1. Tadi Mas Aye sudah memaparkan jenis-jenis konten (Visual, Kuis, Audio,
Game, Media interaktif). Kira-kira apa kelebihan dan kekurangan dari setiap
jenis konten tersebut?
Jadi kalau konten untuk konten grafis, dia keunggulannya adalah short. Jadi
maksudnya orang kalau mau lihat informasi yang sekilas dan singkat itu enak pake
infografis. Tapi dia memang terbatas untuk menyampaikan pesan dalam jumlah
tertentu. Kalau video dia kelebihannya audio visual, jadi maksudnya dengan adanya
visual dan audio tertentu itu akan membantu guru untuk menyampaikan sebuah
konsep atau pengetahuan yang lebih kompleks. Kalau game itu kelebihannya ada di
proses belajarnya. Kalau kita mendesain game, itu game bisa memunculkan sisi
menarik. Kalau kuis, keunggulannya terletak pada kemampuan dia untuk bisa
membantu murid mengingat kembali apa yang sudah dipelajari.
Mungkin lebih tepatnya kebutuhan belajar murid. Jadi biasanya kalau kita mau
menentukan jenis konten apa yang ingin diproduksi. Kita harus lihat dulu nih
kebutuhannya apa. Contohnya kalau kita hanya ingin memberikan informasi
mengenai jenis-jenis uang, daripada memilih video yang penjelasannya panjang
kenapa gak pake infografis aja. Sederhananya kalau cuma mau kasih informasi
sederhana itu mending pake infografis. Kalau mau menyampaikan konsep yang agak
kompleks atau tersirat itu bisa pake video. Kalau kita mau membantu murid untuk
mengingat kembali itu bisa pake kuis. Kalau kita ingin murid untuk memiliki
pengalaman belajar yang menyenangkan dan interaktif itu bisa pake game.
Iya pasti ada persiapan baik offline dan online. Kalau online itu biasanya lebih ke
persiapan menentukan media yang akan kita pakai untuk menyampaikan sesuatu.
Kalau offline pakai media tapi mungkin lebih hands-on.
4. Nah kalau begitu bagaimana caranya agar Mas Aye memastikan bahwa murid
mas sudah memahami materi yang diberikan, terutama karena kita tidak bisa
melihat secara langsung murid yang sedang kita ajari?
Jadi pada dasarnya setiap proses belajar itu pasti harus diukur. Nah proses
pengukuran pemahaman ini tidak terjadi di offline. Meskipun kita online sebenarnya
kita juga bisa loh menguji pemahaman mereka. Misalnya kita baru aja selesai
mengajar tentang strata sosial. Alih-alih kita memberikan mereka quiz tentang strata
sosial itu apa. Sebenarnya kita juga bisa memberikan mereka semacam tugas atau
tantangan dimana mereka diminta untuk melihat kondisi lingkungan sekitar mereka
terus kita minta mereka untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ketimpangan strata
sosialnya. Terus kita bisa minta mereka bikin vlog misalnya, dan kita minta mereka
untuk mengirimkan videonya ke kita. Dari video itu kita bisa menilai apakah murid
sudah paham atau belum.
1. Berdasarkan pengalaman Mas Aye selama ini, apa saja yang Mas lakukan
untuk terus meningkatkan keterampilan mas dalam melakukan pengajaran di
platform online?
Saya selalu mencoba mencari celah di bagian mana proses belajar online itu yang
harus diperbaiki. Katakan saya sedang mengajar online, saya akan cari tahu bagian
mana yang harus di-improve. Misalnya saya menjawab terlalu bertele-tele, atau saya
tidak menjawab pertanyaan murid tidak bisa menjawab apa yang dia ingin tau. Atau
jangan-jangan saya masih kurang persiapan. Yang saya lakukan adalah saya
mencoba untuk melakukan refleksi. Biasanya seminggu sekali saya punya kebiasaan
saya buat catatan kecil yang agak kurang beres. Dari catatan kecil itu saya jadi tau
bagian mana yang harus diperbaiki.
2. Apakah Mas Aye merasakan perbedaan yang besar dari skill mas sejak
memulai sampai sekarang?
Salah satu yang saya rasakan betul dari dulu sampai sekarang adalah kemampuan
saya menyampaikan pesan di depan kamera. Ketika saya mengajar konvensional,
mengajar bisa kemana-mana, nah ketika saya belajar untuk membuat media
pembelajaran online seperti ini, saya dituntut untuk bisa menyampaikan pesan dalam
waktu singkat tapi lebih padat. Dulu waktu pertama kali saya bikin video
pembelajaran durasinya itu sekitar 13 menit, video itu pernah beberapa kali saya
putar untuk murid-murid. Saya lihat bahwa ternyata video itu semakin lama semakin
ngantuk. Kalau sekarang saya sudah bisa mulai memprediksi “Oh kalau konten ini
saya buat video 3 menit aja. Gak masalah pendek yang penting pesannya nyampe”.
Dan saya jadi semakin terlatih menyampaikan pesan menjadi lebih singkat dan
mudah dipahami.
3. Cukup lama perjalan Mas Aye meniti karir sebagai guru dan membuat konten
online. Adakah cara-cara untuk mempertahankan kekonsistenan dan kualitas
dalam membuat konten? Karena mungkin dengan segala prosesnya Mas
mengalami kejenuhan