Anda di halaman 1dari 5

Imam Mahroja Hakim

18101050022
Sastra Inggris A 2018

Poetry Analysis

The Second Coming 


BY WILLIAM BUTLER YEATS

Turning and turning in the widening gyre   


The falcon cannot hear the falconer;
Things fall apart; the centre cannot hold;
Mere anarchy is loosed upon the world,
The blood-dimmed tide is loosed, and everywhere   
The ceremony of innocence is drowned;
The best lack all conviction, while the worst   
Are full of passionate intensity.

Surely some revelation is at hand;


Surely the Second Coming is at hand.   
The Second Coming! Hardly are those words out   
When a vast image out of Spiritus Mundi
Troubles my sight: somewhere in sands of the desert   
A shape with lion body and the head of a man,   
A gaze blank and pitiless as the sun,   
Is moving its slow thighs, while all about it   
Reel shadows of the indignant desert birds.   
The darkness drops again; but now I know   
That twenty centuries of stony sleep
Were vexed to nightmare by a rocking cradle,   
And what rough beast, its hour come round at last,   
Slouches towards Bethlehem to be born?

Interpretation
Puisi The Second Coming ditulis oleh William Butler Yeats pada tahun 1919 tepat
setelah Perang Dunia I berakhir. Puisi ini menggambarkan kepercayaan Yeats akan lahirnya
dunia baru setelah perang usai.
Bait pertama menggambarkan tentang dunia yang kacau, kebingungan, dan penuh
dengan rasa sakit. Bait pertama juga menggambarkan peristiwa secara objektif menurut apa
yang terjadi di dalam pikiran penulis. Sedangkan bait kedua yang lebih panjang
menggambarkan si penulis mempunyai pandangan akan digantikannya Tuhan (Jesus, Tuhan
umat Kristen) pada saat Ia turun kembali ke bumi, itulah mengapa puisi ini diberi judul The
Second Coming.
Pada baris pertama,

Turning and turning in the widening gyre   

Penggunaan “turning” dan “gyre” menggambarkan tentang dunia yang berputar dan akan
selamanya berubah terus-menerus tanpa henti.
Baris kedua,

The falcon cannot hear the falconer;

”Falcon” dan “Falconer” merupakan simbol yang mewakili manusia dan kekuatan yang
mengendalikan manusia itu sendiri (Ketuhanan, etika, maupun moral). Namun manusia telah
lepas kendali dari kekuatan dan tanggungjawabnya.
Pada sisa bait pertama merupakan representasi kerusakan yang timbul akibat manusia yang
hilang kendali atas dirinya sendiri terutama pada baris

Things fall apart; the centre cannot hold;

yang dapat diindikasikan bahwa inti dari hati manusia dan dunia akan hancur dan sesuatu
fundamental yang telah lama dijadikan pedoman di dunia akan beruba selamanya. Perubahan
yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol.

Mulai pada bait kedua, Yeats seperti melompat ke masa depan dengan penglihatannya. Ia
mempunyai pandangan dan pemikiran bahwa segala sesuatu yang terjadi bukanlah sebuah
kebetulan, melainkan sudah tertulis dalam Alkitab tentang kedatangan Tuhan untuk kedua
kalinya di dunia.

When a vast image out of Spiritus Mundi

Yeats menggunakan frasa “Spiritus Mundi” untuk menggambarkan pandangan yang luas
terhadap Tuhan maupun Ketuhanan yang diciptakan oleh manusia itu karena pada dasarnya
manusia akan berbagi melalui hal yang umum.

A shape with lion body and the head of a man,   


A gaze blank and pitiless as the sun,   
Is moving its slow thighs, while all about it 

Baris tersebut menggambarkan Tuhan yang diciptakan manusia sendiri, bukan sebenar-
benarnya Tuhan yang akan turun untuk kedua kalinya ke dunia menurut Alkitab yang masih
dipercayai oleh Yeats.

Puisi ditutup oleh pandangan Yeats yang kembali pada dirinya sendiri setelah menerjang
ruang dan waktu melihat apa yang Ia anggap perlu dilihat.

The darkness drops again; but now I know   

Pandangan yang suram masa lalu di pikiran Yeats kembali menghantui pandangan masa
depan dunia yang akan datang.

Pada dasarnya, puisi ini menceritakan tentang kekhawatiran William Butler Yeats
terhadap masa depan jika tidak adanya perubahan sikap dan sifat manusia menuju kebaikan.
Ia sudah melewati masa suram setelah Perang Dunia I dan berharap bahwa keyakinan
manusia dapat kembali kepada Tuhan maupun kepercayaan yang sesungguhnya.

Words that difficult to understand


Words Meaning in English Meaning in Indonesia
Gyre a spiral; a vortex. pilin
Revelation a surprising and previously wahyu
unknown fact, especially one
that is made known in a
dramatic way.
Reel a cylinder on which film, kumparan
wire, thread, or other flexible
materials can be wound.
Indignant feeling or showing anger or marah
annoyance at what is
perceived as unfair treatment.
Vexed (of a problem or issue) kesal
difficult and much debated;
problematic.
Cradle an infant's bed or crib, buaian
typically one mounted on
rockers.
Slouches a lazy, drooping posture or bungkuk
movement; an incompetent
person.

Poetry Analysis

Harlem
BY LANGSTON HUGHES

What happens to a dream deferred?

      Does it dry up
      like a raisin in the sun?
      Or fester like a sore—
      And then run?
      Does it stink like rotten meat?
      Or crust and sugar over—
      like a syrupy sweet?

      Maybe it just sags


      like a heavy load.

      Or does it explode?

Interpretation
Puisi ini menceritakan tentang apa yang akan terjadi jika kita tidak mengejar maupun
menunda apa yang kita mimpikan dalam hidup. Hughes menggunakan beberapa perbandingan
terhadap mimpi yang dibiarkan, ditunda, maupun tidak diusahakan.

like a raisin in the sun?


Baris diatas menggambarkan mimpi yang tidak diwujudkan akan seperti anggur yang lezat
kemudian mengering dan tidak berguna setelah bertemu matahari.

fester like a sore


Baris yang menuliskan mimpi seperti luka yang ketika dibiarkan akan bernanah dan malah
membahayakan terhadap kesehatan seseorang itu sendiri.

stink like a rotten meat


Baris yang mengandaikan mimpi seperti daging busuk yang sebetulnya sangat bergizi dan
bermanfaat namun dibiarkan begitu saja sampai membusuk.

like a syrupy sweet


Baris yang menganggap mimpi layaknya gula yang memberikan kekuatan dan energi untuk
hidup namun lama-lama mengeras dan tidak lagi berguna.
like a heavy load
Baris yang menceritakan tentang mimpi yang hanya akan menjadi beban seumur hidup jika
kita tidak bisa mewujudkan hal tersebut.

Baris diatas menjadikan puisi tersebut mempunyai energi visual yang kental dan
mengakar ke pikiran pembaca. Kemudian ditutup dengan baris “Or does it explode?” yang
mempunyai perbedaan pada penulisan dan pengandaiannya. Hal tersebut merupakan
metamorfosis yang merangkum seluruh gagasan tentang apa yang akan terjadi jika mimpi
seseorang tidak dapat terwujud. Penolakan, beban, prasangka buruk, dan faktor lain dapat
menjadikan “bom waktu” terhadap mental seseorang yang tidak dapat mewujudkan
mimpinya.

Historical Background
James Mercer Langston Hughes merupakan seorang Afrika-Amerika yang lahir pada
tanggal 1 Februari 1902 di Joplin, Missouri. Hughes berkuliah di Universitas Columbia dan
menulis puisi, prosa, bahkan novel sehingga dikelan sebagai Harlem Renaissance pada tahun
1920.
Hughes menulis puisi “Harlem” pada tahun 1951 ketika isu sosial tentang perbudakan
kulit hitam sedang marak terjadi di Amerika. Puisi “Harlem” merupakan salah satu puisi
terkenal yang ditulis Hughes untuk melemparkan kritik terhadap penindasan orang kulit
hitam.
Hughes menulis “Harlem” hanya tiga tahun sebelum keputusan Mahkamah Agung
dalam kasus Brown vs Board of Education pada tahun 1954 yang menyatakan undang-undang
negara bagian yang menetapkan sekolah umum terpisah untuk siswa kulit hitam dan kulit
putih menjadi tidak konstitusional. Dengan demikian, Hughes sangat menyadari tantangan
yang dia hadapi sebagai pria kulit hitam di Amerika. Nada dan penulisan karyanya
mencerminkan pengalamannya yang rumit dan dapat mengindikasikan perlawanan terhadap
perbudakan dengan cara yang simpatik, penuh amarah dan harapan, melankolis, dan pantanf
menyerah terhadap keadaan yang ada.
Source:
https://www.poetryfoundation.org/poems/43290/the-second-coming
https://www.litcharts.com/poetry/william-butler-yeats/the-second-
coming

https://www.poetryfoundation.org/poems/46548/harlem
https://www.biography.com/writer/langston-hughes

Anda mungkin juga menyukai