yang akan dipindahkan
 Drag vertek tersebut dan tank ke posisi yang sejajar dengan vertek lainnya.
Gambar berikut menunjukkan contoh pelurusan simbol garis legenda dengan
pemindahan vertek. Gambar a menunjukkan bentuk garis asli, gambar b menunjukan
pemindahan titik vertek untuk pelurusan garis. Sedangkan Gambar c, menunjukkan garis
yang telah terluruskan.

Gambar 12.61 Pengubahan bentuk garis

Memberi Label
Untuk melengkapi informasi pada peta perlu diberikan berbagai macam
keterangan-keterangan. Tambahan informasi tersebut berupa atribut peta yang belum
tersedia pada template seperti nama pembuat, tahun pembuatan, nama-nama tempat
pada dan di sekitar lokasi peta, dan lain-lain.
Pemberian label berupa teks dilakukan dengan cara berikut:

 Klik ikon text


 Klik posisi atau letak tertentu yang akan diberi label
 ArcView akan menampilkan jendela text properties yang dapat digunakan untuk

297
297
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

mengisikan label tersebut. Misalnya, KAB. KEBUMEN.


 Klik OK pada jendela properties tersebut. Peta akan menampilkan sebuah label baru.

Memberi Grid (Graticule)


Grid adalah serangkaian garis dan label yang menunjukkan lokasi dari garis bujur
dan garis lintang. Grid memberikan keterangan mengenai lokasi dari peta yang dibuat.
Pada tepi garis tersebut dapat diberi keterangan teks, atau tanda-tanda lainnya.
Ukuran grid tergantung dan proyeksi yang digunakan, dan dapat diatur kerapatannya
antara masing-masing grid tersebut. Berikut langkah pemberian grid:
 Aktifkan Layout yang akan diberi grid
 Pilih File dari menu utama
 Pilih Extensions
 ArcView akan memunculkan jendela berikut:

Gambar 12.62 Jendela perluasan ekstensi


 Pilih opsi Graticules and Measured Grids dengan mengklik kotak di depan opsi
tersebut.
 KlikOK
 Setelah ekstensi tersebut ditambahkan, ArcView akan menambah sebuah ikon baru

Graticules and Grid

 Klik ikon Graticules and Grid


 ArcView menampilkan jendela panduan seperti berikut:

298
FKM - UNSRAT

Gambar 12.63 Jendela panduan grid


 Klik tombol Next, Arc View menampilkan jendela panduan kedua

Gambar 12.64 Mengatur bentuk dan ukuran grid


 Atur interval grid pada baris Enter a grid interval
 Pilih Line pada Display Grid as
 Selanjutnya atur ketebalan garis dan pilih jenis hurufnya
 Untuk melihat hasil sementara klik Preview, untuk menghilangkan kembali klik
Remove
 Klik tombol Next
 ArcView menampilkan jendela panduan ketiga

299
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Gambar 12.65 Mengatur garis tepi (frame)


 Klik tombol Preview
 Klik tombol Finish
Arc View akan memberikan grid pada lembar peta. Kerapatan grid tergantung
pada interval grid yang ditetapkan. Angka grid merupakan angka koordinat posisi
tersebut yang tergantung pada posisi transformasi. Pada bagian dari garis tepi dapat
ditambahkan keterangan label atau lainnya.

Gambar 12.66 Lembar peta dengan grid

300
FKM - UNSRAT

Gambar 12.67 Interval Grid pada lembar peta dengan grid

Menyimpan Layout
Agar peta dapat digunakan di lain waktu, maka perlu dilakukan penyimpanan.
Penyimpanan layout peta sama dengan penyimpanan proyek seperti telah dijelaskan di
muka. Layout akan disimpan dalam bentuk file dengan ekstensi .apr. ArcView secara
otomatis akan memberikan ekstensi tersebut ke belakang nama file yang dibuat.
Perlu diingat bahwa untuk menyimpan file harus terlebih dahulu diarahkan pada
folder yang diinginkan terlebih dahulu. Pengalihan nama folder setelah pemberian nama
file akan mengakibatkan nama file tersebut hilang dan berubah ke nama file default
ArcView.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan menekan ikon save atau melalui menu File
- Save Project.

Gambar 12.68 Jendela penyimpanan

Mencetak Layout
Peta akhir dapat dicetak melalui perangkat cetak seperti printer. Layout harus
berada pada posisi yang sesuai dengan ukuran kertas cetaknya. Dengan demikian, saat
layout peta akhir hendak dicetak, pastikan ukuran setup printer telah diatur. Jika ukuran
setup printer belum diatur, aturlah terlebih dahulu melalui Print Setup dari menu File.

301
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

Selanjutnya untuk mencetak Layout dilakukan dengan cara berikut:


 Aktifkan Layout yang akan dicetak, dan hidupkan printer
 Pilih File
 Pilih Print
 ArcView memunculkan jendela berikut:

Gambar 11.69 Jendela dialog cetak layout


 Klik OK
 Layout akan tercetak pada printer

302
FKM - UNSRAT

Kepustakaan

1. Jogiyanto H. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi, 1999.

2. Lippeveld T and Sauerborn R. A Framework For Designing Health Information


Systems in Design and Implementation of Health Information Systems.
Geneva: WHO, 2000.

3. Levey and Loomba. Health Care Administration; a managerial perspective.


Philadelphia : JB Lippincolt Co., 1976.

4. Kendall KE. & Kendal JE. Analsis dan Perancangan Sistem, alih bahasa Thamin
Abdul HA. Jakarta : Pearson Education Asia Pte Ltd, 2003.

5. Hicks, JO, Jr. Management Information Systems: a user perspective, Third Edition.
USA : West Publishing Company, 1993.

6. Davis GB. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen, terjemahan dari


Conceptional Fondation Structure and Development, IPPM-PT Pustaka
Binamawas Prasindo.Jakarta : PT.Gramedia, 1992

7. Scott GM. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Edisi Indonesia, Cetakan


ke-7, atas izin McGraw Hill Inc. Jakarta : PT Rajawali Grafindo, 2002.

8. Hartono B. Pengembangan SIK Daerah dalam : Pusdatin (eds). Materi Fasilitasi


Pengembangan SIK Daerah. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2002.

9. Sauerborn R and Lippeveld T. Introduction in : Lippeveld T. (ed). Design and


Implementation of Health Information Systems. Geneva : WHO, 2000.

10. Hartono B., Wandaningsih. Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan dalam :
Medika No. 11 Tahun 17, November 1991. Jakarta : 1991.

11. Kenney N., Macfarlene A. Identifying problems with data collection at a local level:
survey of NHS maternity units in England. BMJ, 1999: 319: 816-22.

12. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta: Depkes RI, 2004.

13. Depkes RI. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional


(SIKNAS). Jakarta: Depkes RI, 2002.

14. Depkes RI. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), Buku 1: Konsep
Dasar SIMPUS. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1997.

303
MODULKULIAHSISTEMINFORMASIKESEHATAN

15. Depkes RI. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), Buku 3:


Pengolahan dan Pemanfaatan Data SP2TP. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI, 1997.

16. Budiyanto E. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS.


Yogyakarta: Andi Offset, 2002.

17. Depkes RI. Sistem Informasi Geografis (SIG). Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Ditjen P2M & PL, Tanpa tahun.

18. WHO. Developing health management information systems: a practical guide for
developing countries. Geneva: WHO, 2004.

304
Lampiran-Lampiran

iii
Contoh-Contoh Tabel

Contoh Tabel Induk (Master Table)

Data Distribusi Penduduk di Kecamatan A Tahun 2005

Jumlah Jumlah Jumlah


Jumlah
Desa/Kelurahan Penduduk Jumlah KK Bayi Balita
Ibu Hamil

Jumlah

Contoh Tabel Teks (Text Table)

Cakupan Imunisasi Lengkap terhadap Anak Balita di Kecamatan A Tahun 2005

IMUNISASI
Desa/Kelurahan
DPT POLIO CAMPAK BCG

Jumlah

iv
Contoh Tabel Distribusi Frekuensi

Jumlah Pasien Puskesmas X menurut Golongan Umur Tahun 2005

Jumlah Pasien
Golongan Umur
Laki-laki Perempuan Total

0-<1
1-<5
5 - < 10
10 - < 15
15 - < 20
20 - < 25
25 - < 30
30 - < 35
35 - < 40
40 - < 45
45 - < 50
50 +

Jumlah

v
Contoh-Contoh Penyajian

vi
vii
viii
ix
Petunjuk Diskusi

PETUNJUK DISKUSI KELOMPOK


MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN INFORMASI
DAN INDIKATOR

1. Mahasiswa dibagi dalam tiga kelompok, yaitu Kelompok Puskesmas, Kelompok


Rumah Sakit, dan Kelompok Dinas Kesehatan.
2. Kelompok Puskesmas diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan kebutuhan
informasi dan indikator untuk mendukung Manajemen Pasien/Klien dan
Manajemen Unit di Pusat Kesehatan Masyarakat.
3. Kelompok Rumah Sakit diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan kebutuhan
informasi dan indikator untuk mendukung Manajemen Pasien/Klien dan
Manajemen Unit di Rumah Sakit.
4. Kelompok Dinas Kesehatan diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan
kebutuhan informasi dan indikator untuk mendukung Manajemen Klien,
Manajemen Unit, dan Manajemen Sistem Kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
5. Kelompok dapat diberi "Formulir Kebutuhan Informasi dan Indikator" sebagaimana
tercantum di bawah ini, untuk membantu diskusi mereka.
Fungsi-Fungsi Informasi yang
Indikator
Manajemen dibutuhkan

6. Waktu untuk berdiskusi hendaknya dibatasi yaitu 30 menit. Selesai diskusi


kelompok, masing-masing kelompok diminta menyajikan hasil diskusinya dan
ditanggapi secara pleno (diskusi pleno).

x
PETUNJUK DISKUSI KELOMPOK
MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN DATA
DAN CARA MENGUMPULKANNYA

1. Mahasiswa tetap berada dalam tiga kelompok, yaitu Kelompok Puskesmas,


Kelompok Rumah Sakit, dan Kelompok Dinas Kesehatan.
2. Kelompok Puskesmas diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan kebutuhan
data untuk indikator-indikator yang diperlukan di Pusat Kesehatan Masyarakat
(hasil kerja kelompok yang lalu).
3. Kelompok Rumah Sakit diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan kebutuhan
data untuk indikator-indikator yang dibutuhkan di Rumah Sakit (hasil kerja
kelompok yang lalu).
4. Kelompok Dinas Kesehatan diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan
kebutuhan data untuk indikator-indikator yang dibutuhkan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (hasil kerja kelompok yang lalu).
5. Kelompok dapat diberi " Formulir Kebutuhan Data dan Cara Mengumpulkannya "
sebagaimana tercantum di bawah ini, untuk membantu diskusi mereka.
Data yang Cara
Indikator Sumber Data
dibutuhkan Mengumpulkan

* Sumber Data: Unit Kesehatan/Masyarakat/Registrasi Penduduk


** Cara Mengumpulkan: Secara Rutin/Sewaktu-waktu

6. Waktu untuk berdiskusi hendaknya dibatasi yaitu 30 menit. Selesai diskusi


kelompok, masing-masing kelompok diminta menyajikan hasil diskusinya dan
ditanggapi secara pleno (diskusi pleno).

xi
PETUNJUK DISKUSI KELOMPOK
MENETAPKAN JENIS ANALISIS DAN
BENTUK SAJIAN INFORMASI

1. Mahasiswa tetap berada dalam tiga kelompok. Kelompok I disebut Kelompok


Direktur Rumah Sakit, Kelompok II disebut Kelompok Bupati atau Walikota, dan
Kelompok III disebut Kelompok Ketua Bappeda/DPRD..
2. Kelompok Direktur Rumah Sakit diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan jenis
analisis dan bentuk sajian informasi yang sesuai dengan pengambilan keputusan
yang sering dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit (dengan memilih butir informasi
yang dihasilkan dari kerja kelompok yang lalu).
3. Kelompok Bupati atau Walikota diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan jenis
analisis dan bentuk sajian informasi yang sesuai dengan pengambilan keputusan
yang sering dilakukan oleh Bupati atau Walikota dalam rangka Pembangunan
Kesehatan dengan memilih butir informasi yang dihasilkan dari kerja kelompok
yang lalu).
4. Kelompok Ketua Bappeda/DPRD diberi tugas mendiskusikan dan merumuskan jenis
analisis dan bentuk sajian informasi yang sesuai dengan pengambilan keputusan
yang sering dilakukan oleh Ketua Bappeda/DPRD dalam rangka Pembangunan
Kesehatan (dengan memilih butir informasi yang dihasilkan dari kerja kelompok
yang lalu).
5. Kelompok dapat diberi Formulir " Jenis Analisis dan Sajian Informasi Untuk
Pengambilan Keputusan " sebagaimana tercantum di bawah ini, untuk membantu
diskusi mereka.
Informasi yg Keputusan yg Jenis analisis yg Bentuk sajian
dibutuhkan akan diambil sesuai* informasi yg sesuai**

* Jenis Analisis: Deskriptif/Komparatif/Kecenderungan/Hubungan


** Sajian Informasi: Tabel/Histogram/Poligon/Line Diagram/PieDiagram/
Scatter Diagram/Bars/Pictogram/Peta

6. Waktu untuk berdiskusi hendaknya dibatasi yaitu 30 menit. Selesai diskusi


kelompok, masing-masing kelompok diminta menyajikan hasil diskusinya dan
ditanggapi secara pleno (diskusi pleno).

xii
Tugas Akhir

ANALISIS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


PROGRAM KESEHATAN DI PUSKESMAS

SISTEMATIKA:
BAB I: PENDAHULUAN (Pembangunan Kesehatan hubungannya dengan Program)
BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI
A. GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFI
B. SOSIAL EKONOMI
C. STATUS KESEHATAN DAN SARANA KESEHATAN
BAB III: ANALISIS SITUASI PROGRAM
A. PELAKSANAAN PROGRAM
B. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PROGRAM
BAB IV: PEMBAHASAN
A. ANALISIS MASALAH
1. Pelaksanaan Program (Cakupan/Kinerja dan Sumber Daya dll), divisualisasi
dalam bentuk analisis geografis (peta tematik)
2. Sistem Informasi (Indikator, Proses Informasi, Sumber Daya)
B. ANALISIS PEMECAHAN DAN TINDAK LANJUT
1. Pelaksanaan Program
2. Sistem Informasi Manajemen Program
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Pembagian Kelompok:
1. Program Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
2. Program Perbaikan Gizi
3. Program Imunisasi
4. Program Pemberantasan Penyakit TB Paru
5. Program Pemberantasan Penyakit ISPA/Malaria
6. Program Pemberantasan DBD
7. Program Kesehatan Lingkungan
8. Program Promosi Kesehatan

xiii

Anda mungkin juga menyukai