Anda di halaman 1dari 9

SUCTIONING PADA PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK

Untuk menjamin oksigenasi paru yang baik pada proses pernapasan harus terdapat
suatu jalan napas yang baik. Sumbatan jalan napas dapat terjadi oleh adanya benda asing
maupun benda-benda yang berasal dari diri sendiri. Suctioning sangat diperlukan untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas . Suctioning adalah suatu metode untuk
melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas bagian atas. Sucioning dapat
diterapkan pada Nasal (Nasofaringeal), Oral(Orofaringeal) dan Tracheal melalui
Endotracheal ataupun Tracheostomy Tube. Ada 2 tipe Suction yaitu Open suction
system dan Closed suction system.

A. INDIKASI
Adapun indikasi dari penatalaksanaan suctioning antara lain :
1. Suara napas yang kasar (ronchi) pada auskultasi daerah lapang dada
2. Batuk yang tidak adekuat / Tidak efektif
3. Work Of Breathing ( WOB) yang meningkat
4. Adanya atelektasis paru yang dicurigai terkait dengan retensi sputum
5. Merangsang refleks batuk pada pasien dengan penurunan kesadaran atau
pengaruh obat.
6. Perubahan radiologik yang mencurigakan retensi sekresi.
7. Mempertahankan kepatenan dari artificial airway.
8. Peningkatan Peak Inspirasi Pressure (PIP) pada Volume Control Ventilation
(VCV) dan penurunan Tidal Volume pada Pressure Control Ventilation.
9. Perubahan pada grafik flow dan pressure.
10. Pengambilan bahan untuk pemeriksaan citologi (kultur bakteri).
B. PROSEDUR PELAKSANAAN
Tindakan suctioning merupakan suatu tindakan yang steril yang dilakukan pada saat
diperlukan bukan suatu rutinitas. Suction jangan dilakukan bila kita akan melakukan
pemeriksaan analisa gas darah 15 menit - 20 menit sebelumnya dan hindarkan bila
hemodinamik tidak stabil.
Kateter suction yang akan digunakan untuk membersihkan jalan nafas biasanya
mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda idealnya kateter suction yang baik adalah
efektif menghisap sekret dan resiko trauma jaringan yang minimal.
Diameter kateter suction bagian luar tidak boleh melebihi setengah dari diameter bagian
dalam lumen tube. Diameter kateter yang lebih besar akan menimbulkan atelectasis
sedangkan kateter yang terlalu kecil kurang efektif untuk menghisap sekret yang kental.
Yang penting diingat adalah setiap kita melakukan suction, bukan sekretnya saja yang
dihisap tapi Oksigen di paru juga dihisap dan alveoli juga bisa collaps.

Ukuran kateter suction biasanya dalam French Units (F)


Qs = ukuran diameter eksternal kateter suction yang diperlukan
Qa = diameter internal al1ificial airway dalam millimeter.
Qa x 3
Qs = ————– = F kateter
2
misalnya Qa = 8 mm
8x3
Qs = ———– = 12 F
2
Jadi ukuran kateter suction yang digunakan adalah nomor = 12 F

4
Setiap melakukan suction melalui artificial airway harus steril untuk mencegah
kontaminasi kuman dan dianjurkan memakai sarung tangan yang steril. Kateter suction
harus digunakan satu kali proses suction misalnya setelah selesai suction ETT dapat
dipakai sekalian untuk suction nasofaring dan urofaring dan sesudah itu harus dibuang
atau disterilkan kembali. Ingat” Jangan sekali-kali memakai kateter suction untuk
beberapa pasien.
Peralatan lain yang perlu disediakan cairan antiseptik, sarung tangan steril (Open
suctiondan sarung tangan bersih (Closed suction), Syringe 5-10 ml untuk spooling
(lavage sollution),goggles (pelindung mata), Masker, Pulse oximeter, Bag and Mask
(hand resuscitator) untuk oksigen 100%,Stetoscope, dan Vacum suction. Vacum
Suction harus dicek dan diatur jangan terlalu tinggi karena dapat menyebabkan trauma
jaringan dan jangan terlalu rendah ==> penghisapan tidak efektif.

Tabel 1 : Vacuum Setting for Suctioning Patients Based on age Setting


NO PATIENT SETTING
1. Adult 100 – 150 mmHg
2. Child 100 – 120 mmHg
3. Infant 80 – 100 mmHg
4. Neonatus 60 – 80 mmHg

Cairan antiseptik untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah suction untuk
mengurangi kontaminasi kuman. Sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang
adekuat (pre oxygenasi) sebab oksigen akan menurun selama proses pengisapan pada
pasien – pasien yang oksigennya sudah kurang. Pre oksigenasi dapat menghindari
hipoksemia yang berat dengan segala akibatnya, sebab proses suction dapat
menimbulkan hipoksemia . Pre oksigen dapat diberikan dengan ambu bag dengan O2
100 % (0-10 liter) atau dengan memakai alat Ventilasi Mekanik dengan O2 100%.
Setelah pre oksigensi yang cukup, masukan kateter suction ke dalam airway sampai
ujungnya tertahan tanpa dihisap, kemudian tarik kateter suction sedikit lebih kurang 1-

5
2 cm, lakukan penghisapan dan pemutaran perlahan dan sambil menarik keluar untuk
mencegah kerusakan jaringan dan memudahkan pengisapan lendir.

Proses suction tidak boleh melebihi 10-15 detik di lumen artificial airway, total proses
suction tidak melebihi 20 detik. Bila hendak mengulangi suction harus diberikan pre-
oksigenasi kembali 6-10 kali ventilasi dan begitu seterusnya sampai jalan nafas bersih.
Prosedur pelaksanaan suction maksimal dilakukan sebanyak 4 kali. Jangan lupa monitor
vital sign, ECG monitor ,sebelum melanjutkan suction, bila terjadi dysritmia atau
hemodinamik tidak stabil, hentikan suction sementara waktu. Suction harus hati-hati
pada kasus-kasus tertentu misalnya penderita dengan oedema paru yang berat dengan
memakai respirator dan PEEP yang tinggi, tidak dianjurkan melakukan suction untuk
sementara waktu sampai oedema parunya teratasi (Sebaiknya mengggunakan Closed
suction) . Bila sputum kental dan sulit untuk dikeluarkan dapat dilakukan tindakan
nebulizer atau pelaksanaan fisioterapi dada misalnya tindakan clapping dan vibrasi
untuk membantu mendorong pengeluaran sputum. Dianjurkan setiap memakai artificial
airway harus menggunakan humidifier dengan kelembaban 100% pada temperatur
tubuh untuk mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sputum.

Adapun langkah-langkah dari suctioning (Open suction system) :


1. Kaji kebutuhan pasien untuk pelaksanaan tindakan suction indikasinya antara
lain adanya secret pada lumen artificial airway, ronchi pada auskultasi dada,
batuk yang tidak efektif, dan terjadi peningkatan peak inspirasi pressure pada
pasien dengan ventilator mekanik mode volume.
2. Jelaskan procedure pada pasien jika terdapat indikasi untuk melaksanakan
tindakan suction

6
3. Menggunakan peralatan yang steril antara lain : kateter suction ( ukuran tidak
melebihi setengah dari lumen endo tracheal tube ( ETT) atau trakeostomy tube),
sarung tangan steril, cairan spooling.
4. Cek peralatan suction dan regulator. Pastikan pressure suction antara 100 - 150
mmHg dengan tubing suction yang tertutup(dewasa).
5. Kaji SpO2, denyut dan irama jantung untuk memantau keadaan pasien selama
prosedur suction dilaksanakan.
6. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan suction, siapkan sarung tangan
jika perlu gunakan alat pelindung mata (goggle).
7. Gunakan teknik steril untuk membuka peralatan suction, buka sarung tangan dan
hubungkan kateter suction dengan regulator.
8. Memberikan pre-oksigenasi antara lain :
a. Pasien dengan ventilator berikan O2 100%
b. Menggunakan reservoir manual resuscitation bag ( MRB) misalnya ambu
bag, untuk memberikan oksigen 100%.
c. Jika memungkinkan anjurkan pasien untuk mengambil napas dalam 3-4 kali.
9. Lepaskan konektor Ventilator kemudian masukkan kateter suction secara
perlahan tanpa tekanan terlebih dahulu untuk mencegah / meminimalkan
penarikan oksigen yang besar yang berada dalam paru-paru. Masukkan kateter
suction kedalam artificial airway jika kateter bertemu dengan obstruksi atau
pasien batuk, hentikan.
10. Tarik kateter suction ½ - ¾ inchi ( 1-2 cm ) dan tutup tubing suction sehingga
pressurenya naik pada regulator. Pastikan tekanan yang dimuncul pada regulator
sesuai dengan presure yang diinginkan.
11. Batas waktu dalam tindakan suction lebih kurang 10-15 detik. Tindakan suction
tidak dilanjutkan jika terjadi penurunan denyut jantung 20 kali dibawah batas
normal atau terjadi peningkatan denyut jantung 40 kali dari normalnya, terjadi
distritmia atau terjadi penurunan SpO2 mencapai 90%.
12. Setelah melakukan suction, pasang kembali konektor ventilator dan berikan
oksigenasi kembali.
13. Bersihkan kateter suction dengan air spooling.

7
14. Ulangi procedure sampai jalan napas bersih. Batasi insersi kateter suction
lakukan sesuai indikasi.(maksimal prosedur dilakukan sebanyak 4 kali)
15. Konsentasi O2 dikembalikan sesuai dengan setting semula.
16. Bersihkan kateter suction dan dapat dilakukan suction pada oroparing atau
daerah sekitar mulut.
17. Setelah itu, kateter suction dibuang dan dibungkus dengan memakai sarung
tangan yang telah digunakan dengan cara kateter suction digulung mengarah
keujung jari keluarkan sarung tangan untuk membungkus, kateternya dibuang
ditempat sampah infeksi.
18. Auskultasi bunyi napas untuk mendengar suara napas diparu-paru, catat
waktunya, banyaknya, warna secret dan respon pasien setelah suction.

C. CLOSED TRACHEAL SUCTION SYSTEM

Suction dengan system tertutup adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan
suctioning dimana kateter suction dibungkus dengan plastik yang lembut tetapi kuat dan
menempel langsung pada tubing ventilator sehingga pasien yang menggunakan
ventilator tidak perlu melepas tubing ventilator sehingga oksigenasi dan PEEP
dipertahankan selama suatu periode suctioning. Rekomendasi untuk pergantian kateter
suction suatu studi mengatakan bahwa pergantian dilakukan jika diperlukan dengan
alasan tanpa meningkatkan hospital aquired pneumonia.

8
Prosedur Closed suction system, antara lain :
 Mencuci tangan dengan alcohol base
 Gunakan sarung tangan bersih
 Sambungkan konektor closed suction dengan tubing ventilator
 Berikan pre-oksigenasi dengan oksigen 100 %
 Masukkan kateter suction kedalam artificial airway tanpa tekanan hisap terlebih
dahulu, hentikan ketika ada tahanan atau pasien batuk dan kemudian Tarik 1 – 2
cm.
 Dengan menggunakan ibu jari Tarik pengontrol sambungan penghisap closed
suction. Kemudian Tarik kateter suction secara perlahan dengan memutari
artificial airway. Lakukan procedure tersebut tidak melebihi 15 detik .
 Ulangi procedure sesuai denan indikasi
 Spooling kateter suction dengan menggunakan cairan spooling sampai bersih.
 Cuci tangan kembali.

D. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penatalaksanaan suction antara lain :
1. Hipokscmia , oleh karena suction melalui artiticial airway dapat menghisap
oksigen yang di alveoli dan dapat menurunkan oksigen pada darah arteri yang
dapat menimbulkan tachicardi, aritmia, bradicardi. Untuk mencegah hipoxemia
ini yaitu :
 Oksigenasi yang baik sebelum dan sesudah suction. Pada pasien dengan
menggunakan ventilator dapat diberikan oksigen 100%. Atau dapat
dilakukan
dengan pemberian oksigen 100% dengan menggunakan MRB
menganjurkan pasien mengambil napas dalam 3-4 kali dngan fraksi
oksigen dinaikkan.
 Suction jangan melebihi 15 detik
 Ukuran diameter suction yang benar tidak melebihi setengah dari diameter
lumen artificial airway.

9
2. Trauma Jaringan
Sunctioning dapat menyebabkan trauma jaringan, iritasi dan pendarahan
untuk pencegahan :
 Pakai kateter suction dengan jenis dan ukuran yang benar yaitu tidak
melebihi
setengah dari lumen artifficial airway.
 Teknik suction yang baik dan benar. Tekanan suction harus sesuai
dengan yang disetting dan minimalakan terjadinya trauma pada
jaringan.

3. Atelektasis
Atelektasis dapat terjadi bila pemakaian kateter sunction yang terlalu besar
dan vacuum suction yang terlalu kuat sehingga terjadi collaps paru atau
atelektasis dan bisa terajdi persistent hipoxemia .
Untuk pencegahan :
 Pakai kateter suction dengan jenis dan ukuran yang benar. Ukuran
kateter
suction tidak melebihi setengah dari yang umen artificial airway.
 Teknik suction yang baik dan benar jangan menggunakan tekanan
suction
yang terlalu kuat.
 Auskultasi pre dan post suction, observasi bunyi napas pasien apakah
tindakan
suction yang dilakukan sudah efektif.
4. Hipotensi :
Hipotensi yag terjadi pada sewaktu suction biasanya oleh karena : vagal
stimulasi, batuk dan hipoxemia. Vagal stimulasi menyebabkan bracardia,
batuk menyebabkan penurunan venous return, sedangkan hipoxemia
menyebabkan aritmia dan pheripheral vasodilatasi. Walaupun tekanan darah
sistemik menurun, namun tekanan intra cranial pressure (ICP) tetap naik pada
waktu dilakukan section

10
Untuk pencegahan ;
 Cek darah sebelum dan sesudah section. Disini dilakukan observasi
adanya
kenaikan tekanan darah setelah pelaksanaan suction dapat juga
dilkukan
analisa ga darah untuk menilai adanya hipoksemia atau tidak.
 Monitor yang ketat vital sign dan ECG. Adanya distritmia yang terjadi
pada saat melakukan suction.

5. Airways Contriction :
Airway Contriction terjadi olah karena adanya rangsangan mekanik lagsung
dari suction terhadap mukosa saluran nafas sehingga terjadi broncho
contriction dengan tanda adanya wheezing. Bila terjadi broncho contriction
berikan broncho dilator, pada naso trachel suction dapat terjadi spasme
laring.

E. MONITORING

Hal – hal yang harus dimonitoring sebelum dan sesudah melakukan procedure
suctioning antara lain :

1. Monitor Suara Napas


2. Monitor Saturasi Oksigen
 Warna kulit : terdapat tanda – tanda hipoksia atau tidak
 Pulse oximeter
 Kepatenan jalan napas dan jumlah pernapasan
3. Parameter Hemodinamik
 Denyut jantung
 Tekanan darah ; ada peningkatan atau penurunan selama
suctioning.
 Gambaran elektrocardiografi.
4. Karakter sputum (warna, volume, konsistensi dan bau)
5. Peningkatan tekanan intracranial
6. Parameter Ventilator
 Peak Inspirasi Pressure
 Tidal Volume
 Grafik pressure, flow dan volume
 FI02

11

Anda mungkin juga menyukai