Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS TINDAKAN

“TINDAKAN SUCTION”

DISUSUN OLEH:

RABIA.M

R011191052

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
6 Kasus 6

A. Deskriptif Kasus
Seorang laki-laki dirawat diruang bedah dengan post op. tracheostomy. Hasil
pengkajian ditemukan klien tampak lemah, tampak ada lendir diujung kanul,
ronchi (+), banyak lendir yang tertahan. Apakah tindakan yang dapat dilakukan
pada kasus diatas

B. Tindakan yang dilakukan:


Melakukan suctioning pada pasien post op. tracheostomy

C. Pengkajian
Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin : Laki-laki
Runag rawat : Ruang bedah
Riwayat penyakit:

- Post op tracheostomy
- Tampak ada lendir di ujung kanul
- Klien tampak lemah
- Ronchi (+)
- Banyak lendir yang tertahan

Analisa Tindakan :

No Data Pengkajian Analisa Masalah Masalah


Keperawatan
1 Data Obyektif: Post op Tracheostomy Bersihan
- Post op tracheostomy jalan napas
- Tampak ada lendir di tidak efektif
ujung kanul Peningkatan permeabilitas
- Ronchi (+) membrane alveolus
- Banyak lendir
tertahan
kapiler
Gangguan endhotelium
kapiler
Cairan masuk ke
intertisial
Peningkatan tahanan jalan
napas
Kehilangan fungsi sel silia
pernapasan
Akumulasi secret yang

berlebihan
Jalan napas terhambat
2. Data obyektif: Post op tracheostomy Hambatan
- Post op tracheostomy mobilitas
- Klien tampak lemah fisik
Adanya selang
tracheostomy

Pergerakan terbatas
(lemah)

3. Risiko
Infeksi

D. Diagnosa keperawatan
(PPNI, 2017)
(Herdman. & Kamitsuru, 2015)

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


2. Hambatan mobilitas fisik
3. Risiko infeksi

E. Prosedur tindakan
(Sunarsih & Harmanto, 2016)
1. Pengertian :
Suction adalah penghisapan sekret di jalan napas melalui karet/polyethylene
yang dihubungkan dengan mesin suction.
2. Tujuan :
- Mengeluarkan sekret/cairan pada jalan napas
- Melancarkan jalan napas
3. Peralatan :
a) Mesin suction
b) Bak instrumen steril berisi:
 Kateter suction
 Handschoon
 Pinset anatomi 2 buah
 Kasa
 Kom
c) NaCl atau air steril
d) Perlak/pengalas
e) Tempat sputum, jika spesimen dikumpulkan selama dilakukan suction.
4. Langkah-langkah :
a) Tahap pra interaksi :
 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
 Cuci tangan
 Siapkan alat
b) Tahap orientasi :
 Beri salam, panggil klien dengan namanya
 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
 Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c) Tahap kerja :
o Posisi klien yang sadar dan mempunyai refleks muntah adalah posisi
semifowler dengan kepala klien diputar ke sisi untuk suction oral dan
leher ekstensi untuk suction nasal, untuk memudahkan kateter masuk dan
membantu mencegah aspirasi.

o Posisi klien yang tidak sadar adalah lateral, sehingga lidah tidak jatuh dan
tidak menutup pemasukan kateter. Posisi lateral juga mengalirkan sekret
dari faring dan mencegah aspirasi.
o Tempatkan handuk diatas bantal dibawah dagu klien
o Beberapa suction mempunyai tiga daerah tekanan : tinggi (120-150
mmHg), sedang (80-120 mmHg), rendah (0-80 mmHg). Umumnya
tekanan 100-120 mmHg untuk orang dewasa, dan 50-75 mmHg untuk
anak-anak dan bayi.
o Buka bak instrumen steril, masukkan NaCl/air steril pada tempatnya
o Pakai sarung tangan steril
o Ambil kateter dan hubungkan dengan suction
o Buat ukuran kedalaman, tandai selang dengan jari. Ukuran tepat
sepanjang hidung dan lobang telinga / 13 cm untuk orang dewasa.
o Basahi ujung kateter dengan air steril/saline, untuk mengurangi hambatan
dan memudahkan pemasukan
o Suction di tes dan tempatkan jari tangan ke tempat ibu jari, buka cabang Y
connector (control suction) untuk menimbulkan pengisapan
o Masukkan kateter suction dengan hati-hati (nasopharing ± 5 cm,
oropharing ± 10 cm), tanpa menutup kateter suction.
o Hisap lendir dengan menutup lubang kateter suction, tarik keluar perlahan
sambil memutar (± 5 detik untuk anak-anak, ± 10 detik untuk dewasa).
Penghisapan dilakukan hanya 15 detik.
o Bilas kateter suction dengan air steril atau NaCl, sambil memberi
kesempataan pasien bernapas.
o Ulangi penghisapan 3 – 5 kali
o Dorong klien untuk bernafas dalam dan batuk diantara suction. Nafas
dalam dan batuk membantu mengeluarkan sekret dari trachea dan bronchi
ke faring, yang dapat dijangkau kateter suction.
o Observasi keadaan umum klien dan status pernapasannya.
o Observasi sekret tentang jumlah, warna, bau, konsistensi.
o Setelah selesai, bersihkan mulut dan hidung
o Rapikan kateter, sarung tangan, air dan tempat sampah
d) Tahap terminasi :
o Evaluasi hasil / respon klien
o Dokumentasikan hasilnya
o Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
o Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
o Cuci tangan

Gambar suction mulut Gambar Suction trakea Alat suction

Sumber (Sunarsih & Harmanto, 2016)

F. Prinsip Caring yang wajib dilakukan


(Kusnanto, 2019)

Pada pasien post op tracheostomy yang dilakukan suction perawat harus selalu
memperhatikan respon atau kondisi pasien. Perhatikan tingkat kenyamanan.

G. Prinsip universal Precaution yang harus dilakukan

Perawat harus memperhatikan SOP tindakan suction pada pasien post op


tracheostomy. Saat melakukan tindakan suction perawat harus memperhatikan
prinsip sterilisasi dan kemungkinan komplikasi yang akan terjadi saat dilakukan
suctioning seperti hipoksemia, nyeri, perdarahan.

H. Prinsip Etik yang harus diperhatikan


(Ngesti W. Utami et al., 2016)

 Perawata harus menerapkap prinsip Otonomi (Autonomy) bahwa klien diberi


kebebasan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan
hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan martabat. Klien berhak
menolak tindakan invasif yang dilakukan oleh perawat. Perawat tidak boleh
memaksakan kehendak untuk melakukannya atas pertimbangan bahwa klien
memiliki hak otonomi dan otoritas bagi dirinya. Perawat berkewajiban untuk
memberikan penjelasan yang sejelas-sejelasnya bagi klien dalam tindakan
suction yang akan diberikan kepadanya, bai dari segi manfaat tindakan,
urgensi dan sebagainya, sehingga diharapkan klien dapat mengambil
keputusan yang benar bagi dirinya setelah mendapatkan pemahaman dari
perawat.

 Seorang perawat dalam hal melakukan tindakan suction berkewajiban


menggunakan prinsip veracity (kejujuran) yaitu perawat diwajibkan berkata
jujur dan jelas terhadap apa yang akan dilakukannya kepada klien maupun
keluarga klien.
 Selain itu dalam proses terhadap pasien harus menerapakan prinsip non-
Maleficience (tidak merugikan) yaitu tindakan perawat harus sesuai prosedur
agar tidak terjadi kesalahan maupun kelalaian yang dapat merugikan klien.

Daftar Pustaka

Herdman., & Kamitsuru. (2015). Nursing Diagnoses , Definitions and Classification 2015-2017
10th edition (10th ed.). MediaCenter.Thieme.com! Simply.
Kusnanto. (2019). perilaku Caring perawat profesional (1st ed.). pusat penerbitan dan
percetakan Universitas Airlangga (AUP).
Ngesti W. Utami, S. K. M., Uly Agustine, S.Kp, M. K., & Ros Endah Happy P, S.Kp.Ns, M. K.
(2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. PUSDIK SDM Kesehatan.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik)
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI (ed.); 1st, cetakan ed.).
Sunarsih, & Harmanto. (2016). Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2 (1st ed.). Kementrian
Kesehatan Republik Indinesia, Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai