Askep Craniotomy
Askep Craniotomy
A DENGAN TINDAKAN
CRANIOTOMY ATAS INDIKASI TUMOR CEREBRI DI INSTALASI
BEDAH SENTRAL RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
Disusun oleh:
Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Neuro
Anestesi (PK VI)
Oleh :
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
ii
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
sehingga laporan asuhan kepenataan anestesi dengan judul “Asuhan
Kepenataan Anestesi Pada Sdr.A dengan Tindakan Craniotomy Atas
Indikasi Tumor Cerebri di Instalasi Bedah Sentral RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto” dapat terselesaiakn dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu praktik klinik
Komprehensif Neuroanestesi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
D. Waktu dan Tempat...............................................................................................3
E. Metode..................................................................................................................3
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................4
A. Pengertian Tumor Otak........................................................................................4
B. Anatomi dan Fisiologi..........................................................................................5
C. Etiologi.................................................................................................................6
D. Manifestasi Klinis................................................................................................7
E. Patofisiologi..........................................................................................................8
F. Pathway................................................................................................................11
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................11
H. Penatalaksanaan..................................................................................................12
I. Komplikasi............................................................................................................14
J. Anestesi................................................................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................23
A. Pengkajian...........................................................................................................23
B. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi...................................................................29
C. Pengkajian Durante Anestesi...............................................................................31
D. Pengkajian Post Anestesi....................................................................................31
E. Analisa Data.........................................................................................................32
F. Diagnosa Keperawatan Anestesi..........................................................................32
G. Rencana Keperawatan.........................................................................................33
H. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan............................................................42
BAB IV PENUTUP................................................................................................48
A. Kesimpulan..........................................................................................................48
B. Saran....................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................49
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau pengangkatan
pertumbuhan atau abnormalitas di dalam kranium, terdiri atas pengangkatan
dan penggantian tulang tengkorak untuk memberikan pencapaian pada
struktur intracranial.
Tumor Cerebri adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma
pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun
metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut
tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti
kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak
sekunder. (Mayer. SA,2002).
B. Rumusan Masalah
Pada bagian ini, penulis mengambil kasus bagaimana asuhan kepenataan
perianestesi pada pasien Sdr. A dengan diagnose medis tumor cerebri yang
akan dilakukan tindakan craniotomy dengan general anestesi di Instalasi
Bedah Sentral (IBS) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan kepenataan
perianestesi pada Sdr. A dengan diagnosa tumor cerebri yang akan
dilakukan tindakan craniotomy dengan general anestesi.
19
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran mengenai pengkajian asuhan kepenataan
perianestesi pada Sdr.. A dengan diagnosa Tumor Serebri yang akan
dilakukan tindakan craniotomy dengan general anestesi.
b. Memberikan gambaran mengenai diagnosa yang timbul pada asuhan
kepenataan perianestesi pada Sdr. A dengan diagnosa tumor cerebri
yang akan dilakukan tindakan craniotomy dengan general anestesi.
c. Memberikan gambaran mengenai perencanaan kepenataan
perianestesi pada Sdr.A dengan diagnosa tumor cerebri yang akan
dilakukan tindakan craniotomy dengan general anestesi.
d. Memberikan gambaran mengenai implementasi kepenataan
perianestesi pada Sdr. A dengan diagnosa tumor cerebri yang akan
dilakukan tindakan Craniotomy dengan general anestesi..
e. Memberikan gambaran mengenai evaluasi kepenataan Perianestesi
pada Sdr. A dengan diagnosa tumor cerebri yang akan dilakukan
tindakan craniotomy dengan general anestesi.
D. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan asuhan kepenataan perianestesi dilakukan pada
tanggal 1 September 2021 tempat pelaksanaan dilakukan di Instalasi Bedah
Sentral (IBS) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
E. Metode
Pengumpulan data dan pembuatan laporan pendahuluan ini dilakukan
dengan menggunakan metode pengkajian langsung, studi dokumen dan studi
kasus.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro
bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering
terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak
21
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat
a) Jinak
1) Acoustic neuroma
2) Meningioma
3) Pituitary Adenoma
4) Atrocytoma ( Grade 1 )
b) Malignant
2) Oligodendroglioma
3) Appendymoma
22
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi
progmosisnya.
2. Berdasarkan Lokasi
a. Tumor Supratentorial
1) Glioma
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi
2) Astroscytoma
3) Oligodendroglioma
4) Meningioma
23
meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada
b. Tumor Infratentorial
1) Schwanoma Akustikus
2) Tumor Metastasis
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.
3) Meningioma
24
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
4) Hemangioblastoma
C. Etiologi
1. Herediter
neoplasma.
25
tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
4. Virus
virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum
5. Substansi-substansi karsinogenik
6. Trauma Kepala
26
D. Patofisiologi
27
sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan
sa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan
28
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
Lobus Frontalis
Lobus Parasentralis
Lobus Oksipitalis
Lobus Temporalis
Otot W ajah
Lobus Parietalis
29
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi
Cerebelum
Hipotonia,Hiperekstrimitas sendi
batuk, membungkuk
2. Kejang
4. Perubahan Kepribadian
5. Gangguan memori
F. Pemeriksaan Diagnostik
2. EEG
3. CT Scan
4. MRI
5. Angioserebral
30
G. Pathway
31
H. Anestesi Umum (General Anestesi)
karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang
tinggi. Selama masa induksi pemberian obat bius harus cukup untuk
yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap melalui alat/ mesin
2. Ukuran ETT
tidak bisa ditekuk yang mempunyai spiral nilon atau besi (non
32
balon biasanya digunakan pada anak-anak karena bagian tersempit
jalan nafas adalah daerah rawan krikoid. Pada orang dewasa biasa
dan lain-lain.
4. Kontraindikasi ETT
33
mengalami kesulitan pada saat dilakukan intubasi, antara lain:
d. Benda asing
leher
f. Obesitas
gigi moncong.
(Latief, 2007):
34
7) Suction : Penghisap lendir siap pakai.
anestesi yang siap pakai, lengkap dengan sirkuit dan sumber gas).
emergency).
b. Pelaksanaan
2) Cuci tangan
10) Buka mulut dengan teknik cross finger dengan tangan kanan
35
12) Berikan anestesi daerah laring dengan xylocain spray 10%
13) Masukkan ETT yang sebelumnya sudah diberi jelly dengan tangan
kanan
nafas kontrol 8-10 kali/ menit dengan tidal volume 8-10 ml/kgBB
15) Kunci cuff ETT dengan udara ± 4-8 cc, sampai kebocoran tidak
terdengar
16) Cek suara nafas/ auskultasi pada seluruh lapangan paru kiri kanan
6. Komplikasi Intubasi
Komplikasi yang sering terjadi pada intubasi antara lain trauma jalan
nafas, salah letak dari ETT, dan tidak berfungsinya ETT. Komplikasi yang
a. Saat Intubasi
di laring.
2) Trauma jalan nafas : Kerusakan gigi, laserasi mukosa bibir dan lidah,
36
intra okuler, laringospasme.
4) Kebocoran balon.
mukosa hidung.
c. Setelah ekstubasi
2) Laringospasme.
37
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr.A
Tanggal Lahir/ Umur : 16-8-1993
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Rungkang 3/2, Cilacap
No RM : 02-**-**-**
Diagosa pre operasi : Tumor cerebri
Tindakan operasi : Craniotomy
Tanggal operasi : 1-09-2021
Dokter bedah : dr. Agus Budi .S, Sp.BS
Dokter anestesi : dr. Wisnu Budi .P Sp.An
Nama Ayah : Tn.W
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Petani
Nama Penanggungjawab : Tn.W
Alamat : Rungkang 3/2, Cilacap
Hubungan dengan Pasien : Ayah Kandung
2. Anamnesa
a. Keluhan utama : Sdr.A merasakan lemas pada kaki dan tangan kanan.
b. Riwayat penyakit sekarang : Sdr.A datang ke rumah sakit dengan
keluhan lemas kaki dan tangan kanan, nyeri pada kepala
c. Riwayat penyakit dahulu : Sdr.A mengatakan pernah dioperasi
craniotomy pada bulan juni yang lalu.
38
d. Riwayat penyakit keluarga : Sdr.A mengatakan tidak tahu dengan
Riwayat penyakit keluarganya.
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan
yang dikonsumsi berupa nasi dan sayur. Pasien minum 8-10
gelas perhari berupa air putih.
b) Selama sakit : pasien mengatakan makan 1x sehari, habis tidak
sampai setengah porsi. Makanan yang dikonsumsi nasi dan
sayur. Lalu minum kurang dari 8 gelas perhari.
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB teratur setiap pagi.
Bentuk dan warna feses lunak berrwarna kuning kecokelatan.
BAK lancar kurang lebih 5-6 kali sehari.
b) Selama Sakit : selama di rumah sakit pasien mengatakan BAB
tidak lancar, kadang bisa 3 hari baru BAB dengan konsistensi
keras. BAK sehari 3-4 kali sehari berwarna kuning jernih.
3) Pola Aktivitas
a) Sebelum sakit
l Pasien beraktivitas sebagai buruh. Dalam melakukan
kegitan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK dan
berpakaian dilakukan secara mandiri dan tidak
menggunakan alat bantu.
l Keadaan pernafasan : Pasien bernafas tanpa alat bantu
Keadaan kardiovaskuler : Pasien mengatakan tidak
mempunyai Riwayat penyakit jantung
b) Selama sakit
l Keadaan aktivitas sehari-hari : pasien mengatakan tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya dan hanya terbatas di tempat
tidur
39
l Keadaan kardiovaskuler :Pasien mengatakan tidak memiliki
Riwayat penyakit jantung
4) Kebutuhan Istirahat-Tidur
a) Sebelum sakit : Kebutuhan tidur pasien tercukupi dengan tidur
dalam sehari 6-8 jam
b) Selama sakit : pasien mengatakan selama di rumah sakit sulit
untuk tidur.
b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan : pasien
mengatakan apabila sakit beobat ke RS
2) Pola hubungan : pasien belum menikah
3) Koping atau toleransi stres : Pengambilan keputusan dalam
menjalankan tindakan dilakukan oleh pihak keluarga, terutama ayah
dan kakak kandung pasien. Pasien tampak cemas dan banyak berdoa
untuk mengurangi stress.
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya : pasien dalam keadaan
lemah, pasien dapat berbicara lancar, tidak ada gangguan
kemampuan bicara, pasien mengatakan paham mengenai penyakit
yang dideritanya, dan pasien menurut pada apa yang disarankan oleh
dokter dan keluarganya.
5) Konsep diri
a) Gambaran diri : pasien mengatakan lemah, pasien tidak bisa
dalam menjalankan aktivitas dengan mandiri.
b) Harga diri : pasien mengatakan bahwa dirinya selalu mempunyai
harapan terhadap hidupnya.
c) Peran diri : pasien mengakui perannya sebagai anak, pasien
mengatakan bahwa ingin sembuh seperti dulu.
d) Ideal diri : pasien lebih menurut pada keluarganya.
e) Identitas diri : pasien mengenali siapa dirinya.
6) Seksual : Pasien mengatakan tidak ada kelainan seksual.
7) Nilai : Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat,
40
8) pasien memahami hal-hal yang baik dan benar.
c. Aspek Lingkungan Fisik : Pasien tinggal di daerah pedesaan.
4. Pemerikasaan Fisik
a. Kesadaran umum dan tanda vital
Kesadaran : Compos mentis BB : ± 55 kg
GCS 14 : E4.V5. M5 TB : 165cm
TD : 120/80 mmHg RR: 20x/mnt
N : 85 x/mnt SpO2: 98%
b. Status Generalis
· Kepala : Mesocephal,tampak ada bekas operasi craniotomi
· Mata : Konjungtiva anemis-/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor 3/3,
reaksi +/+
· Hidung : Patensi +/+, simetris,deviasi (-), secret (-), nafas cuping
hidung (-)
· Mulut : Malampati 2, buka mulut 3cm, sianosis (-), gigi goyang(-)
· Telinga : Pendegaran baik, secret (-)
· Leher : JVP tidak meningkat, gerak leher bebas, trakea ditengah
· Thoraks : Bentuk normal, tidak tampak benjolan atau tumor.
v Pulmo
Inspeksi : Pengembangan paru kanan dan kiri sama
Palpasi : Fremitus atau getaran suara raba kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesicular +/+, wheezing-/-, ronckhi -/-,
v Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, mur-
mur (-)
v Abdomen
Inspeksi : datar
41
Auskultasi : Terdengar bising usus 5 kali/menit.
Palpasi : Nyeri tekan (-), konfigurasi dalam batas normal.
Perkusi : tympani
· Ekstremitas
v Atas : Ada kelemahan ekstremitas kanan atas
v Bawah : Ada kelemahan ekstrimitas kanan bawah
v Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Glukosa 89 <140 mg/dl
SGOT 21 0-50 U/L
SGPT 25 0-50 U/L
Ureum 15,77 19-44 mg/dL
Creatinin 1,02 0-1,2
v Elektrolit
42
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Natrium 139 135-148 mEq/L
Kalium 4.1 3.5-5.3 mEq/L
Clorida 97 98-108 mEq.L
v Imuno -Serologi
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HbsAg Nonreaktif Nonreaktif
SARS Cov 19 Nonreaktif Nonreaktif
v Koagulasi
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Massa Pembekuan (CT) 4.45 1-6 menit
43
Anestesi : Ada
3) Obat Analgetik
Tramadol 100 mg
4) Obat Muscle Relaxan
Rocuronium 50 mg
5) Maintenance
Inhalasi O2
Sufentanyl 10 mcg/jam
Rocuronium 15 mg/jam
44
6) Cairan infuse
RL 500 ml, HES, Mannitol, NaCl 0,9%
e. Analgetik/ manajemen nyeri pasca operasi
Intravena : Sufentanyl 10 mcg/jam syringepump
f. Maintanance Oksigenasi dan Cairan
Oksigenasi : O2 di mesin anestesi 2 lpm
Balance Cairan :
1) Kebutuhan cairan basal (M) = 2 x kgBB = 2 x 55 kg = 110 cc
2) Pengganti puasa (PP) = 2 cc x jam puasa x BB = 2 cc x 8 jam x 55 kg =
880 cc
3) Stress operasi (SO) = Jenis operasi (B(10)) x BB = 10 x 55 kg=550 cc
Pemberian cairan
Jam 1 : M + 1/2 PP + SO = 110 + 440 + 550= 1100 ml
Jam 2 & 3 : M + 1/4 PP + SO = 110 + 220 + 550 = 880 ml
Total kebutuhan cairan : jam 1 + perdarahan + urin output
: 1100ml + 1000cc+ 2000cc
: 4.100cc
Jumlah cairan yang diberikan : RL II = 2x 500 = 1000 ml
NaCl = 9x 500 = 4500ml
HES = 500ml
WB = 350 ml
Mannitol = 200ml
Total = 6.550ml
B . Pre Anestesi
Pengkajian Pre Anestesi
DS : Pasien mengatakan cemas dengan operasi yang kedua
DO :
- TD : 142/83 mmHg
- N : 95x/mnt
Diagnosa: cemas berhubungan dengan tindakan operasi (craniotomy).
45
C. C. Durante
Anestesi
Pengkajian Durante Anestesi
Anestesi mulai : pukul 08.00 WIB
Anestesi selesai : pukul 14.15 WIB
Operasi mulai : 08.25 WIB
Operasi Selesai : 14.00 WIB
Gas : O2 = 2 lpm
Jumlah perdarahan : ± 1000 cc
Tabel Monitoring Durante Anestesi
NO WAKTU TD HR SPO2 TINDAKAN
1. 08.00 98/67 61 x/mnt 99% Monitoring hemodinamik
mmHg
46
mmHg
11 13.00 87/63 70x/mnt 100% Monitoring Hemodinamik
mmHg
12 13.30 99/61 75x/mnt 100% Monitoring Hemodinamik
mmHg
13 14.00 100/70 76x/mnt 100% Operasi selesai
mmHg
D. Post Anestesi
Pasien transfer ke ICU (terpasang ETT)
Masuk ICU pukul 14.15 WIB
Monitoring Pasca Anestesi
E. Analisa Data
NO DATA MASALAH PENYEBAB
PRE ANESTESI
47
DURANTE ANESTESI
1. DS : - Risiko syok Prosedur
DO : pembedahan
- Nadi 60x/mnt yang lama
- TD : 87/63 mmHg (craniotomy)
- Pasien dilakukan prosedur
operasi (craniotomy) pada pukul
08.25 WIB
-perdarahan selama operasi ± 1000
cc
- Pasien diberikan
RL 1000 ml
NaCl 4500ml
HES = 500ml
WBC = 350 ml
POST ANESTESI
3. DS : - Risiko Cidera Transport dan
DO : transfer
- KU lemah, kesadaran somnolen,
tidak terpasang restrain, TD
112/65mmHg, N 100 x/mnt, RR
22 x/mnt, S 36 derajat celcius
Intra Anestesi
Resiko syok berhubungan dengan prosedur pembedahan yang lama (craniotomy)
Pasca Anestesi
48
1. Risiko Cidera b.d Transport dan transfer ruangan
2. Risiko Pola Nafas Tidak Efektif b.d Efek farmakologis anestesi
49
G. PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Intra Anestesi
Risiko syok Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021
b.d prosedur pukul 08.30-14.00 pukul 08.30-14.00 pukul 08.30-14.00 pukul 14.00
pembedahan
Setelah dilakukan a. Kaji tingkat a. Mengkaji S: -
yang lama
tindakan, kekurangan tingkat O:
50
(craniotomy keseimbangan cairan volume cairan kekurangan - Terpasang infus dua jalur
dalam ruang intrasel
b. Kolaborasi untuk volume cairan - Perdarahan:
dan ekstrasel tubuh pemberian cairan b. Melakukan ±1000 ml
tercukupi dan elektrolit kolaborasi untuk Masuk :
c. Monitor
a. Akral kulit hangat pemberian RL 1000 ml
masukan dan NaCl 4500ml
b. Hemodinami cairan dan
HES = 500ml
k normal keluaran cairan elektrolit Whole Blood = 350 ml
c. Masukan cairan dan elektrolit Memonitor
dan keluaran d. Monitor masukan dan
cairan imbang hemodinamik keluaran cairan A: Risiko gangguan
Urine output 1-2 e. Monitor perdarahan dan elektrolit keseimbangan cairan
d. Memonitor teratasi sebagian
cc/kgBB/ jam
hemodina- P: Lakukan monitoring
TTV dan
mik
input/output cairan secara
e. Memonitor
perdarahan berkala
POST ANESTESI
Risiko Cidera b.d Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021
transport dan Pukul 14.15 WIB Pukul 14.15 WIB Pukul 14.15 WIB Pukul 14.15 WIB
transfer ruangan
Setelah dilakukan tindakana. Sediakan lingkungana. Menyediakan S:-
Faktor resiko : keperawatan selama 10 yang aman untuk pasien lingkungan yang O :
Eksternal menit klien tidakb. Identifikasi kebutuhan aman untuk klien - pasien tidak jatuh
51
- Fisik (contoh : mengalami injury dengan keamanan pasien,b. Mengidentifikasi -pasien berada dibed ruang
mode transpor atau kriteria hasil : sesuai dengan kondisi kebutuhan ICU tanpa cidera
cara perpindahaan) a. Klien terbebas dari fisik dan fungsi kognitif keamanan pasien, -pengaman tempat tidur
terpasang
- kimia (obat- cedera Menggunakan pasien dan riwayat sesuai dengan
obatan : agen fasilitas kesehatan penyakit terdahulu kondisi fisik dan
A : Risiko cidera tidak
farmasi anestesi) yang ada pasien fungsi kognitif klien
terjadi
- pasien rencana b. Mampu mengenali c. Menghindarkan dan riwayat penyakit
P : intervensi pengendalian
transport ICU, TD perubahan status lingkungan yang terdahulu
resiko cidera dilakukan unit
112/64 mmHg, N kesehatan berbahaya c. Menghindarkan
petugas kesehatan sampai
55 x/mnt, RR d. Memasang side rall lingkungan yang
dengan pasien sadar penuh
17x/mnt, S 36 tempat tidur berbahaya
dan pulang
derajat celcius e. Menyediakan tempat d. Memasang side rall
klien yang nyaman tempat tidur/brankar
dan bersih dan memasang
pengunci brankar
e. Menyediakan
tempat klien yang
nyaman dan bersih
Risiko pola Nafas Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021
52
Tidak Efektif b.d Pukul 14.15 WIB Pukul 14.15 WIB Pukul 14.15 WIB Pukul 14.15 WIB
Efek farmakologis
anestesi Setelah dilakukan tindakan a. Monitor respirasi dan a. Memonitor respirasi S : -
keperawatan selama status O2 dan status O2
DS : transfer ICU (5 menit b. Pertahankan jalan nafas b. Mempertahankan O :
- pasien menunjukkan yang paten jalan nafas yang paten - SpO2 : 99 %
DO : keefektifan pola nafas, c. Monitor vital sign c. Memonitor vital sign - RR : 16 x/mnt
Pasien terpasang dibuktikan dengan kriteria d. Monitor pola nafas e. Memonitor pola nafas -Nadi : 76 x/mnt
ETT, SpO2 97%, hasil : A : Risiko jalan nafas tidak
RR 22x/mnt a. Menunjukkan jalan efektif teratasi
napas yang paten
b. Tanda tanda vital dalam P : operkan monitoring
rentang normal (tekanan
intervensi ke perawat ICU
darah, nadi, pernafasan,
Sp02)
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan perianestesi pada Sdr. A
dengan diagnosa tumor cerebri didapatkan masalah keperawatan anestesi
yang muncul diantaranya :
Pre operasi
Cemas berhubungan dengan tindakan operasi (craniotomy)
Intra Operasi
- Risiko syok b.d prosedur pembedahan yang lama
(craniotomy)
Post operasi
- Risiko Cidera b.d transport dan transfer ruangan
- Resiko pola nafas tidak efektif karena efek farmakologis
anestesi
54
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan medikal Bedah Brunner & Suddarth.
EGC. Departemen Kesehatan RI. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan.
Carpenito,L.J.(2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik
(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC
Drs. H. Syaifuddin, A. (2011). buku anfis (S. K. Monica Ester, Ed.). Penerbit
Buku Kedokteran.
Latief, Said A, dkk. (2010). Petunjuk Praktik Anestesiologi: Edisi Kedua. Jakarta:
FKUI
Mangku Gde & Senephati, Tjokorda GA. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia
Reanimasi. Jakarta: indeks
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ; Defenisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi I Cetakan II, DPP PPNI, Jakarta, 2018
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Defenisi dan
Kroteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II, DPP PPNI, Jakarta, 2019
55