Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Administrasi Negara, Volume 20 Nomor 3, Desember 2014 / 99 -114 Jurnal

Administrasi Negara

MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT


(Studi Perbandingan Bappeda Kota Surabaya dan Kabupaten Sragen)

KNOWLEDGE MANAGEMENT MODELS


(A Comparative Study of Local Planning Boards in the City of Surabaya
and in Sragen Local)

Frida Chairunisa 1 dan Muhammad Firdaus 2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi - Lembaga Administrasi Negara, Makassar.
e-mail: fchairunisa@yahoo.com

2
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi - Lembaga Administrasi Negara, Makassar.
e-mail: muhf2@yahoo.com

Abstrak
Pada era globalisasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi sangat
cepat dan kedua hal tersebut merupakan daya saing organisasi untuk mengembangkan
diri. Konsekuensinya, dalam mengerjakan tugas pokok dan fungsi harus berbasis
pengetahuan dan bukan common sense. Oleh karena itu knowledge management
menjadi penting keberadaannya dalam setiap organisasi. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat Model Knowledge Management, khususnya terkait dengan akuisisi,
diseminasi, dan aplikasi pengetahuan pada Bappeda Kota Surabaya dan Kabupaten
Sragen. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data diperoleh
melalui angket yang disebarkan kepada kepada pegawai Bappeda pada Kota Surabaya
dan Kabupaten Sragen. Kedua daerah dan instansi di masing-masing daerah dipilih
secara purposive. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa instansi Bappeda karena
tuntutan tugas dan fungsinya sangat tergantung pada pengetahuan. Hasil penelitian
menunjukkan adanya perbedaan dalam hal akuisisi pengetahuan antara kedua kota
tersebut. Kota Surabaya banyak menggunakan teknologi dalam mengakusisi
pengetahuan seperti pra-musrembang secara online. Sedangkan kabupaten Sragen
masih menggunakan cara konvensional melalui rembuk warga. Untuk diseminasi
pengetahuan kedua kota tersebut memiliki kesamaan model yaitu menggunakan e-
Government. Sedangkan dalam mengaplikasikan pengetahuan kedua kota tersebut
baru sebatas dalam bentuk SOP, notulen rapat, dan belum memiliki penerbitan berkala
seperti jurnal dan majalah.
Kata kunci: Knowledge Management, Akusisi, Diseminasi, dan Aplikasi Pengetahuan.

Abstract
In the era of globalization, the advancement of science and technology take place in
amasingly fast pace, and both are determinant of organizational competitiveness in
advancing itself. Consequently, the execution of tasks and functions must be knowledge-
based rather than a common sense. Therefore, knowledge management becomes
important for every organization. This study attempts to investigate knowledge
management, especially in relation to acquisition, dissemination and application of
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
100

nowledge at the Planning Board of Sragen Regency and the City of Surabaya. This
study employs a descrtiptive quantitative method. Data were gathered using
questionnaires distributed to staff at the Planning Board of Sragen Regency and City of
Surabaya. Both local government and institutions were selected purposively. The
researcher assumes that a Planning Board, by the nature of its functions, is a type of
organization which is highly reliant knowledge. The results of the study shows that
there are differences between planning Boards in both local governments in terms of
knowledge acquisition. The city of Surabaya intensively employs technology in acquiring
knowledge such as online local planning deliberation (e-Musrenbang). Sragen regency
on the other hand uses a rather traditional method called Citizen Deliberation (rembuk
warga). For dissemination of knowledge, both local governments share the similar
models, that is using e-Government. In the application of knowledge both local
governments are in the stage of using standard operational procedures, meeting
minutes, and they both have not run publications such as journal or magazine.
Keywords: Knowledge Management, knowledge Acquisition, knowledge Dissemination,
knowledge Application.

management disebabkan karena


PENDAHULUAN
karakteristik dan kondisi sektor publik
Huang, Siau et al. (2005) itu sendiri. Pertama, tidak ada keharusan
mengatakan bahwa saat ini dimana bagi sektor publik untuk berkompetisi,
persaingan pasar yang ketat menjadikan oleh karena itu pengetahuan baru yang
pengetahuan sebagai sumber penting bisa membantu menempatkan mereka
dan terstruktur untuk meningkatkan pada garis terdepan tidak dirasakan
kinerja organisasi. Pada era ini, sebagai sesuatu yang penting. Kedua,
pengetahuan menjelma menjadi asset budaya yang berkembang dalam
bernilai tinggi. Sebagian negara yang birokrasi pemerintah kebanyakkan
miskin dari sumber daya alam, namun masih berbasis lisan. Hal di atas terjadi
bisa mengangkat diri sejajar dengan meskipun sudah banyak upaya yang
negara-negara maju berkat kemampuan- dilakukan oleh pemerintah agar kinerja
nya mengelola pengetahuan sebagai aset birokrasi meningkat diantaranya:
strategis. Namun masih terdapat dikeluarkannya kebijakkan tentang
kesenjangan dalam kemampuan otonomi daerah melalu Undang-undang
mengelola pengetahuan antara negara nomor 32 tahun 2004 tentang
maju dan negara berkembang. Negara pemerintah daerah, dimana pemerintah
maju, dibandingkan negara berkembang, diberi kewenangan untuk mengurus
sudah memperlakukan pengetahuan daerahnya sendiri dan terjadi perubahan
sebagai suatu asset yang strategis dan di birokrasi yang tadinya penyelengga-
menentukan kemajuan perekonomian raannya dilaksanakan secara sentralisasi
dan daya saing mereka dalam kancah sekarang berubah menjadi desentralisasi.
internasional. Hal tersebut dimungkin- Selain itu agar pelayanan kepada
kan karena kemampuan Negara tersebut masyarakat menjadi baik pemerintah
memperlakukan pengetahuan sebagai mengeluarkan Undang-Undang nomor
asset yang bernilai ekonomi tinggi. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik,
Terabaikannya knowledge management untuk memperbaiki kinerja pelayanan,
di Negara berkembang disebabkan tetapi kenyataannya kinerja pelayanan
terutama karena apresiasi terhadap nilai pemerintah masih rendah sehingga
pengetahuan masih rendah. sering menjadi sorotan masyarakat.
Hal yang sama dapat dilihat antara Inti pengetahuan dalam organisasi
sektor swasta dan publik. Pada sektor adalah keunggulan kompetitif.
publik, terabaikannya knowledge
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
101

Pengetahuan organisasi ini memungkin- pelayanan publik. Kini reformasi


kan fokus dan tindakan kolektif. Tapi birokrasi diperluas untuk mencakup
sama pentingnya dengan pengetahuan pemerintah daerah, tetapi kinerja
organisasi adalah memori organisasi itu birokrasi belum menampakkan hasilnya.
sendiri. Banyak pengetahuan organisasi Padahal, mengelola pengetahuan dapat
dibuat dan disimpan pada tingkat membantu sebuah organisasi untuk
individu. Mereka berada di kepala meningkatkan daya saing dan berkinerja
individu dan kelompok yang bekerja tinggi.
dalam organisasi mulai dari level
Oleh karena itu knowledge
pegawai, hingga pimpinan puncak.
management penting untuk diteliti
Filemon A. Uriarte (2008) menjelaskan
dengan mengeksplorasi seperti apa
peta keberadaan pengetahuan pada suatu
kemajuan knowledge management di
organisasi bahwa banyak pengetahuan
instansi pemerintah dan model
organisasi tersedia dalam bentuk
knowledge management apa yang cocok
pengetahuan eksplisit, dimana sebagian
untuk sektor publik di Indonesia. Agar
besar pengetahuan (42%) berada pada
pengalaman-pengalaman dalam
otak pegawai, kemudian diikuti oleh
melakukan perubahan tersebut dapat
pengetahuan yang sudah terdokumen-
terdokumentasikan dan terdiseminasi-kan
tasikan dalam bentuk dokumen kertas 26
secara luas maka perlu dilakukan upaya
%, sedangkan pengetahuan dalam
knowledge management. Selain dari itu
dokumentasi elektronik lebih sedikit dari
instansi pemerintah yang bersangkutan
pada dokumen kertas sebesar 20 %, dan
juga dapat mempercepat proses
pengetahuan yang paling sedikit adalah
mereformasi diri dengan belajar dari
pengetahuan dalam bentuk elektronik
pengalaman-pengalamannya sendiri yang
sebesar 12 %.
sudah terdokumentasikan dengan baik.
Pada level organisasi misalnya masih Lebih jauh lagi knowledge management
sering terjadi kesalahan yang sama dapat memicu inovasi-inovasi baru,
berulang-ulang dalam hal mengerjakan karena mereka bisa menciptakan sesuatu
tugas pokoknya. Pelaksanaan kegiatan yang baru dengan berangkat dari
rutin selalu berangkat dari nol karena pengetahuan yang sudah dikelola.
tidak adanya rekaman pengetahuan dari
Untuk melihat model knowledge
pelaksanaan kegiatan serupa terdahulu
management tersebut maka peneliti
sebagai titik berangkat. Keengganan
membangun kerangka pikir diadaptasi
pegawai untuk berbagi pengetahuan
dari teori Dalkir (2005) yang mengatakan
dengan rekan-rekan kerjanya bisa juga
bahwa Siklus Knowledge Management
dianggap sebagai tanda kurangnya
terdiri dari 3 elemen yaitu: akuisisi
terkelolanya pengetahuan. Selain itu
adalah menangkap atau menciptakan;
terjadi kompartmentalisasi aliran
berbagi pengetahuan dan diseminasi
informasi karena lemahnya koordinasi.
pengetahuan; serta aplikasi
Pada level yang lebih operasional
pengetahuan.
biasanya dokumen sering hilang, SOP
tidak dijadikan sebagai acuan kerja
secara riil, dokumen sering dikuasai oleh
pegawai tertentu.
Reformasi birokrasi yang dicanang-
kan oleh pemerintah sejak tahun 1998,
menjanjikan harapan baru akan
perubahan mendasar dalam segenap
aspek birokrasi sehingga pada gilirannya
bisa berdampak positif bagi kualitas
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
102

Sebagaimana dikatakan oleh Dalkir bahwa tugas pokok dan fungsi Bappeda
diatas, Knowledge Management adalah membuat perencaan kegiatan
merupakan proses pengelolaan pada Pemerintah Daerah Kota Surabaya
pengetahuan yang sifatnya siklus, dan dan Kabupaten Sragen dimana dalam
berulang secara terus menerus tidak melaksanakan perencanaan daerah
bersifat linier. Olehnya itu, dalam banyak membutuhkan data dan
penelitian ini peneliti melihat pertama pengetahuan.
proses akusisi dalam menangkap dan
Teknik sampling yang dipilih yaitu
menciptakan pengetahuan yang
purposive sampling. Peneliti menentukan
dilakukan oleh instansi Bappeda Kota
sendiri sampel yang diambil karena ada
Surabaya dan Bappeda Kabupaten
pertimbangan keterbatasan waktu
Sragen, kedua proses desiminasi
penelitian dan jumlah anggota tim
pengetahuan dengan melihat media dan
peneliti. Jadi, sampel tidak diambil
strategi yang digunakan oleh kedua lokus
secara acak, melainkan ditentukan
penelitian tersebut dan terakhir proses
sendiri oleh peneliti. Selain itu dengan
pengetahuan tersebut diaplikasikan pada
menggunakan purposive sampling
tugas pokok dan fungsi pada instansi
diharapkan kriteria sampel yang
yang menjadi lokus penelitian.
diperoleh benar-benar sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.

METODE PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini data
Tipe Penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan
Penelitian ini menggunakan angket kepada seluruh pegawai
pendekatan Survei, yaitu penelitian yang BAPEEDA yang berjumlah 50 orang
dilakukan dengan menggunakan data pegawai, setelah itu untuk
sampel responden. Data yang terkumpul mengkonfirmasi hasil angket dilanjutkan
dianalisis dengan menggunakan analisis dengan melakukan wawancara dengan
deskriftif pada semua variable dan lokus. salah seorang pejabat, untuk melengkapi
data primer yang diperoleh dari kedua
Populasi dan Sampel teknik pengumpulan data tersebut maka
data sekunder yang dikumpulkan berupa
Populasi pada penelitian ini adalah
dokumen Renstra, Lakip, dan Laporan
seluruh pegawai pada Satuan Kerja
Kegiatan.
Perangkat Daerah Kota Surabaya dan
Kabupaten Sragen. Dengan alasan bahwa
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
kedua lokus memiliki kelebihan antara
lain dalam mengelola pemerintahan Data yang digunakan dalam
dengan menggunakan teknologi sehingga penelitian ini adalah data persepsi yang
tinggi penerimaan asli daerahnya serta berbentuk data nominal.
masih banyak hal lainnya. Untuk menentukan persentase
Oleh karena banyaknya Satuan Kerja jawaban digunakan rumus berikut ini:
Perangkat Daerah pada kedua lokus
penelitian ini maka peneliti menarik P = f/n x 100 %
sampel secara purposive, yaitu pegawai
yang ada pada BAPPEDA, sebanyak 50 dimana,
orang pegawai pada kedua lokus P = Persentase;
penelitian yaitu: Kota Surabaya dan f = Jawaban responden;
Kabupaten Sragen. Dengan asumsi n = jumlah responden
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
103

Data yang telah diolah dengan Hasil olah data primer


pengolahan statistik deskriptif kemudian memperlihatkan bahwa pada Bappeda di
dianalisis secara deskriptif kemudian kedua daerah tidak ada yang menyatakan
disandingkan dengan data wawancara pengelolaan pengetahuan merupakan
dan dokumen, lalu ditarik kesimpulan bagian dari strategi instansi mereka
sehingga diketahui model pengelolaan untuk meningkatkan kinerja. Secara
pengetahuan yang digunakan oleh spesifik, responden pada Bappeda
pemerintah daerah Kota/Kabupaten yang Kabupaten Sragen kebanyakan (34,8%)
menjadi lokus penelitian. berpendapat “pernah mendengar
mengenai manajemen pengetahuan”.
HASIL PENELITIAN Namun demikian, mereka tidak dapat
menjelaskan secara spesifik kegiatan
Penelitian ini berfokus pada akuisisi,
seperti apa yang mereka lakukan yang
diseminasi dan aplikasi pengetahuan
sifatnya mengelola pengetahuan. Pada
sebagai bagian dari manajemen
Bappeda Kota Surabaya jawaban
pengetahuan dalam suau organisasi.
dominan mencapai 66,7%, yakni dari
Secara berturut akan dibahas berikut ini.
responden yang mengatakan bahwa
instansinya “melaksanakan pengelolaan
Akuisisi
pengetahuan dengan nama lain”.
Akuisisi pengetahuan adalah upaya Mengingat fungsi Bappeda yang sangat
untuk memperoleh pengetahuan baik penting maka seyogyanya SKPD ini
dengan mengumpulkan pengetahuan mendapatkan perhatian khusus. Bagus
yang sudah ada di dalam atau dari luar tidaknya pengelolaan pengetahuan juga
organisasi ataupun membangun dapat berdampak pada kegiatan dan
pengetahuan baru yang diperoleh kinerja SKPD lain dalam lingkup suatu
melalui kegiatan formal dan informal. Kabupaten atau Kota.
Contoh pengetahuan yang diperoleh
Selanjutnya kepada responden
melalui kegiatan formal adalah
ditanyakan tentang tingkat penggunaan
penelitian dan pengembangan,
manajemen pengetahuan. Secara spesifik
sementara yang melalui kegiatan
ditanyakan apakah instansi mereka
informal adalah pengetahuan yang
menggunakan pengelolaan pengetahuan,
tumbuh dari pengalaman dan
dengan alternatif jawaban:
pendalaman pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya masing- a. Tidak pernah ada sama sekali
masing. Untuk mengetahui akuisisi b. Tahap baru lahir
pengetahuan diajukan beberapa
pertanyaan kepada responden. c. Tahap pengenalan

Pertanyaan pertama terkait d. Tahap pertumbuhan


kesadaran responden mengenai Pendapat responden pada Bappeda
manajemen pengetahuan dengan Kabupaten Sragen cenderung konsisten
alternartif jawaban antara lain: dimana jawaban dominan 43,3 persen,
a. Pernah mendengar tentang hal itu yakni mereka yang mengatakan
penggunaan pengelolaan pengetahuan
b. Sesuatu yang sudah dilakukan pada tahap pengenalan dan hanya 26,1
dengan nama lain persen yang mengatakan sudah pada
c. Ini hanya sebuah tren manajemen tingkat pertumbuhan. Meskipun
demikian yang menyatakan belum
d. Bagian dari strategi instansi
menggunakan sama sekali realtif cukup
tinggi juga, yakni mencapai 21,7 persen.
Bappeda Kota Surabaya kelihatannya
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
104

lebih maju dimana jawaban dominan Pada Bappeda Kabupaten Sragen


mencapai 54,2 persen, yakni responden bentuk kegiatan yang berpeluang
yang menyatakan “penggunaan mengalirkan pengetahuan baru dari luar
pengelolaan pengetahuan sudah pada menurut Kabid Pendataan dan Survei
tahap pertumbuhan”. adalah melalui pengembangan secara
informal seperti membentuk kelompok
Lebih lanjut dibahas tentang akusisi
bahasa Inggeris untuk seluruh pegawai.
pengetahuan dilihat dari indikator
Tetapi pendapat Kabid Pendataan dan
pengetahuan sebagai aset organisasi.
Survei tidak sejalan dengan pendapat
Sebagaimana diketahui bahwa
responden dimana 30,4 persen
pengelolaan pengetahuan baru dapat
mengatakan bahwa bentuk kegiatan yang
berjalan dengan baik bila organisasi
berpeluang mengalirkan pengetahuan
menyadari bahwa pengetahuan itu
baru dari luar adalah melalui
adalah aset penting. Secara spesifik
mengundang atau menghadiri rapat
kepada responden ditanyakan apakah
koordinasi.
instansi mereka sudah memperlakukan
pengetahuan sebagai bagian dari aset, Berbeda dengan responden pada
dengan pilihan jawaban: Bappeda Kabupaten Sragen, di instansi
yang sama di Kota Surabaya pendapat
a. Ya
dominan adalah “ikut Diklat atau
b. Belum seminar” sebesar 27,6 persen dan
c. Tidak tahu kegiatan berikutnya yang banyak dipilih
responden adalah studi banding sebesar
Pada Bappeda Kabupaten Sragen, 25,0 persen. Tetapi setelah dikonfirmasi
lebih dari separuh (56,5%) menyatakan dengan Kepala Bidang Kesra dan
“ya” yang berarti mereka beranggapan Pemerintahan Bappeda kota Surabaya
bahwa pengetahuan sudah dipandang diketahui bahwa untuk kegiatan yang
sebagai aset organisasi. Pada Bappeda berpeluang mengalirkan informasi dari
Kota Surabaya proporsi responden yang luar untuk musrembang yang merupakan
melihat pengetahuan sebagai aset tugas pokok Bappeda adalah
organisasi jauh leboh tinggi lagi, yakni menggunakan Teknologi Informasi.
mencapai 79,2 persen. Hanya 8,3 persen
sisanya mengatakan tidak tahu dan Indikator selanjutnya dari akusisi
belum memperlakukan pengetahuan sebagai upaya untuk memperoleh atau
sebagai bagian dari aset. membangun pengetahuan baru diantara
pegawai adalah dari kegiatan ilmiah
Pembahasan indikator akusisi dimana pegawai bisa terlibat secara
berikutnya adalah bentuk kegiatan yang bersama-sama. Pertanyaan yang diajukan
berpeluang mengalirkan pengetahuan adalah apakah ada kegiatan-kegiatan
baru dari luar. Secara khusus kepada ilmiah dimana mereka bisa ikut bersama,
responden ditanyakan apa saja bentuk dengan opsi jawaban:
kegiatan di instansi mereka yang
berpeluang mengalirkan pengetahuan a. Sering
baru dari luar, dengan opsi jawaban: b. Jarang
a. Mengundang atau menghadiri c. Tidak pernah
rapat koordinasi
Khusus untuk pertanyaan ini
b. Mendatangkan pembicara dari responden dari Bappeda pada Kabupaten
luar Sragen dan Kota Surabaya sama sama
c. Studi banding mengatakan “Jarang”. Hal ini wajar
mengingat pada instansi pemerintah
d. Ikut Diklat atau seminar
perhatian utama terfokus pada
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
105

bagaimana membangun keterampilan pembangunan secara makro dimana


untuk bisa melaksanakan tugas dengan seluruh SKPD dan masyarakat terlibat
baik. Sementara kegiatan ilmiah yang dalam proses diskusi atau pembahasan
hanya menambah pengetahuan adalah perencanaan pembangunan dalam
domain lembaga yang bersifat akademik. bentuk antara lain Musrenbang dan
Forum SKPD. Diskusi dan pembahasan
Selanjutnya digali kemungkinan
program dan perencanaan pembangunan
kegiatan informal sebagai katalisator
yang paling intensif dilakukan pada
pertukaran pengetahuan. Secara spesifik
pembahasan program dan anggaran
ditanyakan kepada responden apakah
pembangunan di DPRD Kota Surabaya.
bentuk-bentuk interaksi antar pegawai
Diskusi yang sifatnya lebih mikro adalah
yang berpeluang membantu pertukaran
mengkosilidasikan program dan kegiatan
pengetahuan antara mereka. Opsi
masing-masing SKPD sesuai dengan
jawaban yang disediakan adalah:
bidang koordinasinya.
a. Tidak ada
b. Rapar rutin Diseminasi
c. Bincang-bincang waktu istirahat Diseminasi merupakan sub variabel
kedua dari pengelolaan pengetahuan
d. Kegiatan bersama di luar kantor yang diteliti. Adapun yang dimaksud
(Rekreasi, Arisan, silaturahim dengan diseminasi pengetahuan dalam
lainya) penelitian ini adalah upaya untuk
Pada Bappeda Kabupaten Sragen, mendokumentasikan dan
pendapat responden tentang bentuk- menyebarluaskan pengetahuan yang
bentuk interaksi yang berpeluang sudah diakuisisi dari anggota organisasi
membantu terjadinya pertukaran kepada pihak-pihak lain yang
pengetahuan diantara mereka terbanyak membutuhkan baik melalui teknologi
(45,7%) menyatakan “bincang-bincang ataupun secara langsung.
diwaktu istirahat” dan “rapat rutin” Organisasi yang pengelolaan
(25,7%). Lebih lanjut diketahui pengetahuannya baik biasanya sadar
berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa pengetahuan merupakan salah
Kabid Pendataan dan Survei bahwa satu aset penting yang dapat
kegiatan informal lainnya untuk berbagi dimanfaatkan oleh pegawai untuk
pengetahuan yang dilakukan memperbaiki proses kerja organisasi.
dilingkungan pemerintah daerah Organisasi yang pendokumentasian
Kabupaten Sragen adalah kerja bakti pengetahuannya baik maka tentu saja
setiap jum’at serta membentuk kelompok akan dapat ditemukan dengan mudah
bahasa Inggris. dokumen tersebut, bila suatu waktu
Serupa dengan Bappeda Kabupaten dibutuhkan.
Sragen, responden pada Bappeda Kota Untuk mengetahui hal tersebut,
Surabaya juga terbanyak (51,5%) yang maka diajukan pertanyaan kepada
mengatakan bentuk interaksi yang dapat responden mengenai berapa banyak
memberi peluang mengalirnya waktu yang diperlukan pegawai untuk
pengetahuan diantara pegawai adalah mendapatkan dokumen, dengan pilihan
melalui “rapat rutin” dan “bincang- jawaban:
bincang waktu istirahat” sebesar 24,2
a. > 10 menit
persen. Bentuk interaksi lain yang dapat
mengalirkan pengetauan menurut Kepala b. > 1 jam
Bidang Kesra dan Pemerintahan adalah c. > 1 hari
“rapat rutin” pada tataran perencanaan
d. > 1minggu
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
106

Pendapat dominan responden gagasan cerdas. Pilihan jawabannya


(34,8%) pada Bappeda Kabupaten Sragen adalah:
tentang waktu yang dibutuhkan pegawai
a. Tidak ada cara tertentu yang
untuk mendapatkan dokumen adalah
digunakan
maksimal 10 menit. Namun ada pula
30,4 persen reponden yang mengatakan b. Ditulis dalam bentuk laporan
waktu yang mereka butuhkan lebih dari c. Dipublikasikan dalam website
1 jam dan 1 hari. Waktu yang dibutuhkan organisasi
untuk menemukan dokumen begitu
singkat disebabkan karena menurut d. Ditulis dalam bentuk notulen
Kabid Pendataan dan Survei Bappeda Sebanyak 34,4 persen Responden
Kabupaten Sragen instansi ini sudah pada Bappeda Kabupaten Sragen
menggunakan teknologi dalam proses pendapat bahwa pemikiran atau gagasan
administrasi perkantoran seperti cerdas didokumentasikan dengan cara
menggunakan surat maya dan sistem “ditulis dalam bentuk notulen”, dan 31,4
pelaporan berbasis online. Namun untuk persen berpendapat “ditulis dalam
kegiatan Bappeda Kabupaten Sragen bentuk laporan”. Untuk menelusuri lebih
lainnya yaitu pendokumentasian hasil lanjut kegiatan pendokumentasian
survei masih menggunakan sistem pikiran atau gagasan cerdas maka
manual atau belum berbasis teknologi. dilakukan interview dengan Kabid
Separuh responden pada Bappeda Pendataan dan Survei Bappeda
Kota Surabaya (50,0%) mengatakan Kabupaten Sragen yang mengungkapkan
“maksimal 10 menit” untuk menemukan bahwa membuat laporan untuk setiap
dokumen dan 50,0 persen sisanya kegiatan diwajibkan meskipun
mengatakan “lebih dari 1 jam”. pendokumentasiannya masih dalam
Singkatnya waktu yang dibutuhkan bentuk konvensional yaitu dalam bentuk
untuk menemukan dokumen dijelaskan hardcopy.
oleh Kepala Bidang Kesra dan Untuk Bappeda Kota Surabaya,
Pemerintahan Bappeda kota Surabaya sebesar 38,5 persen responden
dengan teknologi sudah dimanfaatkan mengatakan cara instansi
mulai dari proses perencanaan hingga mendokumentasikan pemikiran atau
pelaporan. Instansi ini juga sudah mulai gagasan cerdas adalah “dipublikasikan
menggalakkan budaya teknologi dimana dalam website organisasi”, dan 28,2
undangan sudah dapat dilakukan dengan persen responden mengatakan “ditulis
menggunakan SMS saja sehingga dalam bentuk laporan dan notulen”, serta
organisasi paperless dapat terwujud. 5,1 persen responden mengatakan “tidak
Indikator selanjutnya dari proses ada cara tertentu yang digunakan” untuk
diseminasi pengetahuan adalah cara mendokumentasikan pemikiran atau
instansi mendokumentasian pikiran atau gagasan cerdas dalam organisasi.
gagasan cerdas. Aktifitas Lebih jauh Kepala Bidang Kesra dan
pendokumentasian pengetahuan sering Pemerintahan Bappeda Kota Surabaya
terlewatkan sehingga banyak ide-ide menjelaskan mengenai
cerdas dari pegawai menguap begitu saja. pendokumentasian pemikiran atau
Tentu sangat disayangkan bila hal itu gagasan cerdas bahwa dokumen
terjadi karena melalui ide-ide cerdas perencanaan dan pelaporan harus
tersebutlah maka pemerintah daerah terdokumentasi dengan baik dalam
dapat mengembangkan daerahnya. bentuk hardcopy maupun softcopy.
Secara khusus ditanyakan kepada Bahkan, usulan perencanaan dan
responden bagaimana cara mereka pelaporan dikoordinasikan secara online.
mendokumentaskan pemikiran atau
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
107

Dokumentasi juga dilakukan oleh media pengelolaan aset yang masih menjadi
cetak karena setiap dilakukan temuan. Hal ini menandakan bahwa
pembahasan selalu diliput oleh media penggunaan teknologi dalam proses kerja
massa. belum sepenuhnya digunakan dan masih
bersifat parsial.
Berikutnya ditelusuri bentuk
pendokumentasian pengetahuan yang Untuk Bappeda Kota Surabaya,
paling populer di instansi pemerintah. teknologi dominan yang telah diterapkan
Ada kecenderungan Laporan dan pada instansi adalah “sistem informasi
Publikasi di Website Instansi manajemen” (36,5%) dan “e-
mendapatkan popularitas yang Government”, “Internet dan Intranet”
meningkat akhir-akhir ini. Popularitas (23,1%). Menurut Kepala Bidang Kesra
pendokumentasian melalui website tidak dan Pemerintahan Bappeda Kota
terlepas dari mulai menjamurnya tren Surabaya, Bappeda kota Surabaya
penggunaan website dikalangan instansi memiliki newsletter yang diterbitkan
pemerintah. Penggunaan website berkala secara online (paperless).
merupakan salah satu bentuk Bahkan masyarakat pada tingkat RT dan
pendokumentasian secara elektronis RW sudah mampu mengusulkan
yang paling mudah dilakukan dan paling program dan kegiatannya secara online.
banyak tersedia sehingga dapat dipahami Di Bappeda Kota Surabaya pegawai juga
jika populer dimanfaatkan. Untuk sudah memiliki group online baik secara
mengetahui hal ini maka kepada keseluruhan maupun per unit kerja. Hal
responden ditanyakan teknologi apa ini sangat membantu pegawai dalam
yang telah diterapkan pada instansi berkomunikasi dalam menyelesaikan
mereka untuk mendoumentasikan pekerjaan yang di Bappeda sifatnya lintas
pengetahuan, dengan opsi jawaban: sektor. Undangan rapat misalnya pada
tingkatan jabatan tertentu cukup dengan
a. Internet dan Intranet
menggunakan SMS.
b. Data inventaris kantor
Pembahasan selanjutnya masih
c. Sistem Informasi Manajemen tentang diseminasi pengetahuan adalah
pembuatan notulen rapat dalam rangka
d. e-Government
pendokumentasian pengetahuan.
Pada Bappeda Kabupaten Sragen Pertanyaan spesifik yang diajukan
tergambar bahwa pendapat responden kepada responden adalah apakah
terbesar sekitar 49,9 persen yang notulen rapat dibuat, dengan opsi
mengatakan menggunakan “Internet dan jawabannya:
Intranet”. Selebihnya sebesar 19,5 persen
a. Selalu
mengatakan teknologi yang digunakan
adalah “data inventaris kantor” dan b. Kadang-kadang
“sistem informasi manajemen”. Hanya
c. Tidak pernah
sebagian kecil, yakni sekitar 17,1 persen
mengatakan menggunakan “e- Untuk Bappeda Kabupaten Sragen
Government”. Hal ini dikatakan juga oleh pendapat responden tentang pembuatan
Kabid Pendataan dan Survei Bappeda notulen rapat adalah 52,2 persen yang
Kabupaten Sragen bahwa hasil survei mengetakan “selalu” dibuat, dan 43,3
mereka didokumentasikan dalam bentuk persen mengatakan “kadang-kadang”
dokumen yang tercetak, tidak notulen rapat dibuat. Sedangkan untuk
menggunakan sistem informasi. Masih Bappeda Kota Surabaya, 91,7 persen
menurut Kabid Pendataan dan Survei responden menjawab “notulen rapat
bahwa walaupun laporan kegiatan sudah selalu dibuat” dan hanya 8,3 persen yang
dibuat tetapi belum WTP karena mengatakan “kadang-kadang dibuat”.
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
108
Menurut Kepala Bidang Kesra dan diikutkan Diklat Teknis yang berkaitan
Pemerintahan Bappeda kota Surabaya, dengan perencanaan dan penggunaan
notulensi untuk rapat yang membahas teknologi informasi. Kemudian
tentang perencanaan dan pembangunan dokumentasi yang digunakan dalam
yang menjadi tugas dan fungsi Bappeda bentuk laporan kegiatan dan notulen
sangat penting. Rapat yang sifatnya rapat. Mentoring dilakukan bila terjadi
lebih sederhana yang dilaksanakan pada mutasi pegawai dimana pegawai yang
unit kerja terkecil lingkup Bappeda maka baru dimutasi diberi bimbingan oleh
notulensinya hanya dilakukan oleh staf atasan langsung maupun sesama
di unit itu sendiri atau langsung pegawai yang digantikan. Sedangkan
dilakukan oleh pimpinan rapat, yang kegiatan rotasi pada Bappeda Kota
dalam hal ini Kepala Bagian, Kepala Surabaya dilakukan untuk penyegaran
Bidang, Kepala Sub Bagian atau Kepala organisasi dan ini dilakukan secara
Sub Bidang. terencana.
Masih terkait dengan diseminasi
pengetahuan maka kepada responden Aplikasi
diajukan pertanyaan mengenai metode Aplikasi pengetahuan pada
apa yang digunakan untuk pengelolaan penelitian ini adalah upaya untuk
pengetahua di instansi mereka. Opsi mendayagunakan pengetahuan untuk
jawaban yang disediakan adalah: mendukung produktifitas dan kualitas
a. Pelatihan kerja pegawai serta kinerja organisasi,
seperti melalui implementasi Standar
b. Mentoring Operasional Prosedur, Evaluasi, dan lain
c. Dokumentasi sebagainya.
d. Rotasi Sering standar operasional prosedur,
kegiatan monitoring dan evaluasi serta
Sebanyak 38,9 persen responden kegiatan lainnya bagi organisasi hanya
pada Bappeda Kabupaten Sragen dijadikan formalitas dalam bentuk
mengatakan metode desiminasi dokumen laporan belaka. Dokumen yang
pengetahuan mereka melalui ada belum dijadikan sebagai acuan
“pelatihan”, 30,6 persen melalui dalam melakukan proses pelayanan atau
“dokumentasi”, dan 25,0 persen perencanaan selanjutnya. Untuk
mengatakan melalui “mentoring”. mengungkap hal ini, maka kepada
Sementara pada Bappeda Kota Surabaya, responden diajukan pertanyaan apakah
35,5 persen mengatakan diseminasi ada SOP atau sejenisnya di instansi
pengetahuan dilakukan melalui metode mereka, dengan opsi jawaban:
“pelatihan”, 25,8 persen dengan
menggunakan metode “mentoring”, 24,2 a. Ya
persen responden mengatakan b. Tidak
menggunakan metode dokumentasi dan
yang paling sedikit adalah mereka yang Pada Bappeda Kabupaten Sragen,
mengatakan menggunakan metode rotasi sebanyak 73,9 persen responden
(14,5%). menyatakan “Ya” ada SOP atau
sejenisnya dan hanya 26,1 persen yang
Penjelasan lebih jauh dapat dilihat mengakui belum ada SOP atau
dari hasil wawancara dengan Kepala sejenisnya. Lebih lanjut Kabid Pendataan
Bidang Kesra dan Pemerintahan Bappeda dan Survei mengatakan bahwa standar
Kota Surabaya. Menurutnya, pelatihan pelayanan dan SOP pelayanan sudah ada
digunakan untuk menterap pengetahuan bahkan sudah dibuatkan peraturannya
dari luar dimana biasanya pegawai tetapi yang menjadi masalah adalah
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
109
implementasi dari standar pelayanan Walaupun demikian, dari interview
dan SOP yang belum digunakan dengan Kabid Pendataan dan Survei
sepenuhnya pada proses pelayanan. diketahui bahwa SOP ada peraturan yang
Lagi-lagi dapat dikatakan bahwa standar mengatur dan sudah dievaluasi tetapi
pelayanan dan SOP masih hanya sekedar penggunaannya dalam bekerja masih
dokumen persyaratannya dan belum kadang-kadang. Hal ini dapat diartikan
dibudayakan pada perilaku pelayanan. bahwa SOP belum dijadikan perilaku
dalam melakukan proses pekerjaan,
Untuk responden pada Bappeda Kota
tetapi baru sekedar untuk kelengkapan
Surabaya bahkan 91,7 persen
administrasi.
mengatakan “Ya” ada SOP dan hanya 8,3
persen mengatakan “tidak ada”. Hal ini Untuk responden pada Bappeda Kota
dikonfirmasi oleh unsur pimpinan yang Surabaya, sebanyak 79,2 persen
dalam hal ini Kepala Bidang Kesra dan mengatakan “selalu” menggunakan SOP
Pemerintahan yang mengatakan bahwa dalam bekerja, dan hanya 20,8 persen
SOP dan sejenisnya memiliki peranan yang mengatakan “kadang-kadang”
yang sangat penting, dimana pada setiap menggunakan SOP dalam bekerja.
kegiatan perencanaan dan pelaporan Menurut Kepala Bidang Kesra dan
terdapat SOP dan prosedur tetap. Hal ini Pemerintahan Bappeda Kota Surabaya,
berdampak pada lancarnya kegiatan. SOP atau Job Description dan Prosedur
Karena sifat pekerjaan di Bappeda tidak Tetap adalah aspek penting dalam
hanya menyangkut program dan kegiatan organisasi yang sangat dinamis yang
internal organisasi maka SOP dan Protap cenderung mengalami perubahan.
sangat penting untuk menjadi Perubahan tersebut dilakukan karena
pedoman bagi internal maupun tuntutan peraturan atau tuntutan
eksternal organisasi. kebutuhan masyarakat. Dalam
pelaksanaan Musrenbang misalnya,
Indikator selanjutnya yang terkait
Pra-Musrenbang dilakukan dengan
aplikasi pengetahuan adalah
menggunakan teknologi informasi.
penggunaan SOP dalam bekerja sebagai
Semua program bisa dilakukan secara
salah satu bentuk aplikasi pengetahuan.
online berdasarkan kriteria yang telah
Untuk itu, bagi yang menjawab “Ya” pada
ditentukan oleh Bappeda sehingga
pertayaan sebelumnya ditanya lebih jauh
semua kegiatan dapat berjalan secara
apakah menggunakannya secara nyata
efektif dan efisien.
dalam bekerja, dengan alternatif
jawaban: Lebih lanjut Kepala Bidang Kesra dan
Pemerintahan Bappeda kota Surabaya
a. Selalu
menjelaskan SOP, Job Description, dan
b. Kadang-kadang Prosedur tetap merupakan pedoman
c. SOP hanya sebagai kelengkapan yang harus dipatuhi oleh seluruh
administratif pegawai. Dalam pengajuan usulan
kegiatan dan anggaran oleh SKPD
d. Tidak pernah misalnya, pegawai pada unit yang
Pada Bappeda Kabupaten Sragen menangani perencanaan SKPD tertentu
65,2 persen responden mengatakan harus memenuhi syarat-syarat yang telah
“selalu” menggunakan SOP dalam ditetapkan.
bekerja, 30,4 persen mengatakan Indikator selanjutnya dari aplikasi
“kadang-kadang” menggunakan SOP atau pemanfaatan pengetahuan adalah
dalam bekerja, dan hanya 4,3 persen melakukan evaluasi kegiatan untuk
yang mengatakan “SOP hanya sebagai mengetahui kekurangan dan hambatan
kelengkapan administrasi” saja. dari pelaksanaan tugas, sehingga bisa
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
110

dicarikan solusi untuk mengatasi realisasi kegiatan yang telah


hambatan tersebut agar pelaksanaan diprogramkan. Secara eksternal Bappeda
kegiatan menjadi lebih baik dan tidak melakukan rapat monitoring
mengulang kembali kesalahan pada pelaksanaan kegiatan seluruh SKPD
kegiatan terdahulu. Untuk itu, kepada untuk memastikan penyerapan anggaran
responden diajukan pertanyaannya, pembangunan di Kora Surabaya.
apakah kegiatan-kegiatan utama di Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
instansi mereka dilakukan evaluasi, pelaksanaan kegiatan senantiasa
dengan opsi jawaban: dilakukan untuk memastikan apakah
semua program dan kegiatan dilakukan
a. Selalu
dengan baik. Bappeda melaksanakan
b. Kadang-kadang
monitoring dan evaluasi secara berkala
c. Kegiatan tertentu yang
baik internal maupun eksternal.
mengharuskan evaluasi
d. Tidak pernah Pembahasan indikator aplikasi atau
pemanfaatan pengetahuan selanjutnya
Sebanyak 60,9 persen responden
dilihat dari pengalaman-pengalaman
pada Bappeda Kabupaten Sragen
baik dan kegagalan yang digunakan
mengatakan selalu melakukan evaluasi
sebagai landasan untuk kegiatan
terhadap kegiatan utama instansi, 26,1
selanjutnya. Pertanyaan yang diajukan
persen responden mengatakan kadang-
adalah apakah pengalaman-pengalaman
kadang saja dilakukan evaluasi kegiatan
baik (prestasi) dan kegagalan umumnya
tetapi ada juga responden sebesar 13,0
digunakan sebagai landasan untuk
mengatakan hanya untuk kegiatan
kegiatan selanjutnya. Alternatif
tertentu saja. Menurut Kabid Pendataan
jawabannya adalah:
dan Survei salah satu kegiatan yang
dilakukan Bappeda Kabupten Sragen a. Selalu
adalah membuat perencanaan daerah b. Kadang-kadang
dalam bentuk RKPJ yang dinilai layak c. Jarang
tidak layaknya oleh forum yang d. Tidak pernah
dibentuk. Olehnya itu sering dilakukan
evaluasi terhadap RKPJ tersebut untuk Sebanyak 69,9 responden pada
dilakukan penyesuaian dengan data yang Bappeda Kabupaten Sragen menyatakan
diperoleh dari hasil survei. Selain itu “selalu” menggunakan pengalaman-
evaluasi dilakukan juga terhadap laporan pengalaman baik dan kegagalan sebagai
kegiatan yang dibuat. landasan kegiatan selanjutnya.
Selanjutnya responden sebesar 30,4
Untuk responden pada Bappeda Kota persen mengatakan “kadang-kadang”
Surabaya, 73,9 persen mengatakan digunakan, dan hanya 8,7 persen
“selalu” dilakukan evaluasi terhadap mengatakan “jarang” digunakan. Salah
kegiatan yang dilakukan, kemudian 8,7 satu contoh pengalaman yang digunakan
persen mengatakan “kadang-kadang” sebagai landasan kegiatan selanjutnya
dilakukan evaluasi kegiatan, 17,4 persen disampaikan oleh Kabid Pendataan dan
mengatakan evaluasi kegiatan dilakukan Survei. Dicontohkan bahwa Bappeda
hanya untuk “kegiatan tertentu”. sudah membuat laporan kegiatan setiap
Adapun evaluasi kegiatan yang tahun tapi predikat Wajar Tanpa
dilakukan menurut Kepala Bidang Kesra Pengecualian belum diperoleh karena
dan Pemerintahan Bappeda Kota aset masih menjadi temuan. Olehnya itu
Surabaya Secara internal, Bappeda maka berdasarkan temuan ini maka
memonitoring dan mengevaluasi pengelolaan aset kemudian diperbaiki.
kegiatan setiap unit kerja pada setiap
bulan untuk mengetahui perkembangan
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
111

Responden di Bappeda Kota membentuk kelompok informal untuk


Surabaya yang mengatakan “selalu” mengembangkan bahasa Inggris.
menggunakan pengalaman baik dan
Untuk Bappeda Kota Surabaya, 83,3
kegagalan sebagai landasan untuk
persen responden menyatakan bahwa
melakukan kegiatan dimasa yang akan
sikap pimpinan menganggap
datang juga cukup besar mencapai 83,3
pengelolaan pengetahuan “sangat
persen. Hanya 16,7 persen yang
penting”, serta 8,3 persen responden
mengatakan “kadang-kadang”. Menurut
mengatakan sikap pimpinan “memberi”
Kepala Bidang Kesra dan Pemerintahan
dukungan penuh dan “sangat penting
Bappeda Kota Surabaya pengalaman baik
tapi tidak mendukung” pengelolaan
dan kegagalan dijadikan landasan
pengetahuan. Bentuk dukungan yang
kegiatan disebabkan banyak kegiatan
diberikan pimpinan pada Bappeda Kota
yang berisiko bila tidak mengacu pada
Surabaya sama, terutama penggunaan
pengalaman misalnya hasil evaluasi. Hal
teknologi pada pengelolaan
ini terutama penting utuk realisasi
pengetahuan. Sebagai contoh, pada saat
anggaran dan fisik kegiatan.
proses akusisi Musrenbang yang
Selanjutnya, dijelaskan indikator dilaksanakan secara konvensional harus
sikap pimpinan tentang pengelolaan dilakukan pra-musrenbang untuk
pengetahuan. Secara spesifik ditanyakan menampung kebutuhan masyarakat
bagaimana sikap pimpinan tentang tetapi pada Bappeda Kota Surabaya tidak
pengelolaan pengetahuan di instansi perlu dilakukan karena aspirasi
mereka, dengan opsi jawaban seperi masyarakat dari tingkat RT dan RW
berikut ini: sudah terjaring secara langsung dengan
menggunakan teknologi. Selain itu untuk
a. Melihat itu sebagai sangat penting
pendokumentasian pengetahuan juga
b. Memberikan dukungan penuh
dilakukan dengan menggunakan
c. Melihat sebagai sangat penting
teknologi seperti sistem informasi
tapi hampir tidak mendukungnya
manajemen, website dan sebagainya.
d. Melihat itu tidak penting dan
tidak mengganggu Masih membahas indikator sub
variabel aplikasi pengetahuan yaitu
Sebanyak 52,2 persen responden
faktor-faktor yang mempengaruhi
pada Bappeda Kabupaten Sragen
pengelolaan pengetahuan. Secara khusus
mengatakan pimpinan “memberi
ditanyakan kepada responden faktor-
dukungan penuh”, 43,5 persen
faktor apa yang mereka anggap
mengatakan pimpinan “melihat”
mempengaruhi pengelolaan
pengelolaan pengetahuan sangat
pengetahuan dalam instansi. Opsi
penting”, dan hanya 4,3 persen yang
jawabannya adalah:
mengatakan sikap pimpinan tentang
pengelolaan pengetahuan “sangat a. Pegawai pindah ke tempat lai
penting tapi tidak mendukung”. dengan pekerjaan yang lebih baik
Penjelasan tentang sikap pimpinan b. Pensiun
terhadap pengelolaan pengetahuan lebih c. Promosi
lanjut dikemukakan oleh Kabid d. Mutasi
Pendataan dan Survei. Dikatakannya
bahwa banyak kegiatan yang dilakukan Pada Bappeda Kabupaten Sragen
pimpinan untuk pengelolaan sebanyak 38,5 persen responden
pengetahuan antara lain menggunakan mengatakan “promosi”, faktor kedua
teknologi untuk persuratan dan laporan, yang terbanyak dipilih adalah “pegawai
memberikan penghargaan kepada unit pindah ketempat lain dengan pekerjaan
pelayanan kepada masyarakat terbaik, yang lebih baik” (35,9%), faktor ketiga
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
112

adalah “mutasi” (15,4%) dan faktor Sebanyak 78,3 persen responden


terakhir adalah melalui “pensiun” pada Bappeda Kabupaten Sragen
(10,3%). Disamping faktor yang telah mengatakan instansi mereka “tidak”
dipilih oleh responden maka Kabid memiliki penerbitan berkala. Pada hal
Pendataan dan Survei Bappeda pada instansi Bappeda mereka
Kabupaten Sragen menambahkan bahwa melakukan survei dan mengolah data
Bupati Sragen sering memberikan hasil Musrenbang sayangnya bila hasil
penghargaan kepada UPTD yang terbaik survei tersebut tidak disebarluaskan
dalam pelayanannya, misalnya kepada masyarakat dalam bentuk jurnal
Pelayanan Kemiskinan sehingga dapat ataupun newsletter.
memicu instansi lain untuk
memperbaiki pelayanannya. Pendapat responden pada Bappeda
Kota Surabaya sejalan dengan rekan
Untuk Bappeda Kota Surabaya 37,1 mereka di Kabupaten Sragen. Menurut
persen menjawab bahwa faktor-faktor Kepala Bidang Kesra dan Pemerintahan
yang mempengaruhi pengelolaan Bappeda Kota Surabaya, usulan
pengetahuan adalah promosi, 34,3 perencanaan, program kegiatan Bappeda
persen mengatakan pegawai pindah Kota Surabaya, serta kemajuan
ketempat lain dengan pekerjaan yang pembangunan dalam segala bidang Kota
lebih “baik”, 14,3 persen mengatakan Surabaya di dokumentasikan dalam
“mutasi” dan “pensiun”. Pembahasan bentuk media cetak karena setiap
faktor-faktor yang mempengaruhi dilakukan pembahasan selalu diliput
pengelolaan pengetahuan sebagaimana oleh media massa.
dijelaskan juga oleh Kepala Bidang Kesra
dan Pemerintahan Bappeko Surabaya Meskipun responden umumnya
adalah faktor yang bisa meningkatkan berpendapat bahwa instansinya tidak
pengelolaan pengetahuan pada Bappeda memiliki penerbitan berkala pada
Kota Surabaya melalui promosi jabatan pertanyaan sebelumnya namun bagi
pada jenjang yang lebih tinggi. yang menerbitkan mampu menerbitkan
Penghargaan lain yang diberikan antara secara rutin. Tanggapan responden
lain tugas belajar untuk melanjutkan mengerucut ke dua pilihan yaitu “Terbit
pendidikan formal pada jenjang yang secara rutin” dan “Kadang-kadang terbit”.
lebih tinggi. Pegawai juga diberikan tugas Jika menjawab “Ya”, maka responden
untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. diminta menjelaskan bagaimana
penerbitannya. Opsi jawaban adalah:
Bentuk pengaplikasian atau
pemanfaatan pengetahuan hasil dari a. Terbit secara rutin
kegiatan baik penelitian ataupun b. Kadang-kadang terbit, kadang
kegiatan lainnya diterbitkan melalui tidak
media cetak secara berkala seperti Jurnal, c. Terbit tepat waktu
Majalah, ataupun Newletter agar d. Terbit tapi terlambat
pengetahuan tersebut dapat
Responden pada Bappeda di dua
disebarluaskan dan dimanfaatkan oleh
Daerah ini ternyata seragam dalam
masyarakat atau instansi lain yang
menjawab bahwa terbitan berkala terbit
membutuhkan. Untuk mengetahui hal
secara rutin.
ini maka kepada responden diajukan
pertanyaan apakah instansi mereka
memiliki penerbitan berkala, seperti PEMBAHASAN
Jurnal, Majalah atau Newsletter, dengan Berdasarkan hasil penelitian di atas,
opsi jawaban berikut: dapat dipahami beberapa hal terkait
a. Ya dengan pengelolaan pengetahuan di
b. Tidak instansi pemerintah. Akuisisi
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
113

pengetahuan baik dari luar pada tataran Sedangkan e-Government untuk


organisasi maupun antar pegawai pada diseminasi pengetahuan digunakan oleh
tataran individu nampaknya sudah Pemerintah Kota Surabaya sehingga
berlangsung di instansi pemerintah. untuk persuratan dan pelaporan sudah
Adapun model Akuisisi pengetahuan dilakukan secara online hingga di desa
yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan kelurahan.
Daerah yaitu secara konvensional
Aplikasi pengelolaan pengetahuan
melalui berbagai kegiatan formal seperti
dapat dilihat dalam bentuk tersedianya
rapat koordinasi, Diklat, seminar,
SOP dan dijadikannya SOP tersebut
mengundang nara sumber eksternal, dan
sebagai pedoman dalam bekerja. Untuk
melakukan studi banding ke instansi
model aplikasinya belum nampak secara
lain. Selain itu pengetahuan bisa juga
jelas karena hanya mengandalkan pada
diperoleh melalui cara yang lebih
SOP dan notulen saja, sedangkan media
informal seperti dalam rapat rutin dan
publikasi berkala belum dikelola dengan
percakapan informal di waktu istirahat.
baik. Evaluasi kegiatan dan lessons-
Hanya saja cara yang lebih formal dan
learned juga dipercaya sebagai bentuk
akademik belum dapat digunakan
aplikasi manajemen pengetahuan.
sebagai media akuisisi karena masih
Bentuk manajemen pengetahuan yang
jarang dilakukan. Hal tersebut didukung
masih rendah penggunaannya adalah
oleh sudah tumbuhnya kesadaran
penerbitan yang belum rutin dilakukan.
pegawai mengenai pengetahuan sebagai
Namun jika dilakukan dianggap sebagai
aset organisasi dan merasakan bahwa
bentuk manajemen pengetahuan yang
manajemen pengetahuan sudah
efektif. Kemajuan pengelolaan
terlaksana meskipun dengan nama lain.
pengetahuan tidak terlepas dari
Bahkan sebagian responden merasakan
pimpinan yang menilai manajemen
bahwa manajemen pengetahuan yang
pengetahuan penting dan memberikan
mereka miliki sudah pada tahap
dukungan yang diperlukan. Yang
pertumbuhan. Sedangkan yang Non-
terkadang menghambat adalah
Konvensional diciptakan khusus seperti
perpindahan pegawai yang
di Kabupaten Sragen ada yang namanya
menyebabkan diskontinitas interaksi
Serawung Warga, kemudian di Kota
sehingga pengetahuan implisit tidak
Surabaya untuk menampung usulan
dapat terkelola dengan baik.
warga melalui teknologi informasi pada
kegiatan pra-musrembang sehingga
KESIMPULAN DAN SARAN
kegiatan tersebut tidak perlu ada.
Penulis menyimpulkan bahwa
Indikasi kemajuan diseminasi
akuisisi pengetahuan sebagai bagian dari
pengetahuan juga sudah mulai terlihat.
manajemen pengetahuan di instansi
Misalnya, untuk menemukan dokumen
pemerintah sudah berlangsung, baik
yang diperlukan tidak lagi memakan
pada tataran antara individu pegawai
waktu yang lama akibat diseminasi yang
maupun antar unit atau bahkan
lancar. Adapun model diseminasi
organisasi. Model akuisisi berlangsung
pengetahuan melalui dua cara dan media
baik secara konvensional yang formal
konvensiobal dan media sosial. Adapun
maupun secara non-konvensional yang
media konvensional misalnya laporan
lebih bersifat informal dan pemanfaatan
rutin, publikasi di website instansi,
teknologi informasi. Di samping itu,
Internet dan Intranet, dan pelatihan
diseminasi pengetahuan sebagai bagian
formal. Meskipun diakui bahwa
dari manajemen pengetahuan sudah
notulensi rapat jarang dibuat, namun jika
mulai nampak. Model diseminasi juga
dibuat dipercaya sebagai media
terdiri dari dua, yakni konvensional
diseminasi pengetahuan yang efektif.
Frida Chairunisa dan Muhammad Firdaus / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no .3 (2014) / 99 - 114
114

melalui mekanisme formal organisasi menghambat pengelolaan pengetahuan.


dan non-konvensional dengan Karena perindahan pegawai juga
memanfaatkan berbagai teknologi merupakan kebutuhan organisasi maka
informasi dan media sosial. Adapun terganggunya jejaring interaksi pegawai
aplikasi manajemen pengetahuan masih karena adanya perpindahan harus
terbatas pada penggunaan SOP secara dibarengi dengan upaya merevitalisasi
nyata dalam bekerja. Penerbitan yang jejaring antar pegawai tersebut sehingga
juga merupakan salah satu bentuk supplay atau pertukaran pengetahuan
manajemen pengetahuan masih sangat antar pegawai dapat tetap berlanjut.
rendah penggunaannya. Peluang aplikasi
manajemen pengetahuan cukup
REFERENSI
menjanjikan mengingat kesadaran dan
komitmen pimpinan yang cukup tinggi. Aldi, B. E. 2005. Menjadikan Manajemen
Pengetahuan Sebagai Keunggulan
Oleh karena itu, akses
Kompetitif Perusahaan Melalui
pengetahuan perlu diperluas ke sumber-
Strategi Berbasis Pengetahuan.
sumber baru dari luar organisasi. Hal ini
Studi Manajemen & Organisasi
bermanfaat untuk mencegah terjadinya
Vol.2 No. 1.
efek halo. dimana pegawai cepat berpuas
diri dan menganggap apa yang mereka Dalkir, K. 2005. Knowledge Management
ketahui dan mampu lakukan sudah In Theory And Practice. London:
terbaik. Orinetasi ke dalam perlu Elsevier Butterworth-Heinemann.
dikembangkan namun tidak cukup Filemon A. Uriarte, J. 2008. Introduction
untuk mengakses pengetahan baru. to Knowledge Managment. Jakarta:
Pihak eksternal lebih berpotensi Asean Foundation
membawa pengetahuan baru karena
mereka berasal dari konteks, cara Huang, W., K. Siau, et al. 2005. Electronic
berpikir dan cara berperilaku yang sangat Government Strategies and
berbeda dengan organisasi dimana Implementation. Electronic
pegawai bekerja. Melalui pihak eksternal Government Strategies and
ide-ide segar dapat tersuplai ke dalam Implementation. D. Mehdi
organisasi. Selain itu, pemanfaatan Khosrow-Pour. Hershey, New York:
teknologi informasi dan komunikasi Idea Group Inc.
perlu lebih didorong agar dapat Kingston, J. K. C. 2012. Tacit
memungkinkan diseminasi yang lebih Knowledge:Capture, Sharing, And
efektif dan dapat menjangkau seluruh Unwritten Assumptions.
pegawai tanpa terkendala oleh faktor Knowledge Management Practice
ruang dan waktu. manajemen kerja Vol.13 No 3: 1-12.
kolaboratif juga perlu dikembangkan
McNabb, D. E. 2007. Knowledge
karena dapat mendukung bukan hanya
Management in the Public Sector.
diseminasi tetapi seluruh elemen
New York: M.E.Sharpe Inc.
pengelolaan pengetahuan seperti
penciptaan/akuisisi dan aplikasi. Munir, N. S. 2004. Penerapan
Selanjutnya, Aplikasi pengelolaan Manajemen Pengetahuan di
pengetahuan sebagian besarnya Perusahaan di Indonesia. ppm-
bertumpu pada sumber daya manusia. manajemen
itulah sebabnya perpindahan pegawai
dengan alasan apapun dipercaya bisa

Anda mungkin juga menyukai