Anda di halaman 1dari 2

IDENTITAS MINAHASA KHUSUSNYA MASYARAKAT JATON

1. SEJARAH KAMPUNG JAWA TONDANO (JATON)


Pada 1828, Panglima Perang sekaligus Penasehat Agama Dipanegoro, Kyai Modjo ditangkap
Belanda dan diasingkan ke daerah terpencil. Mulanya, dari Jawa ia dibuang ke Batavia
(Jakarta). Tak lama di Batavia, Kyai Modjo dan pengikutnya diasingkan Belanda sebagai
tahanan politik ke Minahasa, Sulawesi Utara. Modjo dan pengikutnya tiba di Minahasa pada
1828. Dengan cepat meraka bersosialisasi dengan masyarakat setemapt. Saking dekatnya, 63
pengikut Modjo yang tersisa menikahi wanita asli Minahasa untuk melanjutkan keturunan.
Setelah mengasingkan Modjo dan pengikutnya, Belanda menjadikan Minahasa sebagai tempat
pengasingan favorit tahanan politiknya. Tercatat, penentang VOC dari Sumatera, Kalimantan,
dan Maluku juga dibuang ke sana. Minahasa mendadak ramai, para tahanan politik dan
penduduk setempat menjalin hubungan emosional yang dekat. Beragam suku yang berada
disana tak bisa menghindari nikah silang atarsuku. Dari pernikahan itulah kelak lahir etnis di
daerah Tondano atau kampung Jawa. Percampuran tersebutlah yang mempengaruhi budaya,
kesenian hingga bahasa Jawa di Tondano.

2. MASYARAKAT JATON
Masyarakat Jaton lebih dikenal dengan “tou Kampung”,”tou Jawa”,atau orang Kampung Jawa,
yang kini lebih populer dengan sapaan “orang Jaton”. Orang Jaton termasuk dalam komunitas
masyarakat etnis Toulour yang terletak 2 km dari kota induk Tondano, Minahasa yang terbagi
atas 8 subetnik, yaitu Tonsea,Tombulu,Toulour,Tountemboan,Tounsawang,Pasang,Ponosokan,
dan Bantik. Orang Jaton memiliki cir-cir yang berbeda dengan orang Minahasa. Diantaranya
dapat dikenali melalui warna kulit dan dialeknya. Warna kulit orang Jaton dominan kulit
langsat dan sawo matang, sedangkan orang Minahasa biasanya berkulit putih. Jika terkena
sinar matahari,warna kulit orang Jaton tidak mengalami perubahan yang menonjol seperti
orang Minahasa yang akan berubah menjadi kemerah-merahan terutama pada bagian wajah.
Demikian pula dengan dialeknya orang Jaton lebih mudah dikenali oleh orang Minahasa.

3. TRADISI DI JATON
 Tradisi Pungguan
Tradisi ini adalah acara bersih kubur atau ziarah. Pungguan dilakukan sekitar satu minggu
sebelum tibanya bulan Ramadhan, khususnya di kompleks pemakaman Kyai Modjo. Saat
ritual pungguan seluruh keturunan Jaton yang ada di daerah Sulawesi Utara, baik tua
maupun muda akan datang berkunjung dengan menenteng pacul, sapu dan ember berisi
kembang. Acara pungguan dimulai dengan membersihkan kompleks makam, lalu
dilakukan tabur bunga dan doa kubur yang ditutup dengan makan bersama di sekitar
kompleks pemakaman.
 Tradisi Selikuran
Selikuran tradisi yang juga disebut malaman. Tradisi iniMasyarakat berlomba
mendapatkan malam kemuliaan (malam Lailatul Qadar). Dalam Alquran disebut malam
seribu bulan. Untuk mengharap berkah dari turunnya Lailatul Qadar tersebut. Inilah
biasanya diadakan kegiatan likuran (selikuran).
 Lebaran Ketupat
Pasca perayaan Idul Fitri, ada tradisi yang dikenal dengan sebutan Lebaran Ketupat.
Tradisi ini digelar seminggu setelah Idul Fitri. Banyak warga di luar Jaton yang datang
bersilaturahmi. Termasuk kaum Nasrani. Menu makanan yang disediakan ketupat, nasi
jaha (nasi bulu), kemudian dodol.
 Tradisi Mekan
Mengunjungi tetangga Nasrani yang sedang memperingati 40 hari kematian salah seorang
anggota keluarga. Pada saat itu warga Jaton membawa makanan ke rumah keluarga yang
wafat dan lalu kemudian makanan itu disantap bersama secara buffet. Khusus untuk
warga Jaton disediakan satu meja makan yang dinamakan meja makan “nasional” yang
berarti semua makanan terhidang halal disantap bagi warga Jaton.
 Sholawat Jowo
Tradisi ini adalah budaya bersalawat setiap malam jumat. Anak-anak Jaton membaca
Kitab Barzanji dengan irama Melayu. Kitab Barzanji adalah kitab perjalanan hidup Nabi
Muhammad SAW. Selain pada saat “asrokalan”, Kitab Barzanji juga dibacakan warga Jaton
pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid adalah perayaan hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Pada saat Maulid ini Kitab Barzanji dibacakan dalam nada seperti
menyanyikan kidung Jawa.

4. CIRI KHAS JATON


Ciri khas kampung Jaton atau icon dari Kampung Jaton adalah bangunan Masjid yang dibangun
oleh Kyai Modjo dan pengikutnya. Masjid ini dilengkapi dengan empat tiang penyanggah yang
sangat kokoh, mimbar yang sampai saat ini digunakan, beduk dan dua buah kentongan yang
masih asli peninggalah Kyai Modjo.

5. MAKANAN KHAS ORANG JATON


Makanan khas orang Jaton adalah Jenang. Mungkin makanan ini jarang terdengar di telinga
masyarakat Sulut, namun sebenarnya makanan ini tenar di Pulau Jawa. Wajar saja makanan
tersebut menjadi ciri khas di kampung Jaton lantaran memang asal mula penduduk Jaton
berasal dari jawa yang dibawa oleh Kyai Modjo dan pengikutnya. Biasanya jenang ini disajikan
dengan daun palma seperti layaknya dodol, namun belakangan ada juga yang memodifikasi
dengan menggunakan plastik bening.

Anda mungkin juga menyukai