Disusun Oleh:
Kelompok 1
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
Pemicu 2 DK 1
Tn. Y umur 35 Tahun, dengan Riwayat gagal ginjal kronis sejak 5 tahun yng lalu.Kondisi
sekarang ini menjalani perawatan cuci darah 2x setiap minggu. Kebiasaan sebelum sakit
Tn. Y sering minum minuman berenergi 1 bungkus 2x sehari setiap pagi sebelum
berangkat kerja dan jam istirahat dengan tujuan untuk meningkatkan stamina. Kondisi st
ini badan terasa lemas, sering muncul sesak dan kaki bengkak bila kelebihan minum
500cc dari jumlah cairan yang di tentukan. Pada saat kontral di RS, dokter menganjurkan
untuk cangkok ginjal atau stem cell. Dokter menginformasikan jika sudah banyak yang
berhasil dengan cangkok ginjal atau cangkok organ lainnya di kasus lain. di sela sela
konsultasi Tn. Y menyampaikan kalau euthanasia saja karena sudah capek dengan
sakitnya. Namun disisilain TN y berfikir apakah euthanasia kan menyalahi ketentuan dan
takdir Alloh, kalau cangkok ginjal dari siapa yang bersedia memberikan untuk nya,
apakah dari orang mati. Pikiran ini yang terus berkecamuk di pikiran TN Y
STEP 1
STEP II
STEP III
1. JAWABAN :
Dalam hal ini perawat melakukan pengkajian terkait dengan
pengetahuan yang dimiliki klien tentang cangkok ginjal dan
euthanasia. Karena jika klien sudah mengetahui, bisa juga menjadi
pertimbangan untuk mengambil keputusan. Selain itu, kita juga dapat
membantu memfasilitasi klien untuk bertemu atau berdiskusi dengan
keluarga dan juga tokoh ulama. Di mana kedua pihak tersebut dapat
memberikan masukan dan juga motivasi kepada klien agar dapat
memilih keputusan yang tepat dan tidak putus asa. (Salsabila)
Perawat berperan sebagai edukatrr untuk menjelaskan setiap prosedur
yang akan diberikan kepada klien dan perawat sebagai suporter
kepada klien untuk memaksimalkan proses pengobatannya. Dukungan
keluarga seperti apa yang kita ketahui merupakan hal terpenting bagi
klien karena keluarga merupakan orang terdekat bagi klien. Tokoh
ulama berperan sebagai pengisi batin kepada klien supaya optimis
dalam pengobatannya (alifiyah)
2. JAWABAN
Kafein, taurin, ekstrak ginseng, dan gula yang berlebihan berada
dalam minuman berenergi yang menyebabkan terjadinya ggk.Terlalu
sering atau terlalu banyak mengonsumsi minuman berenergi yang
mengandung zat-zat seperti diatas dapat mengakibatkan naiknya
tekanan darah dan juga menyebabkan gangguan aliran darah pada
ginjal. (Alma)
Dokter menganjurkan kepada Tn. Y untuk melakukan cangkok ginjal
dikarenakan Tn. Y sudah mengalami gagal ginjal kronis yang
memang mayoritas harus dilakukan transplantasi ginjal, ini juga
dikarenakan banyak yang berhasil dari pasien-pasien lainnya.
Hubungan minuman berenergi dengan gagal ginjal kronis yaitu karena
jika terlalu sering atau terlalu banyak mengonsumsi minuman
berenergi yang mengandung zat-zat tersebut dapat mengakibatkan
naiknya tekanan darah dan gangguan aliran darah pada ginjal. Dan
akan mengakibatkan gagal ginjal akut, sedangkan karna Tn. Y sering
meminumnya maka akan terus bertahap dan menyebabkan gagal
ginjal kronis (Yulia Retno)
3. JAWABAN
Menurut saya mungkin terdapat jalan Pengunaan alternatif seperti
habba sauda yg dalam riwayat disebutkan merupakan obat untuk
segala macam penyakit kecuali kematian. Dan penyakit jantung
sendiri berkaitan dengan aliran darah yang bisa di terapi dengan
bekam (arif)
Bisa dilakukan dengan cara membuat ramuan herbal dari biji kelabet,
bunga camomile, juga bunga lembayung. Ramuan tersebut
digosokkan ke pinggang pasien sampai terasa hangat (merry)
4. JAWABAN
Jumlah asupan cairan yang diperbolehkan pada pasien gagal ginjal
ditentukan oleh jumlah urine yang dapat diproduksi pasien dalam 24
jam. Umumnya, sekitar 500-700 ml cairan per hari ditambah urine
output (ml). Misalnya, kalau pasien bisa buang air kecil sebanyak 500
ml peer hari, total asupan cairan yang diperbolehkan adalah 1200 ml
per hari (700 ml + 500 ml). (Dina)
Kelebihan cairan didalam tubuh pasien gagal ginjal berimbas pada
edema paru (atau adanya cairan didalam paru paru) sehingga membuat
sesak. Sedangkan bengkak terjadi karena kelebihan cairan membuat
edem juga di kaki.Sedangkan untuk asupan cairan yang dianjurkan
pada pasien gagal ginjal ditentukan oleh jumlah urine yang dapat
diproduksi pasien dalam 24 jam. (Yuliana)
5. JAWABAN
peran perawat nya setelah mengetahui Tn. Y ingi melakukan
euthanasia yaitu di edukasi di berikan pemahaman terkait euthanasia,
dan juga di berikan motivasi agar tidak melakukan hal tersebut dan
lebih mencari cara lain yang masih bisa di lakukan (ola)
Betul mencari cara lain, apalagi disitu sudah disarankan beberapa
pengobatan seperti cangkok ginjal, perawat juga bisa meyakinkan
pasien tentang keberhasilan dalam cangkok ginjal dengan
menceritakan kisah seorang yg telah berhasil dalam cangkok ginjal
tersebut (salwa)
6. JAWABAN
Ginjal yang dicangkok dapat berasal dari donor yang masih hidup atau
sudah meninggal dunia.(Omaliah)
donor mati boleh dilakukan apabila ada permintaan pendonor sendiri
ataupun keluarga. (Alifiah)
7. JAWABAN
Manfaat cuci darah di sini yaitu untuk membantu menggantikan
fungsi ginjal agar tubuh tetap memiliki keseimbangan fungsi yang
baik atau yaitu untuk menyaring darah sehingga racun-racun yang
menumpuk dalam darah dapat terangkat. (Syifa)
Ketika mengalami ginjal gagal dia akan melakukan penyaringan, dan
akhirnya terjadi penumpukan limbah, racun dan cairan dalam tubuh.
Kondisi ini berisiko membahayakan kesehatan tubuh secara
keseluruhan, maka dari itu perlu adanya proses cuci darah untuk
mencegah berbagai komplikasi fatal. Seperti yang sudah di jelaskan
oleh Syifa bahwa cuci darah ini untuk menggantikan fungsi ginjal
agar tubuh tetap memiliki keseimbangan fungsi. Tetapi cuci darah ini
tidak dapat menyembuhkan penyakit ginjal atau kondisi lain yang
mempengaruhi kerja ginjal (Yulia Retno)
8. JAWABAN
Euthanasia merupakan suatu tindakan untuk mengakhiri kehidupan
baik aktif maupun pasif, dan itu tidak diperbolehkan dalam Islam
karena seperti bunuh diri. Selain itu dilihat dari kasus ini, bahwa
alasan klien ingin euthanasia adalah karena sudah putus asa. Dan hal
tersebut merupakan salah satu perbuatan yang kurang disukai.
(Salsabila)
Islam mebolehkan penderita penyakit kronis dieuthanasia tetapi
dengan memenuhisyarat-syarat berikut:
obat atau vaksin yang tidak ada
kondisi kesehatan yang semakin parah
atas permintaannya dan atau keluarganya serta atas persetujuan
dokter
adanya peraturan perundang-undangan yang mengizinkannya.
(Alma)
9. JAWABAN
Baik saya sendiri izin menjawab, dengan cara tetap mengedukasi dan
beri contoh contoh kasus serta meyakinkan kepada pasien. (Merry)
Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur yang akan dijalankan
dan memberikan semangat untuk bisa meneruskan hidup,bekerja sama
dengan keluarga untuk meyakinkan pasien, informasikan tentang
cangkok ginjal itu banyak yang berhasil dan berikan contohnya (dina)
10. JAWABAN
Baik izin menjawab menurut saya kandung kaffeine dalam minuman
energi yang menyebabkan tekanan darah meningkat sehingga terjadi
rentetan tersebut. Kafein memiliki efek meningkatkan tekanan darah
karena dapat berikatan dengan reseptor adenosin yang nantinya akan
mengaktifkan system saraf simpatik dan pada akhirnya terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah. (Arif)
Kandungan terbanyak pada minuman berenergi adalah kafein. Kafein
merupakan zat perangsang (stimulan) sistem saraf yang membuat
tubuh menjadi lebih waspada dan tetap terjaga. Minuman berenergi
juga memiliki kandungan gula yang tinggi, bisa dalam bentuk
fruktosa, sukrosa, maupun pemanis buatan. (Syifa)
11. Setau saya di Indonesia sendiri belum ada payung hukum yang mengatur
euthanasia, namun dengan hukum Islam juga norma adat hal tersebut tidak
diperbolehkan
12. JAWABAN
hal yang membuat Tn.Y ingun euthanasia karena sudah capek dengan
sakitnya, beliau mengatakan seperti itu saat berkonsultasi (lola)
dalam kasus disebutkan Tn. Y ini sudah mempunyai riwayat penyakit
gagal ginjal selama 5 tahun, dan Tn. Y merasa cape dengan sakitnya.
(Omaliah)
13. Risiko nya yaitu penolakan tubuh terhadap ginjal baru
14. JAWABAN
Izin menjawab, untuk pengambilan dan transplantasi organ tubuh
tanpa adanya alasan yang dibenarkan secara syar'i hukumnya haram
(merry)
Transplantasi organ atau jaringan tubuh pendonor hidup kepada orang
lain dibolehkan dengan ketentuan terdapat kebutuhan mendesak yang
dibenarkan secara syar'i (dharurah syariah). Kemudian, tidak ada
dharar bagi pendonor karena pengambilan organ atau jaringan tubuh
baik sebagian ataupun keseluruhan. (Syifa)
15. JAWABAN
Euthanasia di Indonesia masih belum ada yang memperbolehkan dari
segi hukum, walaupun permintaan pasien, seharusnya masih tidak bisa
dilakukan. Sebagai perawat perlu kita untuk memberikan edukasi
kepada pasien untuk tetap mencoba atau berikhtiar melakukan cara
lain selain euthanasia yaitu dengan melakukan transplantasi ginjal.
Dimana transplantasi ginjal ini sudah dinyatakan di perbolehkan jika
dengan alasan yang Syar'i (Yulia Retno)
Meskipun itu keinginan klien, banyak hal yang harus
dipertimbangkan, terlebih lagi di Indonesia masih banyak yang pro
dan kontra, serta belum ada payung hukum yang mengaturnya. Maka
dari itu, peran kita adalah menedukasi klien terkait tindakan ini,
hukum yang terkait, dsb. Serta memfasilitasi klein untuk bertemu
dengan ahli agama dan keluarga untuk mendiskusikannya terlebih
dahulu dan mencari jalan lain (salsabila)
KESIMPULAN
Tn. Y sejak 5 tahun kebelakang sudah terbiasa untuk meminum minuman berenergi
dalam 2x sehari 1 bungkus yang beranggapan untuk meningkatkan stamina, dan diminum
pada saat pagi hari juga siang hari ketika jam istirahat. Dari kebiasaan tersebut
memberikan dampak negatif untuk tubuh Tn. Y yang dikarenakan minuman berenergi
terdapat kandungan kaffeine yang akan memberikan efek samping yaitu meningkatkan
tekanan darah karena dapat berikatan dengan reseptor adenosin yang nantinya akan
mengaktifkan system' saraf simpatik dan pada akhirnya terjadi vasokonstiksi pembuluh
darah. Serta Minuman berenergi juga memiliki kandungan gula yang tinggi, bisa dalam
bentuk fruktosa, sukrosa, maupun pemanis buatan. Maka dari itu minuman berenergi
tersebut dapat memberikan efek samping kepada Tn.Y menjadi lemas, sesak nafas, dan
kaki bengkak bila kelebihan minum 500cc. Pada saat kontrol di RS, dokter mengajurkan
Tn.Y untuk cangkok ginjal atau stem cell dikarenakan Tn.Y sudah mengalami gagal
ginjal kronis, tetapi di sela sela konsultasi Tn.Y menyampaikan kalau Tn. Y ingin di
euthanasia saja karena sudah capek dengan sakitnya, namun disisi lain Tn. Y berpikir
apakah euthanasia menyalahkan ketentuan dan takdir Allah SWT. Pengambilan
keputusan untuk euthanasia menurut islam yaitu tidak diperbolehkan karena dianggap
seperti bunuh diri dan pasien juga merasa sudah putus asa. Tetapi islam juga
memperbolehkan untuk melakukan euthanasia dengan beberapa syarat yaitu tidak ada
obatnya, kondisinya yang semakin parah, permintaan pasian, keluarga dan atas
persetujuan dokter, adanya peraturan uu yg mengizinkan.
Pada pandangan Islam, Biasanya pengobatan yang dilakukan oleh nabi atau juga
pengobatan herbal agar tidak melakukan transplantasi ginjal yaitu mengonsumsi
habbatussauda dan juga ramuan herbal dari biji2an dan bunga2an, tetapi obat2an ini
bukan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Islam juga mengharamkan melakukan
transplantasi organ tanpa alasan yang dibenarkan oleh syar'i.
PETA KONSEP
LO
1. Cangkok Ginjal
a. Definisi
b. Indikasi
c. Komplikasi
d. Syarat pendonor dan mendapat donor
e. Pandangan Islam
f. Pandangan Medis (hukum)
g. Peran perawat akan tindakan tsb
2. Stem Cell
a. Definisi
b. Indikasi
c. Kontraindikasi
d. Penatalaksanaan
e. Pandangan Islam terkait stem cell
3. Eutanasia
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Syarat/indikasi
d. Pandangan Islam
4. Pandangan medis (beserta hukum nasional dan internasional)
5. Peran perawat thd tindak eutanasia
6. Inform consent
7. Askep
STEP 5
1. Cangkok Ginjal
a. Definisi
Transplantasi ginjal merupakan terapi paripurna (Total Renal
ReplacementTeraphy) untuk menolong pasien dengan kegagalan organ
ginjalnya, sehinggapasien merasa tidak lagi sakit ginjal dan dapat hidup dengan
normal, serta lebih unggul baik dari segi prosedur, kualitas hidup,
ketergantungan pada fasilitas medis, biaya, dan diyakini dapat meningkatkan
harapan hidup tanpa harus menjalani cuci darah lagi. (Susanto, 2019)
“Transplantasi Ginjal” atau “Pencangkokan Ginjal” adalah prosedur operasi
bedah yang dilakukan untuk mengganti organ ginjal yang mengalami
kerusakan akibat gagal ginjal kronis stadium akhir. (Sjahdeini, 2020)
Transplantasi ginjal adalah terapi penggantian ginjal yang melibatkan
pencangkokan ginjal dari orang hidup atau mati kepada orang yang
membutuhkan. Transplantasi ginjal menjadi terapi pilihan untuk sebagian
akbar pasien dengan gagal ginjal dan penyakit ginjal stadium belakang.
Transplantasi ginjal menjadi pilihan untuk meningkatkan mutu hidup pasien.
Ginjal transplan biasanya tidak diletakkan di tempat asli ginjal yang sudah
rusak, biasanya di fossa iliaka, sehingga diperlukan pasokan darah yang
berbeda, seperti arteri renalis yang dihubungkan ke arteri iliaka eksterna dan
vena renalis yang dihubungkan ke vena iliaka eksterna.
Terdapat sejumlah komplikasi (penyulit) setelah transplantasi, seperti rejeksi
(penolakan), infeksi, sepsis, gangguan proliferasi limfa pasca-transplantasi,
ketidakseimbangan elektrolit, dan lain sebagainya. (Anonim, 2020)
Ginjal dikeluarkan dari tubuh donor, didinginkan dan segera dibawa ke rumah
yang sama dan seru darahnya tidak mengandung antibodi terhadap jaringan.
(Setiadi, 2014)
b. Indikasi
Resipien
1. Indikasi:
Semua pasien penyakit ginjal kronik stadium 5, kecuali adakontraindikasi.
2. Kontraindikasi:
Penyakit kardiovaskular yang berat (EF <35%, penyakit jantung katup,
aritmia ventrikular).
Keganasan.
Diabetes melitus dengan kegagalan organ multipel.
Psikosis.
Ketidak patuhan berobat.
Ketergantungan obat.
Hepatitis kronik aktif dan sirosis hati.
Menderita penyakit dengan harapan hidup yang kurang dari 5 tahun
atau kualitas hidup yang rendah.
Penyakit ginjal tertentu, antara lain glomerulosklerosisfokal segmental,
oksalosis primer, nefrolitiasissistemik.(PERNEFRI, 2013)
Pendonor
1. Indikasi:
Semua individu yang berumur diatas 18 tahun atau yang sudah menikah
dapat menjadi donor ginjal kecuali terdapatkontraindikasi.
2. Kontraindikasi:
Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 75ml/menit/1,73 m2
Proteinuria lebih dari 300 mg/24 jam
Hematuria mikroskopik patologis
Batu ginjal multipel atau berulang
Kista ginjal multipel
Riwayat penyakit ginjal polikistik dalam keluarga
Hipertensi tidak terkontrol atau dengan kerusakantarget organ
Diabetes melitus
Penyakit kardiovaskular
Insufisiensi paru
Penyalahgunaan alkohol serta narkotika, psikotropikadan zat adiktif
(NAPZA)
HIV positif
HbsAg positif kepada resipien yang negatif atau tidakterproteksi (anti
HBs negatif)
Hepatitis C positif kepada resipien negatif
Keganasan
Psikosis
Retardasi mental
Hamil
Kelainan neurologis berat
Penyakit lain yang jarang (PERNEFRI, 2013)
c. Komplikasi
Setiap perbuatan yang kita kerjakan pasti ada akibatnya, yang mudah kita
2. Pasca Operasi.
kendala yang kemungkinan terjadi akibat dari proses transplantasi tersebut
adalah penolakan tubuh terhadap organ tubuh yang baru dan risiko yang
kematian sangatlah kecil, tapi kemungkinan itu masih ada. Dr Lye Wai
pada risiko kematian akibat nephrectomy donor rasionya hanya sekitar satu
Pendonor
Pasal 65 UU no 36 tahun 2009:
“(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatanyang mempunyai keahlian dan kewenanganuntuk itu
dan dilakukan di fasilitas pelayanankesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikankesehatan pendonor yang bersangkutan danmendapat
persetujuan pendonor dan/atau ahliwaris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan denganPeraturan Pemerintah.”
Pada ayat 2 dan 3 pasal 65 UU no. 36 tahun 2009 mengamanatkan
secara umum tentang ketentuan donor transplantasi ginjal namun masih
bersifat umum. Sampai saat ini peraturan penjelas/pelaksana donor
transplantasi ginjal secara spesifik belum dibentuk.
a. Persiapan donor
1. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang transplantasi ginjal kepada
calon donor dan keluarga.
2. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk
menilai toleransi operasi.
3. Pemeriksaan untuk menilai adanya kontraindikasi menjadi donor ginjal.
4. Penilaian untuk mencegah rejeksi akut:
a) Kompatibilitas golongan darah ABO
b) Cross match
c) Pemeriksaan tissue typing: human leucocyte antigen (HLA)
5. Pemeriksaan laboratorium khusus transplantasi:
a) Virologi: Hepatitis (hepatitis B virus/HBV, hepatitis virus/HCV),
cytomegalovirus (CMV), herpes simplex virus (HSV) 1 dan 2,
human immunodeficiency virus (HIV)
b) Infeksi: veneral disease research laboratory (VDRL), Treponema
Pallidum hemagglutination (TPHA).
6. Pemeriksaan radiologi khusus
a) USG abdomen
b) BNO-IVP
c) CT angiografi arteri renalis
Resipien
a. Informasi dan persetujuan
1. Semua calon resipien transplantasi ginjal beserta keluarganya diberikan
informasi mengenai risiko, prosedur dan komplikasi operasi; efek
samping dan risiko obat imunosupresan; angka statistik harapan hidup
ginjal transplan dan morbiditas; serta pentingnya kepatuhan untuk
berobat.
2. Setiap calon resipien wajib menandatangani lembar persetujuan
tindakan transplantasi ginjal.
b. Persiapan
1. Pemeriksaan awal
a) Anamnesis, pemeriksaan fisik semua sistem dan pemeriksaan
penunjang untuk menilai kondisi pasien untuk menjalani operasi dan
menilai adanya kontraindikasi transplantasi.
b) Penilaian status nutrisi.
2. Penilaian untuk mencegah rejeksi akut:
a) Kompatibilitas golongan darah ABO
b) Cross match
c) Pemeriksaan tissue typing: human leucocyte antigen (HLA)
3. Pemeriksaan laboratorium khusus transplantasi
a) Virologi: Hepatitis (hepatitis B virus/HBV, hepatitis virus/HCV),
cytomegalovirus (CMV), herpes simplex virus (HSV) 1 dan 2,
human immunodeficiency virus (HIV)
b) Infeksi: veneral disease research laboratory (VDRL), Treponema
Pallidum hemagglutination (TPHA).
4. Pemeriksaan radiologi khusus
a) Ultrasonografi (USG) abdomen
b) Digital subtraction angiography (DSA) iliaka, diupayakan terlihat
gambaran arteri dan vena iliaka.
5. Pemeriksaan lain
a) Endoskopi saluran cerna
b) Pemeriksaan untuk mencari sumber infeksi sesuai organ (telinga
hidung tenggorokan (THT), gigi, kebidanan), pemeriksaan akses
vaskular, exit-site kateter Tenckhoff serta kultur dan tes sensitivitas
dari cairan dialisat pasien peritoneal dialisis.
c) Penilaian status psikiatrik oleh ahlinya untuk menilai status
psikiatrik dan kepatuhan berobat.(PERNEFRI, 2013)
e. pandangan Islam
1. Al-Quran
a. QS. al-Maidah: 2 yang artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya (Indra Laksana, dkk, 2011, h. 106).
Ayat tersebut menyuruh berbuat baik kepada sesama manusia dan tolong
menolong dalam hal kebaikan. Termasuk didalamnya memberikan organ tubuh
kepada orang yang memerlukan merupakan suatu perbuatan tolong menolong
dalam kebaikan karena memberi manfaat bagi orang lain.
b. QS. al-Hasyr: 9 yang artinya: “Dan orang-orang yang telah menempati kota
Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun
mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka Itulah orang orang yang beruntung” (Indra Laksana, dkk, 2011, h. 546).
Ayat di atas mengisyaratkan berupa anjuran untuk mengutamakan memelihara
orang lain yang mengalami kesusahan atau kesulitan. Mendonorkan organ
tubuh kepada orang lain yang membutuhkan, merupakan salah satu upaya
menghilangkan kesusahan atau kesulitan yang dialami orang lain tersebuat.
2. Al-Hadist
Di samping ayat-ayat al- Qur’an, Ijtima Ulama Komisi Fatwa se Indonesia III
tahun 2009 di Padang Panjang mendasarkan keputusannya kepada beberapa
hadis, yaitu :
ْ ” أَ ْخ َر َج ُه ُم. َواللَّ ُهفِ ْي َع ْونِا ْل َع ْب ِد َما َكانَا ْل َع ْب ُدفِ ْي َع ْونِأ َ ِخ ْي ِه، َواآل ِخ َر ِة.
سلِم
(Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Turmuzi, Sunan at-Turmudzi, tt., h).
Hadist tersebut menunjukkan, bahwa wajib berobat jika sakit, apapun jenis dan
macam penyakitnya, kecuali penyakit tua. Oleh sebab itu, melakukan
transplantasi dalam upaya untuk menghilangkan penyakit hukumnya mubah,
asalkan tidak melanggar norma ajaran Islam.
Hadist riwayat Imam Nasai, Ibn Majah dan Hakim yang artinya:
”Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menurunkan penyakit kecuali
menyertainya dengan menurunkan (obat) untuk kesembuhan, maka
berobatlah”
(Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, h. 1138).
Dalam Hadits ini Rasulullah menyatakan bahwa penyakit ada obatnya, apabila
obat itu tepat, maka penyakit itu akan sembuh atas izin Allah.
ِ س ُر َع ْظ ِما ْل َمي
ت ُ ضيَاَللَّ ُه َع ْن َها; أَنَّ َر
ْ َك:سواَل هَّلَل ِ – صلىاللهعليهوسلم – قَا َل ِ شةَ َر
َ َِو َع ْن َعائ
َ اج ْه ِم ْن َح ِديثِأُم
– فِي:َسلَ َمة ْ ِ س ِر ِه َحيًّا – َر َواهُأَبُودَا ُو َدبِإ
ْ سنَا ٍد َعلَىش َْر ِط ُم
َ سلِم َو َزادَا ْبنُ َم ْ َك َك
ا ِْْْْلِ{ ْث ِم
“Mematahkan tulang mayat itu seperti mematahkan tulang orang yang hidup”
(HR.Abu Daud) (Abu Daud, Sunan Abu Daud, dkk, h. 212). Al-Qardhawi
berpendapat bahwa hadis tersebut hanya membicarakan masalah mematahkan
tulang mayat, padahal pengambilan organ tubuh tidak mengenai tulang.
Larangan yang dimaksud hadis tersebut di atas adalah larangan memotong-
motong tubuh mayat, merusaknya, dan mengabaikannya sebagaimana yang
dilakukan kaum Jahiliyah dalam peperangan. Hal itu yang dilarang dan tidak
diridhai dalam Islam. Namun jika dengan cara wasiat organ tubuh mayat boleh
didonorkan, tetapi dengan syarat : yaitu tidak boleh mendermakan atau
mendonorkan seluruh tubuh, atau sebagian besar organ tubuh, sehingga
meniadakan hukum-hukum mayat bagi yang bersangkutan, seperti tentang
kewajiban memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkannya
(Yusuf Al-Qardhawi, Fatwa Al-Mu’asirah, h. 536).
Terkait tentang ahli waris atau wali yang mendonorkan sebagian organ tubuh
mayat tanpa ada wasiat dari si mayat, tidak dilarang bagi ahli waris
menonorkan sebagian organ tubuh mayat yang dibutuhkan oleh orang-orang
sakit untuk mengobati mereka, seperti ginjal, jantung dan sebagainya dengan
niat sedekah dari si mayat. Hal ini merupakan sedekah yang pahalanya
berkesinambungan selama si sakit masih memanfaatkan oragn yang
didonorkan. Alasannya adalah apabila seseorang sudah meninggal dunia, ia
dianggap tidak layak memiliki sesuatu. Sebagaimana kepemilikan harta yang
juga berpindah kepada ahli warisnya maka mungkin dapat dikatakan bahwa si
mayat menjadi hak wali atau warisnya. Meskipun demikian jikamemang si
mayat berwasiat/pesan ketika dia masih agar tidak mendonorkan organ
tubuhnya, maka hal ini tidak diperbolehkan (Yusuf Al-Qardhawi, Fatwa Al-
Mu’asirah, h. 536).
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah
bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan
asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan
memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan
energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya
dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2. Pembuat Keputusan Klinis.
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir
kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan,
baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi
hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien
dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan
berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan professional lainnya (Keeling
dan Ramos,1995).
3. Pelindung dan Advokat Klien.
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman
bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai
pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan
memberikan imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat
sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara
hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang
berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat
juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak
aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau
menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu
klien dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.
4. Manager Kasus.
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika
mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya
model praktik memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur
karier yang ingin ditempuhnya.
Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai
manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan
keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat
mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi
tenaga kesehatan lainnya
5. Rehabilitator.
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah
kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan
membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaa tersebut.
6. Pemberi Kenyamanan.
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan
bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik.
Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai
tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
7. Komunikator.
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam
memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan
keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas
komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan
individu, keluarga dan komunitas.
8. Penyuluh.
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri,
menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi
kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber
yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
9. Kolaborator.
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator.
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkatpengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan
sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
11. Konsultan.
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu.
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan. (Anonim, 2015)
2. Stem Cell
a. Definisi
Stem cell adalah sel yang mempunyai sifat self renewel dan plastisitas yang dapat
berdiferensiasi serta memperbanyak diri menjadi berbagai macam sel untuk
membentuk individu. Stem cell dapat dieksplorasi dari embryonal maupun dari
individu yang dewasa (adult stem cell) yang berarti individu yang sudah
terlahir.Stem cell yang berasal dari embryonal dapat berkembang menjadi semua
sel danorgan sebagai individu. Sifat stem cell tersebut disebut dengan totipoten
karena seldieksplorasi berasal dari stadium blastula 3-5 hari setelah fertilisasi.
Sementaraitu, stem cell dewasa (adult stem cell) bersifat prulipotent karena stem
cell dapatberkembang untuk membentuk individu tetapi lebih terbatas
dibandingkandengan stem cell berasal dari embryonal. Adult stem cell dapat
dieksplorasi dariberbagai macam organ seperti bone marrow, papula gigi, jantung
bagian pericard,otak bagian ventrikel atau bawah. Selain itu stem cell juga dapat
dieksplorasi dari adiposa, hair folicle, preputium, pankreas, atrium jantung, testis,
peripheral bloodmononuclears cell (PBMCs), umbilicle coord blood (UCB),
membran plasenta,membran amnion, dan epitel uretra.
Proses eksplorasi stem cell dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan stemcell
dari dalam tubuh sendiri dengan menginisiasi stem cell menjadi aktif,
sehinggadisebut dengan aktivasi endogenous stem cell. Pendekatan metode ini
dilakukanagar mendapatkan stem cell yang lebih banyak jumlahnya jika
dibandingkaneskplorasi secara alami yang berarti tanpa pemberian bahan aktivan
stem celldari dalam tubuh. Sekarang hal ini banyak dilakukan terutama jika
eksplorasistem cell dari PBMCs (Rantam, 2014)
b. Indikasi
Sel punca merupakan sel yang belumberdiferensiasi dan mempunyai potensi
yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbedadi
dalam tubuh. Sel punca juga berfungsi sebagai sistemperbaikan untuk
mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsunganhidup organisme
Saat sel punca terbelah, sel yang baru mempunyai potensi untuk tetapmenjadi
sel punca atau menjadi sel dari jenis lain denganfungsi yang lebih khusus,
misalnya sel otot, sel darahmerah atau sel otak.
Sel punca memiliki dua sifat penting yang sangatberbeda dengan sel yang lain:
Sel punca belum merupakan sel denganspesialisasi fungsi tetapi dapat
memperbaharuidiri dengan pembelahan sel bahkan setelah tidakaktif dalam
waktu yang panjang
Dalam situasi tertentu, sel punca dapat diinduksiuntuk menjadi sel dengan
fungsi tertentu sepertisel jaringan maupun sel ofgan yang mempunyaitugas
tersendiri. Pada sumsum tulang dan darahtali pusar (bahasa Inggris: umbilical
cord blood), selpunca secara teratur membelah danmemperbaiki jaringan yang
rusak,meskidemikian pada organ lain seperti pankreas atauhati, pembelahan
hanya terjadi dalam kondisitertentu.
Peneliti medis meyakini bahwa penelitian sel puncaberpotensi untuk mengubah
keadaan penyakit manusiadengan cara digunakan memperbaiki jaringan atau
organtubuh tertentu. Namun demikian, hal ini tampaknyabelum dapat benar-
benar diwujudkan dewasa ini.Sel-sel induk dapat digolongkan berdasarkan
potensiyang dimiliki oleh sel tersebut maupun berdasarkan asalnya ( Djauhuri,
2009).
Potensi stem cell sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dari sel,
apakahmengandung gen yang sesuai atau gen yang telah teraktivasi dan
diprogramuntuk menjadi sel tertentu atau beberapa sel. Lingkungan tempat
stem cell beradajuga sangat berpengaruh. Sebagaicontoh perubaban faktor
pertumbuhan lokal,sitokin, hormon, kontak sel dengan sel, sel dengan matrik
sangat penting padaswithching "on" and "off" gen dan gene pathway bahkan
reprogramming genepathway, selanjutnya mengubah tipe sel yang terjadi.
Klasifikasi potensi stem ceildi atas tidak kaku, saat ini telah dapat dibuktikan
perbedaan antara pluripotendan multipoten menjadi tidak jelas, beberapa sel
mempunyai potensi yang lebihbesar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Apoptosis atau programmed celldeath juga merupakan bagian yang integral
pada proliferasi dan diferensiasi sel.( Rantam, 2014)
c. Kontraindikasi
Proses eksplorasi stem cell dari PBMCs dan bone marrow yang
perludiperhatikan adalah penggunaan antikoagulan seperti heparin, EDTA,
danatau natrium citrat. Jika persentase berlebihan, maka bersifat toksik yang
dapatmerusak membran stem cell, dan jika kurang akan terjadi penggumpalan.
Secaraempiris yang baik adalah 0,4 mg/ml untuk 5 ml whole blood. Sementara
itu untukeksplorasi stem cell dari jaringan atau organ yang perlu diperhatikan
adalahpersentase enzim sebagai contoh trypsin yang baik untuk mencerna
jaringanadalah 0,025% jika berlebihan maka membran akan rusak, dan sel
tidak dapatmelekat (attachment) pada lapisan fase padat dari petridishlflash,
selanjutnya selakan melayang- layang dalam medium dan mati kurang lebih
dalam 48 jam (Rantam, 2014).
d. Penatalaksanaan
Potensi stem cell sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dari sel,
apakahmengandung gen yang sesuai atau gen yang telah teraktivasi dan
diprogramuntuk menjadi sel tertentu atau beberapa sel. Lingkungan tempat
stem cell beradajuga sangat berpengaruh. Sebagaicontoh perubaban faktor
pertumbuhan lokal,sitokin, hormon, kontak sel dengan sel, sel dengan matrik
sangat penting padaswithching "on" and "off" gen dan gene pathway bahkan
reprogramming genepathway, selanjutnya mengubah tipe sel yang terjadi.
Klasifikasi potensi stem ceildi atas tidak kaku, saat ini telah dapat dibuktikan
perbedaan antara pluripotendan multipoten menjadi tidak jelas, beberapa sel
mempunyai potensi yang lebihbesar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Apoptosis atau programmed celldeath juga merupakan bagian yang integral
pada proliferasi dan diferensiasi sel.( Rantam, 2014)
d. Pandangan Islam
Menurut Imron Halimy disamping tiga sebab tersebut diatas, perumusan Pasal 344
KUHP sendiri, juga menjadi penyebab kesulitan untuk mengadakan penuntutan
atas kasus Euthanasia di Pengadilan. Hal ini oleh karena unsur “atas permintaan
sendiri yang dinyatakan dengan kesungguhan hati”. Yang terdapat dalam Pasal
344 KUHP tersebut, sulit untuk dibuktikan. Sebabnya ialah karena orang yang
menyatakan dengan kesungguhan hati tersebut telah meninggal dunia. Disamping
itu, kesulitan lain untuk membuktikan adanya permintaan sendiri tersebut ialah
bahwa seorang pasien kadang-kadang berada dalam keadaan koma yang
berkepanjangan. Hidup tidak, matipun tidak. Dalam kondisi semacam ini pasien
tidak dapat berbicara, berbuat, ataupun bergerak apalagi menyatakan permintaan
untuk mati, yang dalam Pasal 344 KUHP tersebut harus dinyatakan sendiri oleh
pasien.48 Selain dari pada itu, apabila permintaan tersebut dikeluarkan oleh
keluarga pasien, maka Pasal 344 KUHP ini tetap tidak bisa diterapkan. Hal ini
oleh karena pasal ini menghendaki permintaan tersebut harus dilakukan oleh
pasien itu sendiri.
Pada tahun 1995 Northern Territory menerima undang- undang yang disebut
Right of the Terminally III Bill (UU tentang hak pasien terminal). Penetapan
ini membuat Bob Dent seorang penderita kanker prostat adalah orang pertama
yang mengakhiri hidupnya lewat Euthanasia.
3. Belgia
Jepang tidak memiliki suatu aturan hukum yang mengatur tentang Euthanasia
demikian pula Pengadilan Tinggi Jepang (Supreme court of Japan) tidak
pernah mengatur mengenai Euthanasia. Ada dua kasus yang terjadi di Jepang
yaitu di Nagoya pada tahun 1962 yang dapat dikategorikan sebagai
Euthanasia pasif atau dalam bahasa Jepang yaitu Shukyokuteki anrakush.
(Tribowo, 2014)
f. Peran perawat thd tindak euthanasia
4. Inform consent
Informed consent atau persetujuan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
sesuai dengan pasal 1 (a) Permenkes RI Nomor 585/MEN.KES/PER/X/1989 Di mana
pasal 1 (a) menyatakan bahwa persetujuan tindakan medik (informed consent) adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Informed consent
mencakup peraturan yang mengatur perilaku dokter dalam berinteraksi dengan pasien.
Interaksi tersebut melahirkan suatu hubungan yang disebut hubungan dokter-pasien.
Informed consent ialah persetujuan bebas yang diberikan oleh pasien terhadap suatu
tindakan medis, setelah ia memperoleh semua informasi yang penting mengenai sifat
serta konsekuensi tindakan tersebut. Informed consent dibuat berdasarkan prinsip
autonomi, beneficentia dan nonmaleficentia, yang berakar pada martabat manusia di
mana otonomi dan integritas pribadi pasien dilindungi dan dihormati. Jika pasien tidak
kompeten, maka persetujuan diberikan oleh keluarga atau wali sah. Jika keluarga/wali
hadir tetapi tidak kompeten juga, maka tenaga medis harus memutuskan sendiri untuk
melakukan tindakan medis tertentu sesuai keadaan pasien. Informed consent terutama
dibutuhkan dalam kasus-kasus luar biasa (exraordinary means). Namun untuk pasien
kritis atau darurat yang harus segera diambil tindakan medis untuk menyelamatkannya,
proxy consent tidak dibutuhkan. (Purnama, 2016)
5. Askep
1. Pengkajian
Nama : Tn Y
Usia : 35 tahun
Keluhan Utama :
- Badan terasa lemas
- Sering muncul sesak
- Kaki bengkak bila kelebihan minum 500cc dari jumlah cairan yang di tentukan
Riwayat Kesehatan :
- Riwayat gagal ginjal kronis sejak 5 tahun yng lalu.
- Kondisi sekarang ini menjalani perawatan cuci darah 2x setiap minggu
Kebiasaan sebelum Sakit : Sering minum minuman berenergi 1 bungkus 2x sehari setiap
pagi sebelum berangkat kerja dan jam istirahat dengan tujuan untuk meningkatkan
stamina
Kondisi Psikologis : Tn Y berfikir akan melakukan Eutanasia karena merasa lelah akan
sakitnya. Namun disisilain TN y berfikir apakah euthanasia kan menyalahi ketentuan dan
takdir Alloh, kalau cangkok ginjal dari siapa yang bersedia memberikan untuk nya,
apakah dari orang mati
DATA FOKUS
Data Objektif Data Subjektik
kaki bengkak bila kelebihan minum badan terasa lemas
500cc dari jumlah cairan yang di sering muncul sesak
tentukan Tn. Y sering minum minuman
Riwayat gagal ginjal kronis sejak 5 berenergi 1 bungkus 2x sehari
tahun yng lalu setiap pagi sebelum berangkat kerja
dan jam istirahat dengan tujuan
untuk meningkatkan stamina.
Tn. Y menyampaikan kalau
euthanasia saja karena sudah capek
dengan sakitnya. Namun disisilain
TN y berfikir apakah euthanasia
kan menyalahi ketentuan dan takdir
Alloh, kalau cangkok ginjal dari
siapa yang bersedia memberikan
untuk nya, apakah dari orang mati
2. Diagnosis
DX
Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi d.d kaki bengkak bila kelebihan minum
500cc dari jumlah cairan yang di tentukan, Riwayat gagal ginjal kronis sejak 5 tahun yng
lalu, sering muncul sesak
Distress Spiritual b.d Penyakit Kronis d.d Tn. Y menyampaikan kalau euthanasia saja
karena sudah capek dengan sakitnya. Namun disisilain TN y berfikir apakah euthanasia
kan menyalahi ketentuan dan takdir Alloh
Ansietas b.d kurang terpapar informasi tentang cangkok ginjal d.d Pada saat kontrol di
RS, dokter menganjurkan untuk cangkok ginjal atau stem cell, Namun disisilain TN y
berfikir apakah euthanasia kan menyalahi ketentuan dan takdir Alloh, kalau cangkok
ginjal dari siapa yang bersedia memberikan untuk nya, apakah dari orang mati.
3. INTERVENSI
Edukasi
- jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, jenis
relaksasi yang tersedia
-anjurkan posisi yang
nyaman.
-anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
2. Dukungan Keyakinan
Observasi:
- Identifikasi keyakinan,
masalah dan tujuan
perawatan
- Identifikasi
kesembuhan jangka
panjang
- Monitor kesehatan fisik
dan mental
Terapeutik
- integerasikan
keyakinan dalam
rencana perawatan
sepanjang tidak
berisiko
- berikan harapan yang
realistis
- fasilitasi pertemuan
antar keluarga dan tim
kesehatan untuk
membuat keputusan
- fasilitasi memberikan
makna terhadap kondisi
kesehatan
Edukasi
- Jelaskan bahaya atau
risiko yang terjadi
akibat keyakinan
negatif
- Berikan penjelasan
yang relevan dan
mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Peran dan Fungsi Perawat Profesional. http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/.
Dilihat pada 17 september 2021.
Djauhari, Thontowi. 2009. SEL PUNCA. Staff Pengajar Pada Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang
Purnama. 2016. Inform Consent. simdos.unud.ac.id/. dilihat pada 18 agustus 2021 pukul 00.00
Rantam, Fedik, Abdul. 2014. Stem Cell : Masenchymal,Hematopoetik, dan Model Aplikasi
Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press
Setiadi. 2014. Buku Ajar “Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI, Interna Publishing.
Siregar. 2015. Eutanasia dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Hukum to-ra. Vol 1. No 3.
http://repository.uki.ac.id/. Dilihat pada 17 september 2021 pukul 20.00
Susanto, Agus. 2019. Reformulasi Kebijakan Tentang Transplantasi OrganGinjal Manusia. Vol.
3 No. 2. http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/duniahukum/article/download/1366/1077
Sutarno. 2014. Hukum Kesehatan Eutanasia, Keadilan dan Hukum Positif di Indonesia.
Malang:Setara Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 3.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 2.
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 2.
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tribowo. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika
PETA KONSEP