Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN
“KALIBRASI”

OLEH

NAMA : ANDI YUYUN EKA PUTRI

STAMBUK : 15020200042

KELAS : C1/C2

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : GINA FEBY SYALVI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak memasuki era modern saat ini banyak sekali teknologi-teknologi
yang diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Terkhusus teknologi
canggih yang diciptakan untuk aspek kegunaan di bidang penelitian farmasi,
khusunya alat-alat instrument. Perlu kita ketahui bahwa Instrumentasi adalah
alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian
dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Salah satu alat
instrument analisis yaitu spektrofotometer. Untuk pengukuran, harus dikalibrasi
dengan baik sehingga dapat memberikan data yang akurat. Bahan-bahan yang
akan digunakan telah dilakukan penetapan bobot tetap atau bobot konstan dan
ditimbang seksama sebanyak lebih kurang sesuai yang tercantum dalam
prosedur analisis. Dengan dilakukannya kalibrasi, maka kita dapat menjaga
kondisi instrumen ukur dan dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesifikasinya.
Pada dasarnya kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi
alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan
membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Kalibrasi bertujuan untuk
menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat inspeksi, alat
pengukuran dan alat pengujian (Hadi, 2007 h : 65).
Sehingga kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk
menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar
sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu.
Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau
koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga
termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius
pada titik-titik tertentu di skala.
Oleh karena itu, pada praktikum ini kita akan melakukan kalibrasi alat dan
bahan yang digunakan. Peralatan tersebut meliputi instrument analisis,alat-alat
ukur, wadah, dan lain sebagainya. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari
bahan baku (senyawa murni), pereaksi, dan sampel.
1.2 Maksud Praktikum
Agar mahasiswa dapat memahami cara melakukan kalibrasi
spektrofotometer UV-Vis.
1.3 Tujuan Praktikum
Untuk mempraktekkan bagaimana cara melakukan kalibrasi
spektroftometer UV-Vis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian dan atau kalibrasi,
termasuk peralatan untuk pengukuran subsider seperti kondisi lingkungan yang
mempunyai pengaruh signifikan pada akurasi atau keabsahan hasil pengujian,
kalibrasi, atau pengambilan sampel harus dikalibrasi sebelum digunakan untuk
memastikan bahwa semua peralatan tersebut sesuai dengan tujuan dan
memberikan hasil yang dapat dipercaya. Bila akurasi pengukuran temperatur
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil pengujian, alat ukur
temperatur untuk peralatan seperti inkubator, waterbath, dan oven harus
dikalibrasi. Distribusi temperatur peralatan harus ditentukan dan rekaman harian
pengukuran temperatur pada saat peralatan digunakan untuk pengujian harus
dipelihara. Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan
antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran, atau nilai yang diwakili
oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari
besaran yang diukur dalam kondisi tertentu (Hadi, 2007 h : 64).
Instrumen merupakan alat yang selalu digunakan, mudah terkena korosi,
dan sering mendapatkan penanganan yang salah. Jika tidak digunakan dengan
benar, instrumen dapat menimbulkan kesalahan hasil analisis yang serius dan
kemungkinan tetap tidak terdeteksi kecuali dilakukan pemeriksaan yang
sistematik (Syahputri, et all, 2005 h : 324 ).
Salah satu alat instrumentasi adalah spektrofotometer. Pengukuran
transmittan dalam pita frekuensi yang sempit membutuhkan spektrofotometer
yang sesuai dan mempunyai sumber cahaya panjang gelombang yang dapat
diubah atau dibatasi menggunakan filter 530 nm untuk pengukuran serapan pada
pengujian dengan cara tabung. Untuk tujuan tersebut, alat dapat diatur sehingga
dapat menerima tabung yang digunakan untuk inkubasi dan menggunakan sel
yang dimodifikasi, yang dilengkapi dengan pipa pembuangan untuk
memudahkan pertukaran isi dengan cepat, atau lebih disukai sel yang
mempunyai saluran untuk pengaliran secara sinambung selama pengukuran.
Atur serapan dengan blangko untuk serapan nol menggunakan media cair yang
jernih tanpa inokula yang disiapkan seperti dinyatakan untuk masing-masing
antibiotik, termasuk larutan uji dan formaldehida dalam jumlah yang sesuai
dalam setiap contoh (Harmita, et all, 2006 h : 216).
Jika memungkinkan, perawatan instrumen secara teratur oleh tim khusus
untuk pemeliharaan instrumen sebaiknya dilakukan. Instrumen yang digunakan
pada lingkungan dengan tingkat kelembapan yang tinggi harus tahan terhadap
kondisi dan dilindungi dengan baik terhadap pertumbuhan lumut dan jamur. Jika
aliran tegangan listrik berubah-ubah, alat untuk menstabilkan tegangan harus
dipasang (Syahputri, et all, 2005 h : 327).
Beberapa instrumen membutuhkan perlindungan terhadap temperatur
atau kelembapan yang ekstrem dalam area yang dirancang khusus. Jika tidak,
instrumen analisis dapat dikelompokkan bersama atau disebut di antara berbagai
unit. Pilihan akan bergantung pada jenis instrumen, kerapuhan, tingkat
pemakaian, dan keahlian yang dibutuhkan untuk mengoperasikannya (Sumardjo,
2008 h : 164).
Laboratorium harus mempunyai program dan prosedur yang tetap untuk
kalibrasi peralatannya. Program yang demikian sebaiknya mencakup suatu
sistem untuk memilih, menggunakan, mengkalibrasi, mengecek, mengendalikan,
dan merawat standar pengukuran, bahan acuan yang digunakan untuk
melakukan pengujian dan kalibrasi. Program tersebut mencakup sekurang-
kurangnya antara lain: waktu kalibrasi, bagian yang perlu dikalibrasi dan
penentuan laboratorium yang melakukan kalibrasi (Hadi, 2007 h : 64).
Bobot konstan perlu dijelaskan lebih seksama. Bobot suatu endapan
dalam krus biasanya diperoleh dari selisish. Penanganan krus kosong sama
dengan krus berisis endapan, kemudian dipanggang. Setelah itu didinginkan,
ditimbang, dipanaskan ulang, dan ditimbang lagi. Jika kedua penimbangan
tersebut bersesuaian (katakan dalam 0,2-0,5 mg), krus telah dipanggang sampai
”bobot konstan”. Jika tidak, prosedur diulang sampai didapatkan hasil yang
sesuai. Kemudian endapan ditambahkan, dan krus dipanggang pada temperatur
yang sama sampai diperoleh bobot konstan. Selisih dari kedua penimbangan
menunjukkan bobot endapan (Underwood et all, 2002 h : 53).
2.2. Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979 : hal. 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa


Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
2 Kalium Bikromat (Ditjen POM, 1979 : hal. 690)
Nama resmi : Kalium Bikromat
Nama lain : Kalium Brikromat
Rumus Molekul : K2Cr2O7
Berat Molekul : 294,18
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; merah jingga


Kelarutan : Larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
3. Kalium Klorida (Ditjen POM, 1979 : hal. 329)
Nama Resmi : Kalii Chloridum
Nama Lain : Kalium Klorida
RM/BM : KCl/74,55
RS : K-Cl
Pemerian : Hablur bentuk memanjang, prisma ataukubus, tidak
berwarna atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa
garam, stabil di udara, larutan bereaksi netral terhadap
lakmus
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, tidak larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Pereaksi.
3. Asam Sulfat (Ditjen POM, 1979 : hal. 58)
Nama resmi : ACIDIUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
RM/BM : H2SO4 / 98,07

Rumus Struktur :
O O
S H

O O

Kandungan : Tidak kurang dari 95.0% dan tidak lebih dari


98.0% H2SO4
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak
berwarna, jika ditambahkan air menimbulkan panas.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
5. Toluena (Ditjen POM, 1979 : hal. 735)
Nama Resmi : TOLUENA
Nama Lain : Tolven, Tolvol
Rumus Molekul : C6H5CH3
Rumus Struktur :

Kelarutan : Sangat sedikit larut dalam air, tidak larut dalam alkohol,
kloroform, eter, aseton
Berat Molekul : 92,14
Densitas : 0,8666
Pemerian : Murni pereaksi
5. n-heksana (Ditjen POM, 1979 : hal. 282)
Nama resmi : n-heksana
Nama lain : n-heksana
Rumus molekul : C6H14
Rumus Struktur :

Berat molekul : 86,18 g/mol


Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, bau seperti eter lemah
atau bau seperti petroleum
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak,
dapat dicampur dengan eter, dengan kloroform, dengan
benzena, dan dengan sebagian besar minyak lemak dan
minyak atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.3 Prosedur Kerja
1. Akurasi Panjang Gelombang
1. Disiapkan larutan 4 % holmium oksida dalam 10 % asam perklorat
dalam kuvet 1 cm
2. Diukur serapan larutan tersebut pada beberapa panjang gelombang,
yaitu mulai dari 200
nm – 700 nm dengan pengulangan sampai 10 kali scan
3. Dicatat panjang gelombang yang menghasilkan puncak peak pada
spektra yng didapat
dari masing-masing replikasi
4. Panjang gelombang yang menghasilkan puncak peak mengacu pada
panjang gelombang yang sudah iiiiiditentukan pada sertifikat kalibrasi
akurasi panjang gelombang
5. Masing-masing replikasi panjang gelombang tersebut dicatat dan
dihitung standar deviasinya, dan iiiiidibandingkan dengan kriteria
penerimaannya.
- Kriteria Penerimaan
Kriteria penerimaan adalah sebesar ± 1 nm dalam kisaran UV (200- 380
nm) dan ± 3
nm dalam kisaran Vis (380-800 nm). Sebanyak ulangan 3 scanning dari
suatu puncak
yang sama harus berada di sekitar ± 0,5 nm.

2. Nilai Absorban / Akurasi Fotometrik

1. Disiapkan larutan kalium dikromat dengan konsentrasi 0,006% b/v


(±60,06 mg/l) disiapkan dalam asam sulfat 0,05 M.

2. Diukur serapan larutan tersebut pada beberapa panjang gelombang,


yaitu mulai dari 235, 257, 313, dan 350 nm, dengan larutan asam sulfat
0,05 M sebagai blangko

3. Dicatat nilai-nilai serapan dari panjang gelombang tersebut dan dihitung


absorbsivitasnya,

4. Bandingkan absorbsivitas yang didapat dengan kriteria penerimaannya


BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat
Spektrofotometer UV-Vis
Alat gelas
Labu Ukur

3.2 Bahan
Larutan Holmium Oksida
Larutan Kalium bikromat dalam H2S04

3.3 Cara Kerja


1. Akurasi panjang gelombang

Siapkan larutan 4% holmium oksida dalam 10% asam perklorat dalam kuvet 1
cm lalu ukur serapan larutan tersebut pada beberapa panjang gelombang
mulai dari 200 nm – 700 nm ulang sampai 10 kali scan. Kemudian catat
panjang gelombang yang menghasilkan puncak peak pada spektra yang
didapat dari masing-masing replikasi . Diketahui bahwa panjang gelombang
yang menghasilkan puncak peak mengacu pada panjang gelombang yang
sudah ditentukan pada sertifikat kalibrasi akurasi panjang gelombang - Masing-
masing replikasi panjang gelombang tersebut dicatat dan dihitung standar
deviasinya, dan dibandingkan dengan kriteria penerimaannya. Kriteria
Penerimaan Kriteria penerimaan adalah sebesar ± 1 nm dalam kisaran UV
(200- 380 nm) dan ± 3 nm dalam kisaran Vis (380-800 nm). Sebanyak ulangan
3 scanning dari suatu puncak yang sama harus berada di sekitar ± 0,5 nm.

2. Nilai Absorban

Siapkan larutan kalium dikromat dengan konsentrasi 0,006% b/v (±60,06


mg/l) disiapkan dalam asam sulfat 0,05 M. kemudianukur serapan larutan
tersebut pada beberapa panjang gelombang mulai dari 235, 257, 313, dan 350
nm, dengan larutan asam sulfat 0,05 M sebagai blangko. Catatlah nilai-nilai
serapan dari panjang gelombang tersebut dan dihitung absorbsivitasnya.Lalu,
bandingkan absorbsivitas yang didapat dengan kriteria penerimaannya.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. Akurasi panjang gelombang
a. Data dan informasi
1. Larutan yang diukur Holmium Oksida 4%
2. Range panjang gelombang 200 – 700 nm
3. Replikasi 10 replikasi
4. Kriteria penerimaan untuk daerah UV ± 1 nm
5. Kriteria penerimaan untuk daerah visible ± 3 nm
6. Syarat 3 penguangan pengukuran pada Harusa berada sekitar
puncak yang sama ± 0,5 nm

b. Data skala panjang gelombang


N Panjang Hasil Pengukuran Panjang Gelombang (nm) Standar
o gelombang Deviasi
dari SRM
2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 241,1 241,1 241,1 241,3 241,1 241,4 241,1 241,2 241,1 241,1 241,1 0,02

2 279,3 279,3 279,3 279,4 279,3 279,4 279,3 279,3 279,4 279,3 279,4 0,013

3 287,6 287,6 287,7 287,6 287,6 287,6 287,6 287,6 287,8 287,6 287,6 0,01

4 333,9 333,9 334,1 333,9 334,2 333,9 333,9 333,9 333,9 333,9 334,0 0,06

5 360,9 360,9 360,9 360,9 360,9 360,9 360,9 360,9 361,2 360,9 361,3 0,023

6 385,9 385,9 385,9 386,1 385,9 385,9 385,1 385,9 386,2 385,9 385,9 0,01

7 418,7 418,7 418,7 418,7 418,7 418,7 418,9 418,7 418,7 418,7 419,7 0,04

8 453,6 453,6 453,6 453,6 453,6 453,6 453,6 454,6 453,6 453,6 454,6 0,06

460,1 460,1 461,1 460,1 460,1 462,3 460,1 460,1 460,1 460,1 460,1 0,106

10 536,4 536,4 536,4 536,6 536,4 536,4 536,9 536,4 536,4 537,7 536,4 0,06

11 637,7 637,7 637,7 637,7 638,7 637,7 637,7 637,7 639,7 637,7 637,7 0,1

Perhitungan untuk akurasi panjang gelombang


∑n ̃ )2
i=1(xi −x
Perhitungan standar deviasi = √ n−1
Ket : 𝑥𝑖 = panjang gelombang ke 1, 2, 3, ... 10
x̃ = rata-rata panjang gelombang
n = jumlah replikasi
contoh :

∑10
i=1(241,1−241,16)
2
Standar deviasi peak 1 =√
10−1

= 0,02
Jawaban:
∑10
i=1(279,3 −279,34)
2
Standar deviasi peak 2 = √ 10−1

= 0,013
∑10
i=1(287,6−287,63)
2
Standar deviasi peak 3 =√ 10−1

= 0,01
∑10
i=1(333,9−333,96)
2
Standar deviasi peak 4 = √ 10−1

= 0,06
∑10
i=1(360,9 − 360,97)
2
Standar deviasi peak 5 = √ 10−1

= 0,023
∑10
i=1(385,9 −385,87)
2
Standar deviasi peak 6 = √ 10−1

= 0,01
∑10
i=1(418,7 −418,82)
2
Standar deviasi peak 7 = √ 10−1

= 0,04
∑10
i=1(453,6 − 453,8)
2
Standar deviasi peak 8 = √
10−1

= 0,06
∑10
i=1(460,1 − 460,42)
2
Standar deviasi peak 9 = √ 10−1

= 0,106
∑10
i=1(536,4 −536,6)
2
Standar deviasi peak 10 = √ 10−1

= 0,06
∑10
i=1(637,7 − 638)
2
Standar deviasi peak 11 = √
10−1

= 0,1
c. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang
No Panjang Rata-rata pembacaan Koreksi Ket
gelombang panjang gelombang (nm)
dari SRM 2014
1 241,1 241,16 0,06 Sesuai

2 279,3 279,34 0,04 Sesuai

3 287,6 287,63 0,03 Sesuai

4 333,9 333,96 0,06 Sesuai

5 360,9 360,97 0,07 Sesuai

6 385,9 385,87 0,03 Sesuai

7 418,7 418,82 0,12 Sesuai

8 453,6 453,8 0,2 Sesuai

9 460,1 460,42 0,32 Sesuai

10 536,4 536,6 0,2 Sesuai

11 637,7 638 0,3 Sesuai

Koreksi = rata rata panjang gelombang – panjang gelombang serifikat


Jawaban:
1) 241,16 – 241,1 = 0,06
2) 279,34 – 279,3 = 0,04
3) 287,63 – 287,6 = 0,03
4) 333,96 – 333,9 = 0,06
5) 360,97 – 360,9 = 0,07
6) 385,87 – 385,9 = 0,03
7) 418,82 – 418,7 = 0,12
8) 453,8 – 453,6 = 0,2
9) 460,42 – 460,1 = 0,32
10) 536,6 – 536,4 = 0,2
11) 638 - 637,7 = 0,3
2. Data skala absorbansi
Berat kalium dikromat = 59 mg

Panjang gelombang (nm) 1 2 3 4 Standar RSD Ket


deviasi
235 0,748 0,749 0,747 0,748 0 0% sesuai

257 0,863 0,863 0,869 0,868 0,00158 547,9% Sesuai

313 0,295 0,285 0,295 0,297 0,00115 254,7% Sesuai

350 0,634 0,639 0,637 0,634 0,00115 553,09% Sesuai

∑n ̃ )2
i=1(xi −x
Perhitungan standar deviasi = √ n−1

Ket : 𝑥𝑖 = panjang gelombang ke 1, 2, 3, ... 10


x̃ = rata-rata panjang gelombang
n = jumlah replikasi

∑4i=1(0,748−0,748) 2
Perhitungan 1 =√ 4−1

=0
∑4i=1(0,863 −0,865) 2
Perhitungan 2 =√ 4−1

= 0,00158
∑4i=1(0,295 −0,293) 2
Perhitungan 3 =√ 4−1

= 0,00115
∑4i=1(0,634 − 0,636) 2
Perhitungan 4 =√ 4−1

= 0,00115

Perhitungan RSD
SD
Rumus = x 100%

Ket: SD = Standar deviasi


x̃ = Rata-rata panjang gelombang
0
Perhitungan 1 = 0,748 x 100% = 0%
0,865
Perhitungan 2 = 0,00158 x 100% = 547,9%
0,293
Perhitungan 3 = x 100% = 254,7%
0,00115
0,636
Perhitungan 4 = 0,00115 x 100% =533,09%
b. Hasil Pengukuran Akurasi Fotometri
Panjang Rata-rata Nilai Absortivitas Toleransi Keterangan
gelombang (nm) Absorban Spesifik

235 0,078 126,7 122,9 – 126,2 Masuk toleransi


257 0,865 146,7 142,4 – 145,7 Masuk toleransi
313 0,293 49,6 47,0 – 50,3 Masuk toleransi
350 0,636 107,7 104,9 – 108,2 Masuk toleransi

Keterangan : masuk toleransi/tidak masuk toleransi


Berat kalium dikromat = 59 gram
Perhitungan absortivitas
Absorbansi x 10000
Rumus =
59 mg
0,078 x 10000
Perhitungan 1 = = 126,7
59 mg
0,865 x 10000
Perhitungan 2 = = 146,7
59 mg
0,293 x 10000
Perhitungan 3 = = 49,6
59 mg
0,636 x 10000
Perhitungan 4 = = 107,7
59 mg

4.2 Pembahasan

Melakukan kalibrasi sudah menjadi ketentuan dan persyaratan yang


harus dilakukan dan hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam
sebuah pengukuran agar mendapatkan hasil yang akurat. Pada percobaan kali
ini kalibrasi spektrofotometer UV-Vis dilakukan agar mendapatkan nilai akurasi
panjang gelombang dan skala nilai absorban yang dimana akan menentukan
alat yang dikalibrasi layak digunakan atau tidak.

Dalam menentukan akurasi panjang gelombang terlebih dahulu praktikan


harus memperhatikan data dan informasinya. Pada percobaan ini akan diukur
4% larutan asam sulfat dengan range panjang gelombang 200-700 nm
sebanyak 10 kali replikasi. Namun sebelumnya harus diketahui kriteria
penerimaan, untuk daerah UV kriteria penerimaannya harus kurang dari 1 nm
dalam kisaran UV (200-380nm) sedangkan untuk daerah visible kriteria
penerimaannya harus kurang dari 3 nm dalam kisaran UV (380-800nm).
Pada hasil pengukuran panjang gelombang UV (200-400 nm) serta Visible
(400-700 nm) data panjang gelombang berturut – turut yaitu 241,1; 279,3; 287,6;
333,9; 360,9; 385,9; 418,7; 453,6; 460,1; 536,4; dan 637,7 diperoleh nilai
standar devisiasi berturut-turut yaitu 0,02; 0,013; 0,01; 0,02; 0,023; 0,01; 0,04;
0,067; 0,107; 0,067; dan 0,1. Dimana pada hasil pengukuran panjang
gelombang yang diperoleh semuanya memenuhi toleransi atau kriteria
penerimaan. Perhitungan standar devisiasi ini dilakukan dengan rumus
∑n ̃ )2
i=1(xi −x
√ dimana 𝑥𝑖 merupakan panjang gelombang, x̃ = rata-rata panjang
n−1

gelombang dan n = jumlah replikasi.

Adapun hasil pengukuran akuransi fotometri untuk panjang gelombang 235


nm, 257 nm, 313 nm, 350 nm dan berturut-turut standar deviasinya 0,748;
0,86575; 0,293; 0,636, maka diperoleh nilai RSD yaitu 0%; 0,1842%; 0,3925%;
SD
0,1808 dimana nilai RSD ini didapatkan dari menggunakan rumus x 100%.

SD merupakan standar devisiasi dan x̃ merupakan rata-rata panjang gelombang.


Maka hasil dari nilai RSD memenuhi kriteria penerimaan pada setiap panjang
gelombang.

Adapun hasil pengukuran akuransi fotometri untuk panjang gelombang 235


nm, 257 nm, 313 nm, 350 nm dan berturut-turut standar deviasinya 0,748;
0,86575; 0,293; 0,636 serta absortivitas spesifik berturut-turut 126,7796;
146,7372; 49,6610; 107,7966. Nilai absortivitas didapatkan dengan rumus
Absorbansi x 10000
sehingga diperoleh hasil yang tidak memenuhi kriteria
59 mg

penerimaan pada setiap panjang gelombang (tidak masuk toleransi) yaitu nilai
126,7796 dan 146,7372. Sedangkan hasil yang memenuhi kriteria penerimaan
pada setiap panjang gelombang (masuk toleransi) yaitu nilai 49,6610 dan
107,7966.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hasil yang diperoleh pada parameter akurasi panjang gelombang memenuhi
standar yang telah ditentukan oleh certicifae of calibration. Dan pada data nilai
absorbansi 313 nm dan 350 nm sesuai dengan rentang nilai maximum toleransi
sehingga dapat dikategorikan masuk toleransi sedangkan untuk panjang
gelombang 235 nm dan 257 nm tidak sesuai dengan rentang nilai maksimum
toleransi sehingga dikatakan tidak masuk toleransi. Jika hasil yang diperoleh
akurat, maka spektrofotometer UV-Vis layak untuk digunakan.

5.2 Saran
Sebaiknya kita mengadakan praktikum di laboratorium tetapi, karena
adanya satu hal yang tidak dapat dihindari jadi, mohon maaf jika ada kesalahan
pada laporan yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2021, Penuntun Praktikum Kimia Instrumen, UMI, Makassar.

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Hadi, 2007, Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025: 2005, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Harmita, et all, 2006, Buku Ajar Analisis Hayati, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sumardjo, Damin, 2008, Pengantar Kimia, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Syahputri, et all, 2005, Pemastian Mutu Obat, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Underwood, et all, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai