The Second Coming and Harlem Interpretation
The Second Coming and Harlem Interpretation
18101050022
Sastra Inggris A 2018
Poetry Analysis
Interpretation
Puisi The Second Coming ditulis oleh William Butler Yeats pada tahun 1919 tepat
setelah Perang Dunia I berakhir. Puisi ini menggambarkan kepercayaan Yeats akan lahirnya
dunia baru setelah perang usai.
Bait pertama menggambarkan tentang dunia yang kacau, kebingungan, dan penuh
dengan rasa sakit. Bait pertama juga menggambarkan peristiwa secara objektif menurut apa
yang terjadi di dalam pikiran penulis. Sedangkan bait kedua yang lebih panjang
menggambarkan si penulis mempunyai pandangan akan digantikannya Tuhan (Jesus, Tuhan
umat Kristen) pada saat Ia turun kembali ke bumi, itulah mengapa puisi ini diberi judul The
Second Coming.
Pada baris pertama,
Penggunaan “turning” dan “gyre” menggambarkan tentang dunia yang berputar dan akan
selamanya berubah terus-menerus tanpa henti.
Baris kedua,
”Falcon” dan “Falconer” merupakan simbol yang mewakili manusia dan kekuatan yang
mengendalikan manusia itu sendiri (Ketuhanan, etika, maupun moral). Namun manusia telah
lepas kendali dari kekuatan dan tanggungjawabnya.
Pada sisa bait pertama merupakan representasi kerusakan yang timbul akibat manusia yang
hilang kendali atas dirinya sendiri terutama pada baris
yang dapat diindikasikan bahwa inti dari hati manusia dan dunia akan hancur dan sesuatu
fundamental yang telah lama dijadikan pedoman di dunia akan beruba selamanya. Perubahan
yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol.
Mulai pada bait kedua, Yeats seperti melompat ke masa depan dengan penglihatannya. Ia
mempunyai pandangan dan pemikiran bahwa segala sesuatu yang terjadi bukanlah sebuah
kebetulan, melainkan sudah tertulis dalam Alkitab tentang kedatangan Tuhan untuk kedua
kalinya di dunia.
Yeats menggunakan frasa “Spiritus Mundi” untuk menggambarkan pandangan yang luas
terhadap Tuhan maupun Ketuhanan yang diciptakan oleh manusia itu karena pada dasarnya
manusia akan berbagi melalui hal yang umum.
Baris tersebut menggambarkan Tuhan yang diciptakan manusia sendiri, bukan sebenar-
benarnya Tuhan yang akan turun untuk kedua kalinya ke dunia menurut Alkitab yang masih
dipercayai oleh Yeats.
Puisi ditutup oleh pandangan Yeats yang kembali pada dirinya sendiri setelah menerjang
ruang dan waktu melihat apa yang Ia anggap perlu dilihat.
Pandangan yang suram masa lalu di pikiran Yeats kembali menghantui pandangan masa
depan dunia yang akan datang.
Pada dasarnya, puisi ini menceritakan tentang kekhawatiran William Butler Yeats
terhadap masa depan jika tidak adanya perubahan sikap dan sifat manusia menuju kebaikan.
Ia sudah melewati masa suram setelah Perang Dunia I dan berharap bahwa keyakinan
manusia dapat kembali kepada Tuhan maupun kepercayaan yang sesungguhnya.
Poetry Analysis
Harlem
BY LANGSTON HUGHES
Does it dry up
like a raisin in the sun?
Or fester like a sore—
And then run?
Does it stink like rotten meat?
Or crust and sugar over—
like a syrupy sweet?
Interpretation
Puisi ini menceritakan tentang apa yang akan terjadi jika kita tidak mengejar maupun
menunda apa yang kita mimpikan dalam hidup. Hughes menggunakan beberapa perbandingan
terhadap mimpi yang dibiarkan, ditunda, maupun tidak diusahakan.
Baris diatas menjadikan puisi tersebut mempunyai energi visual yang kental dan
mengakar ke pikiran pembaca. Kemudian ditutup dengan baris “Or does it explode?” yang
mempunyai perbedaan pada penulisan dan pengandaiannya. Hal tersebut merupakan
metamorfosis yang merangkum seluruh gagasan tentang apa yang akan terjadi jika mimpi
seseorang tidak dapat terwujud. Penolakan, beban, prasangka buruk, dan faktor lain dapat
menjadikan “bom waktu” terhadap mental seseorang yang tidak dapat mewujudkan
mimpinya.
Historical Background
James Mercer Langston Hughes merupakan seorang Afrika-Amerika yang lahir pada
tanggal 1 Februari 1902 di Joplin, Missouri. Hughes berkuliah di Universitas Columbia dan
menulis puisi, prosa, bahkan novel sehingga dikelan sebagai Harlem Renaissance pada tahun
1920.
Hughes menulis puisi “Harlem” pada tahun 1951 ketika isu sosial tentang perbudakan
kulit hitam sedang marak terjadi di Amerika. Puisi “Harlem” merupakan salah satu puisi
terkenal yang ditulis Hughes untuk melemparkan kritik terhadap penindasan orang kulit
hitam.
Hughes menulis “Harlem” hanya tiga tahun sebelum keputusan Mahkamah Agung
dalam kasus Brown vs Board of Education pada tahun 1954 yang menyatakan undang-undang
negara bagian yang menetapkan sekolah umum terpisah untuk siswa kulit hitam dan kulit
putih menjadi tidak konstitusional. Dengan demikian, Hughes sangat menyadari tantangan
yang dia hadapi sebagai pria kulit hitam di Amerika. Nada dan penulisan karyanya
mencerminkan pengalamannya yang rumit dan dapat mengindikasikan perlawanan terhadap
perbudakan dengan cara yang simpatik, penuh amarah dan harapan, melankolis, dan pantanf
menyerah terhadap keadaan yang ada.
Source:
https://www.poetryfoundation.org/poems/43290/the-second-coming
https://www.litcharts.com/poetry/william-butler-yeats/the-second-
coming
https://www.poetryfoundation.org/poems/46548/harlem
https://www.biography.com/writer/langston-hughes