Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

FENOMENA YANG DIALAMI OLEH PARA PEREMPUAN DALAM PSIKOLOGI


GENDER

MATA KULIAH : PSIKOLOGI GENDER

OLEH:

ALYA CLARITA

(1930901108)

DOSEN PENGAMPUH:

VERA BEKTI RAHAYU, M.Psi.,Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
Jurusan Teknik Yang di Dominasi Laki-Laki

Ketimpangan gender adalah kondisi dimana terdapat ketidaksetaraan antara laki-laki


dan perempuan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya, Menurut Nurhaeni (2009) ketidaksetaraan gender adalah perlakuan
diskriminatif/berbeda yang diterima perempuan atau laki-laki. Perlakuan ini diberikan bukan
berdasarkan atas kompetensi, aspirasi dan keinginannya sehingga merugikan salah satu jenis
kelamin. Menurut Fakih (2008) Ketidaksetaraan gender adalah ketidakadilan bagi
perempuan atau pun laki-laki berdasarkan sistem dan struktur yang ada. Manifestasi yaitu
marjinalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan dan beban kerja. Ketidaksetaraaan gender
dapat terjadi di berbagai aspek meliputi sosial, ekonomi maupun pendidikan.

Faktor faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi wanita dalam bidang teknik
yaitu wanita dianggap memiliki mental Yang cenderung lemah, mudah menyerah sehingga
banyak yang beranngapan bahwa wanita tidak dapat berbuat maksimal serta Pemahaman
agama yang keliru, Masih sering ditemukan di dalam masyarakat beberapa kalangan yang
menolak adanya upaya kesetaraan gender, dengan mengemukakan dalil-dalil agama.
Pemahaman yang keliru terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadis (dalam agama Islam),
menciptakan pandangan bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki. Padahal bagi Allah
SWT, laki-laki dan perempuan sederajat, yang membedakan keduanya hanyalah
ketaqwaannya.

Pada dunia pendidikan bias gender juga terlihat sangat jelas. Laki-laki memiliki
pilihan untuk mendapatkan pemdidikan dibandingkan perempuan, karena perempuan hanya
akan bekerja di wilayah domestik. Karena anggapan bahwa bidang ilmu-ilmu yang terkesan
maskulin dan rasional hanya cocok untuk laki-laki, sedangkan perempuan cukup mempelajari
dan mengembangkan ilmu-ilmu yang masih selaras dengan peran domestik, yang
mengedepankan perasaan.

Fenomena umum yang sering kita temukan di pendidikan khusunya di sekolah


maupun institut kejuruan yang mana dalam pemilihan jurusan , masih terdapat ketimpangan
gender pada beberapa program studi tertentu. Fenomena yang tidak asing kita temukan dalam
jurusan teknik yang mana didominasi oleh laki laki.

Berdasarkan yang diperoleh Data dari Menristek Dikti menyatakan 3 juta mahasiswa
8,9 persennya mengambil MIPA. Kemudian, 9,3 persen mengambil jurusan teknik. Menurut
studi dari UNESCO (2015), rendahnya tingkat partisipasi pekerja perempuan di bidang teknik
mesin terutama disebabkan oleh persepsi lingkungan kerja di industri STEM merupakan
domain pekerja laki-laki yang melibatkan pekerjaan fisik dan karenanya tidak menarik bagi
pekerja perempuan. Selanjutnya, data terakhir (per Februari 2017) dari Badan Pusat Statistik
(BPS) menunjukkan bahwa ada sekitar 131,55 juta pekerja yang tersedia di pasar tenaga kerja
dalam negeri. Berdasarkan perbandingan gender, tingkat partisipasi perempuan sekitar 55%
atau lebih rendah dari laki-laki (83,19%). Sebagai tambahan, hanya 37,4% pekerja
perempuan yang bekerja di sektor formal dibandingkan pekerja laki-laki (62,6%). Khusus
untuk pekerjaan di industri STEM, tercatat hanya sekitar 30% pekerja perempuan.

Dari data diatas diperoleh bahwa jurusan teknik berdasarkan perbandingan di


didominasi oleh laki laki, sementara perempuan pada jurusan tersebut masih minoritas. hal ini
disebabkan laki-laki dan perempuan dikontruksi oleh masyarakat melalui stereotip yang
diberikan, diantaranya perempuan dianggap lembut, teliti, rajin dan rapi, sedangkan laki-laki
keras dan kuat, dengan kata lain perempuan dicirikan oleh feminitasnya, sedangkan laki-laki
dengan maskulinnya, yang kemudian mengimplikasikan adanya batasan-batasan sosial
berupa perbedaan peran, pembagian pekerjaan, arena (tempat), hingga penilaian-penilaian
yang diberikankepada laki-laki dan perempuan

Di sektor dunia pendidikan apalagi ketika perempuan masuk ke lingkungan yang


cenderung maskulin banyak stereotrip yang berkembang seperti perempuan yang fisiknya
lemah, emosional, lemah lembut sehingga di kontruksikan bahwa perempuan tidak pantas
memilih jurusan tersebut. Kontruksi sosial yang muncul beranggapan bahwa jurusan teknik
bersifat maskulin atau dapat diakatakan sebagai pendidikan citra maskulin. Butuh keahlian
khusus yang dianggap hanya bisa dilakukan oleh kaum lelaki. Menjadi suatu hal yang
menarik ketika ada perempuan dengan nilai-nilai kelembutan masuk ke lingkungan maskulin
tersebut atau dalam hal ini masuk ke jurusan teknik.

Di Indonesia, gender masih mempengaruhi pengambilan keputusan untuk


melanjutkan pendidikan. Pola pikir yang sudah tertanam sejak lama membuat sebagian besar
orang di Indonesia memilih jurusan yang dikiranya sesuai dengan gender masing-masing.
Wanita masih sedikit yang memilih program studi teknik karena merasa tidak pantas dan
merasa itu adalah jurusan untuk pekerjaan laki-laki. Begitupun sebaliknya, laki-laki tidak
banyak yang memilih program studi yang bersifat melayani karena merasa bahwa jurusan itu
lebih pantas untuk wanita.
Sebenarnya disatu sisi ketika wanita masuk ke dunia teknik ataupun teknologi mereka
memberikan dampak baik terhadap wanita serta kontribusi masyarakat luas. Sebagai contoh
kasus Yang saya dapatkan bahwasanya seorang wanita menciptakan teknologi baru berupa
website yang namanya HelpNona dengan teknologi tersebut para wanita bisa menceritakan
apa yang mereka alami berupa kekerasan, pelecehan dan lain sebagainya lalu selanjutnya
dapat diberi solusi misal harus Ke yayasan ini atau harus melakukan apa. Tentu, teknologi
ini lahir Dari perempuan karena tahu problem apa yang dialami perempuan serta dengan
teknologi ini bisa berkontribusi besar terutama pada kaum perempuan itu sendiri.

Daftar Pustaka

Tri Welas Asih, Muslimah Zahro Romas, Eni Rohyati (2019). Hubungan Antara Kesetaraan
Gender Terhadap Sikap Memilih Jurusan pada Siswa SMA X di Kabupaten Klaten. Jurnal
Psikologi, Vol 15 (01) 39-47.

Wilis Werdianingsih (2020). Analisis Kesetaraan Gender Pada Pembelajaran Program


Keahlian Teknik di SMK PGRI 2 PONOROGO. Jurnal Penelitian Islam Vol 14 (01) 71-92.

Universitas Sumatra Utara (2016). Pendidikan Publik JP 91 Status Perempuan dalam STEM
(Sains, Teknologi, Engineering & Matematika). Yayasan Jurnal Perempuan.

Permatasari, Shafira. 2018. Gender dan Pengaruhnya dalam Pemilihan Jurusan Pendidikan.
https://www.kompasiana.com/shafirapermatasari/5c07dff543322f3d573a1074/gender-dan-
pengaruhnya-dalam-pemilihan-jurusan-pendidikan (diakses 5 mei 2021).

Warta Ekonomi. 2018. Jumlah Perempuan di Industri STEM Masih Minor.


https://www.wartaekonomi.co.id/read171541/jumlah-perempuan-di-industri-stem-masih-
minor (diakses 6 Mei 2021).

Anda mungkin juga menyukai