Anda di halaman 1dari 4

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Desa Tenganan adalah sebuah desa tradisional di pulau Bali yang menganut
agama Hindu indra. Desa ini terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem
di sebelah timur pulau Bali. Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa
Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran. Desa tenganan juaga merupakan tempat
pariwisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun manca negara selain
keunikan dari tradisinya, desa tengan juga merupakan desa seni salah satu
keseniannya yang sudah terkenal hingga manca negara yaitu kain gringsing.

Kain Gringsing merupakan salah satu kesenian peninggalan leluhur desa


Tenganan. Tercatat di dunia, selain Kimono asal jepang, kain Gringsing lah yang juga
menggunakan seni tenun ikat ganda dalam pembuatannya. Menurut masayarakat
tenganan kain gringsing tidak dapat dibuat oleh sembarang orang dikarnakan
pembuatan kain gringsing di desa tenganan masih trikat oleh kepercayaan. Menurut
kepercayaannya orang yang mampu membuat kain gringsing hanya orang yang
dianugrahi wahyu oleh kepercayaannya.

Sementara itu, melihat dari keunikan desa tenganan yang memiliki berbagai
kesenian serta kumpulan data yang telah kami kumpulkan. Kami ingin melakukan
penelitian terhadap kesenian kain gringsing, yang berjudul “Proses pembuatan kain
gringsing”.

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuat tugas sekolah.
2. Untuk mengetahui cara pembuatan kain gringsing.

C. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti diharapkan mampu menambah wawasan.
2. Bagi masyarakat umum agar masyarakat tahu bagaimana cara pembuatan kain
gringsing.
BAB II. PEMBAHASAN

A. Alat dan bahan


 Alat
1. Gili – gilian
2. Poor
3. Cag – cag
4. Kulit kayu
 Bahan
1. Benang bali
2. Minyak tingkih
3. Daun taum

Alat
Bahan

B. Proses kerja

Penjemuran
Pewarnaan Lilit (bebed)
Hingga kering

1 Bulan

Pewarnaan
Penenunan berkali - kali

3 – 4 minggu Min 4 th

1. Proses pertama pembuatan kain Gringsing dimulai dengan pembuatan warna pada
benang. Umumnya warna kain Gringsing hanya terdapat 3 sampai 4 warna, kuning,
biru, merah, dan hitam. Proses pewarnaan pertama adalah pemberian warna dasar
pada benang, yaitu warna kuning. Untuk menghasilkan warna kuning, benang
direndam di minyak kemiri selama 1 bulan,
2. kemudian dijemur hingga kering.

3. Setelah itu, benang berwarna kuning tersebut dililitkan pada kerangka kayu sesuai
dengan ukuran kain Gringsing yang hendak dibuat.

4. Setelah ketahuan ukurannya, baru dibuatkan pola motif. Cara pembuatannya adalah
motif yang hendak diberi warna merah, hitam, ataupun mempertahankan warna
kuning tersebut, dililitkan tali rafia berbeda warna sesuai warna yang hendak dibuat.
Sisanya dibiarkan terbuka tanpa lilitan rafia untuk dicelup ke rendaman daun Taum
atau daun Indigo selama seminggu untuk menghasilkan warna biru. Untuk proses ini,
benang dikirim ke kota dekat pantai agar menghasilkan warna biru yang lebih
maksimal. Kemudian setelah pemberian warna biru, benang dikirim lagi ke Tenganan
untuk dilanjutkan kembali proses pewarnaannya yaitu warna merah. Untuk
menghasilkan warna merah, digunakan rendaman akar kulit sunti atau mengkudu.
Pewarnaan merah ini sangat memerlukan waktu lama bisa 2 sampai 4 tahun karena
proses pengeringannya membutuhkan waktu banyak. Itupun sudah dipercepat, dulu
bisa memakan waktu hingga 10 tahun karena pengeringannya menggunakan angin
bukan matahari demi menghasilkan warna merah yang lebih bagus. Proses pewarnaan
merah merupakan proses terakhir. Hitam sendiri bisa dibuat dari warna biru yang
ditimpa warna merah berkali-kali.

5. Setelah semua proses itu selesai, baru dilakukan tenunan. Menenun untuk
mendapatkan motif yang diinginkan memerlukan ketelitian dan kesabaran. Proses
menenun kain Gringsing itu sendiri memerlukan waktu 3 hingga 4 minggu.

Anda mungkin juga menyukai