Akuntansi Keuangan Dan Standar Akuntansi
Akuntansi Keuangan Dan Standar Akuntansi
1. Pendahuluan
Pada era informasi dan tekhnologi sekarang ini, peran dunia usaha dan
masyarakat sudah semakin kompleks sehingga menuntut terus akan terjadinya
perubahan dan perkembangan dalam berbagai disiplin ilmu termasuk didalamnya
adalah akuntansi. Akuntansi dikatakan juga sebagai language business karena
mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi dan sosial dan proses
pengambilan keputusan yang bersifat finansial dengan berdasarkan pada infornasi
keuangan.
Dari berbagai definisi yang disebutkan dalam referensi dapat ditarik
kesimpulan bahwa akuntansi tersebut merupakan proses aktivitas berupa jasa yang
terdiri dari aktivitas mencatat, menggolongkan/ mengikhtisarkan dan melaporkan
atas transaksi keuangan dan akan menghasilkan informasi keuangan yang akan
dipergunakan dalam proses pengambilan keputusan baik baik pihak internal maupun
pihak eksternal. Akuntansi secara kontiniu telah mengalami perkembangan sejalan
dengan berkembangnya dunia bisnis terutama pada pasar modal. Pada 1900
masyarakat di Amerika sudah mengenal bisnis[ CITATION Bel07 \l 1057 ].
Pasar modal merupakan tempat bertemunya para investor dan calon investor
dengan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tambahan modal dengan
menerbitkan saham dan obligasi. Biasanya para investor akan menggunakan
informasi keuangan perusahaan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan
keputusan untuk berinvestasi atau tidak.
Berdasarkan keterangan dari Asian Recover Information Center, menyebutkan
bahwa pokok permasalahan yang menyebabkan lambatnya perekonomian di
Indonesia, diantaranya:
1) Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebelum krisis di tahun 1997 lebih banyak
didorong karena pertumbuhan investasi bukan karena efisiensi dan inovasi;
2) Mayoritas nilai pasar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek adalah overvalued
(90 % nilai perusahaan go publik ditentukan oleh growth expectation, hanya 10 %
atas kemampuan riil dalam memperoleh laba. Sedangkan di negara maju 30 %
growth expectation dan 70 % kemampuan riil);
3) Struktur finansial perusahaan tidak sehat (pinjaman lebih dari 100% dibandingkan
ekuitasnya, perusahaan yang sehat seharusnya dibawah 50 % dari ekuitasnya);
4) Adanya mark-up dalam penyaluran kredit;
5) Konsentrasi ekonomi tidak sehat (piramida ekonomi, atas; terdapat 200
perusahaan konglomerat swasta yang dimiliki oleh 50 keluarga, tengah; hampir
tidak ada)
6) Tidak ada penerapan good governance (paling rendah menurut McKinsey 1999)
Globalisasi merupakan tantangan ekonomi yang harus dihadapi oleh bangsa
Indonesia yang menuntut adanya penerapan good governance, efisiensi, inovasi dan
daya saing. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi satu kekuatan yang
semakin terintegrasi dan tanpa dibatasi lagi oleh teritorial negara. Bentuk nyata yang
akan dihadapi oleh bangsa Indonesia atas globalisasi ekonomi, diantaranya:
a. Pembiayaan.
Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau
melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua
negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan
sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol
telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (Build-Operate-
Transfer) bersama mitrausaha dari mancanegara.
b. Tenaga kerja.
Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia
sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf professional diambil dari tenaga kerja
yang telah memiliki pengalaman internasional dan\atau buruh diperoleh dari
negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin
mudah dan bebas.
c. Jaringan informasi.
Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari
negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,
radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju
telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang
sama. Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento, Mac Donald, dll melanda pasar di
mana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia (baik yang berdomisili di kota
maupun di desa) menuju pada selera global.
c. Perdagangan.
Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta
penghapusan berbagai hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan
perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksi
menjadi semakin cepat karena “less papers/documents” dalam perdagangan,
tetapi dapat mempergunakan jaringan teknologi telekomunikasi yang semakin
canggih[ CITATION Dam03 \l 1057 ].
Tentu dengan kondisi riil yang sedang dan akan dihadapi, maka sangat
diperlukan kesiapan dari dunia bisnis kita dengan senantiasa menerapkan tata kelola
yang baik, efisiensi, inovasi. Perusahaan juga dituntut harus mampu menyiapkan
informasi akuntansi yang handal, akurat, akuntabel, fairness, dan responsibilitas guna
menarik kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan nasional kita.
Kasus
Kredibilitas kualitas pelaporan keuangan Indonesia dapat terancam jika
regulator tidak segera mengatur penangung jawab laporan keuangan. Belajar dari
kasus-kasus kecurangan keuangan yang terjadi di indutri keuangan akhir-akhir ini,
salah satu penyebab terjadinya fraud seperti itu adalah karena penanggungjawab
laporan keuangan, khususnya industri keuangan dan pasar modal, belum
diwajibkan bersertifikasi Chartered Accountant (CA) dan menjadi anggota Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI).
Saat ini jumlah akuntan profesional yang menjadi anggota IAI dan memiliki
sertifikat CA hanya berkisar di angka 20 ribuan Akuntan. Padahal entitas yang
menyusun laporan keuangan di Indonesia jumlahnya mencapai hampir 3 juta
perusahaan jika menggunakan data perusahaan yang terdaftar di Direktorat
Jenderal Perpajakan per Pebruari 2017. Artinya sangat banyak perusahaan yang
mengandalkan penyusunan laporan keuangannya kepada individu yang bukan
merupakan akuntan profesional.
Pemerintah telah mengatur adanya kewajiban entitas menyusun laporan
keuangan, dan dengan tegas memberikan sanksi bagi entitas yang tidak membuat
atau terlambat menyampaikan laporan tahunannya. Namun pemerintah tidak
mengatur bahwa pembuatan laporan keuangan tersebut harus dilakukan oleh
individu yang kompeten, yaitu seorang akuntan profesional.
Seseorang berhak menyandang sebutan Akuntan Profesional pemegang
sertifikat CA, setelah diuji kompetensinya oleh IAI, sehingga memiliki kapabilitas
dan kompetensi dalam mengelola sistem pelaporan yang menghasilkan laporan
keuangan yang bernilai tinggi sesuai dengan prinsip tata kelola, etika profesional
dan integritas. Seorang CA juga harus memenuhi persyaratan pengalaman kerja di
bidang akuntansi. Dengan menjadi anggota IAI, seorang akuntan profesional akan
dipantau kewajibannya untuk selalu menjaga kompetensinya melalui kegiatan
pendidikan profesional berkelanjutan, wajib mematuhi kode etik dan standar
profesi, serta akan diberikan sanksi jika melakukan pelanggaran atas kode etik dan
standar profesinya.
Apabila penanggungjawab penyusunan laporan keuangan telah memiliki
sertifikat CA dan menjadi anggota IAI, maka pengawasan dan pembinaan
Akuntan Profesional dilakukan oleh IAI sebagai asosiasi profesi yang menaungi
seluruh akuntan di Indonesia, bersama dengan Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
Kementerian Keuangan sebagai instansi yang menyelenggarakan administrasi
Akuntan Beregister.
IAI mengkhawatirkan kualitas laporan keuangan yang disusun oleh orang
yang tidak mengerti standar akuntansi keuangan, tidak mengerti update akuntansi,
hingga tidak mengenal kode etik yang harus dimiliki akuntan profesional. Padahal
laporan keuangan berguna bagi penggunanya untuk mengambil keputusan
ekonomi.
Untuk itu, IAI menekankan urgensi pengaturan yang jika tidak dapat berupa
Undang-undang Pelaporan Keuangan, maka dalam waktu cepat dapat dikeluarkan
peraturan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai institusi yang mengawasi sektor
keuangan dan pasar modal. OJK perlu segera mengatur agar penanggungjawab
atau penyusun laporan keuangan entitas dibawah pengawasan OJK diwajibkan
memiliki sertifikat CA Indonesia. Jika penyusun laporan keuangan tidak
diperbaiki kualitasnya maka bisa jadi akan banyak lagi kasus fraud yang akan
muncul kepermukaan dan merugikan publik.
Asosiasi profesi dan regulator juga perlu melakukan upaya untuk mengatasi
rendahnya literasi keuangan masyarakat atas siapa yang bertanggungjawab dalam
penyusunan laporan keuangan saat ini. Penyusunan dan penyajian laporan
keuangan merupakan tanggungjawab manajemen perusahaan. Sementara Kantor
Akuntan Publik (KAP) bertugas dan bertanggungjawab mengaudit laporan
keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan, dalam semua hal yang material, apakah telah disajikan sesuai Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia.
IAI adalah asosiasi profesi akuntan yang bertanggungjawab menyusun dan
mengembangkan SAK yang menjadi acuan entitas di sektor privat, entitas tanpa
akuntabilitas publik dan entitas mikro kecil dan menengah dalam menyusun
laporan keuangannya. IAI tidak melakukan review atas laporan keuangan suatu
entitas.
IAI memandang urgensi profesionalisme pengelolaan keuangan dengan
adanya penyusun laporan keuangan bersertifikat CA, agar tidak ada pihak yang
dirugikan di kemudian hari atas pelanggaran transparansi dan akuntabilitas suatu
entitas.
Dengan adanya dukungan pemerintah untuk meningkatkan jumlah akuntan
profesional, maka potensi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat
dioptimalkan dengan adanya laporan keuangan yang terpercaya (Elli Zarni Husin,
2018).
b. Kasus SNP Finance & Upaya Menutup Celah Curang Keuangan
Direktur Keuangan memiliki peran yang sangat penting di dalam suatu
perusahaan, menentukan wajah laporan keuangan hingga potensi adanya
kecurangan.
tirto.id - Pada Mei 2018, PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP
Finance) menjadi sorotan otoritas keuangan dan publik. Perusahaan pembiayaan
berumur kurang lebih 18 tahun ini ternyata berada di ambang kepailitan.
Perusahaan pembiayaan yang berada di bawah naungan Columbia Group tersebut
di atas kertas terlihat dalam kondisi baik-baik saja. Rating utang perseroan sempat
mendapatkan rating idA atau stabil dari Pefindo pada Maret 2018.
Namun, kondisi perusahaan berubah 180 derajat. Rating utang perseroan
berubah drastis dari stabil menjadi idSD (selective default) pada 9 Mei 2018
lantaran salah satu kupon Medium Term Notes (MTN) yang diterbitkan SNP
gagal bayar.
Imbasnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membekukan kegiatan usaha SNP
karena perseroan gagal membayar bunga MTN senilai Rp6,75 miliar pada 14 Mei
2018 melalui Surat Deputi Komisioner Pengawas IKNB II No. S-247/NB.2/2018.
Diduga pihak SNP Finance tidak menyampaikan laporan keuangan dengan
benar alias fiktif, sehingga perusahaan pemeringkat dan auditor tidak
mengeluarkan peringatan atau warning sebelum gagal bayar terjadi. Persoalan
laporan keuangan ini sangat vital dan seringkali menjadi keruwetan bagi sebuah
perusahaan bila tak dikelola dengan baik.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencoba mengambil upaya mitigasi, yakni
mengusulkan agar direktur keuangan selaku penyelenggara laporan keuangan
wajib memiliki sertifikasi sebagai pihak yang diaudit (auditee).
BEI menilai sertifikasi terhadap auditee cukup penting untuk meminimalisir
kesalahan dalam pelaporan kinerja keuangan. Selain itu, BEI juga mengusulkan
kriteria dari sertifikasi itu, yakni independen dan tidak memiliki ikatan keluarga.
Usul dari BEI ini mendapatkan dukungan dari Ikatan Akutan Indonesia
(IAI). Dunia usaha juga turut mendukung agar direktur keuangan memiliki
standar dan kompetensi khusus dalam membuat laporan keuangan.
“Saya pikir penyusun laporan keuangan, terutama sektor keuangan memang
perlu ada standar kompetensinya. Apalagi kasus (fraud) di sektor itu juga masih
kerap terjadi,” kata Hariyadi Sukamdani, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia
(Apindo) kepada Tirto.
OJK mencatat jumlah kasus penyimpangan ketentuan perbankan (PKP)
pada 2017 mencapai 22 kasus. Dari jumlah kasus itu, pelaku yang berbuat tindak
pidana mencapai 66 orang.
Dari total pelaku tindak pidana itu, pelaku dari non-pejabat eksekutif bank
mencapai 77 persen atau sebanyak 51 orang. Disusul, direksi sebanyak 7 orang,
pejabat eksekutif bank 4 orang, kepala kantor cabang 2 orang, komisaris 1 orang,
dan pemegang saham 1 orang.
Di luar sektor keuangan, direktur keuangan kerap ikut terlibat dalam
beberapa kasus kejahatan keuangan. Misalnya, kasus dugaan korupsi penggunaan
anggaran fiktif 2013-2014 pada perusahaan BUMN, PT Brantas Abipraya.
Pada Juli 2017, Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menetapkan Sudi Wantoko,
mantan Direktur Keuangan PT Brantas Abipraya, sebagai tersangka. PT Brantas
Abipraya adalah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konstruksi
infrastruktur air.
Contoh lainnya adalah kasus dugaan korupsi anggaran PT Perusda Loteng
Bersatu senilai Rp1 miliar. Pada 2017, Kejaksaan Negeri Praya menetapkan
Direktur Keuangan Perusda Loteng Bersatu berinisial AZ sebagai tersangka. PT
Perusda Loteng Bersatu merupakan BUMD milik Kabupaten Lombok Tengah
yang bergerak di sektor perhotelan, konstruksi gedung, perdagangan besar
makanan, minuman dan tembakau, serta jasa agen perjalanan.
Apakah sertifikasi efektif menekan potensi kecurangan direktur keuangan?
Menurut Ikatan Akutan Indonesia (IAI), untuk mengukur efektivitas
sertifikasi dalam meminimalisir penyimpangan oleh direktur keuangan memang
agak sulit. Namun yang pasti, sertifikasi menjadi modal pertahanan paling
mendasar dari terciptanya kredibilitas laporan keuangan.
“Setidaknya, sertifikasi ini bisa mengingatkan penyusun laporan keuangan
bahwa ada kode etik yang harus selalu dipegang teguh, dan kalau melanggar
sanksinya berat,” kata Anggota Pengurus IAI, Cris Kutandi kepada Tirto.
Bagi IAI, penyusun atau penandatanganan laporan keuangan adalah
seseorang yang paham akuntansi dan memiliki sertifikat Chartered Accountant
(CA). Sertifikat CA dari IAI sendiri sudah sesuai dengan panduan standar
internasional.
Untuk mendapatkan sertifikat CA juga tidak mudah. Selain kemampuan
andal, akuntan juga harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap etika,
tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas dan
kerahasiaan.
Ada tiga syarat untuk mendapatkan sertifikat CA, yakni lulus ujian
sertifikasi CA Indonesia yang dilaksanakan oleh IAI. Kemudian, memiliki
pengalaman dan/atau menjalankan praktik keprofesian di bidang akuntansi, di
sektor pendidikan, korporasi, sektor publik, maupun praktisi akuntan publik yang
data diverifikasi paling sedikit 3 tahun di bidang akuntansi yang diperoleh dalam
7 tahun terakhir. Terakhir, merupakan anggota IAI.
Beratnya Menjadi Direktur Keuangan
Direktur keuangan adalah posisi yang memegang peranan yang penting bagi
kesuksesan suatu perusahaan, memerlukan pemahaman yang menyeluruh tentang
akuntansi dan keuangan guna menopang strategi dan operasi bisnis.
Tanggung jawab sehari-hari seorang direktur keuangan juga bervariasi,
mulai dari mencari sumber pendanaan, mengelola dana, mengukur kinerja,
akuntansi manajemen, dukungan keputusan hingga pelaporan keuangan. Sosok
direktur keuangan memang punya tantangan sangat berat. Bahkan, saking
beratnya, direktur keuangan sempat menjadi salah satu pekerjaan paling
berbahaya di AS.
Dalam artikel yang berjudul “CFO: Most Dangerous Job in Corporate
America” disebutkan bahwa Securities and Exchange Commission (SEC) AS
dapat menuntut direktur keuangan (Chief Financial Officer/CFO) melakukan
pelanggaran hukum, meskipun CFO bersangkutan tersebut tidak memiliki
pengetahuan mengenai kegiatan yang dilarang.
SEC adalah otoritas pasar saham AS, yang berwenang untuk menetapkan
regulasi untuk pendaftaran efek/sekuritas dan mengawasi kegiatan bursa efek.
Misi utama SEC adalah membuat pasar saham AS layak mendapatkan
kepercayaan publik.
Kecerobohan saja sudah bisa diklaim telah membantu atau bersekongkol
terhadap pelanggaran hukum sekuritas. Selain itu, SEC juga dapat mengklaim
tuduhan membantu atau persekongkolan itu berdasarkan kontrol terhadap
seseorang.
Kontrol yang dimaksud adalah pihak yang memiliki kekuatan untuk
mengarahkan atau menyebabkan perubahan manajemen dan kebijakan seseorang,
baik melalui kepemilikan saham, kontrak, atau lain sebagainya.
Jadi, jika ada karyawan yang melanggar undang-undang sekuritas, maka
SEC akan meminta pertanggungjawaban kepada CFO. Pengadilan nantinya akan
melihat apakah CFO ini gagal menegakkan sistem pengawasan dan kontrol secara
tepat, atau tidak. Upaya menciptakan sertifikasi direktur keuangan bisa menjadi
solusi untuk mengurangi peluang penyimpangan di perusahaan, yang bisa
berimbas pada kepentingan publik.
Permasalahan
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah
di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di
audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN
dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung
unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6
milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit
Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7
miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp
23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan
sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai
yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma,
melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan
(master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari
ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada
unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan
penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan
ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang
tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan
penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan
keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun
gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti
membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan
bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham
milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan
keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002.
Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang
Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan
Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan
matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi
fakta dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan
mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian
kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan
melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu
penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila
dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.
Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102
Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan
Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45
tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002
diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)
untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek
penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku
auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas
risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba
yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah
melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP
HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal
menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110
– Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan
Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut
dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan
pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau
penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun
terhadap akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan
publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena akuntan
publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember 2001 dan
dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.
Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan
pencatatan atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik
Hans Tuanakotta Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan
keuangan. Sehingga Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal
bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal
Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi para
akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam
kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun
buku 2001.
Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara
independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan
melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam
UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan,
selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah
melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan
maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur
bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang
melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan
penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya
kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan
bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik.
Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi
laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang
diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk
Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan
pelanggaran dalam kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di
laporan keuangan perusahaan milik negara untuk tahun buku 2001. Kantor
Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu menyatakan kembali (restated)
hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun buku 2001.
Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya.
Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan
laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa
dan telah terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba
bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi
audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30
Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.
Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans
Tuanakotta & Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma
juga siap melakukan revisi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika
nanti ternyata ditemukan kesalahan dalam pencatatan. Untuk itu, perlu
dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba bersih
Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang
bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan laba terlihat di-mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.
Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan
dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu
terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan menimbulkan pernyataan yang
menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-bukti tersebut
antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja
atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada
karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti
diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132
miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan
Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya
ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik
Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali
(restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi
laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini
dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para
pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa.
Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi
menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan publik.
Dampak Terhadap Profesi Akuntan
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan
manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal
tersebut memberikan informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan
tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya.
Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan dampak
yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah campur
tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan dengan
maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para
akuntan publik.
10. Kesimpulan
Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) adalah sebuah proses pembuatan
laporan keuangan yang menyangkut kegiatan operasional perusahaan secara
menyeluruh dan akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan diantaranya
investor, manajer, serikat pekerja, kreditor, dan lembaga pemerintahan.
Laporan keuangan adalah sarana pengkomunikasian informasi keuangan
kepada pihak-pihak eksternal. Laporan keuangan biasanya menyajikan sejarah
berdirinya perusahaan, neraca (Statement of Financial Position), laporan laba rugi
(Income Statement), laporan arus kas (Statement of Cash Flows), laporan
perubahan modal (Retained Earnings Statement), dan dilengkapi catatan atas
laporan keuangan atau penjelasan mengenai laporan keuangan yang disajikan.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur
pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan
keuangan.
Prinsip dasar akuntansi yang digunakan dalam mencatat transaksi, adalah
(1) Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle), (2) Prinsip Pengakuan
Pendapatan (Revenue Recognition Principle), (3) Prinsip Mempertemukan
(Matching Principle), (4) Prinsip Konsistensi (Consistency Principle), (5) Prinsip
Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle).
Konvergensi IFRS adalah kesepakatan antara Indonesia dengan negara anggota
G20 dimana tujuannya adalah untuk mencapai good corporate governance yang
terdiri dari transparansi, akuntabilitas dan globalisasi bahasan pelaporan keuangan.
Manfaat dari konvergensi IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan
keuangan dengan penggunaan standar akuntansi keuangan yang dikenal secara
internasional (enchance comparability), meningkatkan arus investasi global melalui
transparansi, menurunkan cost of capital dengan membuka peluang fund raising
melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan, dan meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan mengurangi
kesempatan melalui earning manajemen
Daftar Pustaka