Anda di halaman 1dari 36

Workshop ventilator dan Bundel VAP

Inhalasi dan
suctioning

HIMPUNAN PERAWAT CRITICAL CARE INDONESIA


(HIPERCCI)
SULAWESI SELATAN
Tujuan Umum
Peserta pelatihan mampu memahami konsep dasar mengenai
tindakan Inhalasi dan suctioning yang diberikan kepada klien
dengan masalah sistem pernafasan khususnya yang
menggunakan ventilasi mekanik

Mengetahui definisi suctioning


Inhalasi Mengetahui tujuan suctioning
Mengetahui indikasi dan kontra indikasi suctioning

dan Mengetahui jenis tindakan suction


Mengetahui ukuran kanul yang di gunakan dalam suctioning

suctioning
Mengetahui persiapan alat suctioning
Mengetahui tekhnik suctioning

Tujuan Khusus
Mengetahui definisi terapi inhalasi
Mengetahui tujuan terapi inhalasi
Mengetahui indikasi pemberian terapi inhalasi
Mengetahui larutan yang di gunakan dalam pemberian terapi inhalasi
Mengetahui persiapan alat dalam pemberian terapi inhalasi
Mengetahui tekhnik pemberian terapi inhalasi
Ventilator

Sekret/ Lendir

Infeksi nosokomial : Ventilator Associated


Pneumonia (VAP)

Bundle VAP suctioning


Manajemen sekresi
oroparingeal dan tracheal
Suctioning adalah suatu tindakan membersihkan
Defenisi jalan nafas pada pasien, dengan menggunakan
alat / kateter penghisap (kanul suction) melalui
hidung, mulut endotrakeal tube dan
trakheostomi
Mempertahankan patensi jalan napas
Tujuan Memudahkan membersihkan sekret pada jalan napas
Merangsang batuk dalam
Mencegah infeksi yang disebabkan akumulasi sekret
 Mengambil secret untuk pemeriksaan diagnostic
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri
Indikasi Melakukan
Suctioning
 Terlihat adanya sekret di jalan nafas
 Ketidakmampuan pasien untuk
Indikasi menghasilkan batuk yang efektif
Pada  Aspirasi yang dicurigai dari sekret
lambung atau saluran napas atas
Pasien  Sesak nafas dan Gelisah
 Terdengar suara sekret baik secara
langsung maupun pada pemeriksaan
auskultasi
Indikasi Melakukan
Suctioning
Indikasi  Pola bergerigi pada loop volume/Flow
Pada pada monitor ventilator
Alat  Peningkatan tekanan inspirasi puncak
pada monitor ventilator
 Penurunan volume tidal
 Penurunan saturasi oksigen dan/atau nilai
gas darah arteri
 Perubahan tanda – tanda vital
 Pasca bedah dini trepanasi
 Oedema paru dengan PEEP yang tinggi
(Kontra indikasi dilakukan suction
dengan OPEN SYSTEM harus CLOSED
Kontra Indikasi SYSTEM)

Sebagian besar kontra indikasi di analisa


terhadap risiko pasien untuk
mengembangkan reaksi merugikan atau
memburuknya kondisi klinis akibat prosedur.
 Trauma trachea yang mengakibatkan : Kerusakan
mukosa, oedema, ulserasi, perdarahan
 Desaturasi, penurunan saturasi oksigen
 Hipoksia yang mengakibatkan :aritmia biasa berupa
tachikardi, bradicardi, PVC (Premature Ventricel
Potensial Contraction ), VF (VentrikelFibrilasi) bahkan biasa
Komplikasi terjadi cardiac arrest.
 Atalektasis
 Kenaikan tekanan intra kranial (pada pasien yang
mengalami gangguan otak : CVA, Trauma kapitis,
post trepanasi dll )
Tipe Suctioning  Intubasi < 24 jam
 Sekresi sedikit
 Suction tidak sering
Open  Pada suction oroparingeal dan
Suction nasoparingeal
Tipe Suctioning  Produksi sekresi yang meningkat
 Sering dilakukan suction
Closed  Sekret bercampur darah
 Pemakaian PEEP yang tinggi pada pasien
Suction dengan ventilator
 Penurunan saturasi saat suction
 Dapat mencegah terjadinya penularan dan
resiko infeksi
Tipe Suctioning  Intubasi < 24 jam
 Sekresi sedikit
 Suction tidak sering
Open  Pada suction oroparingeal dan
Suction nasoparingeal
Prinsip yang digunakan dalam tindakan suction :
Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah
Aseptik masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang
kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
Alat yang steril dengan cara yang steril
Tindakan yang mencegah terjadinya sianosis.
Asianotik Dilakukan< 15 detik, kateter suction tidak menutup
total ETT, Hiperventilasi/Oksigenasi 100 % sebelum
dan sesudah tindakan
Tindakan yang mencegah terjadinya trauma, kateter sampai
Atraumatik ujung karina dan ditarik 1-2 cm, dikeluarkan dengan cara
memutar, menagtur tekanan vacum/pengisapan

Afektif Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna


yang menunjukan perasaan dan emosi
Pelaksanan tindakan suction

Tahap PraInteraksi.
Mencuci tangan
Menyiapkan alat
Tahap Orientasi.
Memberikan salam pada pasien/keluarga dan
menyapa pasien/keluarga
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien/keluarga
Persiapan alat
 Unit pengisapan dinding (Sentral) atau unit
pengisapan yang dapat dibawa (portable)
 Kateter steril (kateter suction)
 Larutan Pembilas/ cairan NaCl 0,9%
 Sarung tangan steril dan sarung tangan tidak steril
 Kassa steril
 Masker/penutup mata Memilih/menentukan ukuran kanul suction, pada pasien
dengan ETT, ukuran kanul suction tidak lebih½ diameter
 Stetoskop ETT dapat menggunakan rumus
Diameter tracheal tube x 3
 Spuit 5cc
2
Contoh :
ETT no. 8 (8 x 3 = 24/2 = 12 FG suction cath)
Tahap Kerja
 Sebaiknya dilakukan 2 orang  Melepaskan hubungan (konektor)
ventilator dengan ETT
 Mencuci tangan.
 Menyambung selang suction dengan
 Memakai handscoen Steril. kateter steril kemudian perlahan-lahan
 Menghubungkan kateter suction ke pipa dimasukakan ke dalam selang
suction. pernafasan melalui ETT
 Menyalakan unit suction  Membuka lubang pada pangkal kateter
(Sentral/portable)dan mengatur penghisap pada saat kateter dimasukkan
tekanannya. ke ETT.
 Sebelum dilakukan penghisapan sekresi :  Menarik kateter penghisap kira–kira 2
mengatur oksigen menjadi 100% (O2 cm pada saat ada rangsangan
Suction) pada ventilator apabila batuk untuk mencegah trauma
menggunakan air valve dengan padacarina
memompa 4–5 kali pernafasan dengan  Menutup katup kateter penghisap
kosentrasi oksigen 15 liter, saturasi kemudiankateter ditarik dengan gerakan
oksigen 100%. memutar.
Tahap Kerja

 Mengobservasi hemodinamik pasien  Mengisi kembali cuff dengan udara


 Membersihkan/bilas dengan aquadest / setelah ventilator dipasang kembali
NaCl 0,9%.
 Mengulangi prosedur sampai jalan nafas
 Memberikan hiperoksigenasi setelah bebas dari lendir.
satu kali penghisapan
 Mematikan mesin dan lepaskan kateter
 Bila melakukan suction lagi beri
kesempatan klien untuk bernafas 3-7 dari selang penghisap.
kali.  Merapihkan pasien dan kembalikan
 Mengulangi prosedur sampai jalan nafas keposisi semula.
bebas dari lender
 Merapihkan alat dan lepas sarung
 Mengempiskan cuff pada penghisapan tangan.
sekresi terahir saat kateter berada
dalam ETT, sehingga sekresi yang  Mencuci Tangan.
lengket disekitar cufft dapat terhisap.
 Mengauskultasi suara nafas dan bandingkan
Tahap Terminasi kondisi saluran nafas sebelum dan sesudah
penghisapan lendir.
 Mengidentifikasi adanya perbaikan status
respiratorik.
 Mengevaluasi kondisi klien
 Mengakhiri kegiatan
 Mencuci dan membereskan alat
 Mencuci tangan
Mencatat hasil pengkajian saluran nafas sebelum dan
Dokumentasi sesudah penghisapan, karakteristik lendir (jumlah, bau, warna, dan
konsistensi lendir).
INHALASI/NEBULISASI

Defenisi Inhaler adalah sebuah alat yang


digunakan untuk memberikan obat
ke dalam tubuh melalui saluran
nafas sampai keparu -paru.
Terapi Inhalasi adalah cara
pemberian obat melalui suatu alat
(Nebulizer) yang dapat mengubah
obat bentuk cair menjadi uap
(Aerosol) sehingga dapat diinhalasi
langsung masuk ke-tractus
respiratorius bawah
INHALASI/NEBULISASI
 Pemberian obat-obat aerosol/ inhalasi
Tujuan
 Untuk mengencerkan secret dengan
jalan memancarkan butir-butir air
melalui jalan napas
 Menjaga selaput lendir dalam keadaan
lembab, mencegah pengeringan
selaput lendir
 Melegakan pernafasan.
 Mengurangi pembekakan selaput
lendir
 Mengendurkan otot dan penyembuhan
batuk, menghilangkan gatal pada
kerongkongan
Indikasi

 Pasien dengan produksi lendir yang kental


 Selaput lendir mengering, iritasi kerongkongan, radang
selaput lendir saluran pernafasan bagian atas
 Indikasi pemberian bronkodilator pada pasien dengan
bantuan ventilator adalah pasien dengan asma berat, PPOK,
serangan bronkospasme akut, peningkatan resistensi saluran
nafas, hiperinflasi dinamik atau PEEP (positive end expiratory
pressure) intrinsik, kesulitan dalam penyapihan (weaning), dan
ketergantungan ventilator kronik.
Jenis terapi
 Pressurized Metered Dose Inhaler (pMDI)
inhalasi
Pressurized metered dose inhaler (pMDI) adalah tipe
inhaler yang paling dikenal untuk terapi penyakit
respirasi lokal seperti asma dan PPOK. Komponen
struktural dari pMDI konvensional adalah tabung, metering
valve, penggerak (actuator), dan corong mulut (mouth
piece). Tabung tersebut terbuat dari bahan yang mampu
menahan tekanan tinggi yang diperlukan untuk menjaga
agar bahan yang mudah menguap menjadi gas tetap
dalam keadaan cair.Metering valve di rancang untuk
mengirimkan jumlah aerosol yang tepat sesuai dosis
Jenis terapi
 Dry Powder Inhaler (DPI)
inhalasi
Dry powder inhaler (DPI) merupakan
inspiratory flow-driven inhalers yang
mengirimkan formulasi bubuk kering ke paru-
paru dengan mengandalkan usaha nafas
pasien baik laju maupun volume inspirasi. DPI
dikembangkan untuk mengatasi kesulitan dalam
mengguakan inhaler jenis pMDI
Jenis terapi
 Nebulizer
inhalasi
Terdapat dua jenis nebulizer yaitu jet dan ultrasonic nebulizer,
jet nebulizer yang membedakan dalam kekuatan yang digunakan untuk
membentuk aerosol dari larutan cair. Nebulizer dapat
menghasilnya partikel aerosol berukuran 1-5 mikron. Teknik
ultrasonic inhalasi ini tidak memerlukan koordinasi antara inhalasi pasien
nebulizer dan aktuasi alat, sehingga sangat cocok pemakaiannya pada
pasien pediatri, tua, pasien tidak sadar, terpasang ventilasi
mekanik atau yang tidak bisa menggunakan teknik inhalasi pMDI
atau DPI.
Nebulizer memiliki kemampuan mengantarkan dosis obat yang
lebih besar dibandingkan dengan perangkat aerosol lainnya,
namun perlu waktu pemberian obat yang lebih lama
Jenis terapi jet nebulizer
inhalasi
Jet nebulizer dioperasikan dengan compressed air
atau oksigen yang bertujuan untuk aerolisasi cairan
obat. Jet nebulizer ini mengalirkan gas terkompresi
melalui sebuah jet, menyebabkan timbulnya area
bertekanan negatif. Larutan yang mengalami
aerosolisasi masuk ke dalam aliran gas dan diubah
menjadi liquid film. Film ini bersifat tidak stabil dan
pecah menjadi partikel-partikel aerosol karena
gaya tegangan permukaan
Jet nebuliser : Udara/gas menyemburkan butir air
sedemikian rupa sehingga pecah menjadi butir-butir kecil
Jenis terapi Ultrasonic nebulizer
inhalasi
Pada ultrasonic nebulizer, gelombang suara diciptakan
karena getaran dari kristal piezoelektrik pada frekuensi
tinggi yang memecah larutan menjadi partikel-partikel
aerosol kecil. Alat ini tidak sepenuhnya portable karena
masih memerlukan suplai listrik untuk pengisian/
charging Walaupun ultrasonic nebulizer dapat melakukan
nebulisasi larutan lebih cepat daripada jet nebulizer dan
alat ini cenderung tidak cocok untuk suspensi dan kristal
piezoelektrik dapat meningkatkan suhu obat dan
menonaktifkan obat-obat protein. Alat ini juga tidak
efisien digunakan untuk nebulisasi cairan dan suspensi
kental dibandingkan dengan jet nebulizer
Jenis obat dan larutan yang di gunakan
dalam terapi inhalasi
Regimen obat inhalasi yang paling sering digunakan di unit perawatan intensif (ICU) adalah
mukolitik, kortikosteroid inhalasi, dan bronkodilator jenis agonis beta adrenergik dan
antikolinergik, disamping pemberian obat inhalasi lainnya
 Bronkodilator adalah obat yang memiliki mekanisme kerja dengan merelaksasi otot pernafasan
dan melebarkan jalan nafas (bronkus). : salbutamol, combivent dll
 Kortikosteroid inhalasi berfungsi untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi, sehingga dapat
memperbaiki fungsi paru, dan mengurangi serangan akut. N-Ace Budesonide inhaler, Pulmicort,
Flixotide susp
 Obat-Obatan Penunjang Mukolitik merupakan obat yang memiliki aksi kerja memutus rantai panjang
senyawa organik yang membentuk sputum atau mukus sehingga terpecah menjadi molekul yang lebih
kecil dan mudah bergerak. Hal ini akan menyebabkan mukus menjadi lebih mudah untuk dibersihkan
oleh silia yang terdapat pada sel epitel yang ada pada sepanjang saluran nafas dan juga akan lebih
mudah di suction apabila menggunakan jalan nafas buatan (ETT dan trakheostomi): bisolvon Sol
 Cairat pelarut menggunakan NaCl 0.9%
Jenis obat yang biasa sering berdasarkan
jenis alat inhalasi
 Pressurized Metered Dose Inhaler (pMDI)
Jenis obat yang biasa sering berdasarkan
jenis alat inhalasi
 Dry Powder Inhaler (DPI)
Jenis obat yang biasa sering berdasarkan
jenis alat inhalasi
Ultrasonic nebulizer
Hal-hal yang mempengaruhi keefektifan
inhalasi pada ventilasi mekanik
 Ventilator : memberikan aliran flow 30-50 L/min dan besaran
tidal volume > 500 ml
 Sirkuit : Lepaskan filter atau berikan obat di lokasi yang lebih
proksimal dari filter, Matikan pelembab udara 10 menit
sebelum pengiriman aerosol, Pasang generator aerosol 15 cm
proksimal di aliran inspirasi ke bagian-Y
 Perangkat Nebu : gunakan konektor yang sesuai, Jika sumber
aliran eksternal digunakan, gunakan laju aliran 6-8 L/mnt,
Lengkapi volume dengan menambahkan 2,5 mL larutan
garam (NACL 0.9%)
Hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan inhalasi
 Inhalasi dilakukan sebelum pasien makan
 Selama melakukan inhalasi sebaiknya
pasien jangan ditinggal.
 Observasi keadaan umum pasien, selama 15
menit, jika terjadi keluhan, seperti gemetar, dada
berdebar, tanda-tanda vital tidak stabil,
segera lapor dokter
Tekhnik/ prosedur pemberian terapi inhalasi

 Tahap pre interaksi


Siapkan alat
Baca status pasien/instruksi pengobatan
Cuci tangan
 Tahap orientasi
Berikan salam dan sapa
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
pada klien/keluarga
Tekhnik/ prosedur pemberian terapi inhalasi
 Nebuliser kit (selang/kanul udara,
Persiapan alat filter nebuliser, masker)
 Konektor sirkuit ventilator (T.Piece)
 Masker tracheostomy
 Sarung tangan
 Obat/larutan inhalasi
 Spoit
 NaCl 0.9 %
 Alkohol swab
 Neirbeken
 Kasa lembab
Tekhnik/ prosedur pemberian terapi inhalasi
 Alat didekatkan, pakai sarung tangan
 Atur posisi sirkuit
Tahap kerja  Obat dimasukkan dalam tempat penampungan obat
Pada pasien  Menyambungkan selang pada ventilator(akses nebuliser pada ventilator)
dengan ventilasi  Melakukan setting nebuliser pada display ventilator (pemilihan durasi
nebuliser dan memulai nebulaser/start)
mekanik  Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik dengan
melihat adanya uap yang keluar
 Memasang konektor nebuliser (T-Pieces) pada sirkuit ventilator
 Setelah obat/larutan sudah habis menutup alairan oksigen
 Melepas konektor nebuliser (T-Pieces) pada sirkuit ventilator dan
melepaskan selang pada akses nebuliser
 Bersihkan dan rapikan pasien
 Perhatikan keadaan umum
 Alat dibersihkan dan dirapikan, sarung tangan dilepas
 Cuci tangan
 Pada beberapa merek ventilator saat melakukan nebuliser flow sensor
ventilator dilepas terlebih dahulu.
Tekhnik/ prosedur pemberian terapi inhalasi

 Tahap terminasi
 Evaluasi kondisi klien :
lendir/sekret, frekwensi nafas
Tahap  Pendokumentasian : Waktu
terminasi tindakan (tanggal dan jam), nama
larutan yang di berikan dan
dosisnya, reaksi pasien selama
pemberian, perubahan kondisi
sebelum dan setelah.

Anda mungkin juga menyukai