ABSTRAK
Jumlah lanjut usia di Indonesia semakin bertambah dan hal ini membawa pengaruh
besar dalam pengelolaan masalah kesehatannya. Kesehatan fisik dan mental merupakan faktor
utama dalam peningkatan usia harapan hidup. Untuk menjaga kesehatan fisik dan mental
diperlukan upaya pembinaan lansia melalui puskesmas dengan mendirikan posyandu lansia.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penerapan model coaching sebagai upaya
meningkatkan kepuasan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di posyandu lansia. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian pra eksperimen dengan metode one-group pretest-posttes
design. Populasinya adalah seluruh kader di Desa Sidorejo. Teknik sampling yang digunakan
adalah total sampling berjumlah 20 kader dan 60 lansia. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner. Analisa data dengan paired T Test untuk mengetahui pengaruh antara
dua variabel dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Hasil penelitian diperoleh kepuasan
responden sebelum dilakukan penerapan model coaching sebagian besar kurang puas (65%).
Sedangkan kepuasan setelah penerapan model coaching sebagian besar merasakan puas
(86,7%). Hasil uji analisa data diperoleh kesimpulkan ada pengaruh penerapan model coaching
sebagai upaya meningkatkan kepuasan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di posyandu lansia.
Proses coaching merupakan kegiatan pendampingan yang sangat memberikan pengaruh baik
terhadap coachee. Proses yang berkesinambungan dapat memberikan perubahan yang
signifikan terhadap bentuk pelayanan kesehatan khususnya yang dilakukan oleh kader
kesehatan.
ABSTRACT
The number of elderly in Indonesia is growing. It has a major impact on the management
of health problems. Physical and mental health is a major factor in increasing life expectancy.
In maintaining physical and mental health is required effort of coaching elderly group through
puskesmas by establishing posyandu for elderly. This research used pre experimental research
design with one-group pretest-posttes design method. The population was all cadres in Sidorejo
Village. The sampling technique used was total sampling amounted to 20 cadres and 60 elderly.
Analysis of data user paired T Test to determine the effect between two variables with
significance level p ≤ 0.05. The result of the research was the satisfaction of respondent before
the implementation of coaching model mostly with less satisfied (65%). While satisfaction after
application of coaching model mostly feel satisfied (86,7%). The results of data analysis test
obtained that there was influence of application of "Coaching" model as efforts to improve
public satisfaction in health care at posyandu for elderly. The coaching process is an advisory
activity that greatly influences both coachee and coachee service suggestions. Continuous
processes can provide significant changes to the form of health services especially those
conducted by health cadres.
-23-
Achmad Junaedi dkk., Penerapan Model Coaching sebagai Upaya Meningkatkan Kepuasan Masyarakat
dalam Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
-24-
Achmad Junaedi dkk., Penerapan Model Coaching sebagai Upaya Meningkatkan Kepuasan Masyarakat
dalam Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
-25-
Achmad Junaedi dkk., Penerapan Model Coaching sebagai Upaya Meningkatkan Kepuasan Masyarakat
dalam Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
-26-
Achmad Junaedi dkk., Penerapan Model Coaching sebagai Upaya Meningkatkan Kepuasan Masyarakat
dalam Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
berbagai faktor eksternal yang perlu kesetaraan, maka coaching berfokus pada
dipertimbangkan. tujuan dan mendukung coachee agar dapat
Menurut Sugiharto (2012) mencapai hasil yang lebih baik
mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat dibandingkan coachee yang melakukan
perasaan seseorang setelah membandingkan proses eksplorasi sendiri, Pemberdayaan,
kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan inilah yang membedakan coaching dengan
harapannya. Tingkat kepuasan merupakan jenis pengembangan pribadi lainnya. Proses
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang memberdayakan pikiran berbeda dengan
dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja instruksi, mengarahkan, atau perintah satu
sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat arah saja. Memberdayakan pikiran
puas. Sedangkan bila kinerja melebihi cenderung dalam bentuk dialog, diskusi atau
harapan, maka pelanggan akan merasakan tanya jawab antara seorang coach dan
sangat puas. Harapan pelanggan dapat coahee yang memancing/merangsang proses
dibentuk oleh pengalaman masa lampau. berfikir mendalam pada diri coachee
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, tersebut. Dari proses memberdayakan
kurang sensitif terhadap harga dan memberi pikiran tersebut akan mampu menggali
komentar yang baik. inspirasi coachee menemukan jawaban-
Pelanggan dalam hal ini adalah lansia jawaban sendiri yang mungkin mereka tidak
membutuhkan pelayanan yang baik dari para sadar sebelumnya, Optimalisasi. Peran
pemberi pelayanan (kader kesehatan). seorang coach bukan hanya memastikan
Pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini coachee menemukan jawaban dari masalah
adalah kader kesehatan, memberikan atau tantangannya, dan juga memastikan
dampak yang luar biasa terhadap bagaimana jawaban tersebut diterapkan oleh
penerimaan pelayanan bagi lansia. Kegiatan coachee dalam bentuk tindakan-tindakan
pendampingan metode coaching nyata yang pada akhirnya mampu
memberikan hasil yang baik dalam mengoptimalkan potensi pribadi atau
pemberian pelayanan kesehatan. Di dalam profesional mereka, bergantung dalam
pelaksanaannya lebih menekankan pada konteks apa proses coaching itu sedang
pemberian pelayanan yang berbasis dilakukan (Pramudianto, 2015).
humanistik dan memahami masing-masing Kegiatan pendampingan yang
kebutuhan lansia. dilakukan secara intensif kepada kader dapat
menambah kemampuan kader dalam
Analisis Pengaruh Penerapan Metode memberikan pelayanan kesehatan kepada
Coaching sebagai Upaya Meningkatkan lansia. Kader lebih caring atau peduli
Kepuasan Masyarakat dalam Pelayanan dengan lansia, peka terhadap kebutuhan dan
Posyandu Lansia Tahun 2018 keluhan lansia, lebih sabar dalam
memberikan pelayanan. Sikap tersebut dapat
Berdasarkan hasil analisis Paired-
memberikan perubahan respon kepuasan
Samples T Test didapatkan P = 0,000,
dari lansia. Dampak lainnya adalah lansia
sehingga P = 0,000 < α = 0,05. Kesimpulan
lebih aktif mengikuti kegitan posyandu
hipotesanya adalah, ada pengaruh
lansia karena mendapatkan pelayanan yang
penerapan metode coaching sebagai upaya
baik dari kader dan petugas kesehatan.
meningkatkan kepuasan masyarakat dalam
pelayanan posyandu lansia tahun 2018.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Coaching sebagai bentuk kemitraan
bersama coachee untuk memaksimalkan Kesimpulan
potensi pribadi dan professional yang
Kepuasan masyarakat tentang pelayanan
dimilikinya melalui proses yang
posyandu lansia sebelum dilakukan coaching
menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran
sebagian besar kurang puas. Kepuasan
dan proses kreatif. Coaching ditekankan
masyarakat tentang pelayanan posyandu lansia
pada 3 (tiga) hal: kemitraan, pemberdayaan
sesudah dilakukan coaching sebagian besar
dan optimalisasi. Kesetaraan ini berarti
puas. Ada pengaruh penerapan metode
tidak ada pihak yang otoritasnya lebih
coaching terhadap kepuasan masyarakat
tinggi. Berdasarkan prinsip kemitraan dan
tentang pelayanan posyandu lansia.
-27-
Achmad Junaedi dkk., Penerapan Model Coaching sebagai Upaya Meningkatkan Kepuasan Masyarakat
dalam Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
Saran
Kepuasan dalam pelayanan kesehatan Depkes. RI. (2013). Profil Kesehatan
tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya Indonesia, JNPK – FR, Jakarta.
fasilitas dan sarana kesehatan, tetapi juga
Okprina DM, Roesminingsih E. (2015).
dipengaruhi oleh pemberi pelayanan
Strategi Komunikasi Pengawas
kesehatan. Kemampuan dalam memberikan
Pendidikan Menengah Di Lingkup Dinas
pelayanan kesehatan memerlukan kemampuan
Pendidikan Kabupaten Gresik. Jurnal
terutama dalam melatih diri untuk bersikap
Inspirasi Pendidikan, 4(4):108-121,
menghargai dan peka terhadap kebutuhan
diakses tanggal 07 Agustus 2017.
masyarakat. Apalagi yang menjadi sasaran
layanan kesehatannya adalah lansia, yang Pramudianto. (2015). I’m Coach. CV Andi
mempunya keterbatasan secara fisik dan Offset, Yogyakarta.
mengalami penurunan fungsi kesehatan karena Sugiharto. AS. (2012). Manajemen
faktor usia. Metode coaching yang dilakukan Keperawatan, Aplikasi MPKP, EGC,
kepada pemberi pelayanan kesehatan, mampu Jakarta.
memberikan perubahan terhadap layanan
kesehatan terutama dalam kegiatan posyandu Subramaniam A, Silong A, ULi J, Ismail I.
lansia. (2015). Effects of coaching supervision,
mentoring supervision and abusive
5. REFERENSI supervision on talent development
among trainee doctors in public
Alleyne J, Jumaa MO. (2007). Building the hospitals, moderating role of clinical
capacity for evidence-based clinical learning environment. BMC Med
nursing leadership: the role of executive Educ.;15:129, diakses tanggal 07
co-coaching and group clinical Agustus 2017
supervision for quality patient services. J
Nurs Manag. Mar;15(2):230-243,
diakses tanggal 07 Agustus 2017.
-28-