Anda di halaman 1dari 22

PETUNJUK DAN BUKTI EVOLUSI

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi

Yang Diampu oleh Prof. Dr. H. Abdul Gofur, M. Si.

Disusun oleh:

Kelompok 1 Offering C 2019

Farah Faradisa 190341621652

Farah Nur Indah 190341621648

Kalima 190341621621

M. Iqbal Najib Fahmi 190341621681

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PNEGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

September 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Petunjuk dan Bukti Evolusi ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penyusunan makalah iniadalah untuk memenuhi tugas dari


Prof. Dr. H. Abdul Gofur, M. Si. pada mata kuliah Evolusi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Petunjuk dan Bukti Evolusi
bagi pembaca dan bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Abdul Gofur, M. Si.
Selaku dosen mata kuliah Evolusi yang telah membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini, sehingga kami mendapat wawasan yang sesuai dengan
ilmu terkait dengan bidang studi yang kami tekuni. Terima kasih juga kami
ucapkan terhadap pihak-pihak yang telah berkenan membagi ilmu pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat membantu terselesaikannya makalah ini.

Kami telah berusaha menyusun makalah ini sesuai dengan kemampuan


dan kapasitas yang kami dapat curahkan. Namun, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima dan pertimbangkan demi kesempurnaan makalah
ini maupun makalah dengan topik selanjutnya.

Malang, 13 September 2021

Penyusun
(Kelompok 1)
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Evolusi berasal dari bahasa Latin “evolvere” yang memiliki arti
berkembang. Menurut ilmu biologi, evolusi merupakan proses perkembangan
tahap demi tahap dari segala bentuk kehidupan. Evolusi diartiakan sebagai
perubahan sifat-sifat secara turun-temurun dari suatu populasi dari generasi ke
generasi selanjutnya. Teori evolusi diartikan sebagai himpunan gagasan yang
menjelaskan proses kejadian mengenai fenomena yang lambat laun akan
mengalami perkembangan serta perubahan dalam bentuk dan fungsi. Evolusi
biologi meninggalkan tanda-tanda yang dapat diamati, yang merupakan bukti
pengaruh pada kehidupan di masa lalu dan sekarang (Sholichah, 2019).
Teori evolusi berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan
pengetahuan hingga saat ini. Terdapat berbagai macam versi mengenai teori
evolusi yang berkembang baik di kalangan ilmuwan maupun di masyarakat. Pada
dasarnya teori evolusi merupakan perpaduan antara gagasan (ide) dan kenyataan
(fakta). Charles Darwin (1809-1892) yang menerbitkan buku tentang asal usul
spesies pada tahun 1859 dengan judul On the Origin of Species by Means of
Natural Selection atau The Prevervation of Favored Races in the Struggle for Life
dianggap sebagai pencetus teori evolusi (Fitz, et al., 2007). Teori evolusi dapat
diakui kebenarannya dengan menunjukkan berbagai bukti antara lain dari
perbandingan anatomi, perbandingan embriologi, perbandingan fisiologi, petunjuk
dari alat tubuh yang tersisa, dan petunjuk paleontologi. Dengan berbagai bukti
tersebut menghasiIkan organisme yang berbeda-beda baik dari organ tubuh yang
dimiliki, fungsi masing-masing organ tubuh tersebut, maupun sifat-sifat dari
makhuk hidup yang bersangkutan (Arbi, 2012).
Fosil merupakan salah satu sumber utama dalam mempelajari asal-usul
kehidupan. Terdapat berbagai tokoh-tokoh ilmuwan yang mempelajari tentang
fosil untuk membuktikan dan sebagai petunjuk adanya evolusi. Salah satunya
adalah Lamarck. Lamarck mempublikasikan teori evolusinya pada tahun 1809,
dengan cara membandingkan spesies masa kini dengan bentuk-bentuk fosil.
Lamarck dapat melihat beberapa garis keturunan, masing-masing memberikan
urutan kronologis dari fosil yang lebih tua hingga fosil yang lebih muda yang
menuju ke spesies modern. Ilmu yang mempelajari mengenai fosil disebut dengan
paleontologi (Humphreys, 2010).
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari anatomi
perbandingan?
2. Bagaimana petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari embriologi
perbandingan?
3. Bagaimana petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari fisiologi
perbandingan?
4. Bagaimana petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari alat tubuh yang tersisa
(vestigal)?
5. Bagaimana petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari palentologi?
6. Siapa sajakah tokoh-tokoh yang mempelajari mengenai fosil?
7. Bagaimana cara menetapkan umur fosil?
1. 3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik
tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari anatomi
perbandingan.
2. Mengetahui petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari embriologi
perbandingan.
3. Mengetahui petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari fisiologi
perbandingan.
4. Mengetahui petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari alat tubuh yang tersisa
(vestigal).
5. Mengetahui petunjuk dan bukti evolusi ditinjau dari palentologi.
6. Mengetahui tokoh-tokoh yang mempelajari mengenai fosil.
7. Mengetahui cara menetapkan umur fosil.
BAB II
ISI

Terjadinya proses evolusi ditunjukkan dengan adanya berbagai bukti antara


lain dari perbandingan anatomi, perbandingan embriologi, perbandingan fisiologi,
petunjuk dari alat tubuh yang tersisa, dan petunjuk paleontologi (Arbi, 2012).
1. Anatomi Perbandingan
Anatomi perbandingan merupakan studi perbandingan struktur tubuh berbagai
spesies hewan utnuk memahami perubaha adaptif yang telah mereka alami dalam
perjalanan evolusi dari nenek moyang yang sama. Anatomi perbandingan modern
bermula dari Pierre Belon, pada tahun 1555 yang menunjukkan bahwa kerangka
manusia dan burung tersusun dari unsur-unsur serupa yang disusun dengan cara
yang sama (Britannica, 2020). Anatomi komparatif menunjukkan bagaimana
adaptasi struktural dapat memenuhi kebutuhan fisiologis lingkungan atau
perubahan (Danowitz & Solounias, 2016).
Analogi adalah organ-organ dari makhluk hidup yang fungsinya sama namun
memiliki bentuk dasar berbeda (Hall, 2012). Contoh analogi adalah pada spesies
sugar glider dan tupai terbang. Kedua spesies ini berasal dari leluhur yang berbeda
dimana sugar glider merupakan kelompok marsupial sedangkan tupai terbang
bukan bagian dari kelompok marsupial yang berasal dari wilayah berbeda. Namun
kedua spesies ini memiliki struktur tubuh yang serupa. Contoh lain yaitu adanya
kesamaan fungsi yaitu kaki, pada semut dan kuda, sebagai sirip depan antara ikan
dan lumba-lumba, sebagai sayap antara kupu-kupu dan ayam, yang kesemuanya
memiliki struktur yang berbeda (Gambar1).

Gambar 1. Contoh Perbandingan Analogi


(Sumber : https://www.britannica.com/science/homology-evolution)
Homologi adalah dimana organ-organ tubuh memiliki bentuk dasar yang sama
namun memiliki fungsi yang berbeda. Contoh homologi dapat diamati pada otot
dada dan kaki depan dari amfibi dan reptil berkaki, yaitu, urodeles, anuran,
lepidosaurus, buaya, burung, dan kura-kura (Abdala & Diogo, 2016). Pada
(Gambar 2) menunjukkan homologi antara tangan kura-kura, sirip depan lumba-
lumba, kaki depan kuda, tangan manusia, sayap ayam, dan sayap kelelawar.
Dimana kesemuanya tersebut memiliki struktur dasar yang sama yaitu terdiri atas
tulang humerus, radius, ulna, karpal, metakarpal, dan falanges.

Gambar 2. Contoh Perbandingan Homologi


(Sumber : https://www.britannica.com/science/homology-evolution)

2. Embriologi Perbandingan
Darwin menyatakan dalam bukunya “On The Origin of Species” bahwa studi
embrio akan memberikan salah satu bukti adanya evolusi. Teori perbandingan
embriologi mulai berkembang pada tahun 1820-1830 an. Menurutnya, terdapat
kesamaan di antara tahap-tahap awal embrio sebagai bukti evolusioner. Selain itu,
sisa-sisa struktur seperti ekor pendek dengan vertebre pada manusia, yang
menurut Darwin adalah bukti bahwa manusia berevolusi dari nenek moyang yang
berekor (Hall, 2010). Pada contoh (gambar 3) menunjukkan bahwa terdapat
kesamaan bentuk dasar pada saat masa perkembangan embrio pada hiu, kadal,
ayam, babi, dan manusia.
Gambar 3. Perbandingan Embriologi
(Sumber: https://www.britannica.com/science/embryology)
3. Fisiologi perbandingan sebagai petunjuk adanya evolusi
Terjadinya evolusi dapat ditunjukkan dengan berbagai bukti dan petunjuk,
salah satunya adalah perbandingan fisiologi. Fisiologi secara makna kata dari
Bahasa Latin, berasal dari kata Fisis (Physis) adalah alam atau cara kerja dan
Logos (Logi) adalah Ilmu pengetahuan. Fisiologi merupakan cabang ilmu biologi
yang mempelajari faal atau pekerjaan atau fungsi dari alat-alat tubuh dan jaringan
tubuh pada makhluk hidup. Anatomi fisiologi memiliki beberapa pengkhususan,
diantaranya fisiologi sel, fisiologi spesifik, fisiologi sistemik dan fisiologi
patologikal (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017).
Untuk mengetahui petunjuk adanya evolusi berarti mempelajari mengenai
biologi evolusioner. Biologi evolusioner merupakan cabang ilmu biologi yang
mempelajari mengenai evolusi atau lebih khususnya asal-usul spesies yang
memiliki nenek moyang yang sama dan penurunan spesies. Terdapat faktor yang
tidak terkendali (terlalu banyak dan tidak terbatas) ketika mencari hubungan
evolusioner mengenai asal-usul spesies yang dilakukan dengan cara mengevaluasi
tingkat kemiripan. Tidak semua tingkat kemiripan pada suatu spesies diwariskan
dari nenek moyang yang sama. Spesies dari cabang evolusi yang berbeda bisa saja
mirip satu sama lainnya. Hal ini dapat terjadi jika mereka memiliki peranan
lingkungan yang mirip dan seleksi alam telah membentuk adaptasi yang analog.
Apabila hal tersebut terjadi maka dinamai dengan evolusi konvergensi, sedangkan
kemiripan akibat konvergensi disebut dengan analogi (Sari, 2020).
Salah satu bukti dari perbandingan fisiologi yang menunjukkan adanya
evolusi adalah sirip depan dan ekor ikan hiu dengan sirip depan dan ekor ikan
paus. Sirip depan dan sirip ekor merupakan organ yang dimiliki oleh ikan hiu dan
paus sebagai organ renang analog yang berevolusi secara independen dan
dibangun dari struktur yang berbeda secara keseluruhan (Sari, 2020). Bukti lain
yang menunjukkan adanya evolusi konvergen adalah kemiripan antara mamalia
marsupial (berkantung) tertentu dengan hewan eutheria (berplasenta) yang mirip
dan telah berevolusi secara independen pada benua lain. Radiasi adaptif di
Australia telah menyebabkan hewan marsupial memiliki banyak peranan ekologi
yang diisi oleh mamalia eutheria di benua lain. Evolusi konvergen telah
menghasilkan sejumlah kemiripan yang luar biasa, tetapi marsupial dan eutaria
berkembang pada garis keturunan mamalia yang terpisah. Salah satu
perbedaannya adalah, bahwa seekor marsupial yang sedang berkembang
menghabiskan sebagian besar waktunya di luar uterus dan menghisap puting,
sementara seekor hewan eutheria menyelesaikan perkembangan embrioniknya di
dalam uterus dan diberi nutrisi oleh plasenta (Campbell, dkk., 2003).
4. Petunjuk dari Alat Tubuh yang Tersisa (Vestigial)
Struktur vestigial adalah organ homolog yang telah kehilangan semua atau
sebagian besar fungsi aslinya dalam suatu spesies melalui evolusi (Solt, 2011).
Organ vestigial juga merupakan sisa-sisa historis dari struktur yang memiliki
fungsi penting pada spesies leluhurnya. Organ vestigial menjadi bukti evolusi
melalu seleksi alam. Pada morfologi beberapa hewan vertebrata dan manusia
dapat ditemukan adanya struktur vestigial. Dalam Origin of Species, Darwin
mengklaim bahwa sisa-sisa dari alat tubuh tersebut ini menawarkan bukti kuat
mengenai perubahan evolusioner karena meskipun fungsinya telah hilang atau
diubah, struktur, perilaku, ataupun proses fisiologis atau biokimia masih tetap ada
(Werth, 2014).
Pada tubuh manusia banyak ditemukan struktur dan respon vestigial yaitu:
a) Tulang ekor: Manusia tidak lagi memiliki ekor eksternal yang terlihat.
Namun manusia masih memiliki tulang ekor dalam kerangka tubuhnya
yang saat ini berfungsi sebagai titik penghubung bagi banyak otot dasar
panggul (Scoville, 2020).
b) Merinding: Refleks pilomotor, yang mengangkat bulu di lengan atau leher
ketika merasa khawatir juga merupakan sisa dari respon vestigial pada
manusia. Pada hewan hal tersebut misalnya seperti tingkah laku landak
yang mengangkat duri mereka saat ada tanda bahaya atau burung, yang
menggelepar saat mendapat tanda bahaya ataupun dingin (Scoville,2020).
c) Plica semilunaris: Struktur yang terdapat di sudut dalam mata
tersebut merupakan sisa membran nictitating (Werth, 2014).
d) Otot occipitofrontalis : Otot ini telah kehilangan fungsi aslinya yaitu untuk
menjaga kepala agar tidak jatuh akan tetapi masih berfungsi untuk tujuan
lain yaitu berkenaan dengan ekspresi wajah (Werth, 2014).
e) Gigi bungsu: Bertepatan dengan pergeseran pola makan manusia ke arah
konsumsi makanan lunak dan olahan, secara bertahap menghilangkan
kebutuhan akan rahang yang besar dan kuat. Dengan berkurangnya ukuran
rahang manusia, gigi geraham terutama gigi bungsu menjadi sangat rentan
terhadap impaksi. Semakin gigi bungsu tidak ada secara bawaan maka
dianggap sebagai fitur sisa dari tubuh manusia (Rogers, 2020).
Sedangkan struktur vestigal yang dapat ditemui pada hewan antara lain yaitu:
a) Burung kormoran yang tidak bisa terbang ( Phalacrocorax harrisi):
Burung endemik dari Kepulauan Fernandina dan Isabela di Kepulauan
Galápagos, memiliki sayap gemuk dan terlalu kecil untuk
memungkinkannya bisa terbang (Werth, 2014).
b) Tulang pinggul ular Boa: Meskipun tidak memiliki anggota badan, ular
Boa masih memiliki korset panggul kecil (tulang pinggul). Tulang pinggul
ini jauh lebih kecil daripada yang ditemukan pada nenek moyang mereka.
Korset panggul ular tersebut merupakan struktur fisik yang diturunkan dari
kondisi leluhur awal dan tidak lagi berfungsi sehingga menjadikannya
vestigial (Kearhley, 2021).
c) Panggul paus : Struktur panggul paus yang mengalami degenerasi saat ini
berfungsi sebagai jangkar yang berguna bagi struktur reproduksi tetapi
dianggap vestigial karena telah kehilangan fungsi sebelumnya sebagai
jangkar untuk kaki belakang yang digunakan dalam bergerak (Senter et al,
2015).
5. Petunjuk Paleonteologi
Paleontologi merupakan ilmu yang mempelajari fosil. Fosil adalah replika
atau peningkatan bersejarah organisme dari masa lalu, yang mengalami
mineralisasi di dalam batuan (Sari, 2020). Definisi fosil mencakup dua kategori
yaitu: (1) sisa-sisa, terutama yang merupakan bagian keras berupa kerangka (fosil
tubuh) dan (2) jejak aktivitas yang merupakan bukti perilaku organisme hidup
(fosil jejak). Selain itu, organisme tertentu terutama bakteri, archaeans, alga, dan
tumbuhan vaskular, menghasilkan molekul organik yang khas dan unik, yang sisa-
sisanya terdegradasi dapat diekstraksi dari sedimen dan diisolasi membentuk fosil
kimia (Brett & Gould,2019).
Menurut Kazmeyer (2017) informasi yang dapat ditemukan dari fosil yaitu:
a) Struktur: Informasi paling mendasar dari ditemukannya fosil adalah
tentang seperti apa rupa atau bentuk hewan dan tumbuhan terkait.
b) Lingkungan: Kondisi fosil dapat menunjukkan lingkungan seperti apa
yang ada pada saat itu. Fosil yang terawetkan dengan baik dan lengkap
mungkin menunjukkan rawa, yang bahan organiknya yang lembut
sehingga membantu mencegah fosil dari pembusukan.
c) Penanggalan: Kedalaman relatif fosil dapat memberikan petunjuk kapan
organisme itu hidup, karena semakin dalam mereka terkubur maka
semakin tua fosil tersebut. Informasi tersebut dapat diverifikasi dengan
penanggalan karbon, yang dapat menunjukkan dengan tepat usia fosil.
d) Geologi: Menemukan fosil serupa di daerah yang berbeda dapat
menunjukkan pola pergerakan kerak bumi yang telah menyebarkan sisa-
sisa makhluk yang pernah hidup di satu tempat.
e) Evolusi: Menemukan fosil serupa dari usia yang berbeda dapat membantu
para ilmuwan untuk memahami bagaimana organisme berevolusi dan
berubah selama jutaan tahun perkembangan.
Prokariota ditempatkan sebagai nenek moyang semua kehidupan dan
memperkirakan bahwa bakteri mendahului semua kehidupan eukariota dalam
catatan fosil. Fosil ikan merupakan yang paling tua dari semua vertebrata lain,
disusul oleh amfibia, reptilia, kemudian burung dan mamalia (Sari, 2020).
Pandangan Darwinian mengenai kehidupan juga memperkirakan bahwa transisi
evolusioner harus meninggalkan tanda-tanda dalam catatan fosil. Catatan fosil
sebagai laboratorium biologis digunakan untuk menguji hipotesis secara ketat di
persimpangan paleontologi dengan beragam disiplin ilmu di seluruh rentang
waktu yang dicakup oleh bumi dan ilmu kehidupan (Jablonski & Shubin, 2015).
Fosil transisi merupakan sisa-sisa organisme yang muncul di antara versi
spesies yang diketahui dan spesies saat ini. Fosil transisi akan menjadi bukti
evolusi karena akan menunjukkan bentuk peralihan dari suatu spesies yang
berubah akibat proses adaptasi yang terjadi dengan lambat (Scoville, 2017). Ahli
paleontologi yang melakukan penggalian di Mesir dan Pakistan berhasil
mengidentifikasi paus yang sudah punah yang memiliki tungkai belakang yaitu
Basilosaurus. Fosil tersebut menghubungkan antara paus modern yang merupakan
mamalia air dengan leluhurnya yang hidup di daratan (Sari, 2020).
Menurut Brett & Gould (2019) Rentang bentuk kehidupan yang terwakili
dalam catatan fosil sangat luas, tetapi dapat dibagi lagi menjadi dua alam yaitu
ekosistem laut dan terestrial.
1) Ekosistem Laut
Kehidupan awal di bumi mungkin berasal dari laut. Catatan aktual
mikroba prokariotik sederhana berkisar lebih dari 3,5 miliar tahun
lalu. Catatan bakteri sederhana ini dalam bentuk stromatolit.
Kemudian Eukariota dengan sel dan organel berinti berkembang mungkin
sekitar 2,5 miliar tahun lalu, terkait dengan peningkatan kadar oksigen
atmosfer dimana organel mereka dapat mewakili bakteri simbiosis. Alga
uniseluler dan multiseluler muncul sekitar 2 miliar tahun yang
lalu. Protista mirip hewan bersel tunggal diwakili oleh fosil berusia sekitar
800 juta tahun. Penemuan terbaru dari Cina menunjukkan bahwa
vertebrata awal, ikan sederhana tanpa rahang, telah berevolusi setidaknya
530 juta tahun yang lalu (Brett & Gould,2019).
2) Ekosistem Darat atau Terestria
Tumbuhan darat yang mengandung spora seperti lumut dan lumut kerak
mungkin telah menginvasi garis pantai berbatu sejauh Proterozoikum
tetapi, tumbuhan darat berpembuluh psilophyta kecil tidak muncul sampai
periode Ordovisium akhir atau silur sekitar 440 juta tahun yang
lalu. Hewan invertebrata darat pertama, mungkin kerabat kaki seribu
muncul pada waktu yang hampir bersamaan, sebagaimana dibuktikan oleh
jejak fosil di paleosol (endapan tanah purba). Banyak kelompok tumbuhan
baru, termasuk lycopods, sphenopsids, pakis, dan nenek moyang
gymnospermae, berevolusi selama waktu yang sangat kritis dalam evolusi
tumbuhan darat pada periode Devonian (sekitar 416–359 juta tahun yang
lalu). Selama Periode Trias Akhir, sekitar 220 juta tahun yang lalu,
dinosaurus muncul. Hewan-hewan ini mendominasi fauna darat
Mesozoikum. Kemudian kematian dinosaurus di ekosistem terestrial
membuka ruang ekologis dan bagi radiasi adaptif mamalia serta kelompok
hewan yang lain (Brett & Gould,2019).
Leonardo da Vinci (1452–1519) menyatakan bahwa fosil merupakan
bukti adanya kehidupan pada masa lampau (Jones, 2011). Leonardo da Vinci
bukan hanya seorang pelukis hebat. Dia juga seorang ahli geologi yang
brilian, seperti yang diungkapkan pada lukisan zaman batu (Gambar 4) yang
menyajikan seri interaktif terbaru. Batuan menumpuk dan berkumpul dan
hancur di gunung, gua, strata, dan screes dalam lukisannya. Lukisan Leonardo
menyajikan imajiner yang berbeda, masing-masing dengan pemandangan
bumi yang kaya dari batu yang dilubangi dan dipahat oleh angin dan air.
Leonardo tidak hanya melihat batu dari sudut pandang seorang pelukis, namun
juga masalah ilmiah (Jones, 2011).

Gambar 4. Zaman batu karya Leonardo da Vinci


(Sumber:
https://www.theguardian.com/artanddesign/jonathanjonesblog/2011/nov/23/leonardo-
da-vinci-earth-geology)
Oleh karena itu, dalam perjalanan hidupnya Leonardo da Vinci
mengumpulkan kerang dan bebatuan dengan harapan dapat mempelajari
evolusi. Jika anggapan itu benar, maka akan terdapat sejumlah fosil yang
mengarah terjadinya evolusi makhluk hidup (Pomi dan Tonni, 2008). Adapun
beberapa fosil yang telah ditemukan sebagai berikut.

Gambar 5. Pengumpulan Karang Oleh Leonardo da Vinci


(Sumber: Pomi dan Tonni, 2008)
Melihat kenyataan adanya perbedaan fosil makhluk hidup pada setiap
lapisan bumi, George Cuvier (1769–1832) mempunyai pendapat sendiri.
George Cuvier adalah seorang ahli anatomi berkebangsaan Prancis.
Menurutnya, perbedaan makhluk hidup itu disebabkan adanya penciptaan
yang memang berbeda. Cuvier menyatakan bahwa makhluk hidup itu hadir
sesaat, lenyap oleh malapetaka, kemudian tercipta lagi makhluk hidup lain,
teori ini dikenal dengan katastropisme (Amy, 2021).
Cuvier dengan cermat mempelajari fosil gajah (gambar 6) yang ditemukan
di dekat Paris. Ia menemukan bahwa tulang-tulang yang ditemukannya
berbeda dari tulang-tulang gajah yang hidup di Afrika dan India. Cuvier
menyatakan bahwa mereka adalah spesies terpisah yang telah lenyap. Dia
kemudian mempelajari banyak fosil mamalia besar lainnya dan menunjukkan
bahwa mereka juga bukan milik spesies mana pun yang hidup hari ini. Bukti
fosil membawanya untuk mengusulkan bahwa secara berkala Bumi
mengalami perubahan mendadak, yang masing-masing dapat memusnahkan
sejumlah spesies (Amy, 2021).

Gambar 6. Sebuah makalah tahun 1798 oleh Cuvier berisi gambar ini yang
menunjukkan perbedaan antara rahang bawah mamut (atas) dan gajah India.
Perbedaan ini mendukung gagasan bahwa mamut memang punah.
(Sumber: https://evolution.berkeley.edu/evolibrary/article/0_0_0/history_08)

Cuvier menetapkan kepunahan sebagai fakta yang harus dijelaskan oleh


setiap teori kehidupan ilmiah di masa depan. Teori Darwin, spesies yang tidak
beradaptasi dengan perubahan lingkungan atau menahan persaingan spesies
lain menghadapi kepunahan. Namun, Darwin tidak menerima semua ide
Cuvier tentang kepunahan.
Charles Darwin menyikapi perbedaan fosil itu dengan pernyataan lain.
Berdasarkan kajian fosil, Darwin berpendapat bahwa perubahan bentuk
disesuaikan dengan lapisan bumi yang lebih muda. Oleh karena itu, fosil yang
ditemukan pada lapisan bumi yang muda berbeda dengan fosil yang
ditemukan pada lapisan bumi yang lebih tua. Berdasarkan kajian itu, diyakini
pula bahwa makhluk hidup berkembang dari primitif (sederhana) menuju ke
maju (kompleks) (Adrian, 2018).
Salah satu penemuan fosil dalam perjalanan ekspedisi HMS Beagle
Charles Darwin adalah tengkorak dan tulang mamalia yang telah punah. Hal
ini menjadi puncak kejayaan pengumpulan fosil Charles Darwin di Amerika
Selatan.
Gambar 7. Bagian belakang tengkorak Glossotherium.
(Sumber: https://www.smithsonianmag.com/smithsonian-
institution/how-darwins-theory-evolution-evolved-180968981/)

Darwin kemudian menyebut fosil mamalia sebagai salah satu dari dua
faktor utama yang membawanya untuk menerima kenyataan evolusi. Menurut
teori Evolusi, spesies yang ada sebelumnya lambat laun berubah menjadi
spesies lain, melalui proses perubahan sedikit demi sedikit dalam jangka
waktu jutaan tahun.
Terdapat beberapa cara untuk menentukan umur fosil, salah satunya dengan
menggunakan Zat Radioaktif dan Metode Stratigrafi
a. Penentuan Umur dengan Zat Radioaktif
Radioaktivitas pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh
fisikawan Perancis Henri Becquerel (1852-1908) ketika sedang bekerja
dengan material fosforen. Terdapat tiga macam isotop karbon yang
ditemukan secara alami, yakni 12C dan 13C yang stabil, dan 14C yang
bersifat radioaktif dengan waktu paruh peluruhannya sekitar 5730 tahun
(Nugraheni dan Dwijananti, 2012).
Waktu paruh adalah selang waktu yang dibutuhkan agar
aktivitas radiasi berkurang setengah dari aktivitas semula. Waktu paruh
juga dapat didefinisikan sebagai selang waktu yang dibutuhkan agar
setengah dari inti radioaktif yang ada meluruh. Elemen radioaktif ini
berangsur-angsur meluruh sehingga hilanglah sifat radioaktivitasnya
menjadi radioaktif yang massanya menjadi separuh, waktu
peluruhannya disebut waktu paruh atau half life (Nugraheni dan
Dwijananti, 2012).
Aplikasi waktu paruh yang sangat berguna adalah pada
pelacakan radioaktif, hal ini berhubungan dengan penentuan usia
benda-benda kuno. Selama suatu organisme hidup, jumlah isotop C-14
dalam struktur selnya akan tetap konstan. Tetapi, bila organisme
tersebut mati, jumlah C-14 mulai menurun. Dengan mengukur jumlah
C-14 yang terkandung pada fosil, umur fosil bisa ditentukan. Untuk
rekaman sepanjang sejarah, metode ini cukup baik dengan
penyimpangan akurasi sekitar beberapa ratus tahun. Dengan demikian,
mereka dapat menentukan berapa lama organisme tersebut mati
(Jufrida, dkk., 2018).
b. Metode Stratigrafi
Stratifigasi merupakan cabang dalam geologi yang meneliti
lapisan bumi, tepatnya lapisan batuan di lapisan terluar bumi alias
kerak, dan terbentuknya lapisan-lapisan itu. Bidang ini pertama diteliti
mendalam sama Nicolas Steno tahun 1669, yang bikin teori dasar agar
para ilmuwan bisa menganalisa umur fosil berdasarkan letaknya di
lapisan tanah yang berbeda (Kusumayudha, dkk., 2019). Lapisan
stratum dalam tanah dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 8. Lapisan stratum


(Sumber: Kusumayudha, dkk., 2019)
Setiap lapisan atau stratum ini terbentuk secara natural dan
tebelnya bisa beberapa mili doang sampe setebel satu kilometer. Setiap
lapisan ini representasi satu pembentukan endapan tertentu yang kita
bisa cari tau dari isi lapisan itu. Lapisan bisa terbentuk dari endapan
sungai, lava letusan gunung berapi, rawa, pasir pantai, dan lain-lain. Hal
inilah yang memungkinkan para ilmuwan untuk memperkirakan waktu
umur fosil dari lokasi lapisan tanah tempat fosil tersebut ditemukan
(Kusumayudha, dkk., 2019).
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
1. Anatomi perbandingan merupakan studi perbandingan struktur tubuh
berbagai spesies hewan untuk memahami perubahan adaptif yang telah
dialami melalui perjalanan evolusi dari nenek moyang yang sama. Analogi
adalah organ-organ dari makhluk hidup yang fungsinya sama tetapi
memiliki bentuk dasar berbeda. Sedangkan Homologi adalah organ-organ
tubuh yang memiliki bentuk dasar sama namun memiliki fungsi yang
berbeda.
2. Embriologi perbandingan merupakan studi mengenai perbadingan embrio
yang menyatakan terdapat kesamaan di antara tahap-tahap awal embrio
sebagai bukti evolusioner.
3. Fisiologi perbandingan merupakan salah satu bukti dan petunjuk evolusi.
Salah satu bukti dari perbandingan fisiologi yang menunjukkan adanya
evolusi adalah sirip depan dan ekor ikan hiu dengan sirip depan dan ekor
ikan paus.
4. Struktur vestigial merupakan organ homolog yang telah kehilangan semua
atau sebagian besar fungsi aslinya dalam suatu spesies melalui evolusi.
Organ vestigial menjadi bukti evolusi melalu seleksi alam.
5. Paleontologi merupakan ilmu yang mempelajari fosil. Definisi fosil
mencakup dua kategori yaitu: (1) sisa-sisa, terutama bagian keras berupa
kerangka (fosil tubuh) dan (2) jejak aktivitas yang merupakan bukti
perilaku organisme hidup (fosil jejak).
6. Banyak tokoh-tokoh yang mempelajari tentang fosil sebagai salah satu
bukti dari evolusi. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Leonardo da Vinci,
George Cuvier, dan Charles Darwin. Menurut Darwin perubahan bentuk
fosil disesuaikan dengan lapisan bumi yang lebih muda, sehingga fosil
yang ditemukan pada lapisan bumi yang muda berbeda dengan fosil yang
ditemukan pada lapisan bumi yang lebih tua.
7. Untuk dapat menetapan umur fosil dapat dilakukan melalui beberapa cara
misalnya dengan menggunakan zat radioaktif dan metode stratigrafi.
Penentuan umur fosil menggunakan zat radioaktif dengan cara mengukur
jumlah C-14 yang terkandung pada fosil. Sedangkan penentuan umur fosil
menggunakan metode stratigrafi dilakukan dengan melihat letak lapisan
tanah tempat fosil tersebut ditemukan.
3.2 Saran
Berdasarkan isi dari makalah yang telah disusun diharapkan pembaca
dapat memahami materi mengenai petunjuk dan bukti evolusi. Selain itu pembaca
juga diharapkan dapat mencari sumber-sumber relevan lain yang berkaiatan
dengan materi, sehingga akan menembah pengetahuan serta wawasan pembaca.
DAFTAR RUJUKAN
Abdala, V., & Diogo, R. 2010. Comparative Anatomy, Homologies, and
Evolution of the Pectoral and Forelimb Musculature of Tetrapods with
Special Attention to Extant Limbed Amphibians and Reptiles. Journal of
Anatomy, 217(5), 536-573. DOI: https://doi.org/10.1111/j.1469-
7580.2010.01278.x
Adrian, Lister. 2018. How Darwin’s Theory of Evolution Evolved, A new
Smithsonian Book highlights firsthand accounts, diaries, letters and
notebooks from aboard the HMS Beagle. From:
https://www.smithsonianmag.com/smithsonian-institution/how-darwins-
theory-evolution-evolved-180968981/. Accessed 14 September 2021.
Amy, Tikkanen. 2021. Georges Cuvier. French zoologist. From:
https://www.britannica.com/biography/Georges-Cuvier. Accessed 14
September 2021.
Arbi, U. Y. 2012. Sejarah dan Bukti Evolusi pada Gastropoda. OSEAN 37(2), 41-
51.
Arbi, Ucu Yanu. 2012. Sejarah dan Bukti Evolusi pada Gastropoda. Oseana,
37(2): 41-51.
Brett, C. E., & Gould, S. J. 2019.
Paleontology. From :https://doi.org/10.1036/1097-8542.484100.
AccessScience. Retrieved September 13, 2021
Britannica, The Editors of Encyclopaedia. "Homology". 2016. Encyclopedia
Britannica. https://www.britannica.com/science/homology-evolution.
Accessed 12 September 2021.
Britannica, The Editors of Encyclopaedia. Comparative Anatomy. 2020.
Encyclopedia Britannica https://www.britannica.com/science/comparative-
anatomy. Accessed 11 September 2021.
Britannica, The Editors of Encyclopaedia. Embryology. 2019. Encyclopedia
Britannica https://www.britannica.com/science/embryology. Accessed 12
September 2021.
Campbell, N. A., Jane, B. R., Lawrence, G. M. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Danowitz, M., & Solounias, N. 2016. Embryology, Comparative Anatomy, and
Congenital Malformations of the Gastrointestinal Tract. Edorium Journal of
Anatomy and Embryology, 3, 39-50. DOI:10.5348/A04-2016-14-RA-6
Fitz, D., Rennerand, H., & Rode, B. M. 2007. Chemical Evolution Toward the
Origin of Life. Pure Appl Chem, 79(12): 2101-2117.
Hall, B. K. 2010. Charles Darwin, Embryology, Evolution and Skeletal Plasticity.
Journal of Applied Ichthyology, 26(2), 148–151. doi:10.1111/j.1439-
0426.2010.01394.x
Hall, B. K. 2012. Homology: The Hierarchial Basis of Comparative Biology.
Canada: Academic Press.
Humphreys, John. 2010. Lamarck and The General Theory of Evolution. Journal
of Biological Education, 30(4): 295-303.
Jablonski, D.,& Shubin, N., H. 2015.The future of the fossil record Proceedings of
the National Academy of Sciences .112 (16) 4852
4858; DOI: 10.1073/pnas.1505146112.
Jones, Jonathan. 2011. Leonardo da Vinci's earth-shattering insights about
geology. From:
https://www.theguardian.com/artanddesign/jonathanjonesblog/2011/nov/23/
leonardo-da-vinci-earth-geology. Accessed 14 September 2021.
Jufrida, J., Basuki, F.R. and Rahma, S., 2018. Potensi Kearifan Lokal Geopark
Merangin sebagai Sumber Belajar Sains di SMP. Edufisika: Jurnal
Pendidikan Fisika, 3(01), pp.1-16.
Kazmeyer, M. 2017.What Information Can Scientists Get From Fossils?
Sciencing. From: https://sciencing.com/importance-fossils-2470.html.
Accessed 13 September 2021.
Kearhley, C.2021. What is a Vestigial Structure?.Study.com:
https://study.com/learn/lesson/vestigial-structures.html. Accessed 13
September 2021.
Kusumayudha, S.B., Kaesmetan, D. and Purwanto, H.S., 2019. Hubungan Batu
Gamping Formasi Sentolo dan Breksi Vulkanik Kulon Progo: Sebuah
Koreksi Stratigrafi Studi Kasus di Daerah Wonotopo, Kecamatan Gebang,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Jurnal Mineral, Energi, dan
Lingkungan, 3(1), pp.1-10.
Nugraheni, A. and Dwijananti, P., 2012. Penentuan Aktivitas Unsur Radioaktif
Thorium yang Terkandung dalam Prototipe Sumber Radiasi Kaos Lampu
Petromaks. Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences, 35(1).
Pomi, L.H. and Tonni, E.P., 2008. La utilización temprana de herramientas
tafonómicas: Leonardo Da Vinci y Florentino Ameghino. Serie correlación
geológica, (24), pp.55-62.
Rogers, K. 2020. 7 Vestigial Features of the Human Body. Encyclopedia
Britannica. https://www.britannica.com/list/7-vestigial-features-of-the-
human-body
Sari, Eka. 2020. Evolusi. Diktat Kuliah. Lampung: Universitas Islam Negeri
Raden Intan.
Sari,E. 2020. Diktat Teori Evolusi Pendidikan Biologi.Lampung:UIN Raden Intan
Lampung.
Scoville, H. 2017.Transitional Fossils. Thought Co. From:
https://www.thoughtco.com/about-transitional-fossils-1224764. Accessed
13 September 2021.
Sholichah, A. S. 2019. Teori Evolusi Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an. el-
'Umdah, 2(2), 109-132.
Wahyuningsih, H. P., & Kusmiyati, Y. 2017. Anatomi Fisiologi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai