Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYALAHGUNAAN
DAN KETERGANTUNGAN
NAPZA
Yeni L.N. Agnes
School of Nursing, Faculty of Health Sciences
Universitas Kadiri
PENGERTIAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

• Suatu penyimpangan perilaku yg disebabkan oleh penggunaan yg


terus menerus sampai terjadi masalah.
• Napza tersebut bekerja didalam tubuh yang mempengaruhi
terjadinya perubahan: perilaku, alam perasaan, memori, proses
pikir, kondisi fisik individu yg menggunakannya.
NAPZA

• NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat


Adiktif
• Merupakan bahan/zat/obat yang apabila masuk kedalam tubuh
manusia bisa mempengaruhi tubuh terutama pada otak/SSP,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan
fungsi sosial.
TIGA JENIS NAPZA (PARTODIHARJO, 2008)
Narkotika Psikotropika Bahan adiktif
lainnya

Narkotika Psikotropika Rokok


gol. I gol. I

Narkotika Psikotropika Alkohol


gol. II gol. II

Narkotika Psikotropika Zat lain (lem


gol. III gol. III kayu, cat,
tinner dll)

Psikotropika
gol. IV
Jenis – jenis NAPZA (Eko, 2014)

Heroin Kokain Putau

Ganja Shabu-shabu Ekstasi

Diazepam Alkohol
KETERGANTUNGAN NAPZA
• Penyalahgunaan Napza ini dapat mengalami kondisi lanjut yaitu
suatu kondisi yg cukup berat dan parah, sehingga mengalami sakit
yg cukup berat → KETERGANTUNGAN NAPZA
• Kondisi ini juga ditandai dg adanya KETERGANTUNGAN
FISIK yaitu SINDROMA PUTUS OBAT danTOLERANSI
PSIKODINAMIKA
• Beberapa macam NAPZA secara alamiah ada didalam tubuh individu
• Zat ini berguna bagi tubuh untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
melakukan aktivitas fisik, meditasi
• Kadar NAPZA ini selalu dalam keadaan seimbang didalam tubuh individu
• Jika seseorang mengkonsumsi NAPZA, seperti tembakau, kafein,
alkohol, obat-obatan yang legal, atau obat terlarang dengan
penggunaan yang jarang → terjadi peningkatan kadar NAPZA tersebut
dalam tubuh
• Kondisi ini mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan kimiawi tubuh,
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang disebut
dengan INTOKSIKASI
RENTANG RESPON

Eksperimental Rekreasional situasional penyalahgunaan Ketergantungan

Respon adaptif Respon maladaptif


Eksperimental

▪ Kondisi penggunaan pada taraf awal,


▪ disebabkan rasa ingin tahu,
▪ ingin memiliki pengalaman baru,
▪ atau sering dikatakan taraf coba-coba
Rekreasional

▪ Menggunakan zat-zat pada saat berkumpul bersama


dengan teman sebaya
▪ Bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya
Situasional

▪ Orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu


secara individual
▪ sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri,
▪ seringkali penggunaan zat ini merupakan cara untuk
melarikan diri atau megatasi masalah yang dihadapinya.
▪ Biasanya digunakan pada saat sedang konflik, stress dan
frustasi
Penyalahgunaan zat adiktif

▪ Penggunaan zat yang sudah bersifat patologis


▪ Sudah mulai penggunaan secara rutin
▪ Minimal berlangsung selama 1 bulan
▪ Terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu
fungsi dalam peran dilingkungan sosial dan
pendidikan
Ketergantungan zat adiktif

▪ Penggunaan zat yang cukup berat


▪ Telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis
▪ Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya
TOLERANSI dan SINDROMA PUTUS ZAT
TOLERANSI

▪ Suatu kondisi klien yg menggunakan napza


memerlukan peningkatan jumlah napza yg
dikonsumsi untuk mencapai tujuan yg dikehendaki
Sindroma putus zat

▪ Suatu kondisi dimana orang yang biasa


menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu
berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah
zat yang biasa digunakan, sehingga menimbulkan
gejala pemutusan zat
EPIDEMIOLOGI
Program pencegahan HIV pada kelompok PENASUN

HARM REDUCTION
▪ Harm Reduction merupakan program yang digunakan untuk
mencegah penularan HIV pada populasi penguna Napza
suntik (penasun).
▪ Meliputi
▪ LASS / LJSS (layanan alat suntik steril/ layanan jarum
suntik steril)
▪ PTRM (Program terapi rumatan metadon)
Kebijakan terkait Harm reduction program

▪ Keputusan Menteri Kesehatan No 996/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Sarana Layanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan
Napza.
▪ Nota Kesepahaman antara KPA Nasional dan Badan Narkotika Nasional di tahun
2003 yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
selaku Ketua KPA Nasional. Nota kesepahaman ini disahkan dalam Keputusan
Bersama Menkokesra No. 20.KEP/MENKO/KESRA/XII/2003 dan Kepala Kepolisian
Negara No. B/01/XII/2003/BNN tentang Pembentukan Tim Nasional Upaya
Terpadu Pencegahan Penularan HIV/AIDS dan Pemberantasan Penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Zat/Bahan Adiktif dengan Cara Suntik.
▪ UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
LANDASAN PEDOMAN TEKNIS
• Keputusan Menteri Kesehatan No 567 tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Napza.
• Kepmenkes No 494/Menkes/SK/VII/2006 tetang penetapan Rumah
Sakit dan Satelit uji coba Serta Pedoman Pogram Terapi Rumatan
Metadon.
• Peraturan Menko Kesra No.2/2007 tentang Kebijakan Nasional
Penanggulangan HIV dan AIDS melalui Pengurangan Dampak Buruk
Pengguna Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Suntik.
• Kepmenkes No 486/Menkes/SKIV/2007 tentang Kebijakan dan
Rencana Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA.
• UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika sudah meliputi aspek apa
saja dari standar WHO.
LANDASAN PEDOMAN TEKNIS

• Kepmenkes No 420/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan


Rehabililitasi Komprehensif pada Gangguan Pengguna Napza berbasis Rumah Sakit.
• Kepmenkes No 421/Menkes/SK/III/2010 tentang Standar Pelayanan Terapi dan
Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Napza.
• Kepmenkes No350/Menkes/SK/IV/ tentang penetapan rumah sakit pengampu dan
satelit program terapi rumatan metadon serta pedoman program terapi rumatan
metadon,
• Kepmenkes No 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang pelayananan rehabilitasi medik di
rumah sakit,
• Kepmenkes No 567/Menkes/SK/VII/ tetang Pedoman Pelaksanaan Pengurangan
Dampak Buruk Narkotika, Psikotropik dan Zat Adiktif (NAPZA);
26
Sejarah
1960an
 Dikembangkan terapi metadon untuk detoksifikasi, rumatan jangka pendek dan rumatan jangka
panjang
1970an
 Dikembangkan layanan di Klinik Merseyside untuk mengatasi overdosis pada pengguna napza
 Kelompok pengguna napza di Belanda (Junkie Unions) menggunakan metode ini untuk mencegah
penularan Hepatitis B
1980an
 Dikembangkannya ‘The Merseyside Model’ untuk penularan HIV
 Pencegahan HIV/AIDS pada kelompok penasun dengan mengembangkan layanan pertukaran
jarum suntik
1990an
 Munculnya gerakan harm reduction pada the 1st International Conference on the Reduction of Drug
Related Harm, Liverpool.
Prinsip 1
bertujuan pragmatis dan jangka pendek

▪ Upaya untuk mencegah penularan HIV yang cepat


pada penasun perlu dilakukan dengan secepat
mungkin
▪ Melindungi dari HIV perlu dilakukan pertama kali bila
tidak upaya jangka yang lebih panjang (pemulihan
dan abstinensia) tidak berarti
▪ Perlu dilakukan secara ekstensif jika prevalensi pada
penasun sudah lebih dari 5 %

30
Prinsip 2
hirarki risiko untuk menghindari HIV

▪ Berhenti atau tidak menggunakan napza


▪ Jika harus menggunakan napza, gunakan tidak dengan cara
menyuntik
▪ Jika harus menyuntik, gunakan jarum suntik milik sendiri beserta
perlengkapannya (air, sendok, filter)
▪ Jika harus menggunakan kembali jarum suntik yang sudah dipakai
maka pastikan gunakan jarum suntik dan perlengkapan milik
sendiri
▪ Jika harus menggunakan jarum suntik milik orang lain maka
bersihkan terlebih dahulu dengan cara yang benar
31
Prinsip 3
menggunakan berbagai strategi
▪ Pemberian informasi kepada penasun tentang risiko-risiko menggunakan napza
▪ Mengembangkan program perawatan napza dan substitusi
▪ Program penjangkauan dan pendampingan kepada penasun sekaligus
mengembangkan pendidikan sebaya
▪ Layanan penyediaan jarum suntik steril serta pembuangan jarum bekas
▪ VCT untuk HIV bagi penasun
▪ Perawatan, dukungan dan pengobatan bagi penasun yang HIV positif
▪ Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar
▪ Mengurangi hambatan untuk menyuntik lebih aman dengan perubahan kebijakan
atau undang-undang
▪ Memberikan perhatian kepada kelompok-kelompok spesifik seperti perempuan,
warga
32 binaan lapas/rutan, dan anak-anak.
Prinsip 4
melibatkan penasun dalam program

▪ Meningkatkan kredibilitas program di mata penasun


▪ Mendorong terbentuknya kelompok-kelompok pengguna
napza sehingga memungkinkan teraspirasinya kebutuhan
dan kepentingan mereka dalam program
▪ Memperluas cakupan program dengan mempromosikan
advokasi pencegahan melalui kegiatan pendidikan sebaya

33
ASUHAN KEPERAWATAN:
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN

▪ Untuk membantu pasien dengan gangguan penggunaan zat


adiktif adalah : dengan menggunakan proses perawatan,
tahap pertama yg dilakukan adalah ; PENGKAJIAN.
▪ Dalam pengkajian ada beberapa faktor yang penting untuk
diketahui yaitu :
▪ Faktor predisposisi
▪ Faktor presipitasi
Faktor Faktor biologis Metabolik
predisposisi
Infeksi pada otak

Penyakit kronis

Tipe kepribadian
Faktor psikologis Harga diri rendah
Disfungsi keluarga
Memiliki rasa tidak aman
Cara pemecahan masalah yang menyimpang
Krisis identitas
Permusuhan dengan orangtua

Sikap masyarakat ambivalen


Faktor sosial Norma kebudayaan
kultural Lingkungan
Kontrol masyarakat kurang
Kehidupan agama yang kurang
Perilaku tindak kriminal pada usia dini
Faktor Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya
sebagai pengakuan
presipitasi
Reaksi sebagai prinsip kesenangan, menghindari rasa sakit,
relaks agar menikmati hubungan interpersonal
Kehilangan sesuatu yang berarti: rumah, sekolah, kelompok
teman sebaya
Diasingkan oleh lingkungan

Dampak kompleksitas era globalisasi: film/iklan, transportasi


lancar
Tingkah laku pengguna NAPZA (Eko, 2014)

Tingkah laku Menurunnya sifat menahan diri

pengguna zat Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang


sedatif
Bicara cadel, bertele-tele
hipnotik
Sering datang ke dokter untuk minta resep

Kurang perhatian

Sangat gembira, berdiam, depresi, dan kadang bersikap bermusuhan

Gangguan dalam daya pertimbangan

Bila overdosis, kesadaran menurun, koma dan dapat menimbulkan kematian

Meningkat rasa percaya diri


Tingkah laku pengguna NAPZA (Eko, 2014)

Tingkah laku pasien Kontrol diri menurun bahkan hilang


pengguna ganja

Menurunnya motivasi perubahan diri

Ephoria ringan
Tingkah laku pengguna NAPZA (Eko, 2014)

Sikap bermusuhan
Tingkah laku
pengguna alkohol Kadang bersikap murung, berdiam
Kontrol diri menurun
Suara keras, bicara cadel, dan kacau
Agresif
Minum alkohol pagi hari atau tidak kenal waktu
Partisipasi dilingkungan sosial berkurang
Daya pertimbangan menurun
Koordinasi motorik terganggu
Bila OD bisa menyebabkan koma
Tingkah laku pengguna NAPZA (Eko, 2014)

Perilaku Terkantuk-kantuk
pengguna
opioid Bicara cadel

Koordinasi motorik terganggu

Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian

Perilaku manipulatif untuk mendapatkan zat adiktif


TINGKAH LAKU PENGGUNA NAPZA (EKO, 2014)
Perilaku hiperaktif
pengguna Euphoria, elasi sampai agitasi
kokain/
amfetamin/ Iritabilitas
ekstasi Perilaku curiga
Kewaspadaan yang berlebihan
Semangat kerja meningkat
Perilaku tampak gembira
Tingkah laku pengguna NAPZA (Eko, 2014)

Perilaku Tingkah laku yang tidak dapat diramalkan


pengguna
halusinogen Tingkah laku merusak diri sendiri
Halusinasi, ilusi
Distorsi waktu dan jarak
Sikap merasa diri besar
Depersonalisasi
Pengalaman yang gaib/ajaib
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan (NANDA - SDKI)

▪ Gangguan persepsi sensori pada penggunaan halusinogen


▪ Gangguan hubungan sosial manipulatif
▪ Gangguan konsep diri: HDR
▪ Ketidakmampuan mengenal kualitas yang positif dari diri
sendiri
▪ Gangguan pemusatan perhatian
▪ Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
▪ Manajemen kesehatan tidak efektif
▪ Resiko ketidakpatuhan
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai