BUKTI EVOLUSI
Disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Evolusi dengan dosen pengampu Bapak
Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd. dan Bapak Muhammad Saefi
Disusun oleh:
MARET 2023
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya: “Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada
yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian
3
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Berdasarkan Surah An-Nur ayat 45, dijelaskan penciptaan makhluk hidup dari air
sehingga membuktikan bahwa teori-teori sains akan selalu terkait dengan kehendak Allah
SWT. Bahkan proses penciptaan manusia pun berawal dari pencampuran air yakni air mani
antara perempuan dan laki-laki. Namun proses tersebut sangat panjang karena Allah
menciptakan manusia sebagai mahkluk paling sempurna di alam semesta.
Makalah ini akan menjelaskan secara rinci mengenai petunjuk dan bukti evolusi
yang mencakup peninggalan fosil, anatomi perbandingan, alat tubuh yang tersisa dengan
bukti molekuler dan biokimia, serta perbedaan mengenai petunjuk dan bukti evolusi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja peninggalan fosil?
2. Bagaimana perbandingan anatomi pada makhluk hidup?
3. Apa saja alat tubuh yang tersisa dalam bukti molekuler dan biokimia?
4. Apa perbedaan petunjuk dan bukti evolusi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja peninggalan fosil.
2. Untuk mengetahui anatomi perbandingan pada makhluk hidup.
3. Untuk mengetahui alat tubuh yang tersisa dengan bukti molekuler dan biokimia.
4. Untuk mengetahui perbedaan petunjuk dan bukti evolusi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
seperti itu tidak masuk akal, jika struktur tersebut secara unik direkayasa dan tidak saling
berhubungan. Suatu penjelasan yang lebih mungkin adalah bahwa kemiripan dasar tungkai
depan ini adalah akibat diturunkannya semua mamalia dari satu nenek moyang yang sama.
Tungkai depan, sayap, sirip, dan lengan dari mamalia yang berbeda adalah variasidari
pokok struktur dasar yang sama. Akibat fungsi yang berbeda pada setiap spesies, maka
struktur dasarnya dimodifikasi.
Menurut Widodo et al (2003), semua kesamaan tersebut menunjukkan bahwa organ
tersebut berasal dari struktur yang sama yang dikenal dengan istilah homolog. Sedangkan
apabila suatu organ memiliki kesamaan fungsi namun berbeda asalnya disebut dengan
analog. Analogi adalah menunjukkan fungsi yang sama, tetapi mempunyai struktur dasar
yang berbeda. Misalnya sayap burung dengan sayap serangga mempunyai fungsi yang
sama tetapi struktur dasarnya berbeda. Burung mempunyai kerangka tulang sayap
sedangkan serangga mempunyai sayap yang tersusun dari lapisan kitin yang keras, tetapi
keduanya berfungsi untuk terbang (Frida, 2006).
6
2.3 Alat Tubuh yang Tersisa
2.3.1. Bukti Molekuler
Ahli biologi mengamati kemiripan organisme pada tingkat molekuler.
Evolusi molekuler merupakan proses evolusi yang terjadi pada skala DNA, RNA,
dan protein. Secara garis besar, evolusi molekuler ini membahas mengenai RNA,
DNA, analisis filogeni, dan evolusi eukariot. Evolusi molekuler muncul sebagai
bidang ilmu pengetahuan pada tahun 1960-an ketika peneliti dari bidang biologi
molekuler, biologi evolusi, dan genetika populasi berusaha memahami struktur dan
fungsi asam nukleat dan protein yang baru ditemukan. Evolusi molekuler pada
dasarnya menjelaskan dinamika perubahan evolusi pada tingkat molekuler, bahasan
pada evolusi molekuler itu meliputi perubahan materi genetik (urutan DNA atau
RNA) dan produknya serta rata-rata dan pola perubahannya serta mengkaji pula
sejarah evolusi organisme dan makromolekul yang didukung data-data molekuler
(filogeni molekuler).
Suatu kode genetik yang sama merupakan bukti yang tak terbantahkan
mengenai fakta bahwa semua kehidupan saling berhubungan. Dengan demikian
jelas, bahasa kode genetik telah diturunkan melalui semua cabang pohon kehidupan
sejak permulaan munculnya kode genetik tersebut pada bentuk kehidupan yang
lebih awal. Dengan demikian biologi molekuler telah menambahkan babah terbaru
pada bukti-bukti bahwa evolusi adalah dasar.
2.3.2. Bukti Biokimia
Beberapa menunjukan bahwa adanya suatu protein sering kali bersifat
universal. Misalnya enzim Laktat dehidroginase ditemukan pada semua vertebrata.
Kesamaan tersebur bukan saja dari fungsinya, tetapi juga bentuk proteinnya. Lebih
dekat hubungan kekerabatan dua organisme, lebih mirip pula struktur
biokimiawinya. Kesamaan ini dapat pula ditelusuri hingga pada DNA-nya. Kalau
kesamaan itu hanya diantara dua organisme berlainan jenis, dapat dikatakan sebagai
kebetulan. Tetapi kesamaan yang dapat ditemui adalah pada semua organisme.
Contoh lain adalah misalnya protein histon yang terdapat pada kacang kapri dan
sapi hanya berbeda dalam dua asama amino (Djoko, 2001).
7
2.4 Perbedaan Petunjuk dan Bukti Evolusi
2.4.1. Petunjuk Evolusi
Perkembangan evolusi hingga saat ini masih menjadi perdebatan di berbagai
kalangan. Berbagai kendala dan perbedaan kemampuan para pakar evolusi dalam
merekonstruksi fosil sebagai bukti evolusi mengakibatkan interpretasi yang
berbeda-beda di kalangan para ahli dalam memakai fosil. Perbedaan ini yang
menyebabkan terjadinya konflik opini tentang teori evolusi (Alaninda, 2017).
Adapun prinsip yang telah digunakan Darwin dianggap dapat memberikan
petunjuk adanya evolusi antara lain adanya variasi diantara individu-individu dalam
satu keturunan, adanya pengaruh penyebaran geografi, ditemukannya fosil-fosil di
berbagai lapisan batuan bumi adanya homologi antara organ sistem pada makhluk
hidup, adanya data sebagai hasil studi mengenai komparatif perkembangan embrio
yang menunjukkan adanya perubahan secara berangsur-angsur (Imam Fauzi, 2013).
2.4.2. Bukti Petunjuk Adanya Evolusi
Evolusi meninggalkan tanda-tanda yang dapat diamati, yang merupakan
bukti pengaruh pada kehidupan di masa lalu dan sekarang. Pada bagian ini,
kelompok kami akan mengulas serta membahas secara ringkas beberapa tanda-
tanda evolusi yang pernah diteliti oleh beberapa pakar ilmuan. Berikut ini
merupakan bukti-bukti mengenai adanya proses evolusi
a) Bukti dari Paleontologi
Paleontologi merupakan ilmu yang mempelajari fosil. Fosil merupakan
replika atau peningkatan bersejarah organisme dari masa lalu yang mengalami
mineralisasi di dalam batuan. Pandangan Darwinian mengenai kehidupan juga
memperkirakan bahwa transisi evolusioner harus meninggalkan tanda-tanda
dalam catatan fosil. Para ahli paleontologi telah menemukan banyak bentuk
transisi yang menghubungkan fosil yang lebih tua dengan spesies modern.
Misalnya, serangkaian fosil mendokumentasikan perubahan bentuk dan ukuran
tengkorak yang terjadi ketika mamalia berevolusi dari reptilia. Hampir setiap
tahun, ahli paleontologi menemukan kaitan atau hubungan penting lainnya
antara bentuk modern dengan nenek moyangnya. Seperti pada beberapa tahun
belakangan ini para peneliti telah menemukan paus yang telah menjadi fosil
8
yang menghubungkan mamalia air ini dengan leluhurnya yang hidup di daratan
(Sari 2020).
Fosil peralihan (transisi) menghubungkan masa lalu dan masa sekarang.
Paus berkembang dari nenek moyang ada di darat. Suatu transisi evolusioner
yang meninggalkan banyak tanda, termasuk bukti-bukti fosil. Para ahli
paleontologi yang melakukan penggalian di Mesir dan Pakistan berhasil
mengindentifikasi paus yang sudah punah serta memiliki tungkai belakang
(Sari, 2020).
b) Bukti dari Taksonomi
Taksonomi merupakan cabang ilmu biologi yang berhubungan dengan
penamaan dan klasifikasi spesies yang didasarkan pada skema yang lebih
formal. Sistem taksonomi dipelopori oleh Carolus Linnaeus seorang ahli botani
Swedia. Linnaeus bekerja dengan mencari keseragaman diantara
keanekaragaman. Linnaeus memakai suatu sistem untuk pengelompokan
spesies yang mirip ke dalam jenjang suatu kategori yang semakian umum.
Contoh, spesies yang mirip dikelompokkan ke dalam genus yang sama, genus
yang mirip dikelompokkan ke dalam famili yang sama dan begitupun
selanjutnya (Sari, 2020).
Kingdom > filum > kelas > ordo > famili > genus > spesies
Para ahli evolusi menganggap skema Linnaeus tersebut merefleksikan
geneologi bercabang dari pohon kehidupan, dengan organisme pada level
taksonomik yang berbeda dihubungkan melalui turunan dari nenek moyang
yang sama. Spesies yang memiliki sifat dan ciri yang sama, misalnya pada singa
dan harimau ternyata memiliki hubungan erat dan ternyata garis turunan nenek
moyangnya sama. Jika kita bisa mengakui singa dan harimau lebih erat
hubungan kekerabtannya dibandingkan singa dan kambing, maka kita sudah
mengakui bahwa evolusi telah meninggalkan tanda dalam bentuk derajat
kekerabatan yang berbeda di antara spesies modern (Sari, 2020).
Taksonomi merupakan penemuan manusia oleh karena itu taksonomi tidak
dapat mengukuhkan keturuanan yang sama. Akan tetapi, bersama dengan bukti-
bukti yang lain, implikasi taksonomi pada evolusi tidak mungkin terdapat
kekeliruan. Misalnya analisis genetik membeberkan bahwa spesies singa dan
9
harimau merupakan kerabat yang sangat dekat dengan latar belakang hereditas
yang mirip kekerabatan dari genus yang sama untuk suatu ordo/ lebih dekat jika
dibandingkan dengan ordo yang berbeda (Sari, 2020). Kemungkinan kedekatan
geneologis di antara beberapa taksa yang ada dibawah ordo karnivora, yang
merupakan cabang dari dari kelas mamalia).
c) Bukti dari Anatomi dan Perbandingan
Pewarisan dengan modifikasi sangat jelas terlihat pada kemiripan anatomi
antar spesies yang dikelompokkan ke dalam kategori taksonomi yang sama.
Misalnya elemen kerangka yang sama menyusun tungkai depan manusia, kadal,
kucing, paus, kelelawar, katak dan burung. Meskipun tungkai tersebut memiliki
fungsi yang berbeda. Suatu penjelasan yang lebih mungkin adalah kemiripan
tungkai depan ini disebabkan oleh semua vertebrata yang diturunkan dari
leluhur yang sama. Akibat fungsi yang berbeda setiap spesies maka struktur
dasarnya dimodifikasi (Sari, 2020).
Kemiripan dalam ciri khusus yang dihasilkan dari leluhur yang sama disebut
homologi, dan tanda-tanda anatomis seperti itu disebut dengan struktur
homolog. Beberapa struktur homolog yang juga menarik adalah organ vestigial
(organ sisa yang tidak berguna lagi), yakni struktur dengan arti penting kecil
jika terdapat bagi organisme tersebut. Organ vestigial merupakan sisa-sisa
historis dari struktur yang memiliki fungsi penting pada leluhurnya. Contoh,
paus maka kini tidak memiliki tungkai belakang tetapi memiliki sisa tulang
pelvis dari kaki leluhur daratnya yang berkaki empat (Sari, 2020).
Pengaruh penggunaan struktur tubuh oleh suatu individu tidak diwariskan
ke keturunan individu tersebut. Sebaliknya organ vestigial merupakan bukti
evolsi melalui seleksi alam. Seleksi alam cenderung menguntungkan individu
yang memiliki organ tersebut dalam bentuk terduksi, dengan demikian
cenderung akan menghilangkan struktur yang tidak berfungsi lagi. Akhirnya
perubahan struktur seperti adaptasi ekor sebagai suatu struktur pendorong
utama dan reduksi tungkai belakang pada paus. Organ vestigial mewakili
perubahan dalam perkembangan embrio organisme yang ditempa atau dibentuk
oleh seleksi alam (Sari, 2020).
d) Bukti dari Embriologi Perbandingan
10
Organisme yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat akan
mengalami tahapan yang sama dalam perkembangan embrionya. Sebagai
contoh, semua embrio vertebrata akan mengalami suatu tahapan di mana
mereka memiliki kantung insang dan rongga tulang belakang (Gambar 3). Pada
tahapan perkembangan ini, ikan, salamander kura-kura, ayam, manusia dan
semua vertebrata lain lebih banyak kesamaannya dari perbedaannya. Pada
perkembangan selanjutnya menjadi semakin bervariasi, akhirnya akan memiliki
ciri khas dari kelasnya.
Pada ikan misalnya, kantung insang berkembang menjadi insang; pada
vertebrata darat, struktur embrio tersebut akan dimodifikasi untuk fungsi-fungsi
lain, seperti saluran eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan
tenggorokan pada manusia. Embriologi perbandingan sering kali membentuk
homologi pada beberapa struktur, seperti kantung insang, yang menjadi
sedemikian berubah pada perkembangan selanjutnya sehingga asal mulanya
yang sama tidak lagi terlihat dengan jelas saat membandingkan dengan
bentuknya yang telah berkembang secara lengkap. (Widodo, Lestari, U, Amin
M :2003)
11
Diilhami oleh prinsip Darwinian mengenai pewarisan yang dimodifikasi,
ahli embriologi pada akhir abad ke-19 mengemukakan pandangan yang ekstrim
"ontogeni merupakan ikhtisar filogeni". Pendapat ini menganggap bahwa
perkembangan organisme individu, atau ontogeni, merupakan ulangan sejarah
evolusioner spesies, atau filogeni. Teori rekapitulasi ini adalah suatu pernyataan
yang berlebihan. Meskipun semua vertebrata memiliki banyak ciri
perkembangan embrio yang sama, tidak benar kalau mamalia pertama-tama
mengalami tahap perkembangan ikan kemudian tahap amfibia dan seterusnya.
Ontogeni dapat memberikan petunjuk untuk filogeni, tetapi penting untuk
diingat bahwa semua tahapan perkembangan itu bisa berubah sepanjang
rentetan proses evolusi yang panjang.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Fosil adalah sisa tulang belulang atau sisa tumbuhan zaman purba yang telah
membatu dan tertanam di bawah lapisan tanah. Fosil yang paling umum adalah
kerangka kapur yang tersisa, seperti cangkang, gigi dan tulang.
2. Kesamaan anatomi menandakan bahwa organ tersebut berasal dari struktur yang
sama yang dikenal dengan istilah homolog, sedangkan apabila suatu organ memiliki
kesamaan fungsi namun berbeda asalnya disebut dengan analog.
3. Pada bukti molekuler, dijelaskan bahwa evolusi molekuler merupakan proses
evolusi yang terjadi pada skala DNA, RNA, dan protein, sedangkan pada bukti
bikomia, beberapa menunjukan bahwa adanya suatu protein, misalnya enzim Laktat
dehidroginase ditemukan pada semua vertebrata. Kesamaan tersebut bukan saja dari
fungsinya, tetapi juga bentuk proteinnya
4. Petunjuk evolusi adalah adanya variasi diantara individu dalam satu keturunan,
adanya pengaruh penyebaran geografi, ditemukannya fosil, adanya homologi antara
organ sistem pada makhluk hidup, dan adanya data sebagai hasil studi mengenai
komparatif perkembangan embrio yang menunjukkan adanya perubahan secara
berangsur-angsur. Bukti evolusi meninggalkan tanda-tanda yang dapat diamati,
yang merupakan bukti pengaruh pada kehidupan di masa lalu dan sekarang.
Beberapa bukti tersebut terdiri dari bukti paleontologi, taksonomi, anatomi dan
perbandingan, serta embriologi dan perbandingan.
3.2 Saran
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, baik
dari tulisan maupun materi yang kami sajikan. Oleh karena itu, mohon kritik dan sarannya
agar penulis dapat membuat makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan menjadi wawasan dalam memahami materi mengenai “Bukti Evolusi”.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, U. 2012. SEJARAH DAN BUKTI EVOLUSI PADA GASTROPODA. Oseana, xxxvn(2):
41-51.
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G. (2003). BIOLOGI Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Campbell, N.A., Reece, J. B., Urry, L.A. (2017). Biology (Eleventh Edition). New York: Pearson.
Campbell, Neil A, et al. 2009. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Djoko, T. Iskandar. 2001. Catatan Kuliah Evolusi. ITB. Bandung
Gustia, Nurul. 2019. Bukti-Bukti Terjadinya Evolusi. 1-11.
Haldoko, L., Joni, S., Sri, W., & Arif, G. 2020. KONSOLIDASI FOSIL MENGGUNAKAN
RESIN ALAM. Borobudur, 14(2): 58-76.
Reece, Campbell. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Saputra, Alaninda. 2017. Persepsi Mahasiswa Calon Guru Biologi Tentang Pembelajaran Materi
Evolusi Di SMA: Studi Kasus Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universita Sebalas
Maret Surakarta. Bioeducational Journal. 1(1):2.
Sari, Eka. 2020. Diktat Teori Evolusi. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Taufik, Leo Muhammad. 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini dan Nanti. Jurnal Filsafat
Indonesia. 2(3), 98-102.
Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: Universitas Negeri Malang.
14
BUKTI
EVOLUSI
HOMOLOGI ANALOGI
ALAT TUBUH YANG TERSISA