Anda di halaman 1dari 6

A.

TEORI LAMARCK
Lamarck dikenal sebagai penggagas suatu bentuk teori evolusi kehidupan, yang
kemudian dikenal sebagai Lamarckisme. Ia percaya akan adanya perubahan linear pada
makhluk hidup dari bentuk tersederhana menuju bentuk yang lebih canggih. Jean-
Baptiste Lamarck (Gambar 1) merupakan seorang ahli zoologi dari Prancis yang bertugas
sebagai kepala koleksi invertebrata di Museum Sejarah Alam di Paris. Lamarck bertugas
untuk bertanggungjawab dan mengawasi seluruh koleksi invertebrata di museum tersebut
dan memberikan kuliah umum tahunan pada bidang yang sama (Burkhardt, 2013).

Gambar 1 Jean-Baptiste Lamarck


Sumber: Burkhdart (2013)
Lamarck mempublikasikan teori evolusinya pada tahun 1809 yakni ketika ia masih
mengepalai koleksi invertebrata di Museum Sejarah Alam (Natural History Museum)
Paris. Oleh karena itu, Lamarck membandingkan berbagai spesies di masa tersebut
dengan bentuk-bentuk fosil. Lamarck mampu untuk mengamati beberapa garis
keturunan. Setiap garis keturunan menunjukkan urutan kronologis dari fosil yang lebih
tua hingga fosil yang lebih muda hingga menuju spesies di masa tersebut atau modern.
Lamarck menyatakan bahwa ia melihat banyak anak tangga kehidupan yakni setiap
spesies dapat menaiki anak tangga tersebut sehingga menjadi spesies yang lebih
kompleks. Hal ini bertentangan dengan Aristoteles yang menyatakan ia hanya melihat
satu anak tangga kehidupan. Anak tangga yang paling bawah dihuni oleh berbagai
organisme mikroskopis yang dihasilkan secara terus menerus dan spontan dari bahan-
bahan tidak hidup. Sedangkan anak tangga yang paling tinggi dihuni oleh berbagai
tumbuhan dan hewan yang paling kompleks (Humphreys, 2010).
Menurut Lamarck, evolusi digerakkan oleh kecenderungan naluri untuk menjadi semakin
kompleks, yang oleh Lamarck dinamai dengan kesempurnaan. Ketika organisme
mencapai kesempurnaan, organisme itu akan dapat beradaptasi semakin baik dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, Lamarck berkeyakinan bahwa evolusi memberikan
respons terhadap sentimen interieurs atau "kebutuhan yang dirasakan" oleh organisme
(Helmi, 2017).
Pendapat lain yang membuat Lamarck dikenang adalah pendapatnya mengenai
mekanisme yang menjelaskan bagaimana adaptasi spesifik berkembang. Lamarck
menjelaskan mekanisme tersebut berdasarkan dua ide atau gagasan yag telah populer
pada masanya. Ide yang pertama adalah use (menggunakan) dan disuse (tidak
menggunakan) (Jablonka & Lam, 2015). Hal ini berarti bahwa bagian-bagian tubuh pada
makhluk hidup yang selalu digunakan untuk menghadapi berbagai kondisi lingkungan
akan menjadi lebih kuat dan kompleks, sedangkan bagian tubuh yang tidak atau jarang
digunakan akan mengalami penurunan fungsi. Lamarck menggunakan contoh pada pada
berkembangnya otot lengan atas (bisep) yang lebih besar dan kuat pada otot seseorang
yang memiliki pekerjaan pandai besi. Seorang pandai besi bekerja menempa dan
memegang palu, sehingga otot bisep akan selalu dipergunakan pada pekerjaan tersebut.
Contoh lain yang terkenal hingga sekarang adalah mengenai adaptasi jerapah. Seekor
jerapah yang menjenjangkan lehernya untuk menggapai dedaunan yang terletak pada
cabang-cabang pohon yang tinggi. Ide kedua disebut dengan pewarisan sifat-sifat yang
diperoleh. Dalam konsep hereditas ini, modifikasi yang didapatkan oleh suatu organisme
selama masa hidupnya dapat diteruskan ke keturunannya. Lamarck berpendapat bahwa
leher jerapah yang panjang berkembang secara perlahan-lahan sebagai produk kumulatif
dari generasi-generasi leluhurnya yang meregangkan lehernya, semakin tinggi dan
semakin tinggi lagi. Namun, sifat-sifat yang didapatkan tidak ada bukti bisa diwariskan
secara spontan. Seorang pandai besi mampu dan memiliki kekuatan dan stamina
sepanjang hidupnya karena setiap hari mengayun-ayunkan palu yang berat, tetapi sifat
yang didapatkan ini tidak mengubah gen yang diwariskan oleh gamet kepada
keturunannya. Hal ini mengakibatkan beberapa kalanan menentang teori Lamarck.
Namun pada masanya konsep pewarisan tersebut umumnya diterima. Lamarck pantas
mendapat banyak pujian atas teori yang telah dicetuskan yang berwawasan jauh kedepan
dalam berbagai hal (Henuhili, dkk., 2012).

Gambar 2 Evolusi pada Leher Jerapah


Sumber: Henuhili, dkk (2012)
B. Teori Darwin
Charles Robert Darwin atau biasa dikenal dengan Darwin (Gambar 3) ialah orang
pertama yang mampu mengemukakan teori-teori yang meyakinkan mengenai evolusi. Ia
juga mampu menjadikan beberapa fakta yang tidak saling berkaitan dan membingungkan
menjadi suatu teori atau pandangan mengenai kehidupan. Darwin mencetuskan berbagai
teori yang populer dalam bidang biologi, diantaranya besarnya keanekaragaman dalam
organisme, asal-usul organisme dan kekerabatan, kemiripan dan ketidakmiripan,
penyebaran geografis dan adaptasi dengan lingkungan (Browne, 2010).

Gambar 3 Charles Robert Darwin


Sumber: Henuhili, dkk (2012)
Pada usia 22 tahun Darwin melakukan ekspedisi bersama HMS Beagle selama lima
tahun. Selama ekspedisi tersebut, Darwin memanfaatkannya untuk mengumpulkan dan
mengamati keanekaragaman hayati berdasarkan bentuknya. Teori pertama yang
dicetuskan oleh Darwin didasari oleh pandangan Aristoteles yakni “tidak ada perubahan
sejak waktu kreasi bumi”. Dalam mengambil kesimpulan pada saat observasi, Darwin
menggunakan pola inferensi yang diawali dengan observasi 1, dilanjutkan observasi 2,
kemudian inferensi 1, dan terakhir iferensi 2. Observasi 1 mengamati individu dalam
populasi memiliki karakteristik bervariasi yang sifatnya dapat diturunkan. Selanjutnya
observasi 2, yakni rganisme memproduksi keturunan lebih daripada daya dukung
lingkungan, lalu Inferensi 1 yakni Individu yang sesuai dengan lingkungannya akan
memproduksi keturunannya lebih banyak daripada individu lain. Inferensi 2 yakni seiring
waktu, sifat yang menguntungkan akan terakumulasi dalam populasi. Berdasarkan hal
tersebut, Darwin membuat kesimpulan bahwa spesies yang mampu beradaptasi terhadap
berbagai kondisi lingkungan mampu meneruskan sifat unggul tersebut kepada
keturunannya. Menurut pengamatannya, bumi ini sudah sangat tua dan secara konstan
berubah. Di sini Darwin telah mengambil satu langkah penting menuju pengenalan
bahwa kehidupan di bumi juga telah berevolusi (Taufik, 2019).
Dalam teorinya, Darwin mencetuskan dua kata kunci yakni seleksi alam dan adaptasi.
Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi, hal ini berarti
kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan berproduksi. Seleksi
alam terjadi melalui suatu interaksi antara lingkungan dan keanekaragaman yang melekat
di antara individu-individu organisme yang menyusun suatu populasi. Produk seleksi
alam adalah adaptasi populasi organisme dengan lingkungannya (Dimijian, 2012).
Berikut ini adalah beberapa catatan mengenai seleksi alam oleh Darwin:
1) Pentinnya populasi dalam evolusi
2) Seleksi alam akan memperbesar atau memperkecil variasi yang dapat diwariskan
3) Ciri khas seleksi alam tergantung pada situasi; faktor lingkungan berbeda dari suatu
tempat ke tempat lain dan dari suatu masa ke masa lain.
Darwin menyadari bahwa adaptasi berkembang seiring berjalannya waktu sehingga
Darwin perlu menjelaskan mekanisme evolusi. Kepunahan dapat terjadi bila proses
adaptasi tidak sejalan dengan perubahan lingkungan. Pandangan Darwin mengenai
kehidupan memiliki perbedaan yang sangat tajam dengan paradigma konvensional yang
mengatakan bumi baru berumur beberapa ribu tahun saja, dihuni oleh bentuk-bentuk
kehidupan yang tidak berubah dan telah diciptakan satu per satu selama seminggu penuh
di mana Sang Pencipta membentuk keseluruhan jagad raya sehingga Darwin perlu
berhati-hati dalam menyampaikan gagasannya (Henhili, dkk., 2012).
Pada awal tahun 1840-an, Darwin telah mengetahui bagian-bagian penting dari teorinya
mengenai seleksi alam sebagai mekanisme penting evolusi. Namun, ia tidak
mempublikasikan pemikirannya itu. Terlepas dari penundaan yang dilakukannya, ia terus
mengumpulkan bukti-bukti yang dapat mendukung teorinya. Darwin untuk menerbitkan
topik itu sebelum orang lain sampai pada kesimpulan yang sama dan menerbitkan
pekerjaannya lebih dulu. Akhirnya pada bulan Juli tahun 1858 Darwin menerima surat
dari Alfred Wallace bahwa naskah Darwin layak untuk diterbitkan dengan judul The
Origin of Species. Dalam periode satu dekade, buku Darwin dan pendukungnya telah
berhasil meyakinkan sebagian besar kalangan ahli biologi bahwa, keanekaragaman
biologi merupakan hasil dari evolusi. Darwin bisa berhasil, pada hal para ahli evolusi
sebelumnya gagal (Pariyanto & Hidayat, 2020).

DAPUS
Browne, Janet. 2010. Making Darwin: Biography and the Changing Representations of
Charles Darwin. The Journal of Interdisciplinary History, 40(3): 347-373.
Burkhardt, Richard. W. 2013. Lamarck, Evolution, and the Inheritance of Acquired
Characters. Genetics, 194: 793-805.
Dimijian, Gregory G. 2012. Darwinian Natural Selection: its Enduring Explanatory
Power. Proc (Bayl Univ Med Center), 25(2): 139-147.
Jablonka, E., & Lamm, E. 2015. Lamarck’s Two Legacies: A 21 st-Century Perspective on
Use-Disuse and the Inheritance of Acquired Characters. Interdisciplina, 3(5): 281-301.
Helmi. 2017. Evolusi Antar Spesies (Leluhur Sama dalam Perspektif Para Penentang).
Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 9(2): 83-93.
Henuhili, V., Mariyam, S., Sudjoko, Rahayu, T. 2012. Evolusi. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Humphreys, John. 2010. Lamarck and the General Theory of Evolution. Journal of
Biological Education, 30(4): 295-303.
Pariyanto, & Hidayat, T. 2020. Konsep Missing Link Menstimulasi Pandangan Generasi
Alpha (Asal Usul Manusia). Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains, 3(1): 50-58.
Taufik, Leo Muhammad. 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini dan Nanti. Jurnal
Filsafat Indonesia, 2(3): 98-102.

Anda mungkin juga menyukai