Anda di halaman 1dari 4

Rangkuman Materi

Topik 3 : Persiapan Sebelum Melakukan Pengajaran di Platform


Online

Persiapan Sebelum Mengajar


Tentukan apakah akan mengajar secara synchronous, yaitu murid dan guru berada pada
waktu yang sama; atau asynchronous, yaitu murid dan guru berada pada waktu yang
berbeda
1. Siapakan media pembelajaran (contoh: slide presentasi, video, alat peraga, quiz,
poster, rekaman audio, dll.)
2. Menggunakan “Gimmick” (contoh: game online seperti Quizizz, Kahoot, Puzzle;
polong interaktif seperti Mentimeter, Slido dll.; platform interaktif seperti Jamboard,
Padlet, Seesaw)
3. Platform Video Conference (contoh: Zoom, Google Meet)
4. Rekam proses belajar-mengajar untuk evaluasi diri

Tips Mengajar di Platform Online


● Menggunakan pembelajaran asynchronous agar menghemat kuota
● Membuat konten pembelajaran dalam berbagai bentuk misalnya podcast atau video
pembelajaran
● Membuat konten dalam bentuk gambar dapat menggunakan software seperti Adobe
Illustrator, Adobe Photoshop, Canva, dll. Pilihlah software atau aplikasi yang dirasa
mudah digunakan dan Anda tergugah untuk belajar menggunakannya
● Membuat konten dalam bentuk audio dapat menggunakan software Adobe Auditor
dan aplikasi lainnya
● Membuat konten dalam bentuk video dapat menggunakan device seperti handphone
maupun kamera, lighting, software atau aplikasi mengedit video seperti Kinemaster,
Film Maker, Adobe Premiere Pro, After Effect, Final Cut Pro, Vegas.
● Membuat konten dalam bentuk rekaman dari layar laptop atau komputer dengan
menggunakan webcam dan software seperti Camtasia, OBS, dll.
● Utamakan agar siswa dapat belajar dengan optimal melalui video pembelajaran
tersebut

Menjadi Pencipta Konten Pengajaran Online


Kunci utama : Gali potensi diri → tekuni → monetisasi
Talkshow Karakteristik Konten Pengajaran dan Persiapan Mengajar Online
Speaker : Mas Aye

1. Tadi Mas Aye sudah memaparkan jenis-jenis konten (Visual, Kuis, Audio,
Game, Media interaktif). Kira-kira apa kelebihan dan kekurangan dari setiap
jenis konten tersebut?

Jadi kalau konten untuk konten grafis, dia keunggulannya adalah short. Jadi
maksudnya orang kalau mau lihat informasi yang sekilas dan singkat itu enak pake
infografis. Tapi dia memang terbatas untuk menyampaikan pesan dalam jumlah
tertentu. Kalau video dia kelebihannya audio visual, jadi maksudnya dengan adanya
visual dan audio tertentu itu akan membantu guru untuk menyampaikan sebuah
konsep atau pengetahuan yang lebih kompleks. Kalau game itu kelebihannya ada di
proses belajarnya. Kalau kita mendesain game, itu game bisa memunculkan sisi
menarik. Kalau kuis, keunggulannya terletak pada kemampuan dia untuk bisa
membantu murid mengingat kembali apa yang sudah dipelajari.

2. Berdasarkan karakteristik dari masing-masing jenis konten tersebut,


bagaimana cara Mas Aye memilih jenis konten yang sesuai dengan kebutuhan
Mas?

Mungkin lebih tepatnya kebutuhan belajar murid. Jadi biasanya kalau kita mau
menentukan jenis konten apa yang ingin diproduksi. Kita harus lihat dulu nih
kebutuhannya apa. Contohnya kalau kita hanya ingin memberikan informasi
mengenai jenis-jenis uang, daripada memilih video yang penjelasannya panjang
kenapa gak pake infografis aja. Sederhananya kalau cuma mau kasih informasi
sederhana itu mending pake infografis. Kalau mau menyampaikan konsep yang agak
kompleks atau tersirat itu bisa pake video. Kalau kita mau membantu murid untuk
mengingat kembali itu bisa pake kuis. Kalau kita ingin murid untuk memiliki
pengalaman belajar yang menyenangkan dan interaktif itu bisa pake game.

3. Berdasarkan pengalaman Mas Aye, apakah terdapat persiapan tertentu secara


mental ketika akan mengajar di platform online? Karena mungkin
pengalamannya beda dengan ketika mengajar secara offline di sekolah.

Iya pasti ada persiapan baik offline dan online. Kalau online itu biasanya lebih ke
persiapan menentukan media yang akan kita pakai untuk menyampaikan sesuatu.
Kalau offline pakai media tapi mungkin lebih hands-on.

4. Nah kalau begitu bagaimana caranya agar Mas Aye memastikan bahwa murid
mas sudah memahami materi yang diberikan, terutama karena kita tidak bisa
melihat secara langsung murid yang sedang kita ajari?

Jadi pada dasarnya setiap proses belajar itu pasti harus diukur. Nah proses
pengukuran pemahaman ini tidak terjadi di offline. Meskipun kita online sebenarnya
kita juga bisa loh menguji pemahaman mereka. Misalnya kita baru aja selesai
mengajar tentang strata sosial. Alih-alih kita memberikan mereka quiz tentang strata
sosial itu apa. Sebenarnya kita juga bisa memberikan mereka semacam tugas atau
tantangan dimana mereka diminta untuk melihat kondisi lingkungan sekitar mereka
terus kita minta mereka untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ketimpangan strata
sosialnya. Terus kita bisa minta mereka bikin vlog misalnya, dan kita minta mereka
untuk mengirimkan videonya ke kita. Dari video itu kita bisa menilai apakah murid
sudah paham atau belum.

Talkshow Membangun dan Mempertahankan Keterampilan sebagai Guru di Platform


Online
Speaker : Mas Aye

1. Berdasarkan pengalaman Mas Aye selama ini, apa saja yang Mas lakukan
untuk terus meningkatkan keterampilan mas dalam melakukan pengajaran di
platform online?

Saya selalu mencoba mencari celah di bagian mana proses belajar online itu yang
harus diperbaiki. Katakan saya sedang mengajar online, saya akan cari tahu bagian
mana yang harus di-improve. Misalnya saya menjawab terlalu bertele-tele, atau saya
tidak menjawab pertanyaan murid tidak bisa menjawab apa yang dia ingin tau. Atau
jangan-jangan saya masih kurang persiapan. Yang saya lakukan adalah saya
mencoba untuk melakukan refleksi. Biasanya seminggu sekali saya punya kebiasaan
saya buat catatan kecil yang agak kurang beres. Dari catatan kecil itu saya jadi tau
bagian mana yang harus diperbaiki.

2. Apakah Mas Aye merasakan perbedaan yang besar dari skill mas sejak
memulai sampai sekarang?

Salah satu yang saya rasakan betul dari dulu sampai sekarang adalah kemampuan
saya menyampaikan pesan di depan kamera. Ketika saya mengajar konvensional,
mengajar bisa kemana-mana, nah ketika saya belajar untuk membuat media
pembelajaran online seperti ini, saya dituntut untuk bisa menyampaikan pesan dalam
waktu singkat tapi lebih padat. Dulu waktu pertama kali saya bikin video
pembelajaran durasinya itu sekitar 13 menit, video itu pernah beberapa kali saya
putar untuk murid-murid. Saya lihat bahwa ternyata video itu semakin lama semakin
ngantuk. Kalau sekarang saya sudah bisa mulai memprediksi “Oh kalau konten ini
saya buat video 3 menit aja. Gak masalah pendek yang penting pesannya nyampe”.
Dan saya jadi semakin terlatih menyampaikan pesan menjadi lebih singkat dan
mudah dipahami.

3. Cukup lama perjalan Mas Aye meniti karir sebagai guru dan membuat konten
online. Adakah cara-cara untuk mempertahankan kekonsistenan dan kualitas
dalam membuat konten? Karena mungkin dengan segala prosesnya Mas
mengalami kejenuhan

Sekarang saya sudah mulai menemukan tantangan baru, bagaimana caranya


membantu guru lain untuk membantu konten pengajaran yang tidak hanya interaktif
tapi jadi mudah untuk dimengerti. Saya jadi mencoba untuk berkolaborasi dengan
teman-teman guru yang lain untuk menciptakan konten pengajaran yang bermakna
untuk murid-murid
4. Terakhir, apakah Mas Aye memiliki pengalaman-pengalaman menyenangkan
yang bisa dibagi agar menambah semangat jika ingin membangun karir
sebagai guru online?
Ada cukup banyak pengalaman yang menarik. Tapi ada satu pengalaman yang
sangat berharga yang dijadikan pembelajaran sampai sekarang. Saya pernah
membuat konten yang jumlahnya sangat banyak. Saya persiapan dari jam 10 sampai
jam 12 malam. Dan waktu sudah jam 10 malam saya sudah merasa capek,
bayangkan saja di depan kamera durasinya panjang dan harus mempertahankan
intonasi dan gestur. Sampai suatu ketika saya syuting video terakhir jam 12 malam
itu di puncak rasa capek. Terus saya berpikir kalau di video ini saya menunjukkan
wajah lesu dan tidak menunjukkan energi di depan kamera, murid-murid juga pasti
bosan. Akhirnya saya mengubah mindset dan mood saya agar menjadi sangat
enerjik sehingga video tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Meskipun anda tidak
langsung berhadapan dengan murid, tapi kalau anda bisa membayangkan kalau
bahwa konten ini akan diakses oleh murid dan anda membawa semangat itu dalam
proses syuting, itu pesannya pasti akan nyampe ke murid. Jadi jangan menganggap
bikin konten doang gampang, kita juga harus memiliki ikatan emosional ketika kita
membuat konten. Gestur dan wajah kita akan tetap terlihat sama seperti kalau murid
belajar tatap muka dengan kita. Saya selalu mencoba membayangkan kalau konten
ini akan ada di internet selamanya dan akan membantu jutaan murid di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai