Anda di halaman 1dari 127

HUBUNGAN LITERASI KESEHATAN DENGAN KADAR

GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES


MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MARON KABUPATEN
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Oleh:
Lerisa Nur Liyana
NIM : 14201.09.17030

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES


HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
HUBUNGAN LITERASI KESEHATAN DENGAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MARONKABUPATEN
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:
Lerisa Nur Liyana
NIM : 14201.09.17030

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES


HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN LITERASI KESEHATAN DENGAN KADAR


GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MARONKABUPATEN
PROBOLINGGO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :
Lerisa Nur Liyana
14201.09.17030

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H.Nur Hamim.S.KM.,S.Kep.Ns., M.Kes Ns. Ainul Yaqin S. S.Kep.,M.Kep

NIDN. 0706037103 NIDN.0711108803

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN LITERASI KESEHATAN DENGAN KADAR


GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MARONKABUPATEN
PROBOLINGGO

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :
Lerisa Nur Liyana
14201.09.17030

Telah diuji pada


Hari :Sabtu
Tanggal :21 Agustus 2021
Dan dinyatakan lulus oleh

Ketua penguji : Dodik Hartono S.Kep.,Ns.M.Tr.Kep (……………………..)


NIDN : 0721018705

Pembimbing I : Dr. H. Nur Hamim, S.KM,S.Kep,.Ns.M.Kes


(…………………..)
NIDN : 0706037103

Pembimbing II : Ns. Ainul Yaqin S, S.Kep,Ns.M.Kep (……………………..)


NIDN : 0711108803

Mengetahui
Ketua STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong

Dr. H. Nur Hamim,S.KM.,S.Kep.Ns.,M.Kes

NIDN.0706037103

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawahi ni :

Nama Mahasiswa : Lerisa Nur Liyana

NIM : 14201.09.17030

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Prodi :Sarjana Keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren

Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan

atau pikiran orang lain. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil

skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Probolinggo 15 Agustus 2021

Yang membuat pernyataan

Lerisa Nur Liyana

NIM: 14201.09.17030

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Taufik serta hidayah-nya atas terselesainya skripsi yang berjudul ”Hubungan
Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo”.
Skipsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
program Sarjanah Keperawatan di Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan.
Pada penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan
namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari beberapa pihak,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat peneliti
sampaikan terimakasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM. Selaku Ketua Yayasan
STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan.
2. Dr.H.Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes Selaku ketua STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan.
3. Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep. Sp.Kep.Mat Selaku Ketua Prodi
Sarjana Keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantresn Zainul Hasan.
4. Dr.H.Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes Selaku pembimbing I yang
banyak meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan dalam
pembuatan skripsi ini.
5. Ainul Yaqin S, S.Kep,Ns., M.Kep Selaku pembimbing II yang banyak
meluangkan waktu, pikiran serta petunjuk demi perbaikan dalam
pembuatan skripsi ini.
6. Selaku kepala Puskesmas Maron yang telah memberikan izin penelitian
demi terselesainya skripsi ini.
7. Semua keluarga yang memberikan semangat serta telah banyak
membantu demi terselesainya skripsi ini.
8. Semua rekan seperjuangan Sarjana Keperawatan angkatan 9, tahun
2017 STIKES suka maupun duka Hafshawaty Zainul Hasan yang telah
menemani dalam serta telah banyak membantu demi terselesainya
skripsi ini.

v
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas amal yang
diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik peneliti maupun pihak lain
yang memanfaatkan.

Probolinggo 15 Agustus 2021


Peneliti

Lerisa Nur Liyana


NIM: 14201.09.17030

vi
ABSTRAK

NurLiyana, Lerisa. 2021 Hubungan Health Literacy dengan Kadar


Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di
Puskesmas Maron, Probolinggo. Skripsi, Hafshawaty
Kesehatan, Pondok Pesantren Probolinggo. (1) Dr. Nur
Hamim,S.KM.,S.Kep.Ns.,M.Kes (2) Ainul Yaqin Salam
S.Kep.,Ns.M.Kep.

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin disertai
dengan penurunan health literacy yang disebabkan oleh rendahnya kadar
glukosa darah. Literasi kesehatan merupakan kemampuan seseorang
untuk mengakses, mengolah, memahami informasi dan mengambil
keputusan yang berkaitan dengan kesehatannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan literasi kesehatan dengan kadar glukosa
darah pada penderita diabetes melitus tipe II di Puskesmas Maron
Kabupaten Probolinggo.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan
desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di
Puskesmas Maron, Probolinggo pada tanggal 15-22 Mei 2021 yang
dilakukan secara door to door. Teknik yang digunakan adalah purposive
sampling. Jadi sampelnya adalah 51 responden. Instrumen penelitian
menggunakan angket HLS-EU-Q16 Health Literacy dan lembar observasi
kadar glukosa. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji rank.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar data literasi
kesehatan tinggi, dan kadar glukosa darah tinggi. Hasil uji rank
menunjukkan bahwa nilai p = 0,034 sehingga nilai p < = 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara Health Literacy dengan Kadar
Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II. Literasi
kesehatan merupakan salah satu faktor paling penting bagi responden
dalam memilih atau membuat keputusan tentang kesehatan. Jika
masyarakat sudah paham atau memiliki kesadaran yang tinggi tentang
literasi kesehatan maka akan memperendah angka kematian atau
memperendah angka penderita DM.

Kata kunci: literasi kesehatan, kadar glukosa darah diabetes mellitus.

vii
ABSTRACT
NurLiyana, Lerisa. 2021 Relationship of Health Literacy with Blood
Glucose Levels in Type II Diabetes Mellitus Patients in Maron
Health Center , Probolinggo. Thesis, Hafshawaty Institute of
Health Science, Zainul Hasan Islamic Boarding
Probolinggo.Advisors (1) Dr. Nur Hamim,S.KM.,S.Kep.Ns.,M.Kes
(2) Ainul Yaqin Salam S.Kep.,Ns.M.Kep.
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease with characteristic
hyperglycemia that occurs due to insulin secretion accompanied by a
decrease in health literacy caused by low blood glucose levels. Health
literacy is a person's ability to access, process, understand information
and make decisions related to his health. This study aims to determine the
relationship between health literacy and blood glucose levels in patients
with type II diabetes mellitus in of Maron Public Health Center,
Probolinggo.
This research is correlational analytic research with a cross sectional
research design. This research was conducted in Maron Public Health
Center, Probolinggo on 15-22 May 2021 which was carried out door to
door. The technique used is purposive sampling. So the sample is 51
respondents. The research instrument used the HLS-EU-Q16 Health
Literacy questionnaire and glucose level observation sheet. Analysis of
the data used in this study using the rank test.
The results showed that most of the health literacy data were high,
and blood glucose levelst. The results of the rank test showed that the p
value = 0.034 so that the p-value <α = 0.05. This shows that there is
relationship between Health Literacy and Blood Glucose Levels in Type II
Diabetes Mellitus Patients.
Keywords: health literacy, blood glucose levels diabetes mellitus.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... iv
KATA PENGANTAR..................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vii
ABSTRACT................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
DAFTAR SIMBOL, SINGKATAN DAN ISTILAH........................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 6
1.3 Tujuan................................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum............................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................. 6
1.4 Manfaat..................................................................................... 7
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan.................................................. 7
1.4.2 Bagi Profesi Kesehatan.................................................... 7
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian...................................................... 7
1.4.4 Bagi Responden.............................................................. 7
1.4.5 Bagi Peneliti.................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus................................................... 8
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus.......................................... 8
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus...................................... 9
2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus.......................................... 10
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus.................................. 11
2.1.5 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus......................... 12
2.1.6 Komplikasi Diabetes Mellitus.................................... 13
2.1.7 Faktor Resiko Diabetes Mellitus................................ 16

ix
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostic Diabetes Mellitus............... 18
2.1.9 Penatalaksanaan Diabetes Milletus………………... 19
2.2 Konsep Literasi Kesehatan ............................................... 21
2.2.1 Pengertian Literasi Kesehatan.................................. 21
2.2.2 Model Literasi Kesehatan.......................................... 22
2.2.3 Faktor-faktor Literasi Kesehatan............................... 24
2.2.4 Cara Mengukur Literasi Kesehatan .......................... 25
2.2.5 Dampak Literasi Kesehatan .………………………….. 26
2.2. Konsep Kadar Glukosa Darah........................................... 27
2.3.1 Pengertian Kadar Glukosa Darah ............................. 27
2.3.2 Faktor yang Memengaruhi Kadar Glukosa Darah .... 27
2.3.3 Pemeriksaan kadar glukosa darah........................... 31
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep................................................................ 34
3.2 Hipotesis ........................................................................... 35
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian................................................................ 36
4.2 Kerangka Kerja Penelitian................................................... 37
4.3 Populasi Sampel dan Teknik Sampling.............................. 38
4.3.1 Populasi..................................................................... 38
4.3.2 Sampel....................................................................... 38
4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel..................................... 40
4.4 Variabel Penelitian.............................................................. 40
.4.1 Variabel Independent (Bebas)................................... 41
.4.2 Variabel dependent (Terikat ).................................... 41
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................. 41
4.6 Definisi Operasional............................................................ 41
4.7 Prosedur Penelitian............................................................ 43
.7.1 Posedur administrative.............................................. 43
4.7.2 Prosedur Tekhnis atau Alur Penelitian...................... 44
4.8 Pengumpulan Data............................................................. 44
.8.1 Instrumen Penelitian.................................................. 45
.8.2 Uji Validitas dan Reliabilitas....................................... 45
4.8.3 Tekhnik Pengumpulan Data...................................... 46
4.9 Analisa Data....................................................................... 48
4.10 Etika penelitian.................................................................. 49
4.10.1 Nilai Sosial atau Nilai Klinis ……………..…………… 49

x
4.10.2 Nilai Ilmiah …………..……………………………… 49
4.10.3 Pemerataan Beban dan Manfaat ………………....... 49
4.10.4 Potensi Resiko dan Manfaat……………………… 50
4.10.5 Kerahasiaan (Confidentiality)…………………….. 50
4.10.6 Informent Consent………………………………… 51
4.10.7 Bujukan (Iducement)……………………………… 51

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA


5.1 Hasil Penelian................................................................................... 55
5.1.1 Data Umum 56
5.1.2 Data Khusus.............................................................................. 58
5.2 Analisa Data..................................................................................... 59

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Interprestasi Dan Diskusi Hasil ......................................................... 60

6.1.1 Literasi Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo....... 60

6.1.2 Kadar Glukosa Darah Kesehatan Pada Penderita Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Maron

Kabupaten Probolinggo 62

6.1.3 Analisis Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah

Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo..................... 64

6.2 Keterbatasan Penelitian.................................................................... 66

6.3 implikasi terhadap pelayanan kesehatan.......................................... 66

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan....................................................................................... 68

7.2 Saran................................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 70
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kerangka Kerja Penelian............................................................ 38


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada
Responden Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Probolinggo Pada Bulan Mei 2021................ 53
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Responden Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Mei
2021 54
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada
Responden Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Mei
2021 54
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada
Responden Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Mei
2021 55
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Literasi Kesehatan
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Mei
2021 55
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Glukosa
Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo Pada Bulan
Mei 2021.....................................................................................56
Tabel 5.7 Analisa Data Berdasarkan Hubungan Literasi Kesehatan
Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten
Probolinggo Pada Bulan Mei 2021.............................................. 56

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual................................................................... 34


Bagan 4.1 Kerangka Kerja Penelitian............................................................ 37

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Melaksanakan Studi Pendahuluan Untuk

Penyusunan Proposal

Lampiran 2 Surat Balasan Ijin Penelitian Dari Bankesbangpol

Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Penelitian Dari Dinas Kesehatan

Lampiran 4 Pengantar Kuesioner

Lampiran 5 Pernyataan Telah Melakukan Informen Consent

Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 7 Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 8 Lembar kuesioner

Lampiran 9 Kuesioner Health Literasy

Lampiran 10 Lembar Observasi Kadar Glukosa

Lampiran 11 Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 13 Data Mentah

Lampiran 14 Master Table Health Literasi dan Lembar Observasi Kadar Glukosa

Lampiran 15 Hasil Uji SPSS

Lampiran 16 Surat Balasan Etik

Lampiran 17 Dokumentasi

Lampiran 18 Lembar Konsultasi

Lampiran 19 Berita Acara Perbaikan

Lampiran 20 Bukti Perbaikan Ujian Kripsi

xiv
DAFTAR SINGKATAN

Daftar simbol
α : Alpha
H1 : Hipotesa Diterima
H0 : Hipotesa Ditolak
ρ : Value
% : Persentase
< : Kurang dari
> : Lebih dari

Daftar singkatan

DM : Diabetes Melitus
WHO : Word Health Organization
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
NAAL : National Assesment of Adult Literacy
IC : Informed Concent
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
KEPPKN : Komisi Etik Penelitian Pengembangan Kesehatan
Nasional
ADA : American Diabetes Association
IDF : International Diabates Federation
KAD : Ketoasidosis Diabetik
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes militus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

sekresi insulin atau kerja insulin (PERKENI, 2015). Global report on

diabetes (2016) melaporkan DM menyebabkan 1,5 juta orang

meninggal. DM bertanggung jawab dalam 2,2 juta kematian sebagai

akibat dari peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler dan lainnya.

Dengan total 3,7 juta orang meninggal dimana sebesar 43%

meninggal sebelum usia 70 tahun (WHO, 2016). DM merupakan

penyakit tersembunyi sebelum muncul gejala yang tampak seperti

mudah lapar, mudah haus, dan sering sering buang air kecil (Isnaini

dan Ratnasari, 2018).

Masalah utama diabetes miletus tipe II adalah kurangnya

respons reseptor terjadi kekurangan terhadap insulin (Resistensi

Insulin). Karena adanya gangguan tersebut insulin tidak mampu

mengirim glukosa ke dalam sel. Insulin memiliki sifat seperti kontraksi

otot (insulin-like effect). Disaat melakukan latihan jasmani resistensi

insulin akan berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin akan mengalami

peningkatan. Hal tersebut menyebabkan DM tipe II mengalami

kekurangan dalam kebutuhan insulin. Hanya disaat melakukan latihan

1
2

jasmani respon mengalami penurunan dan tidak merupakan efek

yang menetap atau berlangsung lama (Gusti Zidni Fahmi, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) memprediksi

kenaikan jumlah penderita DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun

2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. International

Diabetes Federation (IDF) juga memprediksi adanya kenaikan pada

penderita DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1

juta pada tahun 2035 (Eva Decrolin, 2019). Sedangkan di jawa timur

berdasarkan umur ≥ 15 tahun mencapai prevalensi 2,6% (Riskesdas,

2018). Dikabupaten Probolinggo Jumlah penderita Diabetes Melitus

pada tahun 2018 mencapai 4.929 orang dengan Prosentase

sebanyak2,59%(Dinas kesehatan Kabupaten Probolinggo,

2018).Menurut dinas kesehatan Probolinggo pada tahun 2019

tercatat 87,32% atau sebanyak 13.312 jiwa penderita diabetes

mellitus. Hasil tersebut melebihi batas target yang ditentukan oleh

pihak dinas kesehatan Probolinggo yaitu sebanyak 8.285 jiwa

penderita DM. Untuk wilayah kerja puskesmas maron penderita DM

tipe II tercatat 59 penderita yang melakukan laporan pada pustu

kesehatan .

Berdasarkan hasil study pendahuluan di Puskesmas Maron

Kabupaten Probolinggo pada tanggal 20 Desember 2020 dengan

metode wawancara dan skrining kuisioner pada 10 orang penederita


3

DM tipe II, di dapatkan 8 orang (80%) setelah dilakukan cek gula

darah hasil kadar glukosa tinggi yaitu lebih dari 140 mg/dl, mengeluh

bahwa dengan keadaan luka gangren yang di alaminya merasa tidak

nyaman, dan menggangu aktivitasnya, sedangkan 2 orang (20%)

setelah di cek gula darahnya normal yaitu di bawah 140 mg/dl dan

tidak mengeluh adanya rasa nyaman, dan tidak menggangu

aktivitasnya. Dari hasil wawancara dan skrining dengan 10 orang

tersebut di dapatkan semuanya (100%) mengatakan belum

mengetahui tentang penyakit yang di derita.

Literasi kesehatan di dunia saat ini bertumbuh sangat pesat

termasuk di Indonesai literasi kesehatan merupakan topik

pembahasan diskusi diberbagai kalangan, tidak hanya dilingkup

pemerintahan dan Perguruan tinggi, tetapi juga dikalangan forum

komunitas.Literasi sendiri merupakan suatu kemampuan mengakses,

memahami, dan menggunakan sesuatu dengan cerdas melalui

berbagai aktivitas, antara lain membaca, menulis melihat, menyimak

dan berbicara (Kemendikbud 2016). Namun literasi kesehatan yang

diterapkan khususnya dalam upaya peningkatan promosi, perilaku

kesehatan bagi masyarakat di Indonesia sudah muncul meskipun

masih sangat terbatas.

Upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam

meningkatkan literasi kesehatan yaitu dengan menerapkan

Peningkatan kesehatan (Promotif), Pencegahan penyakit (Preventif),


4

Pengobatan (Kuratif), dan Pemulihan kesehatan (Rehabilitatif).

Apabila meningkatkan kemampuan literasi, masing-masing individu

diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup

baik secara individu, keluarga ataupun dalam masyarakat karna

literasi kesehatan tidak hanya berarti kemampuan baca dan tulis

terkait dengan bidang kesehatan saja. Literasi kesehatan yaitu

menggerakkan orang – orang diluar sana agar lebih sadar dan

menghargai kesehatan yang dimilikinya(Oktarina, 2020). Menurut Nur

Amalina et al, (2017) literasi kesehatan merupakan kemampuan

seseorang untuk mendapatkan, memproses, memahami informasi,

dan menerapkan informasi kesehatan. Terkait dengan penelitian

literasi kesehatan Putri dan Nurjanah (2016) juga menyimpulkan

bahwa akses dan sumber informasi kesehatan memiliki hubungan

dengan literasi kesehatan.

Warda et, al (2018) menunjukkan pada penelitiannya adapun

beberapa faktor yang mempengaruhi literasi kesehatan yaitu

pengetahuan, akses informasi kesehatan, tingkat pendidikan, umur,

etnis, dan akses pelayanan kesehatan. Pasien dengan tingkat literasi

kesehatan yang rendah, lebih buruk dalam menangani penyakit

kronis. Penanggulangan penyakit kronis menggunakan self

management, kepatuhan dalam mengkonsumsi obat, memodifikasi

diet dan gaya hidup. Selain literasi kesehatan yang rendah dapat
5

mempengaruhi control giklemik yang buruk pada penderita Diabetes

miletus (Yarmohammadi et al, 2019).

Menurut penelitian Hussein et al (2018) di Kuwait, menyatakan

bahwa 45,5% penderita diabetes miletus memiliki tingkat literasi

kesehatan yang rendah, 19% memiliki tingkat literasi yang sedang,

dan 35,5% memiliki tingkat literasi kesehatan yang tinggi. Sejalan

dengan penelitian Javadzade et al (2019) tentang literasi kesehatan di

Iran menyatakan bahwa 79,6% memiliki literasi kesehatan yang

rendah, 11,6% memiliki literasi kesehatan yang sedang, 8,8% memiliki

literasi kesehatan yang tinggi.

Dampak dari rendahnya literasi kesehatan adalah status

kesehatan semakin memburuk, kurang pengetahuan mengenai

perawatan medis dan kondisi medis, kurang pemahaman dalam

penggunaan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit, laporan

hasil kesehatan yang buruk, tingkat kepatuhan yang kurang, dan

peningkatan angka masuk rumah sakit serta peningkatan biaya

kesehatan. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan

untuk meningkatkan status kesehatan menjadi lebih baik dari

sebelum-sebelumnya. Literasi kesehatan juga memiliki hubungan

yang erat dengan tingkat kematian. Semakin tinggi tingkat literasi

kesehatan suatu masyarakat, semakin rendah tingkat kematian akibat

penyakit. Hal ini karna jika masyarakat tidak memahami informasi

kesehatan, maka masyarakat pun tidak akan mampu menjaga


6

kesehatannya secara memadai penderita pentakit kronis di berbagai

belahan dunia mencangkup hampir separuh 47% dari seluruh tingkat

kesakitan yang ada (World Health Organisation 2015).

Rendahnya literasi kesehatan juga juga berkaitan dengan enggannya

individu untuk berobat kerumah sakit, rendahnya dalam menjaga

kesehatan, kondisi kesehatan yang kurang menambah tingginya

angka kematian (Beauchame, 2015). Untuk itu diperlukan perawatan

diri yang baik karna hal tersebut merupakan elemen kunci dalam

pengontrolan penyakit dan pencegahan komplikasi yang lebih lanjut

(Chusmeywati et al, 2016).

Jika masyarakat sudah paham atau memiliki kesadaran yang

tinggi tentang literasi kesehatan maka akan memperendah angka

kematian atau memperendah angka penderita DM karna dengan

literasi kesehatan masyarakat akan mampu menjaga kesehatannya

sendiri dan bisa membantu para pasien diabetes miletus untuk

mengelolah kadar glukosa darah mereka atau disebut dengan self-

monitoring glukosa karna variabilitas glukosa merupakan faktor resiko

potensional independen dari hasil klinis yang buruk diantara orang

dengan diabetes (Midyett et al, 2019).

Pada DM tipe 2 pankreas masih mampu untuk memproduksi

insulin namun insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi

dengan baik untuk memasukkan glukosa ke dalam sel, sehingga


7

dapat mengakibatkan glukosa di dalam darah meningkat (Aprilia et al,

2018).

Seseorang dikatakan menderita Diabetes jika memiliki gejala

khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia beserta pemeriksaan

kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dL dan kadar glukosa

puasa lebih dari 126 mg/dL (Janitra, F. E., & Sandika, D, 2018). Salah

satu kadar gula darah yang dapat menggambarkan kondisi gula darah

seseorang khususnya pada penderita DM tipe 2 adalah kadar Gula

Darah Puasa (GDP). Kadar GDP diukur setelah seseorang menjalani

puasa selama 10-12 jam. GDP juga menjadi salah satu pedoman

dalam melakukan diagnosis DM. Jika hasil pemeriksaan kadar GDP ≥

126 mg/dl dan terdapat keluhan khas DM, diagnosis DM dapat

ditegakkan (Ndraha S, 2015). Panduan Federasi Diabetes

internasional (IDF) tentang pengelolaan gula darah sesudah makan

merekomendasikan pasien diabetes untuk menjaga kadar gulanya

tidak lebih dari 140 mg/dL pada jam sesudah makan.panduan IDF ini

menekankan pentingnya menjaga gula darah sesudah makan agar

terhindar dari resiko komplikasi diabetes (Federation, 2017).Cara

menjaga kadar gula darah tetap terkontrol, antara lain yaitu dengan

diet yang tepat, olahraga teratur, dan mengkonsumsi obat jika

diperlukan (Bi et al., 2017).Modalitas utama dalam pengaturan

diabetes mellitus salah satunya adalah dengan perubahan gaya hidup

untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Perubahan gaya hidup


8

berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan penderita DM

(Agustin dan Aliyupudn, 2020).

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar

Glukosa Pada Penderita Diabetes Miletus.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas meka peneliti

merumuskan masalah pada penelitian ini “ Apakah ada hubungan antara

literasi kesehatan dengan kadar glukosa pada penderitaDiabetes Miletus

tipe II? “

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan Literisasi Kesehatan Dengan KadarGlukosa

Pada penderita Diabetes Miletus Tipe II.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi literasi kesehatan pada penderita diabetes

miletus tipe II

1.3.2.2 Mengidentifikasi kadar glukosa pada penderita diabetes miletus

tipe II

1.3.2.3 Menganalisis Hubungan literasi kesehatan dengankadar glukosa

pada penderita diabetes miletus tipe II


9

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi instusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber data baru yang

bisa digunakan sebagai pemecahan yang ada kaitannya dengan

Hubungan literisasi kesehatan dengan kadar glukosa pada penderita

diabetes miletus dan dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.

1.4.2 Bagi profesi keperawatan

Setelah dilakukan penelitian ini dapat memberikan informasi baru

bagi profesi keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah tentang

Hubungan literisasi kesehatan dengan kadar glukosa pada pasien

diabetes miletus tipe II.

1.4.3 Bagi Lahan Praktik

Penelitian ini bertujuan untuk melihat atau mengetahui Hubungan

literisasi kesehatan dengan kadar glukosa pada penderita diabetes

miletus tipe IIBagi Responden.

1.4.4 Bagi Responden

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

memperkenalkan Hubungan literisasi kesehatan dengan kadar glukosa

pada penderita diabetes miletus tipe IIBagi Responden

1.4.5 Bagi peneliti

Dapat menambah pemahaman terhadap ilmu pengetahuan

tentang Hubungan literisasi kesehatan dengan kadar glukosa pada

penderita diabetes miletus tipe II.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Milletus (DM)

2.1.1 Definisi DM

Diabetes Milletus adalah salah satu penyakit kronis paling

umum di dunia, terjadi ketika produksi insulin pada pankreas tidak

mencukupi atau pada saat insulin tidak dapat digunakan secara

efektif oleh tubuh. Menurut World Health Organization (WHO) tahun

2016, Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana organ

pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak

efektif dalam menggunakannya.

Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit degeneratif

yang menjadi perhatian penting karena merupakan bagian dari

empat prioritas penyakit tidak menular yang selalu mengalami

peningkatan setiap tahun dan menjadi ancaman kesehatan dunia

pada era saat ini (International Diabetes federation (IDF)

(2019).Menurut Rafik M. Ghobrial (2020) Diabetes terjadi ketika

kelebihan glukosa terakumulasi didarah karena pankreas, organ

yang bertanggung jawab untuk homeostasis glukosa dalam aliran

darah, tidak berproduksi cukup insulin. Yasuaki Takeji et al, (2020)

juga mendefinisikan bahwa diabetes mellitus (DM), penyakit kronis

yang mempengaruhi sejumlah besar orang di seluruh dunia, adalah

yang utama manajemen DM tetap menjadi masalah yang menarik.


11

Diabetes Melitus menurut World Health Organization (WHO)

dan American Diabetes Association dikategorikan menjadi Diabetes

Melitus tipe 1, Diabetes Melitus tipe 2 dan Diabetes Melitus tipe

lain. Tipe utama dari Diabetes Melitus ialah tipe 1 dan tipe 2, dan

bentuk kasus tersering ialah DM tipe 2 (Putri, 2015). Diabetes

Melitus tipe 2 merupakan DM yang paling umum di jumpai di

masyarakat, biasanya terjadi pada usia 30 tahun ke atas. Pada DM

tipe 2 pankreas masih mampu untuk memproduksi insulin namun

insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik

untuk memasukkan glukosa ke dalam sel, sehingga dapat

mengakibatkan glukosa di dalam darah meningkat (Aprilia et al,

2018)

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa diabetes

miletus adalah suatu penyakit kronis yang dimiliki sejumlah orang di

seluruh dunia yang disebabkan gagalnya organ pankreas dalam

memproduksi jumlah hormon insulin sehingga menyebabkan

peningkatan atau kelebihan gula darah.

2.1.2 Klasifikasi DM

Terdapat beberapa jenis dari DM dan berikut adalah

penjelasan klasifikasi DM menurut (International Diabetes

federation (IDF) 2019.

1. DM Tipe I
12

DM Tipe I disebabkan oleh reaksi autoimun dimana

sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta. Akibatnya, tubuh

menghasilkan insulin yang sangat sedikit dengan defisiensi

insulin relatif atau absolut.

Penyakit ini bisa berkembang pada semua umur tapi DM tipe I

sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang dengan DM

tipe I memerlukan insulin setiap hari untuk mempertahankan

tingkat glukosa dalam kisaran yang tepat.

2. DM Tipe II

Adalah jenis DM yang paling umum, terhitung sekitar

90% dari semua kasus DM. Pada DM Tipe II hiperglikemia

adalah hasil dari produksi insulin yang tidak adekuat dan

ketidakmampuan tubuh untuk merespon insulin secara penuh.

Selama keadaan resistensi insulin, insulin bekerja tidak secara

efektif dan karena itu pada awalnya mendorong peningkatan

produksi insulin untuk mengurangi kadar glukosa. DM Tipe II

paling sering terlihat pada orang dewasa yang lebih tua namun

semakin terlihat pada anak-anak, remaja, orang dewasa muda.

Penyebab ada kaitan kuat dengan obesitas. Penyebab DM Tipe

II ada kaitan kuat dengan obesitas, bertambahnya usia serta

riwayat keluarga

3. DM Gestasional
13

DM gestasional adalah jenis DM yang mempengaruhi ibu

hamil biasanya selama trimester kedua dan ketiga kehamilan

meski bisa terjadi kapan saja selama kehamilan. Pada beberapa

wanitaDM dapat didiagnosis pada trimester pertama kehamilan

namun pada kebanyakan kasus, DM kemungkinan ada sebelum

kehamilan, namun tidakterdiagnosis. DM gestasional timbul

karena aksi insulin berkurang (resistensi insulin) akibat produksi

hormon oleh plasenta (IDF, 2017).

2.1.3 Etiologi DM

Menurut Eva Decrolin (2019) etiologi dari terjadinya diabetes

mellitus itu ada 2. Yang pertama yaitu terjadinya resistensi insulin.

Dimana sel-sel sasaran dari insulin tersebut gagal merespon insulin

secara baik dan normal. Ketika sel beta pankreas tidak adekuat

dalam mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar

gula dalam darah seketika akan meningkat dan akan terjadi

hiperglikemi kronik. Etiologi yang ke 2 yaitu disfungsi sel beta

pankreas, dimana DM tipe II akan mengalami penurunan fungsi

dan peningkatan resistensi insulin yang berlanjut. Sel beta

pankreas tidak lagi memproduksi insulin yang baik dan pasti tidak

adekuat untuk mengkompensasi peningkatan resistensi insulin.

2.1.4 Patofisiologi

Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan

gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena


14

insulin tidak dapat bekerja secara optimal, jumlah insulin yang tidak

memenuhi kebutuhan atau keduanya. Gangguan metabolisme

tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena kerusakan

pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat

kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah penurunan

reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena

kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (Fatimah, 2015).

Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Restyana

Noor F (2015) yang mengatakan dalam penelitiannya Diabetes

melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,

namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu

merespon insulin secara normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai

“resistensi insulin”. Resistensi insulinbanyak terjadi akibat dari

obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada

penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi

glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan

sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe

2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2

hanya bersifat relatif dan tidak absolut.Namun menurut (PERKENI,

2015) Otot dan hati yang mengalami resistensi insulin menjadi

penyebab utama DM tipe 2. Kegagalan sel beta pankreas untuk

dapat bekerja secara optimal juga menjadi penyebab dari DM tipe

2.
15

Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral

gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka

pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.

2.1.5 Tanda dan Gejala DM

Tanda dan gejala dari DM tipe 2 menurut IDF (2017) adalah

a Haus yang berlebihan dan mulut kering

Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena

kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk

meningkatkan asupan cairan.

b Sering buang air kecil dan berlimpah

Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula

dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk

mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin.

(PERKENI, 2015).

c Kurang energi, kelelahanekstrim

Kelelahan terjadi karena penurunan proses glikogenesis

sehingga glukosa tidakdapat disimpan sebagai glikogen dalam hati

serta adanya proses pemecahan lemak (lipolisis) yang

menyebabkan terjadinya pemecahan trigliserida (TG) menjadi

gliserol dan asam lemak bebas sehingga cadangan lemak menurun.

d Kesemutanatau mati rasa di tangan dankaki

Mati rasa merupakan hasil dari hiperglikemia yang

menginduksi perubahan resistensi pembuluh darah endotel dan

mengurangi aliran darah saraf. Orang dengan neuropati memiliki

keterbatasan dalam kegiatan fisik sehingga terjadi peningkatan gula


16

darah.

e Infeksi jamur berulang dikulit

Kadar gula kulit merupakan 55% kadar gula darah pada

orang biasa. Pada pasien DM, rasio meningkat sampai 69-71% dari

glukosa darah yang sudah meninggi. Hal tersebut mempermudah

timbulnya dermatitis, infeksi bakterial (terutama furunkel), dan

infeksi jamur terutama kandidosis (Djuanda, 2008).

f Lambatnya penyembuhan luka

Kadar glukosa darah yang tinggi di dalam darah

menyebabkan pasien DM mengalami penyembuhan luka yang lebih

lama dibanding dengan manusia normal (Nagori & Solanki, 2011).

g Pengelihatan kabur

Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) dapat

menyebabkan peningkatan tekanan osmotik pada mata dan

perubahan pada lensa sehingga akan terjadi penglihatan yang tidak

jelas atau kabur.

2.1.6 Komplikasi

Menurut WHO (2017) komplikasi yang timbul akibat DM yaitu

ketika DM tidak dikelola dengan baik, komplikasi berkembang yang

mengancam kesehatan dan membahayakan kehidupan. Komplikasi akut

adalah penyumbang signifikan terhadap kematian, biaya dan kualitas

hidup yang buruk. Gula darah tinggi yang tidak normal dapat memiliki

dampak yang mengancam jiwa jika memicu kondisi seperti diabetes

ketoasidosis (DKA) pada tipe 1 dan 2, dan koma hiperosmolar pada tipe 2.

Gula darah yang rendah dapat terjadi pada semua tipeDM dan
17

dapat menyebabkan kejang atau kehilangan kesadaran. Ini mungkin

terjadi setelah melewatkan makan atau berolahraga lebih dari biasanya,

atau jika dosis obat anti-DM terlalutinggi.DM dapat merusak jantung,

pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf, dan meningkatkan risiko penyakit

jantung dan stroke. Kerusakan seperti itu dapat mengakibatkan

berkurangnya aliran darah, yang dikombinasikan dengan kerusakan saraf

(neuropati) di kaki sehingga meningkatkan kemungkinan tukak kaki,

infeksi dan kebutuhan amputasi kaki. Retinopatidiabetik merupakan

penyebab kebutaan yang penting dan terjadi sebagai akibat dari

akumulasi kerusakan jangka panjang pada pembuluh darah kecil di retina.

DM adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal. Sebab utama

gangguan ginjal pada pasien DM adalah buruknya mikrosirkulasi.

Gangguan ini sering muncul paralel dengan gangguan pembuluh darah di

mata.Penyebab lainnya adalah proses kronis dari hipertensi yang

akhirnya merusak ginjal. Kebanyakan pasien sebelumnya tidak memiliki

keluhan ginjal.

Kompliasi yang dialami oleh penderita DMT2 biasanya salah

satunya dipengaruhi oleh faktor lamanya menderita penyakit DM, semain

lama pasien menderita DM maka menyebabkan pasien mengalami

kompliasi akut maupun kompliasi yang bersifat kronis. Komplikasi-

komplikasi diabetes milletus menurut (PERKENI, 2015) yaitu :

a. komplkasi akut

1) Krisis hipergliemia

a) ketoasis Diabetik

KAD merupakan terjadinya peningkatan kadar gula


18

dalam darah yang tinggi berkisar ( 300-600 mg /dL ), disertai

dengan adanya gejala asidosis dan plasma keton ditemukan

(+) yang bersifat kuat. Osmolaritas plama darah meningkat

(300- 320 mOs/ml ) bersamaan dengan peningkatan anion

gap.

b) Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH) Adalah komplikasi

akut diabetes melitus diamana terjadi keadaan peningkatan

kadar gula darah yang sangat tinggi berkisar (600-1200

mg/dL), dalam keadaan ini tidak ditemui adanya gejala

asidosis. Osmolaritas plasma dalam darah mengalami

peningkatan ( 330-380 mOs/ml ), plasma keton (+/-), dan

anion gap dalam kadar normal atau sedikit meningkat.

2) Hipoglikemia

Adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan

menurunya kadar gula dalam darah dengan ambang batas < 70

mg/dL. Keadaan hipoglikemia bisa terjadi dengan gejala atau tidak

ada gejala sistem otonom. Pasien diabetes melitus tidak

semuanya menunjukkan kejadian hipoglikemia, meskipun kadar

gula darahnya rendah. Kejadian hipoglikemia paling sering terjadi

pada pasien DM yang terapi sulfonilurea dan insulin. Pengawasan

pemakaian obat harus diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan

seluruh waktu kerja obat telah habis. Pengawasan ini berlangsung

dari 24-72 jam diutamakan pada pasien DM dengan gagal ginjal

kronik. Pasien dengan resiko hipoglikemia harus selalu

memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan mengenai adanya


19

kemungkinan hipoglikemia simtomatik ataupun asimtomatik.

b. Komplikasi Kronis

1) Makroangiopati Komplikasi kronis yang berhubungan dengan

adanya sumbatan pada pembuluh darah dalam tubuh seperti

pembuluh darah jantung, pembuluh darah perifer dan pembuluh

darah otak. Tersumbatnya pembuluhok darah di jantung bisa

menyebabakan penyakit jantung koroner, penyumbatan pembuluh

darah perifer bisa berujung pada ulkus iskemik pada kaki dan

penyumbatan pembuluh darah di otak bisa berakibat pada

serangan stroke iskemik ataupun hemoragik.

2) Mikroangiopati Adalah kondisi yang spesifik yang menyerang

pembuluh kapiler arteriola retina pada mata (retinopati), rusaknya

fungsi nefron ginjal berakibat influsiensi ginjal dan uremia

(nefropati) dan menggangu syaraf perifer (neuropati ) otot dan

kulit.

2.1.7 Faktor Resiko

Menurut (Hupfeld and Olefsky, 2016) faktor resiko diabetes

melitus tipe 2 bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah

a. Faktor Gaya Hidup (Diet, Latihan dan Obesitas) Adopsi gaya hidup

urbanisasi atau kebarat-baratan sering dikaitkan dengan perubahan

pola makan yang memiliki kandungan kalori, lemak total dan

karbohidrat olahan yang lebih tinggi. Sebagian besar orang lebih

memilih makanan siap saji (fast food) untuk dijadikan makanan

sehari-hari padahal makanan ini memiliki kalori yang tinggi dan sulit
20

untuk dicerna (Hupfeld and Olefsky, 2016). Ditambah dengan

kurangnya aktivitas fisik dan jarang olah raga akan menyebabkan

penumpukan lemak dalam tubuh karena tidak diimbangi dengan

olah raga teratur. Apabila hal ini dilakukan secara terus-menerus

akan berakhir pada kondisi tubuh mengalami obesitas. Ketika

seseorang mengalami obesitas otomatis pada bagian tubuh

tertentu memiliki timbunan lemak, terutama pada bagian perut.

Timbunan lemak dalam perut merupakan salah satu faktor

terjadinya resisten insulin karena kelebihan lemak dan tidak aktif

secara fisik akan menyebabkan otot, sel lemak dan hati tidak

berespon secara optimal dengan insulin. Pankreas akan tetap

memproduksi insulin secara ekstra sebagai mekanisme

kompensasi tubuh agar gula darah tetap normal. Namun apabila

hal ini terus dibiarkan akan menyebabkan pankreas menjadi lelah

dan produksi insulin tidak adekuat dan bisa jatuh pada kondisi

prediabetes atau diabetes (Hupfeld and Olefsky, 2016).

b. Faktor Usia

Penuaan sering dikaitkan dengan adanya penurunan

toleransi glukosa darah, hal ini diakibatkan oleh menurunya

sensitivitas insulin dan sekresi insulin. Faktor usia sering dikaitkan

dengan kurangnya aktivitas fisik yang biasa dilakukan dan

meningkatnya penumpukan lemak. Resiko DM tipe 2 meningkat

seiring bertambahnya usia namun masih dipengaruhi oleh

beberapa faktor lain seperti adanya gangguan genetika dan

pengaruh lingkungan seperti obesitas yang saling mempengaruhi


21

(Hupfeld and Olefsky, 2016). Pada pasien DMT1 sering dialami

oleh bayi sampai masa remaja dikarenakan adanya proses

rusaknya sel-sel beta padapankreas yang disebabkan oleh proses

autoimun, sementara pada pasien DMT2 rata-rata usia yang

mengalami penyakit tersebut berkisar pada awal 30 tahun.

c. Berat Lahir Rendah

Berat badan lahir rendah ketika bayi menjadi salah satu

faktor resiko terjadinya DM, hal ini berkaitan dengan

pengembangan resistensi insulin. Mekanisme masalah ini berkaitan

dengan adaptasi janin epigenik pada saat lahir terhadap

rangsangan nutrisi dan adanya paparan glukokortikoid janin yang

berlebihan yang bisa mempengaruhi pada metabolisme nutrisi

seseorang (Hupfeld and Olefsky, 2016).

d. Pemakaian Obat – Obatan

Dalam mengkonsumsi obat-obatan tertentu harus

memerlukan resep dari dokter. Beberapa obat-obatan terindikasi

bisa menaikkan kadar gula dalam darah namun kondisi ini hanya

berifat sementara, namun apabila seseorang memiliki resiko

diabetes mengkonsumsi obat-obatan jenis ini secara rutin dan

dalam dosis yang besar maka bisa mengarah ke infusiensi insulin.

Diperlukan kehati-hatian yang tinggi dalam mengkonsumsi obat-

obatan seperti hormon steroid, obat anti hipertensi, diuretika dosis

tinggi, obat-obata betablokers, penurun kolestrol dan hormon tiroid

(Tandra, 2017).

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostic


22

Pemeriksaan diagnostic untuk DM tipe II akan ditentukan hasil

pemeriksaan darah plasma puasa >126 mg/ 100 mL. ada juga

peningkatan hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) dengan kisaran >8 %

merupakan tanda dari terjadinya diabetes mellitus tipe II (Corwin, 2009

dalam Husyn, 2017).

Melakukan pemeriksaan gula darah yang sewaktu akan

menentukan hasil seseorang diabetes mellitus dengan teknik gula darah

sewaktu dengan nilai rendah <180 mg/dL, dan nilai tinggi >180 mg/dL

(Corwin, 2009 dalam Husyn, 2017).

Pasien dengan diabetes mellitus dapat juga dilakukan

pemeriksaan darah IGT (Impaired Glucose Tolerance) atau terjadinya

kegagalan toleransi darah dengan nilai plasma darah >126-200 mg/dL.

Dan untuk pemeriksaan IFT (Impaired Fasting Tolerance) atau disebut

kegagalan toleransi disaat berpuasa dengan nilai 110-140 mg/dL (WHO,

2016).

2.1.9 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

1. Farmakologi

Menurut Sugiarto (2018) beberapa intervensi yang dapat

diberikan untuk terapi farmakologi pada penderita diabetes

mellitus II yaitu salah satunya Dapagllifozin. Dapagllifozin dapat

memblokade SGLT2 dan reabsorbsi ke pembuluh darah akan

berhenti. Dapagllifozin dapat meningkatkan filtrasi glukosa

melalui ginjal menuju urine untuk dikeluarkan dari tubuh. Untuk

dosis pemakaian pada pasien diabetes mellitus tipe 2 antara 2.5


23

hingga 20 mg, pengeluaran glukosa setelah 1 hari berada pada

rentang 38-77 g dan setelah 2 minggu menjadi 42 hingga 73 g.

Menurut Joice (2019) obat dapaglliflozin pada umumnya

digunakan pada pasien DM tipe II jika terapi non

farmakologisnya tidak berhasil. Sediaan dapagliflozin adalah 5

mg dan 10 mg dalam bentuk tablet. Dapagliflozin bekerja

dengan menghambat secara kompetitif protein Sodium Glucose

Cobtransporter 2 (SGLT2). Hal ini akan menyebabkan terjadinya

ekskresi glukosa yang meningkat pada urine dan menyebabkan

penurunan kadar glukosa darah. Pemberian dapagliflozin secara

oral akan diabsorpsi secara cepat kedalam pencernaan, kadar

obat yang sistematik (bioavailibitas) kurang lebih 78%. Dan

untuk waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar maksimum

diplasma kurang lebih 1-2 jam, itu tergantung ada tidaknya

makanan.

Menurut Sudesna (2017) Metfromin ini dapat mengurangi

pengeluaran glukosa hipatik, meningkatkan sensitivitas jaringan

perifer, dan menstimulasi sekresi GLP-1. Metrofin juga mampu

menurunkan konsentrasi HbA1c sekitar 1-2%, berat netral, tidak

menyebabkan hipoglikemi.

2. Non-Farmakologi

a. Program Diet
24

Menurut Yan Zheng (2018) penelitian observasional

dan intervensi pada hubungan antara risiko DM tipe II dan

asupan nutrisi dan kelompok makanan, serta pola makanan,

Diet yang dimaksud dalam penatalaksanaan non

farmakologi yaitu menjadi pola dan porsi makan yang

sesuai. Seperti yang mengandung lemak dan karbohidrat

berkualitas tinggi (yaitu,rendah trans asam lemak, asam

lemak tak jenuh ganda dan dengan indeks glikemik rendah

dan glikemik).

b. Latihan Jasmani

Latihan fisik secara teratur merupakan saran strategi

aktivitas fisik yang penting dilakukan perawat praktisi

gunakan dalam pengelolaan diabetes. Panduan ini

memberikan rekomendasi aktivitas fisik untuk individu

dengan diabetes, termasuk pengembangan resep aktivitas

fisik. Pertimbangan khusus untuk aktivitas fisik di Indonesia

individu dengan diabetes disediakan untuk penyakit organ

target, diabetes tipe I, dan diabetes tipe II. Salah satu

aktifitas fisik yang disarankan yaitu senam ergonomic dan

senam aerobic. ADA (American Diabetes Association)

merekomendasikan minimal 150 menit per minggu latihan

aerobik intensitas sedang hingga kuat aktivitas bila

memungkinkan (Martha, 2017).


25

Menurut Noorul (2016) latihan aerobik dapat

membantu tubuh menggunakan insulin dengan lebih baik,

dan juga membuat hati dan tulang kuat, menghilangkan

stres, meningkatkan sirkulasi darah, dan mengurangi risiko

jantung penyakit dengan menurunkan kadar glukosa darah.

Salah satu aktifitas fisik yang disarankan yaitu senam

ergonomic, senam yang memiliki teknik untuk

mengembalikan atau membetulkan posisi, kelenturan

system saraf dan aliran darah, memaksimalkan aliran suplai

darah ke otak, serta dapat mengotrol gula darah dalam

tubuh (Wratsongko, 2015 dalam Akhmat Fathoni, 2019).

2.2 Konsep Literasi Kesehatan

2.2.1 Definisi Literasi Kesehatan

Literasi kesehatan merupakan hal yang sangat penting dimiliki

karena dapat berdampak pada batasan faktor sosial, kultur, dan individu,

terutama dalam komunikasi yang terjadi di era saat ini. Literasi sendiri

merupakan suatru kemampuan mengakses, memahami, dan

menggunakan sesuatu dengan cerdas melalui berbagai aktivitas, antara

lain membaca, menulis melihat, menyimak dan berbicara (Kemendikbud

2016). Menurut WHO 2015 literasi kesehatan sebagai keterampilan

kognitif dan sosial yang menentukan motivasi dan kemampuan individu

untuk mendapatkan akses, memahami dan menggunakan informasi

dengan cara yang dapat mempromosikan dan mendapatkan kesehatan


26

yang baik. Namun menurut Flearly et al, tahun 2017 mengatakan bahwa

Literasi kesehatan adalah keahlian individu agar bisa mendapat,

memperoleh, dan mengartikan dasar informasi kesehatan serta

keperluan pelayanan yang diperlukan untuk mendapatkan keputusan

kesehatan dengan benar. Hal ini merupakan suatu strategi penting

dalam meningkatkan kontrol individu terhadap kesehatan yang dimiliki

serta berkaitan dengan kemampuan individu dalam mencari suatu

informasi dan mengambil keputusan terkait dengan kondisi

kesehatannya (Finbraten, 2018).

Jadi menurut penjelasan diatas saya simpulkan bahwa Literasi

kesehatan juga dapat didefinisikan menjadi keahlian masyarakat dalam

mendorong personal skill untuk mengakses, mengartikan,

membandingkan, serta melakukan informasi kesehatan.

2.2.2 Model Literasi Kesehatan

Menurut Sorensen (2012) Literasi kesehatan tediri dari kompetensi

yang diperlukan untuk mencari dan mengakses informasi kesehatan,

memahami isinya, menafsirkan dan menilai informasi, dan menerapkan

informasi kesehatan secara memadai.

Inti dari model literasi kesehatan menurut Sorensen menunjukkan

adanya kompetensi yang terkait dengan proses mengakses, memahami,

menilai dan menerapkan innformasi terkait dengan kesehatan, Literasi

kesehatan dalam model ini memiliki 4 jenis kompetensi utama yaitu :

a. Access (Mengakses)

Kompetensi yang mengacu pada kemampuan untuk mencari

menemukan dan memperoleh informasi kesehatan, memperoleh dan


27

mengakses informasi kesehatan tergantung pada pemahaman,

waktu dan kepercayaan.

b. Understand (Memahami)

Kompetensi ini mengacu pada kemampuan untuk memahami

informasi kesehatan yang di akses. Kompetensi memahami informasi

tergantung pada harapan, manfaat yang di rasakan, hasil

individualisasi dan cara menginterprestasikan informasi.

c. Apparaise (Menilai)

Kompetensi ini menggambarkan kemampuan untuk menafsirkan,

menyaring, menilai dan mengevaluasi informasi kesehatan yang

telah di akses. Pemrosesan dan penilaian suatu informasi tergantung

pada kompleksitas dan pemahaman suatu informasi.

d. Apply (Menerapkan)

Kompetensi yang mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi

dan menggunakan informasi untuk membuat keputusan dan

meningkatkan kesehatan. Komunikasi yang efektif tergantung pada

pemahaman seseorang dalam menerima informasi.

Proses diatas akan menghasilkan pengetahuan dan keterampilan yang

memungkinkan seseorang untuk menavigasi 3 domain kontinum literasi

kesehatan yaitu :

a. Health Care : pasien sedang sakit atau berada dalam pengaturan

perawatan kesehatan.

b. Disease Prevention : pasien sebagai orang yang beresiko terkena

penyakit dalam sistem pencegahan penyakit (pencegahan penyakit).

c. Health Promotion : sebagai individu yang berkaitan dengan upaya


28

promosi kesehatan baik di masyarakat, tempat kerja, sistem

pendidikan dan arena politik.

Proses literasi kesehatan di masing-masing domain membantu

individu dalam mengambil kendali atas kesehatan, dengan menerapkan

literasi kesehatan seseorang akan memperoleh informasi yang

diperlukan, memahami informasi, manganallisis secara bkritis suatu

informasi, dan terlibat secara independen untuk terlibat dalam suatu

tindakan kesehatan.

2.2.3 Faktor – faktor Literasi Kesehatan

National Assesment of Adult Literacy (NAAL) menyebutkan,

faktor-faktor yang mempengaruhi literasi kesehatan seseorang yang

rendah adalah usia tua, pendidikan rendah, disparitas etnis, hambatan

dalam mengakses pelayanan kesehatan dan mengakses informasi

kesehatan (The Health Literacy Of America’s Adults, 2018) Adapun

beberapa faktornya yaitu :

a) Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni:

indra penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Tingkat health literacy yang rendah berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan.Sehingga berpengaruh pada pencegahan

penyakit, pengobatan dan perawatan diri.

b) Akses Informasi Kesehatan


29

Akses informasi kesehatan adalah sebuah pencapaian,

peralihan dan perolehan akan informasi dengan atau tanpa

menggunakan alat berupa telekomunikasi dan melalui saluran atau

media (Anis Fuad, 2017). Akses informasi kesehatan menjadi

sebuah jembatan yang menghubungkan sumber informasi, sehingga

informasi yang dibutuhkan oleh setiap individu dapat terpenuhi.

c) Tingkat pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai usaha untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan

kebudayaannya. Secara tidak langsung, pendidikan dapat

mempengaruhi pekerjaan dan pendapatan seseorang, sehingga

mempengaruhi tingkat kemelekan kesehatan

d) Etnis

Budaya yang dimiliki berbagai etnis mempengaruhi

kepercayaan kesehatan, konsep antara sehat dan sakit dan cara

menafsirkan pesan-pesan kesehatan. Budaya tersebut akan

mempengaruhi pola pencarian pelayanan kesehatan dan cara

berkomunikasi dengan petugas kesehatan

e) Akses pelayanan kesehatan

Akses pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Forsyth et al, (2018) akses

pelayanan kesehatan bergantung dengan saranan transportasi yang

tersedia untuk mencapai pelayanan kesehatan, lokasi pelayanan


30

kesehatan dan adanya suransi kesehatan. Akses pelayanan

kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

2.2.4 Cara mengukur Literasi kesehatan

Untuk dapat mengetahui health literacy kesehatan masyarakat perlu

dilakukan pengukuran dan penilain. Beberapa cara untuk mengukur

literasi kesehatan :

a) HLS- EU

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam enam bahasa

(bahasa Bulgaria, Belanda, Jerman, Porlandia dan Spanyol) oleh

penerjemah profesional dan diverifikasi oleh tim peneliti nasional,

yang memfalitasi data tersebut, koleksi atas nama Konsarium HLS-

EU. HLS-EU dilakukan untuk menilai keaksaraan kesehatan, cara

orang mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi

untuk membuat keputusan mengenai perawatan kesehatan,

pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.

Pada tahun 2016 telah dikembangkan dan lebih diringkas

oleh tim Penelitian AHLA (Taiwan dan Vietnam). HLS-EU 12 diambil

dari HLS –EU 47Q (Duong et al, 2016).

b) REALM (Rapid Estimate of Adult Literacy in Medicine)

Adalah alat ukur perkiraan cepat literasi orang dewasa dalam

pengobatan. Alat uji literasi kesehatan ini hanya menguji

kemampuan membaca pasien terkait dengan kesehatan yang harus

dibaca dengan keras. Ada 66 kata yang diujikan, contohnya

hormones, menopouse, constipation dan anemia. Apabila dibaca

dengan benar akan mendapat nilai dan apabila cara membacanya


31

salah akan smendapat nilai minus (HHS Public Access, 2018).

c) TOFLA (Test of Functional Health Literacy in adults)

Merupakan alat uji kemampuan pasien dalam membaca,

memahami dan melaksanakan petunjuk dari petugas kesehatan.

Pasien diberi botol obat yang tertera tulisan cara minum obat.

Pasien akan ditanya jam berapa harus minum obat, berapakah dosis

minum obat dalam satu hari(Audiologi Communication Reserch

Health Literacy assesment Instrumen, 2018)

2.2.5 Dampak Literasi kesehatan

a) Mempunyai status kesehatan yang buruk, misalnya merokok

disembarang tempat, tidak memberikan asi eksklusif pada bayinya,

dan saat anak sedang sakit tidak datang kepelayanankesehatan.

b) Berkurangnya kapasitas untuk mengelola penyakit kronis, misalnya

pada penderita DM kurang dapat mengontrol gula darah, pasien

kurang dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit DM sehingga

mengalami keterlambatan dalam pencarian perawatan.

c) Cenderung salah dalam pengobatan, keadaan ini semakin

menyulitkan seseorang untuk meminum beberapa jenis obat dan

menjadikan pasien yang menjalani pengobatan yang kurang dan

terlalu berlebihan dan pasien juga akan mengalami bahaya efek

samping obat.
32

2.3 Konsep Kadar Glukosa Darah

2.3.1 Definisi Kadar Glukosa

Kadar Glukosa merupakan sejumlah glukosa yang terdapat di

plasma darah. Pemantauan kadar gluosa darah sangat dibutuhan dalam

menegakkan suatu diagnosa terutama untuk penyakit diabetes milletus

(DM), pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dL

dan kadar glukosa puasa lebih dari 126 mg/dL (Janitra, F. E., & Sandika,

D, 2018).

2.3.2 Pemeriksaan Gula Darah

Menurut Soegondo, Soewondo, dan Subekti (2015)

pemeriksaan gula darah dibedakan menjadi 3 yaitu: Pemeriksaan

glukosa urin, pemeriksaan HbA1c, pemeriksaan glukosa plasma,

dan pemeriksaan glukometer.

1. Pemeriksaan Glukosa Urin

Pemeriksaan glukosa urin dapat dilakukan di laboratorium atau

klinik untuk mengetahui kadar gula darah dalam urin.

2. Pemeriksaan HbA1C

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang

dapat digunakan pada semua tipe diabetes melitus terutama untuk

mengetahui status glikemik jangka panjang karena hasilnya sangat

akurat.

3. Pemeriksaan Glukosa Plasma

Pemeriksaan glukosa plasma dilakukan dengan menggunakan

sampel darah lengkap (whole blood), Plasma dibuat dalam tabung

bekuan untuk memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam


33

sampel oleh sel-sel darah sampai terjadi pemisahan melalui

pemusingan (sentrifugasi). Jumlah sel darah yang tinggi dapat

menyebabkan glikolisis yang berlebih sehingga terjadi penurunan

kadar glukosa. Untuk mencegah glikolisis tersebut, plasma harus

segera dipisahkan dari sel-sel darah.

Pemeriksaan Glukosa plasma yaitu :

a) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa

adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8jam

b) Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa

75gram.

c) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan

keluhan klasik. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ini

merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memperhatikan waktu makanterakhir.

4. Pemeriksaan Glukometer

Pemeriksaan gula darah dengan menggunakan uji strip

glukometer dapat dilakukan dengan cepat dan mudah yang hasilnya

dapat diketahui secara langsung oleh tenaga kesehatanmaupun

pasien, sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi dalam

pengobatan.

Adapun Prosedur pemeriksaan yang dilakukan yaitu :

a. Pengambilan sampel arah kapiler dengan membersikhkan ujung jari

pasien dengan mengunakan kapas alkohol, ujung jari ditusuk

dengan menggunakan jarum penusuk (inet).


34

b. Aplikasikan setetes darah pada strip pemeriksaan.

c. Tunggu hasil selama kurang lebih 6 detik,

d. kemudian hasil akan keluar dari glukometer tersebut,

e. setelah itu membersihkan ujung jari dengan kapas alkohol.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk pengambilan gula darah

sewaktu, gula darah puasa, dan gula darah 2 jam setelah makan.

Bukan Belum DM
DM Pasti DM

Kadar Glukosa Plasma Vena <100 100-199 ≥200


darah Sewaktu Plasma <90 90-199 ≥200
(mg/dl) Kapiler
Kadar Glukosa Plasma Vena <100 100-125 ≥126
darah Puasa Plasma <90 90-99 ≥100
(mg/dl) Kapiler
Sumber : (PERKENI, 2015).

2.3.3 Macam-macam Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Berdasarkan Soegondo dan Sidartawan (2011), ada beberapa

macam pemeriksaan kadar gula darah yang dapat dilakukan, yaitu:

1) Glukosa Darah Sewaktu (GDS)

Pemeriksaan guka darah yang dilakukan setiap waktu

sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakir yang

dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut Glukosa Darah

Puasa (GDP)

2) Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa darah yang

dilakukan setelah pasien melakukan 8-10 jam

3) Glukosa Darah 2 jam Post pradinal


35

4) Pemeriksaan glukosa ini adalah pemeriksaan glukosa yang

dihitung 2 jam setelah pasien menyelesaikan makan

Tabel 2.3.3 Patokan Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa


untuk Menyaring dan Mendiagnosis DM

Bukan Belum pasti Pasti


Kadar glukosa darah Plasma vena <100 100-199 ≥200
sewaktu (mg/dL) Darah kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar glukosa darah Plasma vena <100 100-125 ≥126
Puasa (mg/dL) Darah kapiler <90 90-99 ≥100

2.3.4 Manfaat Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Pemantauan kadar gula darah adalah cara yang lazim untuk

menilai pengendalian DM. Disamping indikator yang lainnya, hasil

pemantauan gula darah tersebut digunakan untuk menilai manfaat

pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, olahraga dan

obat-obatan untuk mencapai kadar gula darah senormal mungkin serta

terhindar dari keadaan hiperglikemia atau hipoglikemia (Soegondo dan

Sidartawan, 2011). Parameter yang dapat digunakan untuk

pemantauan kadar gula darah pada pasien DM menurut (Soegondo

dan Sidartawan, 2011).

Tabel 2.3.4 Parameter Pemantauan Kadar Gula Darah

Parameter Baik Sedang Buruk


Glukosa darah puasa (mg/dL) 80-109 110-125 >126
Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 110-144 145-179 >180
AIC (%) <65 6,5-8 >8
Kolesterol total (mg/dL) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL (mg/dL) <100 100-129 >130
Kolesterol HDL (mg/dL) >45
Trigliserida (mg/dL) <150 150-199 >200
36

IMT (kg/m) 18,5-22,9 23-25 >25


Tekanan darah (mmHg) <130/80 130-140/80-90 >140/90

2.3.5 Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah

Gula darah merupakan pecahan darikarbohidrat yang diserap tubuh

ke dalam aliran darah, glukosa berperan sebagai bahan bakar utama

dalam tubuh, dan fungsinya menghasilkan energi (Amir, 2015).

Glukosa darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

yaitu terjadinya pola makan yang salah, obat, umur, dan kurangnya

aktivtas dan lain sebagainya (Syauqi, 2015)

a. Pola makan yang salah

Pola makan diartikan sebagai suatu bentuk kebiasaan

mengkonsumsi makanan pada seseorang dalam kehidupan sehari-

hari, kebiasaan makan ini terbagi menjadi 2 yaitu kebiasaan makan

yang benar dan salah, salah satunya dapat memicu timbulnya

penyakit diabetes milletus (DM), yaitu dengan pola makan yang

salah, sehingga diperlukan adamya perencanaan makan dengan

mengikuti prinsip 3J (tepat jumlah, jenis, dan jadwal) agar kadar

gluosa darah tetap terendali (Syauqy, 2015)

b. Obat antidiabetik

Obat antidiabetik merupakan salah satu pengelolaan pada penderita

DM, jika ditemukan kadar glukosa darah masih tinggi atau belum

memenuhi kadar sasaran metabolik yang di inginkan, maka

penderita harus minum obat ( obat hipogliemik oral atau OHO )atau

dengan bantuan suntikan insulin sesuai indikasi, untuk jenis obat

antipsiotik atypical biasanya berefek pada sistem metabolisme,


37

penggunaan antipsiotik juga dikaitan dengan hipergliemia walau

mekanismenya belum jelas dietahui (Toharin, 2015)

c. Usia

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan DM yang paling umum di jumpai

di masyarakat, biasanya terjadi pada usia 30 tahun ke atas. Pada

DM tipe 2 pankreas masih mampu untuk memproduksi insulin namun

insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik

untuk memasukkan glukosa ke dalam sel, sehingga dapat

mengakibatkan glukosa di dalam darah meningkat (Aprilia et al,

2018). Menurut penelitian (Fatimah 2015) usia yang rentan terkena

penyakit DM adalah kelompok umur 45-54 tahun lebih tinggi 2,2%

bila dibandingkan dengan kelompok umur 35- 44tahun.

d. Kurangnya aktivitas

Pelaksanaan aktivitas atau latihan jasmani yang dilakuan penderita

DM berkisar 5-30 menit dapat menurunan kadar glukosa darah,

timbunan lemak dan tekanan darah,ketika ativitas tubuh tinggi

penggunaan gluosa oleh otot ikut meningat, sehingga sintesis

glukosa endogen akan ditingatan agar kadar gula dalam darah tetap

seimbang, maka tubuh ita akan mengompensasi kebutuhan glukosa

yang tinggi akibat ativitas yang berlebih maka kadar glukosa menjadi

rendah, sebaliknya jika kadar glukosa darah melebihi kemampuan

tubuh menyimpan maka kadar glukosa darah melebihi nornal

(Wirawanni, 2014).
38

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan gambaran dan arahan asumsi

mengenai variable-variable yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil

sebuah sintesis dari sebuah proses berfikir deduktif (Aziz Alimul,

2018).

Kadar Glukosa
Darah

Literasi kesehatan Diabetes Milletus


Faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi DM
1. Gaya Klasifikasi Diabetes
Faktor - faktor yang mempengaruh
LiterasiKesehatan hidup Melitus :
1. Pengetahuan 1. Diabetes Melitus
2. Usia
2. Acses informasikesehatan 3. Berat
2.tipe I
Diabetes
3. Tingat pendidikan 2.Melitus tipe II
Diabetes
Lahir Melitus tipe II
4. Etnis
5. Ases pelayanan kesehatan 3. Gestational
Rendah
Diabetes Melitus
Keterangan :
4. Pemakaian 4. Diabetes Melitus
: Tidak diteliti obat- karena
oabatan Penyebab lain.
: Diteliti
: Hubungan / Kejadian

Bagan 3.1 : Kerangka konseptual penelitian Hubungan Literasi


Kesehatan dengan Kadar Glukosa Darah pada penderita Diabetes
Miletus
Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo.

Berdasarkan bagan 3.1 dijelaskan bahwa tingginya kadar gula

darah pada penderita Diabetes Melitus tipe II dapat mempengaruhi


39

Literasi kesehatan. Literasi kesehatan adalah keahlian individu agar

bisa mendapat, memperoleh, dan mengartikan dasar informasi

kesehatan serta keperluan pelayanan yang diperlukan untuk

mendapatkan keputusan kesehatan dengan benar.

3.2 Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan),

yaitu suatu pernyataan yang masih lemah serta membutuhkan

pembuktian untuk menegaskan rumusan masalah penelitian dapat

diterima atau ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis

tersebut merupakan pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Aziz

alimul, 2018).

H1 : ada hubungan antara Literasi kesehatan dengan kadar glukosa

darah pada penderita Diabetes Miletus tipe II di wilayah kerja

Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo .


BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatus strategi untuk mencapai

tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai

pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian

(Nursalam, 2016). Jenis penelitian yang digunakan adalah metode

analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode analitik

korelasional dengan pendekatan cross sectional, yang bertujuan

mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2016).

Dalam hal ini adalah “Hubungan Literasi Kesehatan dengan Kadar

Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Milletus Tipe II Wilayah Kerja

Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo”.

Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independent

dan dependent hanya satu kali. Pada jenis variabel dependent dan

independent dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada

tindak lanjut. Tentunya tidak semua subyek penelitian harus

diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik

variabel independent ataupun dependent dinilai hanya satu kali saja.

Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena

40
41

(variabel dependent) dihubungkan dengan penyebab (Nursalam,

2016).

4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian adalah tahapan dalam suatu

penelitian yang menyalurkan alur penelitian terutama variabel yang di

gunakan dalam penelitian (Nursalam, 2016).

Hubungan Literasi Kesehatan dengan Kadar Glukosa Darah pada


Penderita Diabetes Milletus Tipe II

Populasi
Seluruh masyarakat yang memiliki penyakit Diabetes Milletus Tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Maron sebanyak 59 orang.

Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling

Sampel
Sebagian masyarakat yang memiliki penyakit Diabetes Milletus Tipe II di
wilayah Puskesmas Maron sebanyak 51 orang.

Desain Penelitian
Rancangan Penelitian : desain studi analitik korelasional dengan
pendekatan cross sectional.

Pengumpulan Data
Kuesioner , lembar observasi

Pengolahan Data
Editing, coding, scoring, tabulating

Analisa Data
Spearmanrank

Kesimpulan
H1diterimajikapvalue≤αdenganα=0,05
Hοditerimajikapvalue>αdenganα=0,05
42

Bagan 4.2 : Kerangka Kerja PenelitianHubungan Literasi Kesehatan


dengan Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Milletus Tipe
II Di Wilayah Kerja Puskesmas Maron.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau

subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang

dimiliki subjek atau objek tersebut, atau kumpulan orang, individu,

atau objek yang akan diteliti sifat – sifat atau karakteristiknya

(Hidayat, 2018).

Populasi dalam penelitian ini seluruh masyarakat yang

memiliki penyakit Diabetes Milletus Tipe II di wilayah kerja

Puskesmas Maron sebanyak 59 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik

kesimpulan. Penelitian dengan menggunakan sampel lebih

menguntungkan dibandingkan dengan penelitian menggunakan

populasi karena penelitian dengan menggunakan sampel lebih

menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Dalam menentukan sampel,

langkah awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis

populasi atau menentukan populasi target (Masturoh, 2018).

Penentuan besar sampel yang dirawat diruang inap

mengguanakan rumus menurut Slovin (Nursalam, 2016) :


43

N
n= 2
1+ N ( d )

Keterangan :

n : Besar Sample

N : Besar populasi

d : Tingkat segnifikan

jadi:

n= 59

1 + 59 (0,05)²

= 59

1 + 59 (0,0025)

= 59

1 + 0,1475

= 59 = 51,41 = 51

1,1475

Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini

adalahsebagian masyarakat yang memiliki penyakit Diabetes

Milletus Tipe II di wilayah Puskesmas Maron sebanyak 51 orang.

Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu inklusi

dan eksklusi :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota

populasi menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara teori

yang sesuai dan terkait dengan topik dan kondisi penelitian atau
44

dengan kata lain, kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. Bersedia menjadi responden.

b. Penderita Diabetes Milletus Tipe II

c. Penderita yang bertempat tinggal di wilayah kerja

puskesmas maron

2. Kriteria Eksklusi

Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2016).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:

a. Kondisi kadar gula darah yang hipoglikemi <80 mg/dl.

b. Responden memiliki tanda-tanda hipoglikemia (gemetar,

prespitasi, nyeri kepala, lemah, kesulitan berkonsentrasi dan

sebagainya.

c. Pasien diabetes miletus tipe II dengan penyakit penyerta

yang dapat menggangu penelitian (gagal ginjal, gagal

jantung, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,

gangguan pernafasan, dan sebagainya.


45

4.3.3 Teknik Sampling Penelitian

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2016).

Teknik sampling dilakukan agar sampel yang diambil dari

populasinya representatif (mewakili), sehingga dapat diperoleh

informasi yang cukup untuk Penelitian ini dilakukan dengan teknik

Purposive Sampling yaitu dengan cara yang paling sederhana.

Adapun jumlah sampel yang akan diambil oleh peneliti dengan teknik

Purposive Sampling adalah sebagian masyarakat yang memiliki

penyakit Diabetes Milletus Tipe II di wilayah Puskesmas Maron

sebanyak 51 orang

4.4 Variabel

Variabel merupakan seseorang atau obyek yang mempunyai

variasi sebagai pembeda atau penciri antara satu orang dengan

yang lainnya atau satu obyek dengan obyek yang lain (Masturoh,

2018).

4.4.1 Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent adalah variabel yang dapat

mempengaruhi variabel lain, apabila variabel independent berubah

maka dapat menyebabkan variabel lain berubah. Nama lain dari

variabel independent atau variabel bebas adalah prediktor, risiko,

determinan, kausa (Masturoh, 2018). Dalam penelitian ini variabel


46

independent yang digunakan pada penelitian ini adalah Literasi

Kesehatan.

4.4.2 Variabel Dependent(terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen, artinya variabel dependent berubah karena

disebabkan oleh perubahan pada variabel independen (Masturoh,

2018). Variabel dalam penelitian ini adalah Kadar Glukosa Darah.

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.5.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Maron

Kabupaten Probolinggo.

4.5.2 Waktu

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 15 - 22

Mei 2021.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang

akan diteliti secara operasional di lapangan. Definisi operasional

dibuat untuk memudahkan pada pelaksanaan pengumpulan data dan

pengolahan serta analisis data. Pada saat akan melakukan

pengumpulan data, definisi operasional yang dibuat mengarahkan

dalam pembuatan dan pengembangan instrumen penelitian.


47

Sementara pada saat pengolahan dan analisis data, definisi

operasional dapat memudahkan karena data yang dihasilkan sudah

terukur dan siap untuk diolah dan dianalisis. Dengan definisi

operasional yang tepat maka batasan ruang lingkup penelitian atau

pengertian variabel-variabel yang akan diteliti akan lebih fokus

(Masturoh, 2018).

Tabel 4.6. Definisi Operasional Hubungan Literasi Kesehatan

Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita

Diabetes Milletus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas

Maron Kabupaten Probolinggo.

Definisi
Variabel Indikator Alat ukur Skala Skor
operasional
Variabel Gambaran Hasil Lembar Ordinal Tinggi : ≥179
Dependent: mengenai pemeriksaa observasi mg/dl
Kadar pengendalian n glukosa gula darah Sedang :
Glukosa glukosa darah darah dengan 145-178
Darah penderita menggunakan mg/dl
Diabetes Milletus alat cek gula Normal : 80-
tipe II yang di darah 144 mg/dl
ukur dari kadar (Glucometer
gula darah 2 jam merk Easy (Smeltzere
post prandial Touch) dan Bare
2002)
Variabel Kemampuan 1. Healt HLS-EU- Ordinal Skor
Independent: dimiliki seseorang hcare Q16Health penilaian
Literasi untuk 2. Disea Literacy Literasi
Kesehatan mengakses, se Kesehatan
memproses, preve menggunaka
memahami suatu ntion n skala
informasi serta 3. Healt linkert.
pengambilan h Sangat sulit :
keputusan yang prom 1,
berkaitan dengan otion Cukupsulit :2,
kesehatannya. (Heath Cukup
Literacy mudah:3,
Survey Sangat
Questionnar mudah:4
48

e)
(Nurjannah,
2015) Interpretasi
hasil :
1. 16-31=
inadequat
e (Tidak
memadai)
2. 32-47=
middle
(Tengah)
3. 48-64=
adequate
(Cukup
memadai)
Nilai minimum
: 16
Nilai
maximum : 64

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Prosedur Administratif

Mendapatkan surat izin penelitian dari Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Hafshawaty Jurusan S1 Keperawatan, Kemudian

peneliti mengajukan permohonan izin, peneliti juga mengajukan ijin

kepada Bankes Bangpol, kepala Dinas kesehatan Kabupaten

Probolinggo, Puskesmas Maron untuk memperoleh izin penelitian

di daerah kerja Puskesmas Maron .

4.7.2 Prosedur Teknis atau Alur Penelitian

1. Peneliti meminta izin dan mendapatkan izin dari kampus stikes

hahfshawaty genggong.
49

2. Peneliti meminta izin dan mendapatkan izin dari Badan

Persatuan Partai dan Politik (BangkesBangpol) probolinggo.

3. Peneliti meminta izin Kepala Dinas kesehatan Kabupaten

Probolinggo.

4. Peneliti meminta izin kepada Kepala Puskesmas Maron dan

mendapatkan izizn dari Puskesmas Maron melalui surat dari

dinas kesehatan terlebih dahulu. .

5. Peneliti melakukan penelitian dengan cara Door to Door

kerumah penderita Diabetes Miletus peneliti dengan tetap

melakukan protokol kesehatan mulai dari tanggal 15 – 22 Mei

2021.

6. Peneliti memberikan Informed Consent pada penderita Diabetes

Milletus sebanyak 51 responden mulai dari mei 15 – 22 2021

7. Peneliti menjelaskan kepada pasien tentang Literasi Kesehatan

dengan Kadar Glukosa Darah.

8. Peneliti menjelaskan cara mengisi kuisioner literasi kesehatan

9. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden untuk mengisi

pertanyaan sebanyak 16 pertanyaan untuk kuisioner literasi

kesehatan.

10. Peneliti mendampingi responden pada saat mengisi

kuisioner dan memberikan penjelasan pada responden jika poin

dari kuisioner ada yang tidak dimengerti/ dipahami.

11. Kemudian peneliti mengisi lembar observasi dengan

mengecek kadar glukosa darah sebanyak 51 responden.


50

12. Peneliti mengumpulkan data untuk di uji spearmanrank

dengan menggunakan SPSS 20.

4.8 Pengumpulan Data

4.8.1 Instrument pengumpulan data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Kuesioner merupakan

cara pengumpulan data melalui pemberian kusioner dengan

beberapa pertanyaan kepada responden ( Hidayat& Aziz, 2018).

Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner digali dari pertanyaan tentang literasi kesehatan

meliputihealth care 8, disease prevention 8, health promotion 8

sehingga jumlah total pertanyaan yaitu 16 pertanyaan dengan skala

likert sangat sulit, cukup sulit, cukup mudah, sangat mudah, dan

kadar glukosa darah yaitu menggunakan lembar observasi dan

pengukuran alat cek gula darah (Glucometer).

4.8.2 Uji validitas dan Uji realibilitas

1. Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data.


51

Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur

(Nursalam, 2016).

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk

mengetahui validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuesioner)

dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-

masing variabel dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang

digunakan korelasi Pealson product moment. Suatu variabel

(pernyataan) dinyatakan valid bila skor variabel tersebut

berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya dengan

caramembandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung bila r hasil

(hitung) > r tabel maka pertanyaan tersebut valid (Nursalam,

2016).

Pada uji validitas kuesioner Literasi Kesehatan terdapat 16

pertanyaan dan seluruh item pertanyaan tersebut dinyatakan

valid. Dimana diperoleh r hitung minimal 0,455 dan nilai maksimal

0,909 dengan r tabel (n:20) = 0,423.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau

diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara

mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang

penting dalam waktu yang bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa

realiabel belum tentu akurat (Nursalam, 2016).


52

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

hasil pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan aIat ukur yang sama. Dinyatakan realiabel bila skor

variabel tersebut berkorelasi secara signiflkan dengan skor

totalnya dengan cara membandingkan nilai r tabel dengan nilai r

hitung. Bila r (Alpha) > r Tabel, maka pernyataan tersebut reliabel.

Hasil uji reliabilitas kuesioner Literasi Kesehatan

didapatkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,771 lebih besar dari

0,423dengan r tabel (n:20) maka dinyatakan reliabel.

4.8.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Editing

Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing data dilakukan

pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Dalam hal ini, dilakukan pemeriksaan data, hasil data

harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi

b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan

cukup jelas atau terbaca.

c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.

d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan

jawaban pertanyaan yang lainnya (Notoatmodjo, 2012)

Kuesioner yang telah diisi pada saat pengumpulan

data, perlu dilihat kembali apakah semua jawaban terbaca,


53

semua pertanyaan terjawab, hasil isian sesuai tujuan yang

diinginkan peneliti.

2. Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2012).

Kode untuk data Umum:

a. Jenis kelamin: 1: Laki-laki, 2: Perempuan

b. Pendidikan 1 : Tidak Tamat, 2 : SD, 3 : SMP, 4 : SMA,

5 : Perguruan Tinggi

c. Pekerjaan 1: IRT, 2 : Petani, 3 : Wiraswasta, 4: PNS

Kode untuk data khusus :

a. Literasi Kesehatan

1. Sangat sulit kode 1

2. Cukup sulit kode 2

3. Cukup mudah kode 3

4. Sangat mudah kode 4

b. Kadar gula darah

1.Tinggi dengan kode 1

2. Sedang dengan kode 2

3. Normal dengan kode 3

3. Scoring

Scoring merupakan memberikan penilaian terhadap item-

item yang perlu diberikan penilaian atau skor. Untuk variabel

independent, kadar glukosa darah di ukur menggunakan


54

lembar observasiScoring yaitu memberikan nilai relative skor 1

sampai 2 untuk kriteria yang ditentukan dari indicator setiap

variabel.

Skor kadar gula darah yaitu 0-400 mmHg.

4. Tabulating

Tabulating adalah menampilkan data yang diperoleh

dalam bentuk tabulasi. Proses ini merupakan tahapan akhir

pengolahan data yang sangat berguna untuk kegiatan

selanjutnya yaitu tehnik penyajian data. Penelitian ini datanya

berbentuk numerik, maka setelah data dikumpulkan dan

diperiksa, kemudian akan dilakukan analisa data dengan

komputerisasi untuk menguji hipotesis yang akan dilakukan.

Untuk menguji hipotesisi yang menyatakan Hubungan Literasi

Kesehatan dengan Kadar Glukosa Darah pada Penderita

Diabetes MilletusTipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Maron

Kabupaten Probolinggo. Tabulasi menggunakan microsoft

office excel 2007.

4.9 Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan

secara sistematis terhadap data yang dikumpulkan dengan tujuan

supaya trend dan relationship bisa dideteksi (Nursalam, 2016).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Hubungan Literasi


55

Kesehatan dengan Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes

MilletusTipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten

Probolinggo. Perhitungan analisis statistic tersebut menggunakan

komputerisasi, teknik digunakan adalah spearman rank. Skala yang

digunakan adalah skala ordinal. Pengambilan keputusan hipotesa

berdasarkan pada :

H1 diterima jika p≤α dengan α=0,05

H0 diterima jika p>α dengan α=0,05

4.10 Etika Penelitian

Dalam penelitian kesehatan yang menjadikan manusia

sebagai objek yang diteliti harus memperhatikan hubungan antara

peneliti dan yang diteliti dan yang diteliti masing-masing memiliki hak

dan kewajiban yang sama harus di akui dan dihargai oleh masing-

masing pihak (Notoatmodjo, 2012). Untuk menentukan standart atau

kriteria pengambilan keputusan persetujuan kelayakan etik atas

usulan protokol penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek

penelitian maka Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Nasional (KEPPKN) menetapkan 7 standart universal

yang harus terpenuhi dalam sebuah protokol penelitian, berikut hal-

hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian (KEPPKN,

2017)
56

4.10.1 Nilai Sosial atau Nilai Klinis

Parameter nilai sosial adalah adanya kebaruan fenomena

(novelty) dan upaya mendiseminasikan hasil (KEPPKN, 2017).

Penelitian memiliki nilai keterbaruan karena informasi yang

didapatkan valid dari jurnal dan buku terbaru, relevansi dengan

masalah yang sedang menjadi fenomena kesehatan, serta berguna

untuk menambah wawasan baru tentang Literasi Kesehatan dan

Kadar Glukosa Darah.

4.10.2 Nilai Ilmiah

Suatu penelitian dapat diterima secara etis apabila berdasar

pada metode ilmiah yang valid (KEPPKN, 2017). Penelitian ini

dilengkapi dengan desain penelitian yang jelas, memberikan

informasi yang valid karena di dasarkan pada penelitian-penelitian

terbaru sebelumnya.

4.10.3 Pemerataan Beban dan Manfaat

Penelitian dapat diterima secara etik apabila telah

meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi dan manfaat

dari penelitian lenih besar dibandingkan risiko yang ditimbulkan

(KEPPKN, 2017). Dalam penentuan subjek penenlitian harus di

dasarkan oleh pertimbangan ilmiah, kekhususan subjek dengan

menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa

membedakan gender, agama, etnis, dan sebagainya (Notoatmodjo,


57

2012). Peneliti tidak membeda-bedakan antara responden satu

dengan yang lainnya.

4.10.4 Potensi Risiko dan Manfaat

Hampir semua penelitian mengikutsertakan subjek manusia

yang akan memberikan beberapa konsekuensi misalnya risiko

ketidaknyamanan, pengorbanan waktu atau biaya maka diperlukan

beberapa manfaat untuk keseimbangan penelitian (KEPPKN,

2017). Sebuah penelitian harus memberikan manfaat yang

maksimal bagi masyarakat terutama bagi responden penelitian,

maka peneliti hendaknya mengurangi risiko atau dampak negatif

yang merugikan responden seperti cedera, stres dan lain

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

4.10.5 Kerahasiaan(Confidentiality) atau Privasi

Kerahasiaan adalah hak responden untuk tetap terjaga

privasi terkait informasi dirinya yang didapat selama penelitian

berlangsung (Notoatmodjo, 2012). Hanya kelompok data tertentu

saja yang disajikan dalam laporan penelitian. Peneliti tidak

dibenarkan untuk menyampaikan informasi kepada pihak lain diluar

kepentingan pencapaian tujuan penelitian. Peneliti juga

menggunakan anonym (tanpa nama) untukmerahasiakan identitas

responden dan diganti dengan memberikan tanda atau kode pada

lembar pengumpulan data.


58

4.10.6 Persetujuan setelah Penjelasan (PSP) atau Informed Consent

(IC)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan anatara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden (Notoatmodjo, 2012).

4.10.7 Bujukan (Inducements)

Penelitian harus dihindari dari kecurigaan atas klaim adanya

“eksploitatif” terhadap subjek yang berkaitan dengan aspek manfaat

dan bahaya (benefit and harm) kerentanan (vulnerability) dan

persetujuan (consent). Secara etis penelitian dapat diterima apabila

peneliti mengganti biaya apapun untuk individu yang berhubungan

dengan keikutsertaan dalam penelitian, termasuk biaya transport,

pengasuhan anak (child care), kehilangan penghasilan saat

mengikuti penelitian dan mengganti waktu yang dipakai saat

mengikuti penelitian (KEPPKN, 2017).


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

5.1 Hasil Penelitian


Bab ini akan menyajikan hasil penelitian dengan judul “Hubungan

Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabates

Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo”.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Mei 2021 - 22 Mei 2021. Untuk

mendapatkan data, peneliti menggunakan lembar persetujuan responden.

Peneliti melakukan pendekatan dengan BHSP (Bina Hubungan Saling

Percaya) supaya responden bersedia menjadi responden dalam

penelitian.Setelah itu, responden diberikan kuesioner untuk mengetahui

apakah ada Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa Darah

Pada Penderita Diabates Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Maron

Kabupaten Probolinggo.

Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dengan cara door

todoor. Tujuan melakukan kunjungan rumah ke rumah ini adalah untuk

mempermudah peneliti dalam pengambilan data. Peneliti mendampingi

responden selama mengisi kuesioner sampai semua kuesioner selesai

diisioleh responden. Pengisian kuesioner ini juga dapat dilakukan dengan

cara mewawancarai dan melakukan observasi pada responden. Dalam

melakukan penelitian, peneliti di dampingi bidan dan kader desa.

Data umum menampilkan karakteristik responden literasi kesehatan

terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjan. Dan untuk kadar

glukosa yaitu menggunakan lembar obeservasi. Hasil penelitian tersebut

ditampilkan dalam bentuk table.

59
60

5.1.1 Data Umum

Data umum pada penelitian ini meliputi karakteristik responden

literasi kesehatan terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.

Data untuk kadar glukosa yaitu menggunakan lembar obeservasi, yaitu

sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel5.1:Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia


Pada Responden Di Wilayah Kerja
PuskesmasMaron Kabupaten Probolinggo Pada
Bulan Mei 2021.

No Usia Frekuesnsi(f) Presentase(%)


1 21-35tahun 3 5.9
2 36-45tahun 11 21.6
3 46- >61tahun 37 75.5

Jumlah 51 100

Sumber:Data Primer Lembar Observasi Penelitian Mei 2021


Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan mayoritas kelompok usia pada

responden diabetes milletus adalah usia 46->61 tahun yaitu sejumlah 37

responden (75,5%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel5.2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin PadaResponden Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo Pada
Bulan Mei2021.

No Jeniskelamin Frekuensi(f) Presentase(%)


1 laki-laki 24 47.1
2 Perempuan 27 52.9
Jumlah 51 100.0
Sumber: Data Primer Lembar Observasi Penelitian Mei 2021
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan mayoritas jenis kelamin

tinngi padaresponden diabetes mellitus adalah perempuan yaitu

sejumlah 27 responden (52,9%).


61

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pendidikan Pada Responden Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo
Pada Bulan Mei 2021.

N Pendidikan Frekuensi(f) Presentase(%)


o
1 Tidak tekolah 5 9.8
2 SD/Sederajat 26 51.0
3 SMP/Sederajat 12 23.5
4 SMA/Sederajat 5 9.8
5 Perguruantinggi 3 5.9
Jumlah 48 100.0
Sumber:Data Primer Lembar Observasi Penelitian Mei
2021
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan mayoritas pendidikan pada

respondendiabetes mellitus adalah SD yaitu sejumlah 26 responden

(51%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Pekerjaan Pada Responden Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo Pada
Bulan Mei 2021.
N Pekerjaan Frekuensi(f) Presentase(%)
o
1 Iburumahtangga 23 45.1
2 Petani 6 11.8
3 Wiraswasta 19 37.3
4 PNS 3 5.9
Jumlah 51 100.0
Sumber:Data Primer Lembar Observasi Penelitian Mei
2021

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan mayoritas pekerjaan pada

responden diabetes mellitus adalah ibu rumah tangga yaitu sejumlah 23

responden (45,1%).

5.1.2 Data Khusus


1. Karakteristik Berdasarkan Literasi Kesehatan Pada Pasien
62

Diabetes Mellitus

Tabel 5.5: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Literasi Kesehatan Pada Diabetes Mellitus
Pada Responden Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo
Pada Bulan Mei 2021.
Literasi
No Kesehatan Frekuensi Presentase
(F) (%)
1 Tidak memadai 23 45.1
2 Tengah 19 37.3
3 Cukup Mudah 9 17.6

Jumlah 51 100.0
Sumber : Data Primer Lembar Observasi Penelitian Mei
2021

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan literasi kesehatan

terbanyak adalah tidak memadai yaitu 23 responden (45.1%),

2. Karakteristik Berdasarkan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes

Mellitus

Tabel 5.6: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus

Pada Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas

Maron Kabupaten Probolinggo Pada Bulan Mei 2021.

N Kadar glukosa Frekuensi Presentase


o (F) (%)
1 Tinggi 25 49.0
2 Sedang 20 39.2
3 Normal 6 11.8
Jumlah 51 100.0
Sumber:Data Primer Lembar Observasi Penelitian Mei 2021
Berdasarkan tabel 5.6 didapat`kan kadar glukosa terbanyak
adalah tinggi yaitu 25 responden (49.0%).

5.2 Analisa Data

Dari hasil penelitian didapatkan analisa data berdasarkan


63

hubunganliterasi kesehatan dengan kadar glukosa darah pada penderita

diabetes mellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten

Probolinggo.

Tabel 5.7: Analisa Data Berdasarkan Hubungan Literasi


Kesehatan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo Pada Bulan
Mei 2021.

Kadarglukosa
Tinggi Sedang Normal Total
Healthliteracy Tidak 15 8 0 23
memadai
Tengah 7 6 6 19
Cukup 3 6 0 9
memadai

Total 25 20 6 51

p value = 0,034; α= 0,05.

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan Literasi Kesehatan Dengan

Kadar Glukosa Darah pada penderita diabetes mellitus adalah p = 0,034

dengan tingkat signifikan p <0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa H1

diterima yang artinya ada hubungan Literasi Kesehatan dengan Kadar

Glukosa Darah pada penderita diabetes mellitus pada Bulan Mei 2021.
BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Interprestasi Dan Diskusi Hasil

Pada bab ini akan mengurai pembahasan mengenai hasil

penelitiantentang Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas

Maron Kabupaten Probolinggo.

Hal-hal yang akan dibahas meliputi literasi kesehatan dan kadar

glukosa darah padapenderita diabetes mellitus ,dan analisis hubungan

literasi dengan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus di

Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo.

6.1.1 Literasi Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas Maron Probolinggo

Berdasarkan dari hasil penelitian tabel 5.5 dapatkan hasil analisis

data tentang literasi kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Maron

Kabupaten Probolinggo mayoritas kategori literasi kesehatan sebanyak

tidak memadai yaitu 23 responden (45.1%).

Warda et, al (2018) menunjukkan pada penelitiannya adapun

beberapa faktor yang mempengaruhi literasi kesehatan yaitu pengetahuan,

akses informasi kesehatan, tingkat pendidikan, umur, etnis, dan akses

pelayanan kesehatan. Pasien dengan tingkat literasi kesehatan yang

rendah, lebih buruk dalam menangani penyakit kronis. Penanggulangan

penyakit kronis menggunakan self management, kepatuhan dalam

mengkonsumsi obat, memodifikasi diet dan gaya hidup. Selain literasi

kesehatan yang rendah dapat mempengaruhi control giklemik yang buruk

pada penderita Diabetes miletus.


65

Literasi Kesehatan tinggi juga dipengaruhi oleh usia dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok usia

responden diabetes mellitus adalah usia 46->61 tahun yaitu sejumlah 37

responden (72,5%). Menurut Nur Amalina et al, (2017) literasi kesehatan

merupakan kemampuan seseorang untuk mendapatkan, memproses,

memahami informasi, dan menerapkan informasi kesehatan.Upaya yang

sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam meningkatkan literasi

kesehatan yaitu dengan menerapkan Peningkatan kesehatan (Promotif),

Pencegahan penyakit (Preventif), Pengobatan (Kuratif), dan Pemulihan

kesehatan (Rehabilitatif). Apabila meningkatkan kemampuan literasi,

masing-masing individu diharapkan dapat memberdayakan dan

meningkatkan kualitas hidup baik secara individu, keluarga ataupun dalam

masyarakat karna literasi kesehatan tidak hanya berarti kemampuan baca

dan tulis terkait dengan bidang kesehatan saja. Literasi kesehatan yaitu

menggerakkan orang – orang diluar sana agar lebih sadar dan menghargai

kesehatan yang dimilikinya (Oktarina, 2020).

Literasi Kesehatan tinggi di pengaruhi oleh tingkat pendidikan karna

sebagian responden diabetes mellitus memiliki pendidikan SD yaitu

sejumlah 26 responden (51%), Menurut (World Health Organisation 2015)

sedang 8,8% memiliki literasi kesehatan yang tinggi. Literasi kesehatan

juga memiliki hubungan yang erat dengan tingkat kematian. Semakin tinggi

tingkat literasi kesehatan suatu masyarakat, semakin rendah tingkat

kematian akibat penyakit. Hal ini karna jika masyarakat tidak memahami

informasi kesehatan, maka masyarakat pun tidak akan mampu menjaga

kesehatannya secara memadai penderita pentakit kronis di berbagai

belahan dunia mencangkup hampir separuh 47% dari seluruh tingkat

kesakitan yang ada. Jika masyarakat sudah paham atau memiliki


66

kesadaran yang tinggi tentang literasi kesehatan maka akan memperendah

angka kematian atau memperendah angka penderita DM karna dengan

literasi kesehatan masyarakat akan mampu menjaga kesehatannya sendiri

dan bisa membantu para pasien diabetes miletus untuk mengelolah kadar

glukosa darah mereka atau disebut dengan self-monitoring glukosa karna

variabilitas glukosa merupakan faktor resiko potensional independen dari

hasil klinis yang buruk diantara orang dengan diabetes (Midyett et al,

2019).

Penelitian di wilayah kerja puskesmas maron kebanyakan

responden penderita dabetes melitus menunjukkan yang memiliki Literasi

kesehatan sangat sulit dikarenakan dampak dari rendahnya literasi

kesehatan adalah status kesehatan semakin memburuk, kurang

pengetahuan mengenai perawatan medis dan kondisi medis, kurang

pemahaman dalam penggunaan pelayanan kesehatan dan pencegahan

penyakit, laporan hasil kesehatan yang buruk, tingkat kepatuhan yang

kurang, dan peningkatan angka masuk rumah sakit serta peningkatan

biaya kesehatan. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi tenaga

kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan menjadi lebih baik dari

sebelum-sebelumnya.

6.1.1 Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah

Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo

Berdasarkan dari hasil penelitian pada tabel 5.6 di dapatkan data

tentang kadar glukosa darah di Wilayah Kerja Puskesmas Maron

Kabupaten Probolinggo, mayoritas responden memiliki kategori tinggi yaitu

sebanyak 25 responden (49.0%).

Pada DM tipe 2 pankreas masih mampu untuk memproduksi insulin

namun insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik
67

untuk memasukkan glukosa ke dalam sel, sehingga dapat mengakibatkan

glukosa di dalam darah meningkat (Aprilia et al, 2018).Salah satu kadar

gula darah yang dapat menggambarkan kondisi gula darah seseorang

khususnya pada penderita DM tipe 2 adalah kadar Gula Darah Puasa

(GDP). Kadar GDP diukur setelah seseorang menjalani puasa selama 10-

12 jam. GDP juga menjadi salah satu pedoman dalam melakukan

diagnosis DM. Jika hasil pemeriksaan kadar GDP ≥ 126 mg/dl dan terdapat

keluhan khas DM, diagnosis DM dapat ditegakkan (Ndraha S, 2015).

Panduan Federasi Diabetes internasional (IDF) tentang

pengelolaan gula darah sesudah makan merekomendasikan pasien

diabetes untuk menjaga kadar gulanya tidak lebih dari 140 mg/dL pada jam

sesudah makan.panduan IDF ini menekankan pentingnya menjaga gula

darah sesudah makan agar terhindar dari resiko komplikasi diabetes

(Federation, 2017).Cara menjaga kadar gula darah tetap terkontrol, antara

lain yaitu dengan diet yang tepat, olahraga teratur, dan mengkonsumsi obat

jika diperlukan (Bi et al., 2017).

Penelitan di wilayah kerja puskesmas maron responden penderita

diabetes melitus kebanyakan yang memiliki kadar glukosa sedang,

Modalitas utama dalam pengaturan diabetes mellitus salah satunya adalah

dengan perubahan gaya hidup untuk mengontrol kadar gula dalam darah.

Perubahan gaya hidup berhubungan dengan pengetahuan dan

keterampilan penderita DM.

6.1.2 Analisis Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa Darah

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas

Maron Kabupaten Probolinggo

Dari hasil penelitian di dapatkan ada hubungan literasi kesehatan

dengan kadar glukosa darah pada penderita diabates mellitus di Wilayah


68

Kerja Puskesmas Maron KabupatenProbolinggodi dapatkan nilai p=0,034

dengan tingkat signifikan (p≤α =0,05).

Hal ini sejalan dengan penelitian National Assesment of Adult

Literacy (NAAL) menyebutkan, faktor-faktor yang mempengaruhi literasi

kesehatan seseorang yang rendah adalah usia , pendidikan rendah, etnis,

hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan dan mengakses

informasi kesehatan. Tingkat health literacy yang rendah berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan. Sehingga berpengaruh pada pencegahan

penyakit, pengobatan dan perawatan diri, dan akses informasi kesehatan

juga menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan sumber informasi,

sehingga informasi yang dibutuhkan oleh setiap individu dapat terpenuhi.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah didapat , peneliti

berpendapat bahwa ada hubungan antara literasi kesehatan dengan kadar

glukosa di wilayah kerja puskesmas maron adalah lterasi kesehatan

merupakan salah satu faktor penting bagi responden dalam memilih atau

membuat suatu keputusan tentang kesehatan, ada beberapa faktor yang

mempengaruh dalam literasi kesehatan termasuk usia sangat berpengaruh

dalam pengambilan keputusan dengan tidak adanya pengetahuan tingkat

helath literasy yang rendah berhubungan dengankurangnya pengetahuan

sehingga berpengaruh pada pencegahan penyakit, pengobatan dan

perawatan diri. Akses informasi kesehatan menjadi sebuah jembatan yang

menhubungkan sumber informasi, sehingga informasi yang dibutuhkan

oleh setiap indivdu dapat terpenuhi. Dan pendidikan juga dapat

mempengaruhi pekerjaan dan pendapatan seseorang sehingga

mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang kesehatan. Etnis budaya

dengan berbagai etnis mempengaruhi kepercayaan kesehatan, budaya


69

akan mempengaruhi pola pencarian pelayanan kesehatan dan cara

berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Lalu akses pelayanan

kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

memperoleh informasi kesehatan, menurut Forsyth et al, (2018) akses

pelayanan kesehatan bergantung dengan sasaran transportasi yang

tersedia untuk mencapai pelayanan kesehatan, akses pelayanan

kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan .

Umumnya diabetes tipe 2 disebabkan karena gaya hidup yang tidak

sehat, hal ini membuat insulin dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik.

Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat serta kadar kolesterol yang

tinggi dapat menyebabkan terjadinya diabetes tipe 2 (Rafani, 2013). Gaya

hidup menentukan besar kecilnya resiko seseorang untuk terkena diabetes.

Gaya hidup yang salah akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan

(Eko 2010). Menurut Bintanah 2012 asupan serat juga akan mempengaruhi

kadar glukosa darah pada penderita diabetes. Semakin rendah asupan

serat menyebabkan semakin tinggi kadar glukosa darah. Dalam banyak hal

usia berpengaruh terhadap serangan bergabai macam penyakit, orang

dengan usia 40 tahun mulai memiliki resiko terkena diabetes. Semakin

bertambahnya usia, maka semakin besar pula resiko seseorang

mengalami diabetes melitus tipe 2 (Helmawati, 2014). Jika masyarakat

sudah paham atau memiliki kesadaran yang tinggi tentang literasi

kesehatan maka akan memperendah angka kematian atau memperendah

angka penderita DM karna dengan literasi kesehatan masyarakat akan

mampu menjaga kesehatannya sendiri dan bisa membantu menjaga kadar

glukosa darah.
70

6.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian merupakan bagian riset keperawatan yang

menjelaskan keterbatasan dalam penulisan riset, dalam setiap penulisan

pasti mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada, kelemahan tersebut

ditulis dalam keterbatasan (Hidayat,2018).

Keterbatasan penelitian yang di dapat pada saat penelitian yaitu

peneliti memiliki keterbatasan dalam membujuk responden untuk dilakukan

saat pandemi ini di karnakan responden mengira bahwa peneliti akan

melakukan vaksinasi kerumah-rumah responden dan bahasa tidak dapat

dipahami oleh peneliti karna reponden menggunakan bahasa jawa khas

maron, sebagian responden menggunakan bahasa indonesia.

6.3 Implikasi Terhadap Pelayanan, Pendidikan Dan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitisn, terdapat beberapa implikasi yang

dapat di lakukan untuk peningkatan dalam kesehatan, khususnya :

1. Pelayanan Kesehatan

Diharapkan hasil dan penelitian ini akan berdampak pada

upaya peningkatan kesehatan oleh tenaga medis untuk lebih

meningkatkan literasi kesehatan dan kadar glukosa darah pada

penderita diabetes mellitus

2. Pendidikan Kesehatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan kajian dan pengetahuan tentangdisiplin ilmu keperawatan

tentang literasi kesehatan dan kadar glukosa darah pada penderita


71

diabetes mellitus. Dan mahasiswa dapat mengaplikasikan dengan

cara memberikankuesioner kepada responden secara door to door.

3. Kesehatan

Di harapakan dari hasil penelitian ini dapat di jadikan

sebagai motivasi agar tetap menjaga kesehatan fisik maupun

psikologis seperti literasi kesehatan dan kadar glukosa darah pada

penderita diabetes mellitus.


BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian diatas dapat

disimpulkan sebagai berikut:

7.1.1 Literasi Kesehatan padapenderita diabetes mellitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo mayoritas memiliki

kategori literasi kesehatan tidak memadai 23 responden (45.1%)

7.1.2 Kadar Glukosa Darah padapenderita diabetes mellitus Di Wilayah

Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo mayoritas memiliki

kategori kadar glukosa tinggi 25 responden (49.0%)

7.1.3 Ada Hubungan yang signifikan antara literasi kesehatan dengan

kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo yaitu p =

0,034 dengan tingkat signifikan (α= 0,05).

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk mengembangkan ilmu

keperawatan medikal bedah dan komunitas, khususnya literasi kesehatan

dan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus .

7.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

Bagi profesi keperawatan diharapkan dapat menjadi acuan dalam

memberikan asuhan keperawatan, tentang literasi kesehatan yang

72
73

mengalami diabetes mellitus, selain itu, bagi profesi keperawatan

diharapkan dapat mengevaluasi dan Memonitoring literasi kesehatan dan

kadar glukosa darah pada penderita yang mengalami diabetes mellitus

7.2.3 Bagi Lahan Penelitian

Bagi lahan penelitian diharapkan kepada pihak puskesmas dapat

mengembangkan dan memberikan promosi kesehatan berupa edukasi

tentang literasi kesehatan dan kadar glukosa darah pada penderita yang

mengalami diabetes mellitus.

7.2.4 Bagi Responden

Bagi responden di harapkan untuk selalu mengaplikasikan bagaimana

pentingnya literasi kesehatan terhadap kadar glukosa darah pada

penderita diabetes mellitus.

7.2.5 Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai penambah informasi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut,

khususnya bagi peneliti keperawatan yang ingin melakukan

pengembangan penelitian tentang hubungan literasi kesehatan dengan

kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus , dengan meneliti

lebih fokus tentang jenis literasi kesehatan pada penderita diabetes

mellitus atau kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus.


DAFTAR PUSTAKA

PERKENI. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Jakarta: PERKENI.

World Health Statistic Report (WHO).2015. Geneva: World Health


Organization; 2015.

World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets.


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/.Diakses pada
16 November 2016.

Isnaini, Nur & Ratnasari. 2018. Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian


Diabetes Tipe Dua. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan Aisyah.
14 (1): 59-68.

Gusti Zidni Fahmi, 2013. Pengaruh Senam Ergonomis Pada Diabetes


Miletus Tipe II. Mutiara Medika Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.

Sugianto. 2016. Diabetes Miletus dalam Kehamilan . Jakarta : Erlangga


International Diabetes Federation. 2019. IDF Diabetes Atlas Nine Edition.
http://www.diabetesatlas.org. Diakses pada 20 Desember 2019.

Riset Kesehatan Dasar. 2018. Laporan Provinsi Jawa Timur Riskesdas.


Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (LPB): Jakarta.

Decroli, Eva. 2019. Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang: Ilmu Penyakit


Dalam www.internafkunand.com

Kemendikbud. 2016.Permendikbud No 020 tahun 2016 Tentang Standar


Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Jakarta:kemendikbud.

Amalia nur. 2017. Literasi Kesehatan Pada Penderita Penyakit Kronis TB


Paru di Kabupaten Sumenep. Sumenep. Skripsi.

Octarina Dwi. .2020. Literasi Kesehatan Di Tengah Pandemi. Terbit


diharian Babel Pos, 25 April 2020. Dari
https://www.researchgate.net/publication/340908885_LITERASI_K
ESEHATAN_DI_TENGAH_PANDEMI.

Warda et al, (2018) Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa Nurul


Ilmi Medan Tahun Ajaran 2018/2018.Skripsi thesis, Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara Meddan.

74
75

Yarmohammadi S, Amirsardari M, Akbarzadeh A, Sepidarkish M,


Hashemian AH. 2014. Evaluating the Relationship of Anxiety ,
Stress and Depression with Sleep Quality of Students Residing at
the Dormitories of Tehran University of Medical Sciences in 2013.
World J Med Sci, 11(4):432–8.

Chusmeywati, Vitta. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Di RS PKU
Muhmmadiyah Yogyakarta Unit II. Skripsi.

Midyett et al. 2019. A Pilot Study to Assess Clinical Utility and User
Experience of Professional Continuous Glucose Monitoring Among
People With Type 2 Diabetes.Corresponding author: Kurt
Midyett, lmidyett@saint-lukes.org.Clinical Diabetes 2019
Jan; 37(1): 57-64.https://doi.org/10.2337/cd18-0006

Aprilia et al 2020 Efek Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus)


Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Diabetes Tipe 2,
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.

Janitra, F. E., & Sandika, D, 2018. Hubungan Kontrol Glukosa Darah.


Dengan Penurunan Vaskularisasi Perifer Pada Pasien. Jurnal
Keperawatan

Ndraha, S. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini.


Depertemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univeritas Krida
Wacana Jakarta. Vol (27). No (2).

Yasuaki Takeji et al (2020), Diabetes Mellitus and Long-Term Risk for


Heart Failure After Coronary Revascularization J STAGE トッ
プ/Circulation Journal/84 巻 (2020) 号/書誌

Bauchamp, A., Buchbinder, R., Dodson, S., dkk. (2015). Distribution


of Health Literacy Strengths and Weaknesses Across Socio-
demographic Groups: A Cross-Sectional Survey Using the Health
Literacy Questionnaire (HLQ). BMC Public Health. 15 (1): 1—13

Putri dan Nurjanah. 2016. Hubungan Akses Informasi Kesehatan dengan


Health Literacy Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro. Skripsi
tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro

Fatimah (2015), DIABETES MELITUS TIPE 2 , MEDIKAL JOURNAL OF


LAMPUNG UNIVERSITY

Restyana N.R. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Artikel. Medical Faculty.


Lampung University
76

HUPFELD, C. J. & OLEFSKY, J. M. 2016. Chapter 40 - Type 2 Diabetes


Mellitus: Etiology, Pathogenesis, and Natural History A2 - Jameson,
J. Larry. In: GROOT, L. J. D., KRETSER, D. M. D., GIUDICE, L. C.,
GROSSMAN, A. B., MELMED, S., POTTS, J. T. & WEIR, G. C.
(eds.) Endocrinology: Adult and Pediatric (Seventh Edition).
Philadelphia: W.B. Saunders.

Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang


Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama .

Corwin J.E., 2009, Buku Saku Patofisiologi Corwin, Aditya Media, Jakarta.

Joice (2019), Dapagliflozin : manfaat dan risiko pada diabetes melitus tipe
2, Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol. 2 No. 2 Juni 2019
Hidayat, Alimul, Aziz. 2018 Metodologi Penelitian Keperawatan Dan
Kesehatan.Jakarta : Salemba Medika.

Masturoh, Imas, T. Nuri, Anggita. 2018. Metodologi Penelitian


Kesehatan.Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka


Cipta.

Hidayat, Alimul, Aziz. 2018 Metodologi Penelitian Keperawatan Dan


Kesehatan.Jakarta : Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
PENGANTAR KUESIONER
Judul Penelitian : Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa Darah

Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo

Peneliti : Lerisa Nur Liyana

081336976439

Pembimbing : 1) Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes

2) Ainul Yaqin S, S.Kep.Ns., M.Kep

Responden yang terhormat.

Saya adalah mahasiswa semester VIII (Delapan) pada jurusan Ilmu

keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong

Probolinggo. Dalam rangka menyelesaikan tugas skripsi saya bermaksud

mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Literasi Kesehatan Dengan

Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo’’.

Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memberi manfaat yang luas, baik

bagi institusi, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.

Apabila saudara bersedia menjadi responden dalam rangka penelitian

saya, silahkan menandatangani persetujuan untuk obyek penelitian.

Atas kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.


Probolinggo, 10 Mei 2021
Mengetahui

Pembimbing I/II Peneliti

Dr. H. Nur Hamim. S.KM. Lerisa Nur Liyana


NIDN.0706037103 NIM.14201.09.17030
Lampiran 5

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Yang bertandatangan dibawah ini.

Nama : Lerisa Nur Liyana

Nim : 14201.09.17030

Jurusan : Ilmu keperawatan

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data

penelitian sesuai dengan yang disetujuin pembimbing dan telah memperoleh

pernyataan kesediaan dan persetujuan responden sebagai sumber data.

Probolinggo. 10 Mei 2021

Mengetahui

Pembimbing I/II Peneliti

Dr. H. Nur,S.KM,S,Kep.Ns,.M.Kes Lerisa Nur Liyana


NIDN.0706037103 NIM.14201.09.17030
Lampiran 6

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat

penelitian yang berjudul “Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas

Maron Kabupaten Probolinggo”.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data akan dirahasiakan, dan

kerahasian ini dijamin tertutup kecuali pihak yang terkait dengan penelitian.

Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis pada instrumen penelitian

dan akan disimpan dengan sebaik-baiknya.

Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam

penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat tanpa adanya

sanksi atau kehilangan hak-hak saya.

Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau

mengenai peran serta saya dalam penelitian dan telah mendapatkan keterangan

dari peneliti dengan memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia

menjadi responden dengan menandatangani.

Surat persetujuan menjadi responden penelitian.

Probolinggo 15 Mei 2021

Peneliti Responden

(...........................) (...........................)
Saksi I Saksi II

(........................) (...........................)
Lampiran 7

KISI-KISI KUESIONER

1. Kisi-Kisi Soal Health Literasy

Variabel Indikator Nomor Soal Jumlah


Soal
Independent Health Care: 1, 2, 3, 4, 5, 6
Literasi Kesehatan pasien sedang 6, 7, 8
sakit atau berada
dalam
pengaturan
perawatan
kesehatan.

Disease 9, 10, 11 3
Prevention :
pasien sebagai
orang yang
beresiko terkena
penyakit dalam
sistem
pencegahan
penyakit
(pencegahan
penyakit).
Health 12, 13, 5
Promosion : 14,15,16
sebagai individu
yang berkaitan
dengan upaya
promosi
kesehatan baik
di masyarakat,
tempat kerja,
sistem
pendidikan dan
arena politik.
2. Kisi – kisi Lembar Observasi Kadar Glukosa
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Hasil :
Lampiran 8

LEMBAR KUISIONER

A. Data Demografi

1. Nama (Inisial) :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin : laki-laki/Perempuan

4. Pekerjaan :

Ibu Rumah Tangga

Petani

Wiraswasta

PNS

5. Pendidikan terakhir

Tidak tamat

SD/Sederajat

SMP/Sederajat

SMA/Sederajat

Perguruan tinggi
Lampiran 9

KUESIONER HEALTH LITERACY

Kuesioner Health Literacy


Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Dalam range sangat mudah sampai sangat sulit, Seberapa mudah
Anda menilai tentang hal di bawah ini
2. Berilah tanda (√) pada pertanyaan di bawah ini sesuai dengan
kondisi yang Anda alami.

N Pertanyaan Sangat Cukup Cukup Sangat


O sulit sulit mudah mudah
1. Menemukan informasi
tentang
perawatan/pengobatan
penyakit yang menjadi
perhatian anda ?
2. Mencari tahu dimana
mencari tenaga kesehatan
ketika anda sakit ?
3. Memahami apa yang dokter
jelaskan kepada anda ?
4. Memahami instruksi dokter
atau apoteker bagamimana
obat yang diresepkan ?
5. Menilai kapan anda
membutuhkan pendapat
dari dokter lain ?
6. Menggunakan informasi
yang diberikan oleh dokter
untuk membuat keputusan
tentang sakit anda ?
7. Mamatuhi instruksi dari
dokter atau apoteker anda ?
8. Menemukan informasi
bagaimana mengatur
kesehatan mental misalnya
stress atau depresi ?
9. Memahami peringatan
tentang kesehatan seperti
perilaku merokok, kurang
olahraga, terlalu banyak
minum alkohol ?
10 Memahami mengapa Anda
. membutuhkan deteksi dini
penyakit (health screening)
11 Menilai apakah informasi
. kesehatan di media dapat
dipercaya ?
12 Memutuskan bagaimana
. anda dapat melindungi diri
sendiri dari penyakit
berdasarkan informasi dari
media ?
13 Menemukan infromasi
. tentang aktivitas yang baik
untuk kesehatan mental
anda ?
14 Memahami nasehat tentang
. kesehatan dari keluarga
atau teman ?
15 Memahami informasi di
. media tentang bagaimana
menjadi lebih sehat ?
16 Memberi penilaian kegiatan
. sehari-hari yang
mempengaruhi kesehatan
anda
(Nurjannah, 2015)
Lampiran 10

LEMBAR OBSERVASI KADAR GLUKOSA DARAH

N NAMA JENIS HASI KET

O KELAMIN L

Lampiran 11

LEMBAR UJI VALIDITAS DAN REABILITAS

A. Uji Validitas dan Uji Reabilitas Literasi Kesehatan

1. Uji Validitas Literasi Kesehatan

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

soal1 17.8000 154.168 .909 .754

soal2 17.6500 158.450 .594 .762

soal3 17.8000 154.168 .909 .754

soal4 17.6500 158.450 .594 .762

soal5 17.7000 155.274 .837 .756

soal6 17.8000 154.168 .909 .754

soal7 17.5500 159.524 .560 .764

soal8 17.7000 155.274 .837 .756

soal9 17.8000 154.168 .909 .754

soal10 17.6500 158.450 .594 .762

soal11 17.8000 154.168 .909 .754

soal12 17.8000 154.168 .909 .754

soal13 17.6500 160.134 .455 .765

soal14 17.8000 154.168 .909 .754

soal15 17.7000 155.274 .837 .756

soal16 17.8000 154.168 .909 .754

total 9.1500 41.503 1.000 .963

2. Uji Reabilitas Literasi Kesehatan

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.771 17

Lampiran 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lerisa Nur Liyana

Tempat, Tanggal Lahir : Probolinggo, 15 Agustus 1999


Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dusun Liyun Desa Wonorejo, RT 027 RW 008

Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo

Pendidikan :

1. SDN (Sekolah Dasar Negri) Wonorejo 1

2. SMPN (Sekolah Menengah Pertama Negri) 1 Maron

3. SMKN (Sekolah Menengah Kejuruan Negri) 1 Kraksaan


Lampiran 13

DATA MENTAH

Jenis
N Nam Usi kelami Kategor Pekerjaaa Kategor Pendidika
O a a Kategori n i n i n Kt
1 Tn.M 48 3 L 1 PNS 4 PT 5
2 Tn.W 66 3 L 1 WST 3 SMP 3
3 Tn. A 50 3 L 1 PNS 4 PT 5
4 Tn. S 50 3 L 1 PNS 4 PT 5
5 Tn. R 54 3 L 1 PT 2 SD 2
6 Tn. S 39 2 L 1 WST 3 SD 2
7 Ny. T 65 3 P 2 WST 3 SD 2
8 Ny. A 52 3 P 2 WST 3 SMP 3
9 Ny. A 57 3 P 2 IRT 1 SD 2
10 Ny. S 57 3 P 2 IRT 1 SD 2
11 Ny. S 47 3 P 2 WST 3 SMP 3
12 Tn. M 63 3 L 1 IRT 1 SMP 3
13 Ny. Y 57 3 P 2 IRT 1 SD 2
14 Ny. S 61 3 P 2 IRT 1 SD 2
15 Ny. S 71 3 P 2 IRT 1 SD 2
16 Ny. S 64 3 P 2 IRT 1 TT 1
17 Ny. A 50 3 P 2 IRT 1 SD 2
18 Ny.P 64 3 P 2 IRT 1 TT 1
19 Ny. B 55 3 P 2 WST 3 SD 2
20 Ny. S 52 3 P 2 IRT 1 SD 2
21 Ny. S 70 3 P 2 IRT 1 SMP 3
22 Ny. S 51 3 L 1 PT 2 TT 1
23 Ny. S 59 3 L 1 PT 2 SD 2
24 Ny. H 44 2 L 1 WST 3 SMA 4
25 Ny. A 40 2 P 2 IRT 1 TT 1
26 Ny. S 33 1 P 2 PT 2 SD 2
27 Tn. T 59 3 L 1 IRT 1 SD 2
28 Tn. M 62 3 L 1 WST 3 SMP 3
29 Ny. J 40 2 P 2 IRT 1 SD 2
30 Tn. T 42 2 L 1 WST 3 SD 2
31 Ny.F 45 2 P 2 IRT 1 SMP 3
32 Ny. H 55 3 P 2 IRT 1 SD 2
33 Tn. S 57 3 L 1 WST 3 SMA 4
Tn.
34 W 60 3 L 1 WST 3 SMP 3
35 Tn. J 41 2 L 1 WST 3 SMA 4
36 Tn. R 45 2 L 1 WST 3 SMP 3
37 Tn. R 47 3 L 1 IRT 1 SD 2
38 Ny.M 40 2 P 2 IRT 1 SD 2
39 Tn. S 50 3 L 1 PT 2 SMP 3
40 Ny. A 47 3 P 2 IRT 1 SD 2
41 Tn. H 44 2 L 1 IRT 1 SD 2
42 Ny. S 48 3 P 2 WST 3 SD 2
43 Ny. B 35 1 P 2 WST 3 SMP 3
44 Ny. A 46 3 P 2 IRT 1 SD 2
45 Tn. M 45 2 L 1 WST 3 SD 2
46 Tn. A 54 3 L 1 WST 3 SMA 4
47 Tn. Y 57 3 L 1 WST 3 SMA 4
48 Tn. A 49 3 L 1 PT 2 SMP 3
49 Ny. B 34 1 P 2 WST 3 SD 2
50 Ny. S 51 3 P 2 IRT 1 SD 2
51 Ny. S 49 3 P 2 IRT 1 TT 1

keterangan :
usia Pendidikan pekerjaan jenis kelamin
1. 52-56 tahun 1. Tidak tamat 1. ibu rumah tangga 1. laki-laki
2. 57-61 tahun 2. SD/sederajat 2. petani 2. perempuan
3. 62-66 tahun 3. SMP/sederajat 3. wiraswasta
4. SMA/ sederajat
5 perguruan
tinggi 4. PNS
Lampiran 14

MASTER TABLE LITERASI KESEHATAN

soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal1 soal1 soal1 soal1 soal1 soal1 soal1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 JM KT
2 1 1 1 2 2 4 2 2 2 4 1 3 3 2 1 33 2
1 3 2 2 1 2 1 2 3 4 3 3 4 3 4 2 40 2
2 2 1 2 3 3 2 3 2 1 1 2 1 1 2 2 30 1
2 3 1 4 3 2 3 1 4 3 4 2 3 4 2 1 42 2
2 1 1 1 2 3 2 2 4 3 2 3 1 2 1 1 31 1
4 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 2 2 2 1 1 41 2
1 4 1 3 1 2 4 2 1 3 2 4 2 2 3 3 38 2
3 4 4 2 3 3 4 3 1 4 1 4 3 4 4 4 51 3
4 2 3 2 3 2 1 2 2 2 1 1 3 3 1 4 36 2
3 3 3 4 2 2 1 1 1 4 2 3 4 1 1 3 38 2
2 3 3 2 4 2 1 3 4 4 3 3 4 2 2 1 43 2
4 4 4 3 2 3 3 2 4 3 4 2 2 3 3 2 48 3
3 2 2 3 3 3 4 3 2 1 1 3 2 1 3 2 38 2
4 4 2 3 3 2 2 1 4 4 4 3 3 2 2 4 47 2
3 3 1 4 4 3 1 3 4 3 3 4 2 4 3 4 49 3
4 4 4 2 3 3 1 4 4 3 2 1 4 3 3 3 48 3
3 3 3 4 4 2 2 3 2 3 4 4 4 3 3 4 51 3
3 4 3 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 31 1
2 2 1 1 3 2 3 3 2 3 1 2 3 4 2 4 38 2
2 3 1 1 4 3 2 2 4 3 3 2 3 2 3 1 39 2
1 2 2 3 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 31 1
1 2 2 3 1 2 4 2 1 3 2 4 1 2 3 3 36 2
2 1 2 2 3 1 1 3 1 2 1 4 1 3 1 2 30 1
1 2 3 4 3 2 3 2 1 2 1 1 3 1 1 2 32 2
3 2 1 4 1 2 1 1 1 2 2 3 2 1 1 3 30 1
2 1 1 2 2 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 1 30 1
2 1 2 3 2 3 3 2 4 3 4 2 2 3 3 2 41 2
3 2 2 3 3 3 4 3 2 1 1 3 2 4 3 2 41 2
2 1 2 3 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 2 3 31 1
3 1 1 4 1 3 1 3 4 3 3 1 2 1 3 4 38 2
3 2 4 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 4 48 3
2 3 1 1 4 3 2 2 4 3 2 3 3 2 3 4 42 2
2 3 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 30 1
1 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 4 2 1 3 31 1
3 1 2 2 3 1 1 3 1 2 1 2 1 3 1 4 31 1
4 2 1 1 3 2 3 2 2 2 1 1 3 3 1 4 35 2
2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 3 4 1 1 3 29 1
2 3 1 2 3 2 1 3 2 1 3 1 2 2 2 1 31 1
2 1 1 3 2 3 3 2 1 3 2 2 2 3 3 2 35 2
1 2 2 1 3 1 2 3 2 1 1 1 2 4 3 2 31 1
2 3 2 3 3 2 2 1 2 1 4 3 3 2 2 1 36 2
2 2 1 1 1 3 1 3 1 2 1 1 2 1 3 1 26 1
2 1 1 2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 33 2
1 2 1 3 2 1 1 3 2 1 1 3 2 1 1 2 27 1
3 3 2 3 3 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 49 3
2 3 1 4 2 3 1 3 4 3 3 1 2 4 3 1 40 2
2 4 2 2 3 3 1 4 2 3 4 2 4 4 4 4 48 3
2 3 1 1 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 39 2
4 3 2 1 2 3 2 4 3 3 4 2 2 2 1 1 39 2
1 4 4 3 2 2 4 2 4 3 2 4 4 2 3 4 48 3
4 4 4 2 3 3 1 3 3 2 4 2 4 3 4 4 50 3
Ket :
Tidak Memadai = 1
Tengah = 2
Cukup Mudah = 3
MASTER TABLE LEMBAR OBSERVASI KADAR GLUKOSA DARAH

N Nam Jenis Hasi


o a Kelamin l Ket
1 Tn.M L 191 1
2 Tn.W L 183 1
3 Tn. A L 150 2
4 Tn. S L 200 1
5 Tn. R L 305 1
6 Tn. S L 172 2
7 Ny. T P 193 1
8 Ny. A P 205 1
9 Ny. A P 160 2
10 Ny. S P 185 1
11 Ny. S P 147 2
Tn.
12 M L 207 1
13 Ny. Y P 169 2
14 Ny. S P 195 1
15 Ny. S P 148 2
16 Ny. S P 183 1
17 Ny. A P 190 1
18 Ny.P P 196 1
19 Ny. B P 157 2
20 Ny. S P 171 2
21 Ny. S P 210 1
22 Ny. S L 150 2
23 Ny. S L 211 1
Ny.
24 H L 188 1
25 Ny. A P 211 1
26 Ny. S P 239 1
27 Tn. T L 114 3
Tn.
28 M L 265 1
29 Ny. J P 117 3
30 Tn. T L 271 1
31 Ny.F P 297 1
Ny.
32 H P 161 2
33 Tn. S L 195 1
Tn.
34 W L 182 1
35 Tn. J L 153 2
36 Tn. R L 167 2
37 Tn. R L 149 2
38 Ny.M P 170 2
39 Tn. S L 165 2
40 Ny. A P 172 2
41 Tn. H L 150 2
42 Ny. S P 153 2
43 Ny. B P 177 2
44 Ny. A P 165 2
Tn.
45 M L 153 2
46 Tn. A L 164 2
47 Tn. Y L 233 1
48 Tn. A L 159 2
49 Ny. B P 164 2
50 Ny. S P 158 2
51 Ny. S P 173 2
Keterangan :
1. Tinggi : >179 mg/dl
2. Sedang : 145-178 mg/dl
3. Normal : 80- 144 mg/dl
Lampiran 15

HASIL UJI SPSS

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

N Usia Frekuesnsi Presentase


o (F) (%)
1 21-35 tahun 3 5.9
2 36-45 tahun 11 21.6
3 46- >61 tahun 37 75.5

Jumlah 51 100

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

N Jenis kelamin Frekuensi Presentase


o (F) (%)
1 laki-laki 24 47.1
2 Perempuan 27 52.9
Jumlah 51 100.0
3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

N Pendidikan Frekuensi Presentase


o (F) (%)
1 Tidak tekolah 5 9.8
2 SD/Sederajat 26 51.0
3 SMP/Sederajat 12 23.5
4 SMA/Sederajat 5 9.8
5 Perguruan tinggi 3 5.9
Jumlah 48 100.0

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

N Pekerjaan Frekuensi Presentase


o (F) (%)
1 Ibu rumah tangga 23 45.1
2 Petani 6 11.8
3 Wiraswasta 19 37.3
4 PNS 3 5.9
Jumlah 51 100.0
5. Literasi kesehatan
Literasi
N Kesehatan Frekuensi Presentase
o (F) (%)
1 Tidak memadai 23 45.1
2 Tengah 19 37.3
3 Cukup Mudah 9 17.6

Jumlah 51 100.0

6. Kadar glukosa darah


N Kadar glukosa Frekuensi Presentase
o (F) (%)
1 Tinggi 25 49.0
2 Sedang 20 39.2
3 Normal 6 11.8
Jumlah 51 100.0

7. Crosstab

HealthLiteracy * KadarGlukosaDarah Crosstabulation

Count

KadarGlukosaDarah

tinggi sedang normal Total

HealthLiteracy tidak memadai 15 8 0 23

tengah 7 6 6 19

cukup memadai 3 6 0 9

Total 25 20 6 51
8. Spearman rank
Correlations

KadarGlukosaDa
HealthLiteracy rah

Spearman's rho HealthLiteracy Correlation Coefficient 1.000 .298*

Sig. (2-tailed) . .034

N 51 51

KadarGlukosaDarah Correlation Coefficient .298* 1.000

Sig. (2-tailed) .034 .

N 51 51

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 16
Lampiran 17

LEMBAR DOKUMENTASI
Penelitian Di Wilayah Kesja Puskesmas Maron

Lampiran 18

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Lerisa Nur Liyana

Nim : 14201.09.17030

Judul Sripsi :“ Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah

Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo”

Nama Pembimbing I : Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes

No Hari/ BAB Saran TTD

Tanggal Konsul
1. Pengajuan 1. Cari judul baru

14/11/2020 Judul 2. Cari fenomena


2. Pengajuan 1. ACC judul

23/11/2020 judul
3. Pengajuan 1. ACC judul

12/12/2021 judul baru

4. BAB 1 1. Revisi penulisan

27/12/2021 2. Cari lebih banyak

referensi
5. BAB 1 1. Revisi kutipan

02/01/2021 2. Daftar pustaka

3. Tujuan khusus
6. BAB 1 1. Revisi penulisan

20/01/2021 2. Paragraf terlalu

panjang

3. Minta data pasien

diabetes di pkm

maron, lanjut bab 2


7. BAB 2 1. Bahasa asing di italic
27/01/2021 2. Daftar pustaka

3. Cari referensi buku

lain, lanjut bab 3

8. BAB 3 1.revisi bab 3

20/03/2021 2. lanjut bab 4


9. Sabtu BAB 4 1. Lengkapi lampiran

30/03/2021
10. Sabtu BAB 5 1. Sesuikan nilai kadar

07/08/2021 BAB 6 glukosa di data

BAB 7 operasional

2. Lengkapi lampiran

3. Lanjut membuat

abstrak
11. Kamis ABSTRAK 1.revisi penulisan

12/08/2021 BAB 5 2.abstrak harus <250

BAB 6 kata

BAB 7 3.lengkapi lampiran


12. ABSTRAK ACC

BAB 5

BAB 6

BAB 7
Lampiran 18

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Lerisa Nur Liyana

Nim : 14201.09.1703

Judul Sripsi :“Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah

Kerja Puskesmas Maron Kabupaten Probolinggo”

Nama Pembimbing II : Ainul Yaqin S. S.Kep,Ns., M.Kep

No Hari/ BAB Saran TTD

Tanggal Konsul
1. Pengajuan 1.Cari/survey
14/11/2020 Judul responden dengan

sekunder

2. konsul ke

pembimbing 1

2. Pengajuan 1. ACC judul

23/11/2020 judul 2. Konsul ke

pembibing 1
3. Selasa Pengajuan 1. Ganti judul

27/11/2021 judul 2. Cari referensi

tentang hubungan

dan variabel lain


3. Pengajuan 1. ACC judul

27/11/2021 judul

4. BAB 1 1. Perbaiki cover

02/01/2021 2. Usahakan data

baru

3. JKS disesui
6 BAB 1 1. No need dukungan

10/01/2021 keluarga

2. Paragraf terlalu

panjang, lanjut bab

2
7 BAB 2 1. Revisi penulisan

02/03/2021 2. Lanjut bab 3


8. BAB 3 1. Revisi bab 3

24/03/2021 2. Segera buat


instrumen

3. Lakukan uji validitas

dan reliabilitas
9. BAB 4 1.Revisi bab 4

27/03/2021 2. Lampirkan kuisioner


10 BAB 4 AAC bab 1-4

31/03/2021
11 Selasa 1. Pembahasan

10/08/2021 BAB 5 kurang dalam,

BAB 6 coba jelaskan apa

BAB 7 hubungannya dan

faktor-faktor apa

yang membuat

literasi bisa

berhubungan

dengan kadar gula,

coab kembali ke

bab 2 apa point-

point nya

2. Tabelnya kurang

ke kanan
12 Sabtu ABSTRAK 1. ACC Abstrak

14/08/2021
13 Rabu BAB 5 ACC

18/08/2021 BAB 6

BAB 7
Lampiran 19

BERITA ACARA PERBAIKAN

Nama Mahasiswa : Lerisa Nur Liyana

Nim : 14201.09.17030

Judul Skripsi :“Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten

Probolinggo”

Nama Ketua Penguji : Dodik Hartono S.Kep.Ns.,M.Tr.Kep

No Saran/Masukan BAB/Halaman Keterangan


Perbaikan
1. Perbaiki penulisan abstrak Abstrak/halaman vi Sudah diperbaiki

2 Perbaiki penulisan waktu BAB 4/halaman 41 Sudah diperbaiki

dan lokasi penelitian

3 Perbaiki font tabel BAB 6/halaman 59 Sudah diperbaiki

4 Perbaiki pengantar Lampiran Sudah diperbaiki

kuisioner sesuai font


5. Perbaiki penulisan data Lampiran Sudah diperbaiki

mentah dan master tabel

Mengetahui
Ketua Penguji

Dodik Hartono. S.Kep.,Ns.M.Tr.Kep


NIDN.0721018705

BERITA ACARA PERBAIKAN

Nama Mahasiswa : Lerisa Nur Liyana

Nim : 14201.09.17030

Judul Skripsi :“ Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten

Probolinggo”

Nama Pembimbing I : Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes

No Saran/Masukan BAB/Halaman Keterangan


Perbaikan

Mengetahui
Penguji I

Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes


NIDN. 0706037103

BERITA ACARA PERBAIKAN

Nama Mahasiswa : Lerisa Nur Liyana

Nim : 14201.09.17030

Judul Skripsi :“Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten

Probolinggo”

Nama Pembimbing II : Ainul Yaqin Salam, S.Kep.,Ns.M.Kep

No Saran/Masukan BAB/Halaman Keterangan


Perbaikan
1 Perbaiki penulisan abstrak Abstrak/halaman vi Sudah diperbaiki

. tambahkan

kesimpulan/rekomendasi.
2. Tambahkan opini pada BAB 6/halaman 62 Sudah diperbaiki

pembahasan penelitian

3. Perbaiki font tabel 10 BAB 6/halaman 59 Sudah diperbaiki


Mengetahui
Penguji II

Ainul Yaqin Salam, S.Kep.,Ns.M.Kep

NIDN. 0711108803

Lampiran 20

BUKTI PERBAIKAN
UJIAN SKRIPSI

NamaMahasiswa : Lerisa Nur Liyana


NIM : 14201.09.17030
Judul Skripsi :“ Hubungan Literasi Kesehatan Dengan Kadar Glukosa
Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Maron Kabupaten
Probolinggo”

No Penguji TandaTangan
1. Ketua penguji:
Dodik Hartono. S.Kep.,Ns.M.Tr.Kep

2. Penguji 1:
Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes

3. Penguji 2:
Ainul Yaqin Salam, S.Kep.,Ns.M.Kep

Anda mungkin juga menyukai